Sunday, March 24, 2019

Janji Tentang Penebusan Melalui Silsilah Abraham

Pdt Beny Tjen

Kej 17:1-9
1  Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela.
2  Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak."
3  Lalu sujudlah Abram, dan Allah berfirman kepadanya:
4  "Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
5  Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.
6  Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja.
7 Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.
8  Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka."
9  Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun.
Ibrani 11:11-12
11  Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.
12  Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.

Pendahuluan

              Tema hari ini  “Janji Tentang Penebusan Melalui Silsilah Abraham” dan tema  ini penting. Mengapa? Ada 2 hal yang sangat serius (penting) tapi seringkali jarang dipikirkan oleh manusia. Bukan saja jarang dipikirkan bahkan mungkin banyak yang tidak ingin memikirkannya sehingga sewaktu diajak bicara mereka akan berkata,”Jangan bicarakan hal itu”. Padahal hal tersebut penting. Kedua hal itu adalah :

1.     Kematian

Bicara tentang kematian adalah penting. Ada penderitaan, ada tua dan ada kematian. Sekarang bukan hanya orang tua, tetapi juga banyak orang yang meninggal di usia yang muda. Pada hari Rabu,6 Maret 2019 pk 7 pagi terjadi kecelakaan di dekat Pos Polisi Pinangsia. Saat itu ada seorang perempuan berusia 47 tahun yang sudah rapi ingin pergi bekerja. Ia berjalan melewati jalan Pinangsia, Pancoran dan Pos Polisi. Ketika sedang berjalan, ada seorang supir taxi on-line yang sedang menstarter mobil. Namun saat di-starter, mobil meloncat lalu menabrak serta melindas perempuan tersebut. Setelah diangkat, perempuan tersebut masih sempat menelpon saudaranya dan memberitahukan bahwa  dia terlindas mobil dan merasa sakit sekali. Secara fisik, tidak ada darah yang keluar di tubuh bagian luarnya. Ia pun dibawa ke klinik, namun pihak klinik tidak bisa menanganinya sehingga dibawa ke rumah sakit. Di Rumah Sakit Husada, ia dimasukkan ke ruang gawat darurat, namun beberapa menit kemudian ia menghembuskan nafas terakhir karena ternyata ia mengalami luka dalam. Kematian adalah hal yang sangat serius dan kita tidak tahu kapan akan terjadi. Jadi pikirkanlah tentang kematian itu! Jangan menjadikan kematian sebagai hal yang tabu dan hal yang tidak disukai.

Suatu kali saya berbincang-bincang dengan mertua saya. Dari  berbagai topik pembicaraan akhirnya topiknya beralih tentang kematian.  Selama 1-2 menit pertama pembicaraan masih lancar. Namun pada menit ketiga, ia memandang saya dengan tajam. Tiba-tiba ia bertanya,”Kita bicara tentang kematian ya? Mengapa kita membicarakan tentang kematian?” Saya menjawab, “Karena topik kematian penting.” Kemudian ia berkata, “Jangan-jangan kamu mau saya ….” tanpa melanjutkan kata yang menjadi topik pembicaraan kami. Sejak hari itu ia ngambek sehingga selama 3 hari dan 3 malam ia tidak mau menyediakan saya makanan.

Mengapa ada kematian?

 Roma 6:23  Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Kita adalah manusia berdosa , sudah melanggar ketetapan Tuhan. Manusia sudah memberontak dan berdosa kepada Tuhan. Ketika berdosa terhadap Tuhan akibatnya maut (kematian). Setiap manusia sudah berdosa, bahkan saya sebagai pendeta pun adalah manusia berdosa. Tidak ada manusia yang sedemikian baik yang tidak berdosa. Semua orang telah berbuat dosa.

Bagaimanakah manusia menyelesaikan dosa-dosanya di hadapan TUHAN?

Seharusnya setiap agama bisa menjawab pertanyaan tersebut, karena ini pertanyaan yang penting. Namun tidak semua agama memberikan jawaban yang memuaskan, hanya Alkitab saja. Begitu banyak orang berkata, “Dosaku bisa diselesaikan dan dilunaskan dengan perbuatan baik.” Apakah pernyataan itu betul? Apakah manusia bisa menyelesaikan dosa-dosanya dengan melakukan perbuatan baik, amal ibadah, mempersembahkan korban dll?

Suatu kali dari kota saya mau menjemput anak saya di Pasar Baru melewati lampu merah di Stasiun KA Beos. Karena sedang terburu-buru dan kurang memperhatikan lampu merah maka mobil saya menerobos lampu merah, padahal di depan ada polisi yang sedang menanti. Sang Polisi pun mengambil pluitnya dan membunyikannya. Setelah saya berhenti dan ia menghampiri saya, ia bertanya, “Bapak, apakah tidak melihat lampu sudah berubah merah?” Saya menjawab, “Saya lihat! Karena terburu-buru menghajar lampu merah, tapi saya tidak melihat Bapak.” Saya pun akhirnya ditilang (ini kesaksian yang buruk sehingga jangan diikuti). Sebelum ditilang, saya coba bernegosiasi,”Saya seorang pendeta. Mohon maaf ya Pak. Saya sudah berbuat baik ke banyak orang. Ampuni saya! Baru kali ini saya melanggar lalu lintas”. Sebagai seorang polisi yang baik, ia  tetap menjalankan tugasnya dan saya pun ditilang. Ternyata kesalahan saya tidak bisa diganti dengan perbuatan baik. Siapakah kita? Kalau sudah melakukan kesalahan tetaplah salah, walaupun kesalahan dilakukan oleh seorang pendeta. Ilustrasi itu menggambarkan bagaimana mungkin manusia bisa menyelesaikan dosanya sendiri (walau dengan berbuat baik). Tidak mungkin bisa! Sehingga jalan satu-satunya yang ada, manusia berdosa perlu JURUSELAMAT untuk menyelesaikan dosa di hadapan TUHAN. Dan Juruselamat itu hanya ada di dalam Alkitab. Tuhan Yesus adalah Juruselamat manusia, Tuhan datang ke dalam dunia, melayani manusia, mati di kayu salib untuk menyelamatkan manusia dan mengampuni dosa manusia, sehingga dosa manusia tidak diperhitungkan kembali.
Dosa itu serius! Dosa itu mengerikan! Bayangkan suatu masalah sampai Tuhan (yang punya sorga) harus turun tangan sendiri! Masalah itu pasti besar dan sangat serius. Jangan menganggapnya ringan tentang dosa. Jangan menganggap enteng kesalahan kita. Akibat kesalahan kita, Tuhan sammpai datang ke dunia dan rela mati di kayu salib untuk menebus dan menggantikan dosa kita.

2.     TUHAN

Banyak yang berkata, “Jangan bicara tentang Tuhan karena nanti kita bertengkar”. Padahal penting untuk bicara tentang Tuhan. Saya menyarankan kalau bicara tentang Tuhan, kalimat pembukaannya, “Kamu mau untung tidak?” Jangan menyinggung tentang benar atau salah karena akan salah. Kekristenan menawarkan keuntungan. Tuhannya orang Kristen datang ke dunia dan menjadi manusia. Ibrani 11:11-12   Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.  Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
Ayat-ayat ini memberitahukan bagaimana dahulu janji yang diberikan Tuhan kepada Abraham tentang keturunan (anak) walaupun Abraham dan Sara sudah tua. Alkitab memberitahukan Sara sudah mati haid sehingga bagaimana bisa mengandung dan punya anak? Ada suatu keterangan tentang mati pucuk. Mati pucuk adalah kelainan. Ini adalah istilah kedokteran yang terjadi terhadap pria di alat vitalnya. Karena mereka sudah tua, maka tidak masuk logika bila mereka mendapat keturunan tetapi Tuhanlah yang menjanjikannya, Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. sejumlah besar bangsa.   Aku akan membuat engkau beranak cucu sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi bangsa-bangsa, dan dari padamu akan berasal raja-raja. (Kejadian 17:4b-5)
Saya senang sekali membaca Ibrani 11:11 karena ada kata “Karena iman” Abraham percaya sungguh-sungguh (serius) kepada Tuhan, maka ia percaya (tidak meragukan). Ia tidak meremehkan Tuhan dalam kehidupannya. Melalui keturunan Abraham, mengalirlah sejarah bangsa Israel. Tadi pagi saya menyampaikan khotbah di persekutuan remaja tentang Ester dan Mordekai. Pada zaman mereka bangsa Yahudi dibuang dan hampir musnah , tapi Tuhan terus menjaga dan menyertai bangsa Israel sehingga mereka berhasil survive dan keturunan Abraham dan Sara tetap ada. Abraham seperti janji Tuhan, memiliki keturunan yang begitu banyak. Dari keturunan Abrahamlah lahir Sang Penebus. Pada Matius 1 ditulis tentang Abraham dan garis keturunannya. Ujung-ujungnya ditulis Maria mengandung dan melahirkan Yesus Kristus. Beribu-ribu tahun dan keturunan demi keturunan , janji Tuhan tidak pernah salah dan gagal. Ia adalah setia. Bagaimana dengan kita? Percayakah kita akan janji Tuhan? Percayakah kita sungguh-sungguh akan janji Tuhan?

Tuhannya orang Kristen adalah
-        Tuhan yang datang ke dunia dan menjadi manusia,
-        Tuhan yang menebus dosa manusia di atas kayu salib,
-        Tuhan yang menyediakan hidup kekal.

Apakah kita percaya? Kita harus percaya karena Firman Tuhan telah dibukakan kepada kita karena dahulu ada Abraham, orang yang benar-benar percaya dan ia betul-betul mendapat apa yang dijanjikan. Rasul Paulus menulis pada 1 Tim 1:15 Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan kita orang berdosa. Ini merupakan harta yang begitu bernilai (berharga) dan tidak bisa digantikan apapun.

Manakah yang lebih penting : kesehatan atau keselamatan?

Banyak yang menjawab, “Yang penting sehat”. Benarkah? Kesehatan dan keselamatan , keduanya penting. Tapi mungkinkah manusia sehat selalu? Tidak mungkin! Pastikah kita mendapat keselamatan? Pasti! Manusia tidak mungkin sehat selalu tetapi manusia pasti selamat. Jadi jawaban atas pertanyaan di atas adalah ”Yang penting selamat!” Bila orang Kristen mengatakan hal ini, maka ini merupakan kesaksian. Karena di dalam Kristus Yesus, walaupun saya sakit tetapi bagi saya lebih penting selamat. Berani kita berkata demikian? Keselamatan pasti di dalam Yesus Kristus. Ketika hati kita percaya dan menerimaNya, Tuhan Yesus menjadi Tuhan dan Raja kita , maka keselamatan itu diberikan kepada kita. Roma 10 : 9 Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Percaya kepadaNya dan jangan main-main, jangan ada nomor 2, jangan ada yang lain , hanya ada 1 yaitu Tuhan Yesus.

Janji Tuhan Yesus di dalam hidup ini

Janji Tuhan tentang keselamatan kita dapatkan setelah kita meninggal. Namun sekarang dalam hidup kita, apa janji Tuhan yang harus kita pegang? Matius 11:28-29  Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.   Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Kapan kita mendapatkan kelegaaan (ketenangan)? Sekarang ini! Panggilan Tuhan Yesus, “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Kondisi ekonomi zaman dulu atau zaman sekarang mana yang lebih susah? Zaman sekarang? Kenyataannya kita tidak pernah hidup di zaman dulu sehingga merasa kondisi sekarang lebih sulit dibanding yang lalu, padahal sama saja. Zaman dulu, sekarang, masa depan juga susah. Tetapi Firman Tuhan memgberitahukan bahwa walau dahulu dan sekarang susah, tetapi orang yang menaruh harapan pada Tuhan bisa hidup. Bukan saja hidup tetapi keluar menjadi saluran berkat. Rahasianya adalah percaya penuh kepada Tuhan dan rejeki pasti akan Tuhan berikan kepada kita. Janji Tuhan harus kita pegang sebagai orang Kristen. Harus ada damai sejahtera dan  sukacita dalam kehidupan kita. Kehidupan yang berbeda. Di luar kekristenan dan orang Kristen bisa bangkrut. Orang Kristen bisa bangkrut tetapi membawa kesusahan kepada Tuhan Yesus, agar dapat ketenangan. Jangan takut sakit dan susah, serahkan kepada Yesus Kristus. Di dalam kehidupan kita ini janji Tuhan yang harus dipegang. Sehingga kehidupan kita berubah, tidak sama lagi.
         Kita punya Allah yang setia dan berkuasa. JanjiNya tidak pernah meleset dan gagal. Maukah kita setia dan percaya?

Para Nabi & Raja pun ingin Melihat Sang Penebus





Ev. Putra Waruwu

Lukas 10:21-24
21  Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.
22  Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu."
23  Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.
24  Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya."

Pendahuluan

              Tema renungan siang ini “Para Nabi dan Raja pun Ingin Melihat Sang Penebus”. Tema ini cukup panjang dan membuat kita berpikir. Kita akan bersama-sama belajar Firman hari ini dengan cara yang sederhana. Umumnya setiap orang akan tertarik ketika mendengar dan mendapatkan informasi tentang sesuatu yang mengesankan. Misalnya : ada info tentang tempat makan yang enak dan murah. Pasti ada orang yang tertarik dan kemudian bertanya, “Di mana? Kira-kira harganya berapa?” Yang kedua mungkin tempat nongkrong, berkumpul dan bercengkrama satu dengan lain.
              Rabu lalu setelah Persekutuan Doa, seorang jemaat mengajak ke sebuah rumah makan dan mengatakan bahwa restoran tersebut cocok digunakan sebagai tempat untuk kegiatan komsel. Hal-hal ini memang menarik dan membuat kita bertanya, “Tempatnya seperti apa? Suasana nya seperti apa?” sangat mengesankan dan menjadi bagian dari hidup manusia. Bila ada yang membuatnya tertarik maka ia akan berjuang untuk melihat hal tersebut.
2 minggu terakhir ini banyak penduduk DKI diberi kesempatan untuk mencoba MRT secara gratis. Mengapa orang-orang berbondong untuk mencobanya? Karena mereka ingin tahu seperti apa MRT itu. Saya dan mu-shi mencoba naik MRT dari Hotel Indonesia (HI)  sampai terminal Lebak Bulus yang ditempuh dalam waktu 30 menit. Banyak orang yang ber - swa-foto dan ngobrol. Kemudian ada yang membandingkan dengan MRT di Singapore. MRT di sana saat berjalan cukup besar bunyinya, sedangkan MRT di Jakarta masih halus suaranya. Yang paling penting adalah setiap orang punya keinginan untuk menikmati secara langsung. Kalau hanya mendengar dan tahu dari orang lain, sepertinya tidak sah dan afdol. Tetapi kalau sudah mencicipi , duduk, melihat dan  menikmati sendiri maka orang sudah merasa puas.

Bersyukur kepada Allah

              “Ingin” artinya mau melihat Sang Penebus tersebut. Tetapi yang menarik adalah apa yang Tuhan Yesus katakan, “raja dan nabi tidak bisa melihat Sang Penebus”. Lukas 10 adalah sebuah perikop panjang yang menceritakan kepada kita bahwa Yesus di awal pelayananNya mengutus 70 murid untuk melayani di berbagai kota yang ada. 70 murid ini diluar dari 12 murid yang ada, artinya mereka adalah murid-murid yang baru yang menjadi bagian dari kelompok Tuhan Yesus. Mereka diutus ke beberapa kota untuk menghibur, menguatkan yang lemah, menyembuhkan yang sakit dan menaklukkan segala kuasa di luar Tuhan Yesus. Itulah yang mereka lakukan. Setelah itu mereka kembali kepada Yesus. Mereka bercerita bahwa,”Kami telah melakukan pelayanan ini-itu. Puji Tuhan , segala kuasa di luar nama Yesus takluk kepada kami di dalam nama Yesus.” Berarti ada sebuah rangkaian pelayanan yang dapat dirasakan oleh orang banyak pada saat itu. Tapi Tuhan Yesus berkata, “Jangan bersuka cita karena kegelapan itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.” Berarti keselamatan lebih jauh lebih besar dibanding kuasa yang diberikan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya.
              Melihat itu, Lukas 10:20-24 adalah bagian di mana Tuhan Yesus bersyukur di dalam Roh Kudus kepada BapaNya di surga, Yesus berkata, “Aku bersyukur kepadaMu, Bapa Tuhan langit dan bumi.” Ini menarik karena secara tidak langsung, Tuhan Yesus mengajarkan kepada 70 murid tersebut agar tidak lupa untuk bersyukur. Aku bersyukur kepada Bapa, Tuhan langit dan bumi. Karena semuanya itu Engkau dinyatakan bagi orang kecil tetapi Engkau sembunyikan kepada orang bijak.
              Saya pernah khotbahkan tentang orang kecil dan orang bijak (pandai). Yang dimaksud di sini adalah Injil tentang Keselamatan. Yesus berkata demikian padahal 70 murid itu adalah orang – orang yang secara pendidikan (intelektual) tidak pintar dan pengalamannya biasa. Orang-orang ini tidak masuk hitungan, golongan yang terbawah (hina-dina). Tetapi Allah mau memakai mereka (golongan ini) untuk menyatakan kuasa Allah. Bukan karena kepintaran dan kemampuan tetapi karena Tuhan ingin memakai mereka. Itu yang penting dan dinyatakan Tuhan kepada murid-muridNya saat itu.

Beruntung dan berbahagia orang yang menyaksikan kuasa Allah

              Pada ayat 23 Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya, : "Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.  Setelah bersyukur, Yesus berpaling ke murid. “Bersyukur , dan beruntunglah orang yang melihat apa yang kamu saksikan di dalam iman kepada Tuhan” artinya beruntunglah orang yang telah menyaksikan kuasa Allah melalui pelayanan murid-murid tersebut. Ketika mereka menyembuhkan penyakit, makan bersama, memberitakan firman Tuhan, menaklukkan setan-setan  atau ditolak di dalam kota maka itu merupakan kesempatan yang Tuhan ijinkan agar para murid bisa melewati masa sulit sedemikian. Itu peristiwa yang bisa disaksikan oleh para murid. Butuh perjuangan dan pengorbanan untuk menjalankan apa yang Tuhan inginkan. Dari apa yang disaksikan para murid, ada orang-orang di sekitar mereka yang turut menyaksikan peristiwa itu. Ketika murid-murid tahu bahwa iblis kalah dari Tuhan Yesus, disaksikan oleh para murid dan juga oleh orang-orang yang ada pada saat itu. Yesus berkata, “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat.” Keselamatan itu dapat disaksikan oleh semua orang dan didengarkan oleh semua orang, tetapi tidak dapat diterima oleh semua orang.
              Ayat 24 dikatakan “Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat dan mendengar apa yang kamu dengar tetapi mereka tidak melihat dan mendengarnya.” Raja dan nabi adalah pemangku jabatan terbesar. Raja adalah pemimpin sebuah bangsa, berkuasa atas orang-orang, wilayah dan seluruh tatanan administrasi sebuah bangsa. Raja dihormati, disegani dan sangat diagungkan. Sedangkan nabi adalah penyambung lidah Allah yang bertugas menyampaikan isi hati Allah kepada sebuah bangsa. Ada 2 pesan penting  yang disampaikan oleh nabi yaitu berkat dan kutuk. Berkat adalah segala sesuatu yang baik, mendatangkan sukacita, hal-hal yang tidak mengecewakan, kedamaian dan keharmonisan. Kutuk adalah segala sesuatu yang berbau tentang kesedihan, peperangan , kekacauan dan kehancuran. Ini yang disampaikan para nabi. Sehingga dalam zaman Perjanjian Lama, setiap kali nabi datang, orang ketar-ketir. Karena berita yang disampaikan hanya 2 yaitu berkat dan kutuk. Tetapi ada juga nabi-nabi palsu yang mengatasnamakan Tuhan dalam pemberitaan. Nabi pada dasarnya adalah penyambung lidah Allah. Mereka pemangku jabatan yang besar dan mulia.

Tetapi mengapa Yesus mengatakan mereka tidak melihat apa yang kamu lihat? Tidak adil dong? Ada beberapa jawaban :

1.     Karena nabi dan raja sudah mati.
Perjanjian Lama adalah nubuat tentang kedatangan Juruselamat. Ini adalah pertanyaan komsel bulan lalu. Inti dari Perjanjian Lama itu apa? Nubuat, belum kenyataan, masih sebatas berita, informasi. Walau nubuat akan terjadi di masa mendatang, tetapi belum ada kejelasan tentang kapan akan terjadi. Para nabi dan raja sudah mendengarnya tetapi belum melihatnya karena mereka sudah meninggal.

2.     Nabi dan raja mengeraskan hati mereka untuk mempercayai apa yang difirmankan oleh Allah.
Jangan katakan nabi yang ada hanyalah yang disebutkan di Alkitab. Kenyataannya banyak nabi yang tidak disebutkan di Alkitab. Ada banyak nabi selain Yesaya dan Mikha. Mereka tidak dapat melihatnya. Mengapa mereka mengeraskan hati (degil)? Karena pesan yang disampaikan oleh nabi-nabi tentang kedatangan Tuhan Yesus, sepertinya bertolak belakang antar seorang nabi dengan nabi yang lainnya. Yesaya berkata bahwa Ia yang akan datang itu adalah Raja Damai yang kekal, tetapi di bagian lain Yesaya mengatakan bahwa Ia akan dibawa ke tempat pembantaian. Ia akan dihina dan disika, kakinya akan ditusuk oleh paku. Mana mungkin raja tetapi harus mati , didera (disiksa) dan dibawa ke tempat pembataian? Yang dibawa ke sana ke tempat pembantaian seharusnya adalah hewan pembantaian. Namun Ia dibawa ke tempat pembantaian, untuk kita! Berbahagialah mata yang melihat apa yang kita lihat.

3.     Nabi dan raja tidak mendapat anugerah dari Tuhan.
Nabi dan raja tidak diberi kemampuan untuk melihat secara langsung. Kita bersyukur karena  kita orang yang diberi angerah dan dapat meresponi. Kita bisa bertanya, “Mengapa Tuhan?” Sepertinya tidak adil, tetapi ini semua adalah kedaulatan Tuhan. Anugerah Tuhan cukup bagi kita.

Inilah yang Tuhan Yesus mau katakan. Ketika keselamatan diberikan secara cuma-cuma untuk kita, maka kita hidup jangan sembarangan. Kita hidup harus seturut dengan  apa yang Tuhan kehendaki. 3 minggu lalu, ketika guru Sekolah Minggu menceritakan tentang penderitaan dan kesulitan Tuhan Yesus, ada seorang anak dengan polos bertanya, “Lao-shi benar tidak ceritanya?” Ketika guru Sekolah Minggu tersebut bercerita kepada saya. Saya menjawab, “Benar!” Karena di dalam pikirannya bentrok. Katanya Yesus baik dan suka menolong orang, Ia sayang dan memberi makan 5.000 orang, pelayanan ke mana-mana tetapi kenapa disalib? Ini hal yang bertentangan! Seharusnya kalau berbuat baik jangan dihukum (kalau jahat baru dihukum). Pola berpikir seperti ini adalah cara pikir anak-anak. Ketika anak di Sekolah Minggu melakukan perbuatan baik maka akan diberi poin. Kalau salah diberi sanksi seperti  tidak boleh main atau jalan-jalan dan hal ini nyata  sehingga seorang anak  berkata, “Benar tidak kisah-kisah di dalam Alkitab? Atau hanya sebatas ilustrasi saja?”
              Adakah kita yang dalam pergumulan iman bertanya demikian? Apakah hanya sekedar ilusi belaka. Yesus adalah Jurselamat itu telah membuat kita menjadi manusia yang berharga. Sebeharga apa? Tidak dapat dinilai harganya, tidak dapat dihitung jumlahnya (nominalnya) berapa, tetapi Yesus berkata,”Engkau berharga di mataKu!”.
              Ketika melihat kita dapat mencicipi anugerah keselamatan dari Tuhan, diberikan secara cuma-cuma tanpa menuntut jawaban. Apa yang menjadi respon, tanggung jawab iman kita pada saat ini? Ketika Kamis kemarin kita besuk, salah seorang di antaranya mama dari seorang jemaat. Kami berbicara tentang banyak hal. Dan ia bertanya tentang iman. Ia bertanya tentang ceng beng. Boleh tidak ikut merayakannya? Lalu ia bertanya tentang keselamatan. Di akhir dari semua penjelasan , ia berkata, “kalau begitu hidup dan keselamatan saya adalah semata berdasarkan panggilan. Keselamatan yang kita terima bukan karena kita belajar Firman atau mendengar dari orang. Tetapi kita diselamatkan oleh karena Tuhan ingin  menyelamatkan dan memampukan kita untuk berespon , “Ya aku percaya”. Ini penting, Mengapa menjadi sangat penting? Karena hari -hari ini banyak orang yang salah kaprah dan berkata, “Dengan belajar dan banyak membaca pun saya bisa selamat.” Hal ini tidak benar. Bukankah banyak orang yang lebih pintar dari kita yang sampai hari ini masih mencari jalan keselamatan?

Bagaimana meresponsi keselamatan dari Tuhan?

1.      Senantiasa bersyukur kepada Tuhan.

Kebijaksanaan tidak melulu lahir dari kecemerlangan intelektual dan status sosial seseorang. Kebijaksanaan bisa muncul dari kesadaran akan makna dan tujuan hidup dan ketika kita mampu bersyukur atas semua hal yang Tuhan ijinkan untuk kita nikmati dalam hidup kita. Tuhan menuntut kita untuk selalu bersyukur dan biasanya kita selalu berkata “ya” bahwa kita akan selalu bersyukur. Tetapi dalam perjalanan hidup ini, seringkali kita lupa untuk bersyukur. Jika semua hal menjadi baik, maka ucapan syukur menjadi hal yang mudah untuk terlontar dari mulut bibir kita. Tetapi saat semua hal menjadi sulit dan keadaan menekan sepertinya kita sulit dan tidak mampu bersyukur kepada Tuhan.
         Saya selalu merefleksi diri, dari setiap kesaksian jemaat khususnya saat komsel saya bisa melihat dan mendengar banyak kisah dari jemaat. Satu per satu mulai bercerita tentang iman dan bagaimana ia diselamatkan. Ada yang berkata, “Saya bertahun-tahun dikejar-kejar dan diingatkan untuk beribadah tetapi sama sekali saya tidak mau datang. Tetapi ada 1 momen Tuhan menangkap saya dan sampai hari ini saya berubah. Momen ini saya nantikan untuk keluarga saya yang belum percaya Tuhan.” Bersyukur untuk diri sendiri karena diselamatkan, tetapi punya beban yang besar untuk keluarga , anak, istri yang belum percaya.
Kita harus selalu bersyukur dalam segala keadaan. Kalau kita tidak bisa bersyukur maka sulit menikmati sumber kebahagiaan itu. Tidak selalu hidup kita diisi dengan hal-hal yang membahagiakan. Mungkin hari-hari ini kesulitan jauh lebih banyak menghimpit kehidupan kita seperti  kesehatan , ekonomi, pekerjaan, pimpinan dan rekan sepelayanan bisa menjadi tantangan bagi kita. Sudahkah kita bersyukur dengan keadaan yang demikian? Atau kita mulai bersungut-sungut kepada Tuhan? Kita dipanggil untuk menjadi murid. Kita diberi keselamatan untuk bisa membagikan kepada orang-orang di sekitar kita. Kita harus hidup dalam kesederhanaan di hadapan Tuhan, karena kita bukan siapa-siapa dan kita tidak punya apa-apa. Kita harus bersyukur seperti lirik lagu Kasih Allahku Sungguh T’lah Terbukti (Drs. Yuda D. Mailo'ol) Bersyukur.. bersyukur..bersyukurlah. Bersyukur karna Kasih setiaNya Kusembah..kusembah..kusembah. Dan kusembah..s’lama hidupku. Kusembah kau Tuhan.  Tidak ada batas waktu dan situasi untuk kita tidak bersyukur.

2.     Kita harus siap untuk setia

Setia-setialah , setia sampai sampai. Seperti Tuhan Yesus, setialah sampai mati. Setia itu tidak ditentukan oleh waktu. Ada yang berkata,”Oh saya sudah berpuluh tahun menjadi orang Kristen, jadi saya setia dong?”. Secara waktu setia, tetapi secara kualitas bagaimana? Setia yang mau dikatakan adalah bagaimana kita dalam keseharian kita semakin dekat dan intim dengan Tuhan,  semakin mengandalkan Tuhan, semakin mau berdiri dan berjalan di rute yang telah Tuhan tetapkan.
         Di dalam kesetiaan dituntut sebuah komitmen. Janji yang terpatri dalam hati kita. Ketika tahu bahwa kita seorang Kristen, apa komiteman untuk menunjukkan dan menyatakan bahwa kita sungguh bersyukur kepada Tuhan? Tuhan mau kita taat. Hanya TAAT! Taat itu sulit. Mengapa susah? Karena tidak sesuai dengan hati kita. Tidak cocok dengan hati kita. Seharusnya begini, mengapa begitu? Bisa tidak begini? Kalau orang Jawa berkata,”Jangan nakal. Aku hanya minta kamu taat.” Ada lirik lagu Sekolah Minggu yang berkata. Susahnya aku taat, lebih mudah tidak taat. Susahnya ku-diatur. Lebih mudah ku-mengatur. Pilih yang mana? Yang Mana? Yang menyenangkan Tuhan. Kupilih taat, kumau taat , wajah Tuhan tersenyum.
         Minggu depan ada komsel Sekolah Minggu. Tema yang diangkat tentang hormat dan taat kepada orang tua. Ada proyek , salah satunya sebuah pertanyaan sederhana yang diberikan. Yang pertama :  taat itu susah atau mudah? Yang kedua : hal-hal apa saja yang di dalam ketaatanmu, kamu siap melakukannya? Artinya orang tua punya banyak aturan dan kebijakan. Kamu sering taati yang mana, selalu taat yang mana dan tidak pernah taati yang mana? “Mau taat?” dijawab  mau , tetapi sesering apakah taatnya?
         Inilah yang menjadi tuntutan Tuhan bagi kita yakni menjadi taat. Kalau tadi jawabannya “sulit”, maka kita harus berjuang untuk menjadi taat. Sampai kapan kita berjuang? Selama kita berada di dalam dunia. Setelah meninggalkan dunia, kita tidak berjuang lagi. Selama di dunia ini kita harus berjuang, mensyukuri dan hidup taat di hadapan Tuhan.
         Kita tahu bahwa dalam kehidupan ini kita tidak terlepas dari pergumulan. Rasa takut, kekecewaan, ketidakpastian, putus asa dan pergumulan. Tetapi apapun keadaan yang kita alami, pandanganlah itu sebagai berkat yang datangnya dari Tuhan. Artinya kesusahan itu juga merupakan berkat yang datangnya dari Tuhan.
         Kita tetap percaya sekalipun banyak tantangan dan pergumulan tetapi Tuhan akan selalu bersama-sama  dengan kita. Walau langit tidak selalu biru, jalan tidak rata , tetapi penyertaan Tuhan sempurna atas kita. Inilah janji dan kekuatan yang Tuhan berikan untuk kita. Walaupun nabi dan raja tidak melihat dan mendengar, tetapi kita bersyukur karena kita bisa melihat dan mendengar janji keselamatan yang Tuhan sudah berikan kepada kita. Ketika kita mau bersyukur, taat dan setia, maka disiplin rohani itu penting. Dimulai dari sikap kita yang mau taat (perjuangan bersama).

3.     Tekun berlajar firman Tuhan.

Ini cerminan hidup kita. Kita bisa melihat apakah yang kita lakukan sesuai Firman Tuhan. Saya berjuang untuk setiap hari membaca 3 pasal. Sebab moto kita “baca firman itu bukan kewajiban tetapi kebutuhan”. Makan , minum,, dan tempat tinggal bukan kewajiban tetapi itu semua kebutuhan. Jangan sisakan waktu untuk Firman, tetapi beri waktu untuk membaca Firman Tuhan. Konotasi “sisa” sepertinya yang tidak lagi kita gunakan untuk beraktivitas. Tetapi kalau beri waktu untuk Firman berarti kita punya prioritas untuk Tuhan.
         Dalam persiapan Sekolah Minggu saya berkata dan mendorong untuk membaca Firman Tuhan. Kalau 1 pasal sulit, setidaknya 1 hari membaca 1 ayat saja. Mari kita bersama-sama berjuang untuk tetap bisa dekat dengan Tuhan. Bukan seberapa banyak kita sudah membaca tetapi seberapa banyak kita mengerti akan apa yang Tuhan mau dalam hidup kita. Kita harus tekun berdoa untuk minta kekuatan dari Tuhan. Kita bersekutu di tempat ini. Inilah yang menjadi pesan firman Tuhan bagi setiap kita. Saya juga sangat bersyukur kepada tuhan. Dari kemarin sampai tadi malam, kesehatan saya menurun. Saya mau minta ganti khotbah dengan siapa? Mu-shi sedang pelayanan di kota Padang sedangkan Ev. Dian akan melayani di Kebaktian Nuansa Muda. Saya mengalami demam tinggi sehingga semalam tidak bisa tidur dan berkeringat dingin. Saya hanya berdoa, “Selama khotbah, Tuhan berikan saya kekuatan untuk berkhotbah. Setelah itu mau sakit tidak apa.” Tetapi saya bersyukur Tuhan memberi kemampuan untuk bisa berdiri dan menyampaikan apa yang menjadi renungan siang ini. Besok saya akan pergi ke Bandung bersama mu-shi untuk peneguhan pendeta, pulangnya Selasa sore pk 16. Pk 18.30 sudah latihan untuk ibadah Jumat Agung sampai malam. Rabunya, saya akan menyampaikan firman Tuhan di sekolah, di persekutuan hamba Tuhan-staf dan  malamnya khotbah di  persekutuan doa. Melihat skedul seperti itu sepertinya akan melelahkan.
         Persiapannya kapan dan waktu untuk diri sendiri kapan? Tetapi saya beryukur Tuhan selalu memberi sukacita. Bukan sukacita yang besar. Tetapi melihat bapak-ibu tersenyum di pagi ini , saya sudah bersukacita. Itu menjadi kekuatan, artinya kita bisa menjadi berkat bagi orang lain tidak selalu dalam hal-hal yang spektakuler. Ketika kita mampu untuk bisa membagi diri dan cerita, menyapa dan membagi senyuman kita sudah membagi kepada orang di sekitar kita. Mari kita mau taat, bersyukur dan mengandalkan Tuhan dalam kehidupan kita. Jangan sampai satu kali Tuhan berkata,”Mengapa kamu berseru kepadaku ‘Tuhan! Tuhan!’ padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakana?” Tetapi kita rindu Tuhan mengatakan, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25:21).  Itulah yang menjadi kekuatan kita tatkala kita boleh berjalan bersama dengan Tuhan.