Wednesday, June 29, 2016

Sudah Siapkah Engkau Pergi Retreat?


Pdt. Hery Kwok

Markus 1:32-39
32  Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan.
33  Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu.
34  Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia.
35  Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.
36  Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia;
37  waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau."
38  Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang."
39  Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan.

Pendahuluan

                Beberapa minggu lalu saya mendampingi mama pergi ke pesta pernikahan dari keluarga besar kami. Yang menikah adalah cucu dari apak saya. Jadi termasuk keluarga dekat. Saya jarang bisa hadir ke resepsi pernikahan keluarga besar kami karena umumnya menikahnya hari Sabtu atau Minggu sehingga berbenturan dengan pelayanan. Bahkan karena ada yang belum Kristen, pestanya diadakan hari Minggu sehingga saya susah datang ke resepsinya. Waktu tempuh untuk datang ke gedung UOB yang merupakan tempat resepsi pernikahannya memakan waktu cukup lama  karena jalannya macet sehingga cukup melelahkan. Di sini kami bertemu banyak sanak saudara. Dalam keadaan lelah, ada saudara yang berkata,”Nah Hery datang. Biasanya jarang datang. Lebih gampang cari Tuhan Yesus daripada cari Hery!” Saya yang sudah lelah mengemudi menjadi kesal. Saya memang kalau tidak bisa datang alasannya karena pelayanan yang harus saya utamakan. Saya berkata ke anggota keluarga tersebut, “Kalau bertepatan dengan pelayanan, saya tidak bisa hadir”. Jadi waktu dia bilang begitu saya kesal, namun dalam hati saya renungkan perkataannya, “Ketemu Tuhan Yesus lebih mudah daripada ketemu kamu.” Masa lebih mudah ketemu Tuhan Yesus? Kita dengan Tuhan Yesus beda sedikit. Kalau Yesus sedikit makan dan sedikit tidur, sedangkan kita sedikit-sedikit makan dan sedikit-sedikit tidur. Melalui pelayanan selama 3,5 tahun Yesus memberi teladan yang hebat. Rasul Paulus mengikuti teladan Kristus. Ia benar-benar pribadi yang mengikuti perintah BapaNya  dengan maksimal dan dedikasi yang luar biasa.

Ayat 32-34, Markus mencatat saat orang berbondong-bondong datang kepada Yesus dengan segala beban meraka seperti orang yang menderita sakit dan  orang yang kerasukan setan. Kitab Suci mengatakan Tuhan Yesus melayani mereka semua. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, makin banyak orang dibawa kepada Yesus. Pelayanan Yesus sungguh luar biasa sehingga membuatnya sangat sibuk dan padat. Pelayanan Kristus sangat menguras tenaga dan pikiran Tuhan Yesus. Catatan dari Markus sangat jelas, Kristus sangat sibuk dalam pelayanan. Masuk ayat 35, Markus mengangkat berita yang lain. Setelah ia sibuk dalam pelayanan , 35  Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.  Yesus menempatkan suatu masa untuk bersama Tuhan yang juga BapaNya. Yesus mengasingkan diri dari keramaian untuk waktu teduh dengan Allah. Waktu yang indah bersama TuhanNya.

Retreat

                Retreat artinya mundur dari kegiatan kita yang dilakukan secara rutin, begitu padat dan memberikan tekanan dalam tugas. Kita mencoba menenangkan diri dari seluruh kesibukan kita supaya kita mempunyai waktu bersama Tuhan. Yesus tahu sekali Ia membutuhkan waktu itu. Dibandingkan denganNya, tugas kita tidak sepadat Tuhan Yesus. Pk 20 kita sudah bisa menonton TV, makan bahkan kalau perlu siapkan diri untuk main game. Sedangkan kita jarang pelayanan sampai malam. Biasanya pelayanan sampai malam pada tanggal 24 Desember saat natalan. Selebihnya dilakukan pada siang hari dan itu tidak sepadat pelayanan Yesus. Yesus tahu sekali kepadatan pelayanan ini bisa membuatNya kehilangan fokusNya sehingga ia mengambil waktu retreat dan waktu teduhnya untuk keluar dari tekanan yang menyibukkan dia untuk mencoba berdiam diri dengan Tuhan.

                Tema malam ini “Sudah Siapkah Engkau Pergi Retreat?” Apa itu retreat? Retreat tindakan sengaja yang dilakukan agar keluar dari kesibukan dan rutinitas kita agar kita punya waktu berdiam diri di hadapan Tuhan dan mendengarkan apa yang Dia sampaikan di tenagah kesibukan dan rutinitas. Karena kesibukan dan rutinitas menenggelamkan kita.

                Malam ini kita membahas I Raja-raja 18 : 16 - 46, tentang Nabi Elia yang membunuh 450 nabi Baal. Atas kejadian ini,  Izebel naik pitam! Dalam kemurkaannya,  Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia: "Beginilah kiranya para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu." 3  Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi menyelamatkan nyawanya; (1 Raj. 19:2-3a). Pengaruh ancaman Izebel tersebut membuat Nabi Elia menjadi takut. Elia ketakutan dan melarikan diri ke arah selatan sejauh kira-kira 150 kilometer ke Beer-syeba, kota dekat perbatasan selatan Yehuda. Setelah meninggalkan bujangnya di Bersyeba, ia masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya. Kemudian ia diberi makan oleh malaikat Tuhan dua kali dan selanjutnya ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah (gunung Horeb). Nabi tua ini berjalan kaki melintasi gurun gersang itu, yang sama sekali tidak memiliki jalanan, hari demi hari, minggu demi minggu, selama hampir satu setengah bulan! Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Jawabnya: "Aku bekerja segiat-giatnya bagi TUHAN, Allah semesta alam, karena orang Israel meninggalkan perjanjian-Mu, meruntuhkan mezbah-mezbah-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu dengan pedang; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku."

Setelah berlalunya angin besar dan kuat, gempa dan api yang dilanjutkan dengan bunyi angin sepoi-sepoi,Nabi Elia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua. Maka datanglah suara kepadanya yang berbunyi: "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Tuhan bertanya lagi dan Nabi Elia menjelaskan kembali. Apa yang dirasakan Nabi Elia menunjukkan  titik jenuh dalam pelayanannya, sehingga waktu ia kabur dari ancaman Izebel maka Allah melayaninya. Saat waktu teduh Nabi Elia mendengarkan Tuhan dalam angin sepoi-sepoi dan  di situ ia menangkap firman Tuhan. Ternyata mengasingkan diri dengan Tuhan merupakan momentum yang penting  sehingga gereja menggumuli hal ini jauh hari. Saya bulan Agustus mendatang genap 3 tahun melayani di GKKK Mangga Besar. Pada tahun pertama melayani saya sudah mencanangkan program retreat ini. Pada tahun kedua program ini dimatangkan. Pada tahun ketiga program retreat ini ‘digempur’ untuk dijalankan. Berarti retreat ini sudah dipersiapkan. Sudah 1 tahun kita siapkan. Sehingga responnya bisa disambut antusias oleh para jemaat. Saya berkata ke shi mu, “Siapa jemaat yang mau ikut silahkan mendaftar. Yang tidak mau ikut, biarkan saja.” Retreat ini merupakan pergumulan panjang bagi orang-orang  yang membutuhkan Tuhan dan mendengarkanNya berbicara.

2      Alasan Ikut Retreat

1.     Ayat 36-37  Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia;  waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Mendengar semua orang mencari, kalau orang biasa bisa bereaksi bangga . Apa jawaban Yesus? Apakah Ia menjawab : “Apa yang dibutuhkan mereka?” Tidak. Jawaban Tuhan Yesus justru berbeda. "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Waktu Tuhan Yesus  mengasingkan diri dan melakukan retreat dengan Tuhan, Dia menjawab pernyataan muridnya tentang orang banyak yang datang mencariNya.  Kalau mendengar orang banyak mencari, maka kita mungkin bangga dan merasa dibutuhkan . Kita mungkin bereaksi, “Oh ya, cari saya?” atau “Oh mereka cari saya, di mana mereka sekarang?” Tetapi Tuhan tidak, dia berkata ke Simon dan kawan-kawannnya untuk ke kota lain. Dalam retreat ini Yesus bersama Bapa akan menjadi makin tajam fokus untuk datang ke dunia mengabarkan Injil. Kita harus fokus untuk Tuhan akan membawa kita ke mana. Visi GKKK Mangga Besar : Gereja yang Sehat. Sedang Misi Tahun 2006 ini “Menjadi Gereja dengan Pengajaran yang Sehat dan Keluarga yang Kuat”. Retreat menjadi momentum pengajaran agar Tuhan membuat gereja dan keluarga kita sehat. Sehingga waktu kita ikut retreat fokus kita dipertajam oleh Tuhan yang kemudian berdampak pada GKKK Mabes. Agustus ini GKKK Mabes berulang tahun yang ke 35. Seharusnya kita merayakan agak besar tetapi kita batasi. Fokus gereja mau ke mana ? Tuhan mau apa? Pernahkah kita menanyakan dan menggumuli hal itu? Itulah sebabnya hal ini akan disampaikan oleh Hamba Tuhan supaya fokus dapat ditangkap dan dilaksanakan. Waktu Yesus dicari dan dibutuhkan, Ia menjawabnya,”No! Saya ke temapt lain!” Fokusnya jelas : beritakan kabar baik kepada semua.

2.     Ayat 38b karena untuk itu Aku telah datang. Ini sesuatu yang hebat Rasul Paulus juga berkata, “Aku tahu mengapa aku hidup dan ada.” Apa yang akan kita jawab bila ditanya seperti itu? Agar kita tahu keberadaan dan fokus kita sehingga kita bisa melakukan apa yang menjadi tugas kita. Saya berharap agar kami hamba Tuhan tahu kenapa kami ada. Kalau tidak tahu, berarti berbahaya. Demikian juga dengan majelis harus tahu. Tahun ini akan ada pergantian majelis. Majelis harus tahu menaapa Tuhan mempercayakan pelayanan ini. Pemuda dan remaja harus tahu mengapa berada di tempat ini. Tuhan Yesus berkata, “Untuk itu Aku tahu kenapa harus datang” dan pelayanannya selama  3,5 tahun benar-benar maksimal. Mari kita gunakan momentum yang sangat berarti ini, karena retreat tidak akan kita adakan setiap tahun. Selain banyak pekerjaan rinci yang berat dan juga dana besar sehingga tidak kita melakukannya tahun depan. Setelah Tuhan kuatkan baru kita lakukan retreat kembali.

Penutup

Kita agar memsiapkan diri  untuk mengikuti retreat ini. Supaya waktu kembali dari retreat, kita mengaadakan pembaruan bagi teman, saudara dan keluarga ktia. Sehingga waktu gereja ini bertumbuh kita menikmati kehadiran Tuhan. Semoga persiapan retreat ini menolong panitia dan peserta siap untuk ikut retreat dan mengerti fokus dan mengapa aku ada di gereja Tuhan.




Sunday, June 26, 2016

Roh Kudus dan Hati Mengampuni



Pdt. Jhonny Salomo Wihu (Liao Wei Hu)

1 Kor 3:16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?
Kol 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Pendahuluan

Saya mengajar di salah satu Sekolah Tinggi Teologia. Suatu kali ada seorang rekan dosen yang sakit. Gejala sakitnya : seringkali malam tidak bisa tidur , sakit kepala  dan pencernaannya (makan) tidak enak sehingga badannya yang awalnya gemuk menjadi kurus. Ia sudah pergi ke banyak dokter selama 2,5 tahun, tetapi sakitnya tidak juga sembuh. Setelah hampir 3 tahun sakit , ia pergi lagi ke seorang dokter. Kebetulan dokter ini orang Kristen. Setelah memeriksa dengan teliti, dokter berkata, “Bapak ,secara medis saya tidak menemukan penyakit bapak. Jantung, paru-paru bagus, ginjal dan organ lainnya juga bagus. Jadi saya tidak tahu apa penyakit Bapak. Tetapi permisi tanya, ‘Apakah ada sesuatu yang menekan jiwa Bapak? Apakah ada rasa dendam atas kesalahan yang belum Bapak ampuni?’” Mendengar pertanyaan itu, hati dosen ini tersentak. Ia teringat kejadian 3 tahun lalu. Saat itu ia bertengkar dengan seorang rekan kerjanya sehingga ia merasa sakit hati, marah, terluka dan dendam. Ia menyimpan amarahnya dan tidak mau mengampuni rekannya itu. Dalam hidup ini ada penyakit yang disebabkan oleh jiwa kita dan kemudian mempengaruhi tubuh kita. Penyakitnya dinamakan psikosomatis (gangguan psikis yang menyebabkan gangguan fisik) seperti yang dialami Sang Dosen. Masalahnya : ia tidak bisa mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Seringkali dalam kehidupan, kita berjuang melawan dosa dan terus mengalami kegagalan.

Roh Kudus Menyembuhkan Luka Batin Kita

Dalam hidup seringkali kita tidak mampu menyembuhkan luka batin , namun kita bersyukur ada Roh Kudus yang Tuhan sediakan bagi kita. Roh Kudus diberikan kepada orang yang percaya pada Tuhan Yesus. Kuasa yang diberikan itu dapat mengubah manusia. Roh Kudus berkarya memperbarui dan melahirbarukan kita. Dosa kita diampuni melalui darah Kristus dan kita dijadikan anak Allah. Karena rahmat anugerahNya kita diselamatkan dan Roh Kudus masuk dalam hati kita. Rasul Paulus mengatakan pada 1 Kor 3:16 Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Sebelum mengampuni orang lain, kita harus diperbarui terlebih dahulu. Kita tidak mampu mengampuni orang lain sebelum kita disembuhkan terlebih dahulu dari luka batin kita. Roh Kudus akan menyembuhkan luka batin kita. Pada Ayub 5:18 dikatakan Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula. Pada Maz 147:3 dikatakan Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;. Kita tidak mungkin mengampuni orang lain sebelum diri kita yang terluka disembuhkan.

Ada kisah tentang mertua dan menantu yang tidak akur dan selalu ribut seperti Tom dan Jerry. Sang Mertua menjelekkan sang Menantu kepada anaknya, “Istri kamu harus diajar untuk menghormati mama. Istri kamu malas dan jarang mandi.” Sedangkan Sang Menantu mengadu kepada suami, “Mama kamu harus diajar bagaimana menghargai menantunya. Mama kamu cerewetnya minta ampun.” Posisi sang pria terjepit antara sebagai anak menghadapi ibu dan sebagai suami menghadapi istri. Suatu ketika Sang Menantu merasa jengkel, lalu ia pergi ke seorang dokter. Dokter mendengarkan cerita versi Sang Menantu yang menjelek-jelekkan Sang Mertua yang selalu mengawasi dan meminta anaknya untuk taat kepadanya. Si dokter berkata, “Begini saja. Bagaimana kalau ibu mertuamu dibunuh saja?” Sang Menantu kaget dan bertanya,”Dibunuh? Bagaimana caranya?” Sang dokter berkata,”Saya kasih obat yang bisa membunuh secara perlahan-lahan supaya kamu tidak ketahuan sebagai pembunuh. Kamu berikan obatnya selama 1 bulan. Agar tidak ketahuan, selama 1 bulan kamu harus berbuat baik kepada mertuamu. Ajak main ke mal, belikan makanan kesukaannya” Sang Menantu berkata, “Saya setuju” dan ia pun  pulang membawa obat itu. Setelah itu ia mengunjungi  rumah mertuanya. Ia berusaha mengambil hati Sang Mertua dan berkata, “Mama harus minum obat ini setiap hari.” Menantu yang dulunya tidak pernah kirim makanan, sekarang masak dan kirim ke mertuanya.  Hal ini dilakukan tidak hanya sehari. Keesokan harinya ia mengirim lagi makanan yang enak. Dia mengajak mertuanya ke mal berbelanja dan ia yang bayar. Sang Mertua tidak tahu. Dia pikir menantu jadi baik dengannya. Timbullah rasa sayang ke menantunya. Mertuanya juga masak dan kirim ke menantunya sehingga terjadi balas membalas kiriman makanan. Mertuanya terus makan obat yang diberikan Sang Menantu. Setelah berjalan 2 minggu , Sang Menantu berpikir, “Tinggal 2 minggu lagi” dan dia berusaha lebih baik lagi. Mertuanya jadi lebih sayang. Ia sering menelpon padahal  dulu boro-boro dan sekarang diajak main. Kalau Sang Menantu tidak datang, dicariin”Kemana memantunya?”. Sekarang sudah berjalan 3 minggu. Sang Menantu mulai berdebar-debar , “1 minggu lagi mertua saya mati.” Waktu berjalan sehingga tinggal 3 hari lagi. Dia datang ke Sang Dokter, “Dokter, tinggal 3 hari lagi mertua saya makan obat. Pasti mati kan?” “Ya “, jawab Sang Dokter. “Waduh dokter bagaimana ya? Sekarang mertua saya sudah berubah. Dia sudah baik dengan saya, dan saya juga sayang kepadanya. Kalau dia mati bagaimana? . Saya sudah menganggap dia sebagai mama sendiri.” Sang Menantu berkata dengan cemas. Sang dokter berkata, “Ya sudahlah, kamu sudah putuskan membunuh mertuamu.” Sang Menantu pun  pulang dengan gelisah. Dia tidak bisa tidur , mertuanya 3 hari lagi mati. Waduh bagaimana ya? Saya sudah sayang dengannya, dia sudah berubah. Sering kirim makanan, kasih barang, membelikan cincin dan kalung. Tidak ada mertua sebaik dia di dunia ini. Sekarang tinggal 1 hari lagi. Ia datang ke dokter lagi . “Dokter, tolong dokter! Kasih obat penawar ke mertua saya agar besok tidak mati!” seru Sang Menantu. “Lho mengapa? Bukannya kamu mau mertua kamu mati?” kata Sang Dokter. “Tidak Dokter. Sekarang ia sudah berubah dan sayang dengan saya.” Kata Sang Menantu.  “Dulu kamu bilang mertuamu jahat dan kamu tidak bisa mengampuninya.” Sang dokter mengingatkan. Sang menantu merasa bersalah, “Tidak. Saya sudah bisa mengampuni kesalahannya dan menganggap dia sebagai mama saya. Sekarang dokter kasih  obat penawarnya supaya besok dia tidak mati.” Sang dokter bertanya lagi, “Memang bagaimana ceritanya?” Sang Menantu menjawab,”Bukankah dokter berkata bahwa selama sebulan saya harus berbuat baik dan mengampuninya. Saya sudah melakukannya. Sekarang semua sudah berubah dan saya tidak mau dia mati!” Sang Dokter berkata, “Obat yang saya kasih itu bukan racun tapi vitamin. Jadi mertua kamu tidak akan mati. Kita tidak bisa berbuat baik dan mengampuni orang kalau hati masih terluka.  Kita harus membutuhkan kuasa Roh Kudus bekerja dalam diri menyembuhkan diri kita.

Roh Kudus Membuat Buah Roh dalam Hidup Kita.

Dia bukan saja menyembuhkan tapi juga membuat buah ROH dalam hidup kita. Buah Roh bukanlah sesuatu yang kita kerjakan. Ini pekerjaan Tuhan dalam diri orang yang percaya. Roh Kudus berperan dan akan menghasilkan buah-buah roh dalam hidup kita. Tanpa peranan Roh Kudus manusia yang berdosa tidak mungkin menghasilkan buah-buah roh in. Ketika Dia berdiam dalam diri kita, Dia menghasilkan buah roh yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,  kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23a). Berbeda dengan pekerjaan daging. Buah daging bertentangan dengan buah Roh. Sebelum membahas buah Roh , pada Galatia 5:19-21 Rasul Paulus membahas terlebih dahulu tentang buah daging.  Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,   penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,  kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu  —  seperti yang telah kubuat dahulu  —  bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Hidup dalam daging seperti Sang Menantu yang ingin membunuh Sang Mertua. Seseorang yang hidup di dalam daging, ia suka menyimpan rasa marah, berseteru, iri hati, dendam dll. Berbeda dengan Roh Kudus yang menghasilkan buah dalam kehidupan orang percaya berupa hidup dalam kedamaian dan sukacita, hidup dalam kasih. Saya hari ini khusus dibahas tentang kasih ini. Kol 3:13  Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

Ekspresi Kasih adalah Mengampuni.

Mengampuni adalah ekspresi kasih. Ekspresi kasih dalam mengampuni seperti Tuhan Yesus yang walaupun disalibkan, disiksa dan menanggung segala dosa kita di kayu salib mengatakan ,” Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Lukas 23:34). Saat seseorang kehilangan kasih maka ia akan sulit mengampuni. Tetapi kalau ada kasih, ia bisa mengampuni. Seperti Yesus mempunyai kasih sehingga mampu mengampuni manusia, seperti juga Roh Kudus. Inilah yang disebut sebagai kasih Agape. Yaitu semangat jiwa yang tidak mencari keuntungan atau apapun tetapi memberikan yang baik kepada orang lain. Tidak mengharapkan orang lain memberi tapi selalu memberi. Itulah agape. Setiap orang percaya kepada Tuhan Yesus telah menerima kasih agape ini. Kita telah menerima pengampunan yang cuma-cuma dari Tuhan. Karena Tuhan mengasihi kita. Oleh sebab itu, kasih ini harus dibagikan juga kepada orang lain yang bersalah kepada kita mengikuti teladan Tuhan Yesus. Sama seperti Tuhan telah mengampuni, kita juga harus mengampuni. Penelitian psikolog di Amerika menyimpulkan, “Orang berbahagia bukan karena kekayaan melimpah tetapi karena punya sahabat dan bisa menampuni orang.” Dalam harian USA Today dikatakan, “Orang yang paling berbahagia adalah orang yang dikelilingi oleh saudara dan teman yang tidak punya masalah dan mudah mengampuni.” Ketika kita sulit mengampuni maka kita sulit mengalami kebahagiaan dalam hidup ini. Ketika kita bisa mengampuni, tubuh kita bisa menjadi sehat. Pengampunan itu menyembuhkan kita.

Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang hamba raja yang tidak mau mengampuni (Matius 18:21-35). Hamba tersebut punya utang begitu besar kepada raja (10.000 talenta) dan tidak bisa membayarnya bahkan bila ia menjual seluruh harta termasuk istri dan anak-anaknya. Dia kumpulkan uang hasil kerjanya sampai matipun tidak bisa membayar lunas utangnya lalu ia datang kepada raja meminta belas kasihan raja agar diberi waktu untuk melunasi utangnya. Raja melihat bahwa hamba ini tidak akan mampu membayar, maka raja berkata,”Sudah aku ampuni dan bebaskan utangmu. Sang hamba merasa sukacita karena dia bebas dari utangnya yang begitu besar. Tetapi apa yang terjadi ketika ia keluar dari istana raja? Dia melihat ada temannya sesama hamba (pegawai) raja  yang berutang kepadanya sebesar 100 dinar (jumlah yang jauh lebih kecil dari utangnya kepada raja). Dia langsung mencekik leher temannya dan mengancam,”Bayar sekarang!” dan dia pun memukul teman itu . Kejadian ini didengar oleh raja sehingga raja pun  memanggilnya. Raja berkata, “Betapa jahatnya engkau. Hutangmu sudah saya bebaskan. Tetapi kamu melakukan yang tidak baik kepada rekanmu. Sekarnag saya minta hutangmu kau bayar kembali!” Karena tidak bisa membayar utang, dia pun dimasukkan ke penjara dan disiksa oleh algojo. Cerita ini menggambarkan tentang dosa kita yang begitu banyak yang telah Allah hapuskan. Kalau ada orang yang menyakiti hati kita yang tidak sebesar dosa kita kepada Allah, mengapa kita tidak bisa mengampuni? Ingatlah kasih Tuhan yang begitu besar yang telah menyelamatkan kita. Dia telah mengorbankan diriNya mati di kayu salib. Ingatlah ketika kita tidak bisa mengampuni, betapa banyak dosa kita yang Tuhan sudah ampuni. Kalau kita tidak bisa mengampuni kesalahan orang lain, kita akan berhadapan dengan algojo-algojo. Algojo ini bisa saja berupa sakit-penyakit seperti sakit  jantung, migrain, maag , tidak bisa tidur , tidak enak makan dan lain-lain seperti yang dialami oleh dosen di atas. Dia tidak bisa mengampuni kesalahan rekannya sehingga dia berhadapan dengan algojo yang menyiksanya. Kita harus belajar mengampuni seperti Tuhan telah mengampuni kita.

Ada seorang Ibu datang ke pendetanya dan menceritakan  betapa susah hidupnya. Suaminya selingkuh , membawa uang, kendaraan dan tidak pulang karena selingkuh. Waktu ketahuan ternyata ia sudah mempunyai seorang anak. Selingkuhan ini kemudian meninggal dan Sang Suami kemudian selingkuh lagi dengan wanita yang kedua dan punya 2 orang anak. Mereka bertengkar dan akhirnya berpisah dan kedua anak ini dibawa ke istri petama. “Kamu mau menerima saya tidak? Kalau mau , kamu harus menerima 2 anak kecil ini.” Ibu ini bisa menerimanya dan menganggapnya sebagai anak sendiri dan mengampuni suaminya. Tetapi tidak lama kemudian, suaminya selingkuh  dengan wanita keempat. Setelah itu Sang Suami terkena penyakit hepatitis yang berat sampai menderita sirosis (kanker hati). Pada waktu saya membesuknya, tubuhnya sudah menjadi kuning dari kepala sampai kaki. Istri yang keempat membawa Suami ini ke istri pertama dan menyerahkannya “Inilah suamimu.” Waktu pergi Sang Suami gagah dan sehat dan sekarang usianya sekitar 52 tahun dan hanya terbaring di tempat tidur saja. Ia ibarat sampah sehingga tinggal dibuang saja. Waktu saya melayani Ibu ini, dokter mengvonis, “Umurnya tidak akan lama lagi!” Saya terbeban dan berdoa agar Sang Suami sebelum dipanggil Tuhan membereskan dulu masalahnya dengan istri yang pertama. Saya bertanya ke istri pertama,”Bisakah Ibu menerima Bapak ini yang telah sangat melukai hati ibu?  Kalau ibu bisa mengampuni dia, bisikan ke telinganya.”  Sang Ibu mendekati suaminya dan berbisik di telinganya, “Saya sudah mengampunimu sejak dulu. Saya menerima kamu apa adanya.” Dari mana kekuatan ibu ini kalau bukan dari Tuhan? Tidak mudah bisa mengampuni orang yang melukai hati kita. Ibu ini seorang yang percaya Tuhan, mantan majelis seperti juga  suaminya. Ibu ini ada Roh Kudus yang memampukannya untuk mengampuni suaminya dan bisa menerima kembali suaminya. Firman Tuhan katakan, “Ampunilah orang yang bersalah kepadamu!” dan ini adalah perintah. Namanya perintah harus ditaati dan dilakukan. Kita tidak bisa memilih dan menolak perintah Tuhan. Kalau kita mentaati perintah Tuhan maka ada damai sejahtera di hati dan hidup kita. Kita pun menjadi sehat. Tetapi kalau kita tidak melakukan perintah Tuhan untuk mengampuni, maka luka itu tetap ada dalam hati kita. Kita minta Roh Kudus menjamah hati kita. Roh Kudus menyembuhkan hati kita. Kita berterima kasih kepada Tuhan untuk menyalurkan kasih itu. Kita jangan mengeraskan hati, tetapi kita harus membagi kasih itu pada orang lain dengan cara mengampuni orang yang bersalah. 

Monday, June 20, 2016

Roh Kudus dan Spirit Bersaksi


Pdt. Gunar Sahari

Kis 8:1b-13
1 Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.
2  Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat.
3  Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
4  Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.
5  Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.
6 Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu.
7  Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan.
8  Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu.
9  Seorang yang bernama Simon telah sejak dahulu melakukan sihir di kota itu dan mentakjubkan rakyat Samaria, serta berlagak seolah-olah ia seorang yang sangat penting.
10  Semua orang, besar kecil, mengikuti dia dan berkata: "Orang ini adalah kuasa Allah yang terkenal sebagai Kuasa Besar."
11  Dan mereka mengikutinya, karena sudah lama ia mentakjubkan mereka oleh perbuatan sihirnya.
12  Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan.
13  Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi.

Pendahuluan

                Bersaksi seperti juga berdoa tidak bisa dipisahkan dari Roh Kudus. Kisah 1:8   Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. Ada sebuah konferensi misi yang diadakan di Amerika beberapa tahun lalu yang menelurkan pernyataan-pernyataan komitmen. Salah satunya  memberikan peringatan kepada gereja-gereja di dunia : gereja yang sudah berhenti memberitakan Injil adalah gereja yang sudah berhenti menjadi gereja. Hal ini karena salah satu pilar gereja adalah memberitakan Injil.
                Ibarat bangunan gereja yang kokoh ditopang oleh pilar-pilarnya sehingga kita merasa aman berada di dalamnya karena gedung ini kuat menahan apapun. Demikian juga gereja secara komunitas membutuhkan pilar-pilar. Dari kitab Kisah Para Rasul kita mengetahui ada 4 pilar (tiang) gereja :
1.     Berdoa. Orang percaya harus berdoa. Orang percaya yang tidak berdoa berarti bukan orang Kristen, karena orang Kristen harus berdoa
2.     Bersekutu. Oang Kristen harus bersekutu, berkumpul, beribadah dan memecah roti bersama-bersama. Orang Kristen yang sendirian saja bukan orang Kristen.
3.     Bersaksi atau memberitakan Injil. Semua orang Kristen harus memberitakan Injil. Memberitakan Injil bukan tugas hamba Tuhan saja, sehingga para jemaat mula-mula juga bersaksi.
4.     Berbagi atau memberi. Gereja harus memberi. Sehingga setiap kali kebaktian ada persembahan. Orang Kristen harus memberi, kalau tidak memberi bukan orang Kristen. Sejarah kekristenan diwarnai oleh orang-orang yang memberi. Bahkan jemaat mula-mula menjual miliknya dan membagi-bagikannya.

Bersaksi

                Dari Kitab Kisah Para Rasul, kita  bisa belajar banyak bagaimana bersaksi. Mengapa jemaat saat itu banyak yang bersaksi dan berani bersaksi? Padahal kalau bersaksi mereka akan ditangkap atau dibunuh. Stefanus baru saja mati dilempari batu karena memberitakan Injil. Jemaat tersebar kemana-mana. Saulus menganiaya, menangkap dan memasukkan jemaat baik pria maupun wanita ke penjara. Alasan mereka bersaksi :

1.     Roh Kudus memberikan kuasa kepada mereka.

Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu Mereka menerima kuasa lebih dahulu baru bersaksi dan memberitakan Injil. Maka tepat temanya “Roh Kudus dan Spirit Bersaksi” dan bukan”Spirit Bersaksi dan Roh Kudus”. Kisah 1:8 merupakan janji Tuhan bahwa mereka akan menerima Roh Kudus. Pada Kisah 2 janji tersebut sudah digenapi dan mereka semua dipenuhi Roh Kudus. Sejak saat itu mereka semua bersaksi kemana-mana. Zaman dahulu, jemaat mula-mula berdoa setiap hari. Doanya bukan minta makanan, minuman, pekerjaan, perusahaan diberkati, tetapi doanya : “Tuhan penuhilah aku dengan Roh Kudus mu dan bakarlah aku dengan api Roh Kudus mu”. Waktu itu mereka sedang dianiaya. Saulus berjalan dari rumah ke rumah menangkap mereka. Seharusnya mereka tidak memberitakan Injil atau mereka berdoa minta Saulus dibutakan agar tidak masuk rumahnya. Tetapi doanya : berikanlah aku Roh Kudusmu supaya aku semangat bersaksi. Kisah pasal 8 kita belajar dari tokoh Filipus. Dia bukan salah satu dari para rasul tetapi kaum awam. Nama Filipus ternyata sudah tercatat di pasal 6. Petrus berkata, “ Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,  dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman." (Kisah 6:3-4). Mereka memilih di antara ribuan orang. Karena dikatakan ada 3.000 orang bertobat dan setiap hari bertambah. Petrus minta agar dipilih 7 orang saja dan Filipus terpilih di antaranya. Berarti ia dipenuhi Roh Kudus. Kalau ditarik lebih belakang, ia bukan saja ada di pasal 6 , ia juga hadir di pasal 2 di mana Allah mencurahkan Roh Kudus pada semua orang saat itu. Kita tidak tahu berapa jumlah orang yang menerima Roh Kudus saat itu. Ada yang mengatakan 120 orang. Saya percaya di antaranya,Filipus ada di antara mereka. Atau kalau ditarik lebih ke belakang saat Yesus akan memberi Roh Kudus, Filipus ada di sana. Filipus menerima Roh Kudus di pasal 2, kemudian dipilih menjadi salah satu diaken karena penuh Roh Kudus di pasal 6. Dan pada pasal 8 Filipus memberitakan Injil dan bersaksi sesuai dengan pasal 8:1 tadi. Jadi Filipus bukan bersenang-senang tapi bersaksi sesuai janji Tuhan.

Memang ada bahaya kalau memberitakan Injil tetapi lebih bahaya lagi kalau tidak beritakan Injil. Tegakah kamu melihat orang lain meninggal dalam dosa dan masuk neraka? Dan lebih bahaya lagi Tuhan meminta pertanggungjawaban atas jiwa yang masuk neraka itu. Yeh 33:8 Kalau Aku berfirman kepada orang jahat: Hai orang jahat, engkau pasti mati! -- dan engkau tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang jahat itu supaya bertobat dari hidupnya, orang jahat itu akan mati dalam kesalahannya, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab atas nyawanya dari padamu. Biarkanlah orang meninggal tapi jangan biarkan mereka tidak mendengar Injil dari kita. Apakah penganiyaan masih berlangsung saat ini? Iya. Mungkin tidak di Jakarta tapi di Timur Tengah, Korut, Sudan. Teman saya di Afrika tiap hari ketakutan dianiaya. Ada teman di Kenya mengalami tekanan karena terus mengalami penganiayaan. Penganiayaan belum berhenti sampai saat ini. Apakah bersaksi sudah berhenti? Apakah pemberitaan Injil sudah berhenti? Belum. Pemberitaan Injil terus berlangsung sepanjang sejarah. Di dalam Kis 8:1b-13  ada paradoks. Pada ayat 3 Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. tetapi ayat ke 12 Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan. Tidak pernah berhenti orang-orang yang dimasukkan ke penjara, baik laki dan perempuan tapi tidak pernah berhenti orang-orang yang bertobat. Mari kita masuk ke kelompok orang yang mengadakan pertobatan setiap hari.

Ada seorang misionaris yang melayani di Rusia, waktu ditangkap dan dilarang memberitakan Injil. Kemudian ia dihajar, disiksa dan diancam, “Berhentilah memberitakan Injil kalau tidak saya kirim ke Siberia dengan luka yang parah itu.” Siberia ada di wilayah Rusia yang dingin dan suhunya minus. Luka yang terkena udara dingin  sakitnya menusuk sampai ke tulang dan kemudian akan mati kesakitan dan kedinginan. Sang misionaris menjawab, “Silahkan saja kirim saya ke Siberia karena Yesus juga ada di sana.” Karena jawaban itu, ia batal dikirim ke Siberia. Lalu dikatakan, “Baik kami putuskan kamu tidak ke Siberia, tetapi kami akan membuat keluargamu miskin sehingga mati kelaparan. Kami rampas semua hartamu.” Misionaris itu menjawab, “Silahkan saja rampas hartaku. Tetapi ketahuilah engkau perlu tangga yang tinggi untuk merampasnya karena hartaku ada di surga sana.” Jadi akhirnya batal dirampas hartanya dan diancam, “Jadi kami akan masukan kamu ke penjara di bawah tanah dan tidak ada orang lain di sana sehingga kamu mati sendirian”. Misionaris menjawab, “Taruhlah saya di tempat yang paling dalam, saya tidak takut. Yesus bisa menemani saya.” Ada penganiayaan  tetapi Roh Kudus terus bekerja. Kita bersaksi karena ada Roh Kudus. Roh Kudus yang memberi kuasa kepada kita. Ia memberikan kemampuan kepada kita. Jadi kita bersaksi bukan karena kita fasih lidah, pintar, cantik-tampan, kaya tetapi karena Roh Kudus. William Carey  (1761-1834, tokoh pekabaran Injil modern dan dikenal sebagai "Bapak Gerakan Misi Modern) menjadi misionaris asal Inggris di India. Ia bukan saja menterjemahkan Alkitab ke bahasa Yunani tetapi juga Bahasa India. Ia bisa saja berkata, “Saya bisa melayani karena kepintaranku”. Tetapi tidak demikian, melainkan ia berkata,”Tanpa Tuhan saya tidak mampu, tetapi tanpa saya Tuhan tidak mau.” Orang yang hebat  ini menyadari tanpa Tuhan saya tidak mampu. Satu jiwa yang menjadi kerinduankau tidak akan dimenangkan kalau mengandalkan diri sendiri tetapi banyak jiwa bisa dibawa dengan bantuan Roh Kudus. Mari kita mengimani bahwa kita bisa bersaksi karena kuasa Roh Kudus.

2.     Roh Kudus sanggup mengubah orang berdosa (membawa pertobatan)

Roh Kudus memampukan mereka untuk memenangkan jiwa. Mengapa petani menabur benih? Karena ia yakin benih tersebut akan dipanen nantinya. Bukankah firman Tuhan seperti benih? Mari taburkan benih itu karena akan tumbuh dan dipetik buahnya. Mari taburkan benih Roh Kudus karena akan datangkan pertobatan. Jadi Roh Kudus yang membuat orang bertobat. Sejak Roh Kudus dicurahkan ada pertobatan 3.000 orang dan dibaptis. Tiap hari Tuhan tambahkan jiwa yang baru. Pasal 2:37-38 Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"  Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Ayat 41  Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Ayat Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Kisah 6:7 Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.
Ini adalah daftar dari orang-orang yang akhirnya mengalami pertobatan. Kita kembali ke Kisah 8:5 Filipus pergi ke kota Samaria. Samaria berbeda suku dengan orang Yahudi, bahkan nenek moyang mereka bermusuhan satu dengan lain. Pada Yoh 4:1-13 dikatakan waktu Tuhan Yesus melewati Samaria, di Sikhar ia bertemu perempuan Samaria dan Ia meminta air ke perempuan Samaria. Perempuan itu menjawab, “Bagaimana mungkin kamu minta air dengan orang Samaria? Kita bermusuhan dan tidak betegur sapa.” Tapi Filipus pergi ke Samaria dan ada pertobatan di sana. Mungkin kita berkata, saya tidak kenal mereka atau bermusuhan dengan keluarga mereka sejak dulu. Beritakanlah Injil karena itu menyelamatkan mereka. Lalu kelompok Simon, tukang sihir (Kis 8:14-24). Mereka juga bertobat, percaya kepada Kristus, kemudian Simon sendiri juga bertobat. Mungkin ada yang berargumentasi, mudah bagi orang Samaria bertobat dan percaya Tuhan. Tetapi jangan lupa di antara mereka ada pengajar sesat (Simon) yang menggunakan okultisme setiap hari juga bisa bertobat. Selain kaum awam bertobat, ternyata iman-iman juga. Ini karena Roh Kudus yang menobatkan orang-orang. Karena Roh Kudus mengubah orang-orang tersebut.

Suatu saat ada seorang misionaris yang pergi memberitakan Injl ke suku terasing. Suku ini kanibal (pemakan orang). Ia merasa terpanggil ke pulau tersebut dan kemudian ia memperlengkapi diri untuk ke sana. 2 minggu sebelum berangkat ke sana, terjadi kecelakaan. Misionaris itu terjatuh dan giginya tanggal. Ia berpikir, “Apa ini tanda agar tidak jadi pergi ke suku itu? Tetapi kalau sekarang tidak bisa peraya dengan baik, bagaimana bisa bertobat kalau kita tidak beritakan Injil?” Namun ada orang yang mengatakan bahwa Tuhan akan pakai walau giginya ompong. Setelah itu ia pergi. Ternyata ia ditangkap suku terasing karena meronta dan berteriak sehingga ditutup mulutnya. Kemudian dibawalah ia kepada kepala suku. Kepala suku memerintahkannya untuk buka mulut. Ditanya, “Siapa namamu?” Ia pun menjawab sehingga terlihat giginya ompong. Tiba-tiba Kepala Suku langsung tertunduk dan menyembah. Ia berkata, “Kita harus mengikuti orang ini.” Karena semalam, kepala suku mimpi didatangi dewa yang ompong. Jadi setelah gigi ompong, ia punya kesempatan untuk memberitakan Injil. Jadi  jangan andalkan kemampuan kita. Tuhan akan pakai kesulitan dan ketidakbisaan kita. Kita memenangkan jiwa bukan karena kemampuan bicara kita tetapi karena Roh Kudus. Hal ini menjadi berita yang heboh. Karena kepala suku bertobat demikian juga anak buahnya. Padahal orang tidak percaya berkata tidak mungkin suku itu bertobat setelah mendengarkan Injil. Banyak orang tidak percaya dengan berita ini. Ada wartawan yang ateis ingin mengecek kebenaran berita ini. Ia pergi ke sana dan mewawancarai kepala suku ini,”Apakah anda dulu kepala suku?” Dijawab,”Ya , sampai sekarang juga masih.” “Apakah dulu makan orang?”  “Iya dulu makan orang, tetapi sekarang tidak lagi!” jawabnya. Ditanya lagi,”Bagaimana bisa bertobat?” Kepala suku mengangkat Alkitab dan mengatakan, “Inilah yang membuat saya bertobat!” Wartawan itu berkata,”Saya tidak yakin engkau bsia bertobat gara-gara buku ini.” Sang suku dengan tenang berkata,”Kalau kamu tidak yakin saya sudah bertobat, maka kamu pasti saya makan saat ini.” Bayangkan ada orang yang tidak yakin dengan pertobatan ini. Maka akhirnya berita ini menambahkan kesaksian yang baik. Walau kita kadang berpilir , mana mungkin suamiku, orang tua dan anak bisa bertobat. Tidak ada yang tidak mungkin. Roh Kudus bisa sanggup menobatkan laki-laki dan perempuan. Simon Petrus bisa menobatkan Simon si tukang sihir.

3.     Roh Kudus mendatangkan mujizat.

Kita suka kalau mujizat tejadi tetapi mujizat bukan hal yang utama tetapi tanda yang menyertai pemberitaan Injil. Yesus menjanjikan mujizat kalau bersaksi. Markus 16:17 Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka. Kisah 8:7 Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan diulangi pada ayat 13  Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi. Simon biasa membuat hal-hal yang terjadi melalui sihir.

Saya masuk ke sekolah teologia sekitar tahun 1980-an. Waktu itu ada hamba Tuhan dari Jawa yang terkenal karena punya kemampuan mengusir setan. Biasanya yang dipanggil bila ada orang kerasukan adalah hamba Tuhan dari Irian, Ambon dan Kupang karena bisa berdoa dengan suara keras. Mereka tidak pernah memanggil saya yang berlatar belakang Jawa dan bicaranya terlalu lembut. Waktu itu ada orang yang kerasukan setan dan  kami dipanggil untuk mengusir setan. Setelah tiba di tempat orang kerasukan tersebut, hamba Tuhan itu menatap orang yang kerasukan. Ia meminta kami bernyanyi dalam nama Yesus dan kemudian meminta saya memegang kaki orang itu. Setelah itu ia mengusir setannya dan ternyata setannya keluar. Saya diyakinkan bahwa Roh Kudus yang membuat setan keluar. Jadi ada pendeta dari Jawa yang kurus kecil mengusir setan dan berhasil. Jadi setan keluar bukan karena diri kita tapi Roh Kudus yang berdiam dalam diri kita disertai dengan mujizat. Seperti juga Rasul Petrus menyembuhkan orang lumpuh di Gerbang Bait Allah (Kis 3:1-10). Filipus tiba-tiba oleh Roh Tuhan bisa berada di Asdod (Kisah 8:39-40). Luar biasa! Apakah mujizat berhenti sampai di Filipus? Apakah hanya terjadi sampai Petrus? Tidak! Juga Yohanes. Petrus tidak memiliki emas dan perak tetapi Petrus mengalami kuasa Tuhan karena ada Roh Kudus di dalam dirinya. Suatu saat Petrus di penjara dalam keadaan terikat, pintu terkunci  dan dijaga oleh para prajurit di kiri-kanan, namun seorang malaikat membebaskannya (Kis 12). Kapal yang ditumpangi Paulus terombang- ambing oleh angin badai dan kapalnya kandas di bukit karang dan akhirnya Paulus mendarat di pulau Malta. Saat Paulus memungut ranting untuk dimasukkan ke api, ular beludak mematuknya dan dikira akan mati(Kisah 27-28) hingga orang-orang mengatakan "Orang ini sudah pasti seorang pembunuh, sebab, meskipun ia telah luput dari laut, ia tidak dibiarkan hidup oleh Dewi Keadilan.". Setelah menunggu lama ternyata Paulus tidak mengalami apa-apa dan ia tetap hidup. Kuasa Roh Kudus mendatangkan mujizat.

Rabu kemarin saya memimpin persekutuan The Mission. Setelah persekutuan sambil makan kue ada yang berkata, “Ini kesempatan untuk memberitakan Injil”.  Rumah sakit adalah salah satu ladang yang tepat untuk memberitakan Injil. Mereka minta didoakan. Bahkan ada yang minta suaminya didoakan karena sang suami masih belum percaya. Istri saya bercerita kepada saya, ada pasien penderita kanker. Setiap saat ia berdoa sehingga kankernya mati. Karena sel kankernya mati maka ia menjadi hidup. Hidup karena Tuhan. Firman Allah itu hidup. Dia bukan saja sungguh memgangkat sel mati dari tubuh kia. Tetapi dia bisa menghidupkan jiwa-jiwa yang telah mati karena dosa. Allah berfiman “Kalau kamu berdosa, berarti kamu kena maut, Karena upah dosa adalah maut”. (Roma 6:23). Beritakanlah firman Tuhan. Mari bersyukur Roh Kudus yang dijanjikan telah dicurahkan. Selamat dipenuhi Roh Kudus dan menjadi saksinya. Tuhan memberkati. Amin.


Wednesday, June 15, 2016

Semangat Juang


Ev. Susan Kwok

Yosua 14:11-14
11  pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.
12  Oleh sebab itu, berikanlah kepadaku pegunungan, yang dijanjikan TUHAN pada waktu itu, sebab engkau sendiri mendengar pada waktu itu, bahwa di sana ada orang Enak dengan kota-kota yang besar dan berkubu. Mungkin TUHAN menyertai aku, sehingga aku menghalau mereka, seperti yang difirmankan TUHAN."
13  Lalu Yosua memberkati Kaleb bin Yefune, dan diberikannyalah Hebron kepadanya menjadi milik pusakanya.
14  Itulah sebabnya Hebron menjadi milik pusaka Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, sampai sekarang ini, karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati.

Pendahuluan

                Semangat juang harus dimiliki oleh setiap orang percaya. Ada seorang oma berusia 90 tahun dan telah meninggal beberapa bulan lalu. Sebelum meninggal saya sempat membesuknya di rumah sakit dan oma ini masih mengenali saya. Saya mengenal oma ini sejak oma ini masih berusia 70 tahun. Setelah usianya bertambah tua, semua hal bisa dilupakannya kecuali harga emas dan kurs dolar Amerika Serikat terhadap Rupiah. Jadi setiap kali bertemu dengannya, saya suka menggodanya. Saat terakhir bertemu itu, secara bercanda saya bertanya lagi, “Mak Subur berapa harga dolar hari ini?” Mendengar pertanyaan ini, dia pun langsung menjawabnya. Rupanya di kamar rumah sakit, ia masih menekan saluran TV yang menyiarkan kurs dolar. Memang di usianya yang 90 tahun ia masih kuat menghitung nilai uang dan emas. Ia masih mengingat nilai tukar dolar Amerika Serikat hari ini dibanding kemarin (apakah turun atau naik).

Memang ada orang lanjut usia yang masih hebat dalam beberapa hal. Dalam hal ini saya tidak bermaksud menjelekkan nama Mak Subur atau saya tidak berkata fokus hidupnya adalah uang, tetapi yang saya mau katakan adalah Mak Subur dikaruniai daya ingat luar biasa. Sebelum pulang membesuknya, Mak Subur memanggil saya dan berkata, “Terima kasih ya De, kamu mau mendengarkan saya. Kali ini saya tidak pulang lagi ke rumah saya.” Dengan heran saya bertanya, “Mengapa?” Dia pun menjawab, “Karena biasanya saya tidak pernah ketinggalan membawa dompet dan tas saya.” Saya jadi penasaran dan bertanya, “Apa isinya?” Ternyata dompetnya berisi uang dan tasnya berisi kunci rumah. “Kemungkinan saya tidak pulang karena sudah saatnya.” Begitu imbuhnya. Benar saja 2 hari kemudian ternyata ia benar-benar meninggal. Walau usianya sudah 90 tahun, tetapi ingatannya masih tajam. Tubuh fisiknya boleh melorot tetapi daya ingatnya masih kuat. Bagaimana dengan kita? Apakah setelah kita bertambah usia, semangat kita sudah berkurang?

Belajar dari Kaleb

                Kaleb bin Yefune (orang Kenas) adalah salah satu dari 12 pengintai yang diutus Musa untuk mengintai tanah Kanaan sebelum Israel memasuki tanah perjanjian tersebut. Musa memilih 12 orang dari 12 suku, setiap suku diambil 1 orang pemimpinnya. Kaleb berasal dari suku Yehuda, sebuah suku yang cukup terkenal. Kaleb ini pemimpin suku Yehuda dan diutus oleh Musa untuk mengintai. Uniknya  12 pengintai melihat dan mengalami realita  serta ketakutan yang sama, tetapi respon dan reaksinya berbeda-beda. 10 pengintai mengabarkan ,“ Kami sudah masuk ke negeri, ke mana kausuruh kami, dan memang negeri itu berlimpah-limpah susu dan madunya, dan inilah hasilnya. Hanya, bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar, juga keturunan Enak telah kami lihat di sana.” sehingga orang Israel menjadi takut. Pada kitab Bilangan 13 dikatakan , “Kaleb maju dan berusaha menentramkan orang Israel,” Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!” 10 orang berbicara hal yang menakutkan, tetapi 2 orang  (Kaleb dan Yosua) bukan sekedar bicara masalah tapi mengatakan bahwa Tuhan yang menyuruh jadi tidak mungkin salah ("Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika TUHAN berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.")  Artinya kedua orang ini mempunyai iman percaya kepada Tuhan yang luar biasa. Pada Yosua 14:11 dikatakan,” Pada waktu ini aku masih sama kuat seperti pada waktu aku disuruh Musa; seperti kekuatanku pada waktu itu demikianlah kekuatanku sekarang untuk berperang dan untuk keluar masuk.”  Kaleb mengatakan bahwa sekarang ia masih kuat. Padahal waktu diminta Musa mengintai tanah Kanaan ia berusia 40 tahun (ayat 7 : 7  Aku berumur empat puluh tahun, ketika aku disuruh Musa, hamba TUHAN itu, dari Kadesh-Barnea untuk mengintai negeri ini; dan aku pulang membawa kabar kepadanya yang sejujur-jujurnya.). Saat itu umurnya masih muda. Ia masih kuat, produktif, gagah dan sehat. Hari itu ketika Musa menyuruhnya berperang orang berkata, “Kamu masih muda dan kuat sehingga kamu tidak takut.”

Tetapi pada ayat 10 dia mengatakan ,”Jadi sekarang, sesungguhnya TUHAN telah memelihara hidupku, seperti yang dijanjikan-Nya. Kini sudah empat puluh lima tahun lamanya, sejak diucapkan TUHAN firman itu kepada Musa, dan selama itu orang Israel mengembara di padang gurun. Jadi sekarang, telah berumur delapan puluh lima tahun aku hari ini”. Jadi usianya lebih muda sedikit dibanding Mak Subur. Kaleb seakan-akan berkata, “Hari ini ketika usiaku 85 tahun, aku masih sama kuat seperti sewaktu aku disuruh Musa. Seperti pada waktu itu kekuatanku yang ada sekarang.” Kekuatan apa yang dimaksudkan oleh Kaleb? Yang jelas adalah kekuatan rohani. Karena di dalam ayat 14 dikatakan,”Itulah sebabnya Hebron menjadi milik pusaka Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, sampai sekarang ini, karena ia tetap mengikuti TUHAN, Allah Israel, dengan sepenuh hati”  Sampai sekarang ini Hebron menjadi milik Kaleb karena Kaleb mengikuti Tuhan Allah Israel dengan sepenuh hati. Umur 85 tahun, mengikuti Tuhan sepenuh hati sama seperti saat ia berusia 40 tahun. Jadi terdapat rentang waktu 45 tahun dan dalam rentang waktu itu, ia mengikuti Tuhan dengan sepenuh hati. Itulah kekuatan rohani dari Kaleb. Siapa yang bisa membantah bahwa Kaleb mempunyai iman yang luar biasa? Tidak ada! Karena ia telah membuktikan kesetiaannya, selama 45 tahun ia tidak beralih dari iman percayanya.

                Berapa tahun kita sudah percaya dan mengikut Tuhan Yesus? Seberapa setia kita menjalankan apa yang Tuhan percayakan kepada kita? 1 tahun? 2 tahun ?  Cukup 3 tahun? Sampai hari ini usia kita berapa? Rentang waktu tetap tidak membuat kita beralih dari percaya pada Allah sepenuh hati. Itulah kekuatan yang bisa membuat kita tetap berjuang. Spirit itu dari Tuhan kalau kita percaya sepenuh hati. Tidak ada jalan pintas dan teori lainnya. Hubungan pribadi dengan Tuhan dan percaya kepadaNya merupakan kuncinya, tidak ada yang lain. Dalam rentang waktu 45 tahun, Kaleb berani berkata, “Kekuatanku untuk berperang keluar masuk hutan belantara karena tanah yang dijanjikan kepada Kaleb bukanlah tanah yang sudah matang, tetapi tanah yang harus diperjuangkan dengan berperang.” Setelah dapat pun ia masih harus menggarapnya. Ia harus berjuang untuk bisa berhasil . Itu membutuhkan ketahanan fisik. Bayangkan orang tua umur 85 tahun bisa mengangkat pedang dan menggarap tanah - ladang? Sesuatu yang luar bisa secara fisik, Tuhan berikan ia kesehatan dan ia melakukan yang baik melalui kesehatan itu. Kesehatan bukan untuk hidup foya dan sia-sia, hidup di luar yang Tuhan mau. Tuhan berikan kesehatan agar Kaleb bisa berkarya. Itu sebabnya melalui firman Tuhan ini kita perhatikan, Kaleb luar biasa. Ayat 15, Arba adalah orang yang paling besar di antara orang Enak. Amanlah negeri itu setelah ditahklukan oleh Kaleb. Yang ditakuti dari orang Kanaan adalah orang Enak , karena orangnya tinggi besar. Ternyata ada suku yang paling tinggi, yaitu Arba ini. Yosua memberikan Kaleb tanah yang didiami oleh suku yang paling sangar, kalau tidak ada kekuatan lebih tidak mungkin menaklukannya. Setelah ditaklukan ,amanlah negeri itu. Berarti Kaleb secara politik bisa mengatur segala sesuatu yang ada di sana. Itu kekuatan fisik dan hikmat dari Allah. Itu hasil dari percaya pada Tuhan sepenuh hati (ayat 4).

                Dengan tema “Semangat Juang” kalau menilik dan mengevaluasi diri kita, “Apakah kita punya prinsip hidup seperti Kaleb, yang percaya sepenuh hati dengan pekerjaan dan pelayaan sepenuh hati?” Ia melakukan segala sesuatu dengan sepenuh hati. Kaleb melihat segala sesuatu adalah milik Tuhan, maka ia tidak takut. Kalau Tuhan akan kasih Kanaan, maka Tuhan akan memberikannya. Kalau Tuhan ingin memberikan Hebron, Tuhan akan memampukan ia untuk menaklukannya. Orang yang punya prinsip “Hidup kita adalah punya Tuhan maka kita akan melakukannya dengan cara Tuhan” bukan dengan cara saya (suka-suka saya) dan sebagainya. Pada Amsal 6:10-11 (  "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring"  —  maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata) dan diulang pada Amsal  24:33-34, penulis Amsal memberi peringatan kepada orang malas. Orang malas mengatakan “sebentar lagi” kalau disuruh makan atau tidur. Kalau diminta “Ayo kerja” dijawab “sebentar lagi”. Itu kitab Amsal. Kalau saya melakukan dengan cara saya maka konsepnya “sebentar lagi”. “Ayo pelayanan!” dijawab “Sebentar lagi tunggu saya nyaman , tentram dan masalah saya selesai”. “Sebentar lagi”- “sebentar lagi”. Saya tidak meremehkan bahwa hidup punya masalah. Yang saya ingin sampaikan adalah seperti apa prinsip hidup kepada Tuhan.

                Sejak tamat kuliah teologia pada tahun 1994 sampai sekarang tahun 2016 berarti sudah 22 tahun saya melakukan pelayanan. Saya mendapatkan orang yang mau cuti pelayanan di gereja yang pertama kali saya pelayanan sebanyak 2 orang, di gereja kedua tempat saya melayani ada 1 orang yang meminta cuit. Tapi di gereja ini , orang yang mau cuti pelayanan lebih dari 6 orang. Itu bukan prestasi yang membanggakan. Saya tidak mengerti orang punya prinsip cuti pelayanan. Hal ini berbeda dengan orang kerja yang mau cuti (setelah cuti harus masuk lagi karena kalau tidak masuk berhenti kerja). Hamba Tuhan yang telah mencapai usia pensiun (emeritus) mencapai purna bakti yang membanggakan. Belum tentu orang bisa mencapai waktu yang disepakati. Itu membanggakan. Dan tidak pernah cuti seenaknya dan selama-lamanya. Itu relasi kita dengan Tuhan, apa yang ada di dalam pikiran kita? Kaleb (dalam Yosua 24) meninggal  dalam usia 100 tahun. Ia mengucapkan pidato terakhirnya, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15b). Mengikuti Tuhan dengan cara Kaleb berarti  berjuang dan berkarya sampai Tuhan memanggilnya. Bagaimana bisa orang sedikit-sedikit cuti pelayanan? Kaleb sampai usia 85 tahun masih meminta dari Tuhan apa yang menjadi bagiannya yang dia tahu untuk mendapat Hebron harus berperang, berkarya, banting tulang, kelelahan, sakit, jatuh dsbnya tetapi ia melakukannya. Karena ia tahu itu milik Tuhan. Kalau kita pelayanan “sebisa saya kalau saya sudah punya waktu”, berhati-hatilah walau gereja tidak bisa memberi sanksi.

Yang kedua, ternyata Hebron yang diberikan Yosua kepada Kaleb adalah tanah yang “tidak mudah” berarti Kaleb harus siap dengan realita bahwa di depannya ada tantangan.  Nama Hebron dahulu ialah Kiryat-Arba; Arba ialah orang yang paling besar di antara orang Enak. Dan amanlah negeri itu, berhenti berperang (Bil 14:15). Firman Tuhan mengajarkan untuk melihat realita kenyataan hidup dan tidak lari darinya. Tidak ada janji kalau kamu hari ini dibaptis utangmu besok akan lunas. Tidak ada! Itu realita. Tidak ada : jangan-jangan dari dulu, Kaleb berpikir, “Apakah tidak salah saya dikasih Hebron?”. Jangan-jangan, ada terbersit saat malam hari sewaktu tubuh sedang lelalh ia berpikir, “Kalau bisa Tuhan berubahlan. Kasih saya tanah yang ‘sudah jadi’”. Dalam kondisi sekarang hal itu seperti “Kasih saya pekerjaan yang ‘basah’ atau tempat yang enak’” Mungkin pada saat tertentu Kaleb mengalaminya, tetapi ia harus siap dengan realita. Ada tantangan yang harus dihadapi. Jangan realita meninabobokan diri kita, “tenang saja”, “mengalir saja tanpa perlu persiapan”. Begitu menghadapi tantangan dan disergap, langsung mati dan tidak bisa berdiri. Firman Tuhan selalu mengajarkan kita untuk menghadapi realita. Oleh karena itu, Kaleb menghadapi reaita tetap dengan mengikuti Tuhan sepenuh hatinya sehingga semangat juangnya ada sampai tua.

                Kapan Tuhan menjangkau nenek 90 tahun? Mak Subur dijangkau Tuhan sekitar umur 83 tahun (7 tahun sebelum ia meninggal). Setelah itu ia percaya Tuhan dan rajin ke gereja. Saat tidak bisa ke gereja, dia berkata, “Gara-gara jatuh, 2 minggu saya kangen mau ke gereja”. Orang yang terbaring sakit di tempat tidur kangen karena tidak ke gereja. Kalau kita yang sehat, dikangen-kangeni teman-teman agar datang karena sudah lama tidak bertemu di gereja. Ayi Willy usianya sudah 90 tahun dan juga terbaring sakit namun ia masih berpikir ingin ke gereja dan berdoa. Luar biasa! Jangan-jangan kita setelah tua bagaimana? Ingin berdoa atau ingin menggerutu terus? Atau pusingkan harta warisan? Atau apa? Semangatnya yang mana? Semangat juang yang mana? Contohlah hal  ini dari yang tua di atas. Kita yang relatif lebih muda, Tuhan hadirkan contoh yang baik , agar hidup kita lebih bijaksana.
               


Tuesday, June 14, 2016

Majid John Pria Iran Menemukan Kedamaian yang Ia Cari Selama Bertahun-tahun.


Dari : majalah Standard Februari 2015

Majid John mengalami kepahitan karena Revolusi Iran. Ia mencari kedamaian dengan berbagai cara, akhirnya ia menemukannya di dalam sebuah gereja. Berikut ini adalah kesaksiannya.

Virginia, 16 Mei 2013
Saya berusia 8 tahun ketika gejolak yang memicu Revolusi Iran tahun 1979 pertama kali terjadi. Sejak saat itu sampai saya berusia 16 tahun, pemerintah menewaskan delapan saudara dan saudari saya. Saya menyaksikan ini. Bahkan adik ipar saya, yang sedang hamil dua bulan, dibunuh, meskipun hukum agama secara tegas melarang membunuh seorang wanita hamil. Ibu saya dan adik perempuan lainnya di penjara.
            Dari usia 16 hingga 19, saya ditinggalkan sebagai satu-satunya pengasuh bagi ayah saya yang menderita penyakit Alzheimer. Selama masa ini Iran dan Irak mengalami konflik peperangan (1980-1988), dan saya juga kehilangan banyak teman saya karena pertikaian tersebut.
            Semua orang yang saya kasihi tewas terbunuh atau dibawa ke penjara. Saya tidak bisa memahami hal ini sehingga saya menjadi sangat marah.
            Saya lahir di Teheran, Iran, pada akhir 1960-an, anggota termuda dari keluarga yang besar dan terkenal. Ayah saya adalah seorang guru yang dihormati dan pejabat senior di pemerintahan, menjadi anggota senat Iran dari kelompok Syiah dan kemudian sebagai pemimpin majelis parlemen selama masa pemerintah transisi dan setelah revolusi.

Visi di Lembah

            Setelah revolusi berakhir pada bulan Desember 1979, saya diundang untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan politik karena nama besar keluarga saya. Sebaliknya, saya berdebat dengan mereka semua dalam pikiran saya – pemerintah, orang lain, sepupu saya sendiri. Saya masih terlalu muda untuk memahami hal-hal , dan saya benci dengan mereka semua. Saya membenci tanpa mengetahui alasannya. Saya tidak menyadari betapa besar kebencian itu. Ada begitu banyak pertanyaan yang saya tidak bisa jawab.
            Saya dipenuhi dengan kemarahan karena saya melihat semua orang yang bertanggung jawab atas kematian keluarga saya – kelompok syiah, pemimpin baru Ayatollah Ruhollah Khomeini, kaum revolusioner, mereka yang menolak revolusi. Tampaknya semua orang memiliki kebencian di dalam hati mereka, bahwa tidak ada satupun yang mempunyai tangan yang bersih. Saya ingin membalas dendam atas begitu banyak orang – terutama sepupu dan teman-teman dekat yang telah menyebabkan kematian dan pemenjaraan anggota keluarga kami.
            Ketika saya masih  19, penyakit ayah saya menjadi parah dan saya kurang bisa merawatnya. Sementara itu, saya sendiri juga sakit saat saya hendak memandikannya. Saat itu, tatkala ayah saya sedang sekarat, saya hanya bisa menatapnya saja.
            Suatu hari saya mengemudikan mobil dengan kecepatan sangat tinggi menuju ke suatu daerah yang terpencil, daerah perbukitan di luar kota Teheran yang sangat berbahaya. Saya hanya berharap untuk mati.
            Ketika keluar tanpa cedera, saya pergi ke tepi bukit dan melihat lembah besar. Sebuah lembah yang penuh dengan orang-orang , seluruh kota. Saya memohon dengan suara keras : “Mengapa Engkau mengambil segala sesuatu dari saya? Saya mengasihi kakak saya dan ia dibunuh. Sehingga saya katakan ke teman yang lain,’Kamu adalah seperti seorang saudara bagi saya,’ dan ia juga menghilang.  Saat saya mengasihi seseorang, mereka menghilang, dan sekarang ayah saya, guru saya. Mengapa? Mengapa? Mengapa?”
            Saat saya menatap ke bawah lembah, sebuah visi datang pada saya. Saya melihat ribuan orang berdoa untuk musuh-musuh  mereka bukan untuk pertempuran. Sejak saat itu, kebencian dalam diri saya mulai melemah. Pengampunan mulai menyembuhkan saya. Sejak saat itu, Seseorang telah membawa dan menolong saya, meskipun saya masih sangat bingung. Saya masih punya banyak pertanyaan, tapi untuk beberapa alasan, saya bisa melihat pada orang-orang dan berkata,”Saya akan memaafkan kalian.”
            Saya kemudian menemukan banyak keberhasilan, menikah ketika saya masih berumur 20 tahun dan memulai bisnis di bidang keuangan dan investasi pada tahun yang sama. Karena bisnis saya populer, saya membeli mobil dan tanah dan kolam renang, dan akhirnya memiliki 13 perusahaan. Saya menjalankan agama tapi masih punya banyak pertanyaan. Dan saya tidak mempunyai kedamaian.

Pemandangan Suasana Ilahi
            Pada usia 32, saya berangkat ke India untuk melihat apakah Budhisme bisa menolong saya. Dalam sebuah perjalanan ke Calcuta, saya bertanya pada sesama penumpang bus apakah ia tahu tempat-tempat yang baik untuk berwisata. Ia mengatakan kepada saya tentang pelayanan Ibu Teresa.
            Saya ke gereja sangat awal, dan seorang pemimpin membawa kami ke tempat penampungan yang besar di mana ada banyak orang miskin yang sakit keras dan dalam kondisi yang sangat buruk. Pemimpin itu menunjuk saya untuk satu orang dan berkata,”Rawatlah dia.” Saya tidak bisa percaya akan hal itu. Kondisinya seperti ayah saya. Dia bahkan menggigit jari saya ketika saya mencoba untuk memberinya makan. Dia mengalami kecelakaan yang mengerikan yang harus saya bersihkan. Dia juga menderita Alzheimer. Di sini saya, seorang pengusaha, membantu seseorang tidak untuk mendapatkan apa-apa.
            Ketika saya kembali ke Iran, saya mengambil lebih banyak kelas spiritual dan memutuskan untuk mengambil perjalanan setiap tahun untuk mencoba dan mendapatkan jawaban atas pertanyaan saya. Pada tahun 2008, saya memutuskan untuk berangkat ke tanah suci untuk ziarah itu adalah waktu untuk mendapatkan pencerahan dan pengampunan, saya bahkan bisa memaafkan paman saya yang telah mengeksekusi salah satu saudara saya ketika ia berada di penjara. Walaupun masih ada banyak hal yang saya tidak pahami.
            Setelah perjalanan ibadah itu, saya memutuskan untuk melakukan apa pun demi menemukan kedamaian. Saya menjual semua bisnis saya dan memberikan semua uang dan aset untuk istri dan anggota keluarga. Saya memutuskan untuk mengikuti tanda-tanda yang Tuhan berikan pada saya.
            Pada tahun 2009, seorang teman mengajak saya ke Swedia. Sementara berada di sana, salah satu adik perempuan saya yang masih hidup menelepon saya. Setelah penyiksaan dan pemenjaraan, ia pergi ke Ameriksa Serikat, dan ia bertanya apakah saya bisa datang untuk mengunjunginya. Tapi saya tidak punya uang dan harus kembali ke rumah , dan hubungan antara Iran dan Amerika Serikat tampaknya menghalangi kunjungan itu. Tetapi melalui sebuah keajaiban, teman saya membantu saya untuk mendapatkan visa kunjungan selama enam bulan, dan keponakan saya membelikan tiket pesawat untuk saya.
            Saya tiba di Wasihington , DC, pada bulan Februari 2010, berniat untuk tinggal selama dua minggu.
            Selama waktu itu, ibu saya juga ada di kota untuk mengunjungi adik saya secara rutin setiap tiga tahun. Adik saya membawa saya ke kelas bahasa Inggris di sebuah gereja lokal, karena ia tahu saya senang belajar. Saya pergi bersamanya dan berpikir, ini berbau Allah. Saya mencium bau Kalkuta. Saya terus pergi ke kelas itu.
            Kemudian pada suatu hari Minggu, saya pergi ke gereja yang mengadakan kebaktian pada pk 11 siang. Saya tidak bisa menemukan guru kelas saya, jadi saya berdiri di bagian belakang. Saya tidak mengerti teentang acara itu tapi saya melihat banyak orang menyanyikan lagu-lagu, sukacita. Kemudian pendeta berlutut di depan mulai berdoa. Aku mengenal satu kata : Iran. Saya menyadari bahwa 1.000 orang berkumpul di sana dengan kepala yang tertunduk, berlutut – mereka berdoa untuk Iran.
            Sementara Iran yang mengajarkan tentang kematian bagi Amerika, menginginkan untuk membunuh warganya dengan senjata. Tetapi Anda berdoa untuk Iran? Apakah ini surga? Apakah mereka adalah para malaikat ini? Ribuan orang berdoa untuk musuh-musuh mereka, menunjukkan kasih dan bukan kebencian. Rupanya inilah yang saya saksikan dalam sebuah visi ketika usia saya masih sangata muda.
            Berdiri di belakang gereja itu, saya mulai menangis, tertawa dan menari. Saya tidak peduli jika seseorang yang saya kenal melihat saya. Saya sangat bersukacita. Ini adalah perdamaian. Ini adalah surga. Saya akhirnya mengerti ini adalah tempat di mana saya bisa mengenal Allah, di mana saya bisa tahu tentang kedamaian.

(Majid John – bukan nama lengkap – tinggal bersama keluarganya di Virginia. Pada tahun 2011 ia menerima visa permanen untuk tinggal di Amerika Serikat.)

Christianity Today.