Monday, July 27, 2015

Dosa Daud


Pdt. Hery Guo

2 Samual 11:1 Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem.

Pendahuluan

                Kita perlu belajar arti dosa agar kita menyadari betapa mengerikannya dosa sehingga Tuhan Yesus harus turun ke dalam dunia dan mati di kayu salib. Dosa membuat Allah dan manusia terpisah dan manusia tidak bisa menolong diri sendiri sehingga Tuhan Yesus menebus dosa manusia. Ada yang berkata dosa itu mencuri, berzina, berbohong dll. Itu adalah bentuk-bentuk dosa. Alkitab menjelaskan dosa dengan baik sekali. Dosa menurut Alkitab adalah seperti orang yang sedang memanah yang harus mengenai sasaran (tanda bulat di papan)  tapi tidak kena sasaran. Bila kita tidak melakukan apa yang Allah perintahkan , hal ini ibarat pemanah yang memanah dengan tidak tepat sasaran. Jadi dosa adalah apa yang Allah katakan itu yang tidak kita lakukan. Adapun sifat dosa yang sudah dibahas sebelumnya :
1.     Dosa Adam : ingin menjadi seperti Allah dan menaruh curiga.
2.     Dosa Akhan : tamak.
3.     Dosa Saul : tidak taat.
Inti dosa adalah tidak melakukan apa yang Allah perintahkan.

                Daud adalah raja Israel yang hebat. Namun sehebat apapun, manusia tidak kebal dengan dosa. Jangan mengira dosa hanya dilakukan oleh orang sederhana atau orang miskin saja. Orang yang berpengetahuan tinggi dan orang kaya justru lebih sering melakukan dosa yang lebih parah. Jangan mengira hanya jemaat yang bisa jatuh dalam dosa, hamba Tuhan juga bisa. Itu sebabnya kita belajar dari tokoh Alkitab supaya kita belajar apa yang Tuhan mau, karena apa yang dikehendaki Tuhan pastilah baik. Tuhan memberi firmanNya agar kita hidup.

Dosa – Dosa Daud

1.     Dosa zina.

          2 Samual 11:1 Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh orang Israel. Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem Pada ayat ini sepertinya tidak terlihat dosa Daud. Ayat 1 ini ingin menjelaskan awal dari rangkaian peristiwa jatuhnya Daud ke dalam dosa perzinahan dengan Batsyeba ,istri Uria (salah seorang prajuritnya sendiri), lalu ia membunuh Uria (2 Sam 10). Ayat 1 menjadi penting untuk dilihat karena inilah kunci kejatuhan Daud. Pada ayat 1 dikatakan, Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang….. sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem. Menurut tradisi bangsa Israel hidup di negara-negara yang sedang berperang.  Di sana ada bani (bangsa) Moab dan bani Amon. Waktu itu mereka hidup di sana dengan musuh mereka, sehingga setiap tahun mereka akan maju berperang. Biasanya mereka maju perang pada pergantian tahun (setelah tahun baru , mereka maju perang). Daud biasanya ikut berperang karena ia adalah pemimpin perang. Tetapi dalam cerita ini, Daud tidak pergi berperang.  Ia menyuruh prajurit-prajuritnya pergi berperang. Dia menyuruh panglima Yoab untuk menggantikannya berperang, sedangkan di Yerusalem ia hidup dengan santai.                Kemudian ia berjalan-jalan di atas loteng (sotoh) dan dari sana ia melihat ada seorang perempuan sedang mandi. Hatinya kemudian mengingininya dan meminta perempuan itu datang. Jadi waktu Daud berkuasa dan menjadi raja, ia pikir sudah aman sehingga ia lengah dari jebakan si jahat (iblis).  Ini bahaya yang dibuat si jahat untuk Daud. Daud sudah keenakan menjadi raja sehingga lengah (tidak waspada).  Dari pelajaran ini kita menarik kesimpulan bahwa kejatuhan berasal dari hal sepele yang tidak pernah kita pikirkan. Ada pepatah orang jatuh bukan karena batu yang besar tapi batu kerikil.  Ada film silat Mandarin berjudul Tebing Merah (Red Cliff) yang menceritakan tentang masa 3 kerajaan. Dikisahkan pada film ini tentang kejatuhan seorang panglima perang besar saat diajak minum teh oleh seorang perempuan dari pihak musuh. Padahal pasukan tentaranya sangat banyak, tetapi akhirnya bisa dikalahkan oleh pasukan yang kecil.
          Ef 6:12 karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Rasul Paulus mengingatkan kita untuk melawan roh di udara yang menjebak kita dengan tipu muslihatnya. Waktu kita tidak waspada maka ia membuat kita jatuh. 1 Pet 5:8  Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Keponakan saya dari Malang senang menonton film National Geography yang bercerita tentang kehidupan binatang-binatang. Ia menonton film tentang singa Afrika yang ingin menangkap mangsanya (kijang). Singa itu dengan telaten mengawasi Kijang dan saat mangsanya lengah, ia pun memburu dan menanangkapnya! Jadi Rasul Petrus mengingatkan kita agar berhati-hati karena kita sedang diawasi oleh si jahat seperti singa yang ingin menangkap mangsanya.
          Kejatuhan (dosa) kita karena tidak waspada sering terjadi. Waktu hidup kita mulai mapan, berhati-hatilah. Mapan itu bukan dosa. Tapi jangan terbuai oleh apa yang sedang kita nikmati. Ada pemuda yang sewaktu hidupnya susah, berdoa dengan begitu semangat. Ia mengikuti persekutuan doa setiap minggu (1 bulan 4 kali). Awal ia mendapat pekerjaan kehadirannya menurun menjadi 1 bulan 2 kali. Lalu saat jabatannya mulai naik, ia datang ke persekutuan doa 1 kali dalam sebulan. Setelah semakin sibuk, ia tidak pernah lagi berdoa. Si jahat menipu kita dengan cara-cara yang licik. Pada waktu belum punya kekayaan dan tidak mapan, kita rajin beribadah. Tapi setelah ditambahkan hal-hal yang bisa dinikmati, kita mulai lupa Tuhan. Raja Daud jatuh ke dalam dosa, karena lengah terhadap jebakan si jahat.

2.     Merasa Berhak Melakukan Apa Saja.

          Saat Raja Daud lengah, ia jatuh dalam dosa sex. Lalu ia menjadi takut saat Batsyeba mengandung dari hasil perzinahannya dan untuk menutupinya ia pun membunuh suaminya (Uria). Dosa beranak dosa. Bila dosa tidak diselesaikan , dia akan buat dosa lagi terus menerus. Raja Daud begitu berani mengambil istri anak buahnya sendiri, padahal hukum ke sepuluh dari Hukum Taurat berkata “jangan mengingini milik orang lain termasuk istri orang lain” (pada zaman sekarang termasuk suami orang lain karena sekarang perempuan berani mengambil suami orang). Raja Daud berani melanggar perintah Allah karena ia merasa ia adalah raja. Dengan kekuasaannya membuat dia bisa melakukan segalanya. Dosa Daud yang kedua ia merasa dirinya sebagai orang yang berhak melakukan apa saja. Bahkan melawan hukum pun ia berani, termasuk mengambil istri orang dan membunuh suaminya. Kekuasaan atau jabatan bisa membuat kita berbuat apa saja. Waktu kita belum ada apa-apa kita takut berbuat apa-apa. Ini meruapakan sesuatu yang sering kita alami.Waktu kita sudah punya apa-apa kita berani berbuat apa-apa, karena kita menggangap punya kuasa terhadap apa-apa itu. Kemarin anak Sekolah Minggu ke mal Taman Anggrek dan mendengar kisah tentang Malin Kundang. Awalnya sewaktu di desa Malin Kundang sangat hormat terhadap orang tuanya. Kemudian ia merantau mencari uang. Setelah menjadi kaya dan punya kekuasaaan , ia membuang mamanya. Si jahat membuat kita jatuh, saat kita sudah memiliki segala sesuatu. Di rapat majelis saya sampaikan, hari ini kita sering bergumul pada Tuhan dalam pembangunan. Dulu kita bergumul untuk pengadaan alat-alat musik. Tuhan melalui kuasanya mencukupi pengadaan atas 2 grand piano sehingga sekarang ada 2 alat musik yang bagus untuk mendukung kebaktian. Dulu kita menggumuli pengadaan alat musik drum agar jemaat remaja bisa dengan baik memuji Tuhan. Tuhan mencukupkan dan kita bersyukur. Lalu kita bergumul untuk melakukan renovasi satu per satu. Tahun ini ada 1 renovasi lagi yang tersisa. Tuhan cukupkan kebutuhan untuk renovasi. Namun kita harus berhati-hati saat merasa mapan, semua enak, lalu kita lupa karena merasa semua sudah punya. Itu dosa Daud yang kedua

3.  Lebih mengandalkan manusia.
     
                2 Sam 24:1-3 Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud melawan mereka, firman-Nya: "Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda."  Lalu berkatalah raja kepada Yoab dan para panglima tentara yang bersama-sama dengan dia: "Jelajahilah segenap suku Israel dari Dan sampai Bersyeba; adakanlah pendaftaran di antara rakyat, supaya aku tahu jumlah mereka."  Lalu berkatalah Yoab kepada raja: "Kiranya TUHAN, Allahmu, menambahi rakyat seratus kali lipat dari pada yang ada sekarang, dan semoga mata tuanku raja sendiri melihatnya. Tetapi mengapa tuanku raja menghendaki hal ini?" Apa dosa Daud pada ayat tersebut? Daud ‘hanya’ menghitung jumlah rakyat Israel dari atas sampai bawah (daerah orang Israel dari Dan sampai Bersyeba). Lalu ia mengadakan pendaftaran supaya tahu berapa jumlahnya. Dosa Daud di sini adalah ia merasa bila rakyatnya banyak maka ia menjadi kuat (bila rakyat banyak maka kekuatan besar), tetapi yang salah Daud terlalu mengandalkan manusia (lebih mengandalkan manusia daripada Tuhan) padahal Daud tahu bahwa manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Sewaktu menjadi raja, Daud meminta pertolongan Tuhan. Namun setelah menjadi raja yang hebat dan mapan, ia lupa terhadap perbuatan Tuhan yang hebat. Ia lebih mengandalkan manusia daripada Tuhan. Saya mengenal seseorang yang punya uang banyak (rumahnya di Singapura dan Jakarat banyak). Saya dan istri pernah diajak makan. Walau hanya berempat, dia memesan makanan untuk 10 orang. Di meja sebelah, orangnya ada 10 ikannya satu porsi. Di meja kami, orangnya 4, ikannya 4 porsi (1 orang 1 ikan). Orang di sebelah, piring ikannya mutar ke sana ke mari agar semuanya dapat. Dia tidak kesulitan dalam uang, mau makan banyak bisa. Tapi suatu kali ia bersaksi di persekutuan kantornya di hadapan karyawannya. Ia punya penyakit yang mengganggunya. Ia sudah datang ke dokter tapi belum disembuhkan. Saya mengira penyakitnya  kanker, ternyata ia tidak bisa tidur! Menjelang malam sampai pagi, matanya tidak bisa tutup. Saat melirik ke istrinya yang tidur nyenyak ia merasa irihati. Kamarnya luas, tempat tidurnya mewah, ACnya dingin, mengapa tidak bisa tidur? Kekayaan tidak bisa membuat dia bisa tidur. Uangnya yang banyak tidak bisa membuat ia tidur. Uang tidak bisa dibelikan obat untuk ia bisa tidur. Ia pergi ke dokter. Dokter kasih obat tapi ia tetap tidak bisa tidur. Uang untuk beli AC yang banyak juga tidak bisa membuatnya tidur. Ia bisa beli ranjang paling nyaman di dunia, juga tidak bisa membuatnya tidur. Ia berkata, “Saya menangis kepada Tuhan.” Ia hanya berdoa agar ia bisa tidur. Waktu kita mengandalkan kekayaan dan kuasa, maka kita akan jatuh seperti Daud.  Itu sebabnya Rasul Paulus berkata, “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.” (2 Kor 12:9b)  

Penutup


Adam memberontak kepada Allah. Ingin berkuasa dan sama seperti Allah. Keturunan Adam dosanya mirip semua. Jadi waktu dosa benar-benar ada di dalam diri kita, maka kita tidak akan pernah mengalami cinta kasih Tuhan. Kitab Suci mengatakan Daud orangnya rendah hati, setelah jatuh dalam dosa ia datang kepada Tuhan dan bertobat. Ia mengakui kesalahannya. Waktu jatuh ke dalam dosa sex dan membunuh orang, Nabi Natan menegurnya. Daud sadar dan menyesal. Kekuasaannya sudah menutup matanya dari melihat kehendak Tuhan. Waktu Allah menghukum Daud saat menghitung rakyat yang banyak dan mengandalkan orang, Raja Daud menyesal dan  kembali bertobat. Saya tidak anti dengan kemapanan. Saya tidak anti dengan kekayaan. Saya tidak anti orang punya pekerjaan yang baik. Saya hanya mengingatkan untuk berhati-hati supaya kemapanan tidak menggantikan Tuhan. Jangan membuat kita tidak setia mencari Tuhan. Jangan lagi tidak setia membaca firmanNya. Jangan tidak setia dalam doa kepadaNya. Belajar tentang dosa mengingatkan betapa kita membutuhkan Tuhan!

Sunday, July 26, 2015

Jika Allah Tahu, Mengapa? (Kelas Tiranus III)


Oleh : Yadi S. Lima

Kelas Tiranus III (26 Juli 2015)

Jika Allah tahu, mengapa Allah membiarkan ( mengijinkan, tidak berbuat apa-apa atau menunda pertolongan ) atas sesuatu hal yang tidak kita inginkan (hal yang buruk / jelek)? Karena bila hal yang baik terjadi, biasanya kita tidak bertanya mengapa hal itu terjadi.
Contoh : suatu ketika kita mendapat undian berhadiah. Lalu apa kita bertanya,”Mengapa saya mendapat hadiah undian?” atau setelah 60 tahun pernikahan yang harmonis dan penuh kelimpahan, apakah kita bertanya, “Mengapa Tuhan membiarkan perempuan ini bertemu saya?” Kita tidak bertanya mengapa? Kalau bagus kita tidak bertanya mengapa? Jadi pertanyaan “mengapa” di sini ditujukan kepada hal-hal yang tidak begitu baik. Dari sudut filosofi , ini adalah masalah kejahatan sehingga timbul pertanyaan “mengapa?”.
Pertanyaan ini sudah dibahas orang sebelum Tuhan Yesus datang ke dalam dunia.Misalnya oleh Epicurus yang merupakan filsuf Yunani terkenal dan sangat baik. Ia mungkin meninggal karena kanker namun menjelang ajalnya, ia masih bisa memberikan hiburan kepada orang lain agar tidak takut mati.
Masalah kejahatan (the problem of evil) sudah setua filsafat. Masalah ini dapat ditemukan pada tulisan Epicurus. Ini dipakai sampai sekarang , jadi sudah 2300 tahun. Masalah ini  dipakai sebagai alasan Bertrand Russel untuk tidak menjadi Kristen.

Pertanyaannya  bukanlah “Bagaimaan menghilangkan atau mengurangi kejahatan?” tetapi “Mengapakah Tuhan yang Maha Baik tidak mau menghilangkan kejahatan?” Atau “Mengapakah Tuhan yang maha kuasa tidak mampu menghilangkan kejahatan?”





The Problem of evil



Proposisi 1: Allah itu haruslah MAHA BAIK dan MAHA KUASA

Implikasi dari Proposisi 1: Yang tidak maha baik dan maha kuasa tak dapat disebut Allah

Proposisi 2: Ada kejahatan dalam dunia (di mana Allah adalah Bos dari dunia ini)
Dalam dunia ini ada kejahatan. Yaitu ada orang yang tidak bersalah difitnah , masuk penjara.
Ada orang yang cocok pada sebuah jabatan tapi yang menduduki jabatan itu adalah orang lain.
Ada orang yang gara-gara agamanya tidak boleh menduduki jabatan tinggi, terhambat karirnya atau dianiaya.
Ada juga kejahatan alamiah : gempa bumi : orang baik, tidak jahat, sedang tidur tertimpa balok lalu mati.
Ada tak terhitung banyaknya kejahatan.

Bukankah Tuhan itu Bos , mengapa terjadi begitu?

Pertanyaan: Mengapakah ada kejahatan dalam dunia di mana ada Allah yang Maha Baik dan Maha Kuasa? Bagaimanakah ini MUNGKIN terjadi? (how is it POSSIBLE?)

Suatu ketika saat sedang menunggu bus malam, calon penumpang ditodong  “pilih harta atau nyawa”. Lalu datang Superman. Orang tersebut merasa aman karena pasti penjahat tidak bisa berbuat jahat. Penjahat yang badannya besar bertato dan wajahnya seram juga melihat Superman. Penumpang tersebut kemudian berteriak minta tolong tapi diacuhkan oleh Superman, bahkan saat memegang tubuh Superman untuk meminta bantuan, penumpang tersebut disingkirkan dengan tangannya. Penumpang tersebut menjadi jengkel dengan Superman (seharusnya dia bisa menolong saya misalnya dengan mengangkat penjahat dan memutar-mutarnya di udara). Hal itu terjadi saat orang menderita kejahatan dan merasa diacuhkan Tuhan.

Kalau Tuhan maha kuasa,maha tahu dan katanya baik, mengapa ia biarkan ini bisa terjadi? Itu sebabnya kita perlu mengerti logika problem of evil

Proposisi 3: Jika Allah maha baik pastilah Ia mau dan akan melenyapkan kejahatan atau menciptakan dunia di mana tidak ada kejahatan – maka tidak akan ada kejahatan dalam dunia

Proposisi 4: Jika Allah maha kuasa pastilah Ia mampu melenyapkan kejahatan dalam dunia (atau menciptakan dunia yang tidak ada kejahatannya)

Tetapi FAKTANYA à ADA KEJAHATAN dalam dunia ini

Tuhan disalahkan seperti Superman , saat ada nenek-nenek dirampok dan tidak ada yang menolongnya.




Di dunia ini pasti ada kejahatan. Anak kecil lahir kakinya satu. Ada yang kena down syndrome. Ada orang lahir buta, yang salah siapa?
Ada kejahatan dan cari kambing hitamnya. Kita ingin hukum orang. Begitu tidak ketemu, kita salahkan Tuhan.

Ia mampu tapi kenapa tidak melakukan, maka Dia 'kejam sekali'.

Karena adanya kejahatan dalam dunia ini tidak dapat dibantah, maka ada TIGA kemungkinan PENJELASANNYA

  1. Allah ingin melenyapkan kejahatan, tetapi Ia TIDAK MAMPU melakukannya (Allah yang berduka tanpa daya di Atas Sana, Ia TIDAK MAHA KUASA)

  1. Allah mampu melenyapkan kejahatan dari dunia ini, tetapi (somehow) ia TIDAK MAU melakukannya (dengan demikian Ia adalah Allah yang KEJAM, Ia TIDAK MAHA BAIK)

  1. Allah memang Tidak Mau DAN Tidak Mampu untuk melenyapkan kejahatan (Ia tidak maha baik sekaligus tidak maha kuasa)

KESIMPULAN: Tidak mungkin Allah ada (karena fakta adanya kejahatan dalam dunia ini)


Theodicy


Ada banyak usaha untuk menjawab problem of Evil à Theodicy

Old Mythologies, Siddharta Gautama, Gnostics, Augustine, Thomas Aquinas, Leibniz, kaum Deist, C.S. Lewis, Alvin Plantinga

Kemungkinan jawaban

1)    Allah memang tidak ada – Atheism/Materialism à Epicurus, Russell, Hume
2)    Kejahatan hanyalah ILUSI

·         Kejahatan diterima sebagai bagian dari realitas. Realitas adalah peperangan / keseimbangan abadi antara gelap/terang, jahat/baik, Yin/Yang, Kerusakan/Penciptaan, Kematian/Kelahiran (mis. Hiduisme, Gnostisisme, Mitologi Barat-Timur)

·         Kejahatan adalah ilusi, penyadaran dari ilusi adalah obatnya. Samsara adalah akibat keterikatan pada dunia materi, pembebasannya adalah penyadaran (awakening) lewat meditasi, filsafat, disiplin diri, dll (Buddhism)

Kejahatan diterima sebagai bagian dari realitas seperti  adanya peperangan / keseimbangan abadi antara gelap-terang, jahat-baik, yin-yang, kerusakan-penciptaan, kematian-kelahiran dll. Di film silat dikatakan  kalau tidak ada gelap tidak ada terang, kalau tidak ada jahat tidak ada baik. Hal ini tidak benar. Kalau tidak ada gelap maka tidak ada terang, ini tidak benar. Karena Tuhan menciptakan yang baik. Sebagai orang Kristen, kita percaya Tuhan menciptakan dunia ini baik sesuai dengan komentarNya. Lalu Dia menciptakan manusia yang dilihatnya sebagai sungguh amat baik (tidak dikatakan sungguh amat jahat). Namun di antara yang amat baik itu, di kemudian hari muncul korupsi, kerusakan, distorsi, sehingga yang baik itu menjadi berkurang baiknya. Kalau tidak ada yang baik, tidak ada yang jahat, Ini amin. Misal : ada yang bilang Hawa jahat. Ia makan buah dari pohon yang pengetahuan yang baik dan yang jahat. Apakah Hawa  akan tertarik makan buah pohon itu bila tidak punya mulut, gigi, tangan, keinginan, mata? Tanpa gigi, mungkin buah itu harus di-blender dulu. Apakah pohon itu menarik, kalau Hawa buta? Tidak. Bisa juga mungkin masih wangi tercium. Hawa bisa berdosa karena hal-hal baik seperti adanya pohon, gigi, usus sehingga  makannya nikmat. Sampai hari ini orang berdosa waktu makan nikmat. Kalau makan seperti sakit melahirkan, maka tidak ada yang gemuk. Tapi bukan enak makan apel, minum cocacola, kalau makan sakit maka ia tidak akan makan buah pohon. Bukan sebaliknya ada baik karena ada tidak baik. Kalau sebaliknya benar.


-          Kejahatan adalah ilusi, penyadaran dari ilusi adalah obatnya. Samsara adalah akibat keterikatan pada dunia material, pembebasannya adalah penyadaran (awakening) lewat meditasi, filsafat, disiplin diri dll (Buddhism). Misal : kita usaha namun tidak ada perkembangan. Modelnya masih begitu saja sehingga gulung tikar. BATA saat ini tidak setrendi yang lain, padahal di masa lalu mereknya sangat top. Kalau tidak berkembang apakah kita akan berkata : puji Tuhan atau why me Lord (berpikir sebagai kejahatan). Kalah usaha kejahatan buat yang kalah karena yang menang tidak berpikir, “Wah toko sebelah gulung tikar, wah aku melakukan kejahatan.” Jahat itu karena kamu anggap jahat. Itu proses alam saja. Ada yang mati dan lahir. Waktu mati sedih. Kalau manusia tidak ada yang mati, maka berapa jumlah penduduk dunia? Sekarang saja 7 miliar. Kalau tidak ada yang mati, maka  kira-kira penduduk dunia ada 60 miliar yang bisa tidak tertampung dunia. Jadi apakah kita berkata, “Puji Tuhan ada yang mati?” Jadi jahat itu adalah ilusi. Jahat karena kamu terikat sesuatu. Samsara : kamu terikat pada dunia materi.  Kalau kita sudah melek, maka tidak ada problem itu.

Theodicy dalam kekristenan

Tidak mungkin memakai teori mitologi pra-Kristen, Hindu atau Buddhism karena tidak kompatibel dengan kepercayaan Kristiani

Jadi bagaimana mungkin ada Allah yang BAIK dan MAHAKUASA seperti yang diajarkan Alkitab dan Gereja sementara memang ada kejahatan dalam dunia ini?

Onto-Theology dari st. Augustinus à “Kejahatan adalah Ketidakhadiran
Kebaikan” (deprivatio Boni)


·         Kejahatan sebagai Ketidakhadiran menghindarkan Allah dari dilemma sebagai

‘pencipta kejahatan’ dan / atau ‘bukan satu-satunya Allah dalam dunia’ (dualisme)

·         Keselamatan sebagai tindakan Allah yang membuat dunia kembali menjadi UTUH

·         Mempertahankan kedaulatan Allah sebagai yang MENOPANG segala yang ada, termasuk apa yang kemudian menyeleweng menjadi jahat

·         Orang-orang jahat pun dapat melakukan dosa karena Allah menciptakan tubuh, memelihara tubuh mereka dan memungkinkan ciptaan begini-begitu. Mis. Pencurian terjadi karena ada NILAI (cobalah mencuri di Bulan atau Pluto)

Ilustrasi : kertas tissue, tidak ada bolong. Lalu dibuat bolong, Bolong itu apa? Apakah buat bolong ? Kalau tidak ada kertas, apakah ada bolong? Ada bolong tanpa kertas. Tidak ada. Bolong bukan keberadaan, tapi ketiadaan Ada dan tiada tidak simetris. Bukan A dan anti-A. Kenapa ? Tanpa tissue tidak ada bolong (tissue lain). Tidak ada bolong tanpa tissue. Bolong bergantung tissue. Tissue tidak bergantung bolong. Baik ada suatu keberadaan. Allah menciptakan keberadaan. Tidak ada yang ada yang Tuhan adakan sejak awal. Kalau bukan TUhan yang adakan, tidak ada yang tidak ada. Tuhan mengadakan ada bukan tidak ada. Maka yang namanya ada, baik karena Tuhan menciptakan baik, tidak mungkin menciptakan tidak baik. Jahat timbul dari yang baik seperti ada bagian kertas tissue yang dibolongin. Hawa yang tidak punya tangan dan mata, tidak mungkin ia berdosa. Semua jenis kejahatan dalam dunia, tidak mungkin ada kalau Tuhan tidak menciptakan dunia ini.

Apakah kita bisa ada di bulan? Kenapa kita bisa nyolong mic? Karena GKKK Mabes punya mic. Kalau di bulan tidak ada apa-apa , maka tidak bisa mencuri. Jadi dalam dunia ini, bisa ada jahat karena ada baik. Bukan tidak ada jahat, tidak ada baik. Kebaikan tidak tergantung kepada kejahatan tetapi kejahatan tergantung dari kebaikan. Seperti parasit. Kutu anjing ada karena ada anjing. Tidak sebaliknya. Bila tidak ada anjing tidak ada kutu anjing (akan mati).

Theodicy Augustinian



·         Kejahatan tidak diciptakan

·         Allah menciptakan segala yang ADA (Kej 1:1, Yoh 1:3)

·         Segala yang ada itu BAIK (Kej 1: 31)

·         Yang baik itu kemudian terbawa-bawa oleh PEMBERONTAKAN manusia (Kej 3)

·         Baik itu adalah karakteristik mendasar dari segala yang ADA; jahat itu soal BAGAIMANAnya segala yang ada itu setelahnya



·         Mis. Manusia itu baik, pernikahan dimaksudkan menjadi baik, tetapi manusia bisa memukuli istri dan istri merongrong suami – memukuli dan merongrong orang lain itu BUKAN SALAH TUHAN – itu bukan CIPTAAN, tetapi salah satu KEMUNGKINAN yang dibuka oleh ciptaan – diserahkan Tuhan sebagai respon manusia

Theodicy Leibniz



·         Allah menciptakan dunia (Ia dapat juga tidak melakukannya)

·         Allah menciptakan dunia yang mungkin untuk jatuh, sehingga muncul kejahatan (Ia tentu dapat menciptakan dunia yang tak mungkin jatuh)

·         Allah menciptakan dunia yang TERBAIK

·         Dunia yang ‘dapat jatuh’ adalah lebih baik daripada dunia yang ‘tidak mungkin jatuh’ karena adanya KEBEBASAN dalam dunia yang mungkin untuk jatuh

Tetapi ‘mengapa TUHAN mengizinkan kejahatan yang sedemikian jahat’ atau khususnya ‘menimpa SAYA’? (Why me?)


Felix culpa


·         Kejatuhan Adam adalah ‘pelanggaran yang berbahagia”

·         “Allah tidak mengizinkan kejahatan yang tidak akan dipakai-Nya untuk menghasilkan kebaikan yang lebih besar” (Ambrose dari Milan, Augustinus, Thomas Aquinas, Leibniz)

·         “ … Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia …” – Roma 8: 28


Polemik Medieval: God’s Will or God’s Law?

Dalam masa akhir Abad Pertengahan ada polemik antara sifat ADIL Tuhan dan KEDAULATAN Tuhan. Polemik antara KEHENDAK Tuhan dan HUKUM-Nya.

Kehendak tak perlu dijelaskan

mis. “Aku MAU makan es krim rasa Vanilla!” (mengapa bukan Coklat? Tak perlu dijelaskan!

Aku suka Vanilla. Mengapa suka Vanilla? Apakah sudah terbukti Vanilla lebih enak dari Coklat? Tidak usah ditanya lagi! AKU MAU ES KRIM VANILLA!)

Hukum perlu penjelasan

mis. “Aku akan bayar Rp 2.5 juta untuk laptop Lenovo X201 itu sesuai kesepakatan kita kemarin” (Mengapa bukan Rp 25 juta? Sebab aku hanya beli SATU, BUKAN SEPULUH, mengapa bukan Rp 500 ribu? Sebab penjualnya tidak akan mau? – harus ada ALASAN RASIONALnya)

God’s Will di atas God’s Law

Orang yang menekankan bahwa Allah itu BERDAULAT akan menekankan KEHENDAK Allah di atas Hukum-Nya. Allah TIDAK DIIKAT oleh Hukum-Nya sendiri. Ia tidak diikat oleh hukum Logika dan peraturan apapun. Dia itu KEADILAN, KEBENARAN, KEBAIKAN itu sendiri. Pengetahuan kita tentang apa itu Adul, Benar, dan Adil sangat terbatas.



Allah Maha Kuasa tetapi memang tidak ‘Maha Baik’ (versi kita)à Menekankan KEDAULATAN Allah di atas PENGETAHUAN KITA AKAN apa itu baik / buruk

Jadi bagian kita, manusia adalah untuk TUNDUK dan MENERIMA apapun ketetapan Allah. Jangan banyak tanya. Dia itu TUHAN. Bos di atas segala Bos. Bos tidak pernah salah!

“… apakah dayaku, kalau Allah bangkit berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?” – Ayub 31: 14

Sebab Engkaulah Allah tempat pengungsianku. Mengapa Engkau membuang aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh? – Mazmur 43: 2

Dia itu TUHAN

“Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?” – Rom 11: 34

“Kepada siapa TUHAN meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar TUHAN untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Ia bertindak dengan pengertian?” – Yesaya 40: 14

God’s law di atas God’s will

Sebaliknya, orang lain menekankan bahwa Allah tak bisa SEWENANG-WENANG. Allah itu TELAH MEMBERIKAN HUKUM dan Ia tak akan melanggarnya sendiri!

Allah pun tidak bisa seenak perut-Nya sendiri. Dia BUKAN DIKTATOR KEJAM.

Allah mewahyukan KEBENARAN – Ia bukan seperti Allah lain yang tidak menjelaskan alasan-alasan tindakan-Nya selain “Aku MAU begini dan Aku Bos-nya!”


Allah ingin menjelaskan kehendak-Nya pada manusia

“Sungguh, segala meja penuh dengan muntah, kotoran, sehingga tidak ada tempat yang bersih lagi. Dan orang berkata: "Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahuannya dan kepada siapakah ia mau menjelaskan nubuat-nubuatnya? Seolah-olah kepada anak yang baru disapih, dan yang baru cerai susu! Sebab harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini, tambah itu!" Yesaya 28: 8-10

“Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin, manusia Sodom! Perhatikanlah pengajaran Allah kita, hai rakyat, manusia Gomora! … Marilah, baiklah kita berperkara! -- firman TUHAN--Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju … (Yesaya 1: 10-18)


Konsekuensi buruk tiap pilihan



Menekankan God’s (sovereign) will à Tidak lagi mencari penjelasan rasional yang dapat disepakati bersama – teologi tidak berkembang (Fides quarraens intellectum tidak dihayati)


Kemampuan intelektual orang berbeda-beda, orang IQ tinggi cenderung lebih sedikit, kaum ELIT akan berkuasa, kaum kebanyakan bisa tertindas


Solusi dilemma Medieval


“Deus legibus solutus, sed non ex Lex” (John Calvin)
God is above the civil law but not lawless

Walaupun TUHAN tidak diikat oleh Hukum, Ia ada DI ATAS Hukum, tetapi Ia tidak ada DI LUAR Hukum itu (sebab Ia tidak melawan Diri-Nya sendiri)

Apa hubungannya ini dengan Problem of evil?

Orang yang menekankan God’s (sovereign) will akan menjawab Problem of Evil dengan cara semacam: “Tuhan memang ada, tidak usah banyak tanya mengapa ada kejahatan, kita toh tak dapat berbuat apa-apa, terima saja, minta ampun dan perkenan Tuhan saja”

Orang yang menekankan God’s law akan menjawab: “Adanya kejahatan pasti mencerminkan hukum dan keadilan Tuhan, mungkin itu HUKUMAN atas kesalahan kita juga atau DISIPLIN buat kita – PASTI ADA MAKSUDNYA”

Jika orang menerima bahwa Allah memang berdaulat sehingga Ia BEBAS dari ikatan hukum apapun, tetapi Ia memilih untuk TIDAK BERDIRI DI LUAR Hukum Dia sendiri, maka Theodicy harus mengandung hal-hal ini:

Pengakuan bahwa penyataan hukum Allah itu akan mengungkapkan karakter dan niat-Nya yang baik – Ia tak pernah menjadi diktator lalim

Allah berdaulat akan sejarah, tidak ada yang lepas dari PENETAPAN-Nya, kehendak Allah pasti terjadi – Ia BUKAN tidak berdaya

Sejarah, seperti sebuah kisah (mis. Film atau novel) tidak akan dapat buru-buru dihakimi sebelum kisahnya selesai. Selama sejarah belum selesai kita belum dapat menyimpulkan bahwa Allah tidak adil karena mengizinkan hal-hal tertentu

Pengertian kita akan sejarah juga terbatas karena kita punya IQ terbatas, perspektif terbatas, dan tidak hidup terus dari awal sampai akhir sejarah


Allah sewenang-wenang?

Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? Bukankah tangan-Ku yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? demikianlah firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku. Orang menyembelih lembu jantan, namun membunuh manusia juga, orang mengorbankan domba, namun mematahkan batang leher anjing, orang mempersembahkan korban sajian, namun



mempersembahkan darah babi, orang mempersembahkan kemenyan, namun memuja berhala juga. Karena itu: sama seperti mereka lebih menyukai jalan mereka sendiri, dan jiwanya menghendaki dewa kejijikan mereka, demikianlah Aku lebih menyukai memperlakukan mereka dengan sewenang-wenang dan mendatangkan kepada mereka apa yang

ditakutkan mereka; oleh karena apabila Aku memanggil, tidak ada yang menjawab, apabila Aku berbicara, mereka tidak mendengarkan, tetapi mereka melakukan yang jahat di mata-Ku dan lebih menyukai apa yang tidak Kukehendaki. Dengarlah firman TUHAN, hai kamu yang gentar kepada firman-Nya! Saudara-saudaramu, yang membenci kamu, yang mengucilkan kamu oleh karena kamu menghormati nama-Ku, telah berkata: "Baiklah TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya, supaya kami melihat sukacitamu!" Tetapi mereka sendirilah yang mendapat malu. Dengar, bunyi kegemparan dari kota, dengar, datangnya dari Bait Suci! Dengar, TUHAN melakukan pembalasan kepada musuh-musuh-Nya! - Yesaya 66: 1-6

Umat Tuhan di sini mungkin menganggap Allahnya bertindak sewenang-wenang, tetapi itu adalah karena Ia sedang menghukum umat-Nya sendiri, atau jika tidak, tentu ada maksud-Nya yang tak dapat kita pahami karena kita ini manusia belaka yang tidak dapat melihat seperti Dia.


Jawaban Final TUHAN atas Problem of Evil


Pandanglah kepada Yesus yang tersalib

ž  “Eli, Eli lama sabakhtani!” Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

(Mazmur 22 dan Matius 27: 46

ž  Solidaritas Allah dalam ketidakadilan dan kejahatan yang dialami manusia

ž  “dia tertikam oleh pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita .. Dan oleh  bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” Yesaya 53: 5 .
Kemenangan Tuhan atas kejahatan dunia 

_____
QA

1.     Predestinasi : kita dipilih sebelum diciptakan. Lalu kenapa diciptakan kalau akhirnya tidak baik?

                   Efesus 3:1-13 Paulus memberikan prinsip predestinasi dari segi positifnya. Predestinasi diajarkan bahkan sebelum Calvin (bukan Calvin yang menemukan). Ditemukan oleh bapak-bapak gereja (Thomas Aquinas juga sempat ditanyakan). Institutio karya Calvin berulang kali direvisi (ditambahkan) sehingga bukunya menjadi tebal, awalnya bagian tentang predestinasi sangat pendek. Ketika orang bertanya lalu ditambahkan. Alasan “untuk bersyukur karena diselamatkan” diajarkan pada orang yang sudah selamat , bukan pada yang tidak terima Tuhan dan tidak percaya sampai akhir.
          Jangan ajarkan predestinasi pada orang yang baru terima Tuhan dan jangan juga tidak diajarkan setelah orangnya siap. Karena dengan mengetahui predestinasi, menjadi alasan untuk mengucap syukur pada Tuhan yang tidak ada habis-habisnya. Efesus pasal 3 tidak ada tanda “titik” sampai ayat terakhir.
          Jawabannya : Tuhan menciptakan sebagian orang menjadi alat untuk memuiakan Tuhan secara negative. Seperti bangsa Babilonia dibangkitkan untuk menghajar umat TUhan. Alat tersebut seperti tissue toilet yang dibuat untuk membersihkan kotoran dan setelah dipakai lalu dibuang.
          Roma 11:34.

2.     Buta (bukan salah ortu tapi untuk menyatakan kemuliaan Allah). Namun bila tidak melihat (buta terus) bisa dipakai untuk memuliakan Allah?

          Bukan melalui kesuksesan saja Tuhan menyatakan diriNya. Di hal-hal yang negatif pun bisa menjadi kemuliaan Allah. Contoh : melalui kekalahan bangsa Israel Allah menyatakan kemuliaanNya. Lewat kemenangan juga kekalahan Allah menyatakan sesuatu.  Harus ada penyesatan itu, tapi celakalah orang itu. Seperti yang terjadi pada Yudas. Tuhan memakai pelanggaran Yudas.

3.     Ada cara mudah untuk menjelaskan kalau Tuhan tahu mengapa?
          Tidak ada.

4.     Tuhan seperti bisa dinegosiasikan di Alkitab?

          Orang percaya adalah orang yang jujur pada Tuhan. Ia utarakan juga pada Tuhan kemarahannya. Bergumul dan bergulat. Itu olahraga yang sangat intim. Beda dengan anggar (pedang ketemu pedang), tinju (kepalan tangan saja yang bertemu).  Ada masa dan waktu untuk mengalami proses. Di kitab Efesus seperti ada lintas waktu (lihat ke belakang), di sana sejarah sudah terjadi,  tapi bagi yang mengalaminya saat sedang dijalankan mereka berada dalam ketidaktahuan. Yesus tahu akan di Getsemani, lalu mengapa doa semalaman? Bergulat adalah bagian dari proses. Dalam proses Yesus melanggar. Kita mencontoh pergulatan Yesus (biar kehendak Tuhan yang terjadi)

5.     2 Raj 13:18. Raja Yoas disuruh pukul tanah dan ia memukul 3 kali (harusnya lebih banyak), bagaimana tahu harus pukul lebih banyak?

          Contoh ini tidak bisa diterapkan ke segala macam konteks. Nabi dan raja tidak tahu berapa kali dipukul. Tuhan tahu. Saat kita diuji, agar kita tahu dan orang lain tahu (kalau Tuhan sudah tahu).

6.     Manusia hidup untuk memuliakan Tuhan. Apakah Bangsa Babilon (juga Jokowi) tahu ia melakukan tugas Tuhan untuk memuliakan Tuhan? 

          Tuhan dimuliakan , manusia ingin berdedikasi kepada Tuhan. Tuhan dimuliakan oleh batu-batu , batu tidak punya keinginan. Batu bisa jadi pesuruh Tuhan. Tuhan dimuliakan bukan oleh sesuatu yang punya kesadaran untuk memulikan Tuhan. Manusia memuliakan Tuhan. Orang-orang yang tidak sadar dipakai Tuhan. Dia diperalat Tuhan dan Tuhan bisa pakai cara lain. Tapi Tuhan memilih dan memutuskan cara ini. Raja Asyria dengan keserakahan nya merampas dan menghancurkan kerajaan Israel. Jadi anak-anakNya dibersihkan. Raja Asyria tidak tahu sedang diperalat.  Jokowi dengan niat baik bisa memuliakan Tuhan. Kejujuran, keadilan walau tidak bukan orang Kristen, selaras dengan kehendak Tuhan. Ibarat anak tiri lebih cinta mamanya daripada anak kandung.

7.     Apakah setelah orang percaya di surga akan ada kejahatan dengan adanya free will manusia?

          Manusia bisa berubah. Bagi anak yang malas lalu berubah menjadi tidak malas. Sewaktu malas, ia ingin rajin. Setelah rajin tidak ingin malas. Ketika sedang malas, belajar adalah perjuangan.  Setelah diubah jadi rajin, malas-malasan itu menjadi siksaan. Setelah disempurnakan setelah mati , Kristus datang maka menjadi baik menjadi second nature. Ia tidak mungkin jadi malas-malasan.  Natur manusia pelit. HP baru Rp 2,5 juta lalu HP yang sama ditawarkan Rp 25 juta. Tidak mungkin beli yang Rp 25 juta . Ini natur manusia : bayar semurah-murahnya untuk  dapat yang sebaik-baiknya. Setelah  ditebus, manusia tetap bisa berdosa, tetapi tidak mungkin. Anak kecil main piano fals, setelah sempurna bisa buat fals, tetapi ia tidak mau lagi buat fals. Kalau pun fals ia sedang tidak fit. Misal : kita diminta menyiksa orang selama 30 hari 30 malam, maka sebagai orang percaya tidak mau melakukan. Karena setelah diangkat dan diperbaiki, keinginan pun juga tidak. Ada batas dijaga oleh Tuhan sehingga tidak bisa sejahat-jahatnya.  Agustinus (dan juga kemudian Luther ) : sesudah jatuh dalam dosa, tidak mungkin tidak berdosa. Setelah percaya, mungkin tidak berdosa. Setelah itu non pose pocare (tidak mungkin berdosa)  karena pernah cicipi dosa.  Seperti pemakai narkoba, setelah tidak pakai maka hanya ingat saja (sudah pernah coba, setelah pernah coba tidak ingin balik).

          Empat status manusia menurut Agustinus :
          manusia sebelum jatuh dalam dosa : dapat berdosa (posse peccare),      dapat tidak berdosa (posse non peccare)
          manusia setelah jatuh dalam dosa :  tidak dapat tidak berdosa (non posse non peccare)
          manusia yang sudah lahir baru : dapat berdosa (posse peccare), dapat tidak berdosa (posse non peccare)

          manusia dengan tubuh kemuliaan : tidak dapat berdosa (non posse pecarre)