Sunday, October 28, 2012

Ceramah Talenta

Pdt. Paulus Kurnia



Saat lulus ditawarkan Green Ville 500 jemaat atau Cimone 30 orang, Gerundeng 7 orang. AKhirnya dipilih CImone Tangerang, jadi gembala, semuanya dikerjakan. Ngepel, bayar listrik. Orang Tangerang pagi ke Jakarta, pulang malam. Diberi pinjam mobil , sebelumnya pakai motor. Cari jiwa keluar masuk desa. Tahun demi tahun berkembang. Dari 30 jadi 350 orang, 7 orang jadi 75 orang. Saya sadar karunia saya penggembalaan atau yang lain. Suatu kali ada yang kirimi saya bacaan, temukanlah karuniamu. Secara tiba-tiba saya dikirimi. Teman pemuda. Katanya buku ini bagus sekali, baca. Saya baca. Ada sedikit teologinya. Kebutuhlan inggris saya lumayan. Ada tes. Saya buat sendiri dan nilai sendiri. AKhirnya saya tidak sadar, tanya apa jawab saja. Setelah itu saya jumlahkan skornya. Lalu lihat katolognya. Waktu saya cek, karunia mengajar. Kedua admiistrasi, leadership manajemen. Selisihnya seidkit dengan penggembalaan. Teaching mencuat sendiri. Teaching, Shepherding dan administration berbeda. Tetapi skornya berbeda. Yang teaching tinggi sendiri. Urutan 2, administration dan shepherding. Ternyata saya tidak sadar saya punya karunia mengajar. Seharusnya saya mengerjakan itu. Saya renungkan ternyata waktu lulus SMA persembahkan diri tapi tidak langsung sekolah teologi. LEsin orang 10 orang . Uang pangkal dan kuliah bayar sendiri. Kira2 semester 6, saya ditawarkan ngajar jadi GSM dan guru agama di skeolah Kristen. Saya terima, untuk hari tertentu pulang pk14 boleh tidak. Ternyata boleh. Jadi saya naik vespa ke Bandengan. Cepat bisa ngebut. Dulu tidak pakai helm, dingin. Hany apakai jaket saja. Saya ngajar SM lalu tawarkan jadi guru agama Kristen. Setelah mengalami pengajaran sekian tahun, ajar jemaat, ajar ini-itu baru sadar. Selama bertahun2 saya melakukan kegiatan berkaitan dengan mengajar. Dengan penemuan ini saya melakukan konfirmasi untuk melakukan pengajaran. Saya berdoa, lalu Tuhan gerakkan sudah waktunya untuk sekoalh lagu. Cari model guru sekolah yang baik. Saya doakan. Jalan tidak terbuka. Tidak ada beasiswa. Tapi saya ingat ada yang mau bantu untuk lulusan SAAT sekolah di Amerika. Yang angkat waktu telepon ia juga. Padahal 4 tahun lalu. Ia yang angkat telepon. Di sana yang temu tdosen baik, saya cari sekolah yang bagus. Dosen mengajar luar biasa. Benar2 master. Kalibernya beraward semua. Ini membua saya sangat antusias. Lalu pulang dari AS melakkan pembinaan lebih dari pada penggembalaan. Bukan saya tidak suka penggembalaan, tapi mayor saya teaching ministry. Saya senang sekali tidak pernah merasa cape. Orang melayani sesuai karunia tidak cape. Diminta ngajar pk 8 -17 tidak ada capainya. DIundang di STT. Bahannya cari di situs. Saya senang. Saya menemukan sendiri. Saya sendiri alami, orang melayani sesuai dengan karunia ia akan melaynaidengan semangat. Bagaimanapun orang, orang sekolah jaman SMA ia disuruh sekolah apa saja ikut. Sekarang tidak bisa begitu. Sekarang ditanya minatnya. Kalau sekolah ini, betul tidak sekolahnya. Baru disupport. Sekarang untuk sekolah tidak boleh sembarang. Setelah cape 4 tahun ternyata bukan bidang. Mending sekolah sesuai keahlian. Mungkin tidak dapat duit banyak dibanding orang yang sekolah commerce. Cari uang bukan yang utama. Tetapi lakukan sesuatu sesuai bidang.

Suatu kali saya bawakan tema ini di GKY. Setela hitu mereka, muda-mudi datang ke saya menangis karena sekolah di Yogya tidak sesuai bidang karena disuruh orang tua. Seharusnya saya ambil bidang ini, sekolah ini tetapi tidak. Minggu lalu saya berikan teaching orang sekolah di Singapore. Ia pindah jurusan cicinya. Akhirnya diberikan uang sekolah oleh papanya. Ia tes minat untuk ambil sekolahnya. Pernah ada GSM setelah ikut seminar, ambil tes. Setelah jadi GSM 20 tahun, umurnya 40 tahun. Dipanggil cici, umur 45 tahun. Ternyata karunianya penggembalaan. Ia datang. Saya GSM tapi karunia penggembalaan. Kenapa saya tidak keluar di tes. Hasilnya bagaimana, tidak sesuai? Belum tentu salah. Orang yang jadi GSM aktif di SM. Belum tentu GSM punya karunia mengajar. Kalau bukan, bisa diarahkan ke pelayanan yang lain. Seperti cici ini sudah melayani jadi guru 20 tahun lebih, ternyata karunianya bukan GSM. Ia shepherd. Kalau memang kita kenal ia, hafal luar biasa. AKhirnya tes lagi lengkap. Ternyata memang ia punya passion thp anak-anak Kamu lahir dan besar di SM. Telah layani smp sekarang 20 tahun lebih. Memang punya passion SM, komisi anak. Passion – beban – kerinduan. Setelah ditest 4 buat profile. Saya bilang, memang kamu punya passion berkaitan SM tapi tidak mesti jadi guru. Kamu bisa jadi shepherd. Biasa jadi gembala anak atau gembala bagi guru2? Ia pilih passion bagi guru2, kalau ada waktu gembalaan jadi anak-anak. Ia jadi passion gembalakan guru2. Penting? DI sana anak SM 600-700 orang . GSM dan asisten 130 orang. Yang banyak masalah gurunya. Gurunya tidak komit, kehilangan motivasi, belajar di bajaj, tinggal besok. Lihat anak SM baru belajar. Siapkan ajaran di Bajaj, tidak kreatif. Cape ngajar GSM. Jarang GSM digembalakan. SZehingga direkomen, kamu sebagai supervisor. Jangan terjun jadi GSM. Ternyata ia girang sekali menjabat gembala bagi GSM. Contoh : waktu salah 1 guru yang rumahnya kebakaran di Tambora 20 menit sudah sampai ke GSM tersebut lebih cepat dari yang lain. Langsung SMS, rumahnya kebakaran bisa terkumpul Rp 3 juta, selimut dll. Sorenya dibawa untuk bantu. Hati gembalanya luar biasa. Ia telepon dari gereja ke GSM. Sehingga GSM tergembala luar biasa. Karena ia sayang teman-temannya. Ia 46-47 orang. Ternyata. Ia 20 tahun GSM tidak efektif. Kalau ia ngajar anak-anak tidak dengarkan, tidak bisa manage anak-anak. Kalau dengar monoton. 3 menit ngajar anak pada ngantuk. Tidak ada ekspresi. Ketawa dan marah tidak kelihatan. Nadanya datar. Ketakutan tanpa nada tidak ada ekspresi, tidak ada dramatisasi. Harusnya didramatasi supaya tidak ngajar.  Untuk hidupkan cerita dan bisa nempel pada anaknya. Karunia teaching itu berbeda. Setiap orang diberi RK masing-masing karunia. Ada belasan karunia (majornya apa).

BAB 2 Melayani efektif tidak cukup karunia rohania tapi harus ada passion.
Melayani dengan apa? Tool saya misal : administration. Talenta : melayani orang. Tool : kepemimpinan. Karunia rohania menjawab : dengan apa saya melayani. Bicara passion pertanyaannya : dimana saya seharusnya melayani. Kalau dengan apa, pertanyaan tool. Kalau pertanyaan dimana, di mana saya seharusnya melayani, ingin meminta jawaban tentang, tempat atau bidang. Kalau bisa punya karunia mengajar dari Tuhan, saya tidak bisa mengajar di semua tempat kalau tidak suka(passion) saya. Dulu saya masih mudaan , saya punya passion dengan remaja. Umur 30 lebih masih diundang. Tapi setelah satu masa , passion bergeser. Say aterbeban melayani professional dan pasutri. Profesional sudah lulus kuliah dan berkarir, membangun rumah tangga, punya masalah2 unik. Sehingga saya sangat passionate banget melayani kaum muda professional dan pasutri. Sangat terbeban. Beban saya bergeser, area saya bergeser dari pelayanan pemuda ke bawah sampai remaja, sekarang bergeeser. Itu bukan karena umur. Ada yang baru lulus SAAT terbeban melayani lansia (seharusnya usia lanjut = sialan = komisi usia lanjut). Yang benar usia tengah baya / usia lanjut kalau disingkat tidak enak diganti lanjut usia. Umur 25 tahun ia melayani die ma-ema dan opa2. Ia ambil tesis S2 untuk melayani lansia. Bukan karena umur saya bergeser buktinya saya masih tetap professional muda dan pasutri. Padahal saya sudah merit 20 tahun lebih. Passion tidak hilang karena lihat problem di situ. Dengan berjalannya waktu , passion bergeser. Tuhan kasih passion baru. Dulu passionate banget masalah remaja, langganan Donald Bebek dan Hai. Walau 30 tahun lebih baca, sehingga istilah prokemnya saya tahu. Baca SMS anak muda sulit karena tidak ada huruf hidupnya.

Saya pernah coba khotbah di kalangan remaja di Green Ville , remaja 250 orang, setengah mati. Sepanjang khotbah semua orang ngomong. Saya tidak tahu mesti gimana. Karena bukan passion saya. Mengerjakan sesuatu yang bukan  bebannya, bagaimana? Jadi passion menjawab pertanyaan di mana saya melayani TUhan yang bisa tambil beda (make the difference). Saya bisa khotbah di remaja tetapi tidak make the difference. Harus siapkan baik-baik, kata awalan , isi dll. Baru mereka bisa bawa pulang. Saya tidak bisa sembarang. Saya sangat passionate untuk bawa tema, pelayanan harus sesuai karunia dan passion sehingga melayani penuh dengan sukacita. Jangan sampai melayani dengan stressed. Kalau bisa pilek, hujan besar, sehingga bebas dari tugas. Saya pernah melayani sesuatu yang bukan passion saya, datang ke gereja, rasanya berat seperti ngutang apa. Jemaat saya di kemajelisan, naik jadi majelis, waktu saya tes untuk tempatkan di mana, 70% bisa ditempatkan berdasarkan test itu. Setelah 6 bulan, mereka bilang luar biasa happy di tempat pelayanannya. Kami angkatan ini merasa bersyukur baru kali ini ditaruh pada tempat dengan passion. Dulu tidak pernah begitu. Ada orang di taruh di depart PI. Ia datang ke saya. Waktu rapat pertama saya bingung ngomong apa, selama ini pemimpin koor. Saya juga bingung ditempatkan di sana. Mau ngomong aja saya bingung. Jadi majelis , ditentukan dengan negosiasi, karena tidak ada yang lain. TInggal satu lagi, yang tidak datang ditentukan. Mentang2 tidak datang, lalu ditunjuk. Waktu dibacakan di rapat berikutnya, ketua, wakil dll ibadah dia. Memang elo disitu, terus ditepuk tangani. Karena ia tidak datang dan bukan tempat dia. Ia bingung terus ditepuktangani. Siapa suruh tidak datang. Waktu penempatan pengurus jangan pernah tidak datang Begitu ada yang tidak datang, ditempatkan di tempat kosong. Di gereja2 begitu.

Tes karunia : (tes nomor 1 dari 5 tes).
Tes ini diadakan di sini, mau test lengkap 4 lagi . Baru dianalisa profile orang itu. Tempat yang tepat ada rekomendasi. Pelayanan di mana. Walau 1 halaman, perlu analisa beberapa jam. Dicek. Sebelum di print out. Kalau diluaran, anda bisa temukan macam-macam tes karunia. Tetapi belum pernah lakukan usaha profiling pekerja Kristus. Ini pertama kali di Indonesia dan dunia (mungkin juga sudah ada). Untuk di Indonesia baru di lembaga yang saya dirikan tahun 2008.  1 orang bisa 2-3 jam. Tahun lalu saya tiap hari melakukan hal ini. Pernah di GKY SUlung, hamba Tuhan dan majelis puluhan. Ketua komisi dan sebagian pengurus inti ditest jumlahnya ratusan. Ingin melayani secara efektif. Semuanya dikasih profile. Ia sebaiknya melayani di mana. Di gereja yang kecil kurang orang, taruh tempat yang ada. Supaya melayani dengan penuh sukacita.

Pengalaman bisa memberi arah para passion. Tapi karunia rohani menetap. Tool nya tidak berubah-ubah. Tuhan member pengalaman mengapa kita mengapa mengalaminya. Kita diajak merefleksi apa yang kita tahu dan suka dalam pelayanan itu juga ada campur tangan Roh Kudus yang memberi tahu kepada kita. Tetapi kita akhirnya menyadari. Dari alam unconscious kea lam sadar. Pengalaman tidak sepenuhnya jadi gantungan. Pekerjaan RK member tahu kita ada passion itu. Sebagian saya ambil dari resource, saya creat sendiri sebagian. Saya punya asses khusus. Kadang dengan interview saya tahu passion di mana. Saya tahu passion dengan bertanya. Lalu cek berapa kali. Lalu disimpulkan. Lihat buku saya : coaching. Ssaya belajar how to raise question dalam coaching. Bukan karena anda polisi yang sifatnya investigative yang berbau kecurigaan. Coaching bersifat open. Pure question. Anak malas berbulan.. Ditanya, kenapa kamu malas. Itu sudah asumsi. Ditanya , bagaimana kamu selama ini sekolah. Ceritakan dengan koko pengalaman sekolah. Dari semua yang diceritakan, pelajaran mana yang diminati dan tidak diminati. DIjawab, saya tidak suka minat matematik. Tidak ditanya, mengapa kamu jadi malas? Kita harus open question, tidak ada judgement, jangan menghakimi dia. Pertanyaan terbuka yang benar-benar wide, sehingga ia sadari mengapa ia tidak suka. Akhirnya ia tanyakan sendiri. Daripada diteriakin. Belajar coaching belajar ajukan pertanyaan. Orang Indonesia, tidak diajari bertanya, tetapi mendengar dan ikut. Tetapi harus puny akarunia rohani mendengar. Sehingga tidak bisa bertanya. Sekarang sudah dipengaruhi barat untuk PD lalu maju ke depan cerita. Anak sekarang nyerocos terus.

Kalau tidak ada passion tapi diminta untuk melayani, maka :
1.       Diketahui dulu passion itu. Baru bisa bilang.
2.       Karena tidak ada orang, terima saja dulu sampai komisi itu lama-lama berkembang.
Di suatu gereja idealnya begitu tapi tidak ada orang. Tapi jangka panjang, harus buat cara rekrut. Datangi bolanya. Harus ada program perekrutan, sehingga tidak ada lagi istilah tidak ada orang.
Biasanya tidak ada challenge ke mereka. TIdak ada visinya sehingga malas. Saya masih kuliah, buka toko dll. Banyak alasan tidak melayani. Masalahnya tidak tertantang. Masih sibuk begini.


No comments:

Post a Comment