Sunday, November 24, 2013

Kesulitan : Berkat yang Tersembunyi

Ev. Anky Hitro

Fil 2:1-11
1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2  karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
3  dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
4  dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
5  Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
6  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
9  Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
10  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
11  dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Pada Fil 2:1 dikatakan,”Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan”. Berarti di dalam Kristus, seharusnya orang-orang Kristen saling memberi nasehat,  menghibur dengan kasih, ada kasih mesra di antara saudara. Caranya jangan menganggap diri sendiri lebih penting dari orang lain tetapi sebaliknya menganggap orang lain lebih penting dari diri sendiri. Contoh yang diberikan ada di ayat ke 5-8. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Setelah menulis Tuhan Yesus mati di kayu salib, Rasul Paulus tidak berhenti sampai di sana. Karena kalau demikian, maka kisahNya berakhir sedih. Kita bersyukur 3 ayat berikutnya menjelaskan, akhirnya bukan hal itu. Ayat 9-11 mencatat  Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Beberapa tahun terakhir saya merenungkan beberapa hal di antaranya saya akan mengakhiri hidup seperti apa? Apa yang Tuhan mau saya jalani dengan istri dan kedua anak saya sampai akhirnya dipanggil Tuhan? Waktu menggumuli tentang masa depan dan panggilan hidup saya, Tuhan memanggil saya untuk melihat dalam pergumulan pribadi saya. Saya diberi kesempatan untuk mengkhotbahkan di satu gereja tentang Filipi 1 selama berbulan-bulan dan belum selesai juga. Di tengah berkali-kali mempersiapkan diri dan menyampaikan khotbah , akhirnya surat Filipi berbicara kepada saya secara pribadi. Waktu saya terima tema khotbah dari GKKK Mabes, saya bergumul tentang apa yang akan saya sampaikan. 

Pada ayat 5 Rasul Paulus mengatakan setiap orang hendaknya memiliki pikiran dan perasaan seperti yang terdapat dalam Yesus Kristus. Yesus adalah Allah yang berada di surga yang tenang, aman, sukacita, dan tidak ada dosa di dalamnya. Namun Yesus menganggap hal itu bukan sesuatu yang harus dipertahankan. BagiNya berada di surga tidak harus selama-lamanya sehingga   Dia memutuskan untuk meningglkan surga yang kekal dan masuk ke dalam dunia yang bersifat sementara. Mengapa Dia melakukan hal itu? Bukankah setiap orang yang hidup di dunia ini punya masalah, kesulitan, pergumulan, penderitaan, kegagalan dan kita tidak mau ada di situ. Kita maunya mencari keberhasilan, kebahagiaan,  dan seringkali menghindari masalah. Kita tidak mau sakit (maunya sehat), ada kecelakaan (mau selamat), anak yang terlibat narkoba masuk penjara (mau anak yang baik). Namun Yesus memutuskan bahwa dari tempat yang tidak ada masalah (baik-baik) dan penuh sukacita di surge, Dia memilih untuk turun ke tempat yang banyak masalah. Mengapa?
Tahun 1993 merupakan tahun di mana saya mengalami kepedihan dan kehilangan yang sangat dalam. 8 bulan sebelumnya (1992) mama saya didiagnosa terkena kanker rahim dan ginjal yang ganas. Di samping itu di antara rahim dan ginjalnya  ada tumor ganas dan sudah menyebar sehingga tidak bisa dioperasi. Lalu mama dibawa ke Guang Zhou, namun 1 bulan kemudian disuruh pulang. Setelah melalui perawatan selama 8 bulan yang menyakitkan, pada tanggal 4 Maret 1993 mama saya meninggal. Saya marah kepada Tuhan sewaktu mendengar mama meninggal. Kenapa Tuhan tidak menyesembuhkan mama? Saya dulu bukan orang Kristen  walau sekolah di sekolah kristen selama 6 tahun (SMP dan SMA). Waktu kuliah tingkat 1 di Untar, pada tanggal 1 Jan 1992 saya baru menerima Tuhan Yesus dan menjadi orang Kristen. Selama 17 tahun lebih saya bukan orang Kristen, mama saya sehat-sehat saja. Namun 6 bulan sejak saya menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi (Juni 1992) mama saya sakit kanker. Saya saya berdoa,” Tuhan berkuasa, sembuhkan mama saya”. Ibarat anak kecil yang kalau tidak dikabulkan keinginannya, akan menangis saja. Saya dengan iman dan yakin berdoa, “Tuhan berkuasa , pasti sembuh”. Ternyata setelah masuk RS Sumber Waras, dirawat terus  keluar. Lalu dirawat lagi keluar lagi. Di Guang Zhou 1 bulan, lalu dibawa pulang, terakhir di RS Husada hampir 40 hari. Kulitnya kurus kering dan kondisinya makin lama semakin lemah. Saya tidak ingat berapa kali saya berdoa sampai menangis, berhenti, berdoa menangis lagi begitu terus. Saya minta agar Tuhan memberi kesembuhan. Tetapi Tuhan putuskan hal yang berbeda. Mama saya dipanggil Tuhan. Setelah itu saya tidak mau ke gereja selama  2 bulan. Saya tidak peduli apa kata orang termasuk pendeta dan penginjil. Saat mereka berkunjung dan menghibur, saya hanya tanggapi, “Bukan mamamu yang mati” dengan kasar. Jadi tidak ada yang bisa dekati saya. Saat itu saya merasa, masalah hidup saya yang paling besar, tidak ada lagi yang lebih besar. Jadi jangan coba-coba hibur saya. Bagi saya, “Kamu masalahnya lebih kecil dan tidak tahu apa-apa”. Maka siapapun yang mencoba menghibur, saya usir. Setelah beberapa tahun saya bertanya, “Tuhan mengapa Engkau mau datang ke dalam dunia?” Saya membaca dan menggali Alkitab, dan seolah-olah Tuhan Yesus memeluk saya dan berkata, “Angky saya sayang padamu. Karena Aku sayang padamu dan engkau lebih penting dari diriKu, maka Aku tinggalkan tempat yang paling nyaman untuk datang. Supaya Aku bisa mendampingi kamu melewati semua masalah, pergumulan yang kami hadapi. Satu hari nanti , saya akan ajak dan bawa untuk kembali ke tempat saya, dan selama-lamanya tidak akan menderita.” Hari itu saya seperti orang yang tidak sanggup berkata-kata selain menangis. Lalu saya bilang ke Tuhan, “Saya tidak mau hidup untuk diri sendiri tetapi untuk Tuhan. Tuhan yang seharusnya tidak perlu menderita dan susah, namun Dia rela datang masuk ke tempat (dunia) yang susah dan Dia masuk ke hati saya yang sedang susah”.

Yesus mengambil rupa seorang hamba berarti Yesus mengalami sendiri apa yang kita alami dan bukan hanya berhenti di sana, tetapi Dia merendahkan diriNya menjadi manusia dan taat sampai mati di kayu salib. Dengan kata lain Tuhan Yesus dari tempat yang tidak ada masalah datang ke tempat yang ada masalah, masuk ke hati saya yang banyak masalah. Dia berada di tempat yang paling rendah yaitu kayu salib, supaya kita tidak perlu lagi suatu kali mengalami penderitaan yang paling susah di kayu salib. Maka semua penderitaan kita tidak mungkin merupakan hal yang paling susah. Meninggalnya orang yang kita kasihi, kenakalan anak, ketidakadilan atasan, ketidaksetiaan pasangan, ketidakcocokan dengan mertua , masalah di gereja bukan masalah tersulit. Karena yang paling susah, sudah ditanggung Tuhan Yesus. Ibarat menulis angka dari paling kecil 0 sampai yang paling besar 100, lalu angka 100 diambil maka angka yang tertinggi ‘hanyalah’ 99 karena yang 100 sudah tidak ada lagi. Yesus menanggung yang paling susah dalam hidup kita artinya kalau kita menanggung penderitaan yang paling susah , Tuhan Yesus menjadi ‘bo-ceng-li’. Karena Dia bilang, Dia mati sampai di kayu salib, tempat yang paling akhir dari penderitaan saat itu. Saat bergumul saya merasa dipeluk dan mendengar perkataanNya,”Penderitaan kamu yang paling susah bukan yang paling susah dalam kenyataannya. Kamu merasa susah, tetapi bukan yang paling susah.” Jadi meninggalnya mama saya bukan hal yang tersulit,  melainkan kalau harus memikul akibat dosa di kayu salib, mati  dan masuk neraka selama-lamanya karena sudah ditanggung Tuhan Yesus. Ini merupakan anugerah dan kebaikan Tuhan yang luar biasa. Seharusnya sebagai orang Kristen, keberadaan kita rasanya seperti sudah di surge! Saya bersyukur karena saya boleh sungguh-sungguh mengalami Tuhan Yesus yang menebus, mengajar, membawa, membina saya, menikmati surga bahkan di dalam penderitaan sekalipun.

Saya tidak tahu apa jadinya saya, kalau mama saya hidup dan mengatur hidup saya, saya duga saya tidak pernah jadi hamba Tuhan. Karena saya anak kesayangan mama saya yang melahirkan saya di umur 39 tahun (papa saya saat itu berusia 49 tahun). Mama menikah umur 30 tahun, papa 40 tahun lalu lahir seorang anak perempuan yaitu cici (kakak perempuan) saya.  Waktu umur cici 8 tahun, papa dan mama yang menghendaki anak laki-laki mengangkat seorang anak laki-laki. Baru setelah 9 tahun sejak pernikahan papa-mama, saya lahir. Sejak saya lahir, mama saya sangat pilih kasih, saya disayang, koko saya tidak dikasihi. Saya bilang, “Mama salah”. Saya tahunya hanya saya anak dimanja, apapun yang saya mau dituruti.  Kalau mama saya masih ada, saya tidak bisa menjadi dewasa. Saya  akan menjadi anak-anak terus. Saya butuh waktu panjang, bukan saya tidak bisa dewasa atau apapun, karena masalah hidup saya bukan waktu mama saya meninggal saja. Banyak masalah bermunculan dalam hidup saya, tetapi terus Tuhan berkata, “Semua itu bukan yang paling susah”. Karena Yesus sudah menanggung yang paling susah. Saya belajar, selama saya terus hidup bersama Tuhan Yesus, maka tidak mungkin ada masalah yang lebih besar daripada yang sudah ditanggung Tuhan Yesus. Waktu saya menghadapi masalah, pergumulan apapun, akhirnya bukan di kayu salib (ayat 8), tetapi bersama Tuhan Yesus, saya akan dibawa pergi melewati semua masalah, untuk membawa saya makin lama menikmati surga tempat saya menikmati nya bersama Yesus selama-lamanya. Perjalanan kita selama di dunia, supaya kita makin menikmati surga.  Pertanyaannya : waktu menghadapi masalah kita melewatinya sendirian atau  bersama Yesus. Kalau sendirian maka seperti neraka jadinya. Tidak ada jalan keluar, tidak habis-habisnya. Karena faktanya kita tidak bisa menyelesaikan masalah itu. Bersama Tuhan Yesus, maka tidak ada cerita lain akhirnya adalah surga menanti kita.

Selamat menikmati masalah bersama Tuhan Yesus saat kita masih hidup di dunia yang ada masalah. Nanti di surga, sudah tidak ada masalah lagi. Selamat menikmati menangis bersama Yesus di dunia. Nanti di surga mau menangis sudah tidak bisa. Jadi saat bertemu masalah, mari kita menikmatinya bersama Yesus.

Sunday, November 17, 2013

Melayani Selagi Ada Kesempatan

Pdt. Yonathan Lo.

Yer 18:1-8
1   Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya:
2 "Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu."
3  Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.
4  Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
5  Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:
6  "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!

Ada beberapa tipe orang Kristen di dalam gereja :
1.     Orang yang tidak mau melayani Tuhan. Baginya, untuk apa melayani karena di dalam gereja banyak masalah. Oleh sebab itu dia berdiri jauh dan hanya melihat kondisi gereja. Dia tidak mau terlibat apapun dalam kegiatan gereja, hanya datang ke gereja dan kemudian pulang.
2.     Orang yang mau coba-coba melayani Tuhan. Tetapi setelah masuk ke dalam pelayanan, lalu ia mengatakan, “Sekali untuk selama-lamanya. Kalau saya sudah selesai jabatan periode ini, maka saya tidak mau melayani lagi. Saya melayani karena saya sudah terperangkap di dalam gereja”.
3.     Orang yang tidak mau melayani karena tidak tahu apa-apa. Dia tidak tahu kondisi gereja, anugerah Tuhan dan potensi dari Tuhan. Dia datang ke gereja, duduk kemudian pulang.
4.     Orang yang melayani Tuhan, tahu ada kesulitan kemudian belajar melayani. Karena ia tahu Allah sedang bekerja dalam hidupnya dan Allah membawa dia dalam pertumbuhan rohani justru di tengah gereja yang banyak masalah. Orang ini tahu bahwa tidak ada gereja yang tidak ada masalah. Ia berpendapat, “Akulah manusia yang menjadi masalah.” Dia mau belajar untuk bertumbuh karena dia mengenal Allah dan apa yang Allah sedang kerjakan dalam hidupnya. Pikiran dan pemahaman seperti ini menjadi dasar perjuangan untuk melalui berbagai kesulitan dalam pelayanan.

Melalui Yeremia 18, kita melihat apa yang Allah kerjakan dalam hidup kita, sehingga kita mengatakan selagi masih ada kesempatan kita mau melayani. Tuhan berfirman pada Yer 18:2 dan Yeremia pergi ke rumah tukang periuk. Di sana ia melihat tukang priuk mengerjakan apa yang baik menurut pandangannya. Tukang priuk berdaulat melalui tangannya atas tanah liat. Ia punya kebijakan terhadap tanah liat. Kemudian tukang priuk berkuasa atas tanah lihat yang sudah dibentuknya. Siapakah tanah liat, tukang periuk itu?
Pada ayat 6 dikatakan, "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel! Ayat ini jelas sekali menekankan bahwa tanah liat adalah umat Israel, umat Allah. Sedangkan tukang priuk adalah Allah yang berdaulat atas umat pilihanNya. Allah sedang bekerja dalam hidup orang Israel. Allah membentuk umatNya supaya lebih sempurna menurut pandanganNya. Allah bukanlah ide manusia tetapi Allah yang hidup. Kita melayani dan berada di tangan Allah yang hidup. Kita bisa mengalami kehadiran Allah dalam hidup kita. Allah yang berdaulatat, yang berkuasa membentuk , menghancurkan dan  membentuk kembali. Hidup kita berada dalam tangan kedaulatan Allah. Allah mengerjakan sesuatu menurut pandanganNya yang baik. Allah punya rencana terhadap umatNya. Allah membentuk Israel bukan menurut pandangan mereka, tetapi menurut hemat (bijaksana) Allah. Apa yang baik bagi manusia belum tentu baik bagi Allah. Sehingga kita dibentuk menurut bentukan Allah dalam hidup kita. Allah punya program yang membuat kita makin indah menurut pandanganNya. Kebenaran ini masih berlaku pada zaman ini. Allah adalah Allah yang berdaulat , membentuk umatNya Israel dan pada zaman ini sedang bekerja membentuk kita. Allah mau agar orang Kristen semakin hari semakin indah menurut padanganNya. Sehingga sebagai orang Kristen harus terus bertumbuh menurut pandangan Tuhan. Pertumbuhan rohani adalah program Allah dalam kita, Allah menggunakan bijaksanaNya untuk membentuk kita. Kadang melaui sakit penyakit, lalu kita mulai percaya pada Tuhan. Kadang kita dikhianati teman,  kadang mengalami tekanan hidup yang berat dan merasa diri tidak berdaya sehingga kita berseru kepada Tuhan. Pada waktu di tengah padang gurun atau di rumput yang hijau Allah menyertai kita. Kita berada dalam rencana Allah yaitu membentuk, menghancurkan dan membentuk kembali. Bejana lama dibentuk Tuhan menjadi bejana yang baru. Itu merupakan reformasi dalam  hidup kita. Itu merupakan hal yang sulit sekali. Bejana jelek, kalau tidak dibentuk kembali tetap jadi bejana yang jelek dan orang tidak mau pakai, ditaruh di tempat yang tidak semestinya. Bejana yang dibentuk oleh tuannya tukang priuk menjadi bejana indah dan setiap orang mengagumi. Orang yang tidak mau dibentuk tidak siap melayani dan menjadi masalah di gereja. Kalau Tuhan membentuk kita melalui pemahaman bahwa  Allah bekerja untuk mendatangkan kebaikan dalam hidup ini, maka Tuhan memakai pelayanan untuk membentuk kita. Banyak orang Kristen tidak mempunyai pemahamam seperti itu dan beranggapan kalau saya sudah dipilih untuk melayani berarti saya menjadi “bos”, sehingga memerintah orang untuk melakukan apa yang dikehendakinya. Orang seperti ini tidak bisa dipakai Tuhan. Yang kedua. Melayani tidak tidak masalah. Waktu menghadapi masalah menjadi kecewa, frustasi dan menjadi tawar hati. Orang ketiga. orang yang waktu melayani Tuhan orang yang sungguh berjuang kemudian menganggap sudah memberi terlalu banyak, lalu menjadi kecewa saat tidak mendapatkan sesuatu. Orang ini menganggap melayani adalah saya memberi tenaga dan segala sesuatu.  Dengan pola pikir seperti itu, ia kurang belajar bahwa Allah membentuk kita melalui pelayanan.

Alah bekerja di dalam hidup kita , melalui pelayanan yang kita kerjakan. Tetapi bejana yang lama harus dihancurkan agar Tuhan membentuk kembali menjadi lebih indah.

Apa bejana yang lama dan bejana baru yang dibentuk Tuhan?
1.     Bejana yang lama adalah kesombongan diri kita. Setiap orang sebelum percaya Tuhan punya kecenderungan sombong dalam dirinya, hidup berpusat pada dirinya, mencari kepentingan diri, egois. Waktu keegoisan disinggung maka ia menjadi marah. Yang harusnya diperjuangkan adalah membangun kerajaan Allah. Pada waktu Kristus hadir dalam diri kita, kita belum sempurna tapi mulai mengenal siapa Tuhan dan mengerti anugerah Tuhan. Ini dapat juga membuat kesombongan meluas, sehingga bejana lama dibangun dengan tinggi sekali. Allah membentuk kita menjadi orang yang rendah hati, setelah Allah menyelamatkan kita di dalam Yesus Kristus. Musa membawa Israel di padang gurun selama 40 tahun , karena mereka tidak bersandar pada Tuhan. Tuhan memberi manna supaya mereka bersandar pada Tuhan. Mereka diberi makan-minum “berkecukupan” agar mereka rendah hati di hadapanNya. Bejana lama adalah kesombongan, kalau dibentuk kembali menjadi rendah hati. Suatu saat saya berbicara dengan seorang hamba Tuhan yang takut untuk melayani sebuah gereja. Saat ditanya alasannya, ia menjawab, “Karena ada seorang kaya yang berkuasa di dalam gereja. Apa yang katakan akan terjadi. Jadi tidak ada seorang pun yang bisa melawan dia. Dia kaya , pendiri gereja dan pemimpin gereja itu. Ia membiayai gereja itu.” Jadi gereja itu menjadi gereja dia. Ia mengantikan posisi Kristus dalam gereja itu. Dengan pola seperti itu, berarti ia melayani dengan bejana yang lama. Bejana ini harus dipecahkan agar ia menjadi orang yang rendah hati. Ada seorang bapak di Amerika yang menceritakan pengalamannya, “Saya pernah bertengkar dengan hamba Tuhan. Suatu saat persekutuan kaum bapak mau rekreasi di Puncak. Saya sebagai ketua. Panitia sudah rapat bersama dan menentukan hanya 80 jemaat saja yang boleh ikut. Sesudah jumlah itu tercapai, tidak boleh ada yang mendaftar lagi. Beberapa hari sebelum rekreasi, jemaat yang mendaftar sudah 80 orang, namun ada 2 orang bapak yang baru ke gereja dan mau ikut juga. Karena jumlah sudah tercapai, maka mereka ditolak. Lalu mereka datang ke pendeta dan mengatakan bahwa seumur hidup baru ikut acara gereja dan bila mobilnya tidak cukup mereka bisa membawa mobil sendiri. Pendeta berpendapat baik kalau mereka bisa ikut mendengar firman Tuhan kalau bawa mobil sendiri. Jadi ia membolehkan keduanya ikut.” Bapak tersebut sebagai ketua panitia mendengarnya lalu ia mencari pendeta dan berkata, “Pendeta tidak konsisten. Saya sudah kasih tahu tidak boleh, tetapi pak Pendeta kasih, di mana muka saya mau ditaruh? Saya malu ini.” Cerita seperti itu  membuat saya mengenal bapak tersebut. Orang yang melayani, punya jabatan, tetapi keegoisannya begitu tinggi. SIkap seperti ini perlu dihancurkan di hadapan Tuhan, agar kita boleh belajar rendah hati, tidak menganggap diri lebih baik (bijak) dari orang lain, mau belajar dari orang lain. Punya sikap hati yang terbuka menampung pendapat dari orang. Tidak  memaksakan  diri di hadapan orang lain. Ada yang melayani Tuhan bertahun-tahun tidak berubah karena kesombongan menguasai dirinya dan tidak bisa melihat dirinya.

2.     Bejana yang lama adalah hati yang dingin, yang lebih berfokus pada diri sendiri. Setiap diri kita punya kecenderungan untuk mengasihi diri sendiri, tetapi mengasihi diri yang terasing dari orang lain. Kita lebih memperhatikan kepentingan kita. Kita tidak mau repot melakukan sesuatu yang baik kepada orang lain. Setiap diri kita punya hati yang dingin terhadap orang lain, sehingga waktu pelayanan tercermin keluar dari diri kita. Waktu kita dipanggil melayani, Allah memanggil supaya kita mengasihi sesame dan tidak memikirkan diri sendiri tetapi juga orang lain. Waktu pikirkan orang lain, hal ini menunjukkan sudah penuhlah kasih karunia dalam dirinya. Bagaimana mungkin air tumpah keluar kalau tidak penuh? Bagaimana kita bisa hidup bagi  orang kalau tidak ada kepenuhan? Saat mengalami kesulitan, kita belajar mengasihi orang yang membuat susah dan orang yang mengkhianati kita. Seperti Rasul Paulus mengasihi jemaat Korintus walau dituduh sebagai hamba Tuhan yang mencari uang. Rasul Paulus tidak marah walau disinggung keegoisannya. Ia mengerti bahwa ia berhadapan dengan orang Kristen yang belum dewasa dalam Kristus. Ia melayani dengan mencucurkan air mata. Ia menulis surat dengan hati yang sedih. Ia mengasihi mereka. Orang yang melayani Tuhan dibentuk untuk mengasihi lebih. Suatu kali saya melayani bersama 3 orang pemuda. Kami minta jemaat untuk mendaftarkan orang-orang belum percaya. Kami mendapat ratusan nama. Itu membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengunjungi mereka. Kami tidak mengenal mereka sama sekali. Tujuan kami ke sana untuk penginjilan. Suatu saaat kami ke Grogol mengetuk satu rumah. Seorang bapak keluar dan menanyakan maksud kedatangan kami. Kami bilang,”Kami dari gereja. Kami mau mengunjungi bapak A”. Ternyata bapak itu adalah Bapak A. Sang bapak berpikir untuk apa kami datang, untuk kebutuhan apa dan akhirnya menolak kedatangan kami sehingga kami pulang. Ada seorang pemuda berkata tidak mau melayani lagi,”Saya capai pulang dari kantor, membesuk lalu ditolak”. Saya bilang, “Karena kita ditolak memberitakan Injil, maka kita mengerti sedikit saja bahwa Tuhan Yesus pernah ditolak memberitakan Injil”. Disitu kita belajar mengasihi. Lalu saya berkata, “Mau tidak berdoa untuk orang ini? Suatu saat kita datang kembali”. Bagaimana mungkin kita bisa melayani tanpa kasih. Dari apa yang kita kerjakan, orang akan melihat siapa diri kita. Bejana baru betul-betul akan dibentuk Tuhan. Allah memakai pelayanan supaya kita semakin serupa dengan Kristus.

3.     Bejana yang lama adalah menggantungkan hidup dari diri dan pengalaman kita. Bejana baru dibentuk agar kita menggantungkan diri pada Tuhan. Manusia punya kecenderungan, saat berhasil ia menjadi percaya diri sendiri dan kalau gagal merasa minder. Setelah seorang bekerja sepanjang tahun dan berhasil, maka ia menjadi sombong, bersandarkan pada pengalaman lebih dari sebelumnya. Sebab itu, dia selalu berkata,”Aku sudah berpengalaman” dan menjadi orang yang bersandar pada kepintarannya. Maka ia merasa tidak perlu bersandar kepada Tuhan, tetapi menggantungkan pengalaman pada diri sendiri. Allah bekerja membentuk kita, memecahkan bejana kita, agar kita menggantungkan diri pada Tuhan. Ada seorang bapak berusia 78 tahun. Ia kaya, pengusaha yang berhasil di Jakarta. Anaknya meminta saya untuk membesuknya,”Papa saya tidak pernah kenal Tuhan, sombongnya luar biasa. Tetapi pintar juga luar biasa.” Suatu saat ia sakit dan dibawa ke Singapore, namun disuruh balik ke Indonesia karena sudah tidak bisa diobati. Saya datang membesuknya. Saat itu ia berkata,”Pikiran saya masih oke, tetapi tidak punya tenaga”. Setelah saya pulang, ia bertanya ke anaknya,”Pak Yonatan datang untuk apa?” Kedua kali saya besuk saya berkata,”Saya datang tidak mau apa-apa pak. Saya datang membawa kabar baik.” Lalu ia bertanya, “Apa kabar baiknya?” Saya pun menjelaskan Injil. Lalu saya bertanya,”Kenapa Bapak takut saya datang kepadanya?” Rupanya sang bapak takut orang datang karena mau minta hartanya. Hartanya banyak sekali , pelit dan bersandar pada pengertian sendiri. Say aterus menginjili dia dari waktu ke waktu. FIsiknya semakin turun. Terakhir dia berkata,”Hidup sia-sia. Saya punya harta yang banyak dan ditinggalkan untuk orang lain. Saya mati tidak bawa apa-apa. Dokter tidak bisa menyembuhkan saya.” Sampai satu titik ia serahkan diri pada Tuhan. Hatinya hancur dan serahkan diri pada Tuhan. Bejananya hancur.

Allah membentuk bejana baru menurut pandangan baik dari Tuhan. Oleh karena itu selama ada kesempatan ,layanilah Tuhan. Setiap gereja punya masalah. Gereja tidak sempurna tetapi kita juga tidak sempurna. Kalau kita berkata, “Saya tidak mau gereja ini dan pindah ke gereja lain yang lebih sempurna”, saya usulkan jangan masuk kesana, karena kita tidak sempurna kalau masuk ke sana maka gereja itu menjadi tidak sempurna. Hanya Kristus yang sempurna, sehingga saya datang ke gereja belajar kesempurnaan Kristus. Jangan banyak kristik gereja, tetapi tanya apa yang saya mau berikan kepada Tuhan. Tanya apa yang telah Tuhan kerjakan dalam membentuk diri kita di gereja. Kita melayani Tuhan dan jangan menganggap diri lebih hebat dari orang lain. Mari bertumbuh bersama-sama. Allah mau kita bertumbuh, Allah pun bekerja memecahkan bejana yang lama sehingga bejana semakin indah dipakai untuk tujuan yang mulia. Sebab itu melayani bukan karena punya sesuatu lalu berikan kepada Tuhan, karena segala sesuatu dari Tuhan (bukan milik kita). Melayani merupakan proses membentuk diri. Katakan, “selagai saya ada kesempatan, saya mau melayani Tuhan”.





Sunday, November 10, 2013

Jemaat GKKK yang Setia

Sparrow (Burung Gereja)
 
(Unedited)
 
Pdt. Hery Kwok

Kis 2:41-47
41  Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42  Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
43  Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.


Pengalaman Hidup Berjemaat
Burung gereja (sparrow) adalah jenis burung pipit kecil yang berasal dari keluarga Passeridae. Burung-burung ini mendiami kota-kota dalam jumlah yang sangat besar. Burung gereja merupakan burung yang jinak dari semua burung liar. Pada umumnya, burung gereja berbentuk kecil, berwarna coklat-kelabu, gemuk, berekor pendek, dan memiliki paruh yang kuat. Makanan burung ini adalah biji dan serangga kecil. Pada awalnya, burung gereja berasal dari Eropa, Afrika, dan Asia, kemudian burung ini disebarkan ke Australia dan Amerika. Entah kenapa diberi nama burung gereja. Ada mitos yang mengatakan mungkin karena burung ini senang hinggap dan membuat sarang di bangunan gereja. Tetapi dalam realitanya bukan saja hinggap di gereja, ia juga hinggap di tempat lain. Tema hari ini “Jemaat GKKK yang setia”. Jangan sampai kita punya predikat jemaat tetapi tidak punya kesetiaan beribadah. Jangan sampai berlabel “burung gereja”  hinggap di mana saja.

Dalam pengalaman hidup berjemaat, ada beberapa hal (kalimat / komentar) yang saya dapati :
1.     Saya tidak bertumbuh di gereja tersebut. Pernyataan ini perlu dipikirkan bersama-sama apa maknanya (apa yang dimaksud dengan “tidak bertumbuh”)? Pernyataan “tidak bertumbuh” dari mana? Kalau berkata demikian tapi tidak memahami makna perkataan tersebut jadi aneh.
2.     Saya tidak menikmati ibadah di gereja tersebut. Mungkin pernyataan ini ingin menjelaskan bahwa puji-pujiannya tidak sampai ke surge karena ada gereja yang saat bernyanyi seakan-akan rohnya pergi ke suatu tempat. Atau rasanya roh Tuhan tidak ada sehingga tidak bisa menikmati ibadah di tempat tersebut. Atau musik menggelora sedemikian sehingga membawa ke sebuah emosi.
3.     Saya tidak mendapat berkat di gereja tersebut. Saya tinggal di Kalimanis yang banyak mesjid dan saat tahlilan sering membawa nasi bungkus. Sedangkan di gereja tidak mendapat berkat atau nasi bungkus. Kalau pengertian berkat seperti itu, maka setiap kali ibadah diberi nasi bungkus (besek). Mungkin yang dimaksud berkat, artinya kita tidak mengalami sesuatu dalam hidup kita.
4.     Saya senang menjadi jemaat GKKK (Gereja Kristen Keliling Keliling). Kalau poin 1-3  di atas ada di dalam diri kita, maka jemaat kita memang senang berkeliling-keliling. Di Pos Kelapa Gading dulu saat pelayanan, banyak sekali gereja (katanya sampai tidak bisa dihitung). Tetapi yang hebat ada yang bilang bahwa ia sudah pergi ke semua gereja di Kelapa Gading. Mungkin orang ini cocok disebut GKKK.

Kenapa sulit setia dalam bergereja?
1.     Pemahaman tentang bergereja. Kis.2:42a Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Perlu dikaji pemahaman kita tentang hidup bergereja. Jemaat mula-mula di Kisah Para Rasul 2 hidup dalam keadaan sulit beribadah. Kalau ketahuan percaya pada Kristus , mereka akan ditangkap dan dihukum. Salah satu orang yang mengejar orang Kristen mula-mula adalah Saulus (Rasul Paulus). Hal ini tidak kita alami saat ini. Namun dalam kondisi jemaat seperti itu, dikatakan Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan (ayat 41-42a). Mereka hadir dan mendapat pengajaran dari firman Allah. Ukuran bertumbuh di sini ialah mendapat berkat dan menikmati dimana firman Allah yang mengubah hidup kita. Bagaimana firman Tuhan disampaikan dari mimbar gereja membuat kita mengenal Allah. Apakah firman Allah yang dialami jemaat mengubah diri jemaat? Mengubah cara hidup berkeluarga, cara berbisnis dan keseharian jemaat?. Jemaat di sana dikatakan “mereka bertekun dalam perkara itu”. Meskipun mereka sulit untuk datang beribadah karena dikejar musuh tetapi mereka setia bersekutu. Karena ada satu yang mereka cari yaitu firman Allah yang sanggup menghibur mereka, yang sanggup mengubah hidup orang. Firman Allah yang mengubah hidup dari hal yang negatif (pemarah, culas). Dari pelaku bisnis kotor ke bersih, dari suami yang jahat menjadi lembut, itu berarti perubahan. Apakah kita mengalami perubahan seperti jemaat mula-mula. Mengapa kita datang ke gereja? Karena ingin mendengar firman Allah. Bukan karena ada artisnya, pengobatan gratis, pengadaan nasi murah dll. Kalau itu menjadi dasar maka kita tidak akan menjadi setia. Gereja menyediakan pengobatan, makanan sebenarnya tidak salah. Tetapi apakah firman Allah menjadi dasar untuk mendengar?

2.     Keterlibatan Jemaat yang melayani. Pada Kisah Para Rasul dikatakan, Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kis 2:42b) dan Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati (Kis 2:46). Keterlibatan jemaat sangat jelas dalam gereja mula-mula. Mungkin ada jemaat yang berkata, “Pak Petrus nanti di rumah saya yah” atau “Setelah di rumah dia, ke rumah saya ya”. Mereka saling melayani satu dengan yang lain. Mereka melakukan hal itu dengan gembira dan tulus hati. Jemaat kalau melayani sekarang karena  ada hamba Tuhan yang “menodong” (kasih ancaman). Misalnya : kalau tidak melayani nanti bisnismu hancur, kalau tidak menyanyi  maka suaramu jadi serak-serak kacau,  kalau melayani anakmu jadi pintar dll. Padahal apa hubungan melayani dengan anak pintar? Jemaat di sana memahami firman Allah mengubah diri mereka dan mereka ingin melayani satu dengan yang lain. Ada banyak gereja memberikan kesempatan untuk melayani tetapi responnya sangat sedikit sekali. Mungkin hanya 1-2 orang yang meresponi pelayanan. Kebanyakan yang hanya hadir beribadah lalu pulang. Pdt Benny Solihin memberikan ilustrasi berikut. Di sebuah kota kecil, ada gereja yang membutuhkan orang muda untuk melayani. Dia berdoa agar orang muda dibangkitkan untuk melayani. Ternyata ada seorang executive di perusahaan yang gagah dan pintar mau melayani. Namun orang muda ini jatuh sakit dan menjadi semakin parah dan akhirnya meninggal. Hamba Tuhan ini marah kepada Tuhan, dia kecewa dan komplain kepada Tuhan. “Tuhan ini tidak adil, orang ini mau melayani tapi “dicabut”, sedangkan orang yang tidak mau melayani dididamkan saja.” Waktu hatinya begitu Tuhan berbicara, “Yang kasih kesempatan melayani itu Aku dan yang tidak kasih kesempatan juga Aku”. Hamba Tuhan ini terkejut dan sadar bahwa “melayani Tuhan itu anugerah”.  Ada banyak pelayanan di gereja ini. Saya dulu pernah mengajak guru-guru Sekolah Minggu (GSM) visitiasi ke gereja lain. Ada jemaat yang usianya sudah 70 tahun masih menjadi GSM! Jangan berpikir pelayanan Sekolah Minggu  hanya untuk orang-orang muda. Saya punya kerinduan, GSM melayani di waktu ibadah KU1 lalu setelah itu GSM beribadah di KU2. Nanti diatur lantai 4 ada ruang main anak sehingga setelah selesai kelas, anak-anak sekolah minggu bisa bermain di sana. Saya rindu ada jemaat yang rela melayani saat GSM beribadah. Waktu kita melayani maka akan lahir kesetiaan. Kalau hanya hadir lalu pulang, maka rasa untuk memiliki tidak akan muncul.

3.     Kekuatan jemaat yang berdoa. Pada Kisah Para Rasul 2:42b dikatakan Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Salah satu kekuatan gereja adalah saat gereja menjadi gereja yang berdoa. Kalau bangunan, maka pilar yang menopang bangunan itu adalah doa. Saat tekun berdoa, maka kita punya hati untuk gereja. Jemaat mula-mula berdoa dan hidup di dalamnya. Saya berkenalan dengan hamba Tuhan dari Batak. Saya pergi ke Israel ikut dengan rombongan mereka. Gerejanya banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Menurut rekan hamba Tuhan tersebut, salah satu kekuatan gereja yang melayani adalah doa. Seluruh  hamba Tuhan gereja mereka dari seluruh Indonesia berkumpul berdoa sebulan sekali. Jemaat (di Batam) dilatih untuk berdoa. Jemaat hadir untuk berdoa. Mendengar itu, saya terpesona. Kalau di gereja Proteston yang berdoa bisa dihitung dengan jempol. Jemaat tidak senang berdoa, sehingga jemaat tidak mengalami perubahan di gereja. Waktu mengalami beban, maka tidak akan tumbuh setia.

4.     Kehidupan jemaat yang bersaksi. Pada Kisah Para Rasul 2:47 dikatakan Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Karena kita tidak menjadi jemaat yang bersaksi. Walau jemaat awal sulit beribadah, jumlah mereka terus bertambah. Saya melihat keajaiban jemaat Tuhan yang bersaksi melalui hidup mereka sehingga jumlah jemaat bertambah. Saya berjumpa dengan jemaat salah satu gereja. Dia menawarkan saya untuk datang ke gerejanya. Saya pikir orang ini sangat bangga dengan gerejanya. Dia berkata, “Kalau saudara ke gereja saya, saudara akan mengalami lawatan Allah”. Dia tidak pusing, yang diajak pendeta atau bukan. Saya pikir , dia sangat senang, gerejanya dikenal orang dan di sana ada Tuhan yang hibup. Pernah bangga dengan gereja kita : “Gereja saya GKKK Mabes adalah gereja di mana saya diberkati Tuhan”. Atau malu gerejanya saja kusam dan atapnya bolong-bolong. Menurut saya, waktu kita setia bersaksi, akan lahir cinta kita pada gereja. Gereja kita banyak kesempatan bersaksi.  Selama 3 bulan kunjungan, banyak keluarga yang belum percaya pada Tuhan. Saya sangat berapi kalau diajak ke keluarga yang belum mengenal Yesus karena saya ingin berbagi cerita. Saya berkata Yesus adalah Tuhan. Selebihnya kalau mau bertumbuh saya persilahkan datang ke gereja. Mau kah kita menjadi gereja yang bersaksi?  Bersaksi melalui perkataan dan hidup kita? Maka orang akan mencari Tuhan di mana orang itu bertumbuh. Papa saya dulu suka “ribut” dengan saya karena tidak sependapat. Tapi sebelum mama meninggal, ia berkata, “Papa mau ke gereja di tempat saya melayani”. Waktu itu saya melayani di GKY Ketapang. Kebaktian dimulai pk 7, namun pk 5.30 papa saya sudah datang. Sampai satpam berkata, “Saya malu dengan orang tua bapak”. Ternyata dia melihat kesaksian hidup seseorang.

Kesimpulan
Untuk menjadi jemaat yang setia, marilah :
-        jangan hanya menonton. Kalau hanya datang ke gereja, langsung pulang seusai ibadah dan hanya “menonton”, maka jemaat tidak akan pernah bertumbuh kesetiaannya kepada gereja. Karena bila hanya menjadi penonton, jemaat tidak akan tahu apa yang menjadi beban dari gerejanya. Ibarat orang menonton bioskop, setelah selesai, ia tidak pusing apakah ada yang membersihkan ruang bioskop atau apakah gedung bioskopnya mau ambruk atau tidak.
-        jangan menjadi jemaat yang pasif. Karena waktu menjadi jemaat yang pasif, tidak akan timbul kesukaan terhadap gereja ini.
-        jangan jadi jemaat yang bersifat eksklusif (untuk golongan sendiri saja). Jangan menjadi jemaat yang tidak peduli dengan orang lain.
Dengan melihat dan mencontoh teladan jemaat Kristen mula-mula, maka jemaat GKKK Mabes dapat menjadi jemaat yang setia. Saya rindu ada regenerasi dari jemaat yang militan (benar-benar punya kesetiaan dalam bergereja atau seperti pemazmur katakan : senang pergi ke rumah Tuhan).