Thursday, October 25, 2012

Ujian dan Pencobaan



Pdt. Stephen Tong
(BAB  III dari buku Ujian, Pencobaan & Kemenangan, Seri Pembinaan Iman Kristen, Penerbit Momentum)


Pengkhotbah 3:8-11
3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
3:9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
3:10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.
3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Apakah yang menjadi manfaat atau keuntungan dari seseorang yang telah bekerja dengan berjerih payah? Setelah manusia berkeringat, berjerih lelah, berletih lesu, apakah yang bisa diperolehnya? Jawabnya ada pada bagian Alkitab di atas. Di dalam terjemahan lain dikatakan : “Allah memberikan ujian yang begitu pahit, atau jerih payah yang begitu berat kepada umat manusia. Tetapi kemudian Ia akan memberikan keindahan pada waktunya, dan manusia tidak bisa mengerti dan menyelami pekerjaan yang Allah lakukan dari awal sampai akhir.”
                Inilah pengertian firman Tuhan yang penting sekali berkenaan dengan paradoks kehidupan manusia. Dunia ini penuh dengan jerih payah, ujian dan tanggung jawab yang berat. Semua ini ditetapkan oleh Allah dan hanya untuk manusia. Tidak ada binatang yang mempunyai tanggung-jawab yang lebih berat dari manusia. Tidak ada mahluk yang harus bekerja sedemikian berat untuk bisa mendapatkan makanan. Tetapi, mengapa Allah memperkenankan manusia boleh sedemikian berjerih payah?
                Banyak orang miskin yang iri hati dan cemburu kepada orang kaya. Tetapi silahkan lihat, betapa besar kesulitan dan berapa berat pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang-orang kaya itu. Konglomerat-konglomerat besar terkadang harus bekerja begitu berat. Terkadang mereka harus berada di kantor sampai pukul sebelas malam. Saya pernah berpikir, kalau saya sampai seperti mereka, meskipun kaya mungkin saya akan lebih cepat mati.
                Ketika seorang pengusaha besar Jakarta ikut dengan saya dalam program penginjilan ke Rusia, dalam dua hari saja fax yang ia terima sudah enam meter panjangnya, dan ia harus menyelesaikan setiap masalah yang timbul itu satu per satu. Untuk mendapatkan kesempatan pelayanan dua hari saja, kesibukan yang harus dia selesaikan sedemikian padat. Setelah itu ia masih harus mengirimkan fax kembali untuk menyelesaikan masalahnya.
                Apakah seorang yang kaya atau seorang yang berkedudukan tinggi bisa nikmat karena tidak perlu bekerja berjerih lelah? Tidak! Apakah seorang yang mulia seperti raja atau presiden  tidak peru bekerja berjerih paya penuh ketegangan? Tidak! Chao En Lai, mantan perdana menteri Cina, dalam satu setengah tahun rambutunya menjadi putih. Bill Clinton, presiden Amerika Serikat, setelah satu tahun menjadi presiden wajahnya terlihat menjadi begitu tua. Ketika ia baru memasuki White House (kantor kepresidenan AS, yang secara hurufiah berarti “Rumah Putih”), rambutnya hitam. Tetapi setahun kemudian, rumahnya tetap putih, rambutnya juga menjadi putih. Seorang missionari pernah berkata kepada saya : “Aduh betapa pekerjaan yang sangat malang.” Pekerjaan ini adalah pekerjaan yang menakutkan sekali. Terkadang saya berpikir, apa dosanya  sampai ia dijadikan presiden? Banyak orang yang ingin mendapatkan kedudukan yang tinggi, tetapi setelah duduk, baru Saudara tahu betapa beratnya pekerjaan itu. Yang berjerih paya bukan hanya tukang batu, tetapi juga mereka yang duduk di kantor.
                Ketika masih muda saya tidak terlalu mengerti. Bagi saya, Raja Salomo itu tahu apa? Bukankah ia cuma duduk saja di takhta, perintah sini perintah situ. Rektor saya mengatakan, “Jangan pikir oang yang berpangkat tinggi tidak berjerih paya. Orang yang berjerih lelah dengan tangan, malamnya bisa tidur enak. Tetapi orang yang harus memikirkan begitu banyak hal, berjerih payah secara otak, malamnya malah tidak bisa tidur.” Apakah Saudara pikir yang bekerja bersusah paya hanyalah tukang batu? Tidak! Dunia ini penuh dengan orang-orang yang saling iri hat, kita selalu merasa lebih nikmat kalau bisa menjadi seperti orang lain. Benarkah demikian? Tidak! Tuhan mengatakan, “Engkau tidak mengerti jerih-lelah yang Aku taruh di pundakmu, untuk menguji engkau.”
                Satu kali ketika saya berada di Jakarta saya katakan, “Hai saudara-saudara pemilik tanah yang begitu luas, janganlah mengira itu adalah tanah milik Saudara. Satu hari kelak tanah itu akan dijual dan dijual lagi.” Sebenarnya seluruh luas tanah selalu sama dari sejak Adam. Yang terjadi hanyalah saling menjual tanah, sehingga hanya berganti kepemilikan secara sementara saja. Pada akhirnya yang betul-betul menjadi hak milik Saudara tinggal kuburan Saudara saja. Itupun masih diinjak-injak orang dan di dalamnya Saudara hidup bersama cacing-cacing yang menggerogoti Saudara tanpa Saudara bisa berbuat apa-apa. Jadi apa sebenarnya yang Saudara dapatkan darihasil jerih-lelah Saudara? Setelah hidup dengan ujian yang begitu besar, pekerjaan yang begitu berjerih lelah, apa yang diperoleh? Jawaban dari Pengkhotbah:
                Allah menciptakan segala sesuatu baik pada waktunya, Allah memberikan kekekalan di dalam hati manusia
                Namun manusia tetap tidak mengerti segala sesuatu yang dikerjakan dari awal sampai akhir.
                Ayat dalam kitab Pengkhotbah di atas telah membingungkan saya sejak saya berusia 17 tahun. Sampai usia 57 tahun saya masih memikirkan ayat ini. Allah menciptakan segala sesuatu dengan baik. Dan setelah semua itu diciptakan, Allah menciptakan manusia yang lebih baik lagi. Hal ini membuat saya bingung. Mengapa manusia dikatakan lebih baik? Karena di dalam manusia ada satu unsur yang tidak terdapat di dalam ciptaan baik yang lainnya, yaitu sifat kekekalan.
                Semua dicipta di dalam kurun waktu, ada waktu ini ada waktu itu, dan semuanya ada di dalam waktu. Tetapi, kemudian diciptakan satu makhluk yang di dalamnya terdapat kekekalan yang melampaui waktu. Dalam hal ini kita melihat bahwa mansia berbeda dari segala mahkhluk. Segala makhluk muncul di suatu waktu, dan akan berakhir pada waktu yang tertentu pla. Makhluk-mkhlk lain mempunyai waktu yang tertentu pula. Makhluk-makhluk lain mempunyai waktu permulaan di saat kelahirannya, dan waktu akir di dalam kematiannya. Jangka waktu hidupnya sangatlah singkat. Mereka berada di dalam waktu dan berada di bawah batasan waktu. Kemudian Tuhan menciptakan manusia, yang berbeda dari semua makhluk yang lain karena memiliki unsur kekekalan di dalamnya. Maka di dalam alam semesta, manusia menjadi outsider (tidak termasuk di dalam kelompok tertentu), observer (peneliti dan penyidik) dan thinker (pemikir). Inilah perbedaan manusia dengan semua makhluk. Semua makhluk yang lain berada di alam dan merupakan bagian dari alam. Mereka mencari makan dari alam, memuaskan diri di dalam alam dan berakhir hanya di dalam alam. Tetapi manusia memiliki bagian supra-alam, yang menjadikan manusia sebagai pemikir yang mempertanyakan “mengapa saya di sini?”
                Binatang suatu saat akan mati, manusia suatu saat juga akan mati. Tetapi, manusia bisa mempertanyakan “setelah mati saya akan kemana?” Tidak ada binatang yang bertanya setelah mati akan ke mana, hanya manusia yang berpikir seperti itu. Setelah berpikir, manusia akan mulai menyelidiki dan kemudian akan mulai memisahkan antara “aku” dan yang “bukan aku”, sehingga dimengerti adanya pembedaan antara Allah, aku dan alam. Di bawah saya ada alam, di atas saya ada Allah, dan di dala saya ada aku. Maka, secara vertikal saya berada di bawah Allah di atas alam, dan secara horizontal saya berada di antara Allah dan setan, antara baik dan jahat, antara hidup dan mati, antara firman dan interpretasi yang tidak bertanggung jawab. Di dalam keadaan seperti inilah, keberadaan krusial (crucial existence) menjadi status manusia. Bagi saya, sungguh suatu pilihan yang krusial untuk kita bisa mempelajari firman Tuhan secara seksama dan ketat. Waktu-waktu studi seperti ini merupakan momen-momen yang membentuk iman Kristen Saudara menjadi mahir di dalam mengerti prinsip total firman Tuhan.
                Jikalau “aku” melampaui “alam”, mengapa alam harus menjadi tujuan hidupku? Apakah saya akan hidup dan mati hanya untuk mencari uang? Apakah saya harus bekerja setengah mati hanya untuk mencari materi? Apakah saya harus mengusahakan segala sesuatu yang akhirnya tidak bisa saya bawa ke dalam kekekalan dengan penuh jerih paya, dan kemudian saya harus dikubur di bawah tanah? Apakah yang menjadi upah bagi pekerjaan yang dikerjakan manusia dengan penuh jerih-payah? Pertanyaan-pertanyaan ini telah merangsang pikiran saya, sehingga menyebabkan saya berpikir terus-menerus. Apa gunanya kita berjerih paya sedemikian berat hanya untuk mendapatkan sebuah peti dan tanah 2x1 meter? Itukah arti hidup?
                Tetapi Allah menyatakan bahwa setelah semua selesai diciptakan, Allah memberikan kekekalan di dalam hati manusia. Berarti di dalam diri kita manusia, ada sesuatu yang sama sekali berlainan daripada makhluk lainnya. Hal inilah yang menjadikan kita tidak habis-habisnya berpikir dan ini pula yang menjadikan kita tidak rela digeser oleh waktu dan sejarah. Kita mau melihat ke depan dan kita mau lihat ke belakang. Inilah kekekalan! Melihat ke depan, itulah pengharapan kita; melihat ke belakang, itulah ingatan kita. Manusia mempunya sejarah karena manusia tidak mau momen-momen yang penting dan bermakna digeser oleh proses waktu. Kita mempelajari sejarah karena kita mengetahi bahwa di dalam sejarah ada prinsip-prinsip pendidikan yang penting untuk kita melangsungkan hidup. Kita mempelajari kegagalan dan kesuksesan dari sejarah karena kita adalah makhluk yang berproses belajar. Saya pernah bertanya dalam hati, mengapa hanya ada manusia di dalam sejarah? Mengapa tidak ada ilmu sejarah domba atau sejarah kambing? Puji Tuhan kalau mereka tidak mempunyai sejarah. Kalau mereka pun punya sejarah yang harus kita pelajari, kita sulit lulus SD. Mereka berbedda daripada manusia.
                Manusia secara individu (individually speaking) adalah makhluk yang sangat berharga, kita diberikan kekekalan, sehingga kita adalah makhluk hidup yang berkekalan. Secara kolektif (collective speaking) kita adalah satu kelompok makhluk yaitu manusia, yang mewakili Allah untuk mengurus seluruh alam semesta. Allah berkata kepada Adam dan Hawa untuk mengatur alam semesta dan menguasai seluruh binatang dan alam. Manusia mempunyai tugas yang sangat luar biasa : kita adalah manager of the universe (pengelola alam semesta). Maka, jika untuk kepentingan materi orang membakar hutan yang mengakibatkan lebih dari 23 juta orang terancam penyakit paru-paru, orang-orang itu harus dihukum secara keras oleh Tuhan. Jangan pikir bahwa keuntungan yang didapat dari hutan itu dapat menutup kecelakaan yang dialami oleh berjuta manusia.

Ujian dan Pencobaan : Keharus dan Maksudnya.

                Adam dan Hawa diletakkan di taman Eden. Dan berkenaan dengan hal ini ada beberapa hal yang perlu kita pikirkan secara lebih tuntas.
Pertanyaan 1 : Mengapa di taman Eden harus ada pohon terlarang?
                Mengapa di taman Eden Tuhan menyediakan pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat? Bukankah jika pohon tersebut tidak ada, kita tidak perlu repot? Pertanyaan dan kalimat seperti ini sering muncul dalam pikiran manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Inilah pertanyaan-pertanyaan yang menyatakan betapa  bodohnya kita (band Rm 1:21-23). Manusia beranggapan bahwa jika pohon itu tidak ada, manusia tidak bisa berbuat dosa dan pasti akan tetap suci. Kalau tidak ada pencobaan tentunya manusia akan sempurna, sehingga sepertinya Tuhan begitu bodoh meletakkan pohon itu di sana.
Pertanyaan 2 : Mengapa Pintu Sorga bisa kebobolan ular?
                Mengapa Tuhan tidak membuat pintu yang rapat sehingga ular tidak bisa masuk untuk mencobai manusia? Mengapa Tuhan membiarkan setan bisa menyusup masuk ke dalam taman Eden? Bukankah kalau setan tidak bisa masuk manusia tidak mungkin bisa jatuh ke dalam dosa, karena pasti tidak ada pencobaan?
Pertanyaan 3 : Mengapa Tuhan memberikan kebebasan memilih?
                Mengapa Tuhan memberikan kebebasan kepada Adam dan Hawa, sehingga di antara firman Tuhan dan perkataan setan ia boleh melakukan pilihan? Seharusnya manusia jangan diberi kebebasan memilih. Kalau Tuhan tidak memberikan kebebasan memilih , tentunya tidak ada kemungkinan Adam salah pilih dan jatuh ke dalam dosa. Pasti semuanya akan beres.
                Semua ini merupakan pikiran manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Kita akan melihat bahwa ketiga pokok di atas merupakan suatu keharusan mutlak! Harus ada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat; harus ada ular yang dipakai ole setan untuk menguji; dan harus ada kebebasan bagi Adam untuk memilih , karena semuanya itu adalah cara dan tujuan rencana Allah mencipta manusia. Masalah ini adalah masalah kedaulatan Allah yang memang demikian, sehinggda berada di luar bijaksana dan keputusan manusia. Tetapi apa maksud dari semua ini?

Maksud I : Kemenangan
                Begitu banyak orang Kristen yang “sok tahu” dan merasa lebih pandai dari Tuhan, yang setelah menjadi Kristen dan menikah, ingin membuat keluarganya menjadi taman Eden yang di dalamnya tidak ada pohon pengetahuan tentang baik dan jahat dan tidak ada ularnya. Banyak orang Kristen bodoh yang mau membesarkan anak-anaknya di dalam satu lingkungan yang paling sempurna aman, tanpa kemungkinan adanya ujian dan pencobaan sama sekali. Tetapi anak Kristen yang dibesarkan di dalam lingkungan keluarga yang seperti itu justru berada di dalam situasi yang paling berbayaha! Sekali mereka keluar ke masyarakat, langsung akan jatuh dan gagal.
                Seorang kepala sekolah pernah berkata kepada saya sambil bercucuran air mata : “Anak saya begitu baik, ia saya didik dengan begitu baik. Kini setelah menikah saya baru tahu dia begitu mudah ditipu oleh istrinya. Istrinya justru anak orang Kristen yang tidak benar hidupnya.” Ketika saya tanya mengapa anak itu mau menikah dengan wanita seperti itu, ia menjawab bahwa  anaknya tidak tahu kalau orang Kristen bisa sedemikian jahat. Ia baru tahu kalau ada yang namanya Kristen tetapi hidupnya bobrok luar biasa. Ketika kita melihat orang senyum-senyum , kita anggap ia pasti orang baik. Itu bodoh! Saya tegur kepala sekolah itu, justru karena ia menciptakan satu lingkungan yang terlalu indah maka anaknya dapat menjadi begitu bodoh, menganggap semua orang itu begitu baik, sehingga akhirnya tertipu. Ia mengatakan : “Ya mungkin begitu.” Saya katakan, “Bukan mungkin, tetapi pasti!
                Banyak keluarga Kristen yang karena memberikan lingkungan yang terlalu aman dan terlalu baik, tidak pernah memberikan wawasan yang lebih luas kepada anak-anak mereka, sehingga ketika anak itu keluar ia langsung bisa ditipu, diperkosa, atau dijadikan korban orang-orang jahat di luar. Mereka tidak pernah tahu bahwa ada ular dan ada pohon. Ada orang tua yang memaksa anaknya utnuk berdoa dan ikut kebaktian, supaya dilihat orang luar bahwa keluarga ini adalah keluarga Kristen yang baik. Akhirnya ketika dewasa, anak ini menjadi sangat benci kepada Kekristenan. Banyak remaja dan pemuda yang anti Kristen karena dibesarkan dalam keluarga Kristen yang memaksa dia menjadi “sok rohani”. Kita seringkali menciptakan satu lingkungan yang begitu indah, begitu aman, tidak ada ular dan tidak ada kebebasan pilihan. Keadaan sedemikian hanyalah merupakan suatu pemaksaan, menjadikannya satu tindakan mekanis yang palsu. Maka saya melihat akan keharusan adanya pohon, ular, dan pilihan bebas manusia.
                Ketika pada usia 29 tahun saya berkhotbah di Hongkong 65 kali dalam 27 hari, menyambung khotbah saya di Taiwan 226 kali selama 62 hari, saya berada di dalam keadaan yang sangat lelah. Seorang pendeta tua yang adalah pemimpin senior ingin berbicara dengan saya, sehingga saya tak mampu menolak. Kami berbicara selama dua jam, dalam keadaaan saya yang sudah begitu lelah. Ia mulai menanyakan bagaimana prinsip mendidik anak menurut saya. Saya menjawab bahwa mendidik anak ya apa adanya saja, tidak perlu berpura-pura, agar anak-anak mengerti realita yang sesungguhnya. Kalau saya berbeda pendapat dengan isteri saya, anak-anak saya juga tahu, sehingga suatu saat kalau mereka menikah lalu ada perbedaan pendapat, mereka tidak terkejut dan sudah mengerti bahwa hal seperti itu adalah hal yang biasa.  Tetapi yang paling penting adalah bagaimana setelah terjadinya perbedaan pendapat itu kita bisa menyelesaikannya dengan cara Kristen. Lalu ia mengatakan bahwa cara dia mendidik anak sangat berbeda. Saya bertanya bagaimana cara dia mendidik, sehingga saya bisa belajar. Ia mengatakan, bahwa dunia ini sudah sangat rusak, maka kita harus hati-hati agar anak kita tidak tercemar oleh dunia (sampai di sini saya setuju). Itu sebabnya, demi kehati-hatian ini ia memiliki cara khusus, yaitu setiap hari surat kabar yang datang ia baca terlebih dahulu dan semua yang jelek digunting. Semua berita perkosaan, perzinahan, penipuan, perampokan dan yang sejenisnya dipotong. Hanya sisa yang baik saya yang ia berikan ke anaknya. Jadi, setelah surat kabar itu sudah penuh dengan lubang-lubang, baru diberikan kepada anaknya. Bagi saya cara ini lucu sekali. Itu namanya Holy Paper (Istilah ini bisa dimenerti sebagai “Koran Suci” tetapi juga bisa dimengerti sebagai “Koran Lubang”) karena banyak lubangnya. Bagi saya, kalau anak-anak setiap hari menemukan bahwa korannya penuh lubang dan setiap hari lubangnya berbeda, pasti ia tertarik untuk ke tetangga dan mau mengetahui apa yang ada di lubang itu. Anak itu akan terangsang untuk mencari dan memperhatikan beriita-berita paling buruk yang tidak ada di  rumahnya, dan dari tetangga ia baru tahu bahwa berita yang ada di lubang itu adalah berita-berita perkosaan, perzinahan, perampokan dll. Itulah yang menarik baginya! Akhirnya, yang tidak lubang tidak dia baca, dan dia khusus hanya akan memperhatikan bagian-bagian yang lubang saja. Saya bukannya mendukung untuk kita atau anak kita membeli buku porno, tetapi biarkan surat kabar surat kabar yang ada itu dalam keadaan utuh Biarkan yang menjadi fakta dunia mereka mengetahuinya. Inilah dunia kita yang riil. Kita memang tidak mau anak kita dicemarkan, tetapi jangan sampai kita menciptakan lingkungan yang terindah bagi anak kita, jangan sampai ia dimanja hingga menjadi rusak lebih dari anak orang lain tanpa Saudara sendiri menyadarinya.
                Tuhan tidak demikian. Setelah mencipta Adam dan Hawa, Ia meletakkan mereka di taman Eden dan langsung memperkenankan setan menguji mereka. Ujian, pencobaan, dan kemenangan! Kemenangan baru bisa dikatakan menang setelah adanya pencobaan dan ujian. Kemenangan sangatlah penting, sehingga ujian dan pencobaan juga sangat diperlukan. Maka, uian dan pencobaan adalah kebutuhan yang mutlak (the absolute necessity) bagi keberadaan dan kemenangan manusia.
                Ibu saya mengatakan : “Stephen, saya bukan hanya harus menjadi ibumu tetapi juga harus menjadi ayahmu, karena ayah sudah meninggalkan kamu ketika kamu berusia 3 tahun. Itu sebabna aku berusaha menanamkan iman yang kuat ke dalam dirimu, sehingga ketika engkau besar aku tidak perlu kuatir jika engkau pergi kemanapun juga, karena aku tahu engkau sudah dibekali dengan iman yang menuntut engkau bertanggung jawab kepada Tuhan.” Itulah yang sudah saya warisi dari ibu saya, demikian pula saya wariskan kepada anak-anak saya. Saya tidak memaksakan iman kepada mereka. Kalau perlu sampai kita harus berdebat, sehingga kita bisa menemukan sesuatu di dalam kebenaran firman. Setelah dia beriman, saya tidak takut dia pergi kemanapun juga. Saya hanya bisa berdoa untuk dia dan tidak merasa perlu lagi terlalu banyak mengatur. Biarlah dia bebas. Kebebasan itu perlu, ujian itu perlu. Namun demikian , tidak ada paksaan dan dia sendiri harus bertanggung jawab. Terkadang saya melihat ibu-ibu yang memberikan kemanjaan kepada anaknya dengan anggapan itu adalah proteksi. Tetapi, proteksi yang berlebihan (over-protection) akan menjadi kemanjaan yang menghancurkan. Terlalu memelihara anak anan jatuh kepada keadaan yang fatal.
                Ada orang tua yang ketika bayinya yang tidur, di depan kamarnya ditulisi : “Bayi sedang tidur. Harap tenang!” Akibatnya, bayi itu tidur begitu tenang, tidak ada gangguan , sampai satu kali ada anjing menggonggong keras dan dia langsung sakit jantung.  Itulah pendidikan yang salah! Saya dilahirkan di zaman perang Jepang. Ini merupakan satu latihan yang Tuhan berikan kepada saya, maka sekarang saya tidak mudah diganggu oleh berbagai situasi. Sejak usia 3 tahun saya sudah tidak memiliki ayah, dan sejak usia 15 tahun sudah tidak pernah minta uang satu rupiahpun dari ibu saya. Saya harus bekerja berat dan membanting  tulang untuk mencukupi keperluan saya. Setiap minggu harus belajara sekitar 40 jam dan harus mengajar 80 jam. Setiap hari harus bekerja keras berjam-jam, diperas, ditindas, diuji oleh Tuhan, sebelum akhirnya bisa menjadi manusia seperti ini. Banyak orang yang begitu memperhatikan saya meminta saya untuk beristirahat, karena mereka anggap saya terlalu lelah. Saya seringkali menganggap mereka terlalu memanjakan saya, saya terus-menerus diminta untuk tidur. Memang sekarang saya sudah semakin tua dan mulai perlu ada waktu untuk beristirahat, tetapi kalau mungkin saya masih ingin terus bekerja. Seringkali Saudara ingin menjadi orang Kristen yang naik limousine ke Surga, ingin menjadi orang Kristen yang doa apa saja akan dituruti oleh Tuhan. Itu bukan Tuhan, itu adalah pembantu Saudara! Seringkali kita berdalih di belakang doa : “Allah, Engkau Maha Kuasa, maka pasti Engkau mampu mengerjakan apa yang aku minta ini.” Itu adalah sifat memperalat kemahakuasaan Alla huntuk menjjadikan Allah pembantu Saudara. Itukah doa? Itu adalah manipulasi! Seringkali ketika Saudara mendengar pendeta-pendeta yang mengajar seperti itu, Ssaudara ‘amin, amin’ terus, tidak lagi secara ketat memperhatikan apa yang diajarkan oleh firman Tuhan. Saat seperti itu Saudara sedang jauh dari Firmah Tuhan dan prinsip-prinsip yang ditegaskan oleh Alkitab secara keseluruhan. Sudah terlalu jauh Saudara salah mengerti Alkitab, dan kesalahmengertian itu telah menjauhkan Saudara dari firman. Saudara perlu kembali! Reformed berarti kembali; kembali kepada kebenaran Alkitab yang seketat mungkin.
                Manusia diuji dan dicoba dengan segala jerih-payah untuk mencapai satu tujuan yang khusus. Tuhan membiarkan adanya pohon, adanya ular, dan adanya kebebasan memilih. Ini memang berbahaya, tetapi semua itu ada bukan tanpa maksud. Semua itu harus ada karena di belakang bahaya itu ada bahagia yang besar. Salahnya, seringkali manusia mau bahagia, tetapi tidak mau bahaya. Ketika orang berjudi, maunya memang tetapi tidak mau masuk penjara; kalau berzinah maunya kenikmatan tetapi tidak mau keluarga kita dihancurkan oleh perempuan itu, atau diri kita dihancurkan oleh penyakit kelamin.
                Allah memberikan kebebasan. Bukankah ini bahaya Ya, tetapi di belakang bahaya ada bahagia. Orang pandai pasti lebih bahaya daripada orang bodoh. Namun, apakah itu berarti kita kemudian berdoa agar kita jadi orang bodoh saja, dan semua anak kita lebih baik jadi anak bodoh saja? Tidak! Perempuan yang cantik pasti lebih bahaya daripada yang jelek. Tetapi, apakah itu berarti kita kemudian berdoa ketika menikah kita diberi isteri yang sangat jelek agar ketika melihatnya semua orang menjadi ketakutan, sehingga tidak membahayakan diri kita? Tidak! Pisau yang tajam pasti lebih berbahaya daripada pisau yang tumpul. Tetapi, apakah itu membuat kita lebih baik membeli pisau yang tumpul saja? Tidak! Orang pandai pasti lebih bahagia daripada orang yang bodoh, demikian pula wanita yang cantik lebih bahagian daripada wanita yang jelek. Bahagia, tetapi juga bahaya. Seringkali kita mau bahagianya tetapi menolak bahayanya. Itu mustahil! Jika kita mengerti konsep-konsep ini dengan baik, seumur hidup kita akan lebih stabil dan lebih mengerti dengan tepat realita dan maksud penciptaan Allah atas diri kita, sehingga kita tidak mudah dikacaukan oleh berbagai gejala di dunia ini.
                Perlu adanya pohon, ular, dan kebebasan pilihan. Tuhan memasukkan hal ini karena jika tidak ada ujian tidak akan ada bahagia, meskipun ujian itu sendiri mengandung bahaya. Kalau tidak ada ujian, tidak ada pencobaan, dan tidak adakebebasan,  mustahil ada kemungkinan kemenangan. Demi agar kita bisa menang, perlu dan harus ada ujian, harus ada pencobaan. Ujian dan pencobaan merupakan keharusan mutlak. Tanpa ujian dan pencobaan dunia ini kehilangan makna.
                Mungkin Saudara tidak menyukai ujian dan pencobaan karena ujian dan pencobaan mengandung bahaya, dan Saudara tidak menyukai bahaya ini. Semua manusia yang tidak pernah mau bahaya tidak akan pernah maju! Orang yang selalu takut, akan terus tinggal di kamar. Ketika ia mau menjadi pahlawan, hanya bisa menjadi pahlawan kamar. Orang yang berani pergi ke tempat yang penuh bahaya dan berhasil melewatinya dengan kemenangan , mendapatkan kebahagiaan.
                Tuhan tidak mencipta manusia seperti boneka. Manusia tidak dicipta sebagai robot atau mesin. Tuhan justru memberikan kebebasan kepada Saudara, bahkan sampai bisa memberontak melawanNya. Manusia dicipta dengan diberi kuasa pemberontakan terhadap Allah, sehingga bisa mengatakan tidak setuju kepadaNya. Selama 33 tahun lebih saya menjadi dosen, saya tidak menghina pertanyaan murid-murid saya. Kalau murid saya tidak setuju pada saya, saya tidak akan marah. Kalau kita saja diberi hak untuk tidak setuju pada Allah, bagaimana kita boleh marah terhadap orang lain yang tidak setuju dengan kita. Hanya dosen yang tidak beres yang takut diawan oleh muridnya             ! Asal saja jangan orang itu kurang ajar kepada Tuhan, merupakan hak dia untuk tidak setuju dengan saya. Jika saudara melawan saya tetapi sangat cinta dan taat kepada Tuhan, saya setuju. Kalau cinta dan taat pada saya, tetapi kurang ajar terhadap Tuhan, saya tidak setuju. Saya tidak pernah menuntut semua orang untuk setuju kepada say, karena Tuhan pun memberikan hak kepada kita untuk tidak setuju kepadaNya.
                Orang Ateis dan orang Komunis tidak percaya kepada Allah. Bukan saja demikian, mereka bahkan menganiaya orang Kristen, menganiaya endeta, memenjarakan para misionari dll. Tuhan memperbolehkan hal itu terjadi. Tetapi Tuhan berkata,”semakin engkau menganiaya, gerejaKu semakin berkembang.” Akhirnya yang memeras  lelah dan mati, gereja ang diperas makin hari makin besar. Itulah kekuatan bola yang ada pada gereja. Semakin keras dibenturkan, semakin tinggi bola itu akan melambung. Komunisme berusaha menganiaya orang Kristen dengan anggapan mereka bisa membinasakan dan membersihkan orang Kristen, tetapi justru itulah tanda IQ mereka rendah, karena sejarah membuktikan bahwa semakin gereja dianiaya semakin gereja berkembang.
                Gereja yang terlalu bebas, tidak ada ujian dan pencobaan, dan tidak pernah dianiaya, tidak akan pernah berkembang. Sebelum Komunisme masuk RRC, jemaat Katolik berjumlah sekitar 800 ribu orang dan Protestan sekitar 2 juta. Tetapi setelah dianiaya oleh Komunisme, sekarang ini di seluruh RRC terdapat 83 juta orang Kristen! Darimana kita mendapatkan data ini? Bukankah kita tidak bisa membeli data dan orang Komunis jelas tidak mau memberikan data akurat tentang  jumlah orang Kristen di RRC? Tetapi justru dari penganiayaan seorang hamba Tuhan, seorang anggota polit biro sambil menganiaya mengatakan : “Kamu tidak boleh memberitakan agama Kristen lagi di negara ini. Ini negara komunis. Tahu tidak, gara-gara terus ada propaganda Kristen sekarang orang Kristen sudah 83 juta.” Nah, sekarang kia tahu karena orang komunis sendiri yang memberitahu. Melalui penganiayaan data itu bocor sendiri. Tuhan tidak takut ditolak dan dilawan oleh Saudara. Allah justru memberikan ujian kepada manusia supaya manusia bisa menang, membiarkan adanya pencobaan supaya manusia bisa mengalahkan setan. Tuhan memberikan kebebasan supaya iman kita kepada Allah diambil melalui satu kerelaan dan bukan karena pemaksaan. Maka keberadaan ujian dan pencobaan merupakan suatu keharusan (absolute neccessity) agar kita menang.
                Ketika Saudara mencintai seorang gadis, jangan Saudara bawa senapan dan paksa dia menikah dengan Saudara. Itu tidak bisa dibanggakan, karena gadis itu terpaksa menikah bukan dengan Saudara, tetapi dengan senapan Saudara. Kalau Saudara mencintai dia, biarkan dia bebas, sehingga kalau dia mau menikah dengan Saudara, Saudara bisa bangga, karena dia mencintai Saudara dengan kerelaannya. Seorang presiden bisa lebih bangga dari pada seorang raja, karena dia naik atas pemilihan seluruh rakyat bukan karena keturunan. Tuhan tidak mau kita memilih Dia atau taat kepadaNya karena paksaan, atau karena kebetulan dilahirkan di keluarga majelis, sehingga karena tidak ke sekolah minggu pasti akan dipukul luar biasa keras; atau karena anak saya  adalah anak pendeta, maka  kalau tidak ikut kebaktian dianggap mempermalukan nama ayah, jadi anak saya ke gereja supaya ayahnya tidak malu. Saya  memberikan kebebasan kepada anak saya agar mereka bisa mencintai  Tuhan berdasarkan kemauannya sendiri, bkan karena paksaan orang tua.
                Allah tidak membuat taman Eden yang hanya penuh dengan mawar dan malaikat, tetapi di situ juga ada pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, dan ia membiarkan setan masuk ke dalam ular untuk mencobai dia, sehingga tergoncang imannya. Inilah cara Allah bekerja! Selama saya mengajar di sekolah teologi, selalu beberapa jam  pertama saya pakai untuk membuat bingung semua murid yang ikut di kelas saya. Saya goncangkan iman mereka terlebih dahulu dan baru setelah itu melakukan rekonstruksi, karena saya tahu begitulah cara Allah mendidik manusia. Manusia yang tidak pernah mengalami kekacauan , tidak pernah melihat musuh, dan tidak pernah diuji dan dicobai , tidak layak hidup besama Tuhan. Sokrates mengerti kalimat di atas. Ia berkata : “Hidup yang tak teruji adalah hidup yang tak layak dihidupi (unexamined life is not worth living).” Berani menjadi manusia , berarti harus berani menjadi manusia yang hidup penuh dengan bahaya. Oleh karena itu, kita harus hidup berhati-hati.
                Tatkala kita hidup, kita seringkali mau bahagia tetapi tidak mau bahaya, kita mau kelancaran dan keindahan tetapi tidak mau kesulitan, kita mau lulus tetapi tidak mau bersusah payah belajar. Itulah yang diajarkan oleh Teologi Kemakmuran. Semua ajaran Alkitab melawan ajaran Teologi Kemakmuran! Jika mau menang harus melewati ujian terlebih dahulu; kalau mau lulus harus melewati tes terlebih dahulu; mau menang harus mengalami pencobaan. Tidak ada jalan lain! Inilah cara Allah mendidik manusia. Inilah cara Allah mencipta manusia.

Maksud II : Konsumasi (Penyempurnaan)
                Mengapa perlu ujian? Bukankah ketika Adam dicipta keadaannya sudah sangat baik? Untuk apa perlu diuji lagi? Adam diuji agar bisa lebih sempurna. Tuhan mencipta manusia yang sungguh-sungguh sudah sempurna, tetapi yang membutuhkan ujian agar bisa lebih sempurna lagi. Mari kita menelusuri sifat manusia dan firman Tuhan untuk mendapat jawaban.
                Jikalau manusia sudah dicipta secara sempurna, mengapa ia masih harus diuji sehingga mengakibatkan kesempurnaan yang ia miliki itu hancur? Bukankah tadinya sudah sangat baik, mengapa harus diuji sehingga menjadi hancur dan berdosa? Bukankah setelah pencobaan ia justru jatuh ke dalam dosa dan kesempurnaannya hilang? Tidak ! Kesempurnaannya hilang jika orang itu tidak kembali kepada Tuhan Allah lagi! Kalau ia kembali kepada Allah, maka sekalipun ia berdosa Tuhan berjanji : “Marilah kita berperkara – firman Tuhan – Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba” (Yes 1:18). Tidak ada orang yang sedemikian besar dosanya sampai Tuhan tidak berkuasa untuk menyelamatkan dia. Tidak ada orang yang hati nurainya menegur dia begitu berat, sampai tidak ada lagi pengampunan dosa yang bisa menyelamatkan dia.
                Kalau ditanya apakah Allah tahu Adam bisa jatuh ke dalam dosa, jawabnya adalah tahu. Lalu, mengapa Tuhan membiarkan adanya pencobaan itu? Jawabnya : Harus, mutlak harus! Manusia tidak dicipta menjadi robot, boneka, atau mesin. Manusia dicipta untuk melewati pencobaan, melewati ujian; maka mutlak harus ada ujian dan pencobaan. Kita akan lebih lagi memperjelas dan mengkonfirmasikan pernyataan ini di bab berikutnya.
                Meskipun ketika dicipta kita sudah sempurna, namun ujian dan pencobaan akan membawa kita kepada kesempurnaan yang lain lagi. Kesempurnaan apakah itu? Keadaan yang pertama disebut sebagai : kesempurnaan awal, yaitu kesempurnaan natural atau kesempurnaan ciptaan. Kesempurnaan ini merupakan kesempurnaan yang dicipta, yaitu kesempurnaan yang tarafnya berada di dalam ordo creatio. Kesempurnaan ini juga adala hkesempurnaan natural dan bersifat potensial.
                Tetapi hal ini belum cukup, karena jika kesempurnaan ini tidak melewati ujian dari Allah dan pencobaan dari setan, maka manusia akan tetap menjadi makhluk yang berkesempurnaan yang tidak pernah diuji dan dicobai. Kesempurnaan seperti ini tidak diingin oleh Tuhan, karena ini hanyalah kesempurnaan ciptaan yang baru bersifat potensial saja, tetapi bukan yang dicapai melalui satu proses.
                Sesudah adanya ujian dan pencobaan, kesempurnaan itu akan menjadi kesempurnaan konfirmasi; kesempurnaan supranatural, yang melampaui kesempurnaan natural; kesempurnaan yang telah genap, dan kesempurnaan yang telah dicipta ulang (recreated perfection). Jadi kita melihat empat hal, yaitu : (1) dari potensi menjadi konfirmasi; (2) dari natural menjadi supranatural ; (3) dari awal menjadi genap; dan (4) dari yang dicipta menjadi yang dicipta-ulang (atau melalui penebusan).
                Dari sini kita melihat bahwa semua ini memerlukan ujian dan pencobaan. Dan semua itu memerlukan : proses! Sebelum proses bersifat awal, sebuah proses menjadi genap; sebelum proses natural , sesudah proses menjadi supranatural, dst.
                Di dalam istilah teologi Kristen, harus dibedakan antara konsumsi (consumption)dan konsumasi (consummation). Kalau ide konsumsi lebih berarti menghabiskan atau menghanguskan, maka konsumasi justru berarti menyempurnakan dan menggenapkan.
                Ketika seorang bayi dilahirkan dengan potensi yang tinggi sekali, misalnya bayi Einstein, maka bukankah bayi yang bernama Einstein itu, sampai pada saat kematiannya masih tetap bernama Einstein? Namun, ketika lahir ia hanya menjadi Einstein potensial, dan baru pada saat mati menjadi Einstein genap. Jadi, di saat lahir ia sempurna sebagai potensi dan ketika mati sempurna setelah digarap. Einstein ketika lahir sempurna sekali, begitu lucu dan halus sekali kulitnya, tetapi ketika mati kulitnya sudah begitu keriput. Einstein lahir sebagai bayi yang sempurna , kepalanya lengkap, kaki tangannya juga sempurna, tetapi kesempurnaan ini bukanlah kesempurnaan seperti yang dimiliki Einstein setelah mengalami berbagai kesulitan, kegagalan, masalah, dan semua problematika, sebelum akhirnya ia mencapai satu kesuksesan kesempurnaan sebagai ahli fisika yang top di dunia. Ketika ia mati, kemahiran dan kematangan otaknya lebih sempurna dibandingkan dengan ketika ia lahir. Demikian pula ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa. Ketika dicipta, Adam juga adalah manusia sempurna, tetapi kesempurnaan ini hanyalah kesempurnaan potensial yang belum melewati ujian dan pencobaan. Ini adalah kesempurnaan yang belum melewati proses.
                Di Alkitab diungkapkan tentang bagaimana burung rajawali melatih anaknya. Ketika anak itu baru menetas dari telurnya, ia harus mencengkeram erat sangkarnya yang terletak di puncak gunung yang sangat tinggi, karena angin yang keras bisa menerbangkannya. Tidak ada kenyamanan di sana. Setelah dia tumbuh dan bulu-bulu sayapnya penuh, maka ia sudah mempunyai potensi terbang. Namun potensi terbang ini belum dikonfirmasikan. Itu seperti seorang yang sudah membeli buku berenang, mempelajari dengan seksama sampai hafal seluruhnya, tetapi belum pernah masuk ke dalam air. Sama halnya dengan orang yang sekolah teologi, mendapatkan gelar cum laude, tetapi tidak pernah memberitakan Injil dan belum  pernah membawa orang lain bertobat dan menjadi Kristen. Itu tidak ada nilai konfirmasinya. Mungkin mereka akan kalah dengan orang-orang  yang belum pernah sekolah teologi tetapi yang mau rendah hati dan sungguh-sungguh mau taat kepada Tuhan, memberitakan Injil dan membawa orang bertobat dari dosanya dan mengenal Tuhan.
                Maka, sekarang induk burung itu mulai melatih anaknya untuk terbang. Anak burung itu diangkat oleh induknya, diajak terbang di udara yang tinggi, lalu dilepaskan dan dibiarkan terjun bebas. Setelah sampai pada ketinggian tertentu, ia akan dipanggul lagi oleh induknya, dibawa naik lagi ke ketinggian dan dilepas lagi. Hal itu berulang beberapa kali sambil anak elang ini mulai belajar terbang. Pada akhirnya, ia pun bisa terbang seperti induknya. Setelah dibawa kembali ke sarang, anak ini lelah sekali dan mau beristirahat, namun induknya memaksa untuk dia kembali belajar terbang. Setelah bisa, maka induk elang mulai cukup jauh meninggalkan anaknya, sehingga anak elang ini harus mulai melihat sarangnya. Ketika ia melihat sarangnya yang terletak di atas gunung, ia mulai berusaha  untuk terbang naik ke tempat itu. Maka ia sekarang sudah menang. Adakah orang-orang Kristen yang bersemangat seperti itu?
                Kesimpulannya : Setelah ujian dan mendapatkan angka yang tinggi itu merupakan satu kemuliaan! Jika Saudara menganggap diri pandai sebelum ujian, itu hanyalah satu keadaan yang belum terkonfirmasi. Saudara masih memerlukan ujian.
                Sekarang ini di Indonesia banyak gereja yang pendetanya tidak mau sekolah teologi supaya tidak pernah tidak lulus. Kalau pernah sekolah teologi pasti ada kemungkin tidak lulus, tetapi kalau tidak sekolah pasti tidak ada kemungkinan tidak lulus. Jadi dia merasa dirinya hebat, padahal kesalahan khotbahnya sendiri dia tidak tahu. Pada saat ini begitu banyak orang Kristen yang sudah ditipu oleh pengkhotbah – pengkhotbah seperti itu, yang khotbahnya  begitu sembaangan. Maafkan jika saya harus mengatakan hal yang mengakibatkan banyak orang membenci saya. Itu adalah  ujian saya dan saya dicipta oleh Tuhan untuk menghadapi ujian-ujian seperti ini. Saat ini begitu banyak orang Kristen dan hamba Tuhan yang tidak mau ujian, sehingga akhirnya tidak memiliki kemenangan konfirmasi.  Mereka hanya bisa sombong dan menganggap diri sudah pandai. Bukan berarti mereka tidak memiliki potensi, tetapi justru karena mereka tidak mau diuji, tidak mau melewati proses, tidak mau melewati pencobaan, maka mereka menganggap diri mereka sudah hebat, karena tidak pernah gagal. Orang yang tidak pernah gagal tidak berarti orang itu sukses, dan orang yang seringkali gagal tidak berarti orang itu tidak sukses. Orang yang berkali-kali gagal tetapi terus berjuang sampai pada akhirnya sukses, maka kesuksesannya itu akan sangat berharga.
                Thomas Alfa Edison yang telah berhasil menemukan lampu, sebelum sukses telah lebih dari 1.700 kali gagal. Tetapi sekian banyak kegagalan tidak menjadikan ia berhenti dan putus asa. Ia bukannya menyerah tetapi terus berjuang sampai pada akhirnya berhasil. Kesuksesan yang telah melewati sekian kali kegagalan merupakan kesuksesan  yang sangat berharga. Kesuksesan ini adalah kesuksesan yang tidak mau ditakuti-takuti oleh kegagalan. Inilah harga sebuah kesuksesan.
                Seringkali kita berdoa, “Tuhan, saya mau kalau saya jatuh cinta langsung sukses, supaya jangan sampai saya gagal dan akhirnya bunuh diri. Nanti nama Tuhan yang buruk, bukan?” atau “Tuhan, lebih baik saya tidak usah sekolah saja supaya saya tidak sampai tidak lulus, karena kalau tidak lulus bukankah nanti nama Tuhan yang jelek.” Alangkah malunya kalau kita tidak pernah tidak lulus karena kita tidak pernah sekolah.
                Maka sekarang kita mengerti bahwa Tuhan memang mau kita diuji. Tuhan memang mau kita dicobai oleh setan. Itu berarti Tuhan memang sengaja memperbolehkan setan mencobai kita. Kita tidak erlu melarikan diri dari fakta. Tuhan memang mengizinkan setan masuk ke dalam taman Eden. Tuhan juga yang menciptakan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Itu semua memang merupakan satu keharusan mutlak. Jika tidak , manusia belum pernah mencapai konfirmasi.
                Mungkin timbul pertanyaan : “mengapa Tuhan tidak menciptakan Adam yang sudah terkonfirmasi  sehingga tidak perlu lagi proses konfirmasi yang sulit ini?” Jawabannya adalah : memang Tuhan mau pakai cara seperti ini! Bahkan sampai Anak Allah ketika datang ke dunia ini tidak ada dispensasi sama sekali. Ia tetap harus diuji, harus dicobai, harus menderita, sebelum pada akhirnya dikonfirmasikan. Tidak ada hak istimewa sama sekali. Setiap manusia diperlakukan secara sama oleh Allahberdasarkan prinsip total yang sama. Setiap orang yang hidup di dunia harus diuji dan dicobai.
                Lalu mungkin dipertanyakan, mengapa ada orang yang diuji sedikit, ada yang banyak. Yang diuji sedikit berarti ia kurang bahagia! Jangan sombong! Orang yang tidak mengalami kesulitan dan penderitaan, berarti ia juga tidak pernah sungguh-sungguh bahagia. Ia belum melewati apa-apa. Ia belum mengerti bagaimana manusia melawan apapun untuk mencapai kemenangan melalui sifat kelimpahan yang diberikan oleh Tuha. Saya bersyukur kepada Tuhan jika saya  diizinkan menjadi anak yatim pada usia 3 tahun, diizinkan mengalami banyak kesulitan sejak kecil. Saya selalu bersyukur , tidak pernah mengomel dan mempertanyakan kepada Tuhan mengapa saya harus mengalami semua ini. Sikap demikian adalah sikap yang terlalu cerewet. Kalau Tuah memberikan kepada kita suatu kesulitan, itu adalah hak istimewa untuk kita bisa mengalahkannya dan mencapai kemenangan.
                Kalau semangat mengalahkan musuh tidak ada di dalam gereja dan orang Kristen, pasti orang Kristen dan gereja tidak akan mengalami kebangunan. Gereja berulang kali memanggil pendeta untuk mengadakan kebangunan rohani, tetapi setelah pendetanya pergi mereka tidur lagi. Salah satu penyebab Gereja  mengalami kebangunan adalah karena gereja itu berani melewati tantangan yang diijinkan oleh Tuhan. Kalau Tuhan sudah membangkitkan begitu banyak musuh dan banyak gereja dibakar, bersyukurlah kepada Tuhan, karena itu membuktikan iman Kristen tidak mungkin dihanguskan. Orang Kristen boleh ditakut-takuti, tetapi iman Kristen pasti akan menjadi lebih kuat lagi.
                Ujian dan pencobaan sangat diperlukan. Jika kita tidak terlalu banyak mengalami ujian, jangan sombong! Itu hanya berarti bahwa iman kita masih terlalu lemah, sehingga Allah masih memberikan pertolongan untuk tidak memberi ujian yang terlalu berat bagi kita. Ketika sekarang kita harus mengalami berbagai ujian, kita tidak perlu takut.
                Ketika catur komputer yang tercanggih di dunia, Deep Blue , akan dipensiunkan, Gary Kasparov, musuh berbuyutannya justru yang paling tidak setuju, karena dengan pensiunnya Deep Blue maka ia tidak lagi ada kesempatan untuk mengalahkan musuh yang dianggap paling kuat tersebut.  Ketika saya melihat semangat seperti ini, saya kagum. Kasparov yang hanya pemain catur saja memiliki semangat yang tidak mau kalah seperti itu. Sebaliknya, keadaan kekristenan saat ini begitu parah. Begitu banyak orang Kristen yang ketika harus menghadapi sedikit kesulitan saja sudah mengomel dan menangis luar biasa di hadapan Tuhan. Tuhan tidak perlu menyogok Saudara dengan kenikmatan dan kekayaan, barulah manusia bisa memuji dan menyembah Tuhan.
                Di Surabaya ada seorang pendeta yang menganut Teologi Kemakmuran mengajarkan jemaatnya yang membawa helm (karena masih naik sepeda motor), untuk mengangkat helmnya di kebaktian. Ia kemudian berkata bahwa Tuhan akan memberkati dan tahun depan sudah tidak akan bawa  dan pakai helm lagi, karena Tuhan akan memberi mobil. Jemaat bersorak mengaminkan. Itu ajaran sesat dan pasti bukan dari Alkitab! Tuhan tidak pernah memberikan janji seperti itu! Jikalau Tuhan memberikan kekayaan kita harus memuji Tuhan, tetapi jika Tuhan memberikan kemiskinan , kita tetap harus memuji Tuhan. Jikalau Tuhan memberikan kesehatan kita harus memuji Tuhan, tetapi ketika Tuhan memberikan penyakit yang berat, kita pun harus memuji Tuhan.
                Pada tahun 1984, setelah saya berkhotbah dengan bahasa Inggris kepada 22.000 orang di Manila, saya harus berangkat ke Hong Kong. Pagi harinya kawan saya menganjurkan untuk saya periksa darah. Ketika saya sudah tiba di Hong Kong, dia menelpon dan memberitahu bahwa saya terkena penyakit kanker dan usia saya mungkin hanya tersisa satu tahun saja. Ketika saya mendapat kabar bahwa usia saya tinggal satu tahun, iman saya sedemikian tenang dan tidak terganggu. Justru setelah it saya mulai memikirkan bahwa satu tahun itu harus saya pakai untuk mengerjakan hal-hal yang paling penting, karena setelah itu tidak ada kesempatan lagi. Ternyata dokter ini bodoh dalam mendiagnosa. Dia kira saya terkena kanker hati, namun ternyata hanya hepatitis B saja. Tuhan mengijinkan doker itu bodoh dan salah dalam mendiagnosa  untuk menguji iman saya. Akhirnya, satu bulan  kemudian saya kembali ke Manila untuk berobat, dan disitu ditemukan bahwa saya bukan terkena kanker hati, tetapi hepatitis B. Tetapi selama satu bulan itu saya sudah membentuk karakter saya untuk bisa mengerjakan hal-hal yang penting dan tidak mau takluk pada kesulitan.
                Setelah itu saya mulai mengambil keputusan untuk memulai SPIK (Seminar Pembinaan Iman Kristen) dan mulai tidak peduli jika diundang oleh gereja-gereja. Saya mulai menjawab apa yang sebenarnya Tuhan inginkan untuk saya kerjakan dan khotbahkan, bukan sekedar memenuhi undangan gereja-gereja. Gereja saat itu tidak mau mengundang saya untuk mengkhotbahkan Allah Tritunggal, karena mereka pikir pasti tidak ada yang mau hadir. Tetapi ketika saya mulai mengadakan SPIK, yang hadir untuk tema Allah Tritunggal di Jakarta mencapai 3.800 orang! Banyak majelis tidak mengerti khotbah apa yang dibutuhkan oleh gereja, mereka hanya mau orang banyak saja. Mereka hanya memperhatikan apakah kolekte cukup banyak dan gedung cukup megah saja. Banyak majelis yang tidak peduli kalau gereja tidak memiliki  doktrin yang kuat dan pengajarannya berantakan. Banyak majelis tidak tahu  bahwa orang Kristen harus dicobai dan diuji agar imannya menjadi kuat.  Keadaan seperti sangat melemahkan gereja. Itu alasan saya harus menegakkan pengajaran dengan tema-tema yang begitu jarang dibahas secara mendalam dan tuntas oleh orang lain.

UJIAN DAN PENCOBAAN : Perbedaannya

Ada empat perbedaan antara ujian dan pencobaan.
  1. Perbedaan sumber : ujian dari Allah, pencobaan dari setan
  2. Perbedaanmotivasi : Ujian bermaksud baik, mau mendekatkan kita kepada Tuhan agar kita hidup dalam kesucian. Pencobaan bermaksud jelek, mau membuat kita meninggalkan Tuhan dan hidup di dalam dosa dan kenajisan.
  3. Perbedaan tujuan : Ujian bertujuan untuk mengkonfirmasikan kita masuk ke dalam kesempurnaan yang sudah mahir. Pencobaan bertujuan memisahkan kita dari Allah, menjadikankita memihak kepada setan dan memberontak kepada Tuhan.
  4. Perbedaan fenomena : Ujian dimulai dengan segala kepahitan , kesengsaraan, penderitaan dan diakhiri dengan kemanisan, kebahagiaan, kemenangan, dan keindahan rohani. Pencobaan dimulai dengan keindahan, kecantikan, kenikmatan, dan berakhir dengan kepahitan, penyesalan dan kerusakan.
Inilah perbedaan-perbedaan antara ujian dan pencobaan yang harus kita sadari. Jika ujian dan pencobaan tidak mungkin tidak ada, maka kita harus segera bisa melihat perbedaan di antara keduanya.
                Manusia khususnya para gadis, harus berhati-hati jika ada pria yang merayu kalian dengan kalimat yang begitu manis. Justru pada saat-saat seperti itu kalian harus lebih berhati-hati. Kalau kalian dengan mudah takluk ke dalam pangkuannya atau membuka pakaian untuknya, maka kalian akan menyesal tidak habis-habis seumur hidup. Cara setan merusak manusia adalah dengan cara memberikan janji-janji manis yang kosong, dengan memberikan interpretasi yang sangat menyeleweng dari arti firman Tuhan yang sebenarnya. Ketika firman mengatakan kalau makan buah akan mati, maka setan mengatakan kalau makan buah matanya akan celik. Setelah Adam celik matanya ia baru tahu kalau ia telanjang, dan begitu celik justru ia tidak melihat keberadaan setan. Setan sudah melarikan diri. Untuk apa celik? Celik untuk melihat apa? Bukankah akhirnya hanya melihat keadaan diri yang memalukan? Setan selalu berusaha memberikan perkataan yang berlainan dengan firman Tuhan.
                Secara sepintas kelihatannya setan benar, karena pada hari itu Adam sepertinya tidak mati dan bahkan masih hidup 930 tahun lagi. Inilah gejala yang seringkali menjadi suatu pengacauan epistemologi (pengertian kebenaran) dan pengacauan iman keagamaan. Inilah pengacauan keyakinan danpengacauan konsep rohani yang pertama kali terjadi dalam sejarah. Di dalam dunia ada teori-teori yang benar tetapi kelihatannya seperti salah, dan ada juga teori-teori yang salah tetapi kelihatan seperti benar. Ini mulai terjadi sejak Kejadian 3. Tetapi justru inilah cara Allah membentuk manusia.
                DI tengah-tengah ujian dan pencobaan hanya ada dua macam akibat, yaitu : (1) kalah, dan akhirnya binasa; atau (2) menang, dan akhirnya mendapatkan hidup yang terkonfirmasi. Di sini kita mengerti apa yang telah kita pelajari pada awal tema ini, yait umanusia memang dicipta menjadi pemikir dan penyelidik alam semesta. Manusia menilai dan mengevaluasi segala sesuatu. Tetapi kekekalan itu belum dikonfirmasikan. Setelah dikonfrimasikan melalui tindakan penyelamatan, ia menjadi hidup yang kekal. Inilah yang membedakan iman Kristen dari yang lainnya. Banyak kepercayaan lain yang mempunyai ide tentang kekekalan dan percaya adanya pengharapan kekekalan  tetapi sulit sekali mengerti dan mendapatkan hidup yang kekal. Dalam hal ini pemerintah Indonesia tepat sekali ketika memutuskan bahwa Konfusianisme tidak boleh disebut agama, karena Konfusianisme  tidak mempunyai ajaran tentang kekekalan. Konfusius tidak mengajarkan di mana ada kekekalan. Ini berbeda dari Buddhisme. Buddhisme mengenal kekekalan nirwana. Tetapi di dalam ajaran Kristus  dinyatakan secara tegas, bahwa “barangsiapa yang percaya kepada Kristus akan mendapatkan hidup yang kekal” (Yoh 3:16). Ini suatu konfirmasi yang sangat tegas.
                Inilah manusia! Manusia dicipta dengan unsur kekekalan. Manusia menerima ujian dan pencobaan untuk meraih suatu konfirmasi melalui keselamatan di dalam Yesus Kristus, dan pada akhirnya mendapatkan hidup yang kekal. Puji Tuhan! Adakah ajaran yang lebih besar daripada ajaran ini? Adakah janji yang lebih indah daripada janji ini? Kalau kita baru menjadi bayi Einstein, maka kita masih perlu diproses, peru sekolah, peru inovasi dan kreasi, sampai akhirnya mencapai suatu konfirmasi seturut apa yang telah Tuhan berikan di dalam mencipta kita. Tetapi itupun belum cukup, karena orang yang mati akibat hasil penemuan Einstein justru lebih banyak ketimbang yang mendapatkan hasil positif dan kehidupan. Konfirmasi yang sesungguhnya adalah konfirmasi melalui Yesus Kristus, yaitu konfirmasi melalui Yesus yang mati dan bangkit bagi kita. Bersama dengan kematianNya dosa kita diangkut dan diampuni. Bersama dengan kebangkitanNya kita mendapatkan hidup yang kekal.

UJIAN DAN PENCOBAAN : Persamaannya

                Saudara adalah manusia yang dicipta untuk diuji dan dicobai. Roh Kudus, tangan Tuhan sendiri, akan memimpin Saudara untuk melewati ujian dan pencobaan. Darah Yesus, kuasa Roh Kudus, dan firman, akan memberikan tunjangan untuk Saudara dapat mengalahkan segala kesulitan, segala ujian dan pencobaan. Firman akan memimpin Saudara menuju ke akhir dari lorong panjang yang disebut sebagai “lembah kekelaman” (Mzm 23:1-6). Ujian dan pencobaan memang harus ada, tetapi itu semua bukan untuk kegagalan melainkan untuk mencapai kemenangan.
                Mengapa Saudara menjadi janda? Mengapa menjadi duda? Mengapa mengalami penyakit? Mengapa harus mengalami kesulitan yang berat? Itu karena Saudara sedang di dalam ujian dan pencobaan. Saudara sedang berada di dalam proses. Pada saat itu Tuhan sedang memproses Saudara. Ketika Tuhan sedang menguji Saudara, saat yang sama setan sedang menggunakan kesulitan yang Saudara alami untuk mencobai Saudara. Dengan ini kita mengerti bahwa uian dan pencobaan bisa terjadi pada peristiwa yang sama.
                Itu bukan berarti Allah bersekongkol dengan setan untuk menganiaya Saudara. Tetapi Allah menguji Saudara, Ia memperkenankan setan mencobai Saudara  untuk membuktikan baha kekuatan yang Ia berikan kepada Saudara lebih besar daripada semua cobaan yang dikerjakan oleh setan. Bedanya nanti terlihat melalui apakah seseorang taat sepenuhnya seperti Ayub, ataukah ia setengah taat seperti isteri Ayub. Ayub dengan tegas mengatakan,”Allah yang memberi, Allah yang mengambil ; Terpujilah Allah selama-lamanya” (Ayb 1:21).
                Saat ini ada dua macam oang Kristen. Ada yang seperti Ayub, ada juga yang seperti isteri Ayub. Ketika Ayub  dan isrinya sama-sama dicobai, sama-sama menalami masalah dan kesulitan, yang satu menang dan yang satu gagal. Isteri Ayub jusru menganjurkan agar Ayub tidak perlu lagi percaya Tuhan. Mengapa demikian? Karena iman iseri Ayub adalah iman yang hanya mengetahui kenikmatan  dan tidak mau ada kesulitan. Pengenalannya hanya kepada Tuhan yang Mahakuasa, Mahakasih dan Maha pemurah, yang mau menuruti semua permintaannya. Ia beranggapan Tuhan tidak akan merugikan dia, tidak akan membiarkan setan menguji Ayub dan setan berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkan iman Ayub, baik melalui penyakit maupun melalui segala kesulitan lainnya. Ayub menegaskan bahwa sekalipun ia harus mati karena Tuhan, ia tidak akan mundur dan tidak akan menyangkal Tuhan (Ayb 6:8-10). Kalimat-kalimat yang keluar dari mulut orang-orang yang telah mengalahkan segala ujian danpencobaan seperti Ayub, akan mempermalukan setan selama-lamanya. Itulah kalimat-kalimat yang akan memebeikan kekuatan kepada setiap orang Kristen untuk menyatakan kemenangan Tuhan, dan akan menyebabkan Tuhan memvonis setan. Tuhan tidak sekongkol dengan setan karena kalimat yang mengatakan bahwa Tuhan bersekongkol dengan setan juga keluar dari godaan setan. Ujian dan pencobaan adalah cara untuk membuktikan Saudara bisa menang.
                Silahkan buktikan bahwa Saudara adalah orang Kristen yang bertanggung jawab. Silahkan bukikan bahwa Saudara memang anak Allah yang sejati. Silahkan buktikan semua kekuatan yang Allah sudah berikan kepada Saudara. Silahkan buktikan Saudara telah belajar dari Ayub untuk menjadi anak Allah yang taat.

UJIAN DAN PENCOBAAN : Akhirnya

                Kita telah mempelajari bagaimana kita dapat menjadi manusia sejati melalui mengerti status dan tujuan kita yang tepat. Kita dicipta di dalam status antara yang sangat krusial, dan kita dicipta supaya kita bisa menjadi wakil (representatif) Tuhan yang memihak Allah dan tidak memihak setan. Itu sebabnya hidup manusia tidak mudah. Menjadi manusia sangatlah sulit, penuh dengan resiko yangbesar, penuh dengan tantangan yang menakutkan dan harus menghadapi berbagai bahaya yang sedemikian berat. Tetapi di dalam semua itu ada bahagia yang sedang disediakan bagi kita.
                Jika kita tidak mengerti seperti apakah status manusia sebenarnya dan tidak mengerti bahwa status manusia mempunyai resiko yang begitu besar, maka kita akan mempergunakan kebebasan yang ada pada kita dengan sembarangan. Kita juga akan menjadi sembrono di dalam memilih situasi dan kesempatan-kesempatan, yang pada akhirnya merongrong hidup kita. Kita akan sembarangan menikmati keadaan seolah-olah kita berotonomi mutlak, sehingga kita tidak lagi bersandar kepada Tuhan dan pada akhirnya masuk ke dalam jerat setan.
                Setan berusaha menjadikan kita merasa sedemikian mandiri dan sedemikian hebat, sehingga kita bergantung hanya pada diri sendiri, dan tidak merasa perlu untuk beriman kepada Tuhan. Namun firman justru akan menjadi pondasi, cahaya, prinsip, dan titik tolak yang membuat kita menjadi orang beriman dan taat kepada Tuhan. Sangatlah penting untuk firman menjadi dasar kehidupan kita. Sangatlah penting reaksi iman yang berdasarkan firman. Sebagai manusia yang berespon, manusia harus bertanggung jawab kepada Tuhan, karena kita memang dicipta di dalam status yang sedemikian sulit. Ini adalah fakta yang harus kita hadapi.
                Ketika Tuhan menguji manusia, membiarkan setan masuk dan mencobai manusia. Ia mau agar manusia betul-betul taat kepadaNya, sehingga manusia tidak perlu dipaksa untuk menjadi pengikut Tuhan. Manusia diberi ujian agar manusia bisa dikokohkan, dan potensi-potensi yang ada sekarang bisa dikonfirmasikan. Itu sebabnya kita telah membahas bahwa semua potensi kesempurnaan yang ada pada kita perlu diproses  menjadi suatu kesempurnaan yang terkonfirmasi. Maka berbahagialah orang Kristen yang senantiasa menuntut khotbah yang bermutu, buku yang bermutu, belajar yang bermutu, dibandingkan dengan majelis dan pendeta yang tidak pernah lagi belajar dan tidak pernah menuntut  diri untuk maju. Celakalah orang yang setelah sekolah teologi merasa diri begitu hebat sehingga ia tidak pernah lagi bertumbuh setelah keluar dari seminari.
                Saya pernah kagum ketika mendengarkan seorang profesor yang sedang menerangkan tentang bagaimana perak harus dimurnikan sebanyak tujuh kali. Perak yang masih kotor harus dipanaskan dan dilelehkan. Setelah mencair , maka karena perat berberat jenis cukup besar, ia akan turun, dan kotoran akan naik ke atas. Saat itu, kotoran-kotoran yang sudah naik ke atas disaring dan dibersihkan. Setelah mengalami pembersihan tahap pertama, maka kembali perak itu dicairkan untuk kedua kalinya dan disaring kemblai. Hal ini harus dilakukan berulang kali untuk mencapai tingkat kemurnian yang diharapkan. Setelah tujuh kali, barulah perak itu murni dan kotoran-kotoran yang halus bisa disisihkan. Kini perak itu bisa begitu cemerlang bagaikan cermin. Ketika masih kotor sulit untuk bercermin pada perak tersebut, tetapi setelah tujuh kali dimurnikan, orang yang mengolah dapat melihat wajahnya sendiri di permukaan perak itu. Maka selesailah pengujian untuk pemurnian itu, peta dan teladannya sudah terlihat di permukaan perak tersebut. Puji Tuhan!
                Bilakah kita selesai ujian? Ujian itu baru selesai setelah kita bisa merefleksikan gambar diriNya di dalam kehidupan kita. Ujian selesai setelah kita bisa memancarkan peta teladanNya. Berarti saat itulah perak tersebut sudah murni dan sudah sempurna, sudah dikonfirmasikan kemurniannya. Darimanakah kemurnian perak ini? Dari dalam perak itu sendiri. Tetapi sebelum dimurnikan, kemurnian perak itu masih tercampur dengan segala macam kotoran. Saya mendengarkan penjelasan ini ketika saya masih sangat muda dan saat saya merenungkan perkataan profesor tersebut, saya menyadari bahwa di dalam diri saya pasti masih juga ada kotoran-kotoran , ada kerikil-kerikil yang perlu dimurnikan. Itu sebabnya saya sadar bahwa  saya masih perlu diuji oleh Tuhan.
                Tetapi betapa sulitnya situasi ketika kita harus menghadapi ujian. Beberapa saat sebelum ujian adalah waktu-waktu yang sangat menegangkan, karena saat itu kita begitu gentar, takut tidak lulus Sulit untuk seseorang bisa mengatakan : “Ujilah aku!” Orang yang berani berkata demikian menunjukkan bahwa ia sudah betul-betul siap. Sedikit sekali orang Kristen yang berani berdoa kepada Tuhan minta diuji. Saya sendiri gentar untuk berdoa seperti itu, meskipun saya sadar bahwa ujian merupakan keharusan untuk saya bisa menyatakan kemurnian dan mencapai kesempurnaan yang tidak pernah saya sadari. Melalui ujian Tuhan menutup mulut setan dan menyatakan bahwa anak-anak Tuhan beriman kepada Tuhan bukan karena paksaan, tetapi karena kerelaan.
                Seringkali kita merasa ujian yang Tuhan berikan belum selesai juga. Itu terjadi karena Tuhan kecewa. Ia belum melihat peta teladanNya muncul dan terpancar di dalam diri kita. Kita dicipta oleh Tuhan dan mengaku sebagai anak Tuhan, tetapi hidup kita justru memancarkan kenajisan setan, menyatakan segala ketidakberesan dari kehidupan yang tidak jujur dan tidak taat kepada Allah. Tuhan melihat bahwa kita masih perlu diuji dan diuji lagi, agar kemurnian itu semakin bisa nyata. Dari titik potensi menuju ke titik konfirmasi terdapat proses. Istilah “sedang diproses” berarti : bersabarlah, jangan mau cepat-cepat selesai. Setiap Minggu, ketika Saudara ke gereja, Saudara sedang mengalami proses. Ketika Saudara sakit, itupun suatu proses. Juga di  dalam kegagalan atau ketika Saudara mengalami penipuan, Saudara sedang diproses.
                Mungkin ketika setiap Minggu ke gereja, Saudara tidak merasa diproses sama sekali. Itu mungkin terjadi karena Saudara mendengar khotbah-khotbah yang tidak beres. Akibatnya, Saudara tidak bisa diproses menjadi lebih baik. Kalau Saudara tidak mau datang ke gereja-gereja yang memiliki khotbah yang bermutu, maka Saudara sulit diproses. Seringkali Saudara hanya mau mendengarkan khotbah-khotbah tak bermutu yang hanya mengkhotbahkan khotbah dengan doktrin-doktrin yang tidak beres. Khotbah semacam itu pasti tidak akan memproses hidup Saudara secara benar. Akibatnya, Saudara sebenarnya sedang diproses bukan oleh Tuhan. Tuhan mau Saudara mempunyai iman yang berbobot, memiliki substansi yang berbobot dan tidak hanya peduli dengan fenomena permukaan yang tidak ada isinya.
                Apa gunanya kita kelihatan hebat tetapi tidak diproses? Apa gunanya kita memiliki gelar yang tinggi, tetapi tidak ada isi sama sekali? Orang yang mempunyai gelar tetapi tidak mempunyai bobot adalah orang yang rendah dan sangat memalukan. Orang yang mempunyai bobot tetapi tidak punya gelar hanya sedikit sayang , karena kalau Saudara  berbobot tetapi tidak bergelar, paling jauh Saudara kurang dihormati orang. Namun setelah Saudara bekerja atau berbicara, orang akan mengerti Saudara betul berbobot atau tidak. Orang yang bergelar tinggi senantiasa memberikan gagasan, orang berharap banyak kepadanya. Ketika pada akhirnya bobotnya tidak sedemikian, itu akan menyebabkan semua orang kecewa berat kepadanya. Maka orang yang bergelar etapi tidak berbobot itu sangat memalukan.
                Yesus memiliki lebih dari 265 gelar atau sebutan Sebenarnya gelar tertinggi yang Yesus miliki adalah Anak Allah yang Maha Tinggi, tetapi selama di dunia Ia tidak pernah memakai gelar itu sembarangan. Ia lebih suka menggunakan gelar Anak Manusia. Ini satu  contoh bagaimana Yesus diproses. Ia memiliki gelar tinggi, tetapi tidak sembarangan di dalam mempergunakannya. Ia memakai gelar yang sangat rendah hati.
                Tuhan mau menyempurnakan kita secara konfirmasi di dalam titik konsumsi, di mana kita akan memancarkan peta dan teladan Allah yang asli dan sempurna. Jika Saudara mau dikonfirmasikan seperti ini, tidak ada jalan lain kecuali Saudara harus diproses. Satu pertanyaan : Apakah orang Kristen mau diproses? Mungkin kita akan menjawab bahwa kita mau diproses tetapi tidak mau proses yang sulit. Sekarang ini begitu banyak gereja dan pendeta yang sedang menciptakan orang Kristen instan; semua mau gampang, tidak ada bahan dan isi yang baik. Banyak pendeta mengaatkan, “Saya tidak perlu baca buku apapun  sudah bisa menjadi pendeta. Pendeta-pendeta ini sedemikian menghina orang yang belajar banyak , dan menganggap diri lebih jenius daripada orang lain. Sebenarnya, ia sedang  menyatakan diri sebagai seorang pendeta instan yang rendah dan memalukan sekali. Untuk menutupi keadaannya itulah ia mencoba menyerang mereka yang belajar. Dan akhirnya pendeta sedemikian akan mencetak anggota yang instan juga.
                Saya tidak seperti itu. Saya ingin Saudara mendengar dengan teliti, berbobot, dan setahap demi setahap. Tidak ada jalan pintas; tidak ada cara instan. Kita harus melangkah satu langkah demi satu langkah mengikut Yesus. Setiap tahun saya masih harus menghabiskan jutaan rupiah untuk membeli buku, mempelajarinya, dan mengisi diri. Saya masih berada di dalam proses, Sekalipun saya sudah berkhotbah lebih dari 25 ribu kali, masih saja harus diproses oleh Tuhan. Sampai suatu saat Ia bisa melihat peta dan teladan diriNya nyata di dalam diri saya. Saat itulah Ia akan mengatakan puas dan saya bisa menyelesaikan seluruh ujian yang harus saya lewati. Tidak ada teknologi yang bisa menggantikan proses Tuhan di dalam menggarap manusia.
                Mengapa di Eropa gereja-gereja yang besar begitu kosong? Dan mengapa rumah-rumah yang sempit di RRC dipadati lebih dari 100 orang? Masalahnya adalah orang-orang Kristen di Eropa sedang melarikan diri dari proses, sedangkan orang-orang Kristen di RRC adalah orang-orang yang sedang beraa di dalam proses. Gereja ini adalah gereja yang pernah dilatih dan diuji, sedangkan gereja Eropa adalah gereja yang melarikan diri dari latihan dan ujian. Makin gereja mendapatkan kebebasan politik dan semkain mendapat kebebasan agama dan kelancaran, makin ia lolos dari proses. Dampaknya akan menghancurkan gereja itu sendiri. Bukan berarti kita harus minta pencobaan dan segala kesulitan, tetapi jika Tuhan memperkenankan hal itu terjadi, marilah kita tidak melarikan diri dan tetap bersyukur kepada Tuhan, karena itu berarti Tuhan sedang mempersiapkan gereja ini menjadi gereja yang kuat.
                Sejak 1990 hingga sekarang sudah lebih dari 300 gereja yang dibakar. Banyak orang menganggap ini adalah kecelakaan dan kesuraman gereja, tetapi saya justru tidak menganggap demikian. Inilah cara Tuhan membentuk gereja di Indonesia. Waktunya sudah tiba untuk gereja mau diproses lebih berat, agar iman kita lebih diteguhkan di atas firman.

No comments:

Post a Comment