Sunday, September 11, 2016

Hati-Hati dengan Hatimu


Ev. Hellen Chou Pratama

Amsal 4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan.
Yeremia 17:9-10 : Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya."

Pendahuluan

                Apa yang akan terjadi bila selama 24 jam Tuhan mengambil alih hidup kita? Dia tinggal di rumah kita, terbangun di tempat tidur kita, keluarga kita adalah keluargaNya, bos kita adalah bosNya, toko dan karyawan kita adalah toko dan karyawan Dia. Dia mengambil alih semua aspek kehidupan kita sehari-hari. Apakah ada yang berubah? Apa yang orang lihat berubah dalam diri kita? Apakah orang akan melihat diri kita yang sama? Apakah orang akan melihat kita sebagai seorang yang berbeda? Pasti kehidupan kita berubah dan  berbeda. Kalau kita mengemudi di tengah kemacetan Jakarta, kita akan lebih sabar. Saat menghadapi pembantu yang kurang pintar atau karyawan yang menjengkelkan, kita akan menghadapinya dengan sabar. Dalam menghadapi orang tua yang bertingkah seperti anak-anak, kita akan jauh lebih lembut. Karena tingkah laku orang yang sudah tua terkadang membuat sakit kepala. Hatinya menjadi sangat sensitif, harga dirinya adalah  harga diri orang tua tetapi kelakuannya seperti kanak-kanak. Biasanya orang yang merawatnya bisa kehilangan kesabaran. Tetapi bila Yesus mengambil alih hidup, kita akan menghadapi orang tua seperti itu dengan cara yang berbeda. Kalau kita adalah pesawat, Tuhan ingin duduk di-cockpit nya karena Dia ingin menjadi pilotnya. Kalau kita menjadi mobil, Dia ingin duduk di bangku pengemudi. Kalau kita komputer, Dia ingin mengambil-alih sistem operasinya (softwarenya). Tetapi karena kita adalah manusia, Dia ingin mengambil alih dan mengendalikan hati kita. Dia ingin kita diubahkan menjadi semakin diserupakan dengan Dia. Mengapa penting bagi Tuhan untuk mengambil alih hati ktia?

Penggunaan Kata ‘Hati’

Kita melihat di Alkitab alasan Tuhan ingin mengambil alih hati kita. Ada ratusan ayat berbicara tentang hati di dalam Alkitab. Kata ‘hati’ dalam bahasa Ibrani menyoroti berbagai sisi dari hati manusia. Dengan menyebut kata ‘hati’ saja, kita akan melihat betapa ajaibnya kata ini. Kita sering mendengar, menggunakan dan mengucapkannya. Semuanya menceritakan tentang diri manusia. Kita bisa mengatakan orang yang sedang jatuh cinta sebagai seorang yang jatuh hati yaitu orang yang memberikan hatinya kepada seseorang. Ketika itu, kita memberikan yang paling berharga dari hidup kita. Karena hati kita melekat padanya seperti yang Tuhan Yesus katakan , "Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (Matius 6: 21).  Orang yang kita sayangi kita sebut sebagai jantung hati. Setelah saya memperlihatkan foto anak saya, Sung shi-mu memperlihatkan foto cucunya. Saya tadi juga berbicara dengan Guo shi mu,”Sewaktu pacaran saat bertemu dengan teman kita menunjukkan foto pacar. Setelah menikah dan belum punya anak, kita memperlihatkan foto suami. Kalau kita sudah punya anak, foto anak yang banyak. Setelah punya cucu, foto cucu yang diperlihatkan.” Ada seorang teman yang tidak punya anak, setiap kali membuka telpon selulernya , ia memperlihatkan foto anjingnya. Itu jantung hatinya. Orang Bandung mengatakan sakit hati sebagai nyeri hati. Kita menyebut orang yang sedang emosi seperti yang dialami oleh banyak perempuan yang sedang cemburu sebagai panas hati. Orang yang sedang putus cinta dikatakan patah hati. Orang yang jahat dikatakan sebagai orang yang tidak punya hati. Apa yang saya sebutkan terkait dengan kata ‘hati’ merupakan campuran antara yang berkonotasi ‘baik’ dan ‘jelek’.

Hati adalah Organ Manusia yang Sangat Penting

Tuhan Yesus sangat fokus dengan hati manusia. Sehingga dalam khotbahNya, Ia berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah (Matius 5:8). Bagi orang Ibrani, hati adalah organ yang sangat penting. Kata ‘hati’ sering kali dipakai terkait dengan keselamatan manusia dan karakternya. Hati adalah pusat kendali dalam hidup kita. Dia mengalirkan hidup kita. Kalau kita membuka Alkitab, kata ‘hati’ (dalam bahasa Ibrani leb atau kaved) dipakai untuk  :  lambang sebanyak 29 kali ; menunjukkan karakter / sifat / kepribadian manusia 257 kali; menjelaskan 6 kondisi emosi manusia 166 kali; menggambarkan kegiatan berpikir 204 kali dan menunjukkan maksud hati 195 kali. Hati akan membentuk siapa diri kita dan membedakan kita sebagai manusia dengan mahluk lain (binatang).

Hati adalah Tempat di Mana Manusia Bertemu Tuhan

Kita mendapatkan gambaran yang sangat luas tentang ‘hati’ hanya dengan melihat Alkitab. Hati adalah tempat di mana manusia bertemu dengan Tuhan. Itulah organ pertama yang Tuhan sentuh sebelum kita mengenalNya. Roh Kudus Tuhan memberikan hati baru kepada kita. Hati yang bisa berespon terhadap Injil. Hati yang bisa condong kepada Tuhan. Hati yang punya kemampuan untuk bisa percaya kepada Tuhan. Tanpa hati baru, kita tidak akan sanggup mempercayai Injil dan Tuhan. Tanpa hati baru, kita tidak akan sanggup meresponsi cinta Tuhan. Tanpa hati yang baru, kita tidak akan bisa mengatakan,”Ya Tuhan, aku percaya”. Organ ini begitu penting. Karena hati, kita bisa bertobat dan percaya. Hati adalah sumber kehidupan. Ini suatu tempat yang diinginkan si jahat lebih dari apapun. Karena jika ia mendapatkan tempat itu , ia bisa mengerjakan apapun yang diinginkan lewat orang itu. Allah sangat memperdulikan hati kita dan apa yang terjadi dengannya.

Tuhan Melihat Hati

Manusia sangat memperhatikan penampilan luarnya. Juga banyak orang Kristen yang sibuk memperhatikan bagian luarnya, apa yang dipakai, apa yang bisa ditampilkan dan dibawa. Itu semua bisa menaikkan penilaian orang lain terhadap dirinya. Perempuan yang gemar perhiasan akan memburu berlian yang semakin besar karatnya. Yang suka tas mengejar tas yang semakin tinggi harganya dan kalau bisa menggunakan tas seharga semiliar. Saya tidak membayangkan gaya hidup orang kaya yang seperti itu. Tas yang mereknya paling mahal seperti yang dibawa artis Syahrini dan Ratu Atut yaitu Hermes yang harganya bisa mencapai satu miliar Rupiah atau lebih. Hal Itu penting karena manusia ingin menampilkan kemahalan dirinya. Laki-laki yang hobi mobil maunya mengendarai mobil yang mahal. Yang suka main golf ingin memakai stick golf yang mahal. Semuanya untuk penampilan di luar. Tetapi berapa banyak manusia dan orang Kristen yang memperhatikan apa yang ada di ‘dalam’. Perempuan sangat memperhatikan penampilan luar. Saat umur bertambah, akan ada banyak kerutan di wajah. Di Bandung  ada menu restoran berupa makan sapo dengan kuah yang mengandung kolagen. Banyak orang yang memesan dan memakannya agar bisa awet muda. Ada banyak sekali yang sangat memperhatikan penampilan secara luar biasa. Seorang ibu berkata kepada saya, “Mengapa saat usia bertambah, fisik yang ada di atas ‘menurun’?” Saya berkata balik,” Itu berarti hidupmu sudah melewati waktu.” Kelopak mata turun operasi untuk naik lagi. Kalau tidak bisa operasi suntik botok dan lain-lain. Semua untuk penampilan luar. Allah tidak terkesan dengan penampilan luar. Tetapi Tuhan berkata, “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Sam 16:7b). Tuhan tidak ingin anak-anakNya sibuk di luar tetapi hatinya tidak dijaga agar tetap indah.

Hati yang Melekat pada Tuhan

                Siapa orang yang paling banyak ditegur oleh Tuhan Yesus tentang hatinya? Bukan pemungut cukai atau orang jahat tetapi para pemuka agama, ahli Taurat dan orang – orang yang mengerti Alkitab. Mereka ditegur karena mereka munafik. Mereka di luar terlihat sangat rohani, tetapi di dalamnya penuh dengan kejahatan. Suatu hari Tuhan Yesus menegur mereka yang  di dalamnya penuh ‘ular beludak’ dan ‘bangkai’. Karena Tuhan melihat hati. Hati kita adalah suatu tempat yang Tuhan inginkan bagi diriNya sendiri. Hanya ada 1 Tuhan yang boleh bertahta di situ. Jika hati kita ditempatkan oleh si jahat, ia akan mengeluarkan hal-hal yang tidak baik dari perbendaharaan si jahat. Ketika Tuhan menegur Kain, “Kain mengapa hatimu panas? Kenapa mukamu muram?” Kain iri hati terhadap Habel. Mukanya tidak bisa berseri-seri karena si jahat telah menuangkan banyak rencana jahat dalam hatinya. Ketika si jahat mendapat tempat di hati, dia menuangkan banyak sekali hal yang jahat. Ia memberikan kelicikan , pemberontakan, keserakahan dalam hati. Dia membuat hati kita tidak peka terhadap dorongan Roh Kudus. Allah ingin kita memperhatikan dan menjaga hati kita. Kita tidak bisa menjaganya dengan kekuatan kita sendiri. Allah hanya meminta kepada kita untuk menurut pada Roh Kudus, mencodongkan hati kita pada keinginan Tuhan, diisi oleh kebaikan Tuhan, membiarkan Tuhan menjadi Tuhan di hati kita.

                Di keluarga kami ada kebiasaan rapat keluarga kecil. Ketika ada sesuatu untuk dibicarakan, maka diadakan rapat. Suatu kali suami saya yang juga papa anak-anak mengajukan rapat menjelang pergantian tahun. Topiknya sharing apa yang menjadi pengalaman seahari-hari dengan Tuhan dan anggota keluarga lainnya. Pada waktunya, setelah saya dan suami yang sharing tentang beratnya pelayanan, anak-anak pun membagikan pengalaman mereka. Anak yang kedua berkata, “Aku belajar satu hal. Waktu saya ingin mencari pacar, mama ingat saya bicara dengan mama? Ma, saya suka dengan siapa saja. Di antaranya ada yang paling saya suka. Dia tahu saya suka dia. Tapi saya berkata kepadanya, ‘Saya tidak akan masuk pacaran, kita doakan dahulu’. Dia anak pendeta. Aku mau Tuhan pegang dulu hatiku. Karena kalau hatiku terpegang Tuhan, maka hal lain akan menjadi benar.” Ketika ia berbicara, saya tahu arahnya kemana. Kokonya mengatakan, “Iya Pa. Apa yang ingin kita sampaikan : papa gelisah dengan pelayanan, mami jadi ikut gelisah. Tapi saya ingin sampaikan ke papa dan mama satu hal. Seperti pengalaman kita, saya yakin satu hal, kalau hati kita dipegang Tuhan, maka bila kita pegang yang lain akan menjadi benar. Papi tidak usah pusing, gereja dan pelayanan adalah milik Tuhan. Seperti papi sering mengingatkan kita. Tugas kita adalah setia. Yang penting hati harus benar. Karena kalau hati terpegang Tuhan, maka kita akan jadi benar dalam hidup ini.” Papinya sampai terdiam. Papinya lalu berkata, “Aduh, Puji Tuhan sekali kalian bisa bicara seperti itu!”

                Bila hati telah diserahkan kepada Tuhan, Tuhan akan atur banyak hal dan damainya ada di sana. Kebaikan Nya akan mengalir dari sana. KesucianNya akan menyucikan hati kita. KemurahanNya akan mengalir dari sana juga. Tuhan menginginkan tempat itu. Setiap hari, setiap saat dan setiap inci nya diperebutkan Tuhan dan si jahat. Kemana kah hati kita mengarah saat ini? Kepada Tuhan? Atau kepada ilah yang lain? Ilah yang lain bisa muncul dalam berbagai bentuk : harta, orang yang dikasihi, ego kita, barang-barang milik kita. Cara mengujinya mudah. Hati kita melekat kepada apa? Apa yang membuat kita tidak bisa tidur? Apa yang bila tersentuh kita tidak bisa tidur? kita hidup di dunia, kita bisa gunakan pengalaman hidup dan memiliki yang terbaik? Tetapi kalau hati melekat kepada Tuhan, maka kita akan meletakkan semuanya di tempat yang benar. Dan kita tidak membiarkan hati disusahkan olehnya.

Biarkan Tuhan yang Menjaga dan Mengendalikan Hati Kita

Saat ini semua orang sedang sibuk dengan program pemerintah Tax Amnesty. Banyak yang bertanya,”Shi mu kalau kita tidak mau laporkan harta kita, saya mau bawa pulang harta saya dari Hong Kong, bisa tidak uangnya saya masukkan saja ke brankas yang besar?” Dalam hati saya bertanya,”Ini perlu dikonseling atau dikhotbahkan?” Saya berkata,”Ini saatnya untuk tidak menyembunyikan harta dan uang. Kecuali uangnya tidak dipakai (hanya untuk dilihat). Kalau tidak, suatu saat dibelanjakan atau dijadikan warisan / hibah akan ketahuan uang dan hartanya. Ini saatnya kita melihat apakah hati kita melekat pada hal-hal yang bukan Tuhan. Kita orang Tionghoa disebut sebagai orang yang sangat suka uang. Ada yang setelah menjadi orang Kristen tidak juga berubah. Saya baru saja membesuk seorang ibu yang baru menjalani operasi tempurung lutut dan masih duduk di kursi roda. Ibu ini bercerita, “Saat saya turun dari pesawat, menantu laki-laki saya membawa kursi roda dari gereja. Saya bertanya , ‘Ini kursi roda siapa?’ dan ia menjawab, ‘Dari gereja!’ Malu-maluin saja membawa kursi roda dari gereja. Memang tidak ada uang untuk membeli kursi roda?” Ibu ini kemudian minta dibelikan kursi roda sambil marah-marah. Ia juga menjalani terapi di Malaka dan ibu ini berkata bahwa dokter yang menerapinya jahat. Saya katakan, “A-yi dokter itu mau a-yi sehat.” Ia pun membalas,”Ia mau uang saya. Dia harus baik-baik dengan saya. Tidak boleh marah-marah begitu dengan saya. Saya punya uang memang kenapa?” Saya hanya bisa mengatakan,”A-yi sudah mulai sehat karena bisa marah-marah.” Orang Tionghoa melihat uang sebagai hal yang begitu luar biasa. Mungkin hati kita sangat melekat kepada uang. Ia mengalirkan hidup yang sepertinya berkuasa bukan karena Firman. Ia mengalirkan tinggi kehidupan manusia namun bukan ditinggikan Tuhan. Ia mengalirkan hidup yang angkuh karena orang yang memiliki merasa punya banyak uang. Namun Tuhan menginginkan agar hati seperti ini diubahkan. Sebagai murid-murid Tuhan dengan bertambahnya usia seharusnya kita semakin lembut. Dengan umur bertambah hati harus menjadi semakin baik dan bersih. Semua itu akan terjadi jika Tuhan yang mengendalikan hati kita. Kiranya Tuhan menolong kita untuk menolong membiarkan Dia menjaga dan menempatkan hati kita sehingga hidup kita menjadi berkat buat siapapun yang hidup di dekat kita dalam  keluarga, gereja dan di tempat kerja. 

Monday, September 5, 2016

Belajar Menjadi Murid Yesus


Pdt. Hery Kwok

Yoh 1:43  Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!"
Yoh 15:16  Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
1Tim 4:6 Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini.
1 Tim 6:3  Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat  —  yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus  —  dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita,

Pendahuluan                                                                                                                             

Ada beberapa nats Alkitab yang dikutip untuk tema hari ini yakni :
- Yoh 1:43 Rasul Yohanes menulis bagaimana Yesus memanggil salah satu muridnya.
- Yoh 15:16. Ayat ini pernah diucapkan oleh seorang supir non Kristen di Gereja Kristen Ketapang. Dia mengatakan menjadi murid Kristus dipilih oleh Allah bukan manusia. Kalau yang mengatakan hal tersebut orang Kristen, aktifis, atau majelis saya tidak heran, tetapi kalau yang mengatakannya orang non Kristen saya jadi terheran-heran. Yesus berkata dengan jelas kepada Filipus,”Ikutlah Aku”. Kita menjadi murid Tuhan Yesus karena wibawa dan otoritas dari Allah bukan karena kita. Rasul Paulus berkata bahwa Timotius akan menjadi pelayanan Kristus yang baik kalau mengingatkan orang lain, saudara lain, orang yang mengenal Kristus agar belajar tentang pokok iman dalam ajaran yang sehat yaitu Firman Tuhan.
- 1 Tim 4:6 Rasul Paulus memberi penekanan agar murid membuahkan murid yang lain .
- 1 Tim 6:3 Seorang murid Tuhan Yesus harus mengikuti perkataanNya dan hidup sepadan.

Apa konsep Anda tentang menjadi murid Yesus?

                Menjadi murid Tuhan Yesus adalah istilah yang dipahami dan tidak asing. Sejak kecil (Sekolah Minggu) kita diajarkan menyanyi lagu “Aku Laskar Kristus” yang adalah murid Kristus. Nyanyian ini mengingatkan bahwa kita adalah murid Kristus sehingga istilah murid Kristus sudah tidak asing. Berangkat remaja/pemuda, kita diingatkan oleh lagu “Saya Mau Iring Yesus”. Sedang konsep kita apa menjadi murid Yesus? Tokoh religius India, Mahatma Gandhi, tidak mau menjadi orang Kristen karena melihat perirlaku orang Kristen (murid Kristus) yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Gandhi memuji ajaran Yesus Kristus sebagai bagus dan luar biasa, tapi ia tidak mau menjadi murid Kristus bukan karena Firman Tuhan atau tokoh Yesus Kristus, tetapi karena pengikutnya (murid Kristus). Ini sesuatu yang sangat ‘menampar’ orang Kristen.

                Kita bisa memahami mengapa Rasul Paulus sedemikian militan dan kuat? Mengapa Rasul Yohanes mau dikucilkan di Pulau Patmos, Rasul Yakobus mati sahid, Rasul  Petrus mati dengan posisi terbalik, rasul-rasul lain dan orang-orang lain mau menderita sampai mereka memberikan dirinya untuk dibunuh. Martir pertama, Stefanus bukanlah seorang rasul tetapi ia telah membuktikan diri sebagai murid Kristus yang sejati dan berani membayar harga dari pengakuan dan keyakinannya bahwa ia adalah murid Kristus. Kita mengalami kesulitan untuk memahaminya karena  konsep kita dalam belajar. Apa tujuan kita menyekolahkan anak kita? Ada yang berkata anak bersekolah agar tidak bodoh karena kalau bodoh tidak bisa bekerja dan mencari uang, tidak bisa menikmati hidup enak dan akan menyusahkan diri serta orang lain. Maka saat belajar, kita selalu menekankan tingkat pengetahuan semata (hanya pengetahuan yang menjadi tujuan kita belajar). Hal ini  tidak sepenuhnya salah. Namun kalau hanya itu tujuan satu-satunya, maka kita tidak akan menemukan relasi antara ilmu dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam proses belajar sekarang  bisa saja murid tidak bertemu dengan guru karena bisa bertemu jarak jauh. Pada zaman sekarang yang didukung oleh teknologi yang canggih, kita bisa belajar dengan orang di Amerika, tutorial bisa didapat melalui konferensi jarak jauh atau pun universitas terbuka. Teman saya ada yang mengikuti sekolah lanjutan melalui universitas terbuka dan  tidak perlu terus tatap muka (cukup 1-2 kali). Jadi proses belajar sekarang tidak perlu lagi bertemu dengan guru terus menerus. Karena tujuan kita belajar agar dibekali kepintaran yang akan menolong agar menjadi orang yang bisa mencari uang, menghidupi diri sendiri dan keluarga (kalau sudah menikah dan menyekolahkan anak). Proses belajar dalam dunia sekarang seperti itu. Maka kita sekarang melihat orang-orang hebat dan jenius dalam pemerintah tapi berani korupsi dan mengambil uang rakyat. Sejak kecil orang diisi dengan konsep bahwa otak harus pintar dan nomor satu. Saat acara reuni dan melihat gurunya masih hidup, lalu para mantan siswa yang sudah sukses secara materi lalu mengumpulkan uang untuk membeli hadiah bagi sang guru. Relasi antara murid dengan guru hanyalah sebatas itu. Tujuan proses belajar seperti itu. Maka menjadi murid Kristus, konsepnya akan menjadi sama seperti itu. Banyak orang Kristen yang memuaskan otak hanya dengan Firman saja. Ini tidak sepenuhnya salah. Sayangnya pada proses ini tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perubahan hidup.

                Saat mengikuti seminar yang diadakan oleh GKKK unit Central Park yang dibawakan oleh Ev. Johni yang berlatar jurusan apologetik (pembelaan iman dijelaskan kepada orang non Kristen). Ia berbicara dengan topik yang sangat bagus. Apa relevansi doktrin Tritunggal dalam hidup kita (apa pentingnya doktrin itu)? Hanya untuk memenuhi pikiran kita? Allah saya begini loh. Misal : saya menjadi pendeta di gereja, di rumah menjadi suami dari Ev. Susan , dan bila diperlukan  menjadi supir. Apakah Allah seperti itu? Itu salah. Allah yang kita sembah , Allah Tritunggal, dengan pribadi masing-masing, Allah Bapa , Anak dan Roh Kudus (dalam pribadi masing-masing tidak terpisah. Hanya itukah yang menjadi pengetahuan teologia di kepala kita? Apa hubungan Allah Tritunggal dengan hidup kita? Tidak mungkin pengetahuan Tuhan tidak masuk dalam hidup kita. Konsep menjadi murid dalam Alkitab bagus sekali.

Konsep menjadi murid menurut Alkitab.

Kata murid ditulis dalam bahasa Yunani : Mathetes (disciple atau pelajar):
1.     Relasi antara guru dengan muridnya
Dalam pemahaman orang Yahudi dan Yunani yang belajar filsafat, seorang bisa dikatakan murid bila memiliki hubungan antara guru dengan muridnya yang tidak terbatas dalam proses belajar saja tetapi terus berkelanjutan. Dalam Kisah Para Rasul, semua murid (orang yang menjadi percaya) punya kondisi yang sehati satu dengan yang lain karena mereka punya relasi dengan gurunya dalam hal yang sama. Tidak ada murid yang tidak punya hubungan dengan gurunya. Relasi ini penting karena perjalanan murid dan guru merupakan perjalanan bersama-sama. Seperti kemana pun Yesus pergi , murid-muridNya mengikutiNya

2.     Proses yang dijalani seorang murid (pelajar)
Kata ‘murid’ menekankan adanya proses yang dijalani mruid untuk mengenal karakter dan ajaran gurunya dan dibentuk menjadi sama dengan gurunya. Apa yang ada dalam karakter gurunya harus ada dalam diri murid-muridnya. Para rasul mengalami perubahan dalam belajar mengenal Kristus. Dulu Paulus menentang Yesus dan bermaksud membunuh murid-muridNya. Tapi begitu menjadi murid Yesus dengan ajaranNya untuk mengasihi seroang akan yang lain dan menyaksikan kasih Yesus dalam hidupnya, maka Paulus pun berubah.

3.     Mengikuti
Dalam kata Mathetes ada pengertian mengikuti (tidak ada lagi yang kita tentang). Tidak ada yang kita pertahankan, kemauan saya ada di dalam dia. Saat orang menikah dan mau ikut berarti menanggalkan diri. Suami dan istri kalau tidak menanggalkan ego, rumah tangga bisa tenggelam. Maka mulailah bertemu dengan pribadi yang berbeda dan saya berkomitmen mengikuti dia. Kemana guru pergi, walau tidak mau, di sanalah saya harus ikut. Tidak ada konsep : Tuhan saya maunya begini. Tuhan tidak melayani hamya saat senang. Tetapi banyak orang Kristen yang mengaku muridNya tidak begitu, kalau tidak suka atau enjoy tidak pelayanan dan beribadah. Kita hidup dalam zaman seperti ini, untuk menjadi murid pengikut Tuhan.

4.     Seorang yang menjadi murid kemudian membuat murid (pemuridan).
Murid memuridkan orang lain.  Maka rasul memuridkan orang lain. Timotius murid dari Rasul Paulus. Dan Paulus meminta Timotius mengajar orang yang cakap

Menjadi murid...

Dalam konsep orang Yunani
Seorang yang senantiasa mengikuti gurunya dan mengalami proses pembelajaran sampai proses pengujian sehingga akhirnya dapat memiliki murid yang belajar dari dirinya (menghasilkan murid). Perubahan yg terjadi dari seorang yang menjadi Murid Kristus : mengalami pertumbuhan iman yang diwujudkan (dibuktikan) dalam mentaati Firman Tuhan.
Kalau mau menjadi murid Yesus tapi tidak rindu memuridkan maka kita tidak berani mengatakan kita seorang murid. Maka ktia berkonsetnrasi ke penginjalan dan pemuridan agar memahami menjadi murid. Dengan menjadi murid terjadi perubahan dalam diri orang itu. Murid itu mengalami pertumbuhan imannya. Imannya kepada Kristus makin nyata setiap hari dengan mentaati firman. Murid yang mentaati iman akan memiliki pertumbuhan iman dengan gurunya. Jemaat yang sedang bergumul dengan masalah jangan mencari jalan pintas. Kalau mengalami kesulitan ekonomi, jangan pikir Tuhan mau apa dalam diri saya. Pertumbuhan iman apa yang Engkau kehendaki? Kalau tidak terjadi, maka  tidak bertumbuh dalam iman. Walau anak/istri/suami bermasalah, studi bermasalah, pergaulan bermasalah maka pikirkan apa yang Tuhan mau. Itulah murid. Mencari pasangan / teman hidup mudah sekali. Apalagi populasi orang di dunia lebih banyak perempuan. Kita bergumul dengan baik dengan mentaati iman. Seorang murid mengalami pertumbuhan iman dalam pendidikan dalam konsentrasi ini.

Proses menjadi murid Kristus dalam hubungan pribadi antara murid dengan gurunya

1.     Seorang murid akan mengajukan pertanyaaan terus-menerus kepada gurunya bagaimana cara mengikut Yesus.
Dalam doa malam, saya dan shi mu terus meminta agar Tuhan memberi petunjuk dan kehendakNya  kepada kami dalam mengajar jemaat di GKKK Mabes. Majelis dan teman dekat mu-shi mengerti kesulitan dalam menggembalakan. Kalau tidak ada hubungan dengan Tuhan dan Kristus tidak nyata dalam hidupmu itu bukan murid Kristus.
2.     Seorang murid akan belajar dari perkataan-perkataan Yesus.
Seorang murid Kristus mempunyai kecintaan untuk membaca Firman Tuhan setiap hari. Sehingga saya minta dibuat program untuk anak-anak  Sekolah Minggu agar rindu membaca Alktiab setiap hari walau tidak mudah kasih reward dll. Kalau membaca Firman Tuhan sudah merasuk dalam kehidupan, maka yang dipikirkan adalah Firman Tuhan.
3.     Seorang murid akan belajar dari cara Yesus melayani.
Ini tingkatan yang lebih tinggi. Mengapa orang Kristen yang percaya dibawa untuk melayani dia? Kalau ada yang bilang susah melayani karena sibuk, sesungguhnya paradoks. Tuhan yang memberi kesibukan, pekerjaan , bisnis. Apa harus ditarik Kistus baru melayani Tuhan? Saya banyak bertemu oang yang sudah collapse atau di kursi roda baru mau melayani Tuhan.
4.     Seorang murid akan mengimitasikan (menirukan / sama seprti ..) hidup dan karakter Yesus. Seperti pada Roma 8  di mana Rasul Paulus memberitakan bagaimana Allah memilih kita berdasarkan kerelaan hatiNya dan memprosesnya. Dia menjadi kepala dari orang tebusan. Kita diminta untuk melakukan supaya sama dengan karakter Tuhan Yesus. Mahatma Gandhi (1869-1948) tidak mau menjadi Kristen karena  melihat perilaku orang Kristen yang tidak mengikuti ajaran Yesus.
5.     Seorang murid akan menemukan dan mengajar murid-murid yang lain demi Yesus.

Penekanan Injil tentang menjadi Murid
Matius :
Konsep pemuridan dikaitkan dengan pengutusan. Setelah murid-murid memahami ajaranNya maka Tuhan Yesus memberi perintah “Jadikanlah muridKu” (Mat 28:19-20).

Markus :
Seorang murid sekaligus merupakan pelayan yang ditebus sehingga penekanan yang penting adalah kerendahan hati seorang murid. Kita harus mau dibentuk dan diproses. Ini sulit karena dalam zaman post-modern, orang punya konsep bahwa dirinya paling benar sehingga kalau dinasehati (bahkan oleh pendeta) akan dilawan. Markus : engkau seorang murid dan pelayan, engkau mau diajar, ditegur dan dibimbing melalui Roh Kudus , Hamba Tuhan, pembina rohani, orang tua kita. Ev. Bejo Lie M.Th. dalam relasi antara Anak, Bapa dan Roh Kudus pada konsep Tritunggal, Yesus sepertinya berperan di bawah Bapa walau setara di mana Ia mau merendahkan diriNya.  Bahkan seorang pendeta juga perlu diajar dan diberi petunjuk tentang kelemahannya walau tidak mudah menyikapinya. Begitulah proses yang dikatakan Markus tentang seorang murid harus belajar.

Lukas :
Jalan yang harus ditempuh oleh seorang murid bukanlah jalan yang mudah tetapi jalan yang penuh pengorbanan. Seorang murid bukan saja hanya tahu apa yang dikatakan oleh gurunya tetapi juga memilih berada di jalan gurunya. Langkah ini yang akhirnya akan menghasilkan buah yang konsisten dengan jalan yang dipilih oleh murid Kristus. Mengikut Kristus susah, harus menyangkal diriBarangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (Mat 10:37)

Yohanes :
Murid yang mengikut Yesus memiliki banyak kekurangan (terikat dosa). Karena itu penekanan menjadi murid Kristus berarti diberi kesempatan untuk bebas dari ikatan dosa. Tuhan Yesus berbicara ke Nikodemus untuk dilahirkan kembali. Prosesnya harus meninggalkan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Juga kepada perempuan yang kedapatan berzina, Tuhan Yesus berkata, "Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." (Yoh 8:11)

Kesimpulan :
1.     Saat kita mengaku percaya dan mengambil keputusan untuk dibaptis maka kita menyatakan kepada dunia bahwa kita adalah murid Tuhan Yesus.
2.     Apakah perjalanan kita sebagai murid yang mengiring Yesus telah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Guru Agung kita yaitu Tuhan Yesus Kristus. Sudah berapa tahun kita menjadi orang Kristen? Apakah kita sudah benar-benar melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan? Saat meninggal, apakah sebagai murid Tuhan Yesus kita berani berjumpa dengan Guru?