Monday, June 29, 2015

Gereja: Kepanjangan Tangan Tuhan


Pdt. Suryawan Edi

Kis 2:41-47
41  Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42   Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
43  Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
44  Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45  dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
46  Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
47  sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Pendahuluan

                Ketika berbicara tentang gereja, kita seringkali  terjebak dengan menganggap gereja sekedar gedung geraja saja. Sekitar seminggu lalu , saya baru kembali dari Israel dan di sana saya sempat melihat banyak gereja yang bagus-bagus. Pemandu kami mengatakan,”Ini dulu tempat kelahiran Yesus Kristus di Betlehem (Luk 2 : 1 – 6)  dan kemudian didirikan  Gereja Nativity”, “Ini dulu synagoge rumah Imam Agung Kayafas, tempat dimana Yesus diadili dan dipenjara dan kemudian didirikan Gereja St.Peter Gallicantu (Mat 26 : 57 – 67)”, “Ini dulu tempat di mana Yesus terangkat ke surga dan kemudian didirikan Chapel of Ascension ( Kis 1 : 6 – 11)”, “Ini dulu tempat Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami (Luk 11 : 2 – 4) dan kemudian didirikan Pater Noster Church”; “Ini dulu tempat Yesus dimakamkan (Yoh 19 : 16 – 27) dan kemudian didirikan Gereja Makam Kudus”, “Ini Gereja Warta Suka Cita atau Church of Announciation ( Luk 1 : 26-38) yang dulunya tempat Maria mendapat kabar suka cita tentang kelahiran Yesus Kristus” , “Ini Gereja Kana ( Yoh 2 : 1 – 11 ) dulunya merupakan  tempat Yesus mengadakan mukjijat pertama kali dengan mengubah air menjadi anggur” dan lain-lain. Hampir semua tempat zaman Yesus Kristus yang ada di Alkitab dijadikan gereja. Di sana begitu banyak gereja tetapi orang Israel yang memandu tidak mau percaya Yesus. Mengapa? Kalau semua gereja itu hilang atau hancur apakah orang Israel di sana sedih? Mungkin sedih karena tidak ada lagi pemasukan uang karena biasanya seluruh orang di dunia datang untuk melihat tempat itu dengan menghabiskan uang mereka di sana.  Jadi seharusnya para pemandu dan orang Israel harus percaya Yesus kalau ditinjau dari untung yang mereka terima.

                Di Indonesia juga terdapat banyak gereja ,baik yang ada di ruko atau di gedung yang begitu besar. Suatu kali saya berdiri di depan gereja yang saya gembalakan dan bertanya, “Kalau suatu kali gereja ini tiba-tiba hilang, apakah penduduk di sekitar sini akan menangis dengan sedih  atau tidak?” Dengan kata lain apakah ada pengaruh bagi penduduk di sana bila gereja hilang? Seharusnya gereja menjadi kepanjangan tangan Tuhan. Jadi yang penting bukan gedung gereja yang megah atau gereja yang isinya ribuan jemaat. Tapi yang terpenting dengan hadirnya gereja di dunia, apakah lingkungan di sekitarnya melihat bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan mengasihi mereka juga.

Beberapa prinsip Alkitab agar gereja menjadi perpanjangan tangan Tuhan

1.     Dekat dengan Tuhan (rindu beribadah dan bersekutu)

          Kis 2:41  Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa Rasul Petrus berkhotbah dan orang-orang yang mendengarnya tersentuh hatinya sehingga ada 3.000 orang yang dibaptis. Saat ini seorang pendeta yang membaptis 30 orang saja badannya sudah pegal. Saat itu murid Tuhan Yesus ada 12 orang sehingga bila semuanya membaptis maka setiap murid membaptis 250 orang. Saat ini pendeta mana yang sekali berkhotbah membuat banyak orang bertobat? Di Perjanjian Lama ada nabi Yunus yang disuruh Tuhan berkhotbah di kota Niniwe. Nabi Yunus tidak rela bangsa Niniwe bertobat karena menganggap mereka jahat. Tetapi akhirnya dia pergi ke sana, karena kalau ia tidak berkhotbah maka bangsa Niniwe akan binasa. Saat ia berkhotbah ada 120.000 orang (1 kota) bertobat! Kisah ini lebih hebat dari kisah di Perjanjian Baru. Kunci pertobatan bukan  manusianya yang hebat tapi Roh Kudus yang hebat yang memakai Yunus yang ogah-ogahan untuk memberitakan Injil. Demikian juga dengan Rasul Petrus yang sebelumnya pernah menyangkal Yesus Kristus. Jadi kalau mau dipakai Tuhan, titik pertama harus mengakui bahwa kita (gereja) tidak ada apa-apanya, tetapi Tuhan yang pimpin sehingga menjadi berkat. Walau banyak orang pintar , tapi Roh Kudus yang memimpin dan menjadi berkat.

          Kis 2:42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Bertekun artinya konsentrasi (fokus). Orang yang mula-mula bertobat, rindu sekali mendengar firman Tuhan dan rindu sekali berkumpul dan memecahkan roti. Johanes (John) Calvin (1509-1564,teolog dan seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss) mengatakan istilah “memecahkan roti” pada ayat 42 artinya perjamuan kudus dan perjamuan kudus dilakukan sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus untuk mengingat bagaimana “Yesus mencintai engkau”. Jadi prinsip pertama, harus rindu bersekutu dan dekat dengan Tuhan sendiri, rindu mendengar firman Tuhan, melakukan persekutuan dan perjamuan kudus. Saat kita dekat dengan Tuhan, kita merasakan Tuhan memeluk dan menyatukan kita. Indah sekali rasanya.

          Kis 2:43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.  Takut di sini tidak diterjemahkan dalam konteks sebagai akibat melihat sesuatu yang mengerikan sehingga semua bergetar, namun takut karena kagum, takhluk, merasa tidak ada apa-apanya dan  terpesona. Mendengar lagu Hallelujah oleh George Frederick Handel (1685-1759), hati kita menjadi terharu dan tergerak luar biasa, bahkan ada yang merasa bulu kuduknya merinding karena Allah begitu luar biasa ditinggikan! Itu makna dari ketakutan di sini. Alkitab menuliskannya dengan begitu baik. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Ada 2 hal yang berbeda tentang mujizat. Ada yang berpikir “bila ada mujijat maka baru gentar dan takut pada Tuhan”, maka ada gereja yang memakai mujizat sebagai alat promosi “datanglah ke gereja, ada kesembuhan ilahi” . Sedangkan gereja injili banyak khotbah tapi sedikit mujizatnya. Ada gereja yang berpromosi “Di sini orang miskin awalnya naik sepeda, berapa bulan kemudian naik motor lalu tahun depan naik mobil”. Gereja mula-mula tidak seperti itu. Itu 2 hal yang berbeda. Mereka takut dan kagum bukan karena melihat mujizat. Mujijzt memang terjadi, tetapi sebelum terjadi mereka sudah kagum terlebih dahulu. Mereka melihat 3.000 orang bisa bertobat padahal orang-orang yang bertobat itu mungkin dulunya adalah orang-orang yang tidak benar, brengsek, malas, tidak sayang keluarga, tidak mau bayar utang, pembohong dan lain-lain, lalu mengapa mereka bisa bertobat dan berubah? Mereka kemudian rindu sekali bersekutu dan berada di bait Allah. Hal ini membuat orang banyak tidak bisa berkata-kata dan kagum. Dulu ada yang sudah dinasehati dan ditegur begitu lama tapi tidak berubah, tapi sejak Tuhan menyentuh hati mereka, mereka pun berubah! Maka semua yang menyaksikannya takut, kagum dan hormat. Setelah itu baru dikatakan, “sedang (bukan sebab ) rasul-rasul juga buat mujizat lain”.

          Sung shi mu tadi memberi tantangan, “Cucu-cucunya pada kemana? Apakah sudah bangun? Cucu saya di lantai 4 walau belum tahu apa-apa, tapi sudah bersekutu”. Cucunya memang belum tahu apa-apa namun sedang bersekutu dengan gereja Tuhan dan merasakan indahnya pelukan Tuhan di gereja ini. Semenjak kecil hidup dalam Tuhan maka semakin besar hidupnya tidak jauh dari Tuhan. Ini tantangan dari prinsip pertama, merasakan tangan Tuhan untuk kita bersekutu. Saya bersyukur dan merasa terharu kalau melihat orang tua datang dan rajin beribadah. Di gereja kami, jemaat usia indah yang datang beribadah mencapai 150 orang dan usianya 70-80 tahun. Mereka datang dengan menyeret tubuh dan ada yang dipapah untuk mendengarkan firman Tuhan. Ada juga yang sudah susah jalannya, dipapah naik namun ternyata tidak bisa mendengar dan matanya kabur! Lalu untuk apa datang ke gereja padahal tidak bisa mendengar, melihat dan berjalan? Setiap ada persekutuan dan ibadah tiap minggu, ia datang. Dalam hati saya merasa terharu sekali. Alasannya ia datang hanya satu yaitu “Saya hanya ingin bersekutu dengan saudara-saudara seiman”. BIla orang yang tidak percaya mendengarnya, maka mereka akan bertanya, “Allah macam apakah di rumah Tuhan sampai orang yang tidak mengerti dan begitu terbatas tetap  rindu dan mencariNya?” “Allahnya dahsyat sekali sehingga orang yang susah, terbatas dan menderita sakit punya niat yang kuat untuk mencari Tuhan!” Kita merasa hangat saat bersatu, bersekutu dan  mempunyai keluarga besar sehingga orang-orang akan melihat dan merasakan Tuhan di GKKK Mangga Besar.

2.     Suka berbagi.
Kis 2:44-45  Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.Gereja mula-mula mau dan rindu membagi apa yang mereka punya (berbagi apa yang sudah didapat dari Tuhan). Salah satu ciri orang yang lahir baru adalah suka memberi. Orang yang sudah bertobat dan diperbarui Tuhan tidak pelit lagi tapi suka berbagi dan bukan orang yang suka meminta-minta. Seperti pada Lukas 19:8 dikatakan “Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat." Orang yang sudah lahir baru rindu berbagi. Kita tidak perlu bicara besar, mau berbagi apa dengan orang lain. Mari cermati dari hal yang kecil. Ada orang yang saat belanja membeli sayur-sayuran (baik di depan rumah dan di pasar) sukanya tawar-menawar dengan begitu pintar. Ia mentawar terus sampai penjualnya merasa kalah dan berkata, “ya sudah ambillah”. Lalu dengan bangga dia membawa sayurnya pulang. Padahal beda harganya hanya Rp 500 tapi menawarnya hampir 30 menit! Jumlah yang tidak berarti dibanding ketika kita masuk WC umum dan membayar Rp 2.000 untuk sekali buang air. Hal ini menandakan hati yang tidak berbagi dengan orang lain.  Padahal tukang sayurnya dari subuh sudah bangun tidur lalu mengumpulkan sayur, kepanasan di siang hari hingga baunya tidak karuan di sore hari dan orang terkadang masih mau menawar gila-gilaan. Kenapa tidak sebaliknya bertanya, “Pa ini sayur satu ikat berapa?” Saat dijawab Rp 10.000 agar bisa membuat orang itu senang pembeli berkata “Rp 12.000 boleh tidak?” Membuat orang menjadi senang itu berkat. Mengapa kita tidak bisa berbagi dengan orang? Padahal di gereja sering memberi persembahan tapi untuk lingkungan apakah mereka tahu bahwa kita orang yang suka berbagi atau tidak. Jadi suatu kali bila orang di gereja hilang karena diangkat Tuhan, apakah tukang sayur tidak peduli dan berkata, “Syukurin!” Kalau orangnya pelit, tidak ada yang sedih dan menangis saat dia tiada. Mari kita beraksi sebelum FPI datang baru kita bagi-bagi sembako, karena itu berarti sudah telat. Gereja mula-mula tidak begitu. Gereja mula-mula suka berbagi dan memberi. Sehingga semua orang senang.

3.    Bergaul dengan masyarakat dan menjadi berkat
Kis 2:46  Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati. Bagian 1 dari ayat 46 dikatakan “mereka berkumpul di dalam bait Allah”, sedangkan pada bagian 2 dikatakan “mereka pulang ke rumah masing-masing memecahkan roti”.  Memecahkan roti pada ayat 46b dengan ayat 42 berbeda. John Calvin mengatakan bahwa memecahkan roti pada ayat 42 merupakan perjamuan kudus karena dilakukan di rumah Tuhan. Sedangkan pada ayat 46b bukan perjamuan kudus tapi perjamuan kasih dan persekutuan di rumah masing-masing. Hal ini berarti kalau kita mau menjadi perpanjangan tangan Tuhan maka kita tidak hanya merasa sukacita di gereja saja, tetapi kita juga pulang ke rumah masing-masing dengan membawa suka-cita dan bersekutu dalam keluarga kita. Jadi ada keseimbangan di dalam dan di luar gereja. Ini yang seringkali orang Kristen tidak memperhatikannya. Ada yang sibuk sekali melayani di gereja sehingga keluarga di rumah ditelantarkan dan tetangga dilupakan. Seorang majelis gereja mengatakan “Papa saya sudah berusia 78 tahun dan sampai hari ini tidak mau percaya Tuhan Yesus karena ia merasa ragu. Ia melihat anak-anaknya semenjak kecil, remaja, pemuda dan dewasa rajin ke gereja sampai tidak ada waktu untuk papa dan mamanya. Jadi mereka merasa gereja telah merebut anak-anaknya. Ia merasa gereja tidak memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan keluarganya. Saat keluarga mau berkumpul tidak bisa karena ada rapat dan pelayanan di gereja.  Sampai papanya bertanya, ‘kamu anak gereja atau anak saya?’ Ingat bahwa kamu masih punya orang tua!”. Gereja sering terjebak dengan kesibukan yang tidak jelas. Gereja sepertinya tidak bisa melihat kalender merah kosong. Begitu ada tanggal merah lalu dibuat berbagai acara dan dibagi antara komisi anak, remaja, pemuda dan dewasa. Bahkan pendeta di gereja tidak punya waktu untuk keluarga hingga istri sang pendeta berbicara, “Saya senang kalau suami saya berkhotbah dan saya duduk dengan tenang. Tapi saya tidak senang kalau ia turun dari mimbar selesai khotbah. Karena kalau ia sedang khotbah berarti ia sedang bicara dengan saya, ada waktu untuk bicara dengan saya dan jemaat. Tapi begitu pulang ke rumah sulit bicara karena tidak ada waktu.” Suatu kali ada 2 orang anak pendeta yang sudah dewasa datang ke gereja dan sengaja masuk lewat pintu depan dengan berpakaian rapi. Lalu mereka berkata dengan sopan, “Permisi. Boleh kami bertemu dengan pendeta?” Oleh pekerja gereja dijawab,”Kamu kan anaknya mengapa harus permisi?’ Akhirnya mereka diantar ke ruang pendeta. Mereka tidak langsung masuk namun mengetuk pintu terlebih dahulu. Begitu masuk, keduanya berkata, “Pak Pendeta kami berdua mau konseling karena papa kami tidak punya waktu di rumah. Kalau kami mau mengajaknya berbicara tidak bisa karena papa kami sangat sibuk. Sehingga kami harus memakai status sebagai jemaat baru bisa untuk bicara dengan papa.” Mendengar itu, papanya menangis. Kita seringkali terlalu sibuk dengan segala urusan pelayanan di gereja dan tidak menyeimbangkan antara kepentingan keluarga, pekerjaan dan gereja. Sehingga orang-orang di sekitarnya tidak merasa Tuhan itu baik dan mau menolong mereka. Mereka merasa tangan Tuhan hanya melingkari pagar gereja dan sampai di sana saja. TanganNya tidak menjangkau rumah, keluarga dan masyarakat. Padahal pada ayat 47  dikatakan “sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan” Itulah gereja mula-mula.

Penutup

                Jemaat gereja mula-mula disukai semua orang. Jemaatnya diberkati dan tiap hari ditambahkan jumlahnya karena mereka bersekutu begitu dekat dengan Tuhan dan mereka punya semangat berbagi dengan orang lain. Mereka keluar dan bergaul dengan masyarakat dan menjadi berkat dan semua orang di sekelilingnya suka dengan mereka sehingga Tuhan memberkati dan menambah jumlahnya. Tuhan kita paling tahu tentang kita. Tuhan paling tahu gerejaNya. Tuhan paling tahu gereja mana yang paling siap dititipi domba-dombaNya. Kalau kita berdoa, “Tuhan tolong tambahkan jiwa untuk mengisi banyak bangku yang kosong.” Doa seperti ini tidak salah, tetapi pertanyaan balik dari Tuhan,”Apa kamu sudah siap kalau Aku tambahkan jemaat?” Tuhan sayang sekali dengan domba-dombaNya. Ia tidak mau domba yang dititipinya kemudian disakiti, diacuhkan dan mendapat masalah-masalah.  Jadi kita harus berdoa dan menyiapkan diri dengan baik. Bila kita jadi gereja yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan,  maka gereja akan dibangunkan luar biasa. Kiranya Tuhan memakai GKKK Mabes.


Tuesday, June 23, 2015

Tantangan Gereja atas Ajaran Sesat


Pdt. Jois Efendi

Matius 7:15-23
15  "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
16  Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
18  Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
19  Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
20  Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
22  Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23  Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Pendahuluan

                Kekristenan saat ini berkembang di sebuah lingkungan yang tidak mudah, karena jumlah penganutnya relatif sedikit (kaum minoritas) dan adanya orang-orang yang berusaha menekan (cukup banyak orang Kristen dianiaya, mengalami penindasan bahkan dikucilkan dalam lingkungannya). Itu adalah kondisi luar kekristenan. Di samping itu saat ini kekristenan juga mengalami serangan dari dalam. Banyak hamba Tuhan yang sengaja mengajarkan hal yang keliru (menyesatkan). Mereka mengutip ayat-ayat Alkitab dan menyitirnya untuk mencari keuntungan sendiri. Kekristenan dan gereja saat ini sedang menghadapi ajaran-ajaran yang sepertinya benar tetapi sebenarnya sesat. Ibarat sekarang ini banyak barang palsu seperti beras plastik, tas KW (tidak original, palsu) dll.

Latar Belakang Masuknya Ajaran Sesat  

                Ketika orang memalsukan sesuatu pasti ada motif (tujuan) tertentu dibaliknya. Yang pertama, mereka memiliki kepentingan pribadi (ada kepentingan yang ingin mereka tuju). Ada  juga karena harganya mahal sehingga barangnya dipalsukan agar bisa terjangkau khalayak kebanyakan. Sehingga muncullah tas KW dan sebagainya. Banyak juga orang yang ingin tampil cantik sehingga menjalani operasi plastik. Hidung yang pesek dimancungkan. Padahal hidung adalah sesuatu yang baik yang Tuhan berikan kepada kita. Tetapi seringkali kita menganggap Tuhan tidak baik, dan ingin hidung kita lebih mancung lagi. Hal-hal seperti Ini membuat kita tidak waspada akan ajaran sesat yang kemudian masuk dalam hidup kita. Kita menganggap ajaran sesat adalah hal yang biasa. Ajaran sesat dianggap biasa seperti barang palsu.

Ajaran Sesat dan hamba Tuhan Palsu

                Ajaran Yesus bukanlah ajaran sesat. Siapa yang memberikan ajaran yang berbeda dengan ajaran Tuhan Yesus bisa sesat dan menyesatkan. Kita harus berhati-hati dalam menerima ajaran yang diberikan oleh orang yang tidak siap dan mengajarkannya secara keliru karena kita bisa tersesat. Seperti apa yang dikatakan pada Matius 7:15  "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Saat ini sudah banyak ajaran yang menyesatkan dan palsu. Kita sulit membedakan ajaran dan pendeta yang palsu dengan yang sejati (benar). Kalau ada orang yang memakai jas dan dasi lalu berbicara di mimbar, ia bukanlah seorang pendeta yang benar kalau ia tidak mengajarkan Alkitab. Jadi jangan katakan pendeta ini luar biasa ajarannya karena penampilannya padahal ajarannya menyimpang. Domba dengan serigala mudah dibedakan dari penampilan luarnya, tetapi pengajar sesat biasanya tidak tampil seperti serigala. Mereka seringkali datang seperti domba yang sepertinya tidak punya masalah. Bisa jadi mereka mengatakan, “Tuhan memberkatimu” dan mereka bisa berlaku baik tetapi belum tentu dia adalah seorang pengajar yang baik dan pendeta yang benar. Seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus bahwa  kita harus berhati-hati karena mereka bisa saja menarik kita dengan apa yang mereka tampilkan tetapi bukan apa yang dimau oleh Tuhan Yesus seperti yang ditulis dalam Alkitab.

Cara Mengenali Ajaran Sesat

                Matius 7:16  Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Maksudnya Tuhan Yesus adalah ketika kita mau memetik buah anggur harusnya dari pohon anggur bukan dari semak belukar. Tetapi di sini orang bisa mengeluarkan sesuatu yang “benar” tetapi bukan berdasarkan firman Tuhan.  Mat 7:17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Yohanes 15:1-2 1  "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.  Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Maksudnya “membersihkan pohon anggur” adalah membersihkan kita dari pandangan dan tradisi yang salah dalam hidup kita. Misalnya walau sudah percaya kepada Tuhan Yesus, saat mengadakan pernikahan anak mencari-cari hari dan bulan yang “baik”. Misalnya ada yang beranggapan bahwa waktunya harus bulan Mei karena menganggap bulan Mei itu adalah bulan yang baik dan tidak boleh diadakan pada bulan Juli atau Oktober tanpa diketahui alasannya. Dalam tradisi Jawa juga dilakukan seperti itu. Anaknya mau menikah yang ribut orang tuanya. Kalau mau diadakan hari Sabtu, dikatakan jangan karena semua orang keluar rumah sehingga nantinya tidak ada yang datang di resepsi pernikahannya. Hari Sabtu dianggap bukan hari yang baik karena lebih percaya tradisi dan keyakinan lama sehingga mereka tidak bisa memberikan  ajaran yang benar. Dan kalau masih menganggap seperti itu, kita perlu belajar lagi firman Tuhan. Tidak ada hari yang tidak baik, dari hari Senin sampai hari Minggu. Tetapi kalau menganggap hari yang baik adalah hari Sabtu saja, maka kita masih percaya pada tradisi, dan jangan-jangan kita berada dalam ajaran sesat. Kita tidak usah bicara tentang saksi Yehova, Mormonisme atau ajaran sesat lainnya. Karena jika kita memegang tradisi yang keliru, itu sama saja. Jadi firman Tuhan mengatakan  bahwa ketika kita mau belajar dan menghalau ajaran sesat kita harus melihat buahnya. Kalau ada hamba Tuhan yang berkata, “Kasihilah orang lain” tetapi dalam hidupnya tidak ada kasih maka jangan-jangan ia hanya bisa bicara saja dan itu bukan dimaui oleh Tuhan Yesus. Jadi dari buahnya kita bisa mengerti mana ajaran yang sesat.

Akibat Ajaran Sesat

Kalau kita ingin mengetahui ajaran sesat kita perlu mengenali karakteristik dan akibatnya yakni :

1.     Ajaran sesat bisa membuat perpecahan, karena masing-masing ingin mempertahankan ajarannya sebagai ajaran yang benar. Bila ada yang mengatakan “ajaranmu keliru dan perlu belajar” itu bisa berarti jangan-jangan ia sedang mengajarkan ajaran sesat. Karena di dalam Alkitab, tidak ada yang mengajarkan bahwa kita harus berpisah tetapi kita harus bersatu agar kita bisa melakukan apa yang Tuhan inginkan.
2.     Ajaran sesat itu tidak ada gunanya. Sepertinya baik tetapi membawa kehancuran.  Kita jangan bilang orang lain sesat. Mari lihat diri kita sendiri. Jangan-jangan kita bilang orang lain sesat namun kita masih tidak percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi lebih percaya kepada tradisi-tradisi. Beberapa waktu lalu, Tuhan memberi berkat sehingga kami membuat rumah kecil. Lalu developer (pengembang perumahan) memberitahukan bahwa pintu depan dan pintu belakang tidak boleh segaris letaknya.  Bila memasangnya segaris maka berkatnya akan lalu (hilang) begitu saja. Saya pun membuat rumah saya sesuai dengan arahan developer. Masalahnya bukan saya mengikuti feng sui sehingga berkatnya mengalir. Karena kalau lebih percaya hal seperti itu daripada Yesus Kristus berarti kita masih dalam ajaran sesat.

Definisi Sesat

                Definisi sesat adalah bila seseorang tidak percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ajaran yang tidak mengakui Yesus sebagai satu-satunya jalan itu pasti ajaran sesat, karena Yesus adalah satu-satunya jalan. Pada Matius 14:6  Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Walau orangnya baik sekali, suka memberi sumbangan tetapi kalau tidak percaya Tuhan Yesus atau tidak mempercayai Yesus satu-satunya jalan, maka ia tidak akan mendapat keselamatan. Kalau tidak percaya, buktikan saja sendiri karena nanti ia akan masuk ke dalam neraka. Orang yang sudah matang akan menghasilkan buah yang baik dan siap bertemu Tuhan Yesus. Bukan berarti saya mengharapkan cepat mati , tetapi kita harus berhati-hati dan saat tua kita tidak masuk ke dalam ajaran sesat. Karena itu berbahaya sehingga kita perlu mengatasinya agar di masa tua kita tetap memegang ajaran yang benar. Jadi selama hidup sampai saat ini kita tidak hidup sia-sia. 

Cara Mengatasi Ajaran Sesat

1.     Waspada. Kita harus tetap waspada setiap saat. Biasanya kalau sudah menua, manusia suka lupa (pikun). Saat mendengar atau membaca firman Tuhan ketiduran. Kalau ketiduran saat mendengar khotbah maka firman Tuhan yang didengar akan sepotong-potong dan itu membahayakan! Pada ayat 15 Tuhan Yesus mengatakan,”Waspadalah!” Mungkin kita mengatakan “Tidak apa-apa sebentar lagi, saya akan mati” atau “hal itu kecil karena aku sudah mengerti dan selama  52 minggu saya tidak pernah absen ke gereja sehingga diberi predikat jemaat yang setia”, namun apakah menjamin kita tidak terserang ajaran sesat? Bisa saja kita lebih yakin terhadap ajaran kita sendiri (menganggap aku sudah benar atau aku sudah tua, kamu masih muda tahu apa?) sehingga hal itu bisa dipakai iblis untuk menjatuhkan kita. Seperti dikatakan pada ayat 21, Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Ada orang yang selalu datang ke gereja dan ia menyebut “Tuhan,Tuhan” tetapi saat pulang sudah lupa (Tuhan itu di gereja, kalau di rumah aku Tuhannya karena aku adalah orang tua). Oleh karena itu kita perlu hati-hati. Yang ditekankan Allah di sini , “dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”.

2.     Membangun hubungan yang erat bersama Tuhan. Saya punya nenek. Setiap hari ia selalu membaca Alkitab. Meskipun ia membaca sore hari dan aminnya pagi hari karena ketiduran. Itu lebih baik dari pada tidak sama sekali. Tugas melakukan firman Tuhan dalam hidup berlaku untuk semua usia. Kalau Tuhan katakan harus waspada maka kita harus waspada terhadap ajaran sesat. Kita juga perlu memperhatikan ajaran yang diajarkan ke anak-anak. Jangan mengajarkan sesuatu yang tidak kita tahu lalu kita katakan “tidak baik untuk dilakukan.” Misalnya kita mengatakan “tidak baik harinya” tanpa mengetahui alasannya. Itu menunjukkan kita tidak percaya terhadap pemeliharaan Tuhan. Setiap orang yang tidak percaya atas pemeliharaan Tuhan dan kepada Tuhan, bisa dikategorikan sebagai pengikut ajaran sesat. Di sini Tuhan Yesus mengatakan banyak orang yaitu hamba Tuhan yang sudah banyak berkhotbah , bernubuat dan mengadakan mujizat tapi Tuhan tidak mengenalinya karena dia tidak mempunyai hubungan dengan Tuhan. Mari milikilah hubungan yang baik dengan Tuhan dan bacalah firman Tuhan. Inilah kebenaran yang kita miliki dan bukan catatan-catatan dan buku-buku yang lain atau tradisi-tradisi yang dimiliki tetapi kembali kepada Allah kita

3.     Terus belajar. Jangan mengatakan, “Aku sudah tua dan tidak perlu belajar karena sudah tahu semuanya.” Rencanakan untuk terus membaca firman Tuhan walaupun sudah lelah. Karena disitulah dasarnya dan bukan ajaran orang lain , apa yang kita pikirkan, tradisi, uang atau tampilan fisik kita tetapi pemahaman Alkitab dan hubungan baik dengan Tuhan.


Tuesday, June 16, 2015

Gimana Nih Tuhan?? (Providensia Allah)


Pdt. Karyanto Gunawan

Roma 8:28-30
28  Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
29  Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.
30  Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.

Pendahuluan

                Pada waktu Tuhan memerintahkan Yunus untuk pergi ke Niniwe, Yunus tidak mau karena ia merasa bangsa Niniwe adalah musuh dari bangsa Israel. Ia ingin bangsa Niniwe dihukum oleh Tuhan. Jadi ia pergi ke tempat lain. Lalu badai datang dan membuat semua orang di kapal ketakutan. Kapten (nahkoda) kapal berkata, “Pasti ada orang yang berbuat dosa di atas kapal.” Dibuanglah undi untuk menemukannya dan akhirnya didapati Yunus. Yunus pun kemudian dilemparkan ke dalam laut. Saat itu ada ikan besar menelannya, membawanya sampai ke tepian pantai dan memuntahkan Yunus dari perutnya. Peristiwa ini kebetulan atau tidak? Adakah pengontrolan (pengendalian) Allah dalam diri Yunus? Bila anak Tuhan kecopetan apakah kebetulan atau tidak?  Atau bisa juga, saat ada niat hati mau melayani Tuhan namun dalam perjalanan ke gereja , ia terpeleset sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Apakah kebetulan atau ada campur tangan Tuhan?
                Berikut salah satu cerita yang ada di antara ke-33 Buku Seri Selamat yang ditulis oleh Pdt. Emeritus Andar Ismail. Di Tiongkok ada kisah tentang seorang ibu yang menderita sakit dan meminta anaknya untuk mengambil obat di sebuah rumah sakit yang dikelola oleh misionaris. Letak rumah sakit tersebut jauh dan harus dicapai dengan berjalan kaki. Setelah berjalan jauh, sampailah sang anak di rumah sakit dan mengambil obat. Lalu dengan senang hati ia berlari secepatnya pulang untuk dapat memberikan obat tersebut ke mamanya. Namun di tengah jalan, ia tersandung  batu sehingga jatuh dan botol obat yang dibawanya pecah dan isinya tumpah. Karena sudah jauh dari rumah sakit dan hari sudah gelap, maka ia putuskan untuk tidak kembali ke rumah sakit. Ia memilih untuk kembali ke rumahnya untuk menjumpai mamanya karena ia kuatir terjadi sesuatu dengan mamanya,. Sementara itu di rumah sakit , staf rumah sakit kuatir karena salah memberikan obat (bukan obat yang diberikan tapi bahan kimia yang bila dikonsumsi bisa berakibat fatal). Kemudian dokter misionaris yang mengelola rumah sakit itu membuat keputusan. Karena cuaca sudah gelap, maka percuma mengejar si anak tersebut sehingga kemudian ia memimpin stafnya untuk berdoa. Mereka pun berdoa dan ternyata kemudian si anak terjatuh dan “obat” tersebut tumpah. Apakah hal ini kebetulankah atau ada campur tangan Tuhan?
               Kita belajar teologia untuk mejadi berkat bagi sesama, memberi damai, sejahtera, penghiburan di tengah dunia yang tidak menentu. Saat mengenal Bapa Surgawi, kita seharusnya memberi damai sejahtera kepada orang lainnya. Istri saya bukan lulusan sekolah teologia tapi saya merasa imannya lebih kokoh dari saya yang belajar teologia. Hal ini serupa dengan yang dialami Martin Luther (1483-1546) yang mencetuskan reformasi dan menulis lagu “Allah Sebagai Benteng Kukuh”. Karena mendapat tekanan dan kesulitan dari berbagai pihak, ia mengalami kegelisahan. Selama tiga hari, Martin Luther terpuruk dalam depresi berat karena besarnya masalah yang sedang dihadapinya. Pada hari yang ketiga, istrinya turun dari tangga dengan menggunakan pakaian perkabungan. “Siapa yang mati?” tanya Martin Luther kepada istrinya. “Tuhan”, jawabnya. Luther menegurnya dan berkata, “Apa yang kau katakan, Tuhan mati? Tuhan tidak pernah mati” “Baik”, jawabnya. “Tapi melihat caramu bersikap, aku yakin Dia sudah mati” Istri Martin Luther adalah orang awam namun  sang istri lah yang  mengingatkan suami, bahwa “Allahmu masih hidup. Mengapa engkau hidup begitu kuatir?” Jadi kalau kita ke gereja belajar teologia, membaca buku-buku Kristen, tujuannya Allah ingin memberkati kita, kita hidup dalam damai sejahatera dan hidup dalam kemenangan (hal ini berbeda dengan orang yang belum percaya).

Providensia Allah

                Seorang siswa sekolah tidak mungkin belajar tentang dalil Pythagoras (c2 = a2 + b2) sebelum ia mengerti fungsi “kali” dan “bagi” dan sebelumnya lagi ia harus trampil menggunakan fungsi “tambah” dan “kurang”. Demikian pula dengan doktrin “Providensia Allah”. Untuk mempelajarinya harus belajar doktrin tentang “kodrat Allah” (yang maha kuasa dan maha kasih). Setelah memahami kodrat Allah sebagai pilarnya,  baru terbangunlah suatu pengertian yang kokoh tentang providensia Allah, kalau tidak kita bisa bingung.  Tentu semua doktrin tidak bisa menjawab 100% pertanyaan-pertanyaan di atas. Di mana letak kejahatan  / dosa dalam doktrin providensia Allah? Jawabannya sudah ada, tapi diberi peluang bagi orang-orang yang bergumul. Nanti bagi orang yang ingin jawaban sempurna agar hiduplah dalam Yesus Kristus sehingga saat meninggal dan bertemu Bapa di sorga dapat bertanya, “Saya belum mengerti mengenai hal ini di dunia sewaktu belajar , tolong jelaskan sehingga semuanya jadi jelas.”

                Definisi Providensia (‘Providence’) di dalam kamus bahasa Inggris berarti ‘pemeliharaan baik’ atau ‘pemeliharaan Tuhan Allah’. Dalam doktrin Kristen, definisi ini terlalu singkat (tidak  menjelaskan). Dalam istilah teologi providensia berarti pelaksanaan yang tidak mungkin gagal dari Rencana Allah atau pemerintahan / pengaturan terhadap segala sesuatu sehingga Rencana Allah terlaksana. Dengan kata lain providensia adalah kelanjutan dari kreasi Allah dan menegaskan bahwa Allah tetap aktif, operatif, partisipatif mengendalikan segenap ciptaan-Nya. Providensia adalah akibat logis dari creatio dan adalah tindakan Allah yang menghubungkan creatio  dengan eskaton (sasaran akhir yaitu ciptaan baru)
Sebagai ciptaanNya, kita merasa terhibur dengan definisi itu  di tengah dunia yang penuh kejahatan. Contoh yang sedang dibicarakan adalah berita tentang meninggalnya seorang anak berusia 8 tahun, Angeline. Dahulu ia pergi ke sekolah dengan tubuh bau, letih lesu karena belum sarapan dan nilai rapotnya menjadi rendah. Banyak hal yang jahat di dunia ini. Kalau Tuhan tidak mengendalikan segala sesuatu betapa mengerikannya dunia ini. Hal ini juga dinyatakan dalam votum yakni  “Pertolongan kita adalah di dalam nama Tuhan yang menciptakan langit dan bumi yang kasih setia-Nya kekal selama-lamanya dan yang tidak meninggalkan pekerjaan tangan-Nya. Kasih karunia dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus serta persekutuan Roh Kudus menyertai kita, amin.”. Liturgi bukanlah hal yang sepele. Ada nilai yang bila diucapkan dan dihayati akan menjadi berkat dalam hidup kita.
Doktrin providensia, menolak pemahaman bahwa Allah seperti tukang jam. Dulu jam tidak memakai batere tapi menggunakan cara diputar untuk menjalankannya sampai jarum jamnya berhenti berdetak lalu engkolnya diputar kembali sehingga jam dapat berfungsi lagi. Menurut pemahaman ini, Allah menciptakan segala ciptaanNya dengan sistem dan hukum alam lalu Allah “ongkang-ongkang” kaki dan membiarkan ciptaanNya berjalan dengan apa yang Tuhan ciptakan. Hal ini berbeda dengan doktrin providential di mana Allah menciptakan dan mempunyai tujuan akhir untuk orang-orang yang ditebusnya dan dari penciptaanNya sampai akhir nanti, Allah terus bekerja.

Pemeliharaan Allah menurut Katekismus Heidelberg (1563)

                Pada tahun 1562 dua teolog muda anggota panitia, yaitu Zacharius Ursinus dan Caspar Olevianus menyusun rancangannya, kemudian pada awal 1563 disahkan oleh Sinode Gereja daerah Pfalz. Tidak mudah menyusun katekismus pada saat itu. Sewaktu dulu saya membantu Prof. Dr. Jacob Elfinus (JE) Sahetapy, S.H., M.A. (lahir di Saparua, Maluku, 6 Juni 1932; 83 tahun) ternyata ia bisa mengetik tanpa salah karena bila salah harus mengulangnya kembali. Pdt Parman yang melayani di Papua, kalau berlibur ia membawa mesin tik kecil kemana pun dan sekarang sudah memakai laptop yang ringan sekali. Tetapi orang-orang pada abad 16 bisa menghasilkan karya yang sangat penting yang sampai abad 21 masih dipelajari. Salah satunya adalah katekismus (bahasa Yunani:κατηχητικός) adalah suatu ringkasan atau uraian dari doktrin yang umum digunakan dalam pengajaran agama Kristen (katekisasi), baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Katekismus adalah petunjuk doktrin yang seringkali berbentuk tanya-jawab (diberi nomor urut) untuk dihafalkan.  Katekismus Protestan di antaranya Katekismus Heidelberg, Katekismus Westminster,  Katekismus Reformasi lainnya dan Katekismus Anglikan).  Pada nomor 27 ada pertanyaan : Apa itu 'pemeliharaan Allah' menurut Saudara? Jawab : Kodrat Allah yang mahakuasa, yang hadir di segala tempat (Yoh 5:17), yang dipakai-Nya  untuk memelihara langit dan bumi serta semua makhluk seakan-akan dengan tangan-Nya sendiri, dan memerintahnya (Maz 104:30), sehingga daun dan rumput, hujan dan kemarau (Yer 5:24), masa kelimpahan dan kekurangan, makanan dan minuman, sehat dan sakit (Yoh 9:3), kekayaan dan kemiskinan (Ams 22:2), dan segala hal, tidak terjadi secara kebetulan, tetapi datang dari tangan Bapa (Mat 10:29).
Menurut ilmu pengetahuan yang terus berkembang dikatakan “Jangan banyak makan yang mengandung minyak dan gula.” Namun demikian saya tetap makan  karena tiak bisa mengendalikan diri sehingga sakit. Di sini tidak bisa dikatakan bahwa ini adalah kehendak dan pemeliharaan Allah. Di satu sisi Allah mengontrol dan sisi lainnya ia memberitahukan melalkui kitab suci dan ilmu pengetahuan sehingga anak Tuhan diminta hidup bertanggung jawab kepada penciptaNya. Kalau tahu jalan di malam hari berbahaya karena ada banyak begal tapi tanpa  adanya keperluan mendesak  dan hanya karena ingin jalan-jalan lalu keluar malam hari dan terjadi musibah, maka ini bukanlah kehendak Allah. Kita juga menolak pandangan “itu nasibmu”. Kita percaya ada kemurahan Allah. Kasih sayang Tuhan yang mengendalikan hidup kita dalam ketidaktaatan kita, ia mengasihi kita. Ia berkuasa dan mengendalikan hidup kita. Sehingga rencanaNya dalam hidup kita tidak mungkin gagal.

Pertanyaan 28. Apakah gunanya kita mengetahui, bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dan tetap menjaganya dalam pemeliharaan-Nya?
Jawab. Berkat pengetahuan itu, kita dapat bersabar di tengah segala kesusahan (Rom 5:3), dan bersyukur dalam kelimpahan (1 Tes 5:18), dan dalam segala hal, kita menaruh kepercayaan penuh kepada Allah dan Bapa kita yang setia itu (Maz 55:23), bahwa tidak satu makhluk pun akan dapat menceraikan kita dari kasih-Nya (Roma 8:38-39), sebab semua makhluk berada di tangan-Nya, sehingga mereka tidak dapat bergerak setapak pun melawan kehendak-Nya (Ams 21:1).

Anak saya yang kecil berbeda raut wajahnya dengan orang tua dan kakaknya sehingga teman saya yang melihatnya bertanya, “Yang ini anak siapa?” Dan saya hanya berkata “Ini cucu saya.” Saat anak kita naik kelas dari kelas satu sampai kelas enam SD hingga lulus. Jangan dikira hal itu sudah seharusnya seperti itu. Kalau Tuhan tidak memelihara , menopang dan memberi kesehatan apakah ia bisa lulus? Waktu kelas 3 SD, temannya terserang virus di otaknya dan baru 2 tahun kemudian sembuh. Hal-hal rutin seperti bangun tidur, menggerakkan tangan, bernapas, memindahkan kaki jangan dikira itu sudah seharusnya. Itu semata karena kemurahan Tuhan yang memberikannya kepada kita. Dalam doktrin Kristen, Alkitab mengajarkan kita bersyukur karena segala hal (termasuk saat sehat dan sakit). Kesengsaraan dan penganiayaan bisa memisahkan kasih Kristus dari kita? Tidak. Kita bisa membaca kisah hamba Tuhan yang menderita di penjara dan disiksa fisiknya namun mereka tetap tabah karena mereka tahu bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu. Tidak ada satu hal yang terjadi di luar kendali Tuhan. Saya sangat rindu setiap kita termasuk saya yang menggeluti teologi, karyawan , ibu rumah tangga, dokter dsbnya memahami doktrin ini, sehingga hidup kita diliputi damai sejahatera yang luar biasa.

Prinsip-Prinsip Teologis Penopang Doktrin Providensia

1. Rencana Allah sudah ada dalam kekekalan
2. Pelaksanaan rencana Allah tak mungkin gagal
-> Maha kuasa
-> Maha hadir(tidak ada tempat di mana Dia tidak ada)
-> Maha kasih (rancanganNya damai sejahtera)
-> Maha kudus/Mahaadil (Dialah terang , tidak ada kegelapan)
-> Maha tahu/Mahabijak (Allah tidak punya andil dalam dosa)
-> Maha berdaulat
Banyak orang tua yang diajak diskusi saat tahun ajaran baru, tidak jelas mau memasukkan anaknya ke mana. Itulah manusia, tidak jelas. Allah tidak seperti manusia yang tidak jelas, Ia jelas dari awal, Maksud tujuannya pasti terlaksana. Ia pilih, panggil, nmenuntun kita sampai akhir. Providensia, konklusi logis dari belajar tentang Allah.
Kalimat “Allah turut bekerja” terkadang disalah-mengerti seakan Allah sebagai asisten (bantu-bantu) tetapi kalimat itu mengindikasikan Allah itu sendiri sebagai inisiator. Allah tidak hanya ikut-ikutan bekerja. Allah inisiator yang mengontrol, memonitor dan menguasai sejarah.

Seharusnya orang yang belajar teologia, hidupnya bisa lebih rendah hati karena ketika melihat sejarah hidup sampai sekarang kita sadar, “Ini semua karena kemurahan Allah” sehingga kita menjadi rendah hati dan bersyukur. Kalau tidak belajar, kita menganggap semuanya merupakan perjuangan dan usaha saya bertahun-tahun. Pada Roma 8:28 (Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah), Allah adalah inisiator yang menguasai dan memonitor. Semua pelajaran tentang Allah, belajar tentang penghakiman. Ada yang direncanakan dan diijinkan Allah terjadi karena Allah ingin mengajarkan sesuatu kepada diri orang itu atau diri orang lain. Allah tidak pernah menginginkan manusia mencuri, tetapi banyak pencurian dengan status Allah mengijinkan terjadi tetapi bukan kehendak Allah. Ada  pencuri yang dipukuli massa , masuk penjara lalu bertobat dan dipakai Tuhan. Ada juga tukang judi yang harta bendanya habis, jatuh miskin, bangkrut lalu jadi anak Tuhan. Itu semua kendali Tuhan bagi anak-anakNya. Tuhan kadang mengijinkan saat orang berontak terhadap kehendak Allah. Semua yang dibiarkan Allah dalam kendali dan kuasa Tuhan.

Dalam kitab Roma awal dikatakan “Tuhan membiarkan”. Kalimat ini mengerikan. Kalau kita berkubang dalam dosa dan tidak mengalami apa-apa, jangan merasa sukacita! Tuhan membiarkan dan Tuhan masih mengingatkan kita. Tuhan Allah turut bekerja dalam segala sesuatu bukan saja dalam keadaan kita sehat,  tapi juga dalam segala keadaan yang menimpa hidup kita.
Ada ajaran yang mengatakan , “kalau jadi anak Tuhan hidupnya harus berkelimpahan dan sukses. Tidak ada tempat bagi penderitaan dan sakit.” Padahal Alkitab berkata, “Allah turut bekerja dalam segala hal” Waktu sehat dan sakit Allah memimpin segala sesuaatu untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap kita yang mengasihi Dia.  Tujuan akhirnya rancangan damai sejahtera dan kebaikan, caranya bisa bermacam-macam. Setiap kita yang mengasihi Tuhan belajar percaya dan  hidup mengasihi Tuhan untuk mendatangkan kebaikan.


Monday, June 8, 2015

Gereja dalam Abad Kegelapan

(Masalah Pengajaran dan Moral)


Pdt. Hery Kwok

Kis 8:1-3
1  Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.
2  Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat.
3  Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.

Wahyu 2:18-26
18  "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga:
19  Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama.
20  Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
21  Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya.
22  Lihatlah, Aku akan melemparkan dia ke atas ranjang orang sakit dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan itu.
23  Dan anak-anaknya akan Kumatikan dan semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah yang menguji batin dan hati orang, dan bahwa Aku akan membalaskan kepada kamu setiap orang menurut perbuatannya.
24  Tetapi kepada kamu, yaitu orang-orang lain di Tiatira, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang tidak menyelidiki apa yang mereka sebut seluk-beluk Iblis, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu.
25  Tetapi apa yang ada padamu, peganglah itu sampai Aku datang.
26  Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa;

Pendahuluan

Mana yang kita pilih :
1.     Gereja yang dipimpin oleh hamba Tuhan yang pengajarannya baik / kuat (Alkitabiah) tapi hidupnya jelek (moralnya tidak baik). Misal : hamba Tuhannya dapat memahami seluruh kitab dari Alkitab dan seorang pengajar yang secara ketat luar biasa memberi pengajaran firman Tuhan yang baik dan hal ini merupakan kekuatannya. Namun di sisi lain  ia juga seorang hamba Tuhan yang memakai (menggelapkan / mengkorupsi) uang gereja, hidup dalam perzinahan, meminjam uang dan melakukan gosip ke sana-sini (mulutnya tidak bisa dipercaya). Orang ini seperti ahli Taurat dan orang Farisi di mana Tuhan Yesus mengatakan,  "Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya (Matius 23:3).
2.     Gereja yang dipimpin oleh hamba Tuhan yang pengajarannya tidak kuat/baik (tidak Alkitabiah) tapi hidupnya baik (moralnya baik). Ia tidak Alkitabiah (bukan orang yang bisa memberi pengetahuan firman Tuhan dengan baik). Intelektualnya mungkin rendah tetapi hidup dan moralnya baik. Bahkan ia rajin berdoa dan justru banyak memberi persembahan untuk gereja. 
Kedua pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kedua ekstrim tersebut dapat dijumpai saat ini.

Ada sebuah pernyataan dari proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno (1901 – 1970) yang harus diketahui (dipahami) oleh rakyat Indonesia dari remaja sampai tua. Ia pernah berbicara dengan perkataan yang lantang dan kuat, "Jangan sekali-kali melupakan sejarah karena bangsa yang besar ialah bangsa yang mengetahui tentang sejarahnya dan menghargai jasa para pahlawannya". Hal ini menunjukkan sejarah itu sangat penting bagi Bung Karno. Pernyataan ini sangat hebat. Tanpa mengetahui sejarah, maka bangsa Indonesia akan berjalan dalam keadaan kacau dan rakyat tidak memahami tujuan negara Indonesia dibangun. Hal ini menyebabkan timbulnya permasalahan sehingga kita sering berbicara tentang integrasi karena adanya benih-benih perpecahan dalam bangsa kita yang tidak memahami sejarah bangsa ini. Namun banyak anak-anak yang sekarang tidak mengetahui sejarah sehingga saat ditanya, “Tahu tidak tokoh bangsa kita?” dijawab tidak tahu. Hal ini tidak mengherankan karena cara mengajar pelajaran sejarah kurang menarik. Guru sejarah mengajar hanya dengan cara bertanya,”Kapan perang Diponegoro?” (jawabannya : 1825-1830) “Kapan Raden Ajeng Kartini lahir?” (jawabannya : 21 April 1879) dan lain-lain.  Jadi sejarah dipelajari dengan cara dihapalkan saja. Padahal di dalamnya ada makna yang terkandung. Ada cerita tentang orang Tionghoa yang mau jadi WNI (naturalisasi). Saat diperkenalkan dengan tokoh-tokoh RI, ia menjadi kebingungan. Namun begitu diperlihatkan gambar seorang tokoh wanita , dia langsung berkata, “Saya tahu. Itu Nyonya Meneer!” padahal gambarnya adalah gambar RA kartini (1879 –1904). Untuk menghindari hal seperti itu, bangsa kita harus mengetahui sejarah bangsa RI.  Demikian pula dengan orang percaya perlu mempelajari sejarah gereja.

Lahirnya Gereja (Sejarah Gereja Mula-Mula)

Dalam Kisah Para Rasul pasal 2, bisa ditemukan catatan dari kebenaran firman Allah tentang kelahiran gereja (bahasa Yunani : ekklesia) mula-mula. Gereja pertama lahir di Yerusalem setelah Tuhan Yesus naik ke sorga dan terjadi 50 hari setelah kebangkitanNya (Pentakosta, di mana Roh Kudus dicurahkan sesuai dengan yang dijanjikan dan murid-murid Tuhan Yesus  berhasil mempertobatkan tiga ribu jiwa pada hari tersebut dan hal inilah yang disebut dengan lahirnya gereja mula-mula). Gereja lahir dari orang-orang yang oleh pekerjaan Roh Kudus memperoleh hati percaya, mengenal, mengakui dan hidupnya dipimpin oleh Tuhan Yesus. Sehingga disebut sebagai gereja secara organis. Jadi penekanan gereja bukan pada gedung tapi pada orangnya (gereja adalah kumpulan dari orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan hidup dalam imannya). Lalu dalam perkembangannya gereja dikaitkan dengan  gedungnya (lembaga) jadi pengertian gereja lebih secara organisasi. Sehingga kita mengenal GKKK , HKBP , GKI dll. Dalam sejarahnya gereja pernah masuk dalam kegelapan.

Gereja dalam Abad Kegelapan (Dark Ages)

                Dalam Kisah Para Rasul dicatat bahwa gereja mengalami penganiyaan baik oleh bangsa Romawi maupun oleh orang-orang Yahudi yang tidak mengakui Tuhan Yesus. Orang-orang percaya pada abad 1 bahkan sampai awal abad ke-4 memiliki komitmen percaya sampai mati. Orang-orang Kristen dulu bersedia memberikan nyawanya (mereka dicari , disidangkan lalu dibunuh). Saat orang-orang Kristen disidang walau tidak ditemukan kesalahannya, tetap dihukum dengan jalan dibakar hidup-hidup. Sehingga orang-orang Kristen berada dalam masa sulit. Lalu pada abad ke-4 Kaisar Romawi Konstantitus I (272-337) menjadi percaya dan menerima gereja, bahkan kekristenan dikukuhkan sebagai agama negara. Setelah gereja diterima oleh Kaisar Romawi maka gereja berkembang secara luas dan kemudian gereja berubah peran/ fungsinya semula yakni memberitakan injil (evangelism), membangun jemaat (dedication), menyembah Allah (worship) dan kepeduliaan sosial (social concern). Mereka tidak menikmati worship karena tidak tahu. Mereka tIdak lagi peka terhadap kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Pada saat jemaat Tuhan mengalami kemakmuran, justru di situlah terjadi masa kegelapan gereja.

                Gereja dalam masa kegelapan ditandai dengan gereja yang mulai menyingkirkan kekudusan, kesalehan, kerendahhatian, kemurahan dan belas-kasihan. Gereja mengikuti tradisi dan doktrin yang secara material, fisik serta sosial menguntungkan bagi para iman sehingga muncul doktrin yang secara materialistis berhubungan dengan untung rugi. Dulu saat ditindas secara rohani orang-orang percaya menyembah Allah dan memiliki kepekaan terhadap orang-orang yang membutuhkan bantuan dan berada dalam kesulitan. Mereka mengumpulkan uang untuk dikirim sebagai persembahan. Walaupun kehidupan mereka susah tetapi secara rohani mereka menunjukkan kualitasnya. Sedangkan saat orang-orang percaya hidup makmur dan kekristenan diterima sebagai agama resmi, gereja malahan kehilangan identitas. Dalam abad kegelapan , gereja tidak hidup sesuai Firman Allah dan hidup dalam moral yang menyimpang/salah. Gereja tidak lagi mau diajar oleh firman Allah. Jemaat tidak antusias belajar firman Allah dan tidak mau melakukan Firman Allah dalam hidupnya sehingga hidup moralnya akhirnya menyimpang karena tidak ada lagi guidance mengapa harus hidup suci, berbelas kasihan dan memuliakan Allah. Gereja seperti ini hidup dalam masa kegelapan. Itu perkembangan gereja sampai abad reformasi (abad 16). Namun pada hakekatnya begitu gereja tidak hidup sesuai kebenaran firman Allah maka ia hidup dalam kegelapan. Pada sebuah film yang menggambarkan abad reformasi (abad 16), ada rohaniawan yang mengeksekusi wanita yang tidak mau mengikuti doktrin mereka lalu dipenjara, diperkosa dan hamil. Kalau firman Allah tidak disukai, pasti akan timbul penyimpangan dan orang-orang tidak hidup dalam kesucian.

Kesimpulan

Di dalam Akitab dijelaskan sisi gelap gereja:

1.     Perjanjian Lama
-        1 Samuel 1-4 : umat Tuhan tidak lagi hidup seperti yang diajarkan oleh firman Tuhan. Firman Allah tidak diajarkan oleh imam Eli kepada anak-anaknya (Hofni dan Pinehas) dengan benar.  Anak-anaknya itu bermain perempuan di rumah Tuhan, namun oleh imam Eli tidak ditegur dengan tegas atau nasihat tidak diberikan dengan baik. Maka saat ini bila kita melakukan kesalahan dan dinasehati berdasarkan firman Allah, jangan pernah menolak karena lahir berdasarkan Firman Allah. Seharusnya dengan nasehat pemimpim, kesalahan yang dilakukan diperbaiki. Berbeda dengan Imam Eli yang tidak melakukannya sehingga Alkibat mencatatnya sebagai masa kegelapan.
-        1 Raja 11 : Salomo awalnya hidup seperti yang diajarkan firman Tuhan. Dengan hikmat dari Tuhan, ia bisa membedakan mana ibu yang palsu dan mana ibu kandung dari bayi yang diperebutkan ((1 Raja-raja 3:16-28). Dulu tida ada test DNA, namun Salomo dapat memutuskan anak itu milik ibu yang mana saat ia melihat reaksi dari kedua ibu itu atas perintahnya untuk membelah anak yang diperebutkan. Hikmatnya sangat luar biasa. Zaman Salomo adalah zaman keemasan bagi bangsa Israel. Namun dengan kemakmuran yang dinikmatinya, Salomo mempunyai istri-isitri yang tidak percaya kepada Tuhan. Totalnya ia memiliki 1.000 perempuan yang terdiri dari 700 orang istri dan 300 orang gundik (1 Raja-Raja 11:3). Dalam masa kemakmuran, Salomo justru meninggalkan firman Allah dan bangsa Israel berjalan dalam kegelapan.

2.     Perjanjian Baru
Wahyu 2:18-29 : jemaat Tiatira tidak hidup seperti yang diajarkan oleh firman Tuhan. Mereka membiarkan pengajaran sesat muncul. Sehingga ditegur: “Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala (Wahyu 2:19). Pengajaran sesat dibiarkan akibatnya hidup moral berantakan sehingga Allah menegur agar jemaat Tiatira tidak hidup dalam kegelapan.

Saat gereja tidak hidup lagi sesuai dengan firman Allah maka kehidupan (moralnya) juga tidak benar.

Apakah jemaat GKKK Mangga Besar mau belajar dari firman Allah? Sehingga saat mempunyai masalah dengan mengenal Allah, maka kita tidak akan takut seperti yang dikatakan Tuhan Yesus "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai (Mat 6:25a).” Perkataan itulah yang disampaikan Allah yang berkuasa menolong kita. Dengan dasar iman yang kuat maka orang-orang percaya tidak akan mengikuti gaya hidup dunia seperti seks bebas, tipu-menipu dll. Orang Kristen sering hidup dalam ‘bohong putih’ (white lie). Hal ini harus diperbaiki walau sakit karena segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Tim 3:16). Kalau tidak gereja akan ambrug. Tugas para rohaniawan untuk membawa gereja tidak berada dalam masa kegelapan. Kiranya pengajaran tentang firman Allah menolong kita mengenal Allah dengan baik.



Monday, June 1, 2015

Kukasihi Kau dengan Kasih Tuhan




Pdt. Bubby Ticoalu

Yoh 15:12-15
12  Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.
13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
14  Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
15  Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

Pendahuluan

                Dalam kehidupan berumah tangga, ada istri yang kurang senang dengan ayat  Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan (Efesus 5:22) karena “terlalu merendahkan wanita”. Dengan kalimat lain dikatakan,“Hai istri pahamilah suamimu!” Dalam pernyataan ini sepertinya derajat suami lebih tinggi dibanding istri. Namun kalau kita membaca lebih lanjut dikatakan, “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” (Efesus 5:25).  Artinya istri taat kepada suami yang sebaliknya mengasihi istrinya seperti Tuhan Yesus. Hal ini berarti pengorbanan yakni rela memberi dirinya demi orang-orang yang dikasihiNya yakni engkau dan saya. Tema “Kukasihi Kau dengan Kasih Tuhan” membuat saya takut karena menyangkut pengorbanan. Yoh 15:13-14  Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kata “sahabat” di sini menuju kepada Tuhan Yesus. Pada ayat 14 ada kewajiban atau respon (Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu). “Apa yang kuperintahkan” balik lagi ke ayat 12 (Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu).
                Saya mantan dosen SAAT. Dahulu selama bertahun-tahun kami , para dosen SAAT, melakukan wawancara bagi calon mahasiswa yang akan masuk SAAT. Pertanyaannya macam-macam. Misalnya : “Apa tujuan kamu mau masuk seminari dan menjadi seorang hamba Tuhan?” Banyak calon mahasiswa yang sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaan ini di rumah. Macam-macam jawabannya, bahkan ada yang menjawab, “Saya melihat ada cahaya dari surga dan ada orang yang melambai-lambai.” Jawaban seperti ini bisa benar bisa juga tidak, namun intinya apakah calon mahasiswa ingin menjadi hamba Tuhan karena panggilan?  Untuk mencari calon mahasiwa teologi, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab dengan baik. Akhirnya kami bertanya 1 pertanyaan, “Mengapa kamu memilih kuliah di SAAT?” Jawabannya ada yang mengejutkan saya karena selama 30 tahun di SAAT saya tidak pernah mendengarnya. “Bagaimana ya, bapak-ibu dosen. Bagaimana mendefinisikan yang namanya jatuh cinta?” Calon mahasiswa ini luar biasa.  Pernyataannya membuat kami memandang satu dengan lain sambil tersenyuml. “Saya jatuh cinta dengan SAAT, bagaimana menjelaskannya?” Dengan pernyataannya itu, ia diterima! Sayangnya cintanya hanya seumur jagung dan akhirnya tidak melanjutkan kuliah di SAAT. Memang mendefinisikan cinta itu sulit. Dari anak kecil sampai orang dewasa, mempertanyakan “What is love?” (apa itu cinta?).


What is love?

                Titik Puspa (78) dalam lagunya Jatuh Cinta mengatakan “Jatuh cinta berjuta rasanya”. Pertanyaan “what is love?” di tengah dunia yang sangat kompleks yang bergerak bergitu cepat sangat sulit dijawab. Apa yang dimaksud dengan cinta itu? Glynn Wolfe (1908-1997), seorang pendeta Baptis dari California saat usia 89 tahun telah menikah 29 kali atas dasar cinta. Terakhir ia menikah dengan seorang bernama Linda Wolfe yang memegang rekor dunia kategori wanita dengan telah menikah sebanyak 23 kali saat berusia 68 tahun. Namun pemegang rekor keseluruhan adalah Kamaruddin Mohammaed (meninggal 2007) yang di saat usianya 72 tahun telah menikah 53 kali! Apakah itu yang disebut cinta? 


Ada juga Yan Zheng Ming (94 tahun) yang melangsungkan pernikahan dengan Zhou Su Qing (90 tahun) di desa Qu Xia, Provinsi Si Chuan. Pernikahan seperti ini luar biasa. Maukah kita seperti mereka? 


Ada juga sepasang kakek-nenek yang dengan begitu mesra memainkan computer dengan teknologi touch screen (layar sentuh). Kalau memperhatikan hal seperti ini membuat kita iri hati karena melihat betapa mesranya mereka.


                Namun sekarang apa yang terjadi di dunia? Ada sepasang pengantin pria (gay) yang diberkati pernikahannya di gereja oleh seorang pendeta wanita. Mereka juga mengatakan bahwa mereka saling mencintai dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka berdua. Bila didefinisikan, cinta mereka seperti apa? Apakah ini juga berarti mengasihi engkau seperti kasih Tuhan? 


Ada juga pernikahan sepasang wanita di gereja yang diberkati oleh seorang pendeta pria. 


Dan yang lebih menyedihkan ada seorang pendeta pria yang menikah dengan kekasih prianya dan diberkati. Bukan sang pendeta yang memberkati tetapi justru dialah yang diberkati dalam pernikahan “kudus”. Ini adalah sesuatu yang sedang dihadapi dunia ini yang mau mengartikan apa itu cinta.
                Menurut pandangan seorang ahli setelah melalui penelitian mengatakan bahwa saat jatuh cinta terjadi suatu reaksi kimiawi yang sangat kompleks dan mempengaruhi mood, tingkah laku, perasaan dan seluruh kehidupannya.  Itu menunjukkan the power of love (kekuatan cinta) itu luar biasa. Kekuatan cinta tidak pandang bulu. Tidak ada aturan pemerintah yang melarang orang menikah karena mencintai adalah hak asazi manusia. Proses yang terjadi itu proses yang luar biasa. 


Rasul Paulus mengatakan bahwa kasih Kristus luar biasa sekali karena seluruh penderitaan dan pelayananNya (tidak menghiraukan nyawaNya sedikit pun). Hamba Tuhan yang setia, rela melayani bahkan menjadi martir sekalipun karena the power of love. Orang Kristen belajar dari Yesus Kristus Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Demikian juga dengan Rasul Yohanes yang mencatat perkataan Yesus, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Dia memberikan anakNya yang tunggal. Sehingga didapat satu defisini, kasih tidak diukur dari apa yang diterima, tetapi diukur dari apa yang kita beri. Kasih itu bukan berarti mengasihi orang yang sempurna, tetapi kasih itu mengasihi yang tidak sempurna dengan kasih yang sempurna. Itulah apa yang telah dilakukan Yesus Kristus. Kita tidak sempurna, memberontak, berdosa dan mendukacitakan hati Tuhan, tetapi karena Allah mengasihi dunia ini, maka ia mengutus Yesus Kristus yang mengatakan,”Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” yaitu bagi engkau dan saya. Itu menunjukkan kasih yang begitu membakar kehidupan, menguasai mood dan hati kita.
                Kalau orang Kristen saat bekerja dan hamba Tuhan ‘terbakar’ dengan kasih yang demikian , maka kita akan melihat hal yang luar biasa. Yang mengerikan apa yang terjadi sehingga Rasul Yohanes mencatatnya, Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. (Wahyu 2:2-4). Kasih yang dulu pernah engkau nyatakan tapi sekarang sudah tidak lagi. Engkau telah meninggalkan itu. Pdt. Stephen mengarang 1 lagu Bila Ku Pernah Cinta Yesus (1961), Bila kau pernah cinta Yesus, m'ngapa tak cinta Dia s'karang? Meski kau t'lah menjauhkan Dia, kasih-Nya tak b'rubah. O, dengarlah panggilan-Nya, harap kau lekas pulang, bila kau pernah cinta Yesus, haruslah lebih cinta. Dengan berjalannya waktu, cinta bisa berubah. Yesus mengatakan , Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Kita harus bisa mengasihi satu dengan lain seperti Yesus mengasihi kita. Pada puncaknya di atas kayu salib Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34b) Padahal orang yang didoakan Yesus tidak pernah meminta pengampunan. Itulah orang-orang yang telah memberontak kepada Dia, menyiksa Dia dan tidak meminta pertobatan. Mereka tidak berkata, “Maaf, saya menyesal”. Kepada mereka itulah, Yesus berdoa, “Ampuni mereka”. Adalah mudah sekali mengampuni orang yang baik, asal mereka meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Adalah mudah mengampuni orang yang menyenangkan dan melakukan apa yang kita mau, namun untuk mengampuni orang yang tidak layak?

Kekudusan Tuhan

                Kalau Tuhan Yesus mengasihi kita, mengapa Ia harus mati di kayu salib? Bukankah Tuhan berkuasa untuk mengampuni dosa? Bukankah kita tinggal berkata, “Tuhan, saya minta maaf”, sudah beres. Mengapa Tuhan Yesus datang dari surga dan mati di kayu salib?  Di sini kita sering terjebak karena hanya berpikir, Allah adalah Allah yang maha murah, pengampun dan penuh anugerah. Itu betul, tetapi dibalik itu ada gambaran tentang kesucian Allah yang tidak bisa bertentangan dengan kasih Allah. Kasih Allah adalah kasih yang suci yang tidak mementingkan hawa nafsu dan kepentingan diri sendiri, tetapi kasih yang tidak berkontradiksi dengan kesucian Allah. Allah itu maha, tetapi Allah tidak ada di dalam dosa. Allah Maha Kuasa, tetapi Allah tidak berkuasa berbuat dosa. Oleh karena kesucian Allah tidak boleh bertentangan dengan yang lainnya seperti ketulusan Allah. Saat Dia mengasihi manusia, Dia memberikan diriNya ke kayu salib. Jadi tidak sekedar mengatakan “Aku mengasihi manusia, tetapi itulah keseriusan.”
                Pernyataan “harus mengampuni orang lain” adalah betul namun pada waktu orang tidak mau bertobat dan terus bergelimang dosa, kita harus menjaga kesucian (jadi harus menjaga kekudusan). Seringkali kita lupa  bahwa Tuhan maha baik dan penuh anugerah tapi lupa bahwa Tuhan juga maha kudus. Mengapa ada korupsi yang melibatkan anak Tuhan? Mengapa ada perselingkuhan dalam kehidupan anak Tuhan bahkan hamba Tuhan terlibat?. Karena tidak memandang kekudusuan Allah! Dari renungan “Our Daily Bread” saya belajar tentang cara menyapa yang lain. Sapaannya bukan “Apa kabar?” tetapi “Apakah anda suci hari ini?” Bila disapa demikian, apakah ada yang berani berkata, “Amin saya suci!” Adakah pikiran, perasaaan, relasi tidak memiliki kepahitan dengan orang lain dan kebencian dalam hati kita? Walau kita menjawab tidak, Tuhan tahu yang sebenarnya. Saat ditanya “Are you holy  today?”, apa yang harus kita jawab?” Di situlah menunjukkan keseriuan kekudusan Allah yang seringkali ditutupi dengan “kukasihi kau dengan kasih Tuhan”, padahal  di balik itu ada hawa nafsu, kepentingan sendiri dan cari popularitas. Kalau kita mengasihi Tuhan seperti di atas kayu salib maka kekudusan Allah digenapkan. Kasih di dalam Alkitab, ada kasih yang kudus, yang tidak kompromi dengan dosa.  Bukankah kasih itu menutupi segala sesuatu? Tidak. Tetapi kasih itu membimbing orang untuk datang kepada kekudusan (bukan menutupi). Kasih menutupi segala sesuatu sepreti Tuhan Yesus menutupi dosa kita melalui pengorbanannya. Ini menunjukkan sesuatu yang tidak mudah. “Kukasihi kau dengan kasih Tuhan” bisa menjadi bahasa rohani yang terlalu bagus di luar tetapi lain di dalam.
                Saat orang Kristen ditanya, “Boleh berbohong?” dijawab “Tidak!” tapi prakteknya ? Kita berbohong. Di dalam Alkitab, dalam bahasa yang diterjemahkan secara baik, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa pada waktu kita berbicara bohong kita sedang bicara dengan bahasa asli (our own language), bahasa kita yang paling dasar. Bahasa asli kita bukan bahasa Betawi atau Mandarin, tetapi bahasa bohong. Itu yang benar. Seorang yang bernama Aiden Wilson Tozer (1897 –1963) mengatakan orang Kristen tidak berbohong. Tetapi orang Kristen pergi ke gereja untuk menyanyikan kebohongan.  Contoh : saat beribadah kita menyanyikan lagu “Kurindu firmanMu”, “Kuserahkan segala-galanya”, “Inilah hidupku”. Apakah yang dinyanyikan itu benar dilakukan atau hanya berpura-pura? AW Tozer mengatakan, “Orang Kristen tidak berbohong tapi datang ke gereja untuk menyanyikan kebohongan” Orang Kristen ikut bernyanyi. “Holy..holy..holy” padahal hidupnya najis. Di sini kita belajar mengasihi seperti Allah yaitu kasih kudus, kasih yang tidak terdistorsi untuk kepentingan diri tetapi kasih yang memberikan nyawaNya bagi kita.
                Pada 1 Kor 13 dikatakan “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong” (1 Kor 13:4). Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh kategori yakni kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti, kata bilangan dan kata tugas. Kata “sabar”, “murah hati” dan “cemburu” adalah kata sifat (adjective). Padahal dalam bahasa Yunani, yang digunakan bukan kata sifat melainkan kata kerja. Jadi “baik” bukan bersifat yang pasif tetapi dinamis dan dinyatakan dalam tindakan (in action, dikerjakan). Omong kosong kalau kita datang ke undangan , lalu disambut dengan kata-kata, “Kenyangkanlah dirimu” tapi tidak disajikan apa-apa. Dalam kitab Yohanes , kata “kasih” itu dalam bentuk kata kerja seperti dalam kalimat “aku mengasihi kamu”. 1 Kor 13 satu-satunya ayat yang tidak diterjemahkan dalam bahasa yang bisa dimengerti , tetapi diterjemahkan dalam kata sifat. Seharusnya arti in action seperti aku mengasihi kamu dengan memberikan nyawaku. Berarti kerelaan tangan terulur untk menolong hidup orang lain. 


Tangan yang berulur bagi mereka yang memerlukan. Tangan Yesus dari surga datang untuk menjemput tangan kita. Saat berada di jurang yang dalam, tangan Tuhan datang menariknya. Itulah kasih Tuhan yang begitu besar. Adakah kasih itu membakar? Pada waktu Petrus akan tenggelam, segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang Petrus  dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" (Mat 14:31) Sebelumnya ia merasa percaya sehingga ia datang kepada Yesus dengan berjalan di atas air. Namun lama-kelamaan datang ombak sehingga ia menjadi khawatir dan tenggelam. Lalu tangan Yesus mengangkatnya. Momen ini tidak pernah ia lupakan. Pada waktu aku tenggelam, dalam jurang dosa, tanganMu yang suci memegangku.  Itu momen yang luar biasa. Seperti Dia telah mengulurkan tanganNya, tetapi seringkali kita tidak meneruskannya. Kita suka dicintai, dikasihi, ditolong dan dipuji tetapi kita enggan untuk mengulurkan tangan, menerima dan mengasihi. Jikalau kamu sahabatku yang betul menerima apa yang Aku berikan dalam kasih yang begitu besar, akan  ada reaksi kimia yang begitu besar , itulah kasih Bapa saat melayani manusia. Saat kita melayani , ada kidung pujian dalam hati kita. Lalu mengapa rasa cinta itu bisa luntur? Kalau cinta kita luntur, siapakah saya? Seharusnya kita terbakar dengan kasih Tuhan yang dengan rela mengulurkan tangan kita.


                Pada waktu lemah, Engkau memberikan tangan bagi mereka yang lapar dan membutuhkan kasih. Ini kenyataan, tidak semua kita dipanggil seperti Mother Theresa. Tetapi bentuk kepedulian dan kerelaan untuk mengulurkan tangan itulah panggilan. Ada kisah tentang Mother Theresa. Saat berhadapan dengan anak-anak yang sekarat, ia mengambil anak yang paling parah dan kemudian membersihkannya. Namun akhirnya anak itu meninggal. Tetapi saat meninggal, ia meninggal dengan tersenyum sebagai tanda bahwa  ia berterima kasih. Setidaknya anak itu pernah merasakan kasih. Begitu banyak orang yang memerlukan kasih. Mengasihi seperti Tuhan tidak mudah, itu menyangkut pengorbanan dan penyangkalan diri. Dalam pelayanan kami di Betzata, ada anak-anak yang kurang beruntung. Tidak mudah, namun kami tidak berani seperti mother Theresa.  Bagaimana kita mengasihi yang tidak sempurna dengan kasih yang sempurna seperti Tuhan Yesus. Bapa gereja Agustinus mengatakan, “Seperti apa kasih itu? Kasih itu mempunyai tangan untuk menolong orang-orang lain, mempunyai kaki untuk bersegera menuju kepada orang miskin dan yang membutuhkan. Kasih mempunyai mata untuk melihat kemalangan dan kebutuhan. Kasih mempunyai telinga untuk mendegar keluh-kesah dan kesedihan manusia. Seperti itulah kasih.” (What does love look like? It has the hands to help others. It has the feet to hasten to the poor and needy. It has eyes to see misery and want. It has the ears to hear the sighs and sorrows of men. That is what love looks like. That’s love look like). Itulah kasih. Kita tidak mungkin mengasihi dan menolong semua orang yang membutuhkan, Tapi ada orang di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan. Kamu adalah sahabatku. Bila berbuat apa yang kuperintahkan. Saling mengasihi seperti Aku mengasihimu.

Penutup


                Pada awal tahun 2015, ada artikel di media massa tentang Masha, seekor kucing liar yang menyelamatkan seorang bayi dari mati akibat kedinginan di jalanan Rusia. Masha menggunakan bulunya yang lebat untuk mendekap si bayi sambil mengeong sekeras-kerasnya. Seperti dilaporkan oleh Central European News, Masha secara tidak sengaja menyandung boks yang di dalamnya terdapat bayi yang berusia kurang dari 12 bulan di Obninsk, Rusia. Entah karena naluri keibuannya, Masha langsung masuk ke dalam kotak tersebut dan mendekap si bayi. Masha lantas mengeong mencari perhatian orang-orang yang lewat di sekitar situ. “Bayi berada di jalanan itu beberapa jam dan terimakasih buat Masha, kucing itu tidak merusak kotak itu,” ujar seorang juru bicara rumah sakit kepada Central European News. Bayi itu kemudian dilarikan ke rumah sakit setempat—dan kemudian dikabarkan bahwa bayi tersebut benar-benar sudah sehat—tapi Masha tampak tidak bahagia meninggalkan bayi laki-laki tersebut. “Masha bahkan mencoba mengikuti ambulan yang mengangkut si bayi,” lapor Ruptly Video Agency. Warga sekitar juga mengatakan, Masha menunggu di jalan untuk beberapa jam sampai ambulan kembali. Di sini terlihat bahwa pada waktu manusia tidak melakukan kewajiban (dalam hal ini, ibu sang bayi seharusnya memperhatikan anaknya), Tuhan bisa memakai kucing. Waktu manusia tidak mau memperhatikan atau membuang bayi, maka Tuhan bangkitkan kucing. Seperti Tuhan memakai keledai saat Bileam mau memberontak terhadap perintah Tuhan (Bilangan 22-23). Juga Tuhan memakai ikan besar saat Yunus tidak mau mematuhi perintah Tuhan. Kucing di atas lebih baik dari seorang mama. Masha mempermalukan kita. Kalau kita tidak mau membahasakan kasih Tuhan maka Tuhan akan mempermalukan kita.

                Kita berdoa agar kita memiliki kasih yang kudus (bukan nafsu dan kompromi dengan dosa), untuk membawa orang yang berdosa dan gagal. Orang yang gagal kita bawa untuk datang kepada Sumbernya (Penciptanya). Kiranya kita bisa memiliki kasih yang kudus dalam kehidupan antara suami-istri, orang tua dan anak, antara saudara seperti kasih Tuhan. Itulah kehidupan bagi sahabat-sahabat Kristus.