Sunday, February 24, 2013

Bersaksi dengan Kasih

Ev. Suwandi
Mat 22:37-39; 28:19, Kis 1:8
37  Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
38  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
39  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Mat 28:19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
Kis 1:8  Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Dalam Puji-Pujian Kristen nomor 199 ada sebuah lagu berjudul Apa yang Kau Perbuat bagi Yesus yang liriknya mengatakan:  Apa yang kau buat bagiNya? Tiap hari semangatkah? Bersandarkah kau padaNya? Saksikan kasihNya! Apa kau perbuat bagi Tuhanmu? Apa kau peroleh kerja bagiHu?, Setiap harinya apa kerjamu? Apa kau perbuat bagi Tuhanmu?. Lagu ini ingin menolong diri kita untuk mengevaluasi diri kita sendiri, apa yang telah kita lakukan bagi Tuhan. Kita begitu lama mengenal dan percaya pada Tuhan, menjadi anak Tuhan? Apa yang telah kita lakukan bagiNya? Apa kita pernah menjadi saksi bagi Tuhan? Setelah percaya, bukan berarti selesai, duduk beribadah di gereja, menunggu dan naik ke sorga. Setelah kenal Tuhan, banyak hal yang harus kita lakukan untuk Tuhan. Salah satunya adalah bersaksi bagi Tuhan. Bersaksi adalah panggilan utama anak-anak Tuhan (orang Kristen) yang berasal dari Tuhan Yesus sendiri. Dia mengulangi 2 kali perintah untuk menjadi saksi bagiNya.
Pada Mat 28:19, Tuhan Yesus mengatakan, “Pergilah , jadikan semua bangsa muridKu.” Dan setiap orang yang mau menjadi murid Tuhan Yesus, pertama-tama harus bertobat, diselamatkan, percaya kepada Tuhan Yesus. Untuk itu mereka harus mendengar tentang Yesus, Injil. Sehingga kita perlu memberitakan, bagaimana mengenal Kristus dan kita harus menjadi saksi bagiNya. Sedangkan pada Kis 1:8 Tuhan Yesus mengatakan,” Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

Bersaksi adalah perintah yang berasal dari Tuhan Yesus. Menjadi saksi bagi Tuhan Yesus adalah hak istimewa sebagai anak-anak Tuhan (orang-orang percaya). Sebagai orang Kristen, kita harus menjadi saksi bagi Tuhan. Banyak orang Kristen tahu hal ini, tetapi dalam kehidupannya tidak mau melakukannya. Banyak alasan dikemukan untuk tidak menjadi saksi bagi Kristus. Misal : bersaksi itu sama dengan berkhotbah sehingga harus belajar firman Tuhan sepenuhnya sedangkan yang benar-benar mengenal firman Tuhan adalah orang-orang yang masuk sekolah teologia dan dididik di  seminari. Sehingga “bersaksi” dibebankan ke hamba Tuhan yang sudah belajar teologia di seminari. Ini pengertian yang salah. Bersaksi bukanlah berkhotbah. Bersaksi artinya menceritakan kepada orang lain, pengetahuan tentang Kristus, bagaimana Dia lahir, mati, bangkit untuk kita. Menceritakan bagaimana kita bersama dengan Kristus. Bukan setelah menjadi orang yang hebat, yang mengerti Alkitab baru bersaksi, tetapi kita menceritakan kesaksian pengalaman bersama Kristus. Kesaksian bisa melalui perbuatan. Ada juga yang berasalasan : saya tidak punya bakat untuk memenangkan jiwa. Padahal bersaksi menceritakan pengetahuan tentang Tuhan Yesus dan pengalaman bersama Dia. Memenangkan jiwa bukan pekerjaan atau usaha kita tetapi gerakan Roh Kudus. Orang bisa bertobat melalui kesaksian kita, tetapi itu bukan kehebatan kita tetapi kuasa dari Roh Kudus. Tugas kita adalah bersaksi, tidak ada alasan tidak bersaksi karena tidak punya talenta. Tugas kita menceritakan pengenalan dan pengalaman kita besama Kristus. Sebagai orang Kristen menjadi saksi dan menyampaikan kebenaran firman Tuhan, bukanlah tugas tawar-menawar, Alkitab mengatakan, orang Kristen harus menjadi saksi. Ini tugas yang begitu mulia. Kesaksian bukan menjadi beban tetapi menjadi gaya hidup, anak-anak Tuhan. Setelah begitu lama perccaya, kerohanian kita makin bertumbuh, bagaimana Roh Kudus mengubah kita semakin hari semakin serupa Tuhan Yesus. Saat mengalami hal demikian maka kita harus menyaksikan pada orang lain.

Yoh 1:3 Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga,
Apa yang telah kita lihat, alami, raba, kita saksikan kepada orang lain. Kita menceritakan pengalaman kepada orang-orang yang belum mengenal Kristus. Banyak orang yang takut bersaksi karena takut ditolak atau tidak dipercaya oleh orang lain. Pada waktu TUhan Yesus datang ke dalam dunia, Dia bersaksi. Saat Ia bersaksi, banyak orang percaya kepadaNya. Tugas kita sama, sebagai anak Tuhan, kita juga harus bersaksi, apa yang diperbuat, diajarkan oleh TUhan Yesus. Mungkin ada orang yang menolak atau percaya. Itu keputusan orang yang kita berikan kesaksian. Yang dituntut : bersaksi bagiku. Oleh karena itu kita tidak usah kecewa saat ditolak. Tugas kita hanya bersaksi. Bukan karena kehebatan tetapi karena kuasa Roh Kudus orang menjadi percaya. Roh Kudus mengingatkan orang berdosa. Sehingga waktu bersaksi bagi Tuhan, kita tidak usah berkecil hati. Tujuan kita bersaksi : supaya orang percaya pada Kristus, berubah gaya hidupnya dari berdosa menjadi percaya.

Yoh 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.
Kis 4:12 Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan."
Banyak orang mengatakan , agama di dunia ini sama. Memang ada persamaan, pengajarannya sama untuk berbuat baik, tidak ada agama yang mengajarkan berbuat dosa.  Misal : berbakti kepada orang tua. Tidak ada agama mengajarkan jadi anak durhaka atau tidak peduli orang tua. Tetapi tentang keselamatan, tidak semua agama sama.  Keselamatan hanya ada dalam Tuhan Yesus. Kita yang sudah diselamatkan , kita tahu orang yang belum percaya akan binasa, maka kita seharusnya bertanggung jawab untuk memberitakan Kristus. Contoh : kalau ada seseorang menderita kanker, lalu ke sana sini mencari dokter yang pandai untuk menyembuhkan. Suatu kali dikenalkan dengan seorang dokter dan disembuhkan. Setelah itu apakah kita diam saja? Tentu, kita akan menceritakan tentang dokter itu. Sebagai orang Kristen seharusnya kita juga melakukan hal yang sama. Sebagai orang yang menerima keselamatan, sadar betapa pentingnya keselamatan, orang yang tidak percaya akan binasa. Maka kita membagikan berita Injil kepada orang lain.

Pada kitab Lukas ada pria yang dirasuki setan, ia menjadi “galak”. Saat dirantai, rantainya diputus. Suatu hari Tuhan Yesus bertemu Dia dan mengusir setan dalam dirinya. Ia penuh ucapan syukur dan mengatakan , ia akan pergi mengikuti Yesus kemanapun ia pergi. Namun Tuhan Yesus  memintanya pulang ke rumahnya menjadi saksi bagiNya. Apakah kita sudah menjadi saksi bagi Tuhan? Dalam konteks sekarang, kita menjadi saksi di rumah, di masyarakat dan sampai ujung bumi. Tapi banyak orang Kristen merasa masih punya banyak waktu dan tidak mempunya kerinduan untuk bersaksi.

Jangan Menunda
Ada 2 pria yang sudah berkenalan sejak kecil. Mereka berteman sampai dewasa. Satu di antaranya kemudian percaya kepada Yesus dan ingin bersaksi kepada temannya. Tapi setiap kali bertemu, ia merasa malu. Sehingga ia menunda terus. Sampai suatu kali temannya mau berlayar ke luar negeri dan lama baru akan pulang. Kemudian ia mengambil tekad , “Saya harus memberitakan Injil pada waktu mau berangkat”. Waktu temannya mau berangkat ia mengantarkannya ke kapal dengan mobil. Di mobil ia bertekad untuk memberitakan Injil. Tetapi waktu mobil melaju, ia tidak bisa mengatakannya. Kemudian sampai di kapal, ia mengambil tekad lagi, saat akan mengantar ke kamar, ia mau bersaksi. Tetapi porter datang, barang temannya dibawa ke kamar. Lalu ia berkata dalam hatinya, “Saya akan mencari tempat yang sepi untuk bersaksi.” Namun ada suara pengumuman mengatakan kapal akan berangkat, pengantar dipersilahkan turun. Ia katakan, saat bertemu lain waktu ia akan bersaksi. Setelah temannya berangkat, 2 bulan kemudian temannya meninggal dunia. Ia merasa menyesal sekali. Kenapa dia tidak memberitakan Injil kepada Yesus. Seringkali penyesalan datang telat. Ia sudah tidak bisa melakukan apa-apa.
Dalam hidup kita menyesal. Namun penyesalan sudah terlambat, tidak bisa diperbaiki. Sehingga dalam hidup, waktu mau menjadi saksi jangan menunda. Karena kesempatan belum tentu ada. Mungkin kita tidak bisa lagi memberitakan Injil.

Menginjili dengan Kasih
Mat 22:37-39. Kita harus mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi dan mengatakan kita harus mengasihi sesama manusia seperti diri kita. Kita bersaksi karena kita mengasihiNya. Kita mengasihi Tuhan berarti harus taat pada perintahNya. Tetapi kita bukan hanya mengasihiNya tetapi juga mengasihi sesama manusia. Seringkali banyak orang yang tidak mau memberitakan Injil karena hatinya tidak mempunyai kasih atau banyak orang tidak mau percaya, karena kita tidak mengasihi Allah.  Kita tidak ada hati untuk mengasihiNya.
Dr. Fran Lobak (?) menceritakan suatu kali ia ingin mengabarkan injil ke suku Moro di Filipina. Saat itu Moro tidak bisa menerima orang asing dari luar. Mereka memusuhi orang asing yang masuk ke desa mereka. Fran yakin orang suku Moro akan menerima Injil. Tetapi waktu ia pergi untuk memberitakan Injil tidak ada satu pun yang bertobat. Sehingga ia merasa putus asa. Ia merasa sudah gagal. Ia kemudian siap-siap untuk meninggalkan suku Moro. Suatu hari ia naik mendaki suatu tempat. Waktu naik ke atas, ia melihat suatu desa dari suku Moro. Lalu ia berdoa dan bertanya kepada Tuhan, mengapa ia sudah  mengabarkan Injil namun tidak ada orang yang mau bertobat. Bagaimana mengabarkan Injil supaya suku Moro bisa percaya kepada Tuhan Yesus? Tiba-tiba ia mendengar suara Tuhan mengatakan, “Mengapa orang-orang Moro tidak mau  percaya, karena engkau tidak benar-benar mengasihi mereka. Engkau merasa orang kulit putih yang pintar dan melihat orang Moro sebagai orang bodoh. Engkau merasa lebih tinggi dari mereka. Lalu ia meneteskan air mata dan minta Tuhan agar mengajar dia mengasihi suku Moro. Lalu ia bukan saja bersaksi, namun ia juga bergaul dengan mereka dan mengasihi mereka. Tidak lama kemudian, ada orang Moro yang percaya kepada Tuhan.

Tanpa kasih, Tidak Berarti
Kasih itu penting sekali, karena kalau kita tidak sungguh-sungguh mempunya hati yang mengasihi maka sulit menginjili. Kita tahu apa itu kasih, khususnya kasih agape. Mengasihi orang yang belum kita kenal. Tetapi kasih kita seringkali mempunyai syarat. Saya mengasihi dia karena dia melakukan sesuatu untuk saya. Tetapi Tuhan ingin kita mengasihi semua orang termasuk musuh. Apakah kita mengasihi orang lain? Kalau kita tidak mempunyai hati yang mengasihi, apa yang dilakukan sia-sia. Sekalipun kita bisa berbahasa malaikat, tetapi kalau tidak mempunyai kasih tidak ada artinya (gunanya). Apakah kita mengasihi orang lain? Yang paling gampang, apakah kita pernah berdoa untuk orang lain? Apakah kita pernah berdoa untuk orang yang kesulitan? Kalau untuk orang yang dikenal, kita sulit mengasihi apalagi yang belum mengenal. Tanpa kasih, semuanya tidak berarti. Minggu lalu, kita sudah mendengar firman Tuhan tentang kasih yang semula. Jemaat Efesus adalah jemaat yang rajin dan baik. Tetapi dalam pandangan TUhan mereka harus bertobat karena mereka sudah kehilangan kasih yang semula. Kita diminta untuk menjadi saksi. Tetapi tanpa kasih, orang tidak akan percaya. Waktu pelayanan di Cirebon, ada seorang ibu yang tidak banyak bicara tetapi membawa jiwa-jiwa kepada Tuhan. Karena dalam dirinya ia punya kasih. Mari kita kembali kepada Tuhan, menjadi saksi dengan hati yang mengasihi orang lain.


Sunday, February 17, 2013

Kasih yang Mula-Mula

Pdt. Heri Kristiawan

Wahyu 2:1-7
1 "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
2  Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
3  Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
4  Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
5  Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
6  Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
7  Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
Wahyu 1:3 Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.

Baru saja kita melihat meriahnya orang merayakan Valentine Day. Hari ini tema kita, adalah Kasih Yang Mula-Mula. Di dalam ramainya perayaan hari kasih sayang, kita seringkali mendengar kisah cinta yang indah-indah. Banyak cerita tentang bagaimana orang mengekspresikan kasihnya kepada orang lain. Namun di tengah banyaknya kisah cinta yang indah, kita juga mendengar kisah cinta yang menyedihkan. Seorang ibu menceritakan dulu ketika pacaran, sang suami begitu sabar dan penuh perhatian. Ketika ia tersandung jatuh, dengan cepat sang pacar (yang kemudian menjadi suaminya) melihat dan berkata,”Sayang, apakah tidak apa-apa?” seraya memijit kaki yang sakit karena terjatuh. Tetapi setelah sekian tahun menjalani hidup berumah tangga, peristiwa yang sama terjadi. Saat ia tersandung dan jatuh, yang dikatakan sang suami, “Kamu taruh di mana matamu?” Ini merefleksikan : di mana kasihnya yang mula-mula yang begitu indah itu? Kasih yang mula-mula itu sudah padam! Itulah  yang terjadi pada jemaat Efesus. Mereka kehilangan cintanya yang semula, Pada kitab Efesus, Rasul Yohanes menulis teguran yang keras terhadap jemaat Efesus.

Latar Belakang Kota Efesus
Kota Efesus adalah kota metropolitan yang menjadi pusat perdagangan di Asia kecil baik melalui darat maupun laut. Kota ini terbuka segala sesuatu, aneka budaya masuk melaluinya. Hal ini bila dibandingkan mirip dengan kota Jakarta. Segala macam budaya asing masuk ke masyarakat Efesus. Tidak heran, bila terdapat praktek penyembahan kepada berhala dan kaisar serta perzinahan pada tempat penyembahan. Di sana ada penyembangan kepada dewi Artemis. Penyembahan berhala dan perzinahan dianggap sebagai hal yang biasa, wajar dan dibenarkan karena dilakukan setiap orang.
Jemaat Efesus menyaksikan (melakukan) kehidupan yang berbeda. Akhirnya Tuhan memberikan pujian pada cara hidup, ketekunan jerih payah dan pelayanan mereka, Secara kasat mata, kehidupan mereka baik. Itu evaluasi secara lahiriah. Bagaimana kesaksian hidup mereka dievaluasi secara rohani.?

Pola Surat Kepada Ke Tujuh Jemaat pada Kitab Wahyu
Wahyu 2:1-7 merupakan surat pertama dari 7 surat kepada para jemaat. Polanya sama. Ada unsur-unsur yang sama. Unsur ini merupakan garis besar untuk memahaminya yang terdiri dari :
1.       Pesan (1a) Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus
2.       Identitas (1b). Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu
3.       Pujian (2-3) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu….
4.       Teguran (4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula
5.       Nasihat (5-6) ancaman kalau nasihat tidak didengarkan. . Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat
6.       Ajakan (7a) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat
7.       Janji (7b) ketika memperhatikan perintah Tuhan: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.

Contoh lain : Wahyu 2: 12-17
Pesan 12a. Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Pergamus
Identitas (12b). identitasnya sama dinyatakan dalam cara yang berbeda. : Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua
Pujian (13). Aku tahu di mana engkau diam
Teguran (14-15) Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau
Nasihat (16)   Sebab itu bertobatlah!
Ajakan (17a) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat
Janji (17b) Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi

Kepada 3 jemaat pertama, polanya sama persis. Kepada 4 jemaat berikutnya unsurnya sama, di bagian akhir susunannya berbeda. Janji terlebih dahulu (setelah itu baru ajakan). Tetapi ketujuhnya punya unsur yang sama.

Surat Kepada Jemaat Efesus

Pesan. Tuhan Yesus menugaskan Rasul Yohanes untuk menulis melalui malaikat. Malaikat maksudnya para pemimpin jemaat dan sidang (para pemimpin gereja). Wah 1:19 Karena itu tuliskanlah apa yang telah kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi sesudah ini. Tuhan Yesus memberi kesempatan kepada Rasul Yohanes saat dibuang ke Pulau Patmos (seperti Nusakambangan di Indonesia).

Identitas. Di sana Tuhan memberi penglihatan yang harus dicatat dan diberikan kepada 7 jemaat. Tuhan yang memerintahkan pesan menyatakan identitas sebagai pemegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas. Memegang menunjukkan kuasa Tuhan atas jemaatNya. Tuhan ingin menegaskan bahwa Dialah yang berkuasa sehingga jemaat Efesus menjadi besar, juga menjaga, memelihara dan memperhatikan jemaat. Menjaga dan memelihara segala sesuatu  yang terjadi atas jemaat. Tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa ijin Tuhan. Dia memberi kuasa sehingga jemaatnya menjadi besar. Bagian ini menegaskan jemaat menjadi besar bukan karena orang tertentu yang berjasa. Semua itu dalam kuasa Tuhan. Tuhan berkuasa menjaga dan memelihara umatNya. Jangan ada, orang yang merasa dirinya yang paling berjasa. Semuanya itu hanya karena Tuhan. Ini menjadi penegasan atas evaluasinya terhadap kehidupan jemaat. Supaya jemaat tidak meragukan Tuhan melakukan evaluasi. Itulah Tuhan yang berotoritas, Maha Tahu yang menjaga dan mengevalusi kehidupan mereka.

Pujian. Evaluasi dimulai dengan pujian (ayat 2-3). Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Kata jerih payahmu menunjukkan betapa mereka telah menggunakan waktunya habis-habisan , mereka telah all-out melakukan pekerjaan tersebut. Kata ketekunan menyatakan kesetiaan mereka sekalipun mereka mengalami penganiayaan. Mereka tetap melayani Tuhan dengan tidak mengenal lelah. Mereka juga menguji semua pengajaran dari rasul palsu (mencobai tepatnya menguji). Setiap pelajaran rasul diuji sesuai tidak dengan pengajaran firman Tuhan. Mereka jemaat yang hebat, setia melayani gereja Tuhan tidak mengenal lelah. Kita yakin mereka memiliki kehidupan yang saleh dan religius, di tengah budaya asing yang masuk di kota itu. Kita mungkin mengandaikan kita sama seperti itu. Saya melakukan pekerjaan habis-habisan. Mungkin sebagai anggota paduan suara mati-matian melakukan latihan untuk menyanyikan dengan baik. Semua aktivis melakukan dengan segenap hati. Yang bisa dilihat orang, semua melakukan dengan semangat yang luar biasa. Mungkin dengan tidak memperhitungkan waktu, untung-rugi. Mungkin jemaat di sini juga sama seperti jemaat di Efesus. Kita semua giat melakukan pekerjaan Tuhan. Semua rela berkorban untuk pekerjaan Tuhan. Secara pribadi, kita menjadi orang setia kepada Tuhan. Di masyarakat, kita bersaksi sebagai oraang Kristen tidak takut ancaman. Di kantor , kita menampakkan identitas sebagai orang Kristen. Di kampus kita bersaksi sebagai anak TUhan. Di rumah tangga, sehari-hari kita, di masyarakat menyaksikan sebagai orang Krsiten Identitas kita di KTP masih sebagai orang Kristen. Semuanya adalah hal yang baik. Kacamata jasmani kita, semuanya baik. 

Teguran. Bagaimana sang Maha Kuasa memberi penilaian?  Bagaimana ketika Tuhan Yesus melihat ke dalam hati kita yang paling dalam? Jemaat ditegur Tuhan Yesus (ayat 4). Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Segala sesuatu yang baik menjadi tidak ada artinya , ketika tidak ada kasih yang semula. Betapa pun baiknya yang dilakukan bila tanpa kasih, sia-sia. Juga bila saya berkhotbah tanpa kasih, tidak ada artinya di hadapan Tuhan. Kasih yang semula yang bagaimana? Kasih yang menjadi ciri saat perjumpaan pertama dengan Kristus. Kasih yang membuat orang berkobar-kobar mencintai Tuhan Yesus dan pekerjaanNya. Kasih yang membuat orang mendedikasikan hidupnya kepada Tuhan.  JIkalau itu tidak ada dalam hidup kita, tanpa kasih hidup kita sia-sia. Kita beribadah setiap minggu dan melayani, tanpa kasih Tuhan tidak ada gunanya. Setia melayani ikut paduan suara, aktivitis tanpa motivasi mengasihi Tuhan, semuanya tidak ada gunanya. Segala sesuatu yang kita lakukan bukan untuk Tuhan, itu pasti untuk diri sendiri. Pasti itu melayani keinginan kita, memuaskan ego kita. Peringatan Tuhan melandasi segala sesuatu dalam kehidupan kita.

Nasihat. Tuhan selain mencela dan menegur , Dia juga memberi nasehatNya. Ayat 5 . 5  Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Kata “ingatlah” muncul mengingatkan kasih yang dulu dimiliki dan yang sekarang tidak ada. “Betapa dalamnya engkau telah jatuh” karena engkau tidak memilih kasih. Ingatlah kembali kasih yang mula-mula. Namun tidak berhenti pada kata “mengingat”, langkah berikutnya “bertobatlah”. Menyesallah pada kondisi yang tanpa kasih mula-mula. Dengan penuh kesadaran , atas segala sesuatu dalam kehidupan. “Lakukanlah lagi” yaitu melakukan segala sesuatu untuk mengasihi Tuhan. Ayat 5 jika tidak demikian, tidak mengingat dan bertobat . maka Aku akan datang mengambil kaki dian Jika seruan tidak didengarkan, Tuhan Yesus akan melenyapakn jemaat yang tidak mengasihi Allah. Bisa jadi, manusia tetap ada tetapi esensi yang tidak ada. Sebenarnya orang ada bisa dilihat secara kasat mata, tetapi secara esensial tidak. Jemaat ini tidak ada gunanya bagi Tuhan. Itu akan dilakukan Tuhan kepada jemaat yang tidak melakukan teguranNya. Jika segala sesuatu yang dilakukan (secara kasat mata dll) jikalau bukan untuk mengasihi Tuhan, Tuhan akan menghapuskan jemaat.

Ajakan (17a) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat. Mendengar dengan telinga rohani dan memahami secara rohani .

Janji. Jika dilakukan maka, Tuhan janjikan : Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah. Jikalau selama ini ,kita menjalani kehidupan tanpa kasih, maka kembalilah kepada kasih yang mula-mula. Supaya janji yang dinyatakan Tuhan digenapkan dalam kehidupan kita. Mengapa diberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus, tempat dimana dulu ada Adam-Hawa. Di Taman Eden sebelum manusia jatuh dalam dosa, tidak ada kesusahan. Yang ada hanya sukacita, kebahagiaan sejati dalam Tuhan. Segala sesuatu yang dilakukan penuh sucakita untuk Tuhan. Adam sebelum jatuh dalam dosa, menikmati hidup dan sukacita dalam Tuhan. Kalau kita taat, maka kita akan menikmati hidup yang sesungguhnya.  Jikalau kita menang mengalahkan motivasi yang tidak benar, menjalani hidup ini untuk Tuhan. Jikalau kasih yang melandasi hidup, maka walau ada hambatan dan tekanan kita tetap bisa hidup. Setiap kita punya kesukaran hidup yang berbeda, pasti kita punya pergumulan sendiri. Di dalam segala sesuatu, pekerjaan dan pelayanan, kita mengalami sukaduka, di situ Tuhan sediakan sukacita yang bisa kita nikmati. Dalam keadaan apapun, kita bisa tetap menikmati hidup. Mari kita kembali kepadaNya, melakukannya dengan penuh kesetiaan dan kasih yang semula. Janji Tuhan itu menjadi bagian dalam kehidupan kita dalam dunia ini.

Tuesday, February 12, 2013

Allah Merindukan Memberkati Umat-Nya



Pdt. Bambang Wijanto

Bilangan 6:22-27
22   TUHAN berfirman kepada Musa:
23  "Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka:
24  TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
25  TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
26  TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
27  Demikianlah harus mereka meletakkan nama-Ku atas orang Israel, maka Aku akan memberkati mereka."
Yes 66:10-14  
10 Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya!
11  supaya kamu mengisap dan menjadi kenyang dari susu yang menyegarkan kamu, supaya kamu menghirup dan menikmati dari dadanya yang bernas.
12  Sebab beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir; kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan.
13  Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu; kamu akan dihibur di Yerusalem.
14  Apabila kamu melihatnya, hatimu akan girang, dan kamu akan seperti rumput muda yang tumbuh dengan lebat; maka tangan TUHAN akan nyata kepada hamba-hamba-Nya, dan amarah-Nya kepada musuh-musuh-Nya.

Tuhan Berinisiatif Memberkati UmatNya
Banyak pendeta mengutip Bil 6:22-27 saat memberi doa berkat. Orang Tionghoa selalu mengharapkan berkat. Waktu berulang tahun di Tiongkok dikatakan, “Semoga kekayaan anda selebar lautan dan umur anda setua gunung.” Ada juga “Semoga tidak ada keburukan yang menimpa kita pada umur berapapun.” Alasannya, kata “umur” terdengar seperti kata “kacau” pada bahasa asalnya (artinya supaya tidak kacau). Itulah bahasa manusia. Kehidupan dikaitkan dengan kekayan dan yang bersifat materi. Itu yang diharapkan siapapun di dunia ini. Apakah harapan seperti ini buruk? Tidak. Allah juga memberikan kekayaan itu untuk dikelola manusia. Tetapi persoalannya, apakah segala ungkapan, harapan atau keinginan itu yang membuat kita mendapat berkat? Tidak! Pada Bilangan 6:22-23 dikatakan “TUHAN berfirman kepada Musa: "Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya: Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka”. Artinya Allah sendiri yang berinisiatif untuk memberkati umatNya. Juga dalam kitab Kejadian. Pada waktu Adam-Hawa diciptakan. Allah menjadikan taman Eden. Semua pohon dan buah boleh dimakan dengan bebas, hanya satu pohon yang buahnya  tidak boleh dimakan. Penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.". Semuanya itu Tuhan katakan. Juga Kej 12 pada waktu Abraham akan diberikan visi yang baru ke negeri lain . ayat 16. Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, Demikian juga waktu bangsa Isreal keluar dari tanah Mesir dijanjikan dengan tanah yang penuh berkat.  Itu arti sebenarnya, inisiatif berkat itu dari Allah bukan dari manusia.

Tuhan yang memberi ide dan memberkati umatNya. Dalam kehidupan kita sebagai anak Tuhan kita adalah anak-anak yang pasti diberkati Tuhan, karena Allah punya ide memberkati umatNya. Ini yang harus dipahami. Sehingga waktu mengharapkan berkat itu bukan harapan kita, tetapi Allah merindukan sejak awal untuk memberkati umatNya. Oleh karena itu kita orang yang bersyukur. Kita punya Allah yang seperti ini. Allah rindu memberkati umatNya. Tuhan punya ide (berinisiatif) memberi berkat ke umatNya. Pada kitab Kejadian tertulis,  Tuhan menciptakan Adam-Hawa tujuannya untuk memberi berkat dalam kehidupan mereka. Kalau itu tujuan Allah, maka itu pasti demi kebaikan umat manusia. Akhirnya kita tahu segala sesuatu demi kemuliaan Allah. Karena manusia diciptakan untuk kemuliaan Allah , berkat diberikan kepada umatNya supaya melalui kehidupan umatNya , nama Allah dimuliakan. Berkat apa yang diberikan dalam kehidupan kita? Tuhan memberkati kita berdasarkan kebutuhan (need) kita bukan berdasarkan keinginan (want) kita.

Uraian Bilangan 6:24-27

A.      Tuhan Memberkati Engkau
1.       Kata Yahweh (TUHAN) dikatakan 3 kali. Memberikan pemahaman bahwa Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus akan hadir dalam seluruh aspek kehidupan manusia secara utuh. Ini artinya Allah merupakan sumber segala berkat.  Ayat 24 ada 3 kata bahasa Yunani, ayat 25 ada 5 kata, ayat 26 ada 7 kata, total  15 – 3 kata Yahweh = 12 kata. Ini menuju ke-12 suku Israel, Ini berkat yang diberikan kepada umat Allah.  Ini tidak diberikan kepada orang lain. Ini berkat yang eksklusif. Berkat yagn diterima sebagai orang yang percaya kepada Allah. Tuhan memberkati engkau seperti di Perjanjian Lama menggunakan kata ini. Mengapa Harun yang harus mengucapkan berkat itu? Karena ia seorang imam. Sekarang ini pendeta yang menumpangkan tangannya. Tapi tidak berarti Harun atau pendeta yang memberi berkat, tapi itu wakil dari Allah. Seluruh inisiatif dari Allah yang menrindukan umatNya.
2.       Berkat yang dicurahkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan yang esensial umatNya. Bukan materi. Itu berkat yang dibutuhkan umat manusia (Allah). Jelas itu berkat yang bukan kebodohan (non esensial).  Berkat yang dibutuhkan secara esensial dan Tuhan yang memberikan.

B.       Melindungi engkau
Kata melindungi berarti melindungi dari yang jahat. Maz 91:1 sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Artinya kita perlu perlindungan bukan saja secara fisik tapi juga dari yang jahat. Kenapa lebih banyak menlindungi dari yang jahat? Itu kebodohan kita. Contohnya : 1 Tim 6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Bagian ini memberikan pemahaman, kalau diberikan berkat , kita bersyukur. Tuhan tidak sekedar memberi berkat / kekayaan itu tetapi memberikan kebutuhan esensial agar kita diluputkan dari kejahatan, supaya kalau diberikan kekayaan, jangan sampai hati cinta uang dan menyimpang dari iman. Sehingga berkat yang diberikan berkat esesnsial yang diberikan kepada umatNya. Tuhan melindungi supaya dalam diri kita tidak timbul kejahatan karena cinta uang. Sehingga kalau menerima berkat, berkat itu begitu utuh. Bukan sekedar mendapat kelimpahan rejeki.  Tetapi Tuhan juga ingin menjaga hidup ini.

C.     Tuhan Menyinari Engkau dengan wajahNya.
Artinya kehadiran Tuhan supaya dikenal umatNya. Waktu Musa dipanggil di padang Midian, ada semak belukar terbakar dengan api yang menyala dan ada sinar yang terang supaya Musa menyadari kehadiran Allah. Di dalam berkat ini Tuhan ingin mengatakan apa? Tuhan dalam kehidupan kita menyatakan kehadiranNya. Kita mampu mengenal kehadiran Allah dalam kehidupan kita. Supaya dalam seluruh aspek kehidupan kita, kita menyadari Allah Hadir. Ini kerinduan Allah. Kehadiran Allah merupakan kebutuhan esensial dalam kehidupan ini. Waktu bekerja , belajar sebagai siswa / mahasiswa kita membutuhkan Allah, mengajar sebagai dosen/guru membutuhkan hikmat Tuhan dan kehadiran Allah memberikan kehangatan dan keceriaan yang sejati. Inilah kerinduan Allah. Supaya dalam seluruh aspek kehidupan, kita mengenal kehadiran Dia. Itulah yang memberikan kehangatan dan keceriaan sejati. Berbeda dengan yang diungkapkan Amsal 14:13. Di dalam tertawapun hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan. Amsal ini mengungkapkan kalau kita tidak mendapatkan dari Tuhan, maka dalam tertawapun hati sebenarnya merana. Banyak orang tertawa di depan orang lain, tetapi sebenarnya dalam hatinya sedih, merana. Maksudnya supaya kehidupan kita benar penuh kehangatan dan keceriaan.
Maz 4:7-9 (Banyak orang berkata: "Siapa yang akan memperlihatkan yang baik kepada kita?" Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN! Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur.  ) adalah aplikasinya. Aplikasi yang punya konteks yang sama, “biarlah cahaya wajahMu menyinari” Ini ada ungkapan yang bagus dalam bahasa Ibrani. Dalam sastra, “kelimpahan gandum dan anggur”, artinya bila orang yang ditanya, apa yang baik bagi kita yaitu kelimpahan gandum dan anggur. Kita tertawa karena kelimpahan panen gandum dan anggur. Tapi pemazmur bilang yang baik bukan itu. Pemazmur berkata, biarlah cahaya wajahMu menyinari kami ya Tuhan. Itulah yang akan memberikan sukacita yang lebih banyak daripada saat kelimpahan gandum dan anggur. Ayat 9, Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman. Inilah yang dikatakan “Tuhan menyinari engkau dengan wajahNya” supaya kita diberikan keceriaan dalam hidup kita. Artinya kalau kita berdoa kepada Tuhan, Tuhan berikan rejeki, berikan kelimpahan gandum dan anggur. TUhan mengatakan, yang Aku berikan itu tidak memberikan rasa aman dalam hidupku. Tetapi kehadiran Tuhan dalam hidupmu yang memberi rasa aman.
Ini yang harus disadari, jangan berdoa “Tuhan berikan rejeki saja.” Itu tidak memberi rasa aman dalam diri kita. Tetapi di sinilah kita melihat Allah merindukan memberi berkat dalam kehidupan manusia. Tuhan ingin agar hidup kita utuh. Sehingga melalui hidup yang aman, kita memuliakan Tuhan.

D.      Dan Tuhan memberi engkau kasih karunia.
Kenapa belas kasihan? Maz 4:7 kiranya Allah menyinari kita dengan wajahNya. Maz 80:4 (Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat.). Pengertian ini adalah manusia membutuhkan belas kasihan dari Allah. Kita jangan menggapngap hidup oke saja. Perlu dalam hidup, kita membutuhkan belas kasihan Allah. Dalam keberdosaan, kita butuh pengampunan Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita butuh belas kasihan dalam seluruh hidup kita. Ada seorang bapak mengatakan, “waktu saya sombong, saya merasa tidak membutuhkan Allah.” Lalu ia berkata, “Tetapi rasa sombong dalam diri manusia, bukan saja dirasakan dalam manusia, tetapi kata timbul ini secara tidak sengaja.” Hidup normal dan wajar. Kita tidak setiap hari membutuh belas kasihan Allah. Hidup kita sudah ok. Dalam kondisi seperti inilah saya jatuh. Suatu kali saya bertemu anak yang terpisah dari orang tuanya di mal. Ia menangis. Lalu waktu ditanya, orang tuanya ke toko di sana sambil menunjuk ke satu toko. Kami coba mengantar, tetapi saya tahu di toko itu pasti tidak ada. Ternyata memang tidak ada. Ini memberikan rasa aman saja. Kemudian kami pergi ke tempat informasi untuk diumumkan. Kemudian kami titipkan sang anak, tetapi anak itu memegang tangan saya. “Kalau tidak ketemu papa, apakah bapak bisa pulangkan saya ke rumah?” dia bertanya dengan rasa ingin dibelaskasihani. Saya kemudian berpikir, apakah saya juga seperti anak kecil ini di hadapan Allah, sebagai manusia yang perlu belas kasihan Allah?  Tuhan ingin memberikan belas kasihan itu. Karena kita manusia yang patut diberikan belas kasihan. Apakah waktu kita mengaduh kesedihan, hanya sekedar mengaku, bukankah dalam diri kita ada kehancuran hati, membutuhkan pengampuan dengan hati yang hancur? Berkat ini diberikan hanya kepada orang yang memerlukan belas kasihan. Berkat diberikan kepada orang yang hidupnya merasa tidak bisa apa-apa tanpa kehadiran Allah. Itulah ungkapan “kiranya Ia menyinari kita dengan wajahNya”. Aku butuh belas kasihan Allah. Aku butuh berkat Allah. Dan kiranya Dia menyinari kita dengan wajahNya. Itulah artinya Tuhan memberi kasih karunia kepada kita karena kita membutuhkan kasih karunia.

E.       Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu
Secara terminology kalimat ini  artinya : senyum. Hal ini memberikan pemahamaman tentang kasih sayang, perhatian dan kepedulian. Mother Teresa  berkata,”Kemiskinan tidak hanya berarti lapar, ketelanjangan dan tidak punya rumah. Tidak dikehendaki, tidak dikasihi dan tidak dipedulikan adalah kemiskinan yang paling miskin. Suatu ketika Mother Teresa mendengar tangisan bayi dari arah tumpukan sampah. Tidak ada yang mau menghiraukan bayi dalam bak sampah, tapi ia datang dan mencari di tumpukan sampah yang bau. Lalu dengan tangannya ia geser tumpukan sampah. Bayi itu ada dalam tumpukan sampah! Setelah berhasil menemukan, lalu ia mengangkat bayi ini. Wajah bayi penuh dengan kotoran sampah. Tetapi mother Teresa menciumnya. Lalu ia kemudian mengungkapan kata ini ,”Bayi itu tidak punya rumah dan lapar. Bayi itu memang telanjang.” Menurut orang dunia, lapar, telanjang tidak punya rumah merupakan orang miskin. Tetapi Mother Teresa berkata, “tidak dipedulikan, tidak dikasihi. Itulah kemiskinan yang paling miskin”.
Itulah arti Tuhan mengatakan “Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu”. Dia memberikan kasih dan perhatian dalam hidup ini. Itu memberi pemahaam, bila tak seorang pun yang mempedulikan kita, kita masih punya Tuhan yang mempedulikan kita. Artinya yang lebih dalam, dalam situasi apa pun yang kita hadapi, dalam kehidupan seberat apa pun, di dalam semenderita apa pun, Tuhan tidak meninggalkan kita. Tetap dalam penderitaan dan kerumitan , Tuhan peduli dan penuh perhatian kepada kita. Waktu bangsa Israel di padang gurun menghadapi begitu banyak kesulitan, Ia memberkati umatNya, Tuhan menghadapkan wajahNya kepadamu, artinya umat Israel dihibur. Dalam situasi seperti ini, Tuhan kasih, peduli dan perhatikan dirimu.

F.       Tuhan memberikan engkau damai sejahtera.
Kedamaian yang terjadi setelah manusia hidup damai dengan Allah, tetapi sungguh kita bersyukur Tuhan melakukan perdamaian dengan kita manusia berdosa. Yes 66:10-14   Tuhan memberikan damai sejahtera. Tuhan berinisitaif melakukan perdamaian dengan manusia, Tuhan memberi damai sejahtera dalam hidup kita. Damai sejahtera seperti apa? Yes 66 : damai sejahtera yang begitu luar biasa. Bagaimana bayi yang menyusu, menjadi kenyang dengan susu yang menyegarkan. Waktu bayi disusui, digendong, dibelai di pangkuan ibunya. Bayi seperti itu merasa aman. Dia tidak merasa mau dipisahkan dari ibunya. Waktu dibelai, dia merasa kehangatan. Waktu digendong, ia merasakan orang yang memanggul dan memberikan kekuatan dalam dirinya. Kondisi seperti inilah yang diberikan kepada kita menggambarkan damai sejahtera. Kita bayi yang digendong Allah. Dia membelai , memangku kita, memberikan rasa kehangatan dan aman dalam hidup kita. Itulah Allah kita yang luar biasa. Dia melakukan perdamaian dalam hidup kita. Sehingga waktu doa berkat diberikan , TUhan memberikan engkau damai sejahtera. Damai sejahtera kutinggalkan ,kuberikan kepadamu, apa yang kuberikan tidak sama. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Ini yang diberikan Tuhan tidak diberikan dunia padamu. Damai sejahtera itu ditingalkan bagi kita. Fil 4: Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. Ini luar biasa. Tuhan memberikan berkat. Itu tidak akan kau peroleh dalam dunia ini. Hanya dari Allah!

G.       Umat pilihan Allah (BIl 6:27)  adalah milik Allah artinya kita tidak boleh melupakan Allah yang telah memberikan berkat. Umat ini yang memperoleh jaminan dari Allah mendapat berkat. Saat dapat berkat seringkali kita tertuju pada berkat itu sendiri. Tuhan katakan jangan tertuju pada berkat itu sendiri, tetapi tujukanlah hatimu pada sumber yang memberikan berkat yaitu Allah. Itulah yang harus dilakukan dan diingat.

Dalam rangka chinese new year ini, mari kita mengenali ajaran Alkitab yang benar. Allah merindukan memberkati umatNya dan biarlah kita menerima berkat bukan berdsarkan keinginan tapi berdsarakan kebutuhan. Demikian juga waktu berdoa. Itu yang memberikan kita damai sejahtera dan memberikan kita kesukacitaan dan kehangatan , keceriaan dalam diri kita. Jangan sampai seperti yang dikatakan Amsal, di dalam tawa hati kita merana. Tetapi kita benar-benar merasakan damai sejahtera.