Monday, January 26, 2015

DIA Punya Maksud atas Hidupku


Pdt. Arganita Saragih

Kisah Para Rasul 9:10-18
10 Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!"
11  Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa,
12  dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi."
13  Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.
14  Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu."
15  Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
16  Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."
17  Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."
18  Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.

Pendahuluan

                Seorang jahat bernama Saulus bertobat dengan cara-cara unik yang diberikan Tuhan dan karena keunikannya dicatat dalam 3 pasal dari kitab Kisah Para Rasul yakni pasal 9, 22 dan 26. Saulus (nama Rasul Paulus  sebelumnya) dulu seorang Farisi yang taat beragama dan sejak muda menjalankan hukum Taurat dengan sungguh-sungguh. Ia mengatakan dalam Filipi 3 bahwa sebagai orang Farisi, ia adalah orang yang hampir tidak ada cacatnya secara moral dan tidak ada tanda-tanda kemunafikan. Namun ironisnya di sisi lain, Saulus mengejar-ngejar orang Kristen untuk dianiaya. Ini  2 hal yang berbeda. Bagaimana mungkin orang yang taat beragama dan hidup dalam kebenaran hukum Taurat tapi melakukan penganiayaan terhadap umat Tuhan? Di sini kita melihat kegagalan agama membawa orang hidup benar di hadapan Tuhan. Di sekeliling kita (termasuk di  dalam gereja), banyak orang sepertinya taat beragama, rajin beribadah dan hidupnya diberikan ke Tuhan tapi di sisi lain saat menghadapi masalah-masalah tertentu kelakuannya tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Artinya orang-orang  ini hanya mampu melakukan hal-hal ritual  saja namun secara mendalam kebenaran tidak menyentuh berbagai aspek kehidupannya sehari-hari .

                Pertobatan yang sungguh-sungguh  dalam Tuhan sangat diperlukan karena di luar Yesus Kristus orang dapat terlihat seperti orang beragama tetapi sesungguhnya ia belum kembali ke Allah yang sejati. Ini  yang berbahaya. Banyak orang yang hidupnya seperti Saulus, hidupnya sepertinya beribadah namun ada ketidaksejatian di dalamnya dan berada dalam dualisme. Ia melakukan yang benar dan juga yang tidak benar. Ia mampu berkompromi melakukan ketidakbenaran. Sehingga seringkali banyak orang berkanjang dalam dosa dan ini mengerikan. Ini yang harus dibongkar. Ketika Saulus dalam perjalanan ke Damsyik, di tengah jalan  ia bertemu dengan Tuhan. Tuhan tidak tinggal diam. Ketika melihat orang yang dalam anugerahNya Ia pilih untuk dipakai melakukan kebenaran firman Tuhan., Ia ambil, bentuk, urus dan melihat bagaimana orang tersebut diubahkan. Ini anugerah Tuhan ketika seseorang yang sudah Tuhan pilih, tidak hanya dipilih tapi juga Tuhan mau pakai kehidupannya.

Cara Allah Melakukan Perubahan-Perubahan dalam Kehidupan Saulus.

1.     Tuhan Yesus mengkonfrontasi Saulus. Saulus adalah  seorang Sanhendrin, pemuka agama yang biasa keluar masuk istana untuk berbicara kepada raja-raja yang belajar agama. Ia tahu  orang Kisten melawan pemahaman dari Taurat karena dianggap Taurat dianggap tidak cukup dan Yesus Kristus adalah Mesias, ia kejar untuk dianiaya. Dalam perjalanan menuju Damsyik, tiba-tiba cahaya Tuhan datang sehingga ia menjadi buta. Di sini Tuhan memberikan konfrontasi dengan menyatakan siapa diriNya. Saulus adalah orang yang berdiri waktu Stefanus dirajam karena imannya kepada Kristus. Ketika ingin merajam Stefanus, pemuka-pemuka agama (anggota-anggota Mahkamah Agama) membuka jubah mereka dan meletakkannya satu per satu di kaki Saulus (Kis 7:58). Ketika para pemuka agama melihat Saulus tidak menjamah jubah itu (mendiamkannya saja dan bahkan menjagai jubah-jubah itu), mereka menganggapnya sebagai tanda restu dari Saulus bahwa massa boleh merajam Stefanus. Saulus ingin melihat bagaimana Stefanus dirajam. Akhirnya Stefanus mati dirajam di hadapan Saulus, padahal Saulus punya kekuatan untuk menghentikannya. Saulus mendiamkannya karena ia benci dengan orang Kristen. Ketika dalam perjalanann ke Damsyik ia bertemu Allah dari Stefauns. Tuhan menyatakan diriNya dan mengkronfrontasikan iman Saulus dan mengatakan, "Akulah Yesus yang kauaniaya itu (Kis 9:5). Ada konfrontasi-konfrontasi  dalam hidup kita yang sering kita alami, kita harus disadarkan oleh Tuhan, bahwa Tuhanlah yang menaklukkan kita. Seringkali dalam hidup, kita merasa mampu mengatasi semuanya. Seringkali kita merasa kita dapat menjadi Tuhan atas masalah kita (masalah dianggap mudah diselesaikan). Kita mengecilkan Tuhan dan di sini berarti kita menganiaya Tuhan! Karena Tuhan dikecilkan dan kita ditinggikan. Saulus diberhentikan untuk dikonfrontasikan, berhadapan dengan Tuhan. Ia menemukan masalah dan dalam menghadapi masalah itu ia bertemu Tuhan. Seringkali dalam hidup saat bertemu masalah, kita diperhadapkan pada Tuhan atau justru kita mengatakan kita kecewa dengan Tuhan. Ini yang berbahaya!

          Ada orang yang mengatakan bahwa ia pahit dan kecewa dengan Tuhan karena masalah-masalahnya tidak pernah selesai satu per satu dan malah semakin bertambah. Saya berkata dengan tenang, ”Kalau orang kecewa dengan Tuhan karena masalah yang tidak kunjung selesai adalah orang yang kurang ajar. Karena kita bisa bernafas pun itu anugerah Tuhan. Saat lelah menghadapi itu semua, kita berdiam diri di hadapan Tuhan. Bukan berusaha terus berusaha selesaikan sendiri. Terkadang saat Tuhan ingin mengkonfrontasikan kita, Ia menyatakan bahwa Aku yang mampu menolong kamu, bukan dirimu atau kepandaianmu sendiri. Di sanalah kita akan takluk di hadapan Tuhan. Seringkali kita menjadi orang sombong seperti Saul, merasa diri pintar , mengerti banyak hal dan  mampu menyelesaikan banyak hal sehingga akhirnya Tuhan mengijinkan ia terbentur situasi di mana ia tidak mampu melakukan apapun dan Tuhan datang untuk menyatakan diriNya. Kejahatan-kejahatan terjadi di dalam diri kita dalam hal seringkali kita melihat diri sendiri sebagai orang yang baik dan beragama tapi sesungguhnya kita sedang menganiaya Kristus dan kemudian semakin sering kita jatuh ke dalam dosa. Tidak sedikit orang-orang yang jatuh dalam dosa adalah orang yang justru hidup keagamaannya dekat dengan Tuhan. Seringkali kita menjadi orang yang memuaskan nafsu kita sendiri seperti Saulus memuaskan nafsu nya kepada orang-orang Kristen yang menentang Taurat, di sinilah Tuhan hadir ingin mengkonfrontasi kesungguhan iman kita kepada Kristus.

2.     Tuhan Yesus membongkar semua kesalahan Saulus melalui pertemuan Saulus dengan Tuhan Yesus dalam perjalanan Damsyik. Saulus tergeletak tak berdaya. Ia terkurung oleh terang Allah yang menguasainya sampai Saulus tidak berdaya dan Tuhan Yesus berkata, "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?" (Kis 9:4).Ini dakwaan Allah. Kesalahan Saulus dibongkar sampai ia tidak berdaya. Ketika menjadi orang tidak berdaya di tengah situasi tertentu, kita seharusnya betanya kepada Tuhan, ”Apa yang harus kita ubah dalam hidup?” Jadi jangan hanya merasa tidak bedaya dan  menangis tanpa ada hal-hal yang kita gumulkan di hadapan Tuhan. Dosa kita harus dibongkar dan dibukakan. Sehingga kita tidak boleh jauh dari kebenaran firman Tuhan. Sehingga setiap hari, kita diwajibkan dan dipanggil untuk bersaat teduh. Masalahnya, ketika firman Tuhan dibaca mampukah firman Tuhan membongkar kesalahan kita atau hanya mengisi area pemahaman dan pikiran kita untuk dipakai untuk menilai orang lain tanpa menilai diri sendiri. Itu yang berbahaya. Firman Tuhan seharusnya membuat kita tidak berdaya karena membongkar dosa kita. Sayangnya ketika firman Tuhan dinyatakan dan kesalahannya dibongkar, orang Kristen menjadi tidak bisa menerimanya dan marah kepada hamba Tuhan. Seharusnya dosa yang dibongkar adalah jalan Tuhan untuk mengkoreksi dan membenahi hidup kita sehingga hidup kita kembali lurus dan tidak menyimpang. Raja Daud dalam sejarah hidupnya takut akan Tuhan tapi hidupnya berulang kali jatuh dalam dosa. Dalam Kisah Raja-Raja sampai Mazmur kita bisa melihat fluktuasi kehidupan rohani Raja Daud. Tetapi Daud selalu berdoa, ”Ya Allahku  luruskanlah jalanku agar tidak melenceng ke kiri dan ke kanan agar hidupku berkenan di hadapan Engkau!”. Sudahkah kita berdoa demikian tiap hari agar ketika jatuh dalam dosa dan melenceng sedikit saja (yang berarti sudah berdosa).

          Dosa (hamartia dalam bahasa Yunani) bukan sekedar melanggar tetapi  meleset dari tujuan Allah yaitu melakukan kehendakNya. Ketika manusia melakukan pelanggaran maka apa yang menjadi tujuan Allah sudah meleset walaupun sedikit. Contoh :  dosa perjinahan tidak dimulai dari tingkah laku aktif, tetapi dari tingkah laku pasif yaitu memikirkan dan melihat saja apapun yang tidak kudus dan itu sudah dosa. Sedikit saja itu sudah meleset dan ini harus dibongkar satu per satu. Tadi sepanjang perjananan dari rumah ke gereja ini, saya mendengar satu pujian Lord You know better than me ( Engkau mengetahui aku lebih daripada aku sendiri). Seringkali kita tidak mengetahui apa yang ada dalam diri kita. Tuhan ini aku, Engkau bukakan siapa aku , bongkar aku dan koreksi aku agar hidupku tidak melenceng tapi lurus mengikuti kehendakNya, karena ini adalah panggilan setiap kita. Ketika Tuhan sudah membongkar semua dosa Saulus dengan mengatakan engkau sudah menganiaya Aku, Saulus bertobat dan akhirnya mengganti namanya menjadi Paulus.

          Di dalam kehidupan , kita tidak pernah terlepas dari hidup dalam dosa. Dalam kelemahan kita sebagai orang percaya, kita harus mengetahui bahwa Tuhan mempunyai rencana indah dalam hidup kita seperti Tuhan mengubah Saulus menjadi Paulus untuk dipakai bagi kemuliaanNya. Tidak ada orang pun hidup dalam dunia ini tanpa rencana Tuhan yaitu memakai hidup kita yang harus didahului dengan pembenahan dalam diri kita. Kita harus mau dikonfrontasi, diubah dan setelah berubah baru kita dipakaiNya. Sayangnya banyak orang Kristen mau dipakai Tuhan tapi tidak mau diperbarui, dibongkar dan dikoreksi. Sehingga akhirnya ia tidak hanya dipakai oleh Tuhan dan dapat juga dipakai oleh iblis walaupun ada di dalam kerumunan persekutuan orang–orang percaya. Sehinga pada akhir zaman nanti , Tuhan Yesus akan datang untuk kedua kali untuk memisahkan lalang dengan gandum.. Karena di dalam ladang , ada lalang dan gandum. Lalang merusak gandum yaitu umat Tuhan sehingga tidak bertumbuh. Lalang ada dalam persekutan jemaat Tuhan. Seringkali sebagai hamba Tuhan, saya berkaca dalam diri, apakah setiap pelayanan yang dipercayakan kepada saya, betul-betul saya lakukan dengan motivasi yang benar karena Tuhan atau hanya rutinitas saja. Jangan sampai seperti kertas setelah dipakai lalu dihancurkan karena tidak berguna lagi karena sepanjang hidup kita tidak mau dibongkar, diperbarui untuk dipakai oleh Tuhan menjadi kemuliaan nama Tuhan.

          Orang selalu melihat pada kebahagiaan dan keberhasilan tetapi tidak pernah mau melihat pada salib apa yang harus dipikul untuk menuju kepada kemuliaan karena mental orang percaya banyak yang hanya ingin instan dan mendapat hasil tanpa melewati pembentukan-pembentukan. Tuhan membentuk kita melalui pertemuan-pertemuan dengan Tuhan. Ketika Israel di Sinai, Musa naik ke gunung Sinai, ia berkata, ”Ya Allah umatku ingin bertemu dengan Engkau. Nyatakan dirimu kepada mereka”. Orang Israel sombong karena mereka ingin berbicara langsung dengan Allah Yahweh sehingga Musa menyampaikannya kepada Tuhan. Ketika  Tuhan baru mau datang terjadi gelap gulita, angin besar datang dan bangsa Israel rebah satu per satu. Orang Israel berkata, ”Kami tidak sanggup bertemu Allah.” Manusia berdosa dan tidak mampu berdiri di hadapan Allah. Demikian juga dengan Saulus ketika Allah menampakkan diri di hadapannya ia rebah dan matanya buta karena Allah begitu kudus. Ketika Tuhan bertemu kita, melalui masalah yang dijinkan terjadi , maka ini adalah proses yang Tuhan inginkan agar kita mengoreksi diri apa yang harus dibenahi. Sehingga rencana Tuhan dalam hidup kita digenapi. Dalam kisah priuk dalam kitab Yeremia, orang-orang yang mau dipakai Tuhan harus dihancurkan terlebih dahulu kemudian dibentuk (dibonkgar satu per satu, kedagingannya dilepaskan). Pembentukkan ini tidak mudah karena dibongkar satu per satu dan ini menyakitkan. Seringkali kita ingin menangis dan berteriak tapi Tuhan ingin melepaskan . Saya seringkali bekata kepada konseli, ”Cobalah bertanya pada Tuhan, apa yang harus kita ubah dalam hidup kita. Jangan berfokus pada masalah dan kesulitan, tanyalah apa yang ingin Tuhan ubah dari saya!”

Penutup

                Tahun 2015 baru kita masuki dan masih ada 11 bulan 1 mingu yang harus kita lewati seperti lagu ”Kutak Tahu Harus Esokku. Kutahu Engkau yang pimpin aku”. Kalau Tuhan ijinkan ita tetap hidup, kita harus melakukan yang tepat. Kalau melakukan pelayanan harus efektif, karena kita tidak tahu berapa lama umur kita. Kalau sampai akhir tahun kita lewat, itu sudah anugerah Tuhan. Tetapi kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Rabu ini saya harus pergi ke GKKK Makasr naik pesawat. Dua hari setelah QZ8501 jatuh, saya ke SKKK Surabaya. Direktur pelaksana sekolah di sana berdoa terus-menerus. Saya selalu menggunakan tarif penerbangan termurah dan orang pada ribut agar tidak terjadi apa-apa. Bisa saja saya berpikir, mungkin saja ini khotbah atau pelayanan yang terakhir. Namun di tengah situasi yang tidak menentu, apa yang sudah kita lakukan untuk Tuhan? Sudahkah kita sungguh-sungguh dipakai Tuhan atau selama ini kita hanya menjalankan kehidupan keagamaan kita saja? Kita tidak mau dikoreksi, dibongkar dan dilepaskan dari kedagingan kita sehingga Tuhan tidak bisa pakai hidup kita secara maksimal. Saulus menjadi rasul yang mengekposisi Injil secara luar biasa dan mendominasi tulisan di Perjanjian Baru. Mungkin Rasul Paulus dipakai paling banyak. Ia keluar masuk penjara dan hampir mati karena disesah. Sejarah gereja mencatat, Paulus adalah orang yang cacat kakinya karena ia banyak dipukuli, dilempar, dirajam, dicambuk. Di dalam penjara di Roma, ia dilempar sampai badannya hancur-hancur. Ia sering mendekati ajal tapi tidak mati-mati karena Tuhan pakai. Tetapi sebelum Tuhan pakai, lihat kehidupan Saulus.  Tuhan bongkar satu persatu, Tuhan konfrontasi, ubahkan dan bongkar kehidupan Saulus sehingga ia dipakai untuk kemulaian nama Tuhan. Seringkali dalam kehidupan menjadi hamba Tuhan tidak mudah. Kadang kala hanya sendiri selain berdua dengan Tuhan, tetapi itulah salib yang harus dipikul untuk bersama-sama hanya dengan Tuhan. Bukan hanya para hamba Tuhan.

                Suatu hari seorang pemimpin dari sebuah sekolah Kristen berkata kepada saya, ”Saya ditinggalkan oleh istri saya. Istri saya pergi ketika satu bulan kami menikah dan kembali ke rumah orang tuanya dan tidak pulang-pulang sampai 2 tahun kemudian bertemu Ibu. Saya melihat hidup saya tidak punya siapa-siapa. Saya tidak mungkin menceritakan masalah ini kepada orang tua dan teman-teman saya kecuali kepada Ibu. Selama 2 tahun saya sendiri bergumul mengatasi kepahitan dan luka saya karena saya adalah suami yang bertanggung jawab dan baik. Tetapi istri saya melakukan itu. Mengapa istri dan semua orang meninggalkan saya?” Saya hanya berkata, ”Pak, kalau Bapak merasa semua orang meninggalkan Bapak, satu hal yang perlu diingat : Tuhan seringkali menginginkan kita hanya sendiri tidak ada yang lain supaya kita berurusan berdua dengan Tuhan. Karena kalau ada orang-orang di sekeliling kita, maka kita tidak bisa berurusan dengan Tuhan.” Maka sekarang ini banyak orang Kristen sulit bertumbuh karena kalau punya masalah ia jarang sendiri dan bertemu Tuhan langsung. Karena jika punya masalah ia tulis status di BB, twitter, facebook dan orang-orang akan meresponsnya,”Ada apa?” Kecanggihan teknologi kadangkala membuat kita sulit bertemu hanya berdua dengan Tuhan melalui masalah kita.


                Bersyukurlah kalau tidak ada orang-orang di sekitar karena itu tandanyaTuhan ingin bertemu dengan kita. Seperti Saulus dilepaskan dari rombongannya. Ia bertemu dengan Tuhan secara langsung supaya Tuhan bisa berhadapan langsung dengan Saulus dan Tuhan bisa mengoreksi, membenahi, membongkar kesalahannya dan  kemudian memulihkannya. Tuhan punya rencana indah bagi kita semua. Tuhan ingin memakai kita . Tidak ada seorang pun yang  sudah dipilih Tuhan kemudian tidak dipakaiNya. Masalahnya maukah kita meresponinya untuk dipakai. Siapapun kita, apa pun masa lalu kita. Sekali pun kita tadi pagi baru melakukan dosa , kalau mau dipakai Tuhan, datanglah kepada Tuhan, ”Ini aku Tuhan, pakai aku , bongkar aku,  lepaskan aku dari kedaginganku”. Karena hanya Tuhan yang mampu melepaskan kita dari kebiasaan-kebiasaan lama kita untuk dipakai jadi alat kemuliaan nama Tuhan.  Satu tahun ke depan ini, kita akan menghadapi banyak hal. Orang–orang yang punya masalah dan mau dibentuk, adalah orang-orang yang mau dipakai Tuhan. Kalau kita jarang punya bermasalah tanyalah kepada Tuhan. Kalau kita jarang bergumul di dalam kehidupan kita, bertanyalah mengapa kita jarang bergumul karena mungkin ada yang salah dalam diri kita. Berbahagialah setiap diri kita yang jatuh dalam berbagai pencobaan. Rasul Yakobus katakan, ”Karena di sanalah kekuatan Tuhan nyata. Karena disanalah Tuhan sedang membenahi hidup kita dan di sanalah Tuhan ingin bertemu kita secara pribadi ”. Agar melalui kehidupan rohani, kita diubahkan dan dipakai untuk sesama kita. Dalam kehidupannya, Rasul Paulus banyak bersaksi pada raja, pemuka-pemuka agama Yahudi, orang-orang pintar, rakyat jelata tentang bagaimana  kehidupannya dan pergumulannya dengan Tuhan. Bagaimana kita bersaksi kalau tidak bergumul dengan Tuhan dan menang dalam pergumulan. Berbahagialah kalau kita mempunyai pergumulan hidup dan masalah, datang kepada Tuhan dan tanya apa yang perlu aku bongkar. Ini aku Tuhan, agar aku dapat dipakai Tuhan untuk kemuliaan nama Tuhan. Selamat memasuki tahun pergumulan. Biasanya memasuki tahun baru , orang memprediksi apa yang akan terjadi. Orang percaya memasuki setiap tahun baru sebagai tahun pergumulan sampai kita mati sehingga bertemu Tuhan Yesus Krisus. Tiap hari pergumulan kita. Minta Tuhan memberi kekuatan penuh kepada kita agar Tuhan memakai kita untuk kemulianNya. 

Sunday, January 18, 2015

JalanMu adalah Jalanku

Ev. Pangsuri

Kejadian 12:1-4
1  Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
2  Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
3  Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
4  Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.

Pendahuluan

                Di dalam hidup, banyak orang Kristen yang mengalami kebingungan. Bingung bukan karena sakit kepala tetapi ia bingung karena permasalahan dalam hidupnya. Ada 3 contoh kebingungan orang Kristen.
-        Orang Kristen yang masih main dengan dosa dan bingung. Contoh : Seorang remaja berbuat hal-hal yang tidak dikehendaki Tuhan seperti menonton film yang tidak benar, berbicara dengan kata tidak sopan atau melawan orang tua, tetapi di gereja ia bisa bernyanyi dengan mengangkat tangan. Sewaktu konsultasi, ia berkata, “Saya bingung. Saya ingin hidup dengan benar dan dekat dengan Tuhan tetapi susah sekali” .
-        Orang Kristen yang punya banyak mau (kegiatan) dan bingung. Contoh : seorang Kristen sudah berkeluarga dan memiliki beberapa pekerjaan. Setiap kali ada peluang usaha ditawarkan , ia selalu mau bergabung. Ia berpikir kebetulan ada yang menawarkan dan menjanjikan keuntungan, ia akan mengambil kesempatan itu. Sayangnya tidak semua usahanya berhasil. Saat ke gereja, ia berkata “Saya bingung karena harus ke gereja, mengurus keluarga  dan pekerjaan”.
-        Orang Kristen yang sangat aktif (sibuk) di gereja dan bingung. Semua acara ibadah di gereja diikutinya. Semua pelayanan di gereja ia ambil tapi akhirnya ia sendiri bingung. Akhirnya ia merasa semua yang dilakukannya itu tidak ada artinya (nilainya) dan ia juga bingung.
Obat sakit kepala seperti Panadol dan Bodrex tidak bisa menyembuhkan kebingungannya karena ketiga orang ini bukan mengalami sakit kepala biasa. Pemecahan masalah mereka sebenarnya sederhana seperti tema hari ini “Jalan Tuhan adalah Jalan Saya”. Tema ini mudah dimengerti tetapi sangat tidak mudah dihidupi. Kita mendengar dan mengerti firman Tuhan mungkin mudah, tetapi untuk benar-benar menghidupi dan menjalankannya sangat susah.
                Mungkin kita sudah bertemu banyak sekali orang Kristen yang berpikir waktu saya untuk Tuhan adalah 2 jam saja di hari Minggu, selain itu hari lainnya milik pribadi. Pekerjaan itu milik saya. Keluarga dan anak-istri urusan saya. Hidup percintaan juga milik saya. Sehingga ada seorang pelayan Tuhan (guru sekolah Minggu) yang menikah dengan seorang tidak seiman. Hal ini menyedihkan tapi itu faktanya. Tema “Jalan Tuhan adalah Jalan Saya” pun dibalik menjadi “Jalan Saya itu Jalan Tuhan” sehingga walau tidak seiman, saya tetap mau dengan dia dan  Tuhan harus restui. Ada juga yang mau agar semua usaha yang ditawarkan dan diambil diberkati Tuhan. Juga di keluarganya, cara mendidik anak itu menjadi urusan saya tanpa melibatkan Tuhan. Tuhan Yesus hanya di gereja saja. Ada orang seperti ini datang ke gereja dan merasa bingung. Dalam hati ada hal yang salah dalam hidupnya. Di kamar ia suka menyendiri, menatap tembok, menggaruk-garuk kepala dan berjalan mundar-mandir.
                Banyak orang Kristen hidupnya ingin mengalami sukacita dan diberkati Tuhan, tetapi ia tidak pernah belajar kuncinya bagaimana diberkati. Kuncinya sederhana, menjadikan jalan Tuhan itu sebagai jalan kita. Abraham sudah melewati jalan itu. Abraham hidupnya diberkati oleh Tuhan sampai tua secara luar biasa. Ia memiliki kerohanian yang baik, materi (harta) dan sukacita yang luar biasa. Semua orang hormat terhadapnya, dan namanya tercatat untuk selama-lamanya. Kita mau meneladani apa yang dilakukan Abraham, karena Tuhan mau kita melakukannya!

3 prinsip yang Abaraham berikan dari Kej 12:1-4

1.    Allah memberi perintah kepada Abraham. Kej 12:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Ayat Kej 12:1 dimulai dengan kata “Berfirmanlah Tuhan”. Di dalam hidup orang beriman bukan dimulai oleh kita, tetapi Tuhan sendiri yang mulai. Tuhan Yesus pernah berkata, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Yoh 15:16a. Rasul Paulus berkata, Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. (Roma 3:11). Demikian juga dengan  Abraham. Bukan Abraham tetapi Tuhan yang terlebih dahulu memberikan suaraNya. Ada suara dan kehendak Tuhan yang dinyatakan. Waktu hidup dalam iman Kristen untuk Tuhan itu bukan tentang kita, tetapi hidup iman kita sebagai orang Kristen menggenapi hidup kita dalam iman kepada Allah. Kalau kita hidup dalam iman kepadaNya kita pasti hidup dalam kehendakNya. Jangan sampai dalam mencari Tuhan hidup kita tetap sama dan tidak berubah. Contoh : dulu sebelum bertobat melakukan dosa dengan membohongi orang lain dan  setelah bertobat tidak berubah atau dulu sebelum bertobat suka mengeluarkan kata-kata kasar, tetapi setelah bertobat pun kata-katanya sangat kasar. Orang seperti ini mungkin belum masuk dalam kehendak Allah. Ia mungkin mendengarkan firman Tuhan tetapi ia tidak hidup dalam kehendak Allah. Tuhan berkata bahwa waktu kita membaca Alkitab, kita akan menjumpai kehendak Allah. Yang menarik dikatakan dalam Mazmur 119:105   Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Firman Tuhan  adalah terang atau pelita dan bukan seperti mercu suar yang bisa menembakkan cahaya sampai ratusan meter. Pelita seperti lampu minyak yang dihidupkan sewaktu mati lampu. Pelita memiliki keterbatasan jangkauan (hanya untuk jarak pendek) artinya kita terus membutuhkan firman Tuhan dalam hidup kita. Setiap beberapa langkah kita harus membaca firman. Segala keputusan yang kita ambil harus terus ingat Firman Tuhan. Semua kejadian hidup kita harus terus melakukan Firman Tuhan. Abraham mendapat perintah dari Tuhan untuk pergi dari negeri, sanak saudara dan rumah bapaknya ke suatu negeri yang akan Tuhan tunjukkan. Abraham saat itu sudah kaya, ia bukan orang pengangguran atau gelandangan. Saat itu dia sudah sukses, punya rumah besar, ternak banyak dan banyak  pembantu.  Kalau saat ini ia seperti konglomerat yang punya banyak kendaraan, rumah mewah dan sebagainya dan ia tidak butuh apapun lagi. Dalam kondisi seperti itu Allah datang memerintahkan Abraham keluar dari negerinya ke negeri yang akan Allah tunjukkan! Tujuannya pun tidak diberi tahu. Perjalanan keluar dari negerinya merupakan perjalanan yang berbahaya karena bisa mati di jalan karena banyak orang yang siap-siap menyakiti. Panggilan Tuhan memang selalu ada resiko. Untuk taat selalu ada resiko. Alkitab terbagi 2 yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru berisikan perintah dan larangan Tuhan. Kalau dibaca setiap hari, kita akan tahu. Perintah dan larangan itu disebut sebagai wahyu Tuhan. Kalau mau pindah rumah, tanya Tuhan berkehendak atau tidak kita pindah rumah. Kalau kita mau pindah pekerjaan, kita tanya Tuhan. Ayatnya yang mana? Kita mau sekolahkan anak , sekolah di mana? Ayatnya dimana? Semakin membaca perintah dan larangan Tuhan yang umum maka kita akan mendapat sesuatu yang khusus dari Tuhan. Karena itu kita harus membaca Alkitab setiap hari. Waktu baca Alkitab maka Tuhan bisa memberi tahu secara khusus untuk masalah pindah rumah, pindah pekerjaan atau sekolah anak.

2.    Allah berjanji memberkati Abraham. Pada ayat 2-3 Allah berjanji, “ Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." Tuhan menjanjikan keturunan yang banyak, bangsa besar dan dijanjikan Abraham menjadi berkat bagi banyak bangsa. Saya sedikit berhati-hati saat berbicara tentang berkat. Karena ada gereja tertentu yang banyak berbicara tentang berkat. Mereka bertanya, “Siapa percaya Yesus akan diberkati, amin?” Sampai di sini amin! Namun disambung dengan pernyataan, “Yang percaya Yesus semua sakit sembuh, amin?” dan  “Percaya Yesus sehingga yang dulu miskin sekarang jadi kaya, amin?” Pernyataan ini berarti tidak boleh ada yang penyakit, kemiskinan , pertengkaran dan hal-hal yang jelek  tidak ada dalam Yesus. Kita menyebutnya sebagai teologia kesuksesan atau kemakmuran. Ini adalah pelajaran yang ekstrim. Ada juga ekstrim lain yang tidak mau membicarakan tentang berkat. Kata berkat anti sekali dibicarakan. Jadi yang disampaikan adalah kutukan dan hukuman Tuhan sehingga jemaat menjadi takut. Yang benar bagaimana? Yang benar di tengah-tengah. Bukan karena kita mau mencari berkat, tetapi Alkitab berkata banyak hal tentang berkat. Alkitab tidak menyampaikan kedua ekstrim tersebut. Ada sekitar 100 ayat lebih tentang berkat dalam Alkitab. Berarti itu penting sekali. Tetapi kita tidak boleh sembarangan. Tuhan berjanji untuk memberkati. Ia memanggil Abraham dan memberkatinya. Tuhan berjanji bahwa orang Kristen akan terus dipenuhi kebutuhannya karena Ia adalah Jehova Jireh (Allah yang mencukupkan, Kej 22:14). Orang Kristen tidak akan mengemis minta makanan pada orang tidak percaya. Maz 37:25-26   Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;   tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat. Sebaliknya Ia akan membagikan banyak berkat. Jangan kuatir tentang hidupmu, apa yang kamu makan-minum-pakai! Burung di pelihara, bunga dihiasai, apalagi kamu (Mat 6:25-34)! Berkat dibagi atas 3 hal yaitu berkat rohani, berkat fisik/material dan berkat jiwa. Secara rohani kita mengenal Tuhan, selamat dan masuk surge. Itu merupakan berkat besar. Berkat secara material Tuhan bisa sediakan dan secara kejiwaan Tuhan memberikan sukacita dan kedamaian dalam hidup orang Kristen. Abraham percaya kepada perintah Tuhan dan ia mau belajar untuk menghidupinya. Abraham akhirnya diberkati luar biasa. Tuhan juga mau kita melihat dan belajar untuk hidup dalam Tuhan. Abraham orang yang berani memberikan semua miliknya kepada Tuhan. Ia bahkan berani mengorbankan Ishak (anaknya) untuk Tuhan. Siapa di antara kita yang berani korbankan anak sendiri? Tetapi kita tahu dan belajar dari Abraham untuk mempercayai janji Tuhan. Waktu kita memberi persembahan, perpuluhan , tenaga dan waktu kita untuk gereja, itu semua tidak hilang, tetapi dicatat rapi oleh Tuhan. Di sini Tuhan berjanji, Dia akan memberkati orang yang mau hidup di dalam kehendakNya. Kenapa Tuhan mau janji? Jawabannya sederhana, karena Tuhan mau kasih tahu kepada kita, iman kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang mencelakakan. Iman kepada Tuhan selalu baik. Taat kepada Tuhan selalu baik. Berkorban untuk Tuhan selalu baik. Memberi kepada Tuhan selalu baik. Inilah jalan iman. Percaya kepada jalan dan janji TUhan? Mau taat tidak? Kadang Tuhan minta sesuatu yang tidak logis dan tidak bisa dipikirkan. Sudah punya semuanya, tetapi Tuhan minta sesuatu kepada Abraham. Ada seorang anak sekolah Minggu di Depok bertahun-tahun lalu.  Sudah belasan tahun berlalu tetapi saya masih ingat karena sewaktu ia bernyanyi dalam persekutuan, ia sangat menghayati dan menikmatinya. Ia sungguh senang melayani Tuhan.  Kadang-kadang melihat jemaat yang menghayati sekali, kita juga senang. Selesai ibadah, saya bertanya ke pembinanya, ini anak siapa? Lalu diceritakan, anak ini baru berusia 7-8 tahun. Orang tuanya keras sekali agamanya. Anaknya dilarang ke gereja. Setelah itu saya berbicara ke anak itu. Dia berkata, “Papa mama bilang , kalau saya ke gereja, maka saya disuruh pergi. Jangan menjadi anak papa-mama lagi.” Ia masih terlalu kecil untuk pergi. Resiko ke gereja sangat besar. Ia belum cukup umur. Kakak pembinanya berkata, “Kalau kamu belum siap ikuti saja papa-mama kamu! Tetapi kalau kamu sudah siap, kita juga sudah siap!” Anak ini berani mengambil resiko. Iman anak kecil ini bagi saya kurang logis. Tetapi  iman seperti ini menjadi berkat buat saya pribadi , anak ini luar biasa! Ia taat kepada Tuhan.

3.    Abraham taat!  Pada ayat ke 4 dikatakan Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran. Abraham menunjukkan bahwa ia pergi. Tangan kakinya bergerak. Abraham taat. Waktu Allah berkata, “Kamu pergi dari sanak keluarga” lalu ia pun langsung pergi. Ia disebut sebagai bapak orang beriman karena ia taat. Abraham juga taat dengan mempersembahkan Ishak (Kej 22:1-19). Taat bukan saja mendengar firman Tuhan lalu diam. Hamba Tuhan mendengar suara Tuhan , ketaatannya adalah bagaimana tangan kakinya digerakkan Tuhan mengikuti kehendak Tuhan. Jalan Tuhan adalah jalan yang tidak akan pernah salah untuk dijalani. Abraham taat dan menjalani jalan Tuhan. Apakah kita taat kepada Tuhan? Tuhan tahu ketaatan kita. Waktu kita baca tentang Abraham, apakah Abraham hebat tidak? Ya dan tidak. Abraham memang taat dan ikut suara Tuhan pada akhirnya. Tapi Abraham juga pernah bergumul dan ragu lalu bertanya-tanya mengapa tidak diberikan anak. Ia sudah menunggu 25 tahun karena ia mendapat janji Tuhan umur 75 tahun (Kej 12:4) dan baru dapat anaknya umur 100 tahun (Kej 21:5). Kalau hanya menunggu setahun atau beberapa bulan, maka akan mudah. Sehingga ia menikah dengan Hagar (Kej 16:3), gundiknya lalu lahirlah Ismail. Kita tahu itu salah. Harusnya Abraham menunggu janji Tuhan, tetapi ia jalan sendiri. Tetapi Tuhan mengadakan (melakukan ulang) perjanjiannya lagi. Abraham melakukan kesalahan dan selalu mau kembali kepada Tuhan. Ia mau terus bertobat. Tuhan mau kita kembali kepada Tuhan. Mungkin ada yang bilang, “Aku dosanya terlalu banyak, sudah terlalu jauh tidak mungkin kembali kepadaNya.” Tetapi Tuhan berkata bahwa Dia akan mengampuni dosa kita dari kita lahir sampai kita meninggal. Yang penting waktu kita melakukan dosa, jangan kita nikmati tetapi sesali dan mau bertobat. Kata kuncinya kembali ke Tuhan. Saya pribadi dalam perjalanan iman juga jatuh bangun. Belajarlah untuk melakukan “Jalan Tuhan adalah Jalan Saya”. Kadang saya suka terbalik. Tuhan ini jalan saya jadikanlah jalanMu. Tetapi waktu saya jatuh, saya salah dan menyesal serta kembali ke Tuhan. Saya berjanji untuk lebih baik. Besok jatuh lagi, saya berkata, “Tuhan ampuni saya”. Lusa jatuh lagi, “Saya bilang Tuhan, saya mau balik lagi.” Tuhan tidak bosan. Tuhan sayang kepada kita dan mengerti semua kelemahan kita. Tuhan mau kita balik.
               
Penutup
               

                3 kunci yang menjadikan jalan Tuhan adalah jalan kita seperti yang dialami oleh Abraham. Abraham mendapat perintah Tuhan, kita juga dapat. Abraham mendapat janji berkat Tuhan, kita juga mendapatkannya. Abraham taat sampai akhir dan Tuhan ingin kita taat sampai selamanya. Saat kita menjadikan jalan Tuhan sebagai jalan kita, Allah akan menjadikan jalan kita menjadi jalan Dia. Hal ini jangan dibalik. Sekitar tahun 1996-1997 saya menyerahkan diri sebagai hamba Tuhan saat Pdt. Stephen menjadi pembicara KKR di camp. Waktu itu keluarga tidak setuju karena sebagai anak laki-laki kedua, mama berkata bahwa keluarga membutuhkan saya. Mama berkata, “Kamu harus berjuang untuk keluarga!” Jadi saya gumulkan selama 3 tahun. Ini dorongan kuat bukan dorongan sesaat. Saya berkata, “Tolong restui saya” kepada keluarga. Waktu saya akhirnya pergi suasana sudah tidak enak. Di samping itu ada satu beban yang lebih tidak enak yakni keluarga saya belum mengenal Tuhan! Bahkan ibu saya dulu memiliki pelayanan di wihara. Koko saya di depan jenazah papa berjanji tidak akan meninggalkan agama keluarga.  Waktu itu saya hanya tahu Tuhan Yesus bahwa Tuhan memanggil saya menjadi hamba Tuhan dan saya punya beban berat yakni ingin keluarga saya mengenal Tuhan. Kalau boleh ditukar, saya saja yang masuk neraka tetapi keluarga saya masuk surga. Tapi keselamatan tidak bisa seperti itu. Panggilan Tuhan adalah panggilan dan jalan hidup saya. Semua kerinduan , saya serahkan ke Tuhan. Akhirnya satu per satu berita datang dari gereja. Mama sudah masuk komisi Caleb di gereja. Koko saya mulai mau ikut ke persekutuan pemuda dan adik-adik saya juga sudah mau ke gereja. Sewaktu mendengarnya, saya seperti orang yang sudah tidak minum selama 3 hari lalu diberi minum air segar, lega sekali! Saya melihat bahwa mereka sungguh mencintai Tuhan dan Tuhan memberkati keluarga kami.  Mari kita serahkan tahun ini dan hidup kita pada kehendak Tuhan sehingga  Jalan Tuhan menjadi jalan kita! Amin. 

Tuesday, January 13, 2015

Takdir


Ev. Susan Kwok

Yoh 9:1-3
1  Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.
2  Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"
3  Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
Kejadian 50:20
20  Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

Pendahuluan

                Istilah “takdir” (destiny) yang dalam Kamus Bahasa Indonesia sama dengan “nasib” (fate) dalam teologia dikenal dengan istilah “determinisme”. Dalam pengertian dunia, takdir adalah garis hidup yang ditentukan oleh Tuhan terhadap seseorang sehingga ia harus menerimanya  dan tidak bisa berbuat apa-apa. Garis hidup itu bisa baik atau jelek, bisa behasil atau gagal. Kalimat yang sering kita dengar “Aduh saya sudah berusaha berkali-kali tapi gagal juga, itu sudah nasib saya! Namun jarang kita mendengar kalimat yang berbunyi, “Aduh sudah takdir saya cantik”,  “Sudah takdir saya jadi kaya atau punya suami yang baik”, “Sudah nasib saya punya menantu yang baik”,” Syukur saya bisa begini”,”Sudah takdir saya bisa bermain piano” atau “Sudah takdir saya bisa juara Indonesia idol”. Kalimat-kalimat yang berikut ini akan lebih sering didengar. Ada orang tua mempunyai 5 anak, kelimanya mengalami kegagalan. Lalu ia berkata,” Itu sudah takdir.” Atau seorang mertua mempunyai menantu yang luar biasa tidak baik sifatnya dan buruk rupanya. Lalu ia berkata, “Sudah takdir punya menantu seperti ini.” Biasanya orang yang mendengar perkataan demikian, menanggapi “Sudah pasrah saja. Kita tidak bisa berbuat-apa-apa, terima saja!”

Konsep Takdir yang Keliru

                Kita harus berhati-hati saat berbicara tentang takdir. Dari contoh di atas, ada 2 hal yang perlu diwaspadai tentang takdir (agar jangan sampai terjadi) :
                                                                                                                                                           
1.     Takdir membuat orang menjadi pasif, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak perlu bertanggung jawab atas apapun ynag terjadi dalam hidupnya. Misalnya : seorang mertua berkata, “Sudah takdir saya mempunyai menantu yang malas”. Kalau ia mengaminkan atau mengiyakan hal ini, maka ia tidak bisa menjadikan menantunya baik. Karena dalam anggapannya, Tuhan sudah memberikan menantu seperti ini dan tidak bisa diubah. Dinasehati juga percuma, jadi ia tidak mau menasehati sang menantu lagi. Hal ini berarti manusia menjadi pasif dan tidak merasa bertanggung jawab atas situasi yang dihadapi.

2.     Segala sesuatu dalam hidup (baik atau buruk), Allahlah yang bertanggung jawab! Allah yang memberi sehingga bukan tanggung jawab saya untuk hal-hal buruk yang menimpa saya atau kesalahan saya. Jadi manusia tidak bersalah atas penderitaan atau segala sesuatu yang terjadi di muka bumi. Yang salah 100% bukan manusia! Dengan demikian pernyataan bahwa Dia adalah Allah yang baik merupakan pernyataan yang tidak benar. Allah berdusta dan kita tidak perlu percaya kepadaNya.

Konsep Takdir dalam Alkitab

                Pada Yohanes 9 ada seorang yang buta sejak lahir. Awalnya tidak diketahui penyebab mengapa ia buta. Bisa saja mamanya salah makan obat. Hal yang serupa kita temukan kalau kita melihat keadaan di sekitar kita. Ada anak yang dilahirkan cacat (tanpa tangan, telinga, mata dan lain sebagainya). Ketika para murid melihat orang buta ini mereka langsung bertanya, "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" (Yoh 9:2). Tidak semua kejadian itu karena dosa dan tidak semua kejadian bukan karena dosa. Ada anak yang dilahirkan buta karena orang tuanya melakukan kesalahan. Misalnya : ibunya hamil sebelum menikah, lalu karena takut, ia makan obat untuk menggugurkannya. Namun ternyata anaknya lahir juga walau matanya buta! Hal itu karena dosa manusia. Banyak kejadian di muka bumi ini, bukan Allah yang membuatnya tetapi karena kesalahan manusia dan Allah tidak bertanggung jawab atas hal itu. Tetapi ada orang tertentu yang memang sudah Allah rencanakan untuk suatu tujuan. Orang buta pada Yoh 9:1 tidak mengetahui rencana Allah dalam dirinya. Orang tuanya juga tidak mengetahui rencana Allah dalam dirinya. Dan para murid juga tidak tahu apa rencana Tuhan kelak, sehingga mereka mengaitkan antara kesalahan (dosa) dengan kebutaannya. Namun Tuhan Yesus berkata "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. (Yoh 9:3). Tuhan Yesus membuat mujizat, supaya mereka percaya. Orang buta itu dengan tidak nyaman telah melewati tahun-tahun kehidupannya. Proses yang dijalani sangat panjang dan tidak tahu ujungnya seperti apa. Dia juga tidak tahu kapan akan bertemu Tuhan Yesus dan kapan Tuhan Yesus akan menyembuhkannya. Proses yang panjang telah dilalui sampai Tuhan Yesus menggenapkan rencana Allah dalam diri orang itu. Orang buta itu beruntung karena Allah menghendakinya begitu.

                Bandingkan dengan kehidupan Yusuf (Kej 37,39-50), anak Yakub (Israel) dari Rahel, yang dijual sebagai budak oleh kakak -kakaknya sendiri dan kemudian dijebloskan ke penjara bukan atas kesalahannya. Proses yang dilalui oleh Yusuf juga panjang dan berliku-liku.  Awalnya dia hidup di tengah keluarga baik-baik tetapi saudara-saudaranya iri hati sehingga ingin membuang atau menghabisi Yusuf. Yusuf  juga mengalami penderitaaan dan Yusuf menjalani hidup yang tidak nyaman. Tapi pada Kej 50:20 Yusuf mengatakan, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” iri hati adalah dosa dan manusia tidak kebal terhadapnya dan terkadang menjadi korban atas suatu kejahatan. Allah tidak membiarkan begitu saja atau membuat kehidupan Yusuf enak-enak hingga menjadi perdana menteri. Tetapi Allah mengijinkan semuanya itu terjadi dan melihat saudara-saudaranya itu iri hati dan berdosa terhadap Yusuf. Jadi bukan Allah yang membuat hidup penuh permasalahan, tetapi manusialah yang sudah merencanakan dan berbuat kejahatan. Allah terkena dampak dari apa yang manusia perbuat. Tetapi meskipun demikian Tuhan menerima konsekuensinya agar dapat membentuk manusia supaya menjadi baik.

Dari kedua cerita ini dapat disimpulkan :

1.     Allah mempunyai tujuan tertentu terhadap setiap manusia (termasuk untuk si buta dan Yusuf). Si buta mengalami kesengsaraan, supaya pekerjaan-pekerjaan Allah dinyatakan di dalam dia. Yusuf mengalami banyak penderitaan karena saudara-saudaranya, tetapi Allah juga mempunyai tujuan untuk Yusuf (untuk memelihara hidup suatu bangsa yang besar) dan setiap kita.   Seringkali tujuan itu tidak sama. Kita sendiri harus bisa menemukan maksud Allah dalam diri kita. Allah memberikan kita tangan, kesempatan dan potensi. Itu semuanya harus digunakan untuk menggali dan menemukan tujuan Allah dalam diri kita.

2.     Allah tidak menjadikan manusia sebagai boneka dengan memberitahukan rincian kehidupannya. Sedangkan manusia ingin agar kalau bisa Tuhan memberi tahu tentang masa depannya. Allah menginginkan agar kita menjalani prosesnya walau tanpa mengetahui apa-apa. Proses ini harus dicermati dengan konsep yang benar.  Sehingga tidak mudah mengatakan, “Ya sudahlah… “ atau “Sudah kehendak Tuhan..”  Dalam berpacaran kita diberi hikmat dan mata untuk melihat dan mencari pasangan. Dulu sebelum masuk sekolah teologia , saya sudah mempunyai pasangan namun akhirnya putus sebelum saya kuliah teologia. Singkat cerita karena mau konsentrasi sekolah, saya tidak berpacaran. Hari ini saya menikah dengan seorang hamba Tuhan dan saya tidak diberitahu tentang hal ini oleh Tuhan. Kita memilihnya sendiri sehingga tidak perlu diberi tahu secara rinci dari proses tapi harus menemukan dan menjalani proses-prosesnya.

3.     Allah merencanakan yang baik, namun tidak berarti mecegah hal-hal yang buruk terjadi dalam diri kita. Kadang Allah mengijinkan hal yang buruk terjadi supaya jadi pergumulan dan tantangan hingga kita menjadi pribadi yang kuat dan tidak punya prasangka yang salah tentang Tuhan kita. Allah mengizinkan hal buruk itu terjadi dalam kehidupan orang percaya, sebab Ia melihat bahwa itu dapat mendatangkan kebaikan baginya.   Ada yang bertanya, “Mengapa Tuhan mengijinkan hamba Tuhan (orang Korea) meninggal dalam kecelakaan pesawat QZ 8501?” Saya hanya bisa menjawab, “Ia adalah korban dari suatu peristiwa. Allah tidak mau melindungi satu orang hanya untuk menunjukkan bahwa ia berkuasa. Dari 161 penumpang dan krew pesawat yang meninggal, ternyata ia masih duduk baik-baik , rapi dan tidak kekurangan satu apapun di dalam kursi pesawatnya.” Pertanyaannya, “Allah bisa berbuat begitu (Dia membiarkan hamba Tuhan Korea itu meninggal bersama dengan korban lainnya), yang penting setelah meninggal ia pergi ke mana? Karena banyak orang Kristen yang tidak membaca Alkitab dan tradisi gereja yang menulis bahwa banyak penginjil dan hamba Tuhan yang matinya tidak ‘enak’ seperti Rasul Petrus dan Rasul Paulus matinya tidak ‘enak’. Rasul Petrus disalib terbalik dengan kepala di bawah sedangkan Rasul Paulus disiksa dan akhirnya dipenggal kepalanya. Demikian pula dengan Stefanus yang dirajam sampai mati. Apakah mereka kurang rohani? Apakah pendeta Korea yang meninggal tersebut tidak rohani karena matinya seperti itu? Allah tidak harus mencegah walau Ia bisa mencegah sehinga jangan sampai yang hidup adalah orang Kristen semua yang lainnya meninggal. Allah kita tidak seperti itu. Ada hamba Tuhan yang meninggal ditabrak waktu naik motor dalam perjalanan pulang setelah memimpin KKR. Semua jemaat menangis dan bertanya, “Kenapa bisa begitu?“ Kalau itu hamba Tuhan matinya karena tertabrak setelah dari nite-club reaksinya akan lain. Ada kejadian hamba Tuhan yang meninggal karena minum obat kuat di sebuah hotel dan di sampingnya ada wanita panggilan. Setelah diotopsi ternyata ia terlalu banyak minum obat kuat. Orang yang seperti ini , hati nuraninya menegur tapi diabaikan. Ia beranggapan waktunya masih panjang, namun tahu-tahu ia sudah meninggal. Meninggal seperti itu, Tuhan tidak kehendaki. Ada banyak kesempatan yang diberi Tuhan sebelum ia berbuat dosa malam itu. Minimal hati nuraninya menegur agar jangan sampai mati seperti itu.Kalau pun ia masih hidup, mungkin ia dipakai Tuhan dengan lebih baik. Allah tidak bertanggung untuk pilihannya. Kita tidak tahu cerita yang benar tentang kecelakaan Air Asia QZ 8501. Ada issue pilotnya memakai narkoba. Orang yang percaya takdir  mengatakan itu kesalahan Tuhan.

Penutup

                Ibrani 11:36-40  Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan.  Mereka dilempari, digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan.  Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung.  Dan mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.  Sebab Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.

                Kita memang tidak sampai dilempari atau digergaji. Mereka (orang-orang percaya abad pertama) berusaha bertahan di sautu tempat di daerah sulit. Mereka tidak memperoleh hal-hal baik yang dijanjikan Allah, walaupun iman mereka memberikan kesaksian yang baik. Allah menyiapkan sesuatu yang lebih baik. Kebaikan dan kesempurnaan rencana Allah tidak bisa diukur. Kita bersyukur punya Allah yang tidak dipahami. Kalau kita dapat memahami Allah 100%, maka kita tidak perlu Allah. Dia membimbing Yusuf untuk sesuatu hal yang baik. Ia membiarkan si buta untuk sesuatu yang baik. Ia bekerja untuk sesuatu yang baik.
               


Monday, January 5, 2015

Saya adalah Buatan Allah


Pdt. Hery Kwok

Kejadian 1:26-28
26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi."
27  Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
28  Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Efesus 2:1-10
1   Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
2  Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
3  Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
4  Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,
5  telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita  —  oleh kasih karunia kamu diselamatkan  — 
6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,
7  supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.
8  Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
9  itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
10  Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Pendahuluan

                Suatu kali jam dinding di rumah rusak sehingga saya coba memperbaikinya. Saya copoti baut dan bagian jam tersebut satu per satu. Sayangnya ada 1 baut kecil yang tidak bisa saya buka.  Akhirnya saya buka paksa dengan obeng besar, namun karena tidak sesuai ukuran obengnya maka baut itu menjadi rusak dan saya tidak bisa  memperbaikinya . Setelah itu saya coba pasang lagi semua baut dan bagian yang telah saya buka,  ternyata tidak bisa. Saya kebingungan dan kemudian membawanya ke ahlinya.  Sang ahli melihat dan memperhatikan jam tersebut . Setelah memeriksanya satu per satu, dia bertanya,”Kamu sudah membongkarnya?” Saya membenarkan. Lalu ia tersenyum dan bertanya kembali, “Kamu buka dengan obeng besar ya? Saya kembali membenarkan. Dia lalu mengingatkan agar lain kali sewaktu membuka baut dari jam yang rusak harus menyesuaikan dengan ukuran obengnya dan bila tidak bisa agar jangan dipaksa. Memang pembuat obeng membuat berbagai ukuran obang (ada yang besar, sedang dan kecil) dan jenis untuk tujuannya masing-masing Setiap pembuat barang pasti mempunyai tujuan atas barang yang dibuatnya. Sewaktu saya menyimak kata-kata ahli (tukang) arloji tersebut, hati saya terhentak. Terkait dengan kehidupan, seringkali manusia tidak mengetahui mengapa Allah menciptakan dan menghadirkannya di dunia!

Buatan Allah

                Seringkali manusia hidup tanpa tahu apa yang Allah mau dalam kehidupannya. Rasul Paulus memberi pernyataan yang jelas,  “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.   Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.” (Efesus 2:1-3). Dengan kata lain Rasul Paulus ingin mengatakan bahwa tujuan hidupku tidak seperti yang Allah mau. Apakah kita sudah memahami tujuan Allah membuat kita? Seringkali kita hanya tahu untuk mencari uang padahal tujuan  itu akan menyetir kita sehingga tidak punya waktu untuk melakukan hal yang lain. Kalau Allah menciptakan kita untuk sekedar mencari uang, maka betapa tidak berharganya Allah menciptakan kita. Karena hal itu berarti kita hidup hanya menyenangkan diri sendiri (semuanya untuk saya). Alkitab menyampaikan hal yang sangat penting, waktu manusia pertama diciptakan, Allah berkata, "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."  (Kej 1:28) Allah memberikan bumi ini supaya  diusahakan , dipelihara, dirawat dan manusia  melakukan segala sesuatu supaya Allah dikenal, dipuji dan ditinggikan.

                Pada Kejadian 3 terlihat bahwa manusia tidak mau diatur Allah dan ingin memberontak. Manusia ingin menjadi seperti Allah. Manusia berjalan dalam tujuan dan kehendaknya sendiri sehingga kehilangan fokus akan tujuan Allah saat menciptakannya. Alkitab menjelaskan, sebelum bertemu Allah,manusia (termasuk Saulus) sudah mati karena pelanggaran dan dosa (Efesus 2:1-3). Padahal Saulus adalah seorang Fasisi yang taat melakukan kewajiban agamanya. Dengan kata lain, Saulus sungguh-sungguh bekerja untuk kegiatan agamanya . Ia tidak mencuri, berzinah dan berbohong. Bila dibandingkan dengan Saulus , kita tidak sebanding. Tapi pada Efesus 2:3, Rasul Paulus (Saulus) berkata “Kami dahulu juga sama dengan kamu. Sebelum Kristus menyatakan kemurahannya, apa yang kami kerjakan adalah apa yang tidak Allah maksudkan untuk kami kerjakan.” Apa yang dilakukan tidak mencapai tujuannya. Ini menyedihkan! Kita hadir tanpa tahu tujuan hidup kita. Kita tidak mengerti mengapa kita hadir.

                Beberapa waktu lalu, saya dan istri (shi mu) pergi ke sebuah kota di Jawa yang belum pernah kami kunjungi. Setibanya di hotel, saya bertanya ke pegawai hotelnya,”Mbak punya peta kota ini?” Dijawabnya, “Hari ini hari raya. Banyak tamu yang datang sehingga peta habis.” Akhirnya kami jalan-jalan tanpa arah. Biasanya saat siang hari, saya bisa dengan mudah mengingat jalan yang sudah dilalui. Tapi karena waktunya sudah malam dan penerangan kota itu tidak cukup akhirnya saya berputar-putar karena bingung. Awalnya saya berkata ke shi mu“Tenang saja”. Namun setelah berlalu setengah jam, saya mulai was-was. Ternyata saya salah jalan. Kemudian saya berhenti dan bertanya arah balik ke hotel. Lalu diberitahu arah baliknya. Jadi saya telah berjalan mutar-mutar tanpa arah sehingga menghabiskan banyak waktu, bensin dan apa yang harusnya dinikmati dalam liburan. Hal ini ibarat hidup yang tidak mempunyai tujuan yang jelas.

                Rasul Paulus berkata,”Engkau hidup untuk diri, nafsu dan kedaginganmu”. Mari refleksikan apakah kita hidup untuk Allah atau diri sendiri? Apa fokus kita hanya untuk mencari uang? Siswa sekolah kalau ditanya tujuan hidupnya, biasanya menjawab tujuan hidupnya untuk mencari uang, berkeluarga, membesarkan anak lalu mati. Jawabannya standard dan arahnya sama., Orang yang tidak mengetahui tujuan hidupnya akan menjawab seperti itu. Hal inilah yang disampaikan kitab suci kepada kita. Manusia yang tidak mengenal Allah berjalan tanpa tahu arahnya ke mana dan mengapa harus berjalan. Ef 2:4-9  Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita  —  oleh kasih karunia kamu diselamatkan  — dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,  supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.  Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,   itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Rasul Paulus berkata, “Allah yang kaya rahmat, limpah kebaikannya menghampiri kita , menjumpai kita supaya kita beroleh anugerah penebusan dan kita tidak berjalan dengan kehendak dan nafsu sendiri tapi kembali kepada apa yang Allah mau waktu menciptakan kita. Waktu Dia mencipta, kita sudah diberikan tujuan yang jelas.

                Pada ayat 10 Rasul Paulus merangkumnya, .  Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Hal ini sangat berarti. Kita buatan Allah berarti kita ada dalam kehendak dan rencana Allah atau bukan kehendak dan tujuan kita sendiri. Ini yang disampaikan Rasul Paulus ke semua orang percaya. Kita buatan Allah maka tidak mungkin Allah tidak memberikan kita tujuan hidup yaitu supaya kita melakukan perbuatan baik yang dipersiapkan Allah untuk kita sebelumnya.

Perbuatan baik.

                Dalam Kitab Kejadian, kita menemukan pola yang sama dengan Efesus 2:10. Adam dan Hawa ditempatkan di taman Eden untuk melakukan pekerjaan baik mengusahakan apa yang Allah telah percayakan. Untuk hal yang baik terjadi dualisme antara pekerjaan Tuhan dengan pelayanan di gereja. Kalau sudah memahami tujuan yang diberikan Allah, maka kita akan mempersiapkannya dengan sebaiknya. Agar Jangan sampai pekerjaan Tuhan terlantar, tetapi harus datang dan dilakukan secara tepat waktu. Kemauan seperti itu seharusnya ada dalam diri kita untuk melakukan pekerjaan baik untuk Tuhan. Ada yang menganggap bahwa pekerjaan sebagai seorang akuntan, pedagang atau pekerjaan dunia sekuler  bukan yang diinginkan Tuhan. Pikiran dualistis ini keliru sehingga tidak sesuai waktu dia diciptakan. Ia mau agar kemampuan dan talenta yang diberikan dikembangkan dalam hidup. Semuanya baik. Kita harus berdedikasi secara total sewaktu dipecayakan suatu pekerjaan.

                Sewaktu masuk seminari Alkitab, semua mahasiswa teologia menggumulinya. Ada yang berdoa dengan berlutut sampai lecet karena tidak ingin salah arah. Mahasiswa teologia pasti sangat menggumuli hal ini dan ini merupakan pergumulan yang luar biasa. Sedangkan mahasiswa lainnya apakah sewaktu mau masuk universitas digumuli? Ada yang mama dan papanya bertanya ke anaknya yang mau kuliah“Mau kuliah apa?” Anaknya menjawab tidak tahu. Karena  yang sedang trend adalah fakultas ekonomi agar mudah dapat pekerjaan, maka sang anak mengambil jurusan itu.  Ada juga yang memilih fakultas hukum karena, kalau sudah jadi pengacara duitnya banyak. Apa yang kita pikirkan? Benarkah kita mau aku seperti itu? Pekerjaan baik adalah pekerjaan yang dipercayakan Allah berdasarkan talenta yang diberikan pada tempat dan waktu yang maksimal. Saat pekerjaan baik dilaksanakan maka Allah ditinggikan. itu sudah dipersiapkan Allah jauh  sebelumnya agar penebusan itu nyata dalam hidup kita.

Penutup

                Memasuki tahun 2015, marilah kita renungkan : setelah bertahun-tahun menjadi orang Kristen apakah masih bingung dengan tujuan hidup dan keberadaan kita  di dunia? Rasul Petrus berkata (1 Pet 1:18)  Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, Allah sudah menebus kita sehingga kita seharusnya melakukan pekerjaan kita dalam dunia ini melalui talenta yang diberikan supaya Dia ditinggikan. Sehingga tidak dibedakan yang ini rohani dan yang itu bukan. Jadi semua pekerjaan dalam konteks orang percaya itu harus dilakukan untuk memuliakan Allah.