Monday, October 22, 2012

Persembahan yang Indah



Pdt Buby Ticoalu


Rm 12:1
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Di satu kota kecil, pagi hari saya melihat koran. Di halaman 1 memberitakan peristiwa ada kantong plastika hitam dilempar di tengah jalan. Mobil-mobil berusaha menghindari, tapi ada juga yang melindasnya. Pada waktu itu diketahui isi kantong plastic hitam itu adalah seorang bayi. Terlindas dan ternyata bayi yang baru lahir. Siapa yang membuang? Ayahnya? Tetapi mungkin ibunya. Melahirkan dan membuang bayinya. Pada peristiwa lain, saya mengunjungi penampungan anak-anak di Jakarta. Di situ banyak bayi2 yang tidak dikehendaki ditampung. Ada ibu-ibu yang mengandung di luar nikah, tidak tahu harus kemana, ditolong baik-baik. Kami ke sana. Waktu pintu gerbang dibuka, kami kaget, di halaman (di tempat yang cukup bergengsi) ada bayi-bayi di taruh agar kena matahari karena masih pagi. Hanya pakai pamper, bukan baju. Pemandangan itu lucu sekali, menarik. ADa anak yang baru belajar berjalan datang kepada kami. Dia lihat ibu pengurus yang membawa kami ia berkata, mama, mama. Kami berkata, aduh lucunya. Lalu ibu pengurus itu berkata, Pak Pendeta, ibu, anak ini waktu ibunya melahirkannya mamanya berusia 11 tahun. Ini menjadi tidak lucu lagi, kami kaget sekali, lalu siapa ayahnya? Tidak lain adalah ayah dan opanya sendiri dari bayi. Jadi seorang ayah memperkosa anaknya sendiri yang belum 11 tahun, dan akhirnya melahirkan anaknya sekaligus cucunya.  Ini tidak lucu. Dan mama anak itu sedang disekolah oleh yayasan ini kelas 6 SD.  Ini dunia kita. Ini ada di Jakarta. Banyak peristiwa seperti ini. Saya mau Tanya, kita sering merayakan hari ibu dan hari bapak, pada waktu hari ibu apa yang kita dengar? Biasanya dikutip dari Amsal yaitu istri yang bijaksana. Biasanya mama-mama dipuji dan disebutkan kebaikan mama-mama. Memang betul, harus menghargai mama. Tetapi saya berpikir, kalau mama yang membuang anak di plastic hadir di kebaktian ibu bagaimana perasaannya? Layakkah mama seperti itu mendapat julukan istri yang bijaksana, mama yang mengaborsi disebut sebagai istri yang baik. Pada waktu hari papa, bagaimana si bapak yang meniduri anaknya sendiri hadir di kebaktian? Layakkah ia mendapat kehormatan sebagai seorang bapak? Pantaskah ia menerima hormat dari anak-anaknya? Layakkah mereka merayakan hari ibu dan bapak di gereja?  Layakkah? Kalau jujur, kita berkata tidak. Tetapi siapa yang layak. Mari kita hidup dari kekristenan kita. Kita merayakan natal dengan begitu bagus. Ada lagu malam kudus. Apa yang kita rayakan? Allah menjadi manusia karena peduli. Yang kaya rela menjadi miskin karena menyelamatkan manusia. Tidak mencari kepentingan sendiri tetapi kepentingan manusia. Rela hadir di kandang yang hina. Kita rayakan itu bukan?

Layakkah kita merayakan hari natal seperti itu padahal pada saat yang sama kita tidak punya kepedulian pada orang lain? Merayakan hari natal mencari kepentingan kita sendiri. Dengan kedok rohani, kita sedang mencari kenyamanan sendiri dengan berita Kristus berkorban. Kita merayakan Dia yang kaya menjadi miskin sedangkan kita memperkaya diri. Layakkah kita? Kita tidak layak. Kita tidak lebih dari orang-orang munafik. Dalam bahasa rohani, tidak demikian. Mengapa kita mengadakan perjamuan kudus, Kristus mati di kayu salib, Yesus yang rela berkorban, sedangkan pada saat yang sama hidu pkita tidak meneladani Kristus. Yesus mengampuni kita, sedangkan kita tidak mengampuni yang lain. Yesus taat di kayu salib, sementara kita dengan kesombongan tidak takut pada TUhan. Yesus menjadi berkat sedangkan kita menjadi batu sandungan. Layakkah kita? Bukankah Paulus berkata, sebelum kita menerima perjamuan kudus kita memikirkan dulu apakah kita layak menerimanya. Pada saat Yesus bangkit, Ia melepaskan kita dari dosa. Sedangkan dosa seks, ketamakan masih membelenggu kita? Bukankah berarti kita munafik. Pada waktu Paulus menulis surat Roma, latar belakang sebelumnya Paulus menunjuk hal-hal seperti ini. Orang yang mengenal Allah tapi tidak memuliakan Dia. Tetapi orang Yahudi yang mengenal Allah pun munafik. Paulus menulis dengan keras Rm 2:24 Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain." Umat Allah seharusnya memuliakanNya mengharumkan nama Allah, memasyurkan Allah. Tetapi Paulus : karena kamu nama Tuhan dihujat bangsa yang tidak mengenal Allah. Apa artinya kita jadi pendeta menjadikan nama kita harum? APa catatan rohani, kalau kita tidak memuliakan Allah kalau kehidupan kita nama Tuhan tidak dimuliakan? Ini yang terjadi dalam latar belakang Roma. Yang menunjukkan dengan jelas, betapa dahsyatnya dosa dalam kehidupan kita. Seringkali sebagai orang Kristen, kita harus ingat betapa dahsyatnya dosa. Berita baiknya : betapa besar mulia hati Allah. Yesus datang menyelamatkan kita. Upah dosa adalah maut. Karena itu aku menasehatkan kamu, saudara2, hidupmu dilumuri dosa, ingat hidup yang munafik, tetapi kemurahan Allah menyelamatkan. Karena itu, maka disebut persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang berkenan kepada Allah. Sebagai persembahan yang hidup dan tulus. Kata karna menunjukkan akibat / konsekuensi logis, karena kebaikan Tuhan, maka sebaiknya kamu mempersembahkan tubuhmu. Karena hidupmu telah ditebus oleh Kristus, maka hidupmu bukanlah milikmu lagi. Sehingga hidup kita dipersembahkan untuk Tuhan. Karena kemurahan Allah yang luar biasa.  Kalau kita berpikir konsekuensi logis, itu adalah ibadahmu yang sejati. Dalam bahasa Inggris, itu adalah pelayananmu yang masuk akal seperti dalam bahasa aslinya. Jadi karena kemurahan Allah yang begitu besar, karena itu member diri yang kudus dan berkenan Allah berbentuk pelayanan yang masuk akal karena Tuhan sudah memberkati. MEngapa kita persembahkan diri, member yang terbaik, karena Dia terlebih dahulu member yang terbaik. Sebab dengan imam. Tetapi mengherankan sekali, tidak ada bentuk perintah. Aku menasehatkan agar kamu mempersembahakn diri. Bukan dengan perintah, tetapi menasehatkan. Dalamseluru tulisan Paulus, bentuknya karena begini maka harus begini. Seperti kita orang tua mengatakan, anakku karena engkau sudah mendapatkan seluruh biaya maka harus belajar baik. Tetapi di sini tidak ada bentuk perintah. Saya piker baik-baik dan dapatkan bahwa berita ini hendak memberitakan kamu sudah menerima anugerah tahu diri. Kalau saya diperintah tahu diri dong. Itu maksudnya. Karena Tuhan yang bekerja dalam diri kita, maka kita sungguh2 mempersemahkan diri. Itu yang indah. Karena kemurahan Tuhan.

Saya punya anak bungsu yang beda di antara 3 anak beda 7 tahun dengan anak ke 2. Sekarang umur 27 tahun. Waktu 19-20 tahun, ia minta HP. Alasannya bagus sekali. Karena pergi kuliah di tempat yang lain. Papa-mama, kalau ada HP kan gampang kontak-kontakan. SUpaya gampang SMS. Ya ok, beli HP. Waktu HP hilang, minta beli lagi. Alasannya supaya bisa kontak mama. Tetapi kalau kami kontak dia, susahnya bukan main. Sudah call, SMS tidak dibalas-balas. Katanya untuk kontak nyatanya bukan. Waktu dicecar terus,  3-4 hari kemudian baru balas, sorry katanya. Lagi sibuk sekali. Saya bilang, sibuknya bagaimana, sampai tidak bisa terima telepon papa-mama dan sms lagi. Papa tidak tahu, sibuk-sibuk. Sampai papa bilang, papa sms orang sibuk sekali tetapi tetap balas sms papa. Tetapi kalau ada miscal dan sms maunya cepat. Karena kalau ia sudah sms, sudah tahu isi smsnya. Papa-ma, transfer dong. Minta uang. Kalau tidak dibalas, muncul lagi smsnya. Sudah terima belum smsnya. Berturut-turut dikirim . Lalu dijawab, ok..ok… Beberapa menit kemudian, sudah kirim belum. Mungkin dia sudah di depan ATM sudah tunggu-tunggu. Maksudnya kalau ia call mau agar segera dijawab. Kalau papa-mama call ia, sibuk. Apa artinya? Anak ini mengharapkan orang tuanya siap 24 jam untuk melayani. Sekarang-sekarang , cepatan. Itu anak. Tetapi waktu ortu mau butuh anak, sibuk-sibuk tidak menjawab. Ia tidak available. Tidak punya waktu untuk ortu. Sama seperti anak Tuhan. Kita mau Tuhan 24 jam. Sekrang Tuhan tolong. Oh Tuhan, lagi bokek, benar-benar Tuhan. Kita mau sekarang. Tetapi waktu Tuhan bilang, hai anakKu. Kita bilang sibuk. Waktu Tuhan minta, untuk bersekutu dengan Dia, sibuk banyak urusan. Doa pun, waktu malam hari , besok pagi. Karena doa sambil tidur, ketiduran, amin di pagi hari. Disinilah Paulus dengan jelas kita seringkali tidak logis. Tuhan itu berikan anugerahNya luar biasa. Tetapi kita seringkali lebih suka berjalan menurut kita sendiri. Maka Paulus : mempersembahkan tubuhmu yang hidup, seluruh keberadaan kita yang kudus bukan dengan kemunafikan, kepalsuan, yang ujung2nya untuk kepentingan diri. Yang kudus dan berkenan kepada Tuhan. Paulus bukan Cuma bicara, ia pun buktikan dengan kehidupannya. Sejak berjumpa dengan Yesus bukan berkata, apa yang harus saya perbuat. Seluruh kehidupan sebagai persembahan terhadap penglihatan dari surge itu, aku tidak pernah tidak taat. Itulah persembahan hidupnya, tidak pernah tidak taat. Tetapi dalam kehidupannya, ikutilah kehidupanku yang bersih. Ia katakana, kamu tahu bagaimana aku hidup. Dari hari pertama, kamu tahu bagaimana aku hidup Aku tidak mau perak dan emas. Kalau engkau bagaimana? Itu tidak ada kebohongan, kepalsuan, kecurangan. Persembahan yang kudus. Maka ia beri cara dan sungguh2 menghidupinya. Kalau kita melihat di akhir hidupnya menulis surat ke jemaat di Filipi. Waktu itu ia ada di penjara. Tetapi ia katakana, Fil 3 Tetapi apa yang dahulu meruapakan keuntungan sekarang kuanggap rugi karena KRistus. Apa maksudnya? ARtinya Paulus sebelum kenal Tuhan Yesus, ia punya ambisi luar biasa, tetapi setelah mengenal Tuhan Yesus, semua kebanggaan yang lama, orang Israel, Farisi, tidak bercatat semua itu dianggap rugi. Wajar dong ya, di belakang semua itu sebelum kenal Yesus. Tetapi Fil 3: malahan lebih dari pada itu artinya segala sesuatu kuanggap rugi. Ini ia bicara setelah ia berada dalam Tuhan Yesus, setelah ia persembahkan hidupnya. Tidak ada rasul yang mendirikan gereja daripaa Rasul Paulus. Ia pendiri gereja. Tidak ada Rasul yang mengajarkan Injil lebih dari Paulus. Ia hamba Tuhan yang berhasil. Segala-galanya ia punya kemuliaan. Tetapi waktu ia menoleh ke belakang, semuanya itu sebagai hamba Tuhan yang berhasil, pendiri, misionari yang berhasil, semuanya kuanggap rugi. Semua kesuksesan dankemuliaan pun tidak ada apa-apanya. Bahkan dianggapnya sebagai sampah dibandingkah kemuliaan Tuhannya. Jadilah hidup yang kudus dan berkenan kepada Nya. Bagi Ia menggenapkan rencanaNya.

Ada ayat dalam seluruh surat Paulus yakni Tuhanku. TIdak didapatkan di tempat lain. Yesus Kristus Tuhan ku lebih mulia. Pada waktu mengatakan Tuhanku, ia mempersembahkan hidupnya, Ialah TUhan yang menguasai hidup Bukan aku yang mau lagi tetapi apa yang Tuhan mau. Ini tidak mudah. Kalau kita ingat bahwa yang paling sulit, waktu kehendak kita dengan kehendak Tuhan tidak sama. Kalau sama enak sekali. Tetapi celakanya, karena kepentingan , kita ikut kehendak kita daripada kehendak Tuhan. Bukankah manusia jatuh dalam dosa karena keinginannya? Itu asalnya. Paulus menunjukkan : Tuhanku artinya apa yang Tuhan mau. Apapun yang terjadi, baik senang atau pun susah Engkaulah Tuhanku. Itulah persembahan yang kudus dan berkenan. Ia menuliskan surat ini dari penjara. Bukankah kalau saat berada di jemaat yang didirikan , di gereja daripada di penjara. Tetapi di dalam penjara pun ia tidak bersungut-sungut melainkan bersukacitra. Aku di sini memang tidak nyaman, tetapi karena Yesus Kristus. Sama sekali tidak mudah. Seringkali kita ingin melayani yang sesuai dengan keinginanku, menguntungkanku. Paulus tidak demikian. Yang meyakitkan, Paulus katakana yang bersukacita. Goalnya adalah agar supaya pada akhirnya sungguh2 berkenan pada Tuhan sampai pada akhirnya. Itulah persembahan yang kudus, yang berkenan kepada Allah. Apapun yang terjadi, dimanapun kita berada, aku hamba Tuhan. Yang menggenapkan rencana Tuhan sampai akhir.

Itulah yang Tuhan kehendaki. Banyak hal , gampang bicara. Tetapi tidak mudah menerapkannya. Kita minta anugerah Tuhan. Saya pernah di gereja non IOnonesia, ada seorang ibu dorong suaminya di kursi roda. Kemudian berkata ke saya, suaminya berulang tahun hari ini. Kemudian sya ajabat, selamat ulang tahun Pak. Malamnya saya diundang dalam kebaiktian syukur. Sekalian HUT pernikahan mereka. Pada malam itu istrinya bersaksi : tidak mudah belasan tahun melayani suami yang lumpuh. Kita semua tahu, dia menyaksikan dengan air mata, Tuhan memberikan kekuatan. Mengharukan sekali. Lalu anaknya menyampaikan pidato. Anaknya berkata, pada waktu kami menikah, kami tidak mengerti janji pernikahan. Yang pernah menyampaikan janji pernikahan, masih mengingat? Mengertikan waktu menyampaikannya? Seringkali karena pendeta suruh nogomong begitu , kita ngomong begitu. Kalau tidak, tidak jadi nikah. Tetapi jalan hidup kami sangat mengharukan. Tetapi melalu kehidupan papa mama kami belajar apa artinya janji pernikahan. Waktu saya mendengar itu, saya menetaskan air mata. Mereka belajar janji pernikahan dari teladan hidup papa-mama. Anak ini berkata, keluarga, anak,kami seperti RT papa-mama. Alangkah indahnya. Kita selaku orang Kristen, dunia tidak belajar dari apa yang kita katakan. Dunia belajar dari bagaimana kita hidup sehari-hari. Dunia melihat bagaimana orang Kristen hidup dalam pekerjaan, rumah tangga, sebagai HT dunia tidak dengar khotbah tetapi hidup saya, apakah saya layak hidup sebagai hamba TUhan atau tidak. Kita perlu berlajar. Paulus telah melakukannya. Ia bisa dilihat dan melani banyak orang. Kamu tahu bagaiman hidup yang kudus dan berkenan Tuhan. Bagaimana kita khotbah ddemikian? Bagaimana?


No comments:

Post a Comment