Sunday, April 24, 2016

Penglihatan Ilahi : Makedonia (Refleksi tentang Spirit Paulus)



Pdt. Albert Sutanto

Kis 16:8,9
8  Setelah melintasi Misia, mereka sampai di Troas.
9  Pada malam harinya tampaklah oleh Paulus suatu penglihatan: ada seorang Makedonia berdiri di situ dan berseru kepadanya, katanya: "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!"
Kis 20:17-21
17  Karena itu ia menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus.
18  Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka: "Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini:
19  dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.
20  Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu;
21  aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.

Pendahuluan

                Pada Kis 16:9 Rasul Paulus mendapat suatu penglihatan ada seorang Makedonia yang berseru kepadanya : “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!”. Pada Kis 20 kita melihat bagaimana Rasul Paulus meresponi panggilan tersebut sehingga dia menjadi hamba Tuhan yang berhasil dalam pelayanan.

Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!

Kalau kita merenungkan kalimat “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” secara mendalam ,maka kita bisa menemukan artinya :

1.       Seruan ini berasal dari orang-orang yang membutuhkan pertolongan dengan segera.
Karena itu mereka berseru kepada Rasul Paulus untuk menyeberang dan menolong mereka. Demikianlah dalam kehidupan di dunia ini, sebetulnya banyak orang yang berseru seperti itu. Tetapi mereka tidak berseru dengan membuka suara, namun suara hati mereka berseru seperti itu. Ini seruan orang-orang yang belum diselamatkan. Orang-orang yang belum diselamatkan adalah orang-orang yang menanggung beban berat sekali. Mereka menanggung kesulitan yang luar biasa, sehingga mereka tidak tahu jalan keluarnya dan bagaimana mereka bisa mengatasi kesulitannya.  Banyak kita melihat orang seperti itu di dunia. Siapa yang harus menolong mereka?  Kita yang sudah diselamatkan! Segeralah melakukannya, karena mereka benar-benar membutuhkan pertolongan. Orang Kristen jangan menunda-nunda.

2.       Seruan itu juga berarti kisa harus meresponinya dengan serius. Kita baik gereja maupun orang Kristen tahu bahwa banyak orang yang hidup di luar keselamatan sangat menderita . Mereka membutuhkan pertolongan dari Tuhan. Mereka ingin terlepas dari ikatan dosa dan mereka  tidak memiliki shalom (damai). Mereka butuh shalom, karena shalom hanya datang dari Tuhan Yesus. Sehingga siapa pun di dunia ini, berapa banyak hartanya atau tinggi jabatannya yang dia raih, tetapi kalau hidupnya tidak di dalam Tuhan, maka ia saja bisa tertawa tapi itu hanya kulit luarnya saja. Dia hadir tapi tidak bahagia. Karena dalam hatinya tidak ada Yesus. Di situ hanya ada teriakan, dan tangisan. Maka seruan “Menyeberanglah kemari dan tolong kami” harus ditanggapi dengan serius oleh gereja dan orang-orang percaya.  

Saya sudah 40 tahun melayani Tuhan Yesus dari Sabang sampai Merauke. 3 benua sudah saya kelilingi. Selama 40 tahun saya terus memberitakan Inji sehingga saya sering berpergian. Hidup manusia terbatas dan waktu kita juga terbatas. Kalau kita tidak bekerja sekarang dan kalau ada orang yang “terlambat” percaya , siapa yang bertanggung jawab? Sejak kapan kita melayani Tuhan? Kalau saudara bertanya kepada saya, maka jawabannya adalah sejak saya tahu Tuhan Yesus saya sudah melayaniNya. Yang saya ingat , waktu masih TK saya sudah ikut paduan suara anak-anak kecil. Jadi sejak TK, saya sudah melayani Tuhan. Waktu SD, saya sudah memimpin paduan suara anak SM. Sehingga papa membuatkan saya kursi kayu dan saat memimpin teman-teman bernyanyi, saya harus naik kursi dulu.  Kalau tidak begitu, teman-teman yang lain tidak bisa melihat saya. SMP saya sudah masuk remaja. SMA saya sudah melayani pemuda dan remaja. Tahun 1971 saya masuk SAAT dan tamat 1976. Sejak itu saya terus melayani. Saya tidak tahu kapan saya tidak melayani Tuhan. Pada waktu saya sudah emeritus dan kesehatan sangat terganggu, seharusnya saya sudah beristirahat. Tetapi saya tahu, banyak orang berteriak minta tolong seperti panggilan di atas. Maka walau di kursi roda pun saya keliling Indonesia. Saya naik mimbar dengan kursi roda. Walau tangan saya belum bisa bergerak separuh, saya sudah berkhotbah kemana-mana. Padahal penyakit saya super berat. Pembuluh darah di kepala ada 4 yang pecah. Kepala saya tidak bisa dibuka, karena penuh darah. Tetapi puji Tuhan, Tuhan menolong saya. Walau saya masih tidak bisa berjalan dengan sempurna, saya tetap bersyukur. Maka orang bertanya, “Pak Albert selama  46 tahun Pak Albert sehat. Bagaimana sekarang persasaannya? Karena kalau sakit , makanan kan harus di atur!” Saya katakan, “Puji Tuhan. Sekarang umur saya 65 tahun. Puji Tahun 60 tahun saya makan enak, 5 tahun tidak makan enak tidak apa-apa. 60 tahun saya bisa berjalan kemana-mana, baru 6 tahun tidak bisa berjalan enak, tapi tidak apa-apa.” Seruan Makedonia harus ditangani dengan serius. Jangan berhenti! Gereja jangan tidak serius untuk menanggapi panggilan Makedonia. Orang Kristen titdak boleh tidak serius mendengarnya. Kalau kita menanggapinya, kita harus punya hati untuk berhasil. Gereja mau melayani Tuhan harus berhasil. Untuk mau berhasil kita harus belajar. Ada banyak hamba Tuhan yang berhasil yang kita bisa contoh. Contoh : Rasul Paulus. Kalau kita melihat Rasul Paulus, ia punya semangat yang luar biasa. Dia punya sikap melayani yang patut diteladani.

Apa semangat dari Rasul Paulus? Bagiamana hidup Paulus dalam melayani tuhan ?

1.     Ayat 18, "Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini.
Rasul Paulus adalah seorang yang terbuka. Hidupnya bisa dilihat orang. Sejak hari pertama datang ke Asia, sampai sekarang bisa dilihat. Orang Kristen kehidupannya harus bisa dilihat orang, baik atau tidak. Baik punya etika yang bagus, sopan santun, punya moral dan iman yang baik. Rasul Paulus berkata, “Aku seperti surat terbuka.” Kita harus punya kehidupan seperti ini.

2.     Ayat 19a. dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan.
Orang yang melayani Tuhan dengan baik, punya motivasi yang benar. Bayak orang bekerja untuk Tuhan tetapi tidak melayani Tuhan. Karena orang melayani Tuhan harus punya motivasi yang benar. Motivasi yang benar adalah melayani Tuhan bukan dirinya. Kalau melayani diri, mau dirinya enak. Ini bukan melayani Tuhan tetapi melayani diri sendiri. Ataupun kita melayani organisasi. Orang melayani Tuhan dan organisasi tidak benar motivasinya. Marilah kita meneladani Rasul Paulus. Melayani Tuhan dan memiliki motivasi yang benar. Orang yang melayani Tuhan akan sabar dan tidak kecewa dalam menghadapi tantangan. Orang yang tidak melayani dengan benar, akan cepat kecewa. Kita bisa melihat sikap Rasul Paulus dalam melayani Tuhan, ia punya pergumulan yang dalam.

3.     Ayat 19b  Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.
Rasul Paulus orang yang tegas. Tetapi seringkali ia mencucurkan air mata. Demi pekerjaan Tuhan dan demi jiwa-jiwa yang akan diselamatkan, ia tidak menangisi dirinya tetapi orang yang akan diselamatkan. Orang yang punya motivasi yang benar, lebih tidak memperhatikan dirinya. Hari ini kita bisa berada di gereja ini, karena perjuangan mereka yang terdahulu. Saya sudah lama mengenal Pdt. Paulus Sung. Sung mu shi dan Sung shi mu berdua merintis gereja ini. Waktu saya masih mengajar di sekolah, saya tahu mereka membangun gedung ini. Mereka banyak berkorban. Namun demikian saya tidak pernah melihat mereka menangis di depan umum. Tapi saya percaya, di belakang itu mereka banyak mengalirkan air mata agar gedung ini bisa dibangun. Saya banyak melihat hamba Tuhan yang hari tuanya, mereka bisa punya banyak harta, namun tidak demikian dengan Pdt. Paulus Sung. Saya banyak melihat dari keluarga Pdt. Paulus Sung dan sekarang ia sudah berbahagia di ‘sana’.

Saya kadang berpikir, bila Pdt Paulus Sung dan ibu hanya melayani diri sendiri, maka mereka bisa hidup enak. Tetapi mereka biasa-biasa saja di hari tua. Hal ini berarti sudah puluhan tahun mereka melayani dengan motivasi yang benar. Bukan enak-enakan.  Rasul Paulus dalam melayani juga mempertaruhkan namanya. Maka banyak orang mau membunuh dia namun ia tetap melayani walau banyak kesulitan. Ini semangat Rasul Paulus di dalam meresponi pangilan Makedonia. Kalau Rasul Paulus bisa mengapa kita tidak bisa? Ingat teriakan Makedonia masih ada di mana-mana! Masih banyak yang berteriak minta tolong.

                

Monday, April 18, 2016

Perjumpaan di Danau Galilea (Refleksi tentang Petrus)

Ev. Lien Vera Sitorus

Lukas 5:1-11
1  Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.
2  Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.
3  Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.
4  Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
5  Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."
6  Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.
7  Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.
8  Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."
9  Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap;
10  demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."
11  Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.

Yoh 21:1-19
1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut.
2  Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.
3  Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.
4  Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
5  Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."
6  Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.
7  Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.
8  Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.
9  Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.
10  Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu."
11  Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.
12  Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.
13  Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.
14  Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
16  Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
17  Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
18  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
19  Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Pendahuluan

                Tuhan Yesus hidup di dunia selama 33,5 tahun. Pada usia 12 tahun Tuhan Yesus  sudah mengajar di Bait Suci (Luk 2:47). Pada waktu itu, setiap tahun Yusuf dan Maria pergi ke Yerusalem untuk merayakan hari Paskah. Ketika selesai merayakan Paskah, mereka berjalan pulang. Dalam perjalanan itu, Yusuf dan Maria sadar bahwa Yesus tidak ada bersama mereka , mereka kembali ke Yerusalem. Yusuf dan Maria mencariNya selama 3 hari. Ternyata Yesus sedang mengajar alim ulama di sana dan selanjutnya dalam hidupNya, Tuhan Yesus mengajar terus menerus. 3,5 tahun sebelum Tuhan Yesus mengakhiri perjalanan hidupNya di dunia ini, Tuhan Yesus memanggil dan menetapkan murid-muridNya. Ada suatu provinsi yang begitu menarik dan berkali-kali dicatat di dalam kitab Injil yakni Galilea.
Pada waktu Tuhan Yesus lahir, Yusuf tidak kembali lagi ke Yerusalem atau ke Kanaan tetapi Yusuf mengungsi ke Mesir.  Setelah Raja Herodes mati, dan anaknya (Arkhelaus) naik tahta memimpin Yudea, Tuhan mengingatkan Yusuf untuk tidak ke Yerusalem dan Yusuf memilih tinggal di Galilea. Di situ ada danau (Danau Galilea, Danau Genesaret, Danau Kineret, Danau Kinerot, Laut Tiberias atau Danau Tiberias). Di Galilea ini Tuhan Yesus mengajar dan memberitakan Injil, melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa. Dia membebaskan orang yang kerasukan setan. Mujizat demi mujizat diperlihatkan Tuhan Yesus kepada orang-orang di Galilea. Bukankah orang senang dengan perkara mujizat seperti itu? Nama Yesus pun menjadi terkenal. Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea, Dekapolis, Yerusalem, Yudea dan dari seberang Yordan (Mat 4:25). Pada zaman Tuhan Yesus, orang sangat merindukan Tuhan Yesus berbicara. Orang-orang akan mengikuti apa yang dikatakanNya. Mereka antusias mendengarNya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita datang ke gereja karena kewajiban? Jawabannya hanya kita sendirilah yang tahu. Tetapi pada zaman Tuhan Yesus, orang berbondong-bondong merindukan kata-kata yang keluar dari Tuhan Yesus. Alkitab sudah lengkap dan telah diterjemahkan di antaranya dalam bahasa Mandarin dan Indonesia. Di antara hari Minggu , ada persekutuan doa hari Rabu. Apakah kita antusias mendengar firman Tuhan itu? Kalau ke gereja, apakah kita maunya  sebagai orang yang hebat, terhormat dan inginnya dilayani? Hati kita tidak boleh disentuh atau  disakiti? Semua orang seperti nenek dan kakek, harus dilayani dengan lembut dan manis tetapi sedikit saja ada masalah, tidak datang lagi ke gereja. Apakah kita seperti itu? Saya berharap di sini tidak ada yang seperti itu.
                Marilah kita seperti orang-orang yang begitu ingin mengikuti Tuhan Yesus. Saat berada di danau Galilea, Tuhan Yesus diikuti orang banyak. Galilea juga merupakan tempat Tuhan Yesus bertemu murid-muridNya. Tuhan juga menjanjikan, “Aku akan menemui kamu ke Galilea. Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea." (Mat 26:32). Galilea merupakan sejarah. Di sana Yesus memanggil Yohanes, Yakobus, Petrus dan Andreas.

Perjumpaan di Danau Galilea

Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah.  Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya.  Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu.  Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."  Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. (Lukas 5:1-6)

Simon melakukan juga apa yang diminta Tuhan Yesus walau telah sepanjang malam tidak mendapat apa-apa. Dalam pikirannya, “Siapa tahu apakah ada ikannya tidak?” Jadi Simon melakukannya bukan karena Simon percaya. Ada ribuan kata dalam benaknya. Namun karena Engkau menyuruh maka aku akan menebarkan jala. Hasilnya? Apa yang didapatnya? Mereka mendapat banyak ikan sehingga Simon mengundang teman-temannya dari perahu lain. Perahu Petrus sudah terisi penuh dengan ikan-ikan itu. Dan Alkitab mencatat perahu sudah hampir tenggelam. Ketikan Simon Petrus melihatnya, ia pun tersungkur di depan Tuhan Yesus. Ketika kita diberikan berkat seperti yang didapat Petrus, bukankah kita juga akan merasa senang? Contoh : tadinya tidak punya uang sekarang punya uang, tadinya kondisi perusahaan jelek, lalu menjadi bagus, sebelumnya sakit lalu menjadi sembuh. Apakah kita tidak suka? Saya kira semuanya sangat suka. Kita bahagia sekali. Tetapi Petrus tersungkur di hadapan Tuhan. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa." (Luk 5:8) .  Apakah kita akan seperti Petrus yang tersungkur di hadapan Tuhan? Petrus dengan rendah hati berani berlutut di hadapan Tuhan dan mengatakan “Tuhan, aku orang berdosa”. Kapan kita mengakui dosa kita? Ataukah malah kita menutup-nutupi dosa kita? Walaupuan ditutupi, Tuhan tahu!

Yesus datang ke dunia dengan meninggalkan segala kemewahan, berbeda dengan kita yang lebih suka  hidup di daerah yang kita senangi (comfort zone). Di Eropa setiap hari sangat dingin berbeda dengan di Indonesia yang udaranya sangat nyaman. Kita bisa makan dan minum, mencari mie, berkelana ke berbagai tempat. Sangat enak tinggal di Indonesia. Ketika Petrus di hadapan Tuhan, penuh dnegan cinta kasih Tuhan memeluknya. “Jangan takut, ikutlah Aku. Kau akan dijadikan penjala manusia.“ Namun Petrus dengan cepat menyangkal. Kita lihat perjalanan hidupnya. Ketika Yesus akan disalib ia menyangkal Tuhan Yesus. Kemudian hatinya hancur melihat apa yang dialamiNya, khususnya ketika Yesus di kayu salib. Setelah itu Simon bekerja keras mencari ikan, demikian juga murid-murid yang lain, tetapi tidak mendapat satu ikan pun. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Yesus kemudian meminta kepada mereka untuk menebarkan jala di sebelah kanan perahu ,lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Yohanes kemudian berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau menuju ke tepi. Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.  Di situlah Tuhan Yesus menghibur murid-muridNya. Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.  Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati. Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kemudian Yesus mengulang pertanyaan yang sama. Ketika Yesus bertanya kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Persepsi Tuhan Yesus berbeda dengan Petrus. Petrus sulit memahami persepsi Tuhan Yesus. Akhirnya Petrus mati di kayu salib dengan posisi terbalik, kepala di bawah.  

Ikutlah Aku

Semua manusia punya batasan waktu (tanggang jawab pribadi di hadapan Tuhan) dan tidak akan hilang. Sebelum Yesus mengatakan, “Ikutlah Aku”, Dia bertanya,”Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?’ Pertanyaan ini diajukan 3 kali sehingga membuat hati Simon sedih. Saya pernah mendengar Pdt. Dr.  Stephen Tong dalam kotbahnya mengatakan, “Saya tidak takut mati. Tetapi ketika akan mati, itu saya tidak suka. Saya tidak tahu nanti bagaimana nanti kita mati. Tetapi apapun yang terjadi sampai meninggalkan dunia ini, Tuhan Yesus mengatakan ‘Ikutlah lagi’ Apapun kesulitannya jangan takut.” Tuhan sudah mengatakan “Ikutlah Aku”. Kata “ikutlah Aku” berarti apapun yang terjadi kita tetap bertanggung jawab atas apa yang terjadi itu. Seringkali saya melihat orang Kristen , terhadap Tuhan Yesus posisinya diganti. Orang Kristen jadi raja dunia. Tuhan Yesus jadi keset-kaki nya  atau pesuruh untuk melayani kita. Supaya kita punya berkat yang melimpah-limpah. Kita suruh Yesus untuk membuat segala yang enak-enak. Saat ini orang Kristen seperti itu. Tuhan Yesus bukan lagi Tuhan yang disembah dan dilayani sebaik mungkin. Tuhan sudah memberi talenta, tetapi kita katakan, “Saya tidak mau melayaniMu.” Banyak orang Kristen yang senang datang ke gereja, duduk manis di gereja, dilayani di gereja tapi tidak mau melayani.  Seribu alasan diberikan untuk menolak Tuhan Yesus melalui apa yang sudah berikan kepada kita. Kita menganggap diri sendiri sebagai raja dan Tuhan Yesus di bawah kita. Ada lagi konsep, “Kami jemaat adalah Anak Tuhan. Kamu hamba Tuhan  dan budaknya Tuhan. Jadi hamba Tuhanlah  yang pergi besuk dan melakukan kegiatan diakonia. Kami anak Tuhan dan Raja.” Apakah seperti itu? “Simon anak Yohanes” untuk ketiga kalinya Tuhan Yesus bertanya, “Apakah engkau mengasihiKu?” Pasal 21:18  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."

Penutup


Ketika menjadi perawat, suatu kali saya mendapat giliran untuk jaga malam. Sebelum bergantian tugas dengan perawat  yang dinas pagi , sekitar pk 6.30 dibawalah pasien dari UGD ke kamar operasi. Seorang ibu yang menjadi pasien merupakan korban kecelakaan akibat jatuh dari bus Metro Mini. Rupanya sewaktu turun dari bus dan sebelum kakinya menjejak tanah dengan benar, bus sudah berjalan sehingga ia kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh. Lalu tubuhnya terlindas ban mobil sehingga tangan dan kakinya hancur sehingga ia dibawa ke rumah sakit tempat saya bekerja.  Karena kondisinya parah, perawat dan dokter berusaha untuk menolongnya semampu kami. Saat itu saya berpikir, “Bagaimana ini?” sambil berusaha memasang selang dan menolong pasien itu secepatnya. Tetapi saat tergesa-gesa menolong sang ibu melakukan ini-itu, ada mata yang sangat tajam memandang saya. Saya menatapnya balik. Walau ia tidak bisa berkata-kata, namun matanya seakan-akan ingin berbicara,”Aku tidak membutuhkan itu lagi.” Dokter dan teman lain sedang panik, namun karena ada tatapan tajam sang ibu, semua kegiatan saya hentikan. Lalu saya pandang ibu itu dan berkata, “Ibu, Tuhan Yesus mengasihimu. Tuhan Yesus sangat mengasihmu.” Sebentar kemudian ia menundukkan kepala dan menutup matanya untuk selamanya. Dalam hati saya berpikir,”Satu jam sebelum ibu ini berangkat kerja, apa yang ia pikirkankan? Satu menit sebelum ia jatuh, apa yang ia pikirkan? Bukankah dari rumah ia ingin bekerja? Untuk mendapatkan uang, untuk kesejahteraan keluarga? Tetapi ia tidak tahu bahwa itu adalah hari terakhirnya. Ia sudah teramat sakit sebelum terdiam selamanya. Saya tidak tahu apa agamanya.  Yang saya tahu adalah memberitakan Injil kepadanya,”Ibu Tuhan Yesus mengasihmu!” kemudian ia menutup mata. Kita tidak tahu kapan “hal itu” terjadi. Namun Tuhan katakan, “Ikutlah aku!” Bagaimana respons kita ketika Yesus mengatakan hal itu? Rasul Petrus mengambil tanggung jawab itu, “Aku sangat mengasihiMu walau sampai mati.” Bagaimana dengan kita? 

Sunday, April 10, 2016

Keraguan yang Diubahkan Menjadi Pengagungan


Keraguan yang Diubahkan Menjadi Pengagungan
(Refleksi tentang Tomas)

Ev. Susana Heng

Yoh 20:24-29
Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.
25  Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."
26  Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."
28  Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"
29  Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."

Pendahuluan

                Ada seseorang pernah berkata,”Kadang kalau menonton dan membaca suatu berita atau iklan , kita dengan mudah percaya.” Berapa banyak orang yang menonton iklan mie goreng dan saat pergi ke mal untuk berbelanja tanpa sadar memilih mie tersebut tanpa memeriksanya terlebih dahulu. Demikian juga di WhatsApp, BlackBerry, Line  kita sering mendapat berbagai berita yang setelah dibaca lalu di-copy-paste dan diteruskan tanpa memeriksanya betul atau tidak. Seringkali kita melihat ada orang yang meminum air lemon yang telah direndam air hangat dan membawanya dalam botol air tanpa memeriksanya kebenarannya khasiatnya. Ada juga yang mengatakan khasiat jahe merah sangat baik sehingga mengkonsumsinya setiap hari tanpa memeriksanya lagi. Begitu banyak hal yang telah didengar dan dipercaya, namun saat mendengar berita bahwa Tuhan Yesus bangkit 2.000 tahun yang lalu, berapa banyak orang yang percaya? 

Refleksi tentang Tomas

Ada banyak hal dan berita lain yang belum pasti beritanya dan dipercaya, namun terhadap kebenaran firman Tuhan banyak orang yang tidak percaya. Bahkan di Alkitab dicatat  Tomas ,yang mendengar perkataan murid Tuhan Yesus yang lain bahwa Yesus sudah bangkit, berkata, "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." (Mat 20:25b). Mengapa? Bukankah Tomas dipilih oleh Tuhan Yesus sendiri (Mat 4)? Bukankah Tomas selama 3 tahun lebih bersamaNya dan melihat banyak mujizat yang Tuhan Yesus lakukan. Dia pernah melihat Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta, membuat orang lumpuh berjalan dan menolong banyak orang. Bukankah Tomas pasti ikut makan saat Yesus memultiplikasi 5 roti dan 2 ikan, tetapi mengapa ia tidak percaya? Sewaktu Lazarus dibangkitkan dan melangkah keluar kuburan, Tomas pasti ada di sana dan melihatnya? Lalu kalau Tuhan Yesus bisa membangkitkan Lazarus, apa anehnya kalau Tuhan Yesus bisa bangkit? Kenapa ia meragukan hal itu? Tomas tidak seperti Petrus yang secara spontan mengatakan sesuatu. Alkitab mencatat bagian dia tidak percaya, dan saya coba mengerti akan Tomas. Sewaktu saya mulai belajar mengerti, saya coba membayangkan sejak malam terakhir Yesus makan bersama murid-muridNya. Dikatakan 12 murid ada saat itu berarti Tomas juga termasuk. Lalu Tuhan Yesus berdoa bersama 3 muridNya lalu ditangkap. Siangnya Tuhan Yesus disalib. Jadi belum sampai 24 jam, sejak Tuhan Yesus membasuh kakinya dan tiba-tiba Yesus sudah mati! Ini mungkin menggoncangkan imannya. Dan Tuhan Yesus berkata bahwa waktu Ia disalib, murid-muridNya akan tercerai berai dan tergoncang imannya. Bayangkan bila kita kita berada pada posisi Tomas yang selama ini sering melihat perbuatan mujzat yang begitu luar biasa. Tuhan Yesus begitu hebat dan Tomas sangat memujaNya. Tuhan Yesus begitu baik kepada setiap orang dan menolong banyak orang, pernahkah Tomas berpikir Yesus akan ditangkap dan disalibkan di antara 2 orang penjahat? Apakah Tomas pernah berpikir bahwa tiba-tiba Yesus ditangkap, disalibkan tanpa rdaya dan mati? Pernahkah Tomas bisa memahami hal itu? Saat berada dalam kondisi seperti itu, mungkin saya juga begitu terkoyakkan dan sedih. Mengapa orang yang begitu baik disalibkan? Dan terlebih mengejutkan lagi ternyata Ia mati! Suatu goncangan iman bagi Tomas, bahwa Tuhan yang disembah dan luar biasa, sungguh-sungguh mati. Bukankah setelah kita mengikut Tuhan Yesus, betapa sering kenyataannya berbeda 180 derajat dengan harapan kita.

                Saya pernah mendengar ada orang yang mengikut Tuhan. Waktu ia ke gereja dikatakan,”Tuhan sangat baik. Berdoalah kepada  Tuhan ‘Saya mau mobil’ maka kamu akan naik mobil.” Benar ternyata ia naik ‘mobil’ yakni bus besar karena motornya pun sudah dijual. Sehingga ia berkata, “Di mana Tuhan yang kamu katakan itu?” Setelah mengikut Tuhan kondisinya lebih buruk dari sebelumnya. Akhirnya ia meninggalkan imannya, karena hanya percaya bahwa Tuhan adalah pemberi berkat. Sewaktu Tuhan tidak melakukan sesuai dengan harapan, ia kecewa dan meninggalkan imannya. Tetapi ada seorang yagn saya kenal sangat dekat. Ia dahulu yang mengajak saya ke gereja pertama kali. Waktu itu  ia hidup dalam keadaan baik. Usaha suaminya sangat berhasil. Saat saya pergi dengannya, ia sudah membawa mobil Mercedez Benz yang besar. Tiba-tiba usaha suaminya bangkrut. Tokonya ditutup dan barang-barang di tokonya diambil sehingga kosong. Kemudian ia harus menjual rumah tempat tinggalnya untuk membayar utang ke bank dan membeli rumah yang lebih kecil. Ternyata setelah itu masih ada orang yang mencari dia untuk menagih utangnya. Kemudian ia tidak punya rumah dan tinggal di rumah saudaranya. Karena tidak punya penghasilan, ia pun kerja dengan saudaranya. Karena harus bekerja, ia kurang memperhatikan anak-anaknya. Yang penting baginya adalah membayar uang sekolah dan anaknya bisa bersekolah. Ternyata anaknya sering bolos sekolah. Bukan itu saja, anak suka kumpul dengan teman-temannya yang mengkonsumsi narkoba. Mamanya sama sekali tidak tahu sampai suatu kali anaknya berkata bahwa ia mau bertobat. Ia menceritakan ke mamanya bahwa ia kena narkoba dan mau direhab untuk sembuh dengan jalan detoksifikasi. Mamanya sangat terkejut mendengarnya. Mamanya mendoakannya dan kemudian menemani anaknya ke rumah sakit untuk detoksifikasi. Tetapi setelah selesai perawatan, ia jatuh dan kembali ke narkoba lagi. Mamanya mencari informasi dan kemudian mendapat informasi tempat rehab narkoba dari pendeta. Ia pun mengirim anaknya ke Kalimanatan supaya jauh dari obat-obatan. Setelah itu anaknya benar-benar bertobat dan tidak memakai obat lagi. Ia menikah dan punya anak di Kalimantan. Namun  setelah beberapa waktu, ia berkata ke mamanya, “Di sini sepi. Tidak ada pekerjaan” Jadi ia ke Jakarta. Tidak ada yang tahu bahwa ia di Jakarta. Pelan-pelan ia mendapat pekerjaan. Teman-temannya yang dulu datang mengajaknya kembali. Sekali ini ia jatuh dan tidak tertolong. Anaknya masih berusia 1-2 tahun saat ia meninggalkan anaknya. Meninggalnya sang anak menjadi pukulan berat bagi mamanya. Mamanya punya 3 anak, 2 perempuan 1 laki-laki. Namun mamanya tetap setia mengikut Tuhan. Apa yang diharapakan berbeda dengan kenyataan yang dihadapi. Bahkan kemudian suaminya meninggal. Ia sampai sekarang masih setia di gereja dan mengajar anak-anak Sekolah Minggu. Walaupun ia mengalami suatu goncangan yang begitu besar, tetapi ia tetap percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Mengapa ia bisa tetap mempercayaiNya walaupun hidupnya berbeda dengan apa yang diharapkan?

                Ayat 27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.". Kalau kita menjadi Tomas, apakah kita berani menaruh tangan kita ke lambung Tuhan Yesus? Alkitab tidak mencatatnya dan ia berkata,” Ya Tuhanku dan Allahku”. Di sini kita melihat suatu perbedaan dan perubahan dalam diri Tomas. Kalau tadinya ia menganggap Tuhan Yesus rabi yang hebat dan mampu menyembuhkan dan menolong orang, tetapi di tempat ini ia mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Allah. Saat menghadapi kenyataan yang berbeda dan tetap ikut Tuhan , ia percaya dan yakin kepada Tuhan. Dia adalah Tuhannya, sehingga ia berkata “Ya Tuhanku dan Allahku” dan terjadilah perubahan dalam hidup Tomas. Ia membuat mujizat dan Ia itulah Tuhan dan Allah. Dia adalah Tuhan itu. Dalam sejarah gereja, kemudian Tomas menjadi misionaris di India hingga meninggal dunia, dan ia tidak pernah menyimpang ke kiri dan ke kanan.

Penutup

Kita telah melihat siapakah Tuhan Yesus dalam kehidupan kita. Apakah Ia hanyalah Tuhan selama kita mengalami kesulitan dan menjadi penolong? Saat kita tidak ada pekerjaan, kita berdoa dan mendapat pekerjaan lalu memuji Tuhan, “Dia baik” atau waktu kita sakit dan berdoa, “Tuhan sembuhkan” dan setelah disembuhkan kita berkata, “Saya percaya Dia”. Tetapi bila Tuhan menjawab tidak, apakah kita tetap mengakuiNya sebagai Tuhan dan Allah? Bila “ya” maka saat itulah kita telah sungguh-sungguh percaya. Karena sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menolong, tetapi kita percaya bahwa Tuhan punya jalan yang indah dalam hidup kita. Apakah kita sungguh mengaku Yesus adalah Tuhan dan Allah seperti yang dikatakan oleh Tomas, “Ya Tuhanku dan Allahku”? Sejak saat itu Ia mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Siapakah Yesus dalam hidup kita? Apakah Dia adalah Tuhan dan Allah kita? Kadang hidup kita tidak berjalan lancar. Kadang kala kita mengeluarkan air mata, berdoa dan bergumul dengan tantangan dan kesulitan hidup. Orang yang kita harapkan mengecewakan , menyakiti bahkan menusuk kita dari belakang. Apabila hal itu terjadi, apakah kita tetap percaya pada Tuhan? Di tengah kesulitan apakah kita mengaku Dia adalah Tuhan dan Allah? Apakah kita sungguh yakin bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah dan berkata seperti Tomas,”Ya Tuhanku dan Allahku? Ia adalah Allah yang hidup dan bangkit. Ia sungguh ada!



Sunday, April 3, 2016

Perjumpaan di Emaus


Pdt. Hery Kwok

Lukas 24:13-18, 25-32
13  Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem,
14  dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi.
15  Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka.
16  Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia.
17  Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram.
18  Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?"
25  Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!
26  Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?"
27  Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
28  Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya.
29  Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.
30  Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.
31  Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.
32  Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"

Pendahuluan

                Kita telah melalui 2 ibadah raya yakni Jumat Agung dan Paskah. Tema Jumat Agung “Di SalibMu Ku-Bertelut” (menyembah kepada Allah). Tujuannya agar seluruh hidup kita (apa yang kita buat, apa yang kita pikirkan dan rasakan) untuk memuliakan Tuhan (berfokus untuk Tuhan). Faktanya : manusia yang berdosa hanya hidup untuk DIRI SENDIRI. Untuk setiap kegiatan yang selalu dilihat adalah dirinya sendiri. Contoh : saat melihat foto, bila tidak ada “saya” maka  saya tidak mau melihat. Saat makan bersama, saya ingin mengambil makanannya duluan (jarang ada yang mempersilahkan orang lain lebih dahulu). Orientasinya selalu diri saya. Juga di jalan raya, saat macet banyak mobil pribadi yang masuk ke jalur busway.  Karya Kristus di Salib, membuat hidup kita untuk Tuhan. Cara hidup kita meneladani / mengikuti contoh hidup TUHAN YESUS yang RENDAH HATI. Fil 2:5-10 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,   yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,   melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Rendah hati : taat & setia melakukan apa yang Firman Tuhan ajarkan (dalam ibadah, doa, pengampunan, pergumulan dan lain-lain). Orang yang tinggi hati, tidak pernah beribadah dengan baik. Buatnya bila tidak beribadah ,tidak ada dampaknya. Orang yang rendah hati bersedia diajar beribadah karena ia layak disembah karena Ia Pendipta saya, bersedia diajar berdoa  seperti Tuhan Yesus berkata kepada Petrus (tidak sanggupkah kamu berjaga-jaga barang 1 jam),Yesus tidak minta berdoa 24 jam sedangkan bagi orang yang tinggi hati tidak melihat efek berdoa. Bagi dia yang penting bekerja mati-matian. Orang yang tinggi hati sulit mengampuni bila ada yang menjengkelkannya. Bahkan ada  hamba Tuhan , majelis dan aktifis yang tidak mau mengampuni. Sedangkan untuk tema khotbah di Paskah “Stand Up For Jesus” (berdiri, hidup untuk Kristus). Tujuan : jemaat mengalami KUASA KEBANGKITAN KRISTUS sehingga hidupnya melayani Tuhan.  Harga manusia yang sudah ditebus Kristus sedemikian mahal sehingga harganya luar biasa dan jauh melampaui harga barang-barang mewah yang ada di dunia (seperti mobil dan perhiasan mewah). Dengan keberhargaan kita , kita melayani dan hidup bagi Kristus. Karena tidak ada barang berharga yang bisa mengimbangi harga kita. Karya Kristus: Dia Bangkit sehingga kematian dikalahkan (apa yg menjadi ketakutan kita sudah dikalahkan). Cara hidup kita : memahami betapa berharganya hidup yang sudah ditebus sehingga sekarang hidup kita untuk melayani Tuhan.

Perjumpaan di Emaus

Lukas 24:15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Kehadiran Kristus di antara 2 muridNya dan berjalan bersama-sama dengan mereka merupakan bentuk keterangan bahwa Yesus ada di antara mereka. Ayat 16, Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. Saat Yesus mendekati murid-muridNya, apa yang membuat mereka tidak mengenal Yesus? Ini aneh. Kalau saya berjumpa seseorang beberapa kali, waktu berjumpa lagi saya ingat sedikitnya wajahnya walau mungkin saya tidak ingat namanya. Seperti saat reuni, walau tidak ingat nama tapi tetap masih bisa mengingat. Memori yang Tuhan berikan bagus. Tetapi mengapa mereka tidak mengenal Yesus? Murid-muridNya tidak tahu yang berjalan bersama mereka adalah Yesus. Ada yang menghalanagi mata mereka.

Apa yang menghalangi mata murid-murid Yesus dalam mengenal Yesus?

1.     Cara pandang / menilai (perspektif) yang keliru sehingga tidak percaya
Ada penafsir yang mengatakan bahwa yang menghalangi mata mereka adalah kesedihan mereka.Dia yang diharapkan untuk membebaskan Israel yang secara politik dijajah Romawi tetapi Dia mati. Tuhan Yesus dicambuk, disalib dan akhirnya mati. Selain ada kekecewaan, mereka merasa sedih dan mukanya muram. Muka orang muram ketahuan karena seperti pepaya lonjong. Tetapi bukan itu yang menjadi jawabannya. Yang menghalangi mata mereka bukan sekdar kesedihan. Waktu papa saya meninggal, saya menangis. Namun walau menangis, saya mengenali pelayat yang datang. Lukas 24:25 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!. Ini yang membuat mereka tidak mengenal Yesus.
Peristiwa bangkit sangat sulit masuk di kepala. Hukum alamnya, setelah orang mati tidak ada lagi dalam arti fisiknya tidak bisa bergerak. Rohnya kembali kepada Allah. Para muridNya hanya tahu Yesus mati. Jadi ini sesuatu yang penting, kepercayaan Ini bisa terjadi dalam diri kita. Kalau tidak percaya, maka tidak akan mengalami kebangkitan karena menutup diri terhadap kebenaran.. Waktu tidak percaya pada ayat 25 Yesus menyebut mereka orang bodoh. Bodoh tidak sama dengan orang yang tidak berpendidikan. Dari kecil, anak-anak sudah masuk sekolah. Saya dan hamba Tuhan lainnya dididik setelah dewasa. Bodoh yang dimaksud kitab suci, adalah bicara tentang perspetif. Cara memandang apa yang dinilai? Ayat 18 Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?". Yesus dipandang mereka sebagai orang asing. Kepercayaan mereka mengklaim bahwa Yesus orang asing. Jadi sesuatu yang sangat mengerikan adalah  waktu manusia tidak menaruh waktu pada firman Allah. Jadi kita menilai Yesus dari cara menilai yg salah Maka TIDAK PERCAYA KEPADA FIRMAN TUHAN. Kita seringkali gagal. Saat doa tidak dijawab, maka kita seringkali curiga. Kalau tidak diberkati padahal mengikuti firman Tuhan, maka tidak berani katakan kebenaran firman Tuhan sungguh nyata. Karena berdasarkan perspektif saya. Yang menghalangi mereka adalah cara melihat berdasarkan apa yang kita pikirkan. Saya pikir Dia sudah mati dan sudah dikubur tidak mungkin bangkit lagi. Waktu Lazarus mati, Marta mengatakan , “Guru dia sudah empat hari sehingga bau busuk.” Memang benar kalau sudah 4 hari dikubur, maka jasadnya akan menjadi busuk. Secara logika dengan kebenaran firman Tuhan tabrakan. “Kamu akan melihat kemuliaan Yesus kalau percaya,”kata Yesus.  Mereka tidak percaya kepada Allah. Apa yang dilakukan 2 murid di Emaus adalah gambaran orang Kristen dalam perjalanan hidup orang Kristen. Mungkin kita membaca kitab suci, tetapi apakah benar Kitab Suci tertanam dalam pikiran dan kita berubah?. Seharusnya hal ini ada dalam renungan dan pikiran kita. Ini yang menyebabkan Lukas mencatatnya. Tujuan Yesus menjumpai murid-muridNya itu, Dia ingin murid-muridNya mempunyai pengenalan akan Tuhan. Pengenalan akan Tuhan adalah  pengetahuan dan pengalaman bersama dengan Tuhan. Dia ingin 2 orang murid-muridNya mempunyai pengenalan akan diriNya di mana kuasa kebangkitan Yesus ada dalam diri mereka melalui firman Tuhan. Yesus mengatakan mereka bodoh karena kitab suci mengatakan bahwa Kristus harus mati. Kitab Musa mencatatnya begitu. Di kitab suci mereka ada itu (Mesis harus mati). Jadi seharusnya mereka percaya baru mengalami kekuatan firman Allah.

Beberapa hari lalu, saya ngobrol dengan orang di kantor . Sebelum kerja diadakan ibadah. Setelah itu saya bercakap-cakap dengan dia. Dia bercerita satu hal. Dia berkata, “Dulu saya bergumul, karena waktu menikah dengan istri, saya mendapat anak yang berikutnya, istri saya hamil lagi di usia 40 tahunan dan kehamilannya bermasalah dan beresiko. Jadi dia bergumul  untuk menggugurkan. Dokter memberi rekomendasi untuk menggugurkannya. Waktu ia harus mengikuti saran itu, hatinya gelisah. Menjelang waktunya, hatinya tidak sejahtera. Lalu ia berdoa dan meminta Tuhan memberi konfirmasi supaya ia bisa punya kekuatan. Lalu ia membuka Kitab Amos yang mengatakan, “Masakan orang tua membuang anaknya?” Waktu ia melihat ayat itu, ia merasa Tuhan sedang menegur , menampar dan mengingatkan dia. Kalau Tuhan memberikan anak, pasti Tuhan punya maksud. Jadi ia bilang ke istrinya untuk membatalkan rencana untuk menggugurkannya. Keputusan inipun di sampaikan ke dokter. Ternyata hari ini anaknya sudah besar, sudah bekerja dan tidak ada masalah apa-apa. Firman Tuhan berbicara dan ia yakin, pegang dan lakukan. Ini yang Tuhan Yesus mau kepada kedua orang murid di Emaus. Agar mereka mengalami kuasa dari Allah sendiri yang sudah bangkit. Di sanalah kebenaran firman Tuhan yang membuat kita melihat waktu kita membaca firman Tuhan, kita percaya pada firman Tuhan dan Tuhan Yesus . Kalau bilang percaya Tuhan Yesus tapi tidak melakukan firman Tuhan, berarti belum percaya padaNya. Hanya mulut yang katakan tetapi hati tidak takuk kepada firman Tuhan. Waktu firman Allah berbicara demikian, itulah Yesus sedang berbicara demikian. Lukas ingin memberi catatan sederhana, waktu engkau kenal Yesus maka engkau akan kenal melalui firmanNya. Waktu firmanNya ada di dalam hatimu, maka Yesus ada di dalam hatimu. Dengan kata lain Firman Tuhan sangat penting, sehingga tidak bosan visi kita. Pengajaran yang kokoh ada dalam diri tiap orang dan tiap keluarga. Setiap keluarga sangat mendalami dan menghidupi firman Allah.

2.   Pengenalan akan Tuhan dalam gereja mula-mula (pengetahuan dan pengalaman ) melalui : Ekaristi / perjamuan Kuus. Lukas memberi catatan penting, ekaristi adalah alat atau sarana yang Tuhan pakai untuk mengingatkan Tuhan Yesus hadir dalam hidup orang percaya. Sehingga tiap awal bulan kita mengadakan perjamuan kudus. Jadi tidak main-main, Allah hadir , ada dan bersama-sama. Lukas memberi catatan bahwa Allah memakai alat perjamuan kudus (ekaristi) untuk menyatakan kehadiranNya dalam ibadah yang Tuhan perintahkan. Sehingga jangan main-main, kalau mau ambil perjamuan kudus tetapi masih hidup dalam perjudian, tukang tipu, omong gosip jangan ambil karena menghinakan tubuh Kristus. Karena Dia ada dan kita hormati. Kalau kita sadar dan mau berubah, di situlah kita diberikan undangan yang luar biasa.


Penutup

Alkitab memberikan contoh orang yang hidupnya baik.
1.     Zakheus yang adalah pemunugut cukai alias pemeras seperti  tukang pajak yang mintanya lebih (Lukas 19). Karena dia sendiri harus setor kepada Kaisar. Waktu setor ke pejabat Romawi dia harus beri uang sehingga harus ambil lebih . Kalau mau menjadi kepala cukai juga harus menyogok. Suap dari zaman dulu sudah ada dan tidak bisa berhenti. Zakheus waktu mendengar Tuhan mau melewati jalan itu, dia lari mendahului karena ia pendek. Inilah spirit orang yang mau mengenal Allah, antusiasnya hebat sekali. Itu kemudian dinyatakan dalam diri Rasul Pausul sewaktu menulis surat ke jemaat Korintus, “Aku bekerja luar biasa sampai melebihi orang-orang, tetapi bukan aku melainkan kasih karunia Allah.” Itu   orang-orang yang punya perjumpaan hidup dengan  Kristus secara baik. Semangatnya tidak pernah hilang. Kalau spirit dan pelayanan lemah dan merasa bosan, coba pikirkan hubungan kita dengan Allah. Orang yang berjumpa Kristus semangatnya hebat sekali. Rasul Paulus tidak pernah merasa lelah (mau cuti dulu). Waktu merasa ada tantangan di Makedonia, dia terus berdoa dan Tuhan memberi jalan kepadanya. Ia tidak pernah berhenti. Ia memiliki kepentingan pribadi tetapi tidak pernah mengungguli pelayanan kepada Tuhan.
2.       Perempuan Siro Fenisia (Matius 15:21-28). Ia berkata kepada Tuhan waktu anaknya sembuh dari kerasukan setan. Siri Fenisia dulu dianggap kafir. Ia dikatakn, tidak pantas roti yang seharusnya diberikan ke anak-anak tetapi diberikan kepada anjing. Bukan berarti kasar, tetapi Yesus hendak memberikan pelajaran yang hebat. Perempuan itu berkata, Benar. Aku memang anjing. Tetapi anjng dapat remah-remah dari apa yang dimakan anak-anak. Aku ambil itu saja mau. Aku tidak akan memalingkan muka. Kalau tadi bicara spiritnya, ini bicara perjuangan spiritnya. Ia tidak pernah putus asa walau sepertinya ia ditolak Allah. Kalau kita doanya sepertinya tidak dijawab menjadi lemas. Saat dagangan sepi kita menjadi kendor. Ini membuat kita menjadi seperti murid di Emaus di mana Tuhan harus datang menjumpai karena tidak percaya.

3.       Perempuan yang mengalami pendarahan yang sudah lama (Matius 9:20-22, Markus 5:25-34, atau Lukas 8:43-48). Ia harapkan waktu Yesus melewati dia, asal aku pegang jubah / bajunya aku akan mengalami kesembuhan. Spriitnya punya keyakinan yang kokoh. Yang jadi spiritnya antusias, di sini spiritnya punya kepastian pada Allah. Aku sembuh asal pegang jubah Yesus. Keyakinan itu membuat Tuhan menghargai perempuan ini. Keyakinan ini jarang. Waktu banyak duit yakinya kuat, kalau tidak ada duit, jadi lemas. Makanya Yesus harus menjumpai 2 murid di Emaus yang tidak percaya, Allah harus mengembalikan agar mereka kemudian menjadi orang-orang yang berkiprah dalam gereja mula-mula. Allah juga ingin kita seperti itu.