Monday, May 29, 2017

Pudarnya Semangat Menginjili


(Fokus pada Amanat Agung yang Tidak Dikerjakan)

Ev. Lien Vera Sitorus

Matius 28:16-20
16  Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.
17  Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu.
18  Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
19  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
20  dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Roma 1:16-17
16 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.
17 Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Penyebab Pudarnya Semangat Penginjilan

                Mengapa semangat penginjilan bisa pudar? Ada beberapa  hal yang bisa menyebabkan pudarnya semangat menginjili  :

1.    Belum lahir baru.

Orang yang ada di gereja , suka mengikuti kegiatan di gereja atau ikut melayani (aktifis) belum tentu sudah lahir baru. Hanya orang yang telah lahir baru akan memiliki semangat menginjili. Hanya orang yang telah lahir baru akan menjadi terang dan garam dunia. Matius 5: 13-16 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.  Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Oang yang telah lahir baru, buahnya akan kelihatan. Hal ini bisa dilihat pada Matius 7:16-23 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.  Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.  Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.  Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Mat 7:16-23 merupakan perikop tentang pohon yang menghasilkan buah yang baik. Dari buahnya orang akan mengenal mereka. Kepada orang yang belum lahir baru, tentu tidak berkaitan dengan pudarnya semangat penginjilan  karena ia belum mengerti tentang Injil. Jadi pastikan hari ini kita telah menjadi orang Kristen.

2.     Sudah lahir baru tapi tidak bertumbuh.

Mengapa tidak (belum) bertumbuh?

a.        Benih ditaburkan di pinggir jalan (mendengar tapi tidak mengerti)

Matius 13:19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Orang menerima firman Tuhan tapi tidak pernah mau mengerti tentang firman Tuhan.

b.       Penindasan dan penganiayaan

Mat 13:20-21  Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Pudarnya semangat penginjilan karena ia tidak berakar disebabkan penindasan dan penganiayaan.

c.        Kekuatiran dan tipu daya kekayaan
Mat 13:22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.

Apakah benih kita ini ditabur di pinggir jalan, tanah berbatu, semak duri atau di tempat yang subur? Kalau yang di pinggir jalan, berbatu-batu dan semak duri, tentunya pasti pudar semangat penginjilannya. Itulah sebabnya sebelum Tuhan Yesus naik ke surga dikatakan, “Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka (Mat 28:16)”.  Satu ayat ini apa faedahnya (untung atau maknanya)? Apa manfaatnya bila nanti ketemu di Galilea? Matius 26:32 Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke Galilea." Matius 28 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu." Galilea adalah tempat yang dijanjikan. Apakah mereka percaya? Kitab suci mengatakan, sebagian ada yang ragu-ragu.

Sebagian dari orang-orang Kristen ada yang suka hasil yang instan. Bila Tuhan Yesus ada dalam diriku maka anak sehat, kerja lancar, orang tua sehat , itu yang menjadi hal utama dalam diri orang Kristen saat ini. Hidup harus enak, dihargai dan dihormati. Bila hidup tidak memuaskan, maka akan saya pertanyakan di mana Tuhan? Ketika gubernur DKI diputuskan masuk penjara selama 2 tahun, pertanyaannya ,”Mengapa Tuhan?” Itu pertanyaan menunjukkan keraguan, “Apakah Tuhan ada?”, “Haruskah A Hok mengalami penderitaan itu ?” Mendengar berita tersebut, saya langsung berdoa saat itu, “Tuhan di mana Engkau ? Tidakkah engkau menghentikannya? Mengapa begitu Tuhan?” Ternyata menjadi orang Kristen, tidak mudah. Saya minta maaf terlebih dahulu sebelum mengajukan pertanyaan, “Jikalau sesaat lagi kita mendapat berita bahwa anak atau orang tua atau istri atau suami meninggal dunia , apa yang bergejolak dalam hati? Apakah kita baik-baik saja?” Apalagi ada yang berjanji untuk bertemu namun tidak kesampaian. Contoh : seminggu sebelum memasuki Jumat Agung dan Paskah saya berdoa, “Tuhan mohon pelihara dan jaga mama dr. Kim Tju yang sedang lemah tubuhnya.” Kemudian di suatu pagi terdengar bunyi telepon di pastori. Biasanya kalau ada telpon di bawah pk 5 pagi merupakan pertanda adanya sesuatu. Waktu itu yang teringat di kepala saya , “Aduh Tuhan tidak menjawab doa saya.” Fokus pikiran saya kepada mama dr. Kim Tju. Tetapi saat saya terima teleponnya ternyata berita tentang meninggalnya mama Pdt. Hery Kwok. Pdt. Hery berkata,”Saya berjanji mau bertemu dengannya hari Selasa.” Biasanya hari Minggu Pdt Hery pulang ke rumah. Tetapi karena kesibukannya maka  dari Jumat  hingga Senin belum bertemu dan ternyata pada pk 5 hari Selasa mama Pdt Hery sudah tidak bisa bicara lagi dengan anak-anaknya karena sudah tiada. Pdt Hery hanya mendengar berita dan semua diurus dengan baik, tetapi tidak lagi bisa berbicara dengannya.

Pudarnya semangat menginjili, karena 3 hal tadi. Yakni saat mendengar firman Tuhan, tidak mau mengerti seperti orang bebal, firman Tuhan ditabur di tanah berbatu-batu (begitu ada penganiayaan dan  penderitaan langsung redup imannya) dan firman jatuh di semak duri (harta kekayaan dunia ini menghimpitnya). Itu yang membuat seseorang pudar semangatnya dalam  memberitakan Injil. Pengabaran injil bukan hanya tugas hamba Tuhan atau orang-orang yang sudah belajar di sekolah Alkitab, tetapi merupakan tugas semua orang yang mengatakan dan mempercayakan diri kepada Tuhan Yesus.

3.     Pemahaman keliru atas Amanat Agung

Amanat Agung pada Matius 28:19-20  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Siapa yang memberikan tugas ini? Tuhan Yesus. Kalau pemahaman atas Amanat Agung ini hanya sekedar tulisan belaka maka semangat kita memberitakan Injil akan pudar karena menganggap si Penyuruh itu adalah pesuruhku sehingga aku tidak mau mendengarNya. Sama dengan tidak mau taat (tidak ada ketaatan di dalamnya). Apakah kita yang berada di tempat ini berani melawan roh yang tidak mau taat kepadaNya? Berani? Pasti tidak berani! Padahal ini penguasa dunia yang berbicara. Dia mengatakan ,”Pergilah dan jadikanlah” tetapi kita tidak taat. “Hebat” kan? Kita bisa menyanyi, berdoa kepadaNya tapi kita tidak taat akan perintahNya padahal yang menyuruh kita adalah Raja di atas segala raja, Bosnya bos. Tentu saja hal ini membuat pudar semangat penginjilan. Penyebabnya adalah cara padang yang menganggap Yesus adalah “keset” yang memenuhi kebutuhan saya, pundi-pundi uang, kecukupan (jalan-jalan ke luar negeri, makan-minum cukup dan semuanya dicukupkan Tuhan). Kalau kekristenan hanya sebatas itu, tentu akan pudar semangat penginjilannya, bahkan akan mati karena desakan dunia .

Roma 1;16-17 dikatakan Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."  Dikatakan, “sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh”, lalu di mana keyakinan yang kokoh itu? Di dalam Injil! Karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya. Adakah kekuatan kita hidup dalam dunia ini? Semua kita punya kelemahan. Kita semua akan mengalami kesengsaraan, penderitaan dan akan meninggal dunia. Tidak ada yang abadi di dunia itu , baik barang maupun manusia. Karena tidak abadi, pasti muncul ketakutan dalam diri manusia. Padahal Yesus Kristus itu sudah mengatakan, “Segala kuasa sudah diberikan padaKu.” Segala sesuatu berada di dalam kuasa Yesus Kristus. Tuhan Yesus sudah menyembuhkan orang lumpuh, perempuan yang sakit pendarahan, mencelikkan mata orang buta , jadi kurang apa lagi kesaksian Tuhan Yesus? Bahkan Tuhan Yesus juga telah mengusir setan-setan. Setan tidak takut dengan manusia melainkan setan hanya takut sama Tuhan Yesus. Setan hanya tunduk pada Tuhan Yesus!

Sewaktu di Rumah Duka, ada kamar yang berada di ruang belakang dekat peti jenazah ternyata keluarga takut masuk ke sana. Yang berani ke kamar tersebut hanya Ibu Lince dan Ibu Henny. Hal ini terjadi karena seringkali di pola pikir kita telah tertanam anggapan bahwa orang yang meninggal dunia seolah-olah masih berkeliaran. Itu tidak benar! Alkibat mencatat, saat Lazarus (saudara Maria dan Marta) meninggal , ia sudah tidak lagi berada di dunia orang hidup. Maka setelah 4 hari dikubur, Lazarus  tidak mungkin hidup lagi. Lazarus adalah orang miskin dan saat meninggal ia berada di pangkuan Abraham sedangkan orang kaya setelah mati berada di tempat penderitaan dan dia tidak bisa lagi menginjili keluarganya. Dia tidak bisa lagi menyapa keluarganya. Karena orang yang sudah mati hanya ada di 2 tempat yaitu di sorga bersama Yesus Kristus atau di neraka. Jadi orang mati tidak bisa lagi berkeliaran. Namun, Lucifer ,setan-setan , roh-roh jahat, Legion adalah malaikat Tuhan yang memberontak kepada Tuhan masih berkeliaran di dunia ini. Jangan pikir mereka suka berada di pohon besar atau menetap di rumah, tetapi setan suka orang Kristen yang rajin membaca , mendengar firman Tuhan dan datang ke gereja. Jikalau kita tidak bersama dengan Kristus, bagaimana kita hidup menghadapinya? Saya pinjam perkataan Ev. Merni, “Kalau kita ada saat ini seperti saat ini, kita dijaga rapat dari penderitaan karena Iblis. Kita dijaga sedemikan rupa sehingga tidak akan Tuhan ijinkan setan menyentuh hidup kita. Penderitaan Ayub yang dicatat dalam kitab suci terjadi karena diijinkan oleh Allah. Seharusnya kita bersemangat memberitakan karena kita akan melawan roh-roh jahat dan roh-roh jahat hanya tunduk pada nama Tuhan Yesus. Kalau kita berada dalam Yesus Kristus, Ia akan menjaga rapat hidup kita. Kalau pun terjadi sesuatu dari kuasa kegelapan itu sudah Tuhan ijinkan. Terimalah Injil itu dan beritakanlah dengan semangat pada orang lain. Karena setan hanya tunduk pada Tuhan Yesus.

Yang terakhir, Tuhan Yesus katakan, segala kuasa sudah diberikan padaKu! Tidak ada keraguan dalam diri Yesus Kristus. Tidak ada lagi pertanyaan benar atau tidak? Kita ditunjukkan kepada kebenaran iman karena orang benar akan hidup oleh iman. Iman mutlak diperlukan untuk orang-orang percaya. Supaya seluruh hidupnya dipimpin pada kesucian hidup dan kebenaran. Tidak ada dosa yang mengintimidasi hidup kita. Peranan iman itu menjadi mutlak di dalam hidup orang-orang percaya jikalau tidak maka kita tidak akan bersemangat memberitakan Injil. Itulah yang dicatat dalam Kitab Suci.

Penutup

Bagaimana dengan kita? Bagaimana kondisi kita saat ini? Adakah kita masih belum percaya dan beriman kepada Tuhan? Hari ini yakinkan diri kita di hadapan Allah. Kalau kita saat ini sulit mengerti firman Tuhan, penuh dengan kekhawatiran dan takut dianiaya, bukalah Kitab Suci dan dapatkan iman percaya di dalamnya. Tuhan Yesus berjanji akan menghantarkan kita bertemu muka dengan muka denganNya apapun yang terjadi. Mari kita serahkan segalanya dan  beriman kepadaNya.
               



Gereja dan Disiplin yang Alkitabiah


Pdt. Benny Tjen

Mat 18:15-20
15 "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.
16  Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
17  Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai.
18  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.
19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.
20  Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Pendahuluan

Hari ini kita akan memikirkan sebuah tema yang bagi saya tidak mudah yaitu ‘Gereja dan Disiplin yang Alkitabiah’. Berbicara gereja berarti berbicara hal yang penting sekali. Suatu kali di daerah pegunungan di Amerika Serikat , cuacanya dingin sekali. Ada sebuah keluarga berdiam di kaki gunung, bekerja sebagai petani dan mempunyai seorang anak yang berusia  sekitar 5 tahun. Suatu hari suami - istri bekerja dan meninggalkan anaknya sendirian. Ternyata waktu pulang mereka baru sadar bahwa anaknya tidak ada! Mereka pun mencari anaknya di dalam rumah dan di luar (pekarangan). Tidak ada! Padahal cuaca begitu dingin. Mereka panik dan meminta pertolongan penduduk sekitar dan dengan pertolongan penduduk lainnya mereka segera bergerak. Setelah mencari selama 3 jam ternyata tidak ada hasilnya karena daerah tempat mereka mencari sangat luas. Sudah hampir tengah malam mereka mencari sehingga kecapaian dan hasilnya tidak ada. Suami istri petani itu begitu risau. Lalu ada yang mengusulkan untuk mencari sekali lagi tapi dengan cara mereka bergandengan tangan membentuk barisan yang panjang, baru mereka menyisir dan menyusuri padang. Di tengah keputusasaan, akhirnya mereka sepakat untuk mencoba sekali lagi. Perlahan-lahan mereka berjalan dari satu ladang ke ladang lain di tengah cuaca yang sangat dingin. Herannya tidak lama kemudian ketemu lah anak tersebut. Anak itu berada di tengah ladang, namun ia sudah tidak bisa kembali ke rumah karena sudah menjadi mayat. Mayat anak itu pun dibawa pulang ke rumah. Dalam beberapa hari perkabungan di rumah suami – istri tersebut ada satu kalimat yang terus menerus diucapkan mereka berdua. Kalimat-nya bernada penyesalan. Mereka sungguh menyesali, “Mengapa tidak sejak awal kita bergandengan tangan mencari anak kami. Kalau sejak awal bergandengan tangan, anak kami tidak akan mati dan tertolong.” Kata–kata itu terus diucapkan di tengah kedukaan mereka. Saya berharap keadaan ini tidak terjadi di tengah-tengah gereja. Begitu banyak tantangan yang harus dipikul oleh gereja dan begitu banyak kebutuhan yang harus ada di dalam gereja. Siapa yang harus kerjakan dan pikul? Kita harus bergandengan tangan satu dengan yang lainnya. Kalau tidak , mungkin sudah terlambat.

Saya melihat ada program Gertak (Gerakan Tepat Waktu) di GKKK Mabes. Program ini sangat penting karena sangat berpengaruh kepada pelayanan Tuhan. Ada rumor tentang memilih hamba Tuhan yang dilihat dari lulusan mana : STh, MTh atau Phd. Bila diminta pilih maka yang dipilih adalah hamba Tuhan yang bergelar Phd. Jemaat pun memiliki gelar yang sama : STh, MTh atau Phd. STh adalah gelar yang diperoleh setelah 5 tahun kuliah di seminari. Setara dengan itu, jemaat ada yang  sudah 5 tahun menjadi orang Kristen, sudah biasa dan tahu tapi tetap saja telat gelarnya STh yaitu Suka Telat Hadir. Dari STh ke MTh kuliah lagi selama 3 tahun lagi ditambah pelayanan 2 tahun. Mungkin ada jemaat yang sudah 10-15 tahun menjadi orang Kristen. Jemaat tersebut sudah tahu tata ibadahnya dan kenal dengan pengurus dan pendeta namun tetap saja telat malah semakin sering. Ia diberi gelar MTh yang merupakan singkatan dari Makin Telat Hadir. Setelah itu gelar paling tinggi Phd (doctor of Phillosophy) bagi orang yang sudah menjadi Kristen selama 30-40 tahun, tetapi tetap merasa tidak harus hadir (tidak ada saya tidak apa-apa). Jemaat ini diberi gelar Phd = Pulangnya harus duluan. Berbahaya sekali kalau orang Kristen terhadap gereja tidak ada semangat. Ibadah tidak bersemangat. Melayani dengan sikap ‘mau tidak mau’, ini berbahaya. Khususnya bicara tentang disiplin gereja. Apa itu ? Disiplin gereja artinya gereja punya aturan, tidak boleh sembarangan di gereja. Seringkali gereja dihadapkan dengan segala sesuatu yang bila tidak diterima orangnya kabur. Bila tidak diterima banyak komplain tentang gereja. Misal :  mengapa gereja kaku dan mengapa gereja hanya begini-begitu? Setuju tidak gereja ada disiplin? Harus! Gereja adalah institutsi yang sangat mulia yang didirikan oleh Tuhan. Di dalam gereja harus ada kesucian, kesaksian dan keteraturan. Tidak boleh di gereja sembarangan.

Gereja bukanlah hanya milik dari orang kaya dan orang yang merasa mendirikan bangunan gereja tetapi gereja adalah milik Tuhan. Apa yang menjadi perintah Tuhan dalam Alkitab harus kita hormati. Dengan demikian maka jemaat gereja harus taat terhadap gereja dan Tuhan. Setiap gereja memiliki peraturan sendiri sehingga kita tidak boleh bertindak semau sendiri secara sembarangan. Suatu waktu saya memiliki pengalaman bersama-sama menjadi panitia, sewaktu saya belum menjadi hamba Tuhan. Saya menjadi aktifis di kepengurusan panitia Natal. Kami semua sama-sama melayani dan ternyata ada 1 orang yang melayani semau dia. Sesuka-sukanya. Bila hasil rapat tidak sesuai dengan kehendak dia, tidak dilakukan. Akibatnya hasilnya kacau. Ketika diberitahu, “tidak boleh demikian”, ia mengatakan , “Suka-suka saya mau melakukannya. Jangan atur saya.” Ini berbahaya sekali, kalau ada anggota jemaat yang seperti ini.

Defisini Disiplin Gereja

Ada beberapa orang yang berbicara  tentang Disiplin Gereja
1.     John Mac arthur : Faktor terbesar, terpenting, terutama untuk sebuah gereja yang sehat adalah disiplin gereja. Jelas aturan mainannya. Hamba Tuhan jelas peranan, bagian dan kebutuhannya. Kehidupan jemaat juga jelas. Ada kesinambungan, kebutuhan dan pelayanan yang menjadi hak dan kewajiban dari jemaat.
2.     Dr. David Platt : Disiplin gereja bukanlah perkara pelengkap bagi umat Kristen; itu adalah perkara pokok bagi umat Kristen. Disiplin gereja dan peraturan gereja bukan pelengkap tetapi perkara pokok (utama) agar kita sungguh-sungguh menghargai gereja.
3.     Ps. Joshua Harris, penulis buku Stop Dating the Church (Berhenti Memacari Gereja) berkata,”Jangan hanya memacari gereja saja tapi tidak berani menikah - masuklah ke dalamnya dan  berkomitmen terhadap gereja”. Berjemaatlah di gereja yang berani dan tidak akan sungkan mengeluarkan anda ketika melakukan pelanggaran serius. Pernyataan yang sangat keras sekali.
Di dalam gereja harus ada peraturan. Tuhan Yesus pun memberi tahu ada peraturan yang harus ditaati dalam Mat 18:15-20. Kalau jemaat yang sengaja hidup dalam keberdosaan maka harus ditegur. Bila teguran tersebut didengarkan, maka orang tersebut didapat kembali. Kalau tidak mau mendengar, ajak 1-2 orang waktu menegur. Kalau tidak mau mendengar juga maka dilakukan ekskomunikasi.

Perlunya Disiplin Gereja (3 K : Kesucian, Kesaksian, Keteraturan)

3 K yang harus ada di gereja adalah kesucian, kesaksian, keteraturan. Di dalam gereja kita diajarkan bagaimana menyembah Allah yang kudus dan suci sehingga kita mau hidup kudus (suci). Di dalam gereja harus ada kesaksian yang baik. Di dalam gereja ada keteraturan. Sehingga kita perlu melakukan disiplin. Seringkali kalau hamba Tuhan berbicara agak keras terhadap jemaat, ia akan kabur ke gereja lain. Disiplin gereja harus ada dan harus taat kepada Tuhan. Kenapa harus ada disiplin gereja? Karena di dalam gereja, kehidupan orang-orang di gereja harus berdampak, harus ada kesuciaan, kesaksian yang baik terhadap Tuhan. Bila saya menjual obat yang bisa menambah tinggi badan, kira-kira ada yang mau beli atau tidak? Tidak ada! Karena yang menjual pendek tubuhnya. Jadi obatnya juga tidak akan berkhasiat terhadap orang lain. Jadi kalau ditawarkan ke orang lain, tidak ada yang mau beli. Dengan kata lain buktikan dulu. Begitu pula dengan gereja. Kalau orang Kristen di gereja tidak berusaha untuk hidup suci dan mempunyai kesaksian hidup yang baik, bagaimana orang mau percaya dan datang ke gereja? Kalau tidak ada nilai yang kita hidupi, maka tidak ada yang mau ke gereja. Keselamatan hanya ada di dalam diri Kristus, tetapi kalau orang lain melihat hidup kita yang terus merasa takut, maka mereka tidak mau percaya Tuhan Yesus.

Suatu kali saya menemani anak saya yang masih kelas 3 SD. Sepulang sekolah saya memaninya ke Pasar Baru. Kami mau makan siang. Kami pun memesan  makanan dan menunggu di food court. Saat itu ada 2 orang enci-enci. Awalnya mereka bercakap-cakap dengan suara perlahan. Namun suatu waktu salah seorang enci tersebut berteriak dan saya langsung menoleh ke arah mereka. Teriakannya itu berbunyi, “Ci, elu tuh ya pergi atau tidak gereja sama saja!” Kesan yang ditangkap dari perkataannya buruk. Padahal bukankah di gereja diajarkan hal yang baik dan benar. Seharusnya orang berubah. Orang di gereja harusnya bisa jaga mulut. Orang di gereja seharusnya bisa jaga pikiran. Orang di gereja harus bisa menjaga kaki. Betul tidak?

Suatu waktu saya lulusan STT Amanat Agung, di bawah GKY Mangga Besar. Suatu waktu dosen kami ditelpon seorang ibu yang belum percaya yang mau konseling. Ditelepon itu ibu mengutarakan masalahnya dan meminta dosen kami untuk membantu masalah ibu tersebut. Setelah konseling akhirnya dosen kami mengusulkan, “Bu, coba ibu masuk ke gereja. Saya yakin orang gereja bisa membantu menyelesaikan masalah ibu” Ibu ini belum percaya dan sungkan ke gereja. Orang gereja bisa membantu masalah saya? Akhirnya dengan berat hati, ia pergi ke gereja. Satu minggu, dua minggu, tiga minggu ia pergi ke gereja dan minggu keempat ia tidak mau pergi ke gereja lagi. Minggu berikutnya  ia telpon dosen kami dan laporan,”Pak, saya sudah pergi ke gereja. Dan saya sudah ambil keputusan untuk tidak pergi ke gereja lagi.” Mengapa? “Saya perhatikan selama 3 minggu. Waktu perhatikan perkataan dan tingkah laku mereka di gereja, yang  datang ke gereja mukanya panjang-panjang seperti pepaya tidak ada senyumnya (tidak ada sukacita). Ketika saya duduk, ada orang di sebelah saya, saya tidak disalami, tidak disapa dan tidak diajak bicara. Ketika saya perhatikan , gara-gara piano, nyanyi, parkir, baju dan makanan seringkali saya melihat pemandangan tidak baik dan mereka melakukan yang tidak baik. Pak Pendeta saya perhatikan orang-orang di dalam gereja sepertinya masalah mereka lebih besar dari yang saya miliki.” Bagaimana dengan kehidupan kita? Bukankah orang Kristen diajarkan untuk tidak takut dan bersukacita di dalam seluruh keberadaan kita karena ada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan itu baik dan menyertai kita. Kalau kita punya masalah , serahkan kepada Allah, Tuhan akan memberikan ketenangan dan kelegaan kepada kita (Matius 11). Bukankah seharusnya damai sejati itu keluar dan nyata dalam hidup kita? Gereja harus mempunyai 3 K yaitu kesucian, kesaksian,keteraturan

Apa yang terjadi jika gereja tidak memiliki keteraturan dan mengabaikan disiplin?

David Cloud mengatakan bahwa gereja mengabaikan disiplin akan terjadi :

1.     Pemberontakan terhadap Allah.
2.     Memimpin jemaat pada kesombongan. Sehingga ada jemaat yang sombong dan tidak takut kepada Tuhan.
3.     Menyuburkan (tindakan) keberdosaan.
4.     Membuat keanggotaan gereja tidak berarti. 
5.     Gereja sama dengan perkumpulan sosial.
6.     Menyebabkan kehilangan kerohanian
7.     Mengabaikan Injil.

David Cloud melihat untuk hati-hati kalau gereja mengabaikan disiplin. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesaksian gereja di dunia.  Kalau gereja semau gue, tidak ada disiplin akan kacau sekali.

Saya memiliki buku tentang tata gereja dan tata laksana sinode GKI. Buku ini juga dimiliki oleh umum. Buku ini juga berisi disiplin gereja. Sebelum menjadi pendeta ada 2 buah ujian yang harus saya lewati. Ujiannya lebih ‘menakutkan’ daripada ujian S1 karena saya akan diuji oleh para pendeta senior dari yang bergelar STh sampai Phd dari gereja-gereja GKI se DKI.  Saya diuji di hadapan para panatua yang sudah lama di gereja dan tahu banyak masalah , sejarah, peraturan gereja. Ujiannya hanya 2. Yang pertama ujian tentang (pengajaran) Alkitab. Ujiannya bukan tertulis melainkan lisan. Penguji bertanya dan saya harus menjawabnya saat itu juga. Yang kedua : ujian tentang tata gereja (aturan main di GKI). Selama 6 bulan saya mempelajari buku ini. Mengapa? Karena GKI ingin menjadi gereja yang sehat dan teratur mulai dari atas, sinode klasis sampai jemaat lokal. 30-40% dari isi buku tata gereja ini mengandung istilah penggembalaan khusus bagi orang yang bermasalah di dalam gereja. Mereka yang bermasalah ditegur sesuai dengan Matius pasal 18. Bila jemaat lokal tidak mau bertobat, ia akan dikenakan sanksi gereja. Kalau gereja mengabaikan, gereja yang kena penggembalaan khusus. Seluruh anggota gereja dikenai penggembalaan khusus! Hal itu telah diatur pada buku Tata Gereja tersebut. Waktu saya pergi ke GKI Pasir Koja Bandung ada kasus khusus di mana  pendetanya bermasalah dan akan dikenakan penggembalaan khusus. Majelis nya mau pertahankan pendeta itu. Sinode GKI hanya memberikan 2 pilihan, bertindak tegas atau boleh pertahankan pendeta ini tapi satu gereja kena penggembalaan khusus (untuk bertobat agar gereja bisa kembali bersaksi). Penggembalaan khusus atau disiplin gereja tidak berkonotasi negatif tetapi memiliki arti agar orang yang bermasalah bertobat kembali. Disiplin Alkitab bukan untuk memusuhi jemaat tapi menegur agar mereka bisa berjalan dengan diterangi firman Tuhan.

Disiplin yang Alkitabiah

Untuk menjalani disiplin yang Alkitabiah maka perlu melakukan :
1.     Kebenaran yang sudah teruji
Firman Tuhan mengatakan harus ada saksi 1-2 orang . Orang berdosa diberi nasehat. Bila ia tidak menerimanya, panggil 1-2 orang untuk menjadi saksi.
2.     Suka untuk ditegur. Kalau ditegur jangan ngambek, marah atau kabur. Kalau ditegur berarti orang memperhatikan kita supaya kita berada di jalan yang benar.
3.     Ketika ditegur, berani dan mau berubah. Seringkali di gereja terdapat kumpulan para istri dan kumpulan para suami. Mereka  sudah dekat satu dengan lain dan seringkali bercakap-cakap. Namun yang seringkali saya dengar, sang istri membicarakan suaminya,”Suami saya payah, sudah diberitahu tidak mau berubah. Kamu dong beritahu.” Boleh tidak begitu? Boleh, tapi tidak sehat! Seharusnya sang suami memberitahu istri yang harus mendengarnya dan sebaliknya. Begitulah seharusnya keduanya.
4.     Kasihilah orangnya dan bencilah dosanya. Disiplin gereja sangat mengasihi orang dan membenci dosanya.
Itulah sebabnya gereja harus punya disiplin . Harus ada kesucian, kesaksian, keteraturan hidup.

Penutup

Ilustrasi dari sebuah video clip singkat berjudul “Sang Gigi Depan” yang bisa mewakili kondisi di gereja juga. Dikisahkan akan diadakan sebuah parade kenegaraan di suatu negara (Korea Utara). Dalam salah satu agenda ada acara menyusun foto diri dari presiden negara tersebut yang dibentuk dari ribuan potongan gambar. Terdapat banyak orang yang terlibat dalam membentuknya dan setiap orang mempunyai peran dengan menggambil potongan gambar (foto) wajah sang presiden walaupun hanya mendapat bagian kecil saja. Saat latihan gladi resik menjelang parade, seorang bapak yang memegang peranan untuk memegang bagian gigi depan sang presiden dimarahi sang penyelia yang melatihnya. Maka ia pun pulang ke rumah dengan suasana hati yang kesal dan marah. Dilampiaskannya kemarahannya dengan melempar barang-barang. Karena kelelahan akhirnya ia tertidur, padahal seharusnya ia kembali lagi ke tempat parade (pawai). Pada waktu pelaksanaan-nya ia masih tertidur padahal parade sudah berlangsung. Jadi dia tidak melakukan tugasnya. Ia hanya membawa satu papan kecil dan ia pikir tidak adad artinya. Satu per satu peserta pawai melewati podium kehormatan di mana Presiden berdiri menyambutnya. Saat barisan parade bergambar wajah presiden melalui podium kehormatan, sang presiden mendapati hal yang mengejutkan karena ia melihat wajahnya yang sedang tersenyum namun giginya hilang! Sang Presiden merasa dipermalukan sehingga ia menegur bawahannya.

Di hadapan Tuhan, kita sedang berparade. Hidup di hadapan Tuhan harus memperhatikan diri kita. Mungkin yang kita kerjakan sederhana dan tidak berarti.  Tetapi seperti video tadi, orang itu berpikir ia melakukan hal yang tidak berarti. Tapi gambar wajah sang presiden rusak gara-gara orang tersebut! Marilah kita menjaga kesucian dan kesaksian, keteraturan dalam gereja, itu membentuk gereja yang indah di hadapan Tuhan. Kata kuncinya adalah kita bergandengan tangan bersama-sama.  Taat dan setia. Kalau tidak maka bila ada kesaksian maka kesaksian tersebut memalukan dan tidak akan menjadi berkat. Amin.


Monday, May 15, 2017

Khotbah yang “Enak” di Telinga Ev. Natanael Widjaja


Ev Natanael Widjaja

2 Timotius 4:1-8
1   Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:
2   Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
3   Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
4   Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
5   Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
6   Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
7   Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
8   Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Pendahuluan

Saya baru pertama kali menyampaikan khotbah di GKKK Mabes walau sudah sering melalui jalan di depan gedung gereja ini. Marga saya Huang (黃,kuning). Nama lengkap saya Huang .. Yi.  Saya pernah minta ke papa ,”Papa tolong tulis nama Mandarin saya.” Yi (義) artinya righteousness (kebenaran). Bangun huruf  Yi  (義) terdiri dari tiga bentuk karakter, yakni ( \  /  ;   王   ;   我 ) yang berarti  ( \  / ) = Yin - Yang ;   (王 / Wang  = Raja) dan (我 / Wo) = saya , secara garis besar   Yi   (義)  dapat diartikan rasa kewajiban moral dasar manusia. Saya bertanya ke orang yang mengerti bahasa Mandarin. Saya diberitahu,”Wah nama kamu bagus. Siapa yang memberi nama kamu ini?” Saya menjawab,”Papa saya!” Dia berkata lagi,”Wah papa kamu tahu bahasa Mandarin.” Saya bertanya,”Mengapa?”. Dia pun memberi penjelasan,”Arti nama kamu : sumber kebenaran” dalam  bahasa Indonesianya : Natanael. Di dalam bahasa aslinya berarti “di dalam dirinya tidak ada kepalsuan” (Yoh 1:47). Tuhan Yesus sendiri yang mengatakannya. Sewaktu saya tahu artinya, hal ini menjadi beban dalam diri sendiri : kamu harus menyampaikan kebenaran. Begitu menjadi hamba Tuhan saya menjadi lebih gemetar lagi. Sejak di perut mama, saya sudah mengikuti Sekolah Minggu karena mama adalah seorang guru sekolah Minggu. Jadi bisa dibayangkan , sejak di dalam perut sampai sekarang entah berapa kali saya mendengarkan firman Tuhan. Saat ini saya menyampaikan firman Tuhan. Ini menjadi kegentaran bagi saya.

Waktu saya bertemu dengan seorang teman, ia menyampaikan sharing tentang kepergiannya ke Jawa Timur. Karena melewati hari Minggu ia sempat pergi ke sebuah gereja. Ia berkata bahwa gerejanya besar. Jemaatnya bukan ratusan tapi ribuan orang. Lalu ia berbicara dengan sedikit lucu karena pengkhotbahnya berkata,”Siapa yang hari ini membawa kunci motor? Coba keluarkan kunci motornya. Angkat kunci motornya! Kita berdoa pada hari ini agar saudara minggu depan tidak membawa kunci motor lagi, melainkan kunci mobil! Minggu depan kita percaya bahwa Tuhan akan memberkati kita karena kita adalah anak-anak Raja. Sebagai anak Raja kita pasti diberkati. Kita usir roh miskin!” Wah khotbahnya luar biasa! Saya sendiri tidak pernah menyampaikan khotbah seperti ini. Saya pernah mendengar khotbah dari seorang pendeta yang cukup berumur. Ia berkata, “Kalau saya berbicara tentang dosa maka saya tidak mau saudara duduk dengan tenang. Kalau saya berbicara tentang penghukuman dosa, saya tidak mau saudara hidup dengan nyaman.” Dari dua model khotbah di atas, kita pilih yang mana?

2 Tim 4:1-8, poin kita pada ayat 2,3 dan 4. Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.  Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.Jadi kalau diminta untuk memilih, mana khotbah yang kita pilih? Khotbah yang selalu menyampaikan berkat-berkat Tuhan atau kita rindu mendengarkan firman Tuhan tentang dosa yang merusak kehidupan kita? Tema khotbah hari ini adalah “Khotbah yang enak di telinga”.

Khotbah yang “Enak” di Telinga

Setiap kita pasti ingin berkat Tuhan. Bahkan kita rindu setiap hari Tuhan memberkati kita. Masalahnya apakah berkat Tuhan itu hanya dalam bentuk materi? Bagaimana dengan sukacita? Bagaimana dengan kerinduan kita untuk datang ke gereja? Apakah selama ini kita datang ke gereja tidak dengan hati yang bersyukur? Saya tidak alergi dengan berkat dalam bentuk materi. Betul memang kita perlu materi, tetapi kalau kita mengartikan berkat Tuhan dalam bentuk materi, inilah kesalahan. Kalau diperhatikan, tokoh-tokoh Alkitab seperti Abraham dan Ayub diberkati Tuhan dengan harta yang banyak. Jadi kita harus memberikan ruang yang jelas, apa itu firman Tuhan? Yang menjadi masalah adalah : bagaimana seorang yang sudah peraya kepada Tuhan bahkan seorang pengkhotbah harus menyampaikan firman Tuhan. Kalau diperhatikan tugas yang diberikan Rasul Paulus kepada Timotius ayat 2 (Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran).  Rasul Paulus menasehati Timotius untuk memberitakan firman Tuhan. Apa itu firman Tuhan? Perkataan Tuhan, suatu respon Allah kepada manusia untuk dibacakan. Ini adalah alat di mana Allah ingin manusia mengenal diriNya.

Hari ini pengkhotbah dan motivator beda tipis. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada motivator, hari ini saya merasakan pengkhotbah dan motivator 11-12 (beda-beda tipis). Pengkhotbah tidak menyampaikan firman Tuhan, takut kalau menyampaikan firman Tuhan tentang dosa. Agar dipanggil lagi untuk menyampaikan khotbah maka berkat terus yang disampaikan. Inilah yang menjadi kesungguhan yang disampaikan Rasul Paulus kepada Timotius, beritakanlah firman Tuhan itu. Alasannya apa? Ayat 3 Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.  Orang tidak mau lagi mendengar ajaran yang sehat. Yang mau didengar adalah ajaran yang enak didengar. Yang enak didengar itu seperti apa? Kalau pengkhotbah bisa meninabobokan saya atau tidak pernah menegur saya karena saya korupsi. Tidak pernah menegur saya karena saya menipu. Tidak pernah menegur saya karena suka memanfaatkan orang lain. Ini semua yang dimaui. Padahal Firman Tuhan bukan saja tentang berkat. Firman Tuhan penuh dengan murka Tuhan tentang dosa manusia. Firman Tuhan bukan saja soal kasihNya saja, tetapi Tuhan juga murka kepada manusia yang tidak taat. Inilah firman Tuhan! Itulah sebabnya dikatakan , beritakanlah firman Tuhan itu! Karena akan datang waktunya orang tidak lagi mendengar ajaran yang sehat apalagi dikatakan baik atau tidak baik waktunya. Baik atau tidak baik waktunya, kapan? Kita bersyukur di Indonesia, kita bebas datang beribadah. Coba bayangkan kita berada di Timur Tengah. Boro-boro datang beribadah kepada Tuhan. Semua gedung diratakan dengan tanah. Tidak ada kesempatan lagi untuk mendengar firman Tuhan seperti di  Suriah. Saya pernah melihat foto-fotonya. Hampir sebagian besar negara itu rata dengan tanah. Kalau sudah seperti itu, di mana kita mau beribadah?

Baik atau tidak baik mengandung arti bahwa manusia hidupnya terbatas. Sekarang umur kita berapa? Pasti ada batas waktunya di mana kita akan mengakhiri hidup. Ada yang mengatakan : saya masih muda, saya aktif melatih tubuh, (olah raga) saya diet makanan, saya cerdas sekali, nutrisi saya cukup pasti saya sehat. Betul? Ada yang berpikir kesempatan kita waktu di ICU (d isitulah kesempatan kita menerima Tuhan). Kalau nanti sudah tua, baru saya melayani Tuhan. Baik atau tidak baik ada waktu kita bisa mendengar firman Tuhan atau tidak bisa mendengarNya. Hari ini kita mendengar firman Tuhan. Sebagai hamba Tuhan, saya ingin menantang  : baik atau tidak baik waktunya, hidup kita terbatas! Hari ini kita bisa bertemu, minggu depan apakah masih bisa ada di sini? Belum tentu! Beritakanlah firman Tuhan! Betapa kita rindu mendengar firman Tuhan menjadi makanan rohani. Kita rindu agar firman Tuhan meresap dalam jiwa kita. Agar kita mengerti di dalam otak kita. Kita rindu agar Firman Tuhan meresap dalam hati kita. Bagaimana Tuhan berfirman kepada saya? Bagaimana Tuhan ingin kita menjadi pelaku firman? Ada batas waktunya!

Di gereja kami beberapa waktu lalu ada jemaat yang meninggal. Umurnya baru 37 tahun. Dia berasal dari keluarga yang tak satu pun percaya Tuhan. Baru dia sendiri yang percaya Tuhan. Dia punya cici dan kokonya. Dulu katanya mereka pernah ke gereja, tetapi setelah menikah mereka tidak lagi datang ke gereja.  Waktu melihat adiknya sakit kanker, terbaring sekarat di rumah sakit, mereka berjanji “Kalau adik saya ini sembuh saya mau datang ke gereja.” Tiap hari cici dan kokonya datang melihat adiknya. Herannya sang adik  setiap hari berkata kepada istrinya, “Hari ini hari apa? Hari Minggu ya? Anak-anak tolong dibawa ke Sekolah Minggu ya!”. Karena sakitnya makin parah, maka otaknya sudah tidak bisa mengingat lagi hari ini hari apa. Jadi setiap hari dia bertanya hal yang sama. Cici dan kokonya bingung mendengarnya. Akhirnya kesehatannya makin lama semakin buruk dan Tuhan memanggilnya. Janjinya kalau sang adik sembuh mereka mau ke gereja. Tetapi ternyata sang adik tidak sembuh. Koko dan cicinya berkata, ,”Mereka teringat kenapa sang adik selalu berkata,  “Hari ini hari apa? Pergi ke gereja hari Minggu.” Bertahun-tahun mereka tidak ke gereja. Beberapa hari lalu mereka datang ke gereja. Hidup ini ada batasnya. Sudah berapa tahun kita hidup di dunia ini? Pasti tidak sebanding dengan kekekalan yang akan diterima. Seberapa hebat pun hidup kita, tidak sebanding dengan kekekalan nanti.  Justru di sinilah kita mendengar firman Tuhan.

Seorang hamba Tuhan seperti Timotius diberi pesan oleh Rasul Paulus, “Baik atau tidak baik engkau harus menyampaikan firman Tuhan.” walaupun mereka akan memuaskan telinganya dengan kehendak mereka sendiri atau walaupun mereka hanya mau mendengarkan dongeng-dongeng saja. Dongeng biasanya dikisahkan kepada seorang anak. Suatu kali saya bertanya kepada anak saya, “Masih ingat tidak dongeng yang saya ceritakan saat kamu masih kecil?” Biasa nya sebelum tidur, saya menceritakan dongeng kepada anak saya. Di dalam dongeng tidak ada kebenarannya. Hanya hal yang mengenakkan. Tidak ada cerita yang aslinya bagaimana , supaya dia enak mendengarnya kita menceritakannya. Kalau kita hanya mendengar dongeng seperti itu, maka tidak ada tuntutan untuk kita mendengarkan cerita yang lengkap tentang firman Tuhan. Masalahnya bukan di dalam berita itu tetapi di dalam hati kita. Kita sudah menutup diri kepada kebenaran. Bukan hanya menutup diri pada kebenaran tetapi menolak kebenaran. Kalau ada Tuhan, bisnis dan hidup saya benar. Saya gagal mendapat penghasilan yang baik karena ada Tuhan yang tidak bisa tipu. Inikah yang kita inginkan dalam hidup kita? Bisakah kita katakan, “Firman Tuhan yang murni, kudus dan lengkap itulah yang kita kehendaki”?

Penutup

Apa yang Firman Tuhan katakan kepada saya hari ini?  Rasul Paulus memberikan suatu pernyataan yang luar biasa,”Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku  dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” (Gal 2:20).  Ia adalah seorang yang tidak memikirkan dirinya. Saya jujur mengatakan,”Saya merasa ngeri dengan kalimat ini.” Bukan lagi aku yang hidup tetapi Kristus yang hidup. Mantan gubernur DKI,Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) , pernah mengutip pepatah Tiongkok dalam pledoi sidang perkara penistaan agama, ‘Sebelum bunyi empat paku di atas peti mati kamu, kamu tidak bisa nilai orang lain itu baik atau buruk.” Kalimat ini sangat dalam maknanya. Beritakanlah firmanNya, dengarlah firmanNya. Akan datang waktunya manusia tidak lagi bisa mendengar firmanNya. Akan datang waktunya karena hari kita terbatas, baik atau tidak baik waktunya. 

Sunday, May 14, 2017

Khotbah yang “Enak” di Telinga (Melawan Spirit Zaman Akhir)


Pdt. Gunar Sahari

2 Timotius 4:1-8
1   Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:
2   Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
3   Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
4   Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
5   Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
6   Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
7   Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.
8   Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Pendahuluan

                Tema hari ini cukup menarik yaitu khotbah  yang enak di dengar telinga. Telinga kita paling suka mendengar yang enak-enak. Kita tidak suka mendengar yang kurang enak. Kita senang mendengar yang lembut, dan bagi kita yang terbiasa mendengar lagu klasik menjadi tidak suka kalau mendengar lagu cadas (rock). Yang fundamental, kita semua punya telinga. Kita tidak perlu menyesuaikan telinga kita untuk mendengar sesuatu karena sudah berjalan secara otomatis, kita tidak tidak menyaring suara apa pun (baik yang yang baik atau tidak). Gereja sekarang juga mengikuti semangat untuk mencari yang enak. Anggota jemaat bukan saja ingin mendengar yang enak tapi juga suasana yang enak (nyaman). Ada seorang ketua sinode yang mensurvei dan menguji dahulu sebelum memutuskan membeli kursi yang akan dibeli. Dia mencoba 3-4 kursi yang berbeda dan akhirnya didapat kursi yang baik dari sisi kemiringan dan kenyamanannya. Diharapkan orang yang datang merasa enak.

A.    Beritakanlah Firman Tuhan (ayat 2)
Memang bukan saja spirit zaman , orang-orang di luar sana yang suka mendengar yang enak-enak saja, tetapi orang Kristen juga begitu. Sehingga Rasul Paulus memberi pesan kepada Timotius untuk memberitakan (khotbahkanlah) firman Allah. 2 Tim 4: 2 : Beritakanlah firman dan diulang lagi pada ayat 5 : lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! Bahkan didahului pada 2 Tim 4:1 Lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil untuk memberitakan janji (firman Allah) tentang hidup dalam Kristus Yesus.

2 Tim berkaitan dengan pemberitaan firman Tuhan (khotbah). Saya membaca artikel bahwa ciri orang Yahudi adalah suka mendengar (listening), orang Romawi suka melakukan (doing) sedangkan orang Yunani suka melihat (seeing).  Ciri orang Yahudi adalah suka mendengar. Sehingga dalam doanya mereka berkata,”Tuhan berbicaralah, hambaMu siap mendengar.” Ada banyak ayat yang berkata demikian. Allah pun membalas,”Hai Abraham (Yakub, bangsa Yahudi) dengarkanlah!” Dan semua orang Yahudi mengatakan,”Tuhan berbicaralah, hambaMu siap untuk mendengar.” Jadi sedih kalau kita hanya mau mendengar khotbah yang enak-enak saja. Harusnya setiap pagi kita berkata ,”Tuhan berbicaralah, hambaMu siap mendengar”. Juga pada siang hari dan malam hari. Sedangkan orang Romawi suka bekerja. Orang Romawi sangat hebat. Kaisar Romawi mendorong rakyatnya untuk terus bekerja. Bangsa yang sanggup melintasi batas negara dan benua adalah kekaisaran Romawi. Bangsa Indonesia membangun jalan lintas desa masih belum bertemu. Tahun depan bersyukur ada jalan sepanjang 3.000 km di Papua yang akan terhubung. Di Kalimatan jalan propinsi bergelombang. Tamu saya dari Australia pusing karena jalannya jelek sehingga ia mabuk dan merasa mau mati. Jadi ia tidak sanggup sehingga harus berhenti dahulu untuk memulihkan kondisinya.
Orang Yunani selalu melihat. Sehingga disainer dan arsiteknya hebatnya luar biasa. Orang Yunani punya kemampuan melihat, seni itu seperti apa. Orang Indonesia kurang bisa melihat, mana bangunan yang bagus dan tidak. Kemarin saya dan istri berjalan ke Grand Indonesia bagus sekali. Kalau semua bangunan di Indonesia seperti itu luar biasa. Sedangkan bangunan di kampung bisa miring (tahu-tahu sudah miring). Orang Yahudi punya kebiasaan mendengar dan Rasul Paulus mendorong Timotius untuk memberitakan. Ini cocok dengan audience.

Pesan dari Rasul Paulus yang terakhir (ayat 6).
Kalau ada yang meninggal , biasanya ada tamu yang bertanya saat berkunjung, “Sebelum meninggal opa / oma (orang yang meninggal) menyampaikan pesan apa?” Kita tidak bertanya,”Selama 17 tahun opa bicara apa ya?” tetapi “Kemarin ia pesan apa?”. Karena pesan terakhir harusnya menjadi perhatian kita yang utama. Rasul Pualus mengatakan, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat” (ayat 6). Ini adalah pesan terakhir dari Paulus ke Timotius. Sebentar lagi aku mati maka  ia memesan Timotius untuk memberitakan firman. Itu akan menjadi perhatian Timotius yang mendengarnya. Sebelum itu, Rasul Paulus berkata “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya (ayat 1). Pesan untuk memberitakan injil tidak an sich dari Rasul  Paulus tapi itu pesan dari Allah (Yesus Kristus). Pesan  memberitakan injil itu pesan dari Allah sendiri. Bukan pesan dari saya yang sedang berkhotbah. Sehingga kita menangkap pesan ini : Tuhan memberi pesan (perintah) kepada saya. Bukan pendeta atau majelis yang memberi pesan. Maka beritakanlah firman, menjadi pesan Tuhan Yesus yang terakhir. Setiap Injil selalu diakhiri dengan perintah untuk memberitakan Injil.
-        Matius 28:18 . Pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu. Pergilah dan beritakanlah Injil.
-        Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. (Markus 16:15) 
-        Dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa (Injil) harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem (Lukas 24: 47)
-        Sama seperti Bapa mengutus Aku (untuk memberitakan Injil), demikian juga sekarang Aku mengutus kamu (Yohanes 20:21).
Bahkan sebelum Yesus naik ke surga ia sampaikan perintah yang agung : “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kisah Rasul 1:8). Beritakanlah Injil sampai ke Mangga Besar (karena pada zaman dulu Mangga Besar merupakan ujung bumi bagi orang-orang yang ada di Yerusalem).
Kesimpulan   : pemberitaan Firman adalah Pelayanan yang sangat penting. Hal ini bukan berarti menyanyi dan berdoa tidak penting, tapi saya ingin menekankan pemberitaan firman adalah pelayanan yang sangat penting. Gereja yang sudah berhenti memberitakan Injil berarti sudah berhenti menjadi gereja.
Kita bayangkan kalau Rasul Paulus berhenti memberitakan Injil, maka kita semua binasa, tidak ada satu pun dari kita yang selamat. Rasul  Paulus dengan tanpa gangguan dan hambatan  terus memberitakan Injil setiap hari. Kalau Kitab Kisah Para Rasul  diakhiri dengan pernyataan,”Berhentikah mereka memberitakan Injil dan tidak pernah menyampaikan Injil” maka kia akan binasa. Lingkungan dan orang-orang di sekitar kita pasti binasa kalau tidak ada yang memberitakan Injil.  Mari jadikan kalimat ini menjadi evaluasi bagi kita. Secara personal dikatakan, “Orang Kristen yang berhenti beritakan Injil berhenti jadi orang Kristen karena itu tugas kita”.

B. Kondisi manusia seperi apakah yang dilayani oleh Timotius saat itu?
Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. (2 Tim 4:3-4). Orang tidak mau menerima ajaran sehat. Inilah kondisi jemaat saat itu. Saya yakin ini kondisi jemaat  pada umumnya saat ini (tidak dapat menerima ajaran yang sehat dan benar). Istri saya berkata, “Ada gereja yang berkhotbah tentang berkat terus sekalipun jemaatnya tetap miskin, atau berkhotbah mujizat terus walau jemaatnya banyak yang sakit. Tidak ada mujizat, tetapi terus berkata tentang mujizat. Jemaatnya selalu berkata, “Amin” Pengkhotbah berkata,”Tuhan memberkati anda” Dijawab “Amin”. Atau pengkhotbah berkata,”Kita menjadi kepala bukan ekor” dijawab jemaatnya,”Amin”. Dikhotbahkan “Kita akan menjadi kaya” dijawab “Amin”. Ada pengkhotbah datang, dalam waktu 30 menit ‘amin’-nya 130 kali. Setelah mahasiswa tersebut pulang, ditanya ,”Apa khotbahnya?” Dijawab,”Amin”. Tetapi kita tidak suka jemaat yang berdosa bertobatlah. Sakit rasanya telinga. Maka kita setuju dalam liturgi ada pengakuan dosa,selain pujian dan ucapan syukur karena kita memang orang berdosa. Ada orang berkata, “Orang yang terus makan enak lebih mudah sakit, dibanding orang yang makan pahit terus. Kalau pergi, saya dan anak suka sio-may. Tetapi saya pilih pare walau agak pahit karena lebih sehat. Ayat 4 Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

Bila diringkas, ada 4 kondisi jemaat pada saat itu.
1.     Tidak bisa menerima ajaran sehat. Tetapi orang sekarang kalau dikasih ajaran sesat malah senang. Nov 2016 kami pergi ke STT Shalom dan saat melewati STT Saksi Yehovah. Ternyata mahasiswa STT Saksi Yehovah lebih banyak karena diberi makan yang enak, selalu dikasih ajaran yang enak dan nyaman. Sedangkan di STT Shalom ada paper dan teologi yang sulit.
2.     Kesukaannya memuaskan keinginan telinganya. Ada orang yang suka mengorek telinga, nyaman sekali. Sekarang dinasehatkan agar tidak boleh pakai cotton bud karena bisa merusak telinga. Padahal rasanya enak. Di kampung pakai bulu ayam untuk mengorek telinga, enak sekali. Manusia suka begitu, rasanya enak dan memuaskan keinginan telinga.
3.     Memalingkan telinganya dari kebenaran
4.     Membuka telinganya untuk mendengar dongeng. Anak saya suka mendengar cerita. Saya ceritakan tentang kancil menipu petani, anjing dll. Ia hebat sekali. Itu bohong semua. Ia bisa atur strategi dan bisa bercerita ke anjing. Waktu kancil ditangkap , anjing lewat dan berkata,”Kamu ditangkap dan mau disembelih”. Kancil menjawab,”Itu salah. Saya mau dinikahkan dengan anaknya.” Jadi anjing pun menggantikan kancil. Anak saya senang mendengar seperti itu. Kita suka sekali mendengar seperti itu. Kita juga suka mendengar hoax yang tidak ada kebenarannya. Ini 2000 tahun lalu sudah terjadi (bukan zaman sekarang saja). Kita tinggal mengulang-ulang saja.
Kondisi keempatnya terjadi pada kita saat ini. Tuhan Yesus juga menghadapi manusia yang sama yaitu pendengar yang tidak suka mendengar yang benar. Bukan saja zaman Paulus dan Timotius tetapi sebelumnya di zaman Tuhan Yesus juga begitu. Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?”  (Yohanes 6:60) Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikuti Dia (Yohanes 6:66). Bila khotbah disampaikan dengan benar dan sehat mungkin akan menyakitkan telinga, dan bisa jadi ada yang jemaat yang keluar (pindah gereja). Lebih baik gereja tidak banyak dipenuhi orang yang seperti ini (mendengar dongeng). Lebih baik orang-orangnya lebih suka mendengar ajaran yang sehat. Karena memang itu yang seharusnya terjadi.

Nasehat Rasul Paulus dalam menghadapi jemaat yang tidak suka mendengar ajaran yang benar.
2 Tim 4:5   Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! Kalau ada Pdt. Hery Kwok akan saya katakan,”Sabarlah ya Pak Hery, sabar Kuatkanlah”. Memang seperti inilah kondisi manusia bukan saja dahulu.” Tetapi saat ini banyak yang tidak suka mendenga yang tidak enak. Pdt Stephen Tong membuat pernyataan, “Siapapun tidak boleh jadi pengurus gereja sebelum mengikuti pelajaran teologia sekian SKS.” Sedang di gereja seberang ada orang yang langsung ditahbiskan jadi pendeta tanpa belajar karena ia seorang pengusaha yang berhasil. Semangatnya lain sekali. Ini mengingatkan kita agar menguasai diri dan sabar dalam melakukan pemberitaan Injil.
Rasul Paulus menasehati Timotius untuk memberitakan firman setiap waktu. Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya (2 Tim 4:2). Beritakanlah firman Tuhan baik mereka mendengar atau tidak mendengar, baik menerima atau menolak. Sampaikan saja, karena itu tugas kita. Biar saja bila orang yang mendengarnya kabur , paling tidak ia pernah mendengar hal itu. Paling tidak terngiang-ngiang di telinga bahwa hanya Kristus lah satu-satunya Juruselamat.

Ilustrasi Patung Babi.
Ada seorang raja besar di daratan Tiongkok yang suka menjajah raja kecil untuk digabungkan dengan kerajaannya. Sebelum perang, ia membuat teka-teki. Dikirimlah 3 patung babi ke negara kecil dengan permintaan, “Tolong tunjukkan kepada kami apa beda patung ke-1, 2 dan 3. Kalau kamu bisa memberi jawaban yang benar, maka kami tidak jadi menjajah kalian. Kalau tidak bisa ,kita akan berperang dan kami akan mengalahkan kalian.” Bermacam cara dilakukan untuk menemukan perbedaan. Ada yang menimbang beratnya ternyata sama. Berarti salah, bukan itu perbedaannya. Lalu diukurlah panjang patungnya, ternyata semuanya 30 cm. Ada yang mengira,”Jangan-jangan tingginya mungkin selisih 1 cm”. Setelah diukur ternyata semuanya 25 cm. Ketiga patung diputar untuk mencari perbedaan warna, namun ternyata warnanya juga sama. Akhirnya raja takut, karena sebentar lagi akan dikalahkan. Lalu putra mahkota mendekat ke papanya,”Apa  yang sedang papa lakukan?” Papanya menjawab, “Saya mencari perbedaan di antara ketiga patung ini.” Anaknya mulai melihat dan ternyata tidak ada perbedaan. Kemudian ia menemukan bahwa di antara ketiganya ada 1 patung yang punya lubang di telinga, ada juga patung yang telinganya tertutup dan 1 patung lagi ada lubang juga. Lalu ia mulai mengambil rambut. Ternyata patung kedua setelah dimasukkan rambut lewat telinganya bablas dari kanan ke kiri, tetapi patung ketiga bisa dimasukkan rambut tapi tidak tembus ke sisi lainnya melainkan masuk ke dalam” Maka dia membuat satu kesimpulan,”Tuanku raja, patung pertama tidak ada (tertutup) telinganya.Patung kedua ada telinga yang tembus dari kanan ke kiri. Patung ketiga, dari kanan masuk ke dalam.” Artinya ada 3 macam pendengar. 1 orang punya telinga tetapi tertutup sehingga tidak ada yang masuk. Dikhotbahkan apapun tidak bisa dengar (tuli). Orang kedua, mendengar tapi bablas karena lewat terus. Yang ketiga, mendengar kemudian masuk ke hati.” Apakah kita seperti patung yang pertama , kedua atau ketiga?

Rasul Paulus siap memberitakan Injil sekali pun harus menghadapi penderitaan. “Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu seperti penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.”
(2 Timotius 2:9)  
Artinya baik atau tidak baik aku terus memberitakan Injil. Baik orang itu menerima atau menolak, tetap aku memberitakan Injil. Itu yang disampaikan Rasul Paulus ke Timotius.

Ilustrasi : kisah wanita yang memberitakan Injil sampai masa tuanya.
Ada seorang wanita yang sejak muda terus memberitakan Injil. Ternyata perbuatannya bukan hanya mendapat pujian tetapi ada orang (majelis dan jemaat muda) yang mulai mengkritiknya. “Bu, sudah tua begitu janganlah sok memberitakan injil. Nanti saat menyeberang sana-sini  ditabrak mobil bagaimana? Yang susah nanti juga gereja” tetapi dia tetap memberitakan Injil. Lama kelamaan sang ibu matanya mulai kabur, tetapi tetap ia memberitakan Injil. Kemudian diingatkan lagi,”Bu sudah tua begini apalagi mata sudah tidak jelas, nanti ditabrak mobil. Lebih baik Ibu di rumah saja. Tidak usah memberitakan Injil ” Tetapi ia tetap memberitakan Injil. Suatu kali saat pulang dari gereja ia berjalan dan melewati depan toko yang menjajakan pakaian yang diperagakan patung. Karena ia mengira patung itu manusia maka ia menginjilinya,”Percayalah kepada Yesus dan engkau akan selamat.” Patung itu  diam saja. Ibu ini berpikiran positif, kalau diam berarti terima. Waktu orang muda yang suka mengkritik lewat dan melihat apa yang dilakukan sang Ibu. Setelah itu ia menepuk punggung sang Ibu dan memberitahu bahwa yang ia injili adalah patung. Sang Ibu kaget karena baru mengetahui bahwa selama ini yang ia injili adalah patung. Tetapi ia tidak sedih, dan kemudian berkata, “Bagiku lebih baik menjadi orang Kristen yang memberitakan Injil kepada patung daripada menjadi orang Kristen yang sama dengan patung yang tidak memberitakan Injil.”

Semua orang yang mendengar firman Allah akan mengalami perubahan hidupnya. Contohnya :
-        Nikodemus berubah.
-        Perempuan Samaria berubah. Lalu satu kampung percaya kepada Kristus. Orang yang suka mendengar ajaran yang sehat pasti akan berubah.
Respon para pendengar “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli ahli Taurat mereka”.
(Matius 7:28-29).
Jika ingin melihat perubahan, maka beritakanlah firman Tuhan (di gereja, keluarga, di lingkungan sekitar dll).

C.    Beritakan firman Tuhan dengan kuasa Allah.
Rasul Paulus telah mengalami dan mendemonstrasikan kuasa Allah dalam memberitakan Firman Tuhan.
Rasul Paulus digigit ular tapi tidak mati. Paulus menyembuhkan orang sakit dan menghidupkan orang mati sehingga sudah membuktikan ia memberitakan Injil dengan kuasa Allah. Timotius mengikuti jejaknya. Tuhan Yesus berjanji untuk memberita kuasa bagi mereka yang memberitakan firman Allah.
Yesus berkata Yesus berkata:
-          Segala kuasa baik di sorga maupun di bumi telah diberikan kepada-Ku... (Matius 28:16). Setelah Yesus mengatakan tentang kuasa, Dia memberikan perintah untuk memberitakan Injil, “Karena itu pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku.”
-          “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara  dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” (Markus 16:17-18).
-            “Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi” (Lukas 24:49). Injil Lukas menyatakan hal yang sama.
-            Dan sesudah berkata demikian, Ia menghembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yohanes 20: 22-23)
-        Kisah Para Rasul diawali dengan janji kuasa Allah. Kamu akan menerima kuasa jika Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku  (Kisah Rasul 1:8).Kisah Rasul 1:8. Itu semua janji dari Tuhan Yesus Kristus. Ada banyak kesaksian yang menyatakan bahwa banyak orang yang dilengkapi dengan kuasa Allah. Salah satunya Kesaksian Hudson Taylor (Kesaksian misionaris di India). Suatu kali ia sedang berlayar untuk memberitakan Injil tetapi tiba-tiba mesin kapalnya mati. Nahkoda datang kepadanya,”Tuan, tolong berdoa supaya ada angin. Kalau tidak kapal ini akan menuju ke suatu pulau yang dihuni oleh manusia kanibal. Maka kita akan binasa semua”. Hudson Taylor berkata,” Baiklah. Pasang layarmu.” Nahkoda berkata,”Kami tidak mau. Untuk apa dipasang? Kan belum ada angin. Doa saja dahulu. Kalau sudah ada angin barulah kami akan memasang layarnya” Hudson Taylor berkata,”Kalau kamu tidak pasang layarnya, maka saya tidak akan berdoa.” Hudson Taylor pun berdoa. 5 menit kemudian angin datang dan 10 menit kemudian angin bertambah kencang. Lalu nahkoda datang kepada Hudson Taylor dan berkata,”Tuan Hudson tolong berhentilah berdoa karena angin sudah begitu banyak.” Orang yang memberitakan Injil dilengkapi dengan kuasa Allah. Demikian pula dengan kisah penginjilannya di India.

Penutup

Mari kita memberitakan Injil dengan kuasa-Nya sekalipun banyak orang yang sukanya mendengar yang enak-enak. Mari beritakan Injil (kebenaran) sekalipun orang tidak suka mendengar. Kalau ingin melihat perubahan, BERITAKAN Firman Tuhan, karena Firman Tuhan BERKUASA mengubah kehidupan. Seorang pemuda datang kepada Rabbi yang sudah puluhan tahun memberitakan Firman Tuhan dan bertanya,”Rabbi, mengapa engkau terus memberitakan firman padahal dunia tidak berubah?” Rabbi menjawab,”Hai pemuda, aku memberitakan Injil sebetulnya bukan hanya supaya dunia berubah melainkan supaya saya berubah.” Kalau memberitakan Injil tujuannya bukan sekedar agar orang lain berubah, tetapi supaya kita berubah. Stop Press.. Menyampaikan firman yang baik itu sangat penting, tetapi menjadi pemberita (pribadi) yang baik itu lebih penting. Hidup kita adalah berita yang paling efektif untuk diberitakan sepanjang zaman. Ingatlah bahwa : memberitakan firman adalah pelayanan yang sangat penting tidak peduli kondisi pendengarnya, apakah mereka suka atau tidak suka. Tugas kita adalah memberitakan Injil. “Firman Tuhan bukan hanya untuk dilagukan, bukan hanya untuk dilalukan, tetapi untuk dilakukan”. Tidak salah kita menyanyikan firman Tuhan, tetapi jangan lupa kita perlu melakukannya di dalam hidup. Amin.