Tuesday, October 30, 2012

Ceramah Komsel

Pdt. Johan Gofur

Nats : Kis 2:42-47

Petobat-petobat baru di perjanjian baru memecahkan roti di rumah ibadat dan di rumah-rumah. Ini yang disebut kelompok kecil. Di Tiongkok ada gereja keluarga dimana tiap pemimpinnya dapat memimpin 10.000 orang. Para pemimpin dibantu oleh PKS (Pemimpin Kelompok Sel). Dari kelompok-kelompok sel berkembang kekristenan sehingga jumlah orang Kristen di Tiongkok ada sekitar 100 juta orang (belum 10% dari 1,3 miliar orang). Ini merupakan perkembangan tercepat di diunia.

Pdt Johan Gofur juga menerapkan komsel ini di Gereja Kristes Baptis Jakarta (GKBJ) saat melayani sebagai gembala sidang di sana tahun 1991. Lalu saat melanjutkan sekolah theologia, Pdt Johan membuat skripsi bagaimana memulai gereja sel. Buku yang ada saat itu hanya dari Merry Go yang  masih terlalu teoritis. Sayangnya di GKBJ saat itu , Komsel tidak berhasil dikembangkan. Mimpi Pdt Johan untuk memulai Komsel baru terealisasi saat meninggalkan GKBJ dan ke Singapura. Disana Komsel berkembang. Dari tidak ada orang setelah 7 tahun ada 500 orang.

Sebenarnya metode ini diberkati pada gereja mula-mula. Lalu dipakai terlebih dahulu oleh gereja karismatik (tidak pada gereja Injili) sehingga menimbulkan kesan yang keliru bahwa metode ini untuk gereja karismatik.

Gereja Sel tidak sama dengan Persekutuan Rumah Tangga (kelompok sel dalam gereja). Seperti pada gereja Injili ada pembagian wilayah. Pada persekutuan RT ajak tetangga-tetangga dan nanti ada Hamba Tuhan datang. Mula-mula ramai tetapi lama-lama tidak ada yang datang kecuali tuan rumah.

GKJ Tambora saat ini menerapkan metode ini. Sehingga menjadi gereja sel yang agak maju dan cepat bertumbuh. Gereja ini yang paling cepat bertumbuh dari gereja-gereja injili. Komsel efektfi dalam penggembalaan karena dibagi kelompoik. Terdapat 2 versi komsel yakni :

1.       5 x 5 yang berasal dari Pdt. Dr. Paul Yonggi Cho, namun diawal abad 21 mengalami stagnasi.
Strukturnya terdiri dari 5 susun yakni Gembala Sidang (GS) – Gembala Wilayah (GW) – Kepala Wilayah (KW) – Kepala Kelompok (KPS) – Jemaat. Jemaat satu kelompok maksimum 15 orang. Jika sudah giat dilakukan, maka orang baru di gereja jadih rebutan diantara kelompok yang ada. Kelompok dibagi berdasarkan umur & jenis kelamin (misal : ortu, pemuda, remaja, profesional, pria dan wanita). Bila jumlahnya sudah 15+1 orang maka sel dipecah jadi 8 + 8. Ketuanya PKS dan wakil PKS lama menjadi PKS baru.  Sehinga PKS semula pimpin 8 orang dan wakilnya pimpin 8 orang lagi. Berkembangnya cepat. Tapi lama-lama frustasi PKSnya karena setelah bertumbuh jumlah tinggal 8 dari 16. Karena setelah 16 , kepala wilayah instruksikan untuk pecah. Jadi PKS tidak mau tambah lagi  setelah 15.  Metode ini dpakai oleh Gereja-gereja di Korea terus di Indonesia diikuti Bethany, Abba Love. Terbukti berkembang. Tapi secara alami frutasi. Pertemuan 1 minggu 1 kali waktunya ½ - 2jam. Disini saling perhatian. Bila ada anggota sakit, PKS bawa 1-2 anggota bersukyang sakit. Juga bila ada yang pindah rumah tidak pernah lagi perlu pendeta. Juga melayani pengusiran setan, buang berhala. PKS sudah dilatih untuk itu (PKS dilatih seperti gembala kecil). Hal ini berbeda karena biasanya Pdt yang diandalkan (juga lebih diandalkan dibanding Ev atau majelis). Kelompok Wilayah juga orang awam seperti PKS (bukan Hamba Tuhan). Dia menangani 5 PKS sehingga 1 KW ada sekitar 80 jemaat. Sedangkan 1 GW menangani 5 KW sehingga terdapat sekitar 400 jemaat. Gembala Wilayah ada 2 , 1 awam dan 1 Hamba Tuhan. Awam biasanya panatua. 1 Gembala Sidang (GS) menangani GW.  Jika anggota ada masalah tidak langsung ke GS karena bisa-bisa GS mati berdiri kalau semua anggota bermasalah. Jemaat bermasalah ke PKS. PKS bermasalah ke KW. KW ketemu PKS 1 minggu 1 x waktunya ½-1 jam. Waktunya bisa lunch time, setelah makan siang langusng komsel, berikan bimbingan dan doa syafaat. 1/1 jam doa bersama dan ½ jam untuk kasih support. KW report ke GS bila ada masalah-masalah sangat serius. Baru ke GW terus ke GS. GS bolah adakan pengumuman ke jemaat. Tapi sebelumnya berikan pengarahan ke GS yang harus tangkap visi, baru GW transfer ke KW selanjutnya ke PKS dan jemaat. Sehingga GS 2 x sampaikan visi (ke GW dan jemaat). Ini populer tahun 70an selama 30 tahun. Tapi masalahnya , kelompok yang sudah akur disuruh ‘cerai’. Tidak mudah untuk bina hubungan baru.

2.       G-12 (government of 12). Bagaimana memimpin 12 orang.
G-12 mulai tahun 90an sehingga sekarang sudah berjalan belasan tahun. Dimulai dari pendeta asal Kolombia yang tidak berbahasa Inggris tapi bisa bahasa Spanyol. Dia dapat visi dari Tuhan dan terus mendoakannya. Jemaatnya berkembang dari 70 jadi 200 tidak sampai 3 bulan. Dia minta lagi 3.000 dan dia menerapkan metode 5x5. Dia juga akhirnya mengalami stagnasi dalam komsel. Lalu dia diberi visi 12 yang disebut G-12 seperti 12 suku Israel. Dari 12 muncul lagi 12 orang lain dan seterusnya. G-12 bukan metode,ia merupakan visi, strategi. PKS ditraining untuk mengatasi jemaat yang sakit, menangkan jiwa, PI pribadi, usir setan sehingga pendeta tidak banyak involve seperti Pdt Johan sehingga akhirnya pimpin orang tua (ada 11 komsel). Tetapi yang pimpin tetap orang lain. Jadi pendeta agak nganggur. Jadi tidak heran bila jemaat pindah sudah 2 bulan, pendeta tidak tahu. PKS jadi seperti wakil GS. Sekarang ada kehangatan dalam persekutuan. Dalam komsel ada 3 istilah strong, permanent dan long term relationship (hanya maut yang bisa pisahkan). Jadi bila jemaat bertambah bisa digembalakan. Berbeda dengan gereja tradisional, besuk dari pk 16-22 hanya bisa jangkau 3 orang.

Bagaimana memulai komsel untuk gereja injili / tradisional karena komsel dianggap karismatik. Karena mereka yan gmulai dulu G-12 strategy yang sangat membantu pertumbuhan gereja. 4 Strategi dalam G-12 yakni win  (menangkan jiwa), consolidate, disciple dan send (mengutus). Perlu mengutus karena bila saya percaya pada Tuhan, tapi tidak pernah menangkah jiwa bagaimana? G-12 tidak istilah tidak tahu bagaimana menangkan jiwa. Bahkan dari kecil sudah dilatih jadi PKS. Seperti anak Pdt. Johan. Bila teman tidak datang, ditelepon. Hidup, gaya, perhatian impartasi (tidak dibuat-buat). Diharapkan jadi tidak perlu didorong. Otomatis karena waktu jadi anggota sel, diperhatikan dan dilayani PKS sehingga dia lakukan dengan penuh komitmen dan cinta Tuhan sehingga ingin menangkan jiwa sebanyak-banyaknya. Berapapun harga yang harus dibayar. Yang repot di Singapura ada yang terbeban melayani pelacur. Akhirnya mereka dibuat pelayanan sosial untuk pekerjakan mereka di Singapura dan mereka digaji. Setelah menangkan jiwa lalu konsolidasi. Karena kalau dikasih pendeta semua jiwa baru, maka pendeta bisa mati berdiri. Setelah menangkan jiwa (melahirkan) lalu jadi Bapa – Ibu rohani sehngga dia perlu diperhatikan iman rohani. Terus masuk tahap 3 melatihnya jadi murid (disciple).  Disini harus ada bahan yang ditentukan.

Terdapat 3 tahap encounter yaitu pre-encounter, encounter dan post encounter. Pada pre-encounter, setelah menangkan jiwa masuk ke persekutuan dan jelaskan tentang 4 hal (keselamatan, Alkitab, ibadah,??). Dilakukan 1 to 1. Bisa sambil makan, sehingga jemaat tidak terbeban. Waktu harus diatur dengan bijaksana supaya tidak masalah di keluarga.
Pada tahap encouter, lakukan retreat, bahannya seperti katekisasi. Di gereja Pdt Johan ada 10 pelajaran. 3 hari dan 2 malam di hotel bintang 3 Singapura. 1 orang bayar 140 Sin$. Yang bayar PKS atau anggota kelompok sel yang bertanggung jawab agar masuk encounter. Setelah pembinaan (bukan hanya pengetahuan / knowledge) lalu baptisan. Setelah 10 pelajaran termasuk katekisasi, bila mau lahir baru buat surat pernyataan mau dibaptis.
Setelah itu selang 1 minggu masuk ke post encounter, dimana ada 10 pelajaran juga yang dilakukan di gereja (tentang iman, kesetiaan, komitmen, menyelesaikan bad habit setelah lahir baru / bagaimana menghadapi percobaan) yang dikupas secara detail. Setelah post encounter 80% an peserta bereskan dendam, kepahitan, benci karena dibantu oleh counsellor yang terlatih. Sehingga yang ingin cerai minta ampun dengan Tuhan dan pasangan dan diberkati. Biasanya orang Tionghoa tidak mau kasih tahu bila salah. Ini adalah tipuan Iblis sehingga perlu pertolongan Tuhan melalui Roh Kudus. Jadi bukan knowledge saja. Karena makin pintar makin berdosa karena makin pandai kritik orang lain. Setelah itu diutus ke luar jadi pemenang jiwa lalu keempat strategi terulang lagi sehingga gereja bertumbuh secara multiplikasi.

Gereja tumbuh secara alami, akhirnya balik ke kelompok kecil. Karena 50 an orang juga sulit digembalakan / diperhatikan. Kelompok sel efektif selain penggembalaan juga pemberdayaan sumber. Disini tidak ada yang nganggur. Semua punya kesempatan jadi PKS. Sangat efektif menjangkau jiwa baru, setelah win , konsolidasi baru jadi murid. Biasanya di gereja tradisional, baru tobat berapi-api. Biasanya setelah api mulai padam baru dipercik lagi sehingga sulit membangkitkan semangatnya. Pada kelompok sel ini, pria dan wanita dipisah supaya homogen. Jadi ada sel ibu-ibu, bapak-bapak. Sel ibu saat anak sekolah, sel bapa setelah pulang kerja.

Untuk pembinaan jiwa perlu 9 bulan. Pre encounter 4 bulan. Anggota komsel yang melanggar ditegor seperti pinjam uang. Yang mau pinjamkan uang kasih ke diakonia untuk disalurkan ke anggota yang mau pinjam sehingga ada perhatian dari gereja.

G-12 pakai network. Misal X network ada 12. Masing-masing ada bawahan lagi sehingga di generasi ketiga ada 144 orang. Terus generasi keempat ada 1728 orang. Bila ada 4 network maka ada 4 x 1728 orang. Sedangkan Hamba Tuhan yang diperlukan hanya 10-12 orang saja. Komsel dimulai dengan transfer visi terlebih dahulu, setelah semuanya setuju baru latih PKS.

No comments:

Post a Comment