Sunday, December 11, 2016

Tak Mengerti Tapi Percaya


Pdt. Mee Fang Njoo

Mat 1:1-17
1   Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.
2  Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya,
3 Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram,
4  Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon,
5  Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai,
6  Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,
7  Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa,
8  Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia,
9  Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia,
10  Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia,
11  Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel.
12 Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel,
13  Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor,
14  Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud,
15  Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub,
16  Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.
17  Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus.

Luk 3:23,38
23  Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli,
38  anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.

Wahyu 22:20-21 Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus! Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.

Pendahuluan

                Cukup banyak jemaat yang bila terlambat datang ke gereja tidak merasa bersalah, namun kalau menonton film di bioskop tidak mau terlambat. Mengapa? Karena banyak orang mengatakan bahwa  bila menonton di bioskop tidak tahu awalnya maka akan kehilangan ceritanya. Jadi jangan sampai terlambat , karena pembukaan itu sangat penting.  Sedangkan kalau ke gereja, pembukaan dianggap tidak penting, padahal pembukaan adalah sesuatu yang sangat penting. Kalau membaca satu buku yang tebal maka sangat baik bila kita membaca semua halaman. Namun kalau waktunya kurang, maka kita akan melewatkan bagian yang tengah karena bagian depan sangat penting. Demikian juga belakangnya karena kita ingin tahu bagaimana akhirnya. Demikian juga pada waktu kita membaca Alkitab. Hari ini kita membaca Matius pasal 1 yang merupakan pembukaan (pasal pertama dari kitab pertama Perjanjian Baru). Jadi bagian ini sangat penting, walaupun terkadang kita sulit mengerti. Maka kita belajar baik-baik maksud dari silsilah Tuhan Yesus ini.

Ada 3 hal yang bisa dipelajari dari silsilah Tuhan Yesus

1.    Yesus adalah Juruselamat Dunia.

Saat Natal, kita sebagai orang Kristen punya kebanggaan karena Natal ini dirayakan hampir di seluruh dunia. Saat piknik ke mana saja, ada hiasan Natal. Itu membuat kita bangga bahwa banyak orang di seluruh dunia merayakan Natal.  Dan hal itu memiliki dasar yang terdapat pada :

-          Kitab Matius yang mengatakan bahwa Yesus adalah anak Daud, anak Abraham (Mat 1:1).
Daud adalah raja Israel. Jadi ketika dikatakan Yesus adalah anak Daud, itu menunjukkan Yesus adalah keturunan Yahudi atau Israel. Memang Yesus lahir sesuai apa yang dinubuatkan di Perjanjian Lama (lahir dari keturunan Daud). Kelahiran Yesus bukan mendadak atau kebetulan lahir sebagai orang Israel. Dia lahir sesuai rencana dan janji Tuhan bahwa Dia adalah keturunan Daud. Jadi Yesus pertama-tama adalah Juruselamat untuk orang Israel tetapi langsung dikatakan Dia sebagai anak Abraham. Abraham dikenal sebagai bapak orang beriman,  jadi lebih luas dari sekedar bangsa Israel. Di sini ditekankan Yesus yang anak Israel adalah anak Abraham yang beriman. Matius dengan indah memulai kitab dengan mengatakan Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham (Matius 1:1). Pada penutupan kitabnya , Matius ‘membuka pintu lebar’ bahwa Kristus harus diberitakan ke seluruh dunia. Jadi sejak mula dikatakan Yesus dari Israel tapi untuk semua orang di dunia ini. Kitab Matius ini pertama-tama ditulis oleh orang Yahudi dan ditujukan untuk orang Yahudi. Di dalam kitab Matius terdapat banyak kalimat yang mengatakan bahwa demikian inilah digenapi Perjanjian Lama.  Jadi meskipun Matius menekankan pada orang Yahudi tetapi dia menjelaskan bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia.

-          Kitab Lukas (Lukas 3) juga mencantumkan silsilah Tuhan Yesus. Menurut anggapan orang,  Ia adalah anak Yusuf anak Eli (Luk 3:23) … anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah (Luk 3:38).  Berbeda dengan kitab Matius yang berhenti pada anak Abraham, silsilah pada kitab Lukas berhenti pada anak Adam dan anak Allah. Jadi Lukas menulis lebih jauh lagi dan  menekankan ulang bahwa Yesus adalah Jurselamat manusia keturunan Adam. Kalau kitab Matius ditujukan pertama-tama untuk orang Yahudi sedangkan Lukas ditujukan untuk bukan orang Yahudi (Pada Lukas 1:1 dikatakan kitab ini ditujukan kepada Teofilus dan Teofilus bukan orang Yahudi). Lukas mengatakan akan menulis dengan teliti supaya Teofilus yang bukan orang Yahudi percaya (segala sesuatu yang diajarkan kepadanya sungguh benar). Sehingga ketika menulis silsilah Yesus, Lukas menulis sampai ujungnya bahwa Yesus adalah anak Adam dan anak Allah. Hal ini menekankan sekali lagi bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia ini.

Jadi dari sini kita belajar untuk :

a.     Berterima kasih.
Melalui silsilah ini kita mengetahui bahwa orang Indonesia juga merupakan alamat (tujuan) Tuhan Yesus datang ke dunia ini. Dia tidak hanya datang untuk orang Israel , Eropa atau Amerika, tetapi Tuhan Yesus datang untuk kita orang Indonesia dari suku apapun (termasuk keturunan Tionghoa seperti Hok Cia dan Hokian yang ada di GKKK). Tuhan Yesus datang untuk seluruh dunia.  Jadi Natal merupakan waktunya kita berterima kasih kepada Tuhan apapun suku kita.

b.     Bersaksi
Mari kita melihat siapa yang belum merayakan Natal di rumah kita. Suku apapun mereka, mari kita ajak mereka untuk merayakannya. Waktu bekerja dan bersekolah atau di manapun kita berada, lihatlah siapa mereka.  Tuhan mencintai kita seperti Tuhan pun mencintai mereka. Doakan mereka , cari kesempatan untuk mengajak mereka datang ke gereja. Banyak orang tidak mau pergi ke gereja, tetapi saat Natal ada kemauan mereka untuk ke gereja. Mari kita bersaksi bahwa Yesus mengasihi orang lain siapa pun mereka. Salah satu simbol Natal adalah lilin yang bersinar. Lilin itu lebih berguna bila berada di tempat yang gelap. Di tempat yang bercahaya, lilin tidak terlalu terasa sinarnya. Tapi bila listrik mati dan ruang menjadi gelap, maka terang lilin menjadi sangat berguna. Tuhan memanggil kita untuk bersaksi dimana pun kita berada. Bersinarlah seperti lilin, di keluarga, lingkungan dan di mana pun banyak orang yang belum mengenal Tuhan.

2.    Yesus Kaya Kasih Karunia.

Warna yang dominan untuk Natal adalah merah yang merupakan lambang bahagia. Orang Tionghoa percaya bahwa merah adalah lambang sukacita. Natal adalah waktunya kita bersukacita. Karena Natal ini, Allah melimpahkan kasih karunia. Peristiwa Natal ini ibarat “Tuhan mengobral kasih”.  Hal ini dapat dilihat dalam silsilah Yesus yang mencatat :

-          nama wanita : Tamar, Rahab, Rut, istri Uria, Maria (ayat 3,5,6,16)
Pada zaman itu, wanita tidak dihitung alias direndahkan. Di dalam Alkitab jarang ada nama wanita dicantumkan. Misalnya : Adam dan Hawa punya anak perempuan tapi tidak langsung ditulis namanya. Yakub punya anak-anak di mana hanya 12 anak laki-laki saja yang dicatat, padahal ada 1 anak perempuan. Pada zaman itu wanita direndahkan, tetapi pada pembukaan  Perjanjian Baru ada nama-nama wanita yang dicatat. Secara sengaja ada nama wanita yang ditulis sebagai nenek moyang Tuhan Yesus, padahal beberapa perempuan ini bukanlah perempuan baik-baik. Ada yang hidupnya tidak benar, misalnya : istri Uria yang menjadi istri raja Daud dan melahirkan Salomo. Ia istri yang merupakan hasil selingkuhan. Mereka itu wanita dan ada yang punya riwayat yang kurang baik. Tetapi Tuhan memandang mereka bahwa nama mereka boleh ditulis dalam silsilah Tuhan. Meskipun wanita tersebut pernah menjadi orang tidak baik, namun ketika mereka datang kepada Tuhan, bertobat dan mau dipakai Tuhan maka Tuhan memakainya. Inilah kasih karunia Tuhan. Yang direndahkan orang,  ditinggikan oleh Tuhan. Orang yang dibuang dan dihina di masyarakat tetapi diambil dan diberi kehormatan oleh Tuhan.

-          nama orang kafir / non Yahudi : Rut, orang Moab (ayat 5), dan Rahab orang Yerikho (ayat 5)
Saat itu orang Israel bangga menjadi orang Israel. Orang yang bukan Israel dianggap kafir. Sebutan sebagai orang kafir itu tidak enak. Bulan lalu saya melakukan pelayanan ke Pulau Sumba dan ditanya apakah mau mencoba makanan yang dinamakan “ayam kafir”.  Saya bertanya bagaimana cara memasaknya dan apa bumbunya? Dijawab bahwa ayamnya dibunuh lalu dibakar bersama dengan bulu-bulunya. Setelah hangus lalu bulunya dicabut. Saya berkata bahwa saya tidak mau makan ayam yang bulunya gosong terbakar walau enak dan merasa kasihan sekali dengan ayamnya. Istilah kafir itu tidak enak didengar. Pada waktu itu orang Israel sangat bangga bahwa mereka orang Israel. Orang yang bukan Israel dianggap orang pinggiran dan orang kafir yang tidak berguna. Namun luar biasanya  Allah memberikan kehormatan kepada beberapa orang kafir yang masuk dalam silsilah Tuhan Yesus. Ada nama Rut, orang Moab. Dia menjadi nenek moyang Tuhan Yesus. Ada juga Rahab orang Yerikho yang mau membantu umat Israel sehingga namanya masuk dalam silsilah Tuhan Yesus.

Pada Natal ini kita memperingati bahwa Allah kaya akan kasih sehingga kita belajar :

-          Memuji Tuhan 
Kita memperingati bahwa Tuhan menerima kita dan memberikan kehormatan bagi kita. Natal adalah untuk semua orang bahkan orang-orang yang dianggap rendah. Berita Natal dan konser Natal yang pertama disampaikan para malaikat kepada para gembala. Itu berarti suasana Natal merupakan sukacita untuk kita semua. Mungkin saat ini ada orang yang direndahkan oleh orang lain. Tetapi pada Natal ini, Tuhan menaikkan dan meninggikan kita. Mungkin ada orang merendahkan dan menghina kita karena jenis kelamin, latar belakang,  penampilan, bakat, status ekonomi dan sosial kita. Tetapi Natal adalah kabar sukacita. Tuhan tidak peduli apapun latar belakang kita. Selama kita menyambut uluran tanganNya, Tuhan datang untuk kita. Tuhan selalu memberi kesempatan kedua bagi kita. Dia tidak pilih kasih. Hal ini berbeda dengan orang di dalam dunia ini yang sering pilih kasih. Sudah bukan rahasia kalau orang akan lebih menyambut orang yang punya mobil mewah, daripada orang yang naik angkutan kota. Orang tua keluarga besar kita ada yang suka memperbincangkan seberapa yang kita punya. Manusia di dunia ini pilih kasih dan memandang rupa. Tetapi pada Natal ini, Tuhan memandang kita sebagai orang-orang yang dicintaiNya. Datanglah pada Tuhan pada saat ini karena Ia selalu menunggu kita.

-          Meneladani Tuhan
Tuhan suka menaikan orang , bukan merendahkan orang. Sebagai manusia berdosa, kita sering merendahkan orang. Kita mengobrol setiap hari dan sering berbicara tentang kekurangan orang lain. Dengan merendahkan orang lain berarti saya memandang diri kita lebih baik dari orang lain. Tuhan tidak begitu. Yang direndahkan orang lain bahkan Tuhan naikkan. Setiap hari saat kita berbicara di rumah tangga, tempat pekerjaan, dan pelayanan kita, apakah perkataan kita lebih banyak mendukung atau menjatuhkan orang lain? Begitu banyak kita mengkritik dan menjatuhkan orang dan bukannya memuji orang lain. Pada Natal ini merupakan kesempatan kita meneladani Tuhan. Ketika melihat orang ada di bawah  maka Tuhan ikut merendah dan kemudian menaikkannya. Marilah kita menjadi seperti Tuhan yang berbuat baik kepada orang-orang yang dianggap rendah.

Suatu kali ada patung Tuhan Yesus terkena bom saat perang dan menjadi rusak. Ada seorang seniman yang diberi tugas untuk memperbaiki patung tersebut. Setelah diperbaiki, patungnya ditaruh di dalam gereja dan ditutupi dengan selembar kain. Selesai kebaktian Natal patung tersebut diresmikan dan kain penutupnya dibuka. Semua jemaat yang hadir menunggu, bagaimana rupa patung yang sudah diperbaiki ini? Di antara yang hadir ada seniman yang diberi tugas memperbaikinya. Ketika kain selubung dibuka orang-orang yang hadir terkejut melihat tangan patungnya masih buntung. Orang-orang kemudian bertanya kepada sang seniman. Mengapa belum selesai? Apakah kamu tidak sungguh-sungguh berniat memperbaikinya? Seniman ini mengatakan,”Bukan. Patung itu sudah selesai saya perbaiki dan saya sengaja membiarkannya buntung untuk mengingatkan bahwa kitalah orang Kristen yang menjadi kepanjangan tangan Tuhan.” Hari ini kita menjadi seperti kepanjangan tangan Tuhan yang menolong lain dan tidak pilih-pilih kasih. Bukan pada orang yang sama suku atau pada orang yang baik dengan saya saja, tetapi kepada semua orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan kita. Itulah orang-orang yang kita jangkau.

3.    Allah Menepati JanjiNya (memberikan Juruselamat keturunan Daud , Keturunan Abraham, keturunan Adam)      

a.       Allah penguasa sejarah
Ada pepatah yang berkata bahwa “lidah tidak bertulang” yang bermakna manusia mudah melupakan janji. Banyak alasan yang diutarakan untuk tidak menepati janji seperti macet dan cuaca. Manusia sering tidak menepati janji dan membuat orang sulit mempercayai janji Tuhan. Sama seperti ada orang yang sukanya berbohong, maka ia juga sulit percaya kepada orang lain karena curiga orang tersebut juga berbohong seperti dirinya. Silsilah Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Allah itu bukan manusia. Sekali Dia berjanji, ya dan amin serta akan dilakukan. Janji Allah untuk mengirimkan manusia sudah lama sekali. Sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, langsung Allah berjanji akan ada Juruselamat. Kemudian manusia menjadi jahat dan Tuhan menghukumnya (seperti pada peristiwa air bah), tetapi janji Tuhan itu masih berlaku. Sebelum Tuhan menunjuk Abraham menjadi bapa orang beriman, Tuhan menunjuk Abraham untuk memulai bangsa yang baik dan umat pilihan Tuhan. Ia berpikir Abraham bisa menjadi bapa dari suatu bangsa yang baik. Tetapi ternyata keturunan Abraham pun banyak yang memberontak kepada Tuhan. Keturunan Tuhan lebih memperjelas bahwa Juruselamat dari keturunan Daud, dipersempit lagi agar janji ini sungguh bisa ditepati meskipun orang Israel sering jahat kepada Tuhan dan hobinya selingkuh secara rohani. Umat Tuhan ini kalau mau enak , mereka ‘jajan’ dengan menyembah dewa lain dan kalau dihukum mereka menjerit minta tolong pada allah lain. Tetapi luar biasanya , Tuhan tidak putus asa dalam mencintai manusia. Tuhan terus mengarahkan dan memperbaiki orang Israel. Ketika mereka melakukan kawin campur dengan bangsa lain (pada akhir Pernjanjian Lama sebelum masuk Pernjanjian Baru) Tuhan kembali memakai nabinya, Esra untuk mengingatkan bahwa orang Israel tidak boleh melakukan kawin campur. Jadi meskipun orang Israel sering jatuh bangun, Tuhan tidak pernah putus asa memenuhi janjiNya. Manusia bisa belok ke kiri dan ke kanan, tetapi Tuhan memegang pimpinan dengan pasti dan menepati janjiNya pada waktu yang tepat melalui Jusuf dan Maria yang keduanya keturunan Daud. Hal itu berarti kita bisa yakin bahwa Allah kita menguasai sejarah.

b.       Janji Tuhan terhadap kerajaan Tuhan akan digenapi (RencanaNya pasti digenapi)
Janji Tuhan kepada umatNya pasti digenapi. Meskipun keadaan begitu sulit, bangsa-bangsa bergolak tetapi janji Tuhan pasti digenapi. Pada penglihatan Daniel ada patung yang besar. Tangan, bahu dan semuanya dibuat dari bahan yang hebat. Tetapi ada batu kerikil yang makin hari makin besar dan menjatuhkan patung itu. Hal ini seperti kerajaan di dunia yang begitu kuat, tetapi Tuhan berjalan dan mengalahkan semua bangsa itu. Ini merupakan kekuatan bagi kita. Di dunia ini, kita melihat bahwa semua negara punya persoalan. Hari ini kalau kita tidak melihat Tuhan, hati kita dipenuhi ketakutan dan kekhawatiran. Pada tahun 1998, ada yang lari ketakutan dan mengungsi. Ada yang pergi ke Amerika dan sekarang ternyata kondisi Amerika tidak lebih aman. Lalu ada juga yang ke Eropa dan ternyata di Eropa juga banyak teroris. Ada juga yang mampunya pergi ke Bali saja dan ternyata Bali juga tidak lebih aman. Kalau melihat kiri dan kanan,  membuat hati kita ketakutan. Tapi di Natal ini kita belajar bahwa Allah kita menguasai sjearah dan umatNya dipeliharaNya. Mari kita merayakan Natal dengan tenang , yakin dan sukacita. Kekuatan kita tidak ditentukan oleh orang atau kelompok mana pun. Mari melihat kepada Tuhan karena rencana Tuhan pasti digenapi.

Pada kitab, pasal dan ayat terkahir, ada janji yang belum digenapi bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali. Walaupun sepertinya sulit kedatangan Yesus pertama kali ke dunia, tetapi ternyata janjinya digenapi. Demikian pula dengan kedatanganNya yang kedua. Mari kita merayakan Natal berpegang pada Tuhan yang memegang janjinya.


Janji Allah yang Ditepati


Pdt. Hery Kwok

1 Yoh 4:9 Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
Gal 4:4 Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.
Yes 9:5-6 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.

Pendahuluan

                Ada pepatah yang berbunyi “Binatang itu dipegang ekornya, manusia dipegang perkataannya”. Peribahasa ini memberikan makna tentang kepercayaan kepada seseorang. Bila ucapan seorang manusia tidak bisa dipegang, maka ia tidak bisa dipercaya. Binatang dengan mudah ditangkap ekornya karena ekornya panjang, tetapi manusia ditangkap dari perkataannya. Di sini yang ditangkap (= perkataan) adalah sesuatu yang sulit karena tidak berbentuk (tidak ada fisiknya) alias abstrak, namun di sinilah letak keberadaan manusia. Dalam kitab Amsal terdapat banyak kumpulan ucapan ringkas dan ucapan berbentuk nasihat untuk mendidik. Misalnya :  Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang (Amsal 16:24).  Kalau manusia perkataannya tidak punya kekuatan (tidak bisa dipegang), maka jangan kita menaruh kepercayaan dan harapan padanya. Kita tidak menyukai orang yang berjanji tetapi ia sendiri tidak bisa menepati. Bila perkataan orang itu bisa dipegang, maka kita respek (hormat) dan berani menaruh kepercayaan padanya.

Allah yang Berjanji

                Setelah manusia jatuh dalam dosa, kitab Kejadian pasal 3 merupakan permulaan janji Allah terhadap manusia. Janji ini diucapkan oleh Allah sendiri kepada manusia yang ingin memberontak kepadaNya dan menjadi Tuhan atas dirinya sendiri. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kej 3:15).  Allah berjanji akan memberikan seorang anak yang lahir dari seorang dara. Putra itulah yang akan memecahkan kepala ular (menghancurkan si jahat). Janji itu keluar dari mulut Allah di saat hanya ada manusia pertama (Adam dan Hawa). Manusia pertama itu adalah nenek moyang kita. Hanya ada mereka berdua. Waktu Allah berjanji pada mereka berdua, janji itu terus berjalan dan digenapi. Penggenapan janji yang diucapkanNya di Taman Eden Ini menjadi kisah yang kronologisnya  sangat panjang.

                Pada Gal 4:4 dikatakan : Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Di sini kita menemukan bahwa :

1.     Allah yang berjanji adalah Allah yang Maha Kuasa.

Hal Ini penting! Karena perkataanNya untuk memberikan seorang anak digenapi dalam peristiwa kelahiran Yesus. Yang berkata (berjanji) adalah Allah yang Maha Kuasa. Berbicara tentang tema “Janji Allah yang Ditepati” berarti kita menemukan sosok pribadi Allah yang Maha Kuasa yang memampukan Dia untuk menepati janji. Manusia tidak maha kuasa dan hanya mungkin bisa berkuasa waktu memegang jabatan. Misalnya saat menjabat sebagai presiden , orang akan punya kuasa sebagai presiden tetapi tidak maha kuasa. Saat menjabat presiden direktur sebuah perusahaan, orang berkuasa tetapi tidak maha kuasa. Manusia punya kuasa dalam jabatan tetapi tidak maha kuasa. Kita bisa tidak (lalai) menepati janji atau tidak sempurna dalam menepati janji karena kita tidak maha kuasa. Keterbatasan kita membuat kita menjadi tidak sempurna dalam menepati janji kita.
Waktu saya dan shi mu pacaran, hubungan kami hampir putus. Waktu itu kami sama-sama berdoa. Suatu kali saya bertemu dengan shi mu di Bogor. Shi mu berkata,”Kita coba pikirkan tentang hubungan kita”. Saya terkejut dan berpikir bahwa shi mu sudah punya laki-laki lain yang lebih hebat dan tampan dari saya. Apa benar? Naluri detektif saya bergelirya. Apa yang terjadi selama kami berpisah saat saya melayani sebagai mahasiswa praktek selama setahun di Batu? Apakah ada pria lain? Ternyata tidak. Maka kami sama-sama berdoa. Seringkali waktu pacaran lalu hubungan diputuskan dan diingkari, maka ada rasa pedih karena orang yang dikasihi tidak punya komitmen dan integritas. Sepertinya orang yang dulunya saya cintai menjadi orang yang paling saya benci karena saya tidak percaya lagi. Waktu kita berdoa , maka Tuhan akan menuntun satu per satu hingga kita memiliki keyakinan satu dengan lain.

Sebagai Tuhan yang Maha Kuasa ia menuntut kita percaya pada perkataannya pada peristiwa Natal (kelahiran putraNya). Pada Kej 12:1 dikatakan : Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Abraham dijanjikan Allah untuk keluar dari rumah, kelompok dan kampungnya ke negeri yang Tuhan tunjukkan dan pergi bersama Sarah untuk menjadi kelompok yang besar. Kej 17:1-2 dikatakan Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak." Saat itu Sarah mandul (tidak bisa punya anak). Secara medis ia tidak mungkin punya anak. Sebelum Kejadian pasal 17, Abraham mencoba ‘menolong’ rencana Allah dengan mengambil Hagar supaya ia memperoleh keturunan. Hagar direkomendasikan oleh istrinya (ini restu yang sah). Abraham mempunyai kesempatan maka ia pun mengambil Hagar dan mendapatkan Ismail. Pada Kejadian  17:1 Allah berbicara pada Abraham. "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Ia menegur Abraham yang meragukan janjiNya untuk memberikan keturunan.

Yang kedua, kisah imam Zakharia (Lukas 1). Ia mempunyai istri Elizabet dan punya kondisi seperti Abraham dan Sara yang tidak mungkin mempunyai anak. Sewaktu Zakharia memimpin ibadah ritual di Bait Allah, malaikat Allah menyatakan diri pada Zakharia dan mengatakan bahwa tahun depan ia akan mendapat seorang anak yang dikenal dengan nama Yohanes Pembaptis. Waktu perkataan itu disampaikan , Zakharia sulit memahami secara rasio maka ia tidak menaruh kepercayaan sehingga Allah memberikan hukuman sehingga Zakharia bisu. Padahal Zakharia belajar firman namun meragukan firman itu sendiri.

Yang ketiga, kisah Maria, Ibu Yesus. Waktu malaikat Gabriel datang kepada Maria yang belajar kitab suci dan punya kelemahan seperti kita. Waktu malaikat Gabriel berkata bahwa tahun depan ia akan punya anak, Maria suit mempercayainya karena belum pernah berhubungan dengan pria (masih perawan). Ia hanya bertunangan dengan Yusuf. Ini peristiwa di luar kewajaran bahwa Maria akan mengandung bukan karena perbuatan laki-laki. Maka ia berkata, "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" (Lukas 1:34). Gabriel berkata, “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." (Lukas 1:37). Perkataan ini menuntut keraguan manusia. Karena manusia ragu maka dikatakan tidak ada yang mustahil bagi Allah. Allah adalah pribadi yang maha kuasa yang sanggup melakukan apa yang mustahil bagi manusia. Pada Gal 4:4 Rasul Paulus mengatakan dan mengangkat keberanaran bahwa Allah yang mengutus anakNya, Allah  yang berjanji dan bisa dipercaya janjiNya, karena di dalam diriNya, sifat dan karakterNya, Dia adalah Allah yang Maha Kuasa. Dalam perjalanan hidup kita, apakah kita menaruh kepercayaan yang kuat terhadap Dia? Seringkali kalau ada hal yang tidak mungkin, kita menjadi pesimis. Apalagi kalau permasalahan itu tidak ada jalan keluar dan solusinya, hal itu seringkali ‘memakan’ iman percaya kita. Itulah tantangan terhadap iman. Saat ada keluarga yang sakit dan tidak kunjung sembuh, timbul pertanyaan “Apakah Allah benar-benar berkuasa?”

Ada seorang anak yang mengalami gagal ginjal di Gereja Kristen Ketapang. Kemudian selama 21 tahun ia melakukan cuci darah. Sedangkan papa saya menjalaninya selama 7 tahun. Waktu baru berjalan 6 tahun saja saya jatuh dalam iman karena papa tidak juga sembuh dan uang banyak keluar untuk pengobatannya. Saya berpikir apakah papa bisa tertolong dan sembuh. Hal ini  terkait dengan kondisi keuangan. Sekali cuci darah membutuhkan biaya yang besar. Dalam sebulan, tidak kurang 8 kali dilakukan cuci darah (seminggu 2 kali cuci darah supaya kreatinnya normal dan tidak membuatnya pusing). Lebih bagus lagi 3 kali seminggu dilakukan cuci darah. Jadi dalam setahun dilakukan cuci darah sebanyak 3 x 4 x 12 dengan biaya sekali cuci darah yang relatif besar ditambah biaya pemeriksaan laboratium (untuk memeriksa apakah kandungan racun sudah membaik atau belum). Bagi orang tersebut yang harus cuci darah selama 21 tahun apakah tidak menjadi pergumulan yang sulit baginya dan orang tuanya? Sulit! Dulu saya pernah meragukan Tuhan : Mengapa papa tidak sembuh? Ujung-ujungnya saya meragukan Tuhan. Apakah Allah sungguh mampu menolong? Hal ini bisa dialami kita. Banyak yang merayakan natal, tetapi kita seringkali imeragukan Dia. Seberapa jauh kita punya keyakinan yang kokoh pada pernyataan Allah yang akan memberikan Anak dan telah digenapi dalam Yesus Kristus?

2.     Allah yang berjanji adalah Allah yang berdaulat.

Pada Gal 4:4 Rasul Paulus menyampaikan tentang waktu Allah. Setelah mengalami Allah yang Maha Kuasa, kita mengalami Allah yang berdaulat. Dalam janji ia berdaulat . Kedaulatan adalah tindakan Allah yang dilakukan berdasarkan kemauan Dia dan tidak ada orang yang perlu memberi nasehat dan masukan kepadaNya untuk memutuskan (keputusan berasal dari Dia). Tanggal 2 Desember 2016 saat demo berlangsung, banyak orang yang sholat jumat walau pada waktu itu turun hujan dan mereka tidak bubar. Hal ini berbeda dengan orang Kristen yang saat ibadah di lapangan turun hujan, maka banyak yang bubar. Ada orang Kristen yang senang sewaktu turun hujan karena punya alasan untuk tidak ke gereja. Begitu hujan, ia akan berkata, “Puji Tuhan”. Waktu Presiden Jokowi mau ikut sholat Jumat bersama pendemo, maka segala hal terkait dengan keamanannya selaku presiden perlu dipikirkan dan dipersiapkan dengan matang. Maka disarankan agar ia membatalkan saja maksudnya karena keamanannya kurang terjamin. Menurut seorang reporter TV dari Metro, sewaktu azan dikumandangkan, Presiden Jokowi berkata, “Saya pergi sholat”. Selaku presiden, kemampuannya terbatas untuk melihat kejadian apakah akan terjadi huru-hara atau tidak. Tetapi Allah tidak terbatas dan Ia tidak pernah meminta masukan untuk mengambil keputusan. Ayub dalam kesulitan hidupnya, di mana anak-anaknya meninggal, hartanya hilang dan dirinya sendiri menderita sakit, mengatakan bahwa dirinya paling benar. Allah pun menyatakan kedaulatanNya kepada Ayub. Waktu Ia menciptakan dunia dan seluruh isinya, tidak ada manusia yang memberi saran dan masukan kepadaNya, karena Dia adalah Allah yang berdaulat. Waktu Yesus diutus, Allah berdaulat melakukannya. Waktu yang sempurna diberikan anakNya pada kita. Kesempurnaan waktu dirangkai dalam kalimat indah : “indah pada waktunya” . Itu menunjukkan betapa indah segala sesuatu. Rasul Paulus menulis dalam kata “genap waktunya”. Saat itu pemerintahan Romawi dalam kondisi puncak kejayaannya. Segala keamanan dan fasilitas sudah ada. Waktu Yesus dihadirkan dalam kekaisaran Romawi dan mau dibunuh, Dia dibawa ke Mesir.

Penutup

Percayakah bahwa Ia tahu yang terbaik bagi kita? Bila percaya, maka seharusnya hal ini memberikan keberanian untuk mempercayaiNya. Ia pasti memberikan yang terbaik bagi kita. Yang terbaik belum kita lihat tapi pasti Ia berikan. Beberapa waktu lalu terkait perkembangan politik, ada percakapan dalam group teman SMA saya. Waktu peristiwa A Hok masuk kejaksaan , prediksi yang keluar adalah A Hok akan ditahan. Teman saya berkata, “Kasihan.” Teman saya lau bertanya kepada saya,“Apa komentarmu, pendeta?” Saya menjawab, “Tuhan tahu yang terbaik. Walau mungkin A Hok masuk penjara , yang diberikan Tuhan pasti yang terbaik.” Namun ternyata hal itu (A Hok masuk penjara) tidak terjadi. Tuhan punya kedaulatan. Percayakan kedaulatan Allah yang berhubungan dengan kebaikan kita seperti pada peristiwa natal di mana Ia memberikan anakNya. Percaya Ia adalah Allah yang maha kuasa dan berdaulat. Ia tidak diatur oleh manusia tapi sebaliknya. Jangan menganggap imanmu hebat sehingga mau mengaturNya. Sepanjang kita percaya kepadaNya berarti kita tunduk kepadaNya. Sebagai orang yang percaya kepada Dia , maka kita harus percaya kepada kedaulatanNya. Kalau Ia memberikan yang terbaik untuk dunia, maka Ia juga memberikan yang terbaik untuk kita. Kalau Allah berdaulat mengatur alam semesta, Ia akan mengatur untuk kita bertemu dengan Dia melalui proses hidup yang panjang. Kiranya tema ini memperkokoh kita dalam iman percaya kita kepadaNya.

Sunday, November 27, 2016

Zakheus yang Diubahkan


Ev. Jimmy Lukas

Lukas 19:1-10
1 Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu.
2 Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
3 Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
4  Maka berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
5  Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu."
6  Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
7  Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
8  Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
9  Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.
10  Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."


Pendahuluan

                Kejadian belakangan  ini membuat kita seharusnya lebih menghargai kesempatan untuk beribadah dan waktu kita untuk bersama dengan saudara seiman. Mungkin di masa mendatang, bisa beribadah menjadi anugerah khusus, karena kita akan mengalami kesulitan untuk mengekspresikan iman. Saat-saat ini merupakan masa genting dan kita perlu banyak berdoa. Ketika peristiwa demo yang lalu terjadi dan kata-kata makian keras muncul di media sosial, saya mulai mengkaji apa yang menyebabkan orang-orang tertentu ingin mendirikan negara agama dan hal itu berpotensi menyebabkan orang-orang Kristen dan orang-orang keturunan Tionghoa menjadi korban. Dengan mempelajari sejarah dapat diketahui bahwa sejak tahun 1800 , setiap terjadi perubahan politik maka orang-orang keturunan Tionghoa dan orang-orang Kristen telah menjadi korban. Mengapa? Kita dengan mudah bisa dibuang dan disisihkan karena kehadirannya tidak berdampak di tengah masyarakat (tidak bisa dirasakan di masyarakat). Kita lebih mirip Jailangkung daripada Tuhan Yesus. Jailangkung datang tidak diundang dan pulang tidak diantar. Mungkin kuntilanak lebih berpengaruh daripada orang Kristen karena kehadirannya bisa membuat orang menjerit-jerit, sedang kehadiran orang Kristen tidak berdampak. Padahal Alkitab memberikan kita teladan bagaimana orang Kristen seharusnya hidup di tengah bangsa ini dan  hidup di tengah-tengah orang yang membencinya. Alkitab memberi teladan Zakheus.

Zakheus Bertobat dan Berubah!

                Zakheus yang bertubuh pendek tidak bisa diremehkan karena ia adalah seorang pemungut cukai (pajak) yang posisinya cukup tinggi, gajinya cukup besar dan memiliki banyak harta. Tetapi dengan mempelajari latar belakangnya ternyata diketahui bahwa bukan saja seorang pemimpin di penarik pajak tapi ia juga melakukan korupsi sehingga teramat kaya. Mengapa orang seperti Zakheus yang pendek dan secara fisik tidak signifikan di tengah masyarakat,  mau mengejar karir sedemikian rupa sehingga mengalahkan keterbatasannya dan berada di posisi yang cukup tinggi? Mengapa ia menjadi begitu beringas untuk mengumpulkan harta yang begitu banyak? Saya pikir, ia mati-matian mengumpulkan harta karena hidupnya berorientasi pada dirinya sendiri. Tubuhnya kecil dan  pendek, mungkin tidak sampai semeter. Tingginya tidak signifikan sehingga ia sering diremehkan dan dilecehkan, sehingga mungkin membuatnya marah dan memanipulasi orang lain melalui pajak. Zakheus orang yang berorientasi pada dirinya sendiri (yang penting elu tidak bisa bully gua, yang penting gua kaya dan senang dll). Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia tetap manusia biasa yang merindukan kebenaran.
                Agustinus berkata, “Di dalam hati manusia ada sumur yang sangat dalam yang tidak bisa diisi oleh apapun juga kecuali oleh Allah. Kita bisa mengisi dengan kekayaan, reputasi dan cita. Tapi relung hati hanya bisa diisi oleh Allah, ia diciptakan khusus oleh Allah. Sehingga Zakheus walaupun egois (selfish)  tapi ia merindukan kebenaran. Begitu mendengar Tuhan Yesus datang, ia pun berlari-lari mendahului massa, tapi karena tubuhnya kecil dan terdapat banyak orang maka ia tidak bisa menembus kerumuman tersebut. Ia kemudian naik ke pohon ara dan menunggu Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang berjalan melaluinya melihat Zakehus lalu berkata, "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." (Lukas 19:5).  Ini sebuah undangan, seruan, proklamasi bahwa Yesus yang dielu-elukan orang banyak menerima Zakheus apa adanya. LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) menerjemahkannya secara tepat dari bahasa aslinya. Yesus tidak mengatakan, “Aku mau menumpang di rumah mu. Boleh tidak?” Tetapi ” "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Dalam perkataan ini, ada semacam desakan dari Yesus. Ini tidak biasa. Yang punya rumah adalah Zakheus sedangkan yang mau menumpang adalah Yesus. Di mana-mana orang yang mau menumpang bertanya dulu (bukan maksa). Misal ,”Bro, boleh tidak menumpang?” Tetapi Tuhan Yesus tidak begitu. Zakheus pemungut cukai yang bekerja di bawah kekaisaran Roma yang menjajah Yahudi waktu itu. Orang Yahudi punya kebanggaan atas kewargaaannya (mereka warga negara utama). Kita orang Tionghoa tidak dianggap. Tiba-tiba mereka dijajah oleh kekaisaran Roma. Perasaan mereka benci luar bisa pada orang yang menduduki negera mereka. Dan Zakheus adalah orang yang keturunan Abraham tetapi bekerja pada penjajah dan menjajah bangsanya sendiri. Sehingga ia benar-benar dibenci oleh orang-orang sebangsanya. Walau ia kaya dan hebat, tetapi jadi tidak hebat karena Zakheus mengkhianati bangsanya sendiri.
                Bila menghadapi Zakheus ada orang yang benci dan hal ini tidak bisa ditutupi. Karena kalau pun ditutupi maka suatu kali akan terbuka juga. Kebencian terhadap Zakheus diekspresikan. Di mata orang sebangsanya, ia bukan siapa-siapa. Tapi ketika berkata seperti itu (Aku harus menumpang di rumahmu), Tuhan Yesus menerima Zakheus (Aku menerimamu apa adanya dan aku mau berjamu denganmu) Sementara orang lain meremehkan , Tuhan Yesus meninggikan. Orang lain menolak, Yesus menerima. Orang lain menilai Zakheus secara negatif, Tuhan Yesus tetap melihat esensi dari Zakheus. Perjumpaan Yesus dengan Zakheus mengubah hidup Zakheus menjadi orang baru. Kesediaan Yesus makan di rumahnya bukan saja penerimaan Yesus tetapi juga pengakuan bahwa ia keturunan Abraham seperti orang Yahudi lainnya. Ia percaya dan mempercayakan dirinya pada Yesus. Iman  berarti mempercayai Yesus dan mempercayakan diri pada Yesus. Ini yang dilakukan Zakheus. Ia mempercayakan diri pada Tuhan Yesus. Zakheus pecaya dan melepaskan berhala dan kekayaannya , lalu berbalik kepada Yesus tempatnya bersandar. Sehingga ia berkata"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." (Lukas 9:8).  Kalau ia tipe bully menggunakan jabatan untuk diri sendiri, maka betapa kayanya Zakheus. Namun ia menerima Tuhan Yesus, bertobat dan melepaskan kekayaannya dan memeluk Yesus. Setengah dari kekayaan diberikan ke orang miskin. Sisanya tinggal setengah. Bila sisanya misalnya ½ nya dari orang yang dipalak dikembalikan empat kali lipat maka sisanya praktis tidak ada. Ketika seseorang berjumpa dengan Tuhan Yesus, pilihannya ada dua yakni  menerima atau menolak Yesus. Menerima Yesus berarti mempercayakan diri pada Yesus dan Yesus akan memeliharanya. Hal-hal lain menjadi tidak penting seperti yang dikatakan Rasul Paulus dalam Filipi 3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus. Orang yang mengalami Yesus dan mempercayakan diri pada Yesus akan menganggap hal lain selain Yesus tidak berarti.
                Kita bisa melihat ilustrasi dengan mengangkat 1 jari kita dan fokus pada jari tersebut. Apa yang dilihat pada sekeliling jari tersebut? Sekeliling jari menjadi blur. Ketika kita fokus pada sesuatu , maka hal-hal lain di luar fokus menjadi buram dan tidak penting (signifikan). Ketika mata kita terarah pada Yesus, maka segala sesuatu di luar Yesus menjadi buram. Ketika percaya Yesus maka hidup kita benar-benar mengalami perubahan. Pertobatan bukan saja perubahan internal dari kebiasaan lama menjadi baru. Seringkali Ini yang ditekankan. Misalnya : dahulu merokok dan makan sembarangan sekarang tidak lagi. Dulu suka main tangan terhadap istri sekarang tidak. Tetapi pertobatan berbicara mengenai perubahan menyeluruh dari segala aspek kehidupan. Pertobatan itu bersifat general dan overall (semua). Sehingga Yohanes pembaptis berkata, “Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.” (Matius 3:8).  
Kalau bertobat harus berbuah yang sesuai. George Horace Gallup (1901 –1984) (dalam majalah Leadership) berkata,”Ada perbedaan kecil di dalam tingkah laku etis antara orang yang pergi dan tidak pergi ke gereja. Ada banyak kebohongan dan ketidakjujuran di antara orang yang pergi ke gereja sama seperti di antara orang yang tidak pergi ke gereja. Semua orang berkata bahwa agama itu penting sayang tidak mengubah hidup. Orang mengatakan agama penting untuk mengalahkan depresi tapi tidak berdampak pada perubahan perilaku. Singkatnya, berdasarkan survei hidup orang Kristen di gereja dengan orang non Kristen di luar gereja tidak berbeda. Ini ironi yang sangat menyedihkan. Orang Kristen percaya bahwa dalam pertobatan terjadi sesuatu yang bersifat supranatural sekaligus natural. Pertobatan bukan saja keputusan akal budi. Teologi kekristenan mengajarkan bahwa pertobatan bersifat supra natural (adi kodrati) dan pertobatan menghasilkan lahir baru dan mengalami perubahan diri. Roh Kudus bekerja dalam diri saya sehingga perilaku saya secara otomatis mengalami perubahan. Perubahannya adalah  kesepakatan bahwa dosa adalah dosa dan bahwa saya harus hidup sesuai kehendak Allah (saya menunjukkan  perubahan). Di lain pihak pertobatan adalah karya Allah dalam diri saya sehingga saya harus menunjukkan perubahan yang signifikan.
Agama lain tidak melibatkan Allah dalam bentuk pertobatan (saya sadar untuk berubah dalam hidup kita, semoga amal ibadah diterima Tuhan). Itu bukan ajaran Tuhan. Seharusnya orang Kristen punya hidup yang betul-betul berbeda dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Namun hasil survei menyatakan bahwa ternyata tidak ada perbedaan yang signifkan antara orang Kristen dan non Krristen. Ini berarti celaka! Tanda tanya besar! Jadi apakah sudah pada lahir baru? Datang ke gereja puluhan tahun , tapi tidak lahir baru maka tidak masuk surga. Yoh 3:3 Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Percaya kepada Yesus tidak menyelamatkan tapi lahir baru yang menyelamatkan. Orang lahir baru karena ia percaya Kristus. Orang yang berkata bahwa ia percaya belum tentu lahir baru. Kalau kita lahir baru mengapa gaya hidup kita tidak berbeda? Rodney "Gipsy" Smith MBE (1860 –1947) suatu malam di Afrika Selatan berkhotbah dan didengar oleh seorang pemuda Belanda dan kemudian menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Setelah pemuda itu bertobat, ia mendatangi seorang Belanda lainnya. Ia bertanya,”Apa engkau mengenal jam ini?” Yang dijawab,”Oh ini jam tangan saya. Ada inisial nama saya. Jam ini sudah hilang berpuluh tahun lalu. Kamu temu di mana?” Pemuda itu  berkata, “Saya mencurinya.” Pemiliknya bertanya,”Lalu apa yang menyebabkan engkau mau mengembalikannya kepada saya?” Pemuda ini menjawab,”Semalam saya bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat. Jadi saya mengembalikan apa yang telah saya curi pada hari ini.”
 Apa beda kita dengan Zakheus? Mungkin kita tinggi dia pendek. Tapi kita manusia yang sama. Allah mengasihi Zakheus dan kita. Apa yang Allah lakukan untuk Zakheus juga untuk ktia. Dia ingin mengubah hidup kita. Kalau ia sanggup mengubah Zakheus Ia juga sanggup mengubah hidup kita. Zakheus bertobat dengan memberikan harta ke orang lain, kita juga bisa. Pertobatan kita seharusnya menunjukkan perubahan yang nyata , berdampak dan secara sosial bisa dilihat.
                Setelah bertobat, menangis itu biasa. Apalagi pembawa khotbahnya pandai membawa suasana sehingga bisa membuat orang menangis dengan mudah. Tetapi setelah itu apa? Setelah menangis apa? Apakah kita menunjukkan perubahan secara hidup signifikan dan berdampak bagi orang lain? Zakehus bertobat, kelihatan perubahannya (sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat) dan pertobatannya berdampak sosial. Kalau tidak berdampak sosial, maka kita mudah dibuang. Zakheus , awalnya orang yang berorientasi pada diri sendiri dan memakmurkan diri sendiri dengan satu dan lain cara. Apa beda kita dengan Zakheus kalau kita bertobat tapi tidak berdampak? Kadang saya pikir, orang Kristen tidak beda dengan upil. Saya membandingkan bahwa upil itu dikilik enak, ditarik basah. Dipelintir enak dan dibuang jadi sampah. Asal upil dari sel darah putih (leukosit) yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh dan dari debu. Sel darah putih mempertahankan diri kita. Ia menjadi “jenazah” setelah mempertahankan diri manusia dari penyakit. Awalnya ia berguna. Saat tidak dibutuhkan lagi ia dibuang. Orang Kristen jadi upil, kalau tidak dibutuhkan maka diberangus (dibuang). Hal ini berbeda bila kita menjadi tangan kanan. Tidak ada yang membuangnya. Ibarat kita membuat tato naga di tangan saat kurus. Namun setelah bertambah gemuk, gambar naga-nya  menjadi seperti cacing tapi tangannya tidak dibuang. Kalau kita bermain pasir dengan anak lalu tangan kita menjadi kotor, maka tangan tersebut tidak diamputasi. Tangan tertoreh paku karatan dan bernanah  tidak diamputasi tapi dicari alternatif penyembuhan, karena tangan itu penting.
"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. (Matius 5:13). Wajar dibuang karena tidak ada gunanya selain diberangus, dibredel dan dipotong walau sepertinya kejam. Ini konsekuensi logis. Kehadiran kita memang tidak berdampak. Kadang kentut busuk lebih bagus daripada orang Kristen yang tidak berdampak. Sebagai orang Kristen tidak bisa seperti itu (ada bagus, tidak ada tidak apa-apa), entah minoritas atau mayoritas. Kita harus tunjukkan hidup kita dengan penuh dampak pada orang lain. Caranya mudah. Kalau sudah terima Tuhan Yesus, maka sudah saatnya mempercayakan diri pada Yesus. Ketika mempercayakan diri pada Yesus, maka kita mempercayakan bisinis, pekerjaan, keluarga pada Yesus. Mempercayakan semua aspek pada Yesus tidak berarti lepas tangan. Kita akan mengalami perubahan oreintasi. Sebelumnya hidup kita berusaha dengan kekuatan sendiri, sekarang hidup untuk kemuliaan Yesus. Dulu bisnis untuk mengejar keuntungan. Sekarang keuntungan Tuhan yang atur tapi tugas dan tanggung jawab kita adalah mengerjakan yang terbaik. Setelah mempercayakan hidup pada Yesus, kita ubah orientasi : dulu kejar karier demi keuntungan dan kepuasan pribadi, sekarang diubah menjadi demi kemuliaan Allah. Charles Haddon Spurgeon (pangeran pengkhotbah, 1834-1892) berkata, “Apa tujuan akhir manusia? Tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati Allah selama-lamanya.” Sekarang untuk memuliakan dulu. Dulu memperkaya diri sekarang berdampak untuk orang lain.

Menjadi berdampak.

Mungkin saat ini adalah Yesus adalah benteng kita satu-satunya. Berita hari ini sekjen FPI berkata, “Bila sampai ada yang melarang mereka demo dan salat di jalan akan dibunuh, polisi sekalipun.” Kalau sampai ekstrim maka akan terjadi perang dengan polisi bila polisi juga keras. Gajah bertarung melawan gajah,pelanduk di tengah mati terjepit. Kita yang berada di tengah yang akan mati terjepit. Siapa benar dan siapa salah, itu bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan? Yang kita permasalahkan, konsekuensi logis semuanya apa? Belajar dari sejarah, siapa menang atau kalah , kita tetap diberangus. Kita harus membeli diri. Alkitab tidak melarang kita membela diri. Kita membeli diri tanpa kehilangan tujuan hidup di hadapan Allah. Kita tidak mengangkat senjata. Cara kita harus membela diri dengan signifikan dan cerdas. Bagaimana caranya? Jadikan kehadiranmu dan saudara seimanmu penting sehingga saudara seimanmu dan dirimu tidak bisa dibuang.
Dulu ada seorang guru kungfu cukup terkenal di Lokasari. Anaknya adalah teman saya. Dia tidak mau mengajarkan kungfunya ke sesama orang Tionghoa. Saat minum kopi bersama, saya bilang kepada teman saya,”Hal ini perlu kalau belajar dari sejarah”. Dia bilang kalau ada kerusuhan orang bisa melarikan diri ke luar negeri. Saya berkata,”Bisa. Tapi kalau dari Mangga Besar ke bandara berapa jauh? Kalau di tengah jalan dipegat bagaimana? Kamu jago. Kalau melawan 10 orang masih bisa menang tapi kalau lawan 100 orang bagaimana?” Yang kaya bisa beli tiket pesawat, begitu ada kerusuhan lari ke luar negeri, lalu mau bekerja apa di sana. Setelah itu balik ke Indonesia. Sama saja bukan? Hidup kita harus berdampak. Kalau tidak , maka tidak ada gunanya. Beda kalau kita memberdayakan 100 pemuda untuk diajarkan 25% dari ilmu dia, maka bisa menjadi satu pasukan. Maka orang tidak bisa sembarangan. Kalau orang Kristen menjadi kekuatan sosial, maka gereja tidak gampang diobok dan dibuang. Jadikan hidup berdampak. Buat apa jabatan dan kekayaan ? Tidak ada artinya. Bila tidak ada apa-apa di dunia dan kita bisa hidup aman, tentram, sentosa, tetapi setelah meninggal  siapa yang akan mengingat diri kita? Yang ingat hanyalah orang yang hidupnya pernah dipengaruhi dengan keberadaan kita. Dia akan menceritakan kisahmu pada cucunya. Kau mati tapi hidup dalam benak orang yang ditolong. Betapa rentan kekayaan dan kekuatan, kita membutuhkan komunitas Kristen yang berdampak.
                Pada Mei 98 saya sedang berada di Malang praktek di sebuah gereja yang sudah tua dan tidak besar  di kawasan China Town Surabaya. Ukuran gerejanya sebalkon dari gedung gereja GKKK Mangga Besar. Jemaat yang datang duduk berdempetan. Gereja ini sudah lama berdiri. Sehingga jemaatnya yang dulunya anak Sekolah Minggu beranjak remaja , menjadi pemuda, lalu menikah dan menjadi kaya. Walhasil jemaat pemuda yang jadi orang kaya, datang ke gereja. Dulu naik sepeda sekarang naik mobil, maka jalan di depan gereja macet. Pada tahun 1997 gembala mengumumkan agar jemaat tidak memarkir kendaraan di depan gereja tetapi bisa memarkir di hotel atau restoran yang jaraknya sekitar 100 meter dari gereja. Dulu biasa naik sepeda, sekarang setelah biasa naik mobil maka kalau berjalan ngos-ngosan sehingga ada yang komplain. Pendeta bilang tidak boleh, karena mengganggu jalan dan menjadi batu sandungan. Akhirnya jemaat parkir di hotel dan restoran. Jalan 100 meter tidak jauh tapi karena tidak mau jalan lalu naik beca dan kasih ke tukang becaknya ada yang Rp 20,000, Rp 30.000, Rp 50.000 untuk jarak dekat sehingga tukang beca ramai. Beca selalu habis. Pulang pergi jemaat naik becak. Saya pikir pada Mei 1998 gereja ini akan dibakar. Saat tempat lain dijarah, ternyata gereja ini tidak ada yang senggol karena becanya dibawa ke depan gereja dan gereja dibarikade oleh tukang beca yang asalnya dari Madura. Mereka berkata, “Kalau berani gereja dibakar, gua bacok dan matiin kamu.” Karena kehadiran gereja dan jemaat berdampak positip bagi tukang beca. Ada hubungan simbiosis mutualisme dan penuh kasih antara jemaat dengan tukang gereja. Mereka memahami orang Kristen dan merasakan orang Kristen penting. Sehingga tukang beca pasang badan. Jumlahnya kecil tapi uangnya banyak.
Ada seorang preman yang berkata,”Ada orang yang parkir sembarangan dan tidak kasih orang lewat karena mobilnya takut dibaret.”  Preman itu bilang, “Duit elu bisa tahan tapi nyawa elu berapa lama?” Uang mu bisa menahan hidupmu bertahan lama? Kalau uang disimpan didompet, uangmu membuat engkau mati. Kalau tidak mati karena kerusuhan tapi mati karena kolesterol. Tapi bila gunakan uang untuk sosial, uangmu akan memperpajang nyawa. Mei 98 saya berkhotbah,”Jangan takut Allah akan melindungi kita.” Setelah turun mimbar menyampaikan khotbah pendeta senior berkata, “Orang Kristen di Jakarta ada yang menjadi korban. Di mana Tuhan?” Tuhan menolong dengan berbagai cara.
Pada suatu hari terjadi banjir besar di suatu desa. Para warga mulai mengungsi dan ada juga yang menghindari banjir itu ketempat yang lebih tinggi sambil menyelamatkan barang – barang yg ada. Di desa tersebut terdapat seorang warga yang sangat rajin beribadah dan sangat fanatik terhadap ajaran agamanya dan kita sebut saja namanya Pak Tebe. Akibat banjir tersebut dia kemudian naik ke atas atap rumah sambil terus berdoa minta keselamatan pada Sang Pencipta sambil melihat tinggi air yang sekarang sudah hampir mendekati atap tempat dia duduk. Kemudian datang seorang warga yang menggunakan perahu kecil ke rumah Pak Tebe dan berkata, “Pak, ayo cepat ngungsi nanti tenggelam lho. Mari naik kemari” Tapi jawab Pak Tebe; ” Tenang Tuhan pasti menolong saya..” maka warga tadi pun berlalu meninggalkan Pak Tebe yang masih diatas atap dan terus berdoa. Besoknya, Sebuah rakit penduduk pun menghampiri Pak Tebe dan berkata; ” Ayo pak, ikut dengan kami kalau tidak nanti bapak tenggelam lho!”
Tapi Pak Tebe tetap menjawab; “Tenang Tuhan pasti akan memberi pertolongan pada saya. Silahkan kalian pergi..” Maka pergilah rakit itu meninggalkan Pak Tebe yang sudah kedinginan dan lemas akibat hujan yang belum reda dan akibat sejak kemarin perutnya belum diisi. Tak lama datanglah sebuah boat penyelamat yang melihat ada orang yg masih belum mengungsi yaitu Pak Tebe tadi. Si regu penyelamat berkata; “Ayo pak naik, nanti bapak tenggelam lho!!” tapi lagi lagi Pak Tebe menolaknya dengan menjawab; “Sudahlah, saya tidak mau ikut, saya yakin Tuhan akan menolong saya. pergilah kalian” Maka menjauhlah boat itu sambil membawa pengungsi lain ke tempat yang aman. Hingga Pada detik – detik terakhir datanglah helikopter dan menjulurkan tali ke bawah untuk mengangkat pak Tebe sambil berkata: ” Cepat pegang talinya pak, agar kami bisa menarik anda ke atas” Namun Pak Tebe malah memotong tali itu dan berteriak; ” AKU AKAN DITOLONG TUHAN, tinggalkan saja saya”. Singkat cerita Akhirnya Pak Tebe tenggelam dan mati. Setelah mati, Pak Tebe pun menghadap pada Tuhan. Tapi Pak Tebe marah pada Tuhan dan berkata: ” Tuhan mengapa Kau tidak adil? Engkau biarkan saya mati padahal saya percaya padaMu dan akan menolongku!!” Sambil senyum Tuhan pun menjawab: “Hei manusia…,  kalau Saya tidak menolongmu lantas untuk apa ada bantuan rakit, boat dan helikopter yang Saya kirimkan kepadamu. Salahmu sendiri tidak menggunakan fasilitas tersebut untuk menyelamatkan diri.” Mendengar Jawaban Tuhan, Pak Tebe pun sadar akan kekhilafannya. Dia terlalu mengharap datangnya mukjizat seperti malaikat datang dari langit dan mengangkat dia, ternyata perkiraannya salah besar.

Dalam perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur (Lukas 16:1-13), Tuhan Yesus berkata, belajarlah dari bendahara ini  tetapi bukan korupsinya melainkan ia tahu bagiamana menggunakan mamon untuk membangun persahabatan. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi." (Lukas 16:9). Tuhan memberkati supaya kita menolong orang lain dan berdampak. Kalau sungguh mengalami pertobatan, walau tidak punya uang, pastikan hidup kita berdampak bagi orang lain!