Monday, October 22, 2012

Nasehati Seorang akan yang Lain



Ev Pangsuri,


Ibr 3:13  Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini," supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa. 
Fil 2:1  Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
Ibr 10:25 Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Gal 6:1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.

Kata ‘nasehat’ banyak muncul di Alkitab seperti tema khotbah kali ini  “Nasehatilah Seorang akan yang Lain”. Kenapa kata “nasehat” diulang-ulang? Karena penting! Penting untuk hidup dan iman kita. Kalau ada yang menasehati pasti ada yang dinasehat, ada yang salah, ada yang diperbaiki. Jadi kita tidak diajarkan untuk diam bila ada orang salah. Kita tidak jadi penonton waktu melihat orang salah. Kita tidak jadi orang pasif waktu melihat orang melakukan pelanggaran. Kalau kipas angin (atau TV, AC dll) rusak, kita tidak akan membuangnya, melainkan akan dibetulkan. Demikian juga dengan kehidupan berjemaat anak-anak TUhan, kita saling membangun satu dengan lain. Salah satu bentuk pilar Kerajaan Allah adalah nasehat.
Kata ‘nasehat’ diulang-ulang dalam Alkitab dan menjadi bagian dalam kehidupan anak-anak Tuhan. Namun tidak semua orang suka dengan kata “nasehat”. Dengan alasan apapun, banyak orang menghindari saat bertemu kata ini. Mungkin selama hidupnya, seseorang pernah disalahartikan. Ia tidak melakukan apa-apa, tetapi orang menyalahkan dia. Mungkin waktu kecil ia mengalami KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Saat orang mau menasehati, ia sudah buat benteng agar orang tidak bisa dekat. Jadi ia tidak pernah suka dengan nasehat. Waktu saya mengajar di sekolah, saat seorang anak dipanggil guru BP dan teman2 SMA-nya suka ngomong : “Nah lho, buat salah lho. Dipanggil lho.” Padahal tidak ada yang salah. Anak itu dipanggil diajak ngomong, berbagi/sharing dalam sesuatu. Tetapi ada sebuah cap: yang namanya nasehat berarti saya jelek, berbuat dosa, dibongkar. Atau ada juga orang yang sok kenal sok akrab. Waktu dekat, langsung cecar kasih tahu ini-itu. Semua dilihatnya negative dan salah. Ada juga yang tidak suka nasehat karena tidak suka digurui. Digurui itu seperti menganggapnya bodoh. Ada orang yang tidak suka kata nasehat karena sungkan. Ini adalah ‘hopeng’ saya. Merokok sedikit y sudahlah, tidak apalah. Daripada hubungan tidak enak. lalu ada pula orang bebal dimana tidak menyukai dan menggubris nasehat. Dan banyak alasan lainnya dimana orang tidak suka dengan kata ‘nasehat’.
Tapi tanpa mengabaikan semua itu, Alkitab selalu menekankan nasehat itu penting sekali bagi orang-orang Kristen. Surat Ibrani: ‘nasehatilah seorang akan yang lain, mumpung ada hari ini.’ Ibr. 10: ‘Kamu lakukan ini semakin giat setiap hari.’ Kayaknya simple. Tetapi banyak orang Kristen gagal melakukannya. Saat kita diberi kepercayaan untuk memberi nasehat kepada seseorang, entah di tempat kerja , atau di gereja, sering kita berpikir:  wah bakal musuhan nih, kalau diberitahu. Tidak perlu jadi musuhan, kita bisa melakukannya dengan cara yang indah dan bisa diterima.
Minggu lalu kita sudah mendengar tentang “menegur”. Sedikit berbeda antara nasehat dan menegur. Alkitab menggunakan kata yang beda. Menegur: ada dosa yang perlu dikasih tahu secara prbadi. Untuk menegur, Yesus katakan ditegur empat mata, bila tidak bawa orang lain (saksi), jika masih tidak mau lalu bawa ke jemaat (umum). Menegur itu bersifat pribadi dan ada dosa, tetapi nasehat lebih bersifat umum dan tidak harus ada dosa di dalamnya. Saat kita diam tenang, bisa ada orang datang menasehati.

3 prinsip dalam Alkitab tentang saling menasehati :
1.       Menasehati berdasarkan kebenaran Alkitab.
Di dalam Kristus ada nasehat. Di dalam kebenaran Kristus ada saling menasehati. Tidak dengan maksud jahat. Bukan dengan benci atau cari masalah. Nasehat juga bukan saling menghakimi. Juga bukan karena posisi. Bukan karena seorang jadi pengurus, hamba Tuhan baru orang bisa menasehati. Semua orang Kristen itu saling menasehati satu dengan yang lain. Yang paling penting, nasehat bisa diterima kalau ada teladan. Teladan adalah kebenaran yang dihidupi. 1 Kor 4:16-17 Paulus mengatakan: Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku! Justru itulah sebabnya aku mengirimkan kepadamu Timotius, yang adalah anakku yang kekasih dan yang setia dalam Tuhan. Ia akan memperingatkan kamu akan hidup yang kuturuti dalam Kristus Yesus, seperti yang kuajarkan di mana-mana dalam setiap jemaat. Kalau orang memberi nasehat jangan narkoba , tapi ia sendiri narkoba, maka apa arti nasehatnya? Kalau mau nasehati orang, kita bercermin apakah sudah melakukan hal itu. Apakah kita lebih benar. Dari menasehati diri sendiri (self-exhort) kepada yang lainnya (exhorting others). Kalau kita tidak punya kebenaran Tuhan lalu nasehati orang, itu omong kosong. Kita harus nasehati berdasarkan kebenarana Alkitab,
2.       Menasehati melibatkan semua orang Kristen.
Dari kecil sampai tua. Semua orang yang hidup saling menasehati. Kita boleh katakan kata yang dititipkan Tuhan kepada seseorang. Tetapi kalau itu kepentingan pribadi mengkritik, hal ini tidak boleh. Nanti jadinya kacau. Paulus mengatakan, sebuah gereja seharusnya ada tertib jemaat. Anak kecil misalnya saat berusia 7 tahun tapi suka nyontek, tidak boleh menegur orang tua (penatua) yang kelupaan silent hp nya lalu teleponnya bunyi saat kebaktian. Anak kecil sebaiknya nasehati anak yang lebih kecil. Nasehat anak kecil ke orang tua yang sudah ubanan, tidak akan mempan. Dalam kerajaan Allah tetap ada urutan kedudukan. Yesus duduk di singgasana raja, itu tidak bisa ditawar. Waktu di surga, ada mahkota kemuliaan yang berbeda antara orang Kristen satu dengan yang lainnya. TIdak mungkin orang Kristen yang rajin pelayanan rewardnya sama dengan orang malas-malasan Artinya nasehat itu memang melibatkan orang Kristen tetapi ada caranya. Yang bagus: yang lebih tua bicara ke yang lebih muda. Hal ini tidak mutlak tapi sangat membantu. Seperti Paulus menasehati Timotius. Bukan saja lebih tua tapi juga lebih benar (lebih rohani). Kalau ada saudara seiman yang melakukan pelanggaran, yang lebih rohani tolong dia. Ini menjadi bagian kita. Melibatkan semua orang tapi ada cara yang berhikmat.
3.       Menasehati untuk tujuan pembangunan tubuh Kristus.
Ibr 3:13 nasehatilah orang akan yang lainnya setiap hari (daily). Seperti makan. Doa Bapa Kami : berikanlah makanan kami secukupnya daily. Setiap orang Kristen berbagian membangun tubuh Kristus Kerajaan Allah. Tubuh ini ada kekebalan di dalamnya. Kerjanya selaras, sinergi. Saling support. Pada waktu saya menggerakan tangan berputar-putar, dalam otak selaras dengan gerakan tangan. Tidak mungkin di otaknya meminta gerakan putar, di tangan berpotongan. Kalau luka, otak perintahkan darah putih untuk pulihkan ke tangan yang luka dengan cepat. Ibr 3:13 Nasehat bisa membuat kita tidak jatuh dalam dosa. Penulis Ibrani sedang mempertentangkan antara nasehat yang akan membuat kekebalan terhadap dosa yang masuk. Ada kuman yang namanya dosa mau masuk, dijaga oleh nasehat. Bayangkan bila ada jemaat yang dinasehati ingin pergi ke saksi Yehova, maka ia tidak pergi. Tapi kalau que sera sera, mau rokok, zina, terserah , maka iblis akan masuk. Penting sekali sebagai tubuh Kristus, kita tutup pintu dosa dengan saling menasehati. Bukan cari kesalahan, kritik, tetapi mengasihi ia, untuk kemuliaan Yesus.

Kalau kita sayang dengan sahabat, saat ia ingin pergi ke tempat salah, kita akan menariknya. Ini sahabat. Kita saudara seiman. Nasehat itu kekuatan gereja. Butuh hikmat untuk nasehat diterima. Nasehati yang dilandasi oleh kasih bisa diterima. Nasehat bukan tentang berdebat. Tetapi tentang hati saya, Tuhan dan kamu. Nasehat itu tentang Kerajaan Allah.

Berikut kesaksian singkat. Sewaktu saya selesai praktek kerja nyata, masih muda belia di Surabaya saat praktek 2 bulan. Di hari perpisahan. Ada seorang ibu-ibu. Agak pendek, hitam, bersahaja, sederhana. Ia tarik saya dan berkata, ‘Kalau nanti Tuhan pakai kamu, kamu jangan sombong ya.’ Saya tanya, ‘Tante, kenapa berkata seperti itu?’ Dia menjawab, ‘Tante lihat, Tuhan akan pakai kamu. Tetapi tante lihat banyak pendeta dan penginjil yang jatuh dalam dosa kesombongan. Kamu jangan seperti itu.’ Saya bilang, ‘Saya terima kasih sekali untuk nasehatnya.’ Nasehat itu tidak pernah saya lupa sampai hari ini dan seumur hidup saya tidak akan lupa nasehatnya.  Suatu hari, kalau kita keluarkan kalimat tepat, tempat yang tepat dan saat yang tepat kepada seseorang, ia tidak akan melupakannya.


No comments:

Post a Comment