Thursday, October 25, 2012

Kesetiaan dan Kelemahlembutan

Ev Daniel Sihombing




Kesetiaan dan kelemahlembutan adalah bagian dari buah Roh, sebagaimana dicatat dalam Gal. 5:22. Ada berapa buah Roh? Sembilan ya: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Mari kita baca terlebih dahulu bagian Alkitab yang akan mendasari pelajaran kita pada malam hari ini. Demi pemahaman konteks, kita akan membaca keseluruhan perikop: ayat 16-26. Saya akan membaca ayat genap, saudara-saudari ayat yang ganjil, kemudian ayat 22 yang menjadi fokus kita, akan kita baca bersama-sama.
            Saya tidak tahu bagaimana pembahasan mengenai topik buah Roh dalam kesempatan-kesempatan terdahulu, karena itu saya akan mulai dengan pembahasan sedikit mengenai buah Roh sebelum kita masuk lebih spesifik ke dalam dua unsur buah Roh yang menjadi tema kita, yaitu kesetiaan dan kelemahlembutan.
            Yang pertama, menarik sekali, dalam Alkitab disebut buah Roh, bukan buah-buah. Apa artinya? Artinya ialah, buah Roh, yang sembilan itu, kasih, sukacita, dan sebagainya, adalah satu paket, satu kesatuan.
            Yang kedua, harus dibedakan antara buah Roh dengan karunia Roh. Karunia Roh, sebagaimana disebutkan dalam 1Kor. 12-14, seperti bernubuat, berbahasa lidah, menasihati, menghibur, mengajar, dan lain sebagainya, adalah kelebihan tertentu yang dipercayakan Tuhan kepada manusia-manusia yang percaya kepada-Nya secara khusus dan berbeda-beda bagi tiap pribadi, untuk membangun jemaat. Sedangkan buah Roh adalah sesuatu yang mestinya ada dalam diri setiap orang percaya. Jadi, tidak semua orang Kristen mendapat karunia berbahasa lidah. Tidak semua punya karunia bernubuat, tetapi semua orang Kristen mestinya menghasilkan buah Roh.
            Yang ketiga, penggunaan kata “buah” menunjukkan bahwa buah Roh adalah sesuatu yang mestinya muncul secara alami/natural. Sama seperti buah muncul secara alami dari tanaman.
            Yang keempat, dalam Galatia 5:16-26 yang sudah kita baca bersama-sama tadi, buah Roh dikontraskan dengan perbuatan-perbuatan daging. Sama seperti perbuatan-perbuatan cemar, seperti: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya, keluar secara alami dari hati yang penuh kedagingan, demikian juga buah Roh mestinya keluar secara alami dari kehidupan yang dipenuhi, dipimpin oleh Roh.
            Satu paket, mestinya ada dalam diri setiap orang percaya, muncul secara alami dari kehidupan yang dipenuhi, dipimpin oleh Roh.
            Satu lagi, setelah kesembilan unsur buah Roh itu disebutkan dalam ayat 23, ada kalimat apa? Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Kalau bicara mengenai hukum dalam surat Galatia, secara otomatis acuan kita tertuju kepada hukum Taurat. Sebab tema utama surat Galatia memang mengenai Injil Kasih Karunia dan Hukum Taurat. Apa yang dimaksud Paulus di sini dengan kalimat “tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”? Hukum Taurat, sebagaimana dijelaskan Paulus dalam bagian sebelumnya di surat Galatia, diberikan untuk membatasi dosa, mencegah manusia dari kejatuhan ke dalam dosa yang lebih dalam lagi. Tetapi kalau seseorang sudah dipenuhi buah Roh dan kesembilan unsurnya itu, sesungguhnya ia tidak perlu dibatasi oleh hukum Taurat lagi. Ia sudah melampaui hukum tersebut. Karena ketika seseorang hidup dalam Roh dan dipenuhi oleh buah Roh, sebenarnya secara prinsip, ia sudah memenuhi segala tuntutan hukum tersebut.
            Sekarang kita masuk ke dalam pembahasan dua unsur buah Roh yang menjadi tema kita pada malam hari ini. Kesetiaan dan kelemahlembutan.
            Pertama, kesetiaan. Apa yang dimaksud dengan kesetiaan di sini? Kesetiaan di sini maksudnya ialah sesuatu yang menjadikan seseorang dapat dipercaya, atau dapat diandalkan. Dapat dipercaya, dapat diandalkan.
Kata yang sama muncul dalam Luk. 16:10-12. Mari kita lihat bersama-sama. Setia dalam perkara-perkara kecil. Dapat dipercaya, dapat diandalkan. 1Tim. 1:12, di sana Paulus mengatakan, dia bersyukur kepada Yesus Kristus, karena Ia menganggapnya setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku. Setia, karenanya dipercayakan pelayanan oleh Tuhan.
Mengapa kita harus setia? Atau mengapa hidup dalam Roh, dalam Tuhan, seharusnya membuahkan kesetiaan? Karena Alkitab bersaksi bahwa Allah sendiri adalah Allah yang setia. Mzm. 33:4. Sebab firman Tuhan itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Allah kita setia, dapat dipercaya, dapat diandalkan dalam segala karya-Nya, pekerjaan-Nya.
Kemudian 1Kor. 1:9, Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia. Apa maksud setia di sini? Kalau kita perhatikan ayat-ayat sebelumnya, terutama ayat 8, maka jelas bagi kita bahwa kesetiaan Allah di sini maksudnya ialah bahwa Allah yang sudah memberi kita anugerah keselamatan cuma-cuma di dalam Kristus Yesus itu, akan meneguhkan iman kita sampai pada waktu Kristus Yesus datang kedua kalinya. Ini adalah mengenai kesetiaan Allah dalam karya keselamatan-Nya. Ia yang sudah memulai anugerah karya keselamatan-Nya dalam diri kita itu, pasti akan meneguhkan-Nya hingga akhir zaman. Sehingga kita semua orang-orang percaya pasti selamat. Karena keselamatan itu dari Allah ya, kalau karena usaha manusia kan tidak pasti. Manusia kan selalu berubah. Tapi kalau dari Allah, pasti ya.
Kesetiaan Allah juga dinyatakan dalam 1Kor. 10:13. Tahu ya ayat ini, pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah adalah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Ya, karena Allah setia menggenggam kita dalam keselamatan yang sudah dikerjakan-Nya dalam diri kita, maka Ia tidak akan membiarkan kita dicobai melebihi kekuatan kita.
Ibr. 10:23, Marilah kita berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. Ya, Allah setia pada perjanjian-perjanjian-Nya, karena itu kita dapat berpegang teguh pada pengakuan tentang pengharapan kita. Pengharapan kita akan sorga, akan kedatangan Kristus yang kedua kali, akan kemenangan, upah di sorga, dan sebagainya.
Terakhir, 1Yoh. 1:9. Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Allah setia, setia pada janji-Nya, bahwa Ia akan mengampuni anak-anak-Nya yang sungguh-sungguh bertobat.
Allah kita adalah Allah yang setia. Karena itu manusia yang hidup di dalam-Nya, seharusnya juga menghasilkan buah kesetiaan dalam hidupnya.
Kesetiaan juga menjelaskan karakter orang-orang yang siap mati demi iman mereka kepada Kristus. Why. 2:10, Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Setia sampai mati. Nasihat untuk setia sampai mati ini ditujukan rasul Yohanes untuk jemaat di Smirna ya. Dan pada waktu-waktu berikutnya, memang jemaat Smirna mengalami penganiayaan. Pada suatu ketika, tempat kediaman uskup di Smirna, namanya Polycarpus, didatangi oleh pasukan Romawi. Mereka mencari Polycarpus. Polycarpus segera menemui mereka, dan meminta waktu dua jam, untuk mendoakan semua orang yang ia kenal dan pernah temui, yang dia ingat. Takjub melihat ketenangan dan aura sang uskup mungkin, para pasukan memberinya izin. Dua jam berlalu, dan Polycarpus kini dibawa ke arena, untuk dibakar hidup-hidup di hadapan massa. Ia diikat pada kayu, diberdirikan, dan di bawah kakinya sudah disiapkan kayu-kayu, yang segera disiram dengan bahan bakar oleh pasukan Romawi.
Seorang prajurit sudah membawa obor yang menyala, siap dihunjamkan ke tumpukan kayu di bawah kaki Polycarpus, dan sang kaisar Romawi bertanya, ajalmu segera tiba, maukah engkau menyangkali imanmu? Pada saat itulah muncul kalimat Polycarpus yang terkenal dalam sejarah gereja. Demikian katanya, “Selama 60 tahun aku melayani Dia, dan Dia tidak pernah berbuat satu kesalahan pun pada-Ku, dan Dia tidak pernah sekalipun mengecewakanku, masakan aku menyangkali-Nya pada saat terakhirku?”
Maka obor pun diletakkan di atas tumpukan kayu, dan nyala api segera merambat ke tubuh Polycarpus. Menurut legenda, api tersebut tidak membakar tubuhnya, mengelilingi tubuhnya, tetapi tidak membakarnya, sampai kaisar menyuruh seorang prajurit untuk menikam tubuhnya dengan tombak. Polycarpus mati. Tapi keberanian yang ditunjukkannya memberi inspirasi bagi martir-martir Kristen yang mengikutinya. Setia sampai mati.
Adakah kita yang di sini memiliki kesetiaan? Setia pada hal-hal kecil. Setia pada pelayanan yang dipercayakan kepada kita di gereja. Setia pada segala sesuatu yang dipercayakan Tuhan dalam kehidupan kita. Setia pada iman kita, sampai mati. Dapat dipercaya, dapat diandalkan. Itulah salah satu unsur buah Roh yang seharusnya ada dalam diri setiap orang yang hidup dalam Roh.
Yang kedua, kelemahlembutan. Apa yang dimaksud dengan kelemahlembutan di sini? Kelemahlembutan adalah karakter yang dimiliki oleh seseorang yang sangat dapat mengendalikan dirinya sendiri, sehingga ia selalu marah pada saat yang tepat, dan sebaliknya, tidak pernah marah pada saat yang salah.
Dalam Alkitab, ada tiga contoh situasi di mana kelemahlembutan menjadi syarat utama dalam menghadapinya.
Dalam Gal. 6:1, kalau seseorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut. Bimbingan kepada orang yang jatuh dalam dosa, harus dilakukan dalam kelemahlembutan.
Kemudian 2Tim. 2:25, dalam menghadapi orang yang suka melawan, kelemahlembutan adalah syarat. Bukan dibalas dengan sikap yang melawan juga.
Kemudian dalam mempertahankan iman, 1Pet. 3:15-16. Pertanggungjawaban, pembelaan iman harus dilakukan dengan sikap penuh kelemahlembutan.
Siapa lagi sosok ideal untuk memahami kelemahlembutan yang ideal selain Yesus sendiri? Dalam Mat. 11:29, Yesus berkata: “Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati.” Belajarlah kelemahlembutan dari Yesus.
Yesus selalu marah pada saat yang tepat. Ia marah ketika bait Allah yang seharusnya menjadi tempat beribadah dijadikan tempat mencari untung lewat cara-cara kotor. Ia marah kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menyelewengkan arti agama yang sejati. Ia marah kepada pekerjaan Iblis. Tapi terhadap orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Allah, Yesus menunjukkan kelemahlembutan, kasih, dan belas kasihan yang luar biasa.
Kelemahlembutan, belas kasihan, kesederhanaan, kerendahan hati, sering dipahami dunia sebagai tanda kelemahan. Tidak heran kalau banyak orang sulit menerima bahwa Yesus adalah Raja, termasuk/bahkan terutama orang-orang Yahudi. Padahal sebenarnya dalam kelemahlembutan-Nya, kesederhanaan, dan kerendahan-Nya, nyata kebesaran-Nya.
Yesus datang ke dunia sebagai Raja, dan membawa kerajaan Allah bersama-Nya. Ia memanggil orang-orang untuk menjadi warga-warga Kerajaan Allah. Matius 5-7, khotbah di bukit, sering disebut sebagai landasan etis/prinsip etika bagi warga-warga Kerajaan Allah.
Kita lihat di Matius 4:23. Khotbah di bukit dimulai dengan dua belas ucapan bahagia berbahagialah orang yang, karena mereka akan.. Karakter-karakter yang disebutkan di dalamnya, ialah karakter-karakter para warga Kerajaan Allah. Kerajaan yang dibawa, ditawarkan, dan diwartakan oleh Yesus. Salah satunya adalah lemah lembut. Mat. 5:5: Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Mat. 5:5).
Kepada orang yang lemah lembut, Yesus menjanjikan kepemilikan atas bumi. “Memiliki”, biasa diterjemahkan juga “mewarisi”. Kata “mewarisi” biasa dikaitkan dengan hak memasuki Tanah Perjanjian, seperti nyata dalam kitab-kitab Taurat. Tapi memiliki/mewarisi bumi di sini ternyata bukan mengacu kepada kitab-kitab Taurat. Perhatikan referensi di bawah. Ayat mana yang diacu? Mazmur 37:11. Dalam Mazmur 37, tiga kali disebutkan frasa “memiliki bumi” selain dalam ayat 11, yaitu ayat 9 dan 29. Dan pada zaman Tuhan Yesus, Mazmur 37 ini dipakai orang-orang Yahudi sebagai nyanyian pengharapan akan zaman baru, zaman pemerintahan Allah di bawah Mesias sebagai Raja. Jadi apa artinya? Mewarisi bumi berarti memperoleh tempat dalam langit dan bumi yang baru, sorga yang kekal, Firdaus yang dicipta ulang. Orang-orang yang lemah lembut akan mewarisinya.
Apakah kita termasuk orang-orang yang demikian? Jika ya, berbahagialah, sebab kitalah yang mewarisi bumi yang baru itu. Jika tidak, mari kita terus mohon karya Roh Kudus di dalam hati kita, melembutkan dan menjadikan kita orang-orang yang penuh dengan kelemahlembutan.
Setia. Dapat dipercaya, dapat diandalkan. Setia pada iman kita. Lemah lembut. Marah pada waktu yang tepat. Bersama dengan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, dan penguasaan diri adalah satu paket buah Roh yang secara alami mestinya terpancar dari kehidupan orang yang hidup dalam Roh. Amin.

No comments:

Post a Comment