Monday, July 14, 2014

Jangan Memancing Ikan di Kolam Orang


Ev. Vera Agnes

Kis 11:1-18
1  Rasul-rasul dan saudara-saudara di Yudea mendengar, bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima firman Allah.
2  Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia.
3 Kata mereka: "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka."
4  Tetapi Petrus menjelaskan segala sesuatu berturut-turut, katanya:
5  "Aku sedang berdoa di kota Yope, tiba-tiba rohku diliputi kuasa ilahi dan aku melihat suatu penglihatan: suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya diturunkan dari langit sampai di depanku.
6  Aku menatapnya dan di dalamnya aku lihat segala jenis binatang berkaki empat dan binatang liar dan binatang menjalar dan burung-burung.
7  Lalu aku mendengar suara berkata kepadaku: Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!
8  Tetapi aku berkata: Tidak, Tuhan, tidak, sebab belum pernah sesuatu yang haram dan yang tidak tahir masuk ke dalam mulutku.
9  Akan tetapi untuk kedua kalinya suara dari sorga berkata kepadaku: Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram!
10  Hal itu terjadi sampai tiga kali, lalu semuanya ditarik kembali ke langit.
11  Dan seketika itu juga tiga orang berdiri di depan rumah, di mana kami menumpang; mereka diutus kepadaku dari Kaisarea.
12  Lalu kata Roh kepadaku: Pergi bersama mereka dengan tidak bimbang! Dan keenam saudara ini menyertai aku. Kami masuk ke dalam rumah orang itu,
13  dan ia menceriterakan kepada kami, bagaimana ia melihat seorang malaikat berdiri di dalam rumahnya dan berkata kepadanya: Suruhlah orang ke Yope untuk menjemput Simon yang disebut Petrus.
14  Ia akan menyampaikan suatu berita kepada kamu, yang akan mendatangkan keselamatan bagimu dan bagi seluruh isi rumahmu.
15  Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, sama seperti dahulu ke atas kita.
16 Maka teringatlah aku akan perkataan Tuhan: Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus.
17 Jadi jika Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka sama seperti kepada kita pada waktu kita mulai percaya kepada Yesus Kristus, bagaimanakah mungkin aku mencegah Dia?"
18 Ketika mereka mendengar hal itu, mereka menjadi tenang, lalu memuliakan Allah, katanya: "Jadi kepada bangsa-bangsa lain juga Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup."

Pendahuluan
               
                Ada cerita menyedihkan dari seorang hamba Tuhan.  Dia mengisahkan tentang jemaatnya yang telah dibina secara rohani sejak sekolah minggu, tunas remaja sampai remaja pindah ke gereja lain karena ditarik oleh hambaTuhan dari gereja lain. Awalnya di sekitar wilayah Pademangan-Rajawali tempat gerejanya berada, ada forum komunikasi hamba Tuhan yang beranggotakan hamba-hamba Tuhan dari sekitar 50 gereja. Suatu kali para hamba Tuhan tersebut membahas tentang jemaat-jemaat mudanya. Banyak hamba Tuhan menyampaikan bahwa para jemaat muda mereka meninggalkan gereja asalnya. Untuk memberi masukan, kemudian bertempat di satu  gereja diundang hamba Tuhan yang diberkati untuk memberikan sharing, namun saat itu sudah ada banyak hamba Tuhan yang sudah sakit hati karena jemaatnya dicuri. Sehingga kami setiap sabtu berkeliling gereja-gereja untuk  berdoa dan saling menyemangati. Ada hamba Tuhan dari luar yang datang dengan menawarkan kasih, namun akhirnya mengambil jemaat gereja lain. Ini yang sedang mewarnai gereja saat ini dan “luka” yang ditimbulkan masih belum tersembuhkan. Ada juga hamba Tuhan yang katanya non gereja ingin membagi berkat di gereja. Mereka mengajari cara menginjili, KKR dll. Mereka dengan sangat bersemangat melakukan koordinasi dalam pembagian tugas dan mereka begitu terkoordinasi sehingga membuat kami tertarik apalagi jemaat muda. Setelah dicoba lagi, ternyata ada maksud lain sehingga perlu diwaspadai. Mereka mendata orang-orang yang datang, terutama yang dilayani (termasuk yang disembuhkan) sehingga mereka punya alamat lengkap dari jemaat, dan setelah itu mereka mengunjunginya. Ternyata kunjungan mereka sangat rutin dan terus menerus mengajak ke gereja mereka. Akibatnya para hamba Tuhan tempat jemaat tersebut berasal menjadi terluka lagi. Ini mengajarkan kepada gereja-gereja yang di satu sisi ingin bersatu, namun hal seperti ini merusak dan membuat ketidaknyamanan. Akibatnya hamba Tuhan dari gereja asal menutup diri walau mereka gencar mendatangani gereja dan hamba Tuhan. Bahkan ada gereja yang sangat marah dengan cara mereka. Mereka yang begitu militan, terdiri dari orang-orang yang bekerja, hidupnya dipersembahkan ke Tuhan, masuk ke wilayah-wilayah tertentu dan melayani jemaat dari gereja-gereja yang ada dan membutuhkan “perhatian” (apalagi disediakan kendaraan jemputan). Ini tantangan bagi gereja yang telah berdiri lama. Tantangan ini berasal dari orang-orang yang berlatar belakang “cinta kasih” dan ingin memenangkan jiwa tapi yang dilirik adalah “kolam” yang sudah ada dan “ikan” yang terpelihara. Walaupun mereka berkata dari jemaat ini yang dibawa adalah jemaat baru. Padahal tidak mudah untuk mengajak jiwa baru bagi mereka. Pembahasan tentang ini dilatari bahwa bulan ini adalah bulan misi dan gereja haruslah menjadi gereja yang bermisi.

Gereja yang Bermisi

1.     Gereja yang bermisi mencegah perpecahan tapi menjaga persatuan. Pada Kis 11:2-3, Ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang dari golongan yang bersunat berselisih pendapat dengan dia. Kata mereka: "Engkau telah masuk ke rumah orang-orang yang tidak bersunat dan makan bersama-sama dengan mereka." Jadi saat itu Rasul Petrus disalahmengerti namun sebagai pemimpin, ia bisa mempertahankan diri dengan memberi alasan mengapa ia melayani orang bersunat. Ia tidak menggunakan haknya sebagai seorang pemimpin atau langsung mengatakan bahwa apa yang dilakukannya benar. Tetapi ia memberikan penjelasan tentang segala sesuatunya secara berurutan (Kis 11:4). Rasul Petrus melihatnya sebagai  persoalan peka. Walau dikatakan bahwa Injil untuk semua orang, jemaat belum terbiasa bergaul dengan orang yang tidak bersunat. Rasul Petrus melayani golongan yang tidak bersunat dan memberikan penjelasan sampai jemaat Tuhan mengerti sehingga ia tetap bisa mempertahankan kesatuan umat Tuhan. Ini adalah sikap yang baik. Terhadap jemaat yang suka mengkritik dan menyadari bahwa dalam jemaat timbul perbedaan, Rasul Petrus memberi penjelasan dan pengertian. Sehingga bila masalah timbul dalam gereja, kita bisa belajar dari Rasul Petrus. Kita selesaikan dan atasi bersama. Sikap pemimpin penting dalam menjaga kesatuan gereja. Rasul Petrus menjelaskan bahwa ia mendapat wahyu ilahi saat berdoa kepada Tuhan (ayat 4-10) dan menerima perintah Tuhan (ayat 11-12). Jadi ada persiapan ilahi baik untuk dia maupun orang yang akan dilayani. Allah sendiri yang berkerja. Allah mengasihi orang “kafir” (non Yahudi) alias semua orang padahal orang Yahudi selama ini meyakinkan bahwa pilihan hanya untuk mereka sehingga sulit menerima orang “kafir” masuk untuk diinjili. Tetapi akhirnya mereka menerima penjelasan Rasul Petrus (ayat 18). Ketika persoalan dapat diatasi, maka di sana ada penyembahan kepada Tuhan dan ada keutuhan gereja Tuhan yang dipertahankan. Jadi di bulan misi kita digerakan untuk memberitakan Injil , tetapi akan banyak pertentangan bahkan di rumah sendiri. Saya senang dengan capres yang mengatakan bahwa semua masalah bisa diselesaikan, semua yang terlibat bisa diajak bicara. Jika jemaat melihat ada yang tidak nyaman, sampaikan ke hamba Tuhan dan hamba Tuhan (pemimpin) harus punya hati yang besar untuk menjelaskan ke jemaat dan memuliakan Tuhan.

2.     Sesungguhnya jiwa-jiwa itu Tuhan yang menyediakan. Sebagai murid Kristus, kita menerima tugas Amanat Agung yaitu perintah untuk memberitakan Injil kepada semua mahluk. Tetapi bukan berarti kita sembarangan. Karena tidak semua orang yang kita temui, kita beritakan Injil. Pelayanan penginjilan sungguh ada di dalam rencana Tuhan. Sebagaai jemaat yang taat pada perintah Tuhan harus punya hubungan intim melalui doa-doa kepada Tuhan yang rindu agar jiwa-jiwa diselamatkan. Indah sekali yang dialami Rasul Petrus karena melalui apa yang dialaminya, jelas bahwa Injil harus diberitakan juga ke orang non Yahudi. Ia melihat bagaimana Tuhan mempersiapkannya. Begitu ia selesai berdoa, sudah ada orang yang menunggu. Kita berdoa untuk orang-orang yang belum percaya dan perlu dikasihi, tetapi untuk orang yang sudah punya gereja dan malas ke gereja, kita harus hati-hati. Jangan sampai kita menjadi gereja yang merebut anggota (domba) dan memancing ikan di kolam (gereja) lain. Masih begitu banyak jiwa yang memerlukan Injil. Jangan dengan alasan jemaat gereja lain tidak (kurang) diperhatikan sehingga dibawa supaya bisa bertumbuh. Ini merusak hubungan antar gereja. Ada yang berpromosi, “Gereja di sini enak, bisa minum bebas. Di gereja sana tidak ada”. Memindahkan jemaat dari 1 gereja ke gereja lain, itu bukan penginjilan! Tapi maling ‘ikan’ (ikannya ada di kolam). Harusnya yang menjadi sasaran adalah membawa jiwa-jiwa baru (yang disebut kafir), itu jiwa yang disiapkan Tuhan. Kita membawa jiwa baru tersebut ke persekutuan wilayah agar dapat bertumbuh. Itulah yang menjadi sasaran pelayanan kita. Saat mau membawa jiwa, apakah sudah ada nama yang akan dibawa? Didoakan terus. Tuhan mempersiapkan kita dan jiwa yang akan dibawa. Bawalah berita Injil kepada orang itu dan kepada keluarganya. Setiap hari berdoa untuk mereka agar semua dipersiapkan sehingga pada waktunya Tuhan akan siapkan. Jadi mereka yang dilayani adalah jiwa yang belum percaya pada Tuhan, bukan jiwa yang kurang dilayani gereja. Ada gereja yang kurang visitasi ke jemaatnya tetapi bukan mereka yang menjadi sasaran melainkan jiwa yang belum percaya kepada Tuhan. Yang dihadapi bukan hamba Tuhan yang militan melalui KKR, tetapi ada juga yang rutin mengunjungi dari rumah ke rumah. Sebelum jam kebaktian, mereka datang ke rumah jemaat dan mereka siap memberitakan firman Tuhan. Ini yang membuat gereja asal jemaat menjadi resah. Mereka lebih berani lagi bergerak sehingga ada hamba Tuhan di gereja asal jemaat yang bermaksud untuk mengusir mereka. Kita harus waspada terhadap mereka walau semangat mereka perlu ditiru. Semangat mereka memenangkan jiwa begitu tinggi. Banyak gereja yang menjadi lesu, karena semangat penginjilan lesu. Jemaat tidak terlibat dalam penginjilan. Maka bulan misi mengingatkan kita untuk jiwa-jiwa yang akan binasa. Kitalah yang diutus untuk mencari jiwa mereka bagi Tuhan. Kita adalah orang yang pernah mengalami kasih Tuhan yang luar biasa. Rasul Petrus mengajarkan bahwa berita Injil itu tidak eksklusif tetapi bagi semua orang. Sebagai gereja, kita melihat sekeliling kita. Tuhan menyediakan orang (jiwa) tetapi banyak yang dibiarkan binasa. Seharusnya setiap hari kita mendoakan mereka, menyediakan waktu khusus untuk jiwa yang belum percaya. Kita seperti tidak merasa salah kalau tidak membawa jiwa. Gereja harus terus memberitakan Injil dengan semangat. Kiranya gereja bangkit berdoa untuk jiwa-jiwa yang belum percaya (anak didik, teman, rekan, saudara, dan tetangga kita). Percayalah Roh Kudus akan bekerja. Seringkali kita berkata susah banget. Terkadang kita hanya berkata, “Ayu ke gereja yuk”. Seringkali Tuhan sudah siapkan jiwa-jiwa, hanya kita tidak melihatnya. Lebih baik kita menggumuli satu jiwa daripada banyak tapi tidak dilayani. Yesus rela tidak mengkonsentrasikan (focus) untuk  jumlah yang banyak saja, tetapi kita dilatih untuk melayani jemaat yang kecil juga. Mungkin kita sering diajarkan PI (penginjilan) pribadi, tapi karena tidak dipratekkan kita lupa. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi.

Kesimpulan

                Jangan sampai orang di sekitar kita binasa tanpa Yesus. Kita memang memerlukan lagi kobaran semangat untuk memberitakan Injil. Jagalah kesatuan gereja maka kita bisa selesaikan apapun juga. Bila ada masalah, kita atasi dengan baik maka gereja bisa mempraktekkan kehidupan yang bersukacita. Kita menyadari jiwa-jiwa itu disedikaan bagi kita. Tuhan pemilik jiwa, maka kita akan mengerti , kepada siapa dan kapan waktu yang tepat untuk menginjil dan Roh Kudus pun bekerja. Pengalaman Rasul Petrus merupakan pengalaman yang indah. Walau banyak rintangan (karena banyak jemaat yang rapuh mudah terpengaruh) marilah kita dengan mudah saling menyemangti. Sehingga dalam pemberitaan Inji, penyertaan Roh Kudus dinyatakan dan Injil diberitakan dengan semakin semangat. Para misionari menghadapi banyak tantangan dalam memberitakan Injil namun mereka semakin berkobar dan bergairah. Kiranya jemaat Tuhan bertumbuh dewasa , dalam mengatasi masalah dan memberitakan Injil kepada orang-orang yang Tuhan sedikan, bukan pada orang yang sudah percaya, belum dibaptis atau belum sungguh-sungguh  percaya. Tuhan sudah siapkan jiwa-jiwa dan dengan pertolongan Roh Kudus coba buktikan hal tersebut. Maka sebagai anak dan murid Tuhan, kita akan lebih bergairah. Mungkin di gereja tidak ada api dan gairah, tetapi melalu kelompok kecil dan kelompok penginjilan  pribadi, Tuhan akan memberikan jiwa kepada kita. Sadarilah ada jiwa yang Tuhan sediakan! Hari-hari ini menunggu kesaksian kita. Kalau belum ada berdoalah, agar mereka disediakan Tuhan untuk mendengarkan kesaksian kita.



Sunday, July 6, 2014

Misi : Ujung Tombak yang Tumpul


Pdt. Hery Kwok

Kisah 8:1b-8
1b Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria.
2  Orang-orang saleh menguburkan mayat Stefanus serta meratapinya dengan sangat.
3  Tetapi Saulus berusaha membinasakan jemaat itu dan ia memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar dan menyerahkan mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara.
4   Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil.
5  Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ.
6 Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu.
7  Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan.
8  Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu.

Pendahuluan

                Seorang filsuf Tiongkok terkenal pernah difilmkan tahun 2010 dan diperankan oleh Chow Yun Fat yakni Confucius (Kong Hu Cu, 551 SM – 479 SM). Ada 5 ajaran yang sangat ditekankan oleh Confusius, agar setiap orang yang mau hidup bahagia dan seimbang minimal harus mengamalkan 5 keutamaan yakni  :
1.   Ren (kemanusiaan)  contoh : peduli, empati, simpati, kasih sayang.
2.   Yi (moral, keadilan dan nilai atau harga diri). Dalam Yi terkandung pula zhong (loyalitas, kesetiaan dan kesadaran diri) dan shu (altruism, pemaaf dan tenggang rasa). Kebajikan ini sangat dikenal dengan ungkapan “Apa yang kita tidak ingin orang lain lakukan pada diri kita, janganlah kita lakukan pada orang lain”.
3.   Li (sopan-santun). Keutamaan ini mengajarkan tentang perilaku yang tepat dalam konteks hubungan yang berlainan, misalnya perilaku anak terhadap orang tua, rasa hormat terhadap otoritas. Keutamaan ini juga mengajarkan tentang perilaku yang sesuai dalam menjalankan upacara dan penyembahan (doa)
4.   Zhi (ilmu pengetahuan, kehati-hatian & kebijaksanaan yang akan dapat diperoleh dengan mempelajari kitab klasik & belajar dari orang lain)
5.   Xin (Integritas) yang menjadi dasar tumbuhnya rasa percaya (trust)

                Yang akan diangkat untuk tema hari ini hanya 1 yaitu ren (keutamaan kemanusiaan). Dalam diri manusia ada sesuatu yang penting yakni kepedulian, empati, simpati, rasa kasih sayang terhadap sesama. Ajaran ini ribuan tahun yang lalu. Tetapi kalau diperhatikan, apa  yang disampaikan tentang ren ini sudah pudar dalam perjalanan hidup manusia. Kalau bicara tentang kebutuhan manusia dengan manusia yang hilang maka kita membicarakan tentang kasih yang sudah dingin. Yesus Kristus pernah berkhotbah tentang akhir zaman di Mat 24:12 karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Artinya dunia ini dihuni oleh orang yang cinta diri sendiri dan tidak mau peduli dengan orang lain. Karena itulah Confucius menentang keutamaan untuk orang bahagia kalau orang itu hanya memperhatikan diri sendiri. Confucius tidak mengenal Yesus tetapi pengajaran yang disampaikan ada kemiripan dengan kebenaran firman Tuhan. Pada waktu orang mementingkan (kebutuhan) diri sendiri maka keutamaan dalam diri orang itu sudah hilang. Itu yang kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari. Ada orang bilang gereja adalah tempat dimana kita mendapat kasih satu dengan lain tapi yang dijumpai adalah ketidakpedulian satu dengan lain.  Gereja hampir tidak berbeda dengan tempat-tempat di dunia ini seperti mal. Kalau kita pergi ke mal dan bertemu dengan orang yang tidak dikenal kita tidak bertanya siapa namanya dan berkata, “Bu, senang bisa bertemu.” Kalau kita melakukannya, maka orang itu pergi ke satpam dan berkata, “Pa tolong saya! Orang itu mengganggu saya!” Sehingga kita datang ke mal, jalan ke suatu tujuan dan tidak peduli dengan orang di sekeliling kita.  Demikian juga di gereja, ada yang datang dan pulang tanpa dipedulikan oleh oleh hamba Tuhan, majelis dan aktivis. Saya pernah bergereja di daerah Jatinegara. Waktu saya hadir di gereja itu sampai pulang , tidak ada orang yang tahu. Lalu saat saya menjadi hamba Tuhan dan menceritakan bahwa saya dulu pernah berjemaat dan beribadah di gereja ini, mereka terkejut dan tidak menyangka. Dunia sedang mencetak , mengarahkan kita untuk hidup bagi diri sendiri. Ini sesuatu yang bermasalah dalam hidup bersama. Orang bisa hidup, tidak perlu orang lain, asal punya computer, laptop, hidup diam berjam-jam meskipun di sebelahnya ada orang lain. Dulu watu saya kecil, bila melewati orang lain akan berkata, “Permisi” lalu dengan badan sedikit membungkuk melewatinya. Sekarang kita jumpai orang berjalan dengan memegang gadget dan tidak peduli dengan orang lain. Itu sebabnya saat berbicara tentang “misi : ujung tombak yang tumpul”,kita bertemu dengan masalah yang paling dasar.

Misi = Bersaksi

                Kata misi di sini berbeda dengan misi dan visi yang disampaikan oleh calon presiden (capres) kita. Kalau misi yang disampaikan capres merupakan sesuatu yang dilakukan (sesuatu yang konkrit) dari visi (sesuatu yang abstrak). Misi dalam konteks kekristenan adalah bersaksi. Apa yang disaksikan oleh seseorang yaitu ia mengalami betapa Tuhan menyelamatkan dan mengampuni dosanya sehingga ia menjadi orang yang diselamatkan.  Keselamatan yang luar biasa, agung dan mulia dan membuat dia bersuka-cita dibagikan ke orang lain supaya orang lain juga mengalami sukacita itu. Itu sebabnya kalau kita baca dalam kitab suci, kita menemukan bagaimana para rasul diselamatkan , punya kepastian masuk ke sorga dan mereka menceritakan sukacita itu kepada orang lain.

Di dalam Perjanjian Baru ada 3 tingkat yang menekankan bagaimana orang bersaksi.
1.     Saat bersaksi ia membuat pernyataan kepada seseorang. Pernyataan itu berisi kebenaran-kebenaran  Injil secara lisan dalam bentuk fakta yang dialami. Misal Roma 3:23 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Itu fakta yang disampaikan.  Pernyataan untuk menyatakan kebenaran tentang Injil yang membuka kenyataan tentang siapa manusia. Saat orang bersaksi, ia juga menyatakan bahwa ia juga orang berdosa. Jadi waktu menyatakan sebagai orang berdosa dan diampuni, dia sampaikan kepada orang lain dalam bentuk pernyataan.
2.     Sebuah hubungan antara si pemberita dengan orang yang diberitakan. Jadi waktu bersaksi saya menyampaikan fakta dan pernyataan kemudian membangun relasi (jembatan hubungan) dengan orang yang diberitakan untuk membawa kebenaran Injil. Membangun relasi ini disebut kepedulian karena ingin orang itu diselamatkan. Oleh sebab itu dalam bersaksi ada hal yang perlu dibayar (dikorbankan) dimana kita bertemu dengan orang itu, lalu dia pergi ke tempat di mana ia akan menyampaikannya.
3.     Aktualisasi diri (penjelmaan) kita terhadap apa yang dipahami yang hidup dan karakter saya yang diihat oleh orang lain. Bersaksi dalam bahasa sederhana berarti mengalami perubahan hidup dimana orang di sekeliling bisa melihat perbedaannya. Kalau begitu misi adalah sesuatu yang penting dan urgent yang harus dilakukan oleh orang yang dipercaya. Saya terkadang merasa heran, setelah orang makan di satu restoran dia cerita ke temannya, kalau mau makan kepiting soka di sana paling jempol. Saya heran karena masalah makanan yang dia rasa enak dia bagikan ke orang , padahal itu hanya makanan. Seharusnya keselamatan yang begitu luar biasa besar tidak menutup kita untuk menyampaikan ke orang lain tentang karya Allah dalam hidup kita.

Mengapa misi menjadi ujung tombak yg tumpul

Misi yang harusnya menjadi ujung tombak yang tajam menjadi tumpul karena :

1. Tujuan keselamatan yang Allah kerjakan dalam diri kita kurang dihayati/dihidupi dlm diri kita. Apa Tujuan Allah menyelamatkan kita? Salah satunya adalah supaya kita menyaksikan kebaikan Allah kepada setiap orang sehingga orang tersebut mengalami kasih Allah yg besar itu. Kis 8:1b,4-6 Pada waktu itu mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria. Mereka yang tersebar itu menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil. Dan Filipus pergi ke suatu kota di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ. Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu.
Kita menemukan orang-orang yang diselamatkan pada Kis 8 begitu bersemangat bersaksi. Dan kalau diperhatikan mereka bersaksi bukan dalam kondisi makmur dan tidak mengalami kesusahan.  Mereka bersaksi justru dalam penganiayaan fisik dan mental oleh orang Romawi dan orang yang menentang Tuhan Yesus. Sering orang Kristen berkata, “Nantilah saya akan melakukan misi setelah keluarga mapan, oke, anak-anak tidak perlu lagi diperhatikan”. Ungkapan itu akan membuat kita tidak pernah bermisi sampai Tuhan Yesus datang kedua kali. Padahal Alkitab berbicara tentang mereka yang bersaksi tentang Tuhan Yesus di tengah-tengah yang lain. Alasan ujung tombak tumpul karena kepedulian terhadap sesama sudah dingin. Kalau kita mengetahui harga manusia,,kita akan pergi kepada mereka yang belum percaya. Saya terkadang tercengang saat Yesus membandingkan antara dunia dengan harga orang . Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? (Mat 16:26).  Ini merupakan perbandingan yang hebat. Kalau saya memperhatikan debat capres yang coba menggambarkan Indonesia yang kaya, ini merupakan pernyataan yang tepat.   Contoh : emas di tanah Papua tidak habis dan jumlahnya luar biasa kalau dikonversi ke dalam rupiah.  Jadi bagaimana mungkin manusia dibandingkan dengan kekayaan alam, itu saja tidak sebanding. Apalagi kalau bicara laut, ikan, kekayaan dunia hebat sekali. Jemaat mula-mula tidak pernah tahan hatinya untuk tidak menceritakan Injil agar jangan orang-orang mati dengan sia-sia. Kalau kepedulian kita semakin dingin, di situlah kita tidak lagi bermisi. Ada artikel tentang Ani,gadis kos yang sedang mengerjakan tugas akhir tinggal di kosnya yang banyak penghuninya. Satu malam ia mendengar suara seperti tangisan bayi yang merintih minta tolong dari balik jendelanya. Imaginasinya : jangan-jangan ada orang yang menaruh bayi di sana dan meninggalkannya atau jadi-jadian (setan). Lalu ia berdiam dan mendengarkan lagi. Suara yang seperti bayi sekarang seperti suara kucing yang kesakitan. Dia tahu di kosnya banyak kucing. Sehingga ia biarkan saja dan mengerjakan tugas akhir sampai pagi. Esok hari dia bangun dan mendapat informasi dari pembantu di tempat kosnya bahwa ada anak kucing yang tercebur dan menangis di sebelah jendela kamarnya. Karena tidak ada yang menolong, maka anak kucing itu mati terlelap di got. Ani merasa bersalah karena tidak punya kepedulian terhadap mahluk yang sedang membutuhkan bantuan. Binatang yang membutuhkan bantuan , berteriak, apalagi manusia yang sedang menuju neraka.  Mari kita pikirkan tentang kepedulian tentang sesama. Kitab suci yang bila dibaca dengan baik punya titik dimana tujuan Allah menyelamatkan kita, yaitu untuk menyaksikan kasih Allah . Allah bisa memakai apa saja  , tapi Dia memakai kita untuk memberitakan tentang kesalamatan. Seperti juga Allah memanggil Abraham untuk menjadi berkat bagi orang-orang lain. Coba kita hayati dan benar-benar hidup dalam keselamatan di dalam kita, maksudnya keselamatan bukan sekedar konsep dan pengetahuan. Konsep hanya ada di kepala kita. Tapi kalau keselamatan dihidupi, betapa luar biasanya untuk memberikan gairah untuk menyaksikan karya keselamatan Allah.

2.  Mengabaikan perintah Tuhan untuk mengabarkan Injil sebagai Amanat Agung. Waktu Tuhan mau naik ke sorga Dia berkata, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:19-20)
          Seorang hamba Tuhan berkata,”Kalau kita tidak memberitakan njil maka kita berdosa walau secara pasif”. Dosa pasif artinya kalau tidak melakukan (menyampaikan) , sepertinya tidak apa-apa. Yang penting saya tidak membunuh orang, bergosip, melakukan praktek bisnis yang kotor atau tidak melakukan yang jahat. Yeremia ayat 48:10   Terkutuklah orang yang melaksanakan pekerjaan TUHAN dengan lalai, dan terkutuklah orang yang menghambat pedang-Nya dari penumpahan darah! Artinya saat Tuhan menyuruh orang namun tidak dilakukan , maka orang itu menjadi terkutuk. Jangan berpikir, waktu lalaikan perintah Tuhan kita tidak bersalah. Nabiah Debora pada  Hak 5:23 berkata,   "Kutukilah kota Meros!" firman Malaikat TUHAN, "kutukilah habis-habisan penduduknya, karena mereka tidak datang membantu TUHAN, membantu TUHAN sebagai pahlawan."  Ada ilustrasi tikus dan perangkap tikus. Waktu tikus mengintip sebuah rumah, si petani pemilik rumah membeli perangkap tikus. Karena tahu itu berbahaya, ia menceritakan pada teman-temannya agar tidak terperangkap dan meminta kepada teman-teman untuk memberitahukan kepada yang lainnya. Ayam, kambing dan sapi yang diminta untuk memberitahu ke teman-teman lainnya, menolak untuk melakukannya. Mereka mengabaikannya karena bagi merasa tidak mungkin dengan badan yang lebih besar dari tikus dapat terperangkap. Suatu malam, istri sang petani mendengar bunyi di dalam perangkat tikus sehingga ia datang untuk melihat binatang apa yang ada. Karena gelap, si istri tidak tahu bahwa ada ular berbisa dan mematuk tangan si istri sehingga jatuh sakit. Petani yang melihat istrinya sakit, mencoba untuk membuat masakan. Ayamnya diambil dan dipotong untuk diberikan ke sang istri. Kemudian saudara-saudara  petani mendengar berita ini dan datang membesuk. Maka petani mengambil kambing untuk disajikan ke saudara-saudaranya. Ternyata istrinya tidak sembuh bahkan mati sehingga orang-orang sekampung datang untuk menyatakan belasungkawa. Seusai tradisi, ia harus menyediakan makanan. Melihat orang banyak datang, maka ia mengambil sapi dan memotongnya.  Saat tikus bilang agar hati-hati terhadap perangkap tikus, tidak ada yang memperhatikannya. Ayam, kambing dan sapi berpikir tidak akan mati, namun ternyata dipotong dan mati. Jadi jangan berpikir dosa pasif tidak berakibat pada kita.

Kesimpulan


                Apakah kita mau menjadi gereja yang tidak mau menjalankan Amanat Agung (misi) dengan baik? Apakah kita hanya mau menjadi Gereja yang pentingkan diri sendiri? Kiranya pertanyaan ini dijawab dalam hati. Kalau misi itu sesuatu yang luar biasa untuk dikerjakan, jangan menjadikan ujung tombak (misi) yang tajam menjadi tumpul!