Sunday, October 28, 2012

THE POWER OF LEARNING TOGETHER




Astri SInaga Mth, Emaus Center – STT Amanat Agung

Belajar dalam Kelompok
-          Belajar dalam kelompok tidak pernah dimaksudkan untuk menggantikan pola belajar individu, melainkan sebagai alternative.
-          Tapi banyak penelitian telah membuktikan bahwa belajar kelompok memberikan dampak yang besar dalam proses pembelajaran individu dan memiliki sejumlah keuntungan dibanding belajar individu.
-          Keuntungan yang utama adalah pada aspek kooperatif yang dapat terbantu pengembangannya lewat belajar kelompok
-          Setiap peserta akan memperkaya proses belajar dalam kelompok , baik dalam aspek kognisi, afeksi maupun kehidupan komunalnya.
-          Belajar dalam kelompok akan memberikan kesempatan setiap orang melakukan apa yang dipelajarinya sehingga pembelajaran bukan hanya sekedar menambah ilmu, tapi membangun kehidupan spritualitas jemaat yang sehat.

Mengembangkan Efektifitas dalam Kelompok
Ada beberapa hal yang harus ada untuk terciptanya sebuah kelompok yang efektif :
·         Peserta harus dapat bekerja sama
·         Kerjasama bukanlah sesuatu yang “given” melainkan sesuatu yang harus diupayakan
·         Ada beberapa ketrampilan yang perlu dimiliki seseorang untuk bisa belajar dalam kelompok
1.       Ketrampilan berbagi dan berpartisipasi
-          Seringkali orang dewasa pun susah dan miskin dalam hal ketrampilan berbagi. Ketrampilan berbagi harus dimulai dengan kesadaran bahwa ada orang lain yang sama pentingnya.
-          Seringkali ditemui bahwa ada peserta yang sulit untuk berpartisipasi di dalam kelompok karena merasa malu dan tidak kooperatif.
-          Pada kenyataannya memang ada tipe pembelajar  yang introvert dan cenderung ‘avoidant’ dan tidak suka berpikir bersama.
-          Seorang fasilitator harus dapat menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk seorang yang kurang trampil dalam berbagi menjadi lebih baik dalam bergai dan berpartisipasi.
2.       Ketrampilan komunikasi
Ketrampilang komunikasi penting sekali untuk mengemukakan ide-ide dalam kelompok. Sering ditemui bahwa peserta sulit mengemukakan idenya kepada orang lain secara efektif.
3.       Ketrampilan mendengar yang aktif
Kita sering menemui ada peserta dalam kelompok yang hanya menunggu gilirannya bicara tanpa mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Targetnya hanyalah untuk menyampaikan apa yang ingin ia katakan tanpa lebih dulu mendengarkan.

-          Penting sekali untuk seorang fasilitator mengenal pesertanya : siapa yang pemalu, siapa yang pemberani, siapa yang talkative, siapa yang sering berpikir berbeda, siapa yang berpikir sangat logic, siapa yang emosional, siapa yang selalu ingin berbagi cerita hidupnya.
-          Tugas fasilitator adalah mengelola kelompok menjadi kondusif untuk setiap peserta bicara dengan aman, mengemukakan pendapat, bertanya, menjelaskan, sehingga setiap peserta bisa saling membelajarkan. Fasilitator tidak menjadi center.
-          Fasilitator perlu memperhatikan struktur kelompok. Berbeda tapi tidak terlalu jauh mis : tinggi + rendah. Tinggi + sedang -> memberi dan menerima. Sedang + rendah -> memberi dan menerima.
-          Struktur kelompok yang salah pada umumnya : tinggi + tinggi -> merasa tidak perlu, rendah + rendah -> tidak mampu.
-          Meskipun metode kelompok ini dapat menjadi kekuatan dalam proses belajar, tapi metode ini juga memiliki sejumlah ketidakuntungan.
-          Ketidakuntungan metode ini justru terletak pada sifat kooperatifnya kerja kelompok itu.Sering ditemukan bahwa peserta tidak mengembankan belajar mandiri malah dapat menimbulkan ketergantungan pada anggota-anggota yang dominan. Atau di lain pihak ada anggota-anggota tertentu yang tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam kerja kelompok.

Hal yang harus dikembangkan oleh seorang fasilitator dalam kelompok :
-          Mental model : we all are learners as well as teachers.
-          Mengenali dan mengelola kelompok dengan berbagai pola pikir yang berbeda sehingga perbedaan itu justru akan memperkaya.
-          Suasana belajar yang kondusif : rasa aman, nyaman, tidak takut salah, saling menghargai dan bebas.

Salah satu kekuatan dalam belajar berkelompok adalah “diskusi”
-          Diskusi adalah model belajar yang sifatnya persuasive, bukan sekedar meletakkan pikiran pada orang lain yang sering dilakukan dalam pembelajaran satu arah. Di dalamnya ada banyak upaya persuasive setiap orang dalam berpendapat untuk belajar. Mengarahkan jawaban dengan pertanyaan-pertanyaan, tahan diri untuk memberi jawaban.
-          Sebenarnya sebagai orang Kristen, kita juga harus menjadi orang yang punya influence  dalam hidup orang. Demikian juga dalam diskusi kita memberikan influence bukan pemaksaan.
-          Diskusi dalam group dapat menjadi tempat yang baik untuk orang bertanya, meragukan pemahaman lama, dan mengaduk kembali menjadi pemikiran baru. Itulah yang disebut oleh EM Griffith sebagai “melting”, melting ini adalah pra-kondisi seserang untuk bisa berubah.
-          Diskusi mungkin tempat yang sulit untuk orang dibentuk baik opininya maupun karakternya. Orang  bisa merasa “kalah, merasa terpojokkan , merasa tersingkir, bila kita tidak peka terhadap setting dan anggota kita.

Ketrampilan memimpin diskusi
-          Ketrampilan yang paling utama dalam memimpin diskusi adalah ‘mengajukan pertanyaan’
-          Pertanyaan yang tepat akan membuat diskusi dapat dimulai dan tetap berjalan
-          Pertanyaan-pertanyaan yang berbeda akan menghasilkan tanggapan dengan pikiran yang berbeda-beda juga. Jadi kita harus tahu bagaimana membuat pertanyaan dankapan pertanyaan itu diberikan.

Ada 4 jenis pertanyaan :
1.       Pertanyaan Fakta
-          Pertanyaan ini menuntut jawaban yang bersifat informasi, yang seringkali informasi itu sebenarnya adalah sesuatu yang sudah diketahui oleh peserta.
-          Pertanyaan factual adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang benar dan mutlak. Biasanya pertanyaan factual tidak menolong banyak untuk membuat diskusi berjalan, karena sifat jawabannya yang hanya satu yang benar. Tapi bukannya tidak berguna.
-          Bacalah Kisah Para Rasul 13-14. Identifikasi kota-kota yang dikunjungi Paulus secara kronologis, siapakah karakter yang muncul di setiap kota, dan apa peran karakter tersebut dalam perjalanan misi Paulus
-          Lihat 2 Kor 8:1-15. Apakah yang Paulus katakana tentang jemaat Makedonia dalam usaha mereka membantu gereja Yerusalem ? (1-5).
2.       Pertanyaan Analisis
-          Pertanyaan  ini terkait dengan informasi tertentu untuk dianalisa dan diambil kesimpulan
-          Pemimpin mengajak peserta melangkah lebih jauh dari sekedar pertanyaan factual, untuk memikirkannya lebih lanjut apa arti fakta tersebut
-          Peserta akan diajak untuk berpikir aktif dengan melihat bahwa melihat fakta saja tidak cukup. Mereka harus mengambil kesimpulan berdasarkan fakta yang mereka peroleh.
-          Pertanyaan analisis umumna lebih sulit dijawab daripada pertanyaan fakta. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab juga perlu lebih panjang. Kadang kita harus menunggu peserta untuk mengumpulkan (loading) data yang dimilikinya, jangan diputus proses berpikir mereka.
-          Apakah yang Paulus katakana tentang jemaat Makedonia dalam usaha mereka membantu gereja Yerusalem? (1-5)
-          Apa kesimpulan anda tentang orang Makedonia dari sebutan Paulus kepada mereka sebagai orang yang sangat “miskin tapi kaya dalam kemurahan”?
3.       Pertanyaan Produktif
·         Pertanyaan ini tidak mencari satu jawaban yang paling benar melainkan sesuatu yang terbuka. Peserta akan dituntut menjawab dengan masing-masing jawaban berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Jadi mereka diminta untuk mengahasilkan jawaban-jawaban yang unik dan original. Tidak ada jaaban benar dan salah dalam pertanyaan ini. Contoh : dalam hal apakah gereja saat ini juga seperti orang-orang yang Paulus ungkapkan kepada Korintus Apakah peran Gereja di Indonesia dalam mendidik bangsa?
4.       Pertanyaan Evaluatif (bisa teringat masa lalu. Bersifat personal dan menyatakan nilai seseorang. Harus hati2)
-          Pertanyaan evaluative akan memberikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab berdasarkan nilai yang dia miliki. Jadi inipun tidak membutuhkan satu jawaban yang pasti benar, karena sifatnya yang open-ended questions. Untuk menjawab pertanyaan ini, diperlukan suatu nilai / standard untuk menilai apakah sesuatu baik atau tidak. Contoh : menurut anda, apakah yang harus kita lakukan supaya pemulihan Tuhan dapat kita alami?
-          Pertanyaan evaluative sebenarnya pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab , kita harus memberikan waktu yang cukup untuk peserta didik menjawab pertanyaan ini.
-          Dari jawaban-jawaban yang muncul akan memperlihatkan standard atau nilai yang bekerja dalam diri seseorang, yang bahkan tidak disadari. Tapi diskusi dengan pertanyaan ini akan memberikan kesempatan untuk mengevaluasi kembali nilai yang dimiliki seseorang.
Beberapa Teknik Memimpin Diskusi
-          Memimpin diskusi nampaknya mudah, bahkan sering orang beranggapan lebih mudah dari menyajikan materi atau lecturing.
-          Anggapan ini karena adanya dimensi spontanitas yang kuat di dalam suatu diskusi. Tapi sebenarnya spontanitas itu bisa terjadi karena pemimpinnya memiliki alur diskusi yang sudah dipersiapkan dengan ketat.

Memulai diskusi :
-          Diskusi dapat dimulai dengan beberapa metode atau cara. Yang paling umum adalah memulainya dengan pertanyaan factual.
-          Pertanyaan factual resikonya kecil, biasanya orang nyaman-nyaman saja dengan pertanyaan factual. Tapi bisa juga dengan pertanyaan yang lebih provokatif. Dibuka dengan pertanyaan evaluative, misalnya : menurut anda apa problem terbesar yang dihadapi gereja saat ini berkaitan dengan kepemimpinan?
-          Bisa diberi opsi jika semuanya diam.

Mempertahankan intensitas diskusi :
Diam <-> bertanya <->  menyimpulkan <-> Diam

Melakukan prompting questions (ketika peserta tidak bisa jawab)
-          Ketika peserta diam dan tidak bisa menjawab pertanyaan anda, maka anda perlu melakukan prompting question yaitu pertanyaan yang akan memberikan petunjuk atau clue terhadap pertanyaan sebelumnya.
-          Contoh : apakah yang Allah lakukan kepada orang Israel untuk memulihkan bangsa ini? Mengapa ia mau melakukan hal tersebut (ay 2,3 dan 6). Petunjuk : ada berapa kata kerja dalam ayat 2-3 yang dilakukan oleh Allah dalam upaya memulihkan umatNya? Disusul pertanyaan : menurut anda apa arti dari masing-masing kata tersebut?
-          Probing questions adalah pertanyaan yang sifatnya menyelidiki lebih jauh. Ketika peserta bisa jawab, kita harus menggali lebihdalam.
-          Pertanyaan ini diberikan ketika pemimpin ingin membawa peserta berpikir lebih mendalam tentang hal yang dibahas atau tentang pertanyaan sebelumnya.
-          Contoh : apakah artinya “menyembuhkan orang-orang yang patah hati?” (ayat 3). Apakah yang menyebabkan bangsa Israel menjadi patah hati? APa yang terjadi pada orang Israel yang patah hati itu (untuk gali lebih dalam)?
-          Hal yang harus diberikan adalah pertanyaan prompting dan probing bagi fasilitator. Intinya ibarat peluru bagi fasilitator. Disini dituntut menyediakan tool yang lengkap.

Membuat konklusi
Dari waktu ke waktu penting bagi pemimpin diskusi untuk membuat konklusi atau kejelasan untuk membuat peserta selalu terjaga dengan alur diskusi. Kadnag pada akhir diskusi, tidak ada kesepakatan, dan orang-orang masih berbeda pendapat dan issue yang dibahas mungkin belum selesai. Bagaimanapun juga penting sekali membawa peserta diskusi memiliki sense bahwa diskusi itu akan segera berakhir.
-          Kita sering kuatir kalau jemaat bertanya yang “aneh-aneh”, padahal itu adalah resiko belajar.
-          Belajar berkelompok akan mengundang pertanyaan. Tidak bertanya tidak belajar
-          Membendung pertanyaan-pertanyaan sama juga menggembok proses belajar. Pertanyaan aneh adalah konsekuensi pembelajaran.

Memang ada berbaga motivasi orang bertanya yakni supaya orang tahu dia tahu, ingin menguji, tidak tahu dan ingin tahu.
Urutan porsi terbesar dalam :
Bible Study Group : Studi ALkitab, diskusi aplikasi, fellowship-worship
Care group : Diskusi aplikasi, Studi Alkitab , fellowship-worship
Ministry group  aplikasi untuk pelayanan, studi ALkitab, fellowship-worship
Discipleship Group : porsi hampir sama diskusi aplikasi-studi ALkitab – fellowship-worship

Belajar kelompok dengan life expedition
-          Jalannya pembelajaran dalam kelompok seperti yang terlihat dalam buku Life Expedition adalah terdiri dari 4 tahap : kompas, jelajah, teropong dan lentera
-          Buku panduan akan memperkaya fasilitator dalam memimpin kelompoknya sehingga interaksi antar anggota kelompok dan dengan multimedia yang ada dapat berjalan maksimal setiap tahapannya.

-          Di dalam buku panduan, sudah disediakan promting question dan probing question untuk menolong fasilitator dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Jadi mungkin dalam KK ini, yang perlu anda lakukan adalah “how to keep the ball rolling”.
-          Sebagai fasilitator anda harus menjaga supaya bola itu bergulir dan akhirnya anda membawa kelompok sesuai dengan peta life expedition dalam tiap topicnya.
-          Bahkan berguirnya tetap dengan energy, dinamika dan excitenment yang tetap terjaga.

How to keep the ball rolling
1.       Jangan memberikan penilaian (judgment)
Selalu ingat bahwa setiap orang punya potensi untuk berkontribusi dalam jawaban dan pertanyaan bagi proses belajar. Kalau ada pertanyaan yang menurut anda sudah keluar topic, maka dengan lembut anda harus bisa mengalihkan pertanyaan orang itu kepada hal yang lain.
2.       Jangan berkhotbah
Khotbah-khotbah yang dilakukan dalam kelompok kecil biasanya terjadi karena fasilitator ingin mengemukakan pemikirannya sendiri, dan tidak terbuka.
3.       Selalu siap dengan persiapan yang terdepan
Kalau anda tidak siap anda akan mudah tersesat oleh berbagai diskusi. Atau tidak bisa mendengar dengan baik, karena anda sibuk dalam pikiran anda bagaimana menjawab pertanyaan yang berikutnya.
4.       Ciptakan suasana selalu gembira
Suasana gembira akan memperlancar proses belajar. Gembira tidak berarti selau tertawa, tapi sukacita: ada kerelaan mendengar, tidak takut dinilai, dan tidak kuatir terlihat bodoh.
5.       Ciptakan partisipasi yang imbang
Pastikan semua orang punya kesempatan untuk berkontribusi.
-          Progresi pidato : A -> B->C
-          Progresi Diksusi :                 A -> B , C dan D. B -> E, F. C -> G, H, D -> I , J.
-          Usahakan 1 topik selesai. Ciptakan kurikulum yang menjemaat.

Mempertahankan kelompok kecil
-          Semua harus terkoneksi
-          Tugas tim kerja adalah “membakar”
-          Ibarat api unggun
-          Tim kerja terlibat menjadi fasilitator termasuk pendeta (gembala sidang)

Rencana Kerja Pengembangan Kelompok Kecil

Life Expedition :
Goal : menemukan hidup lebih bermakna, peserta dapat memaknai setiap tahap hidup, peristiwa hidup, dirinya dan komunitasnya

Natur kelompok :
-          Terbuka , tapi mengupayakan komitmen
-          Intergenerasi dengan range usia 20-25 tahun
-          Khusus remaja akan melakukan KK sendiri dengan usia kelompoknya
-          Pertemuan dilakukan 1 x seminggu atau 2x seminggu
-          Kelompok kecil yang menekankan fellowship, belajar dan latihan melayani (discipleship)

-          Jangan berani melangkah jika belum matang karena melibatkan banyak orang.
-          Dibutuhkan flesibilitas tingkat tinggi untuk jemaat yang bervariasi. Standar : karakter baik, keluarga baik, pelayanan makin baik.
-          Harus dibuat berjenjang karena hidup kita terus berjenjang
-          Tim fasilitator harus memikirkan bahan selanjutnya
-          Harus dipikirkan setiap minggu harus ada yang baru berkaitan dengan kelompok kecil – dibutuhkan tim kreatif / tim acara.
-          Harus melibatkan gembala sidang.

Natur fasilitator
-          Direkrut oleh tim kerja yang mengenal jemaat
-          Sudah melayani minimal 5 tahun
-          Memiliki kedewasaan dan kepemimpinan rohani
-          Mau belajar
-          rela

1.       Controlling system.
-          Wilayah KK : pemetaan wilayah (apa siapa saja dan siapa pemimpinnya), networking wilayah
-          Peserta KK : form evaluasi untuk mengetahui perkembangan KK (paham/semangat tidak)
-          Fasilitator KK : surat gembala , apresiasi (card, gift)
2.       Spiritual Enrichment and Empowering
-          Konsultasi (YM, email, website)
-          Pertemuan fasilitator untuk pengayaan rohani
-          Pertemuan fasilitator untuk pengembangan skill (hermeneutic sederhana, pimpin diskusi)
3.       Ibadah Ray
-           Untuk menyatukan visi
-          Membangun komunitas yang sehat
-          Melibatkan kk sebagai pelayan
-          Mengajak orang baru yang belum masuk KK
-          3x dalam setahun
-          Setiap anggota komsel terlibat, bukan berpusat pada sesuatu yang central. Untuk menunjukkan bahwa mereka bagian dari jemaat besar. Masuk bidang pembinaan.
4.       Literatur
-          News Letter : 2 bulan sekali, updating KK/berita KK
-          Dokumentasi : pengelolaan data/filing, distribusi bahan
5.       Alat Bantu Belajar
-          Buku life expedition 52 pelajaran dibagi dalam 4 bab : untuk peserta KK dan fasilitator KK
-          Multimedia : untuk fasilitator dan peserta KK
-          Buku panduan fasilitator : untuk fasilitator

Rancangan multimedia untuk fasilitator
Contoh : 34. Komitmen seorang pelayan. Dalam konteks Paulus, arti prajurit dijelaskan dengan pengertian “Herald”. Herald adalah seorang yang hanya mendengarkan kata komandannya. Dan dialah yang akan menjadi utusan yang menyampaikan keputusan atau perintah. Tentu ini adalah sebuah kepercayaan besar dan menuntut ketaatan yang total untuk dapat menyampaikan sesuai dengan apa yang diperintahkan. Berita itu pastilah sangat penting karena berkenaan dengan strategi untuk mencapai kemenangan. Maka tidak heran jika Paulus mengatakan bahwa dia adalah orang yang berjuang dan tidak memusingkan diri soal-soal penghidupannya. Hal ini tidak berarti Paulus mengajarkan bahwa kita tidak perlu memikirkan hal0halyang berkaitan dengan penghiduapn seperti rumah, makan, keluarga dan kebutuhan lainnya. Tapi fokus Paulus dalam ajaran ii adlah bagaimana sebuah pelayanan menuntut keseriusan, totalitas dan komitmen yang tinggi dalam menjalankannya.

Rancangan multimedia untuk peserta KK
Contoh: kejujuran : menampilkan gelas dengan air enggan berbagai kondisi untuk menggambarkan pergumulan kejujuran seseorang. A. gelas dengan air beriak. B. gelas dengan air kotor. C. gelas retak.
Kejujuran adlah hal sudah semakin langka di jaman ini. Hati manusia terlalu gelap untuk bisa bersikap jujur. Jujur itu membutuhkan kemurnian hati dan kejernihan pikiran. Kejujuran itu mahal harganya. Ada kejujuran yang diupayakan dengan keras namun dibalas dengan pengkhianatan. Pernahkah anda memiliki pengalaman seperti ini?

No comments:

Post a Comment