Monday, April 30, 2018

Allah Mengubah Kesulitan Menjadi Kemenangan

Ev. Martin Manurung

Kejadian 50:15-21
15  Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya."
16  Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: "Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan:
17  Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu." Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya.
18  Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: "Kami datang untuk menjadi budakmu."
19  Tetapi Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah?
20  Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
21  Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga." Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya.

Pendahuluan

              Sekarang ini sedang ramai film “Avenger : Infinity War”. Film fiksi yang menggabungkan cukup banyak pahlawan adi (super hero) melawan Thanos, sang penjahat! Ironisnya pada akhir film penjahatnya menang. Terkadang saya ingin melihat dalam suatu film, kejahatan menang untuk sementara waktu karena ada pemahaman yang keliru dalam memandang kesulitan dan kemenangan. Mari kita melihat Kejadian 50:15-21 (hidup Yusuf, sebuah kisah penderitaan dan pemeliharaan).
              Setelah membacanya kita tahu jalan ceritanya yakni Yusuf bermimpi dua kali. Mimpi pertama adalah tentang berkas-berkas gandum Yusuf yang tegak berdiri, lalu datanglah berkas-berkas gandum saudaranya yang sujud menyembah berkas-berkas gandum Yusuf. Pada mimpi kedua matahari (=ayah Yusuf), bulan (=mama Yusuf) dan sebelas bintang (ke-11 saudaranya) menyembah Yusuf. Selanjutnya saat menjadi budak di Mesir, Yusuf berhasil mengartikan mimpi Firaun. Ada 2 mimpi Firaun yakni Firaun melihat tujuh sapi yang sangat kurus seperti tulang berlapis kulit memakan habis sapi-sapi yang gemuk dan pada mimpi yang kedua Firaun melihat bulir-bulir gandum yang kurus menelan habis ketujuh bulir gandum yang bagus. Semua kisah ini sudah ditulis dengan lengkap di Alkitab sehingga kita sudah tahu akhirnya. Tetapi Yusuf yang menjalaninya tidak mengetahuinya. Saudara – saudaranya menjualnya kepada orang Ismail dan kemudian Yusuf menjadi budak di tanah Mesir. Di tempat majikannya (Potifar) Yusuf difitnah oleh istri Potifar yang ingin mengajaknya berzina sehingga akhirnya Yusuf di penjara. Yusuf juga berhasil mengartikan mimpi juru minuman yang kemudian lupa membalas budi dengan menolong Yusuf ke luar penjara. Yusuf tidak tahu akhir ceritanya dan hanya menjalankannya. Sedangkan kita yang membaca kisahnya di Alkitab tahu bahwa akhirnya ia mengalami kemenangan dengan menjadi pemegang kuasa atas seluruh Mesir di bawah Firaun dan hidupnya berakhir bahagia.

Apa itu “KEMENANGAN” bagimu ?

Apa konsep tentang memandang kemenangan dalam hidup ini? Ada pelajar yang menganggap kemenangan adalah bila ia lebih pintar dari yang lain atau mendapat nilai tinggi (top score atau ranking). Ada karyawan yang mengartikan menang sebagai memiliki penghasilan yang tinggi. Ada orang yang menikah merasa bermenangan bila punya istri yang cantik, anak yang pintar, mobil dan rumah mewah. Ada pemilik perusahaan (bos) yang menterjemahkan “menang” bila perusahaannya memiliki banyak cabang atau ia memiliki banyak perusahaan. Kita didorong untuk  memiliki pengertian atas natur kemenangan dalam konsep kejayaan, kekuasaan dan kekayaan. Thanos (penjahat dalam film Avenger : Infinity War) sudah menawarkannya dan sebelumnya Iblis juga sudah menawarkan hal tersebut kepada Yesus. Demikian juga dengan Adam dan Hawa yang ditawarkan iblis untuk menjadi seperti Allah. Kemenangan seperti itulah yang dijual hari ini termasuk di gereja. Para motivator juga mengajarkan hal yang sama seperti 5 Langkah Menuju Sukses, Anda Dilahirkan untuk Sukses, Think and Grow Rich, The 7 Habit of Highly Effective People, The Magic of Thinking Big. Bahkan konsep seperti ini juga sudah masuk ke dalam gereja. Sehingga ada undangan kebaktian seperti “Tujuh Cara untuk Mendapatkan Berkat Allah (Menjadi Kepala Bukan Ekor)”, "Terima Pemulihan & KuasaNYA”, “Hadirilah KKR Kesembuhan Ilahi”. Sekarang kita banyak diprovokasi dengan konsep kemenangan bahwa “Dalam kehidupan yang sangat kompetitif ini, saya menang kalau saya mendapatkan semua hal”.
              Anak saya yang bersekolah di Singapore juga diajarkan  bahwa “aku harus menang dari kamu”. Ini konsep sukses yang diajarkan oleh dunia dan ironisnya kata “sukses” tidak ada di Alkitab. Alkitab justru banyak bicara tentang air mata dalam memadang konsep kemenangan. Apakah seharusnya kita menang? Berapa banyak kisah seperti Yusuf yang menang sampai pada akhirnya? Banyak tokoh Alkitab yang tidak menang sampai akhirnya. Kita juga melihat kesulitan , kematian, penderitaan, kehilangan, kegagalan dll justru banyak dialami oleh (dekat dengan) banyak tokoh Alkitab.
              Salah satu teolog bernama Pastor Charles R. Swindoll (1934), dalam bukunya Improving Your Serve, halaman 211-213 mengatakan ada ukuran standar hidup dengan skala kesulitan sebagai berikut :
  1. Kematian pasangan hidup …………………………………………………………………………. 100 (paling sulit)
  2. Perceraian ........................................................................................................ 73
  3. Berpisah dengan pasangan hidup ..................................................................... 65
  4. Ditahan di penjara atau institusi lainnya .......................................................... 63
  5. Kematian salah satu anggota keluarga dekat  .................................................. 63
  6. Mengalami penyakit atau kecelakaan yang parah  ........................................... 53
  7. Menikah ............................................................................................................ 50
  8. Dipecat dari pekerjaan ...................................................................................... 47
  9. Rujuk kembali dengan pasangan nikah ............................................................. 45
10.    Pensiun .............................................................................................................. 45
11.    Perubahan besar dalam tingkah laku dari salah satu anggota keluarga …………. 44
12.    Hamil  ................................................................................................................. 40
13.    Mengalami masalah seksual .............................................................................. 39
14.    Memperoleh anggota keluarga baru (misal: adopsi, kelahiran, dll.) ................. 39
15.     Perubahan besar dalam kondisi keuangan........................................................ 38
16.    Kematian seorang teman dekat ......................................................................... 37
17.    Putera atau puteri yang meninggalkan rumah (misal: menikah, kuliah, dll.) .... 29
18.    Masalah mertua – menantu .............................................................................. 29
19.    Masalah dengan atasan ..................................................................................... 23
20.    Perubahan besar dalam jam kerja atau kondisi kerja ........................................ 20
21.    Pindah rumah ..................................................................................................... 20
22.    Pindah sekolah ................................................................................................... 20
23.    Berlibur .............................................................................................................. 13
24.    Hari Natal ........................................................................................................... 12
25.    Pelanggaran hukum ringan (misal: ditilang dll) .................................................. 11

Semua aspek hidup kita diliputi dalam hal di atas. Julius Caesar mengatakan,”Lebih mudah menemukan orang yang bersedia mati dengan sukarela daripada menemukan orang yang bersedia menahan kepedihan dengan sabar”. Tidak ada seorang pun yang siap dan rela menderita. Bahkan Tuhan Yesus pun di Taman Getsemani berdoa, “"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku”. Kesulitan pasti merupakan efek dari dosa. Ada efek yang karena salah manusia dan ada yang Tuhan ijinkan. Di sini saya akan fokus pada kesulitan yang karena Tuhan jinkan (kalau yang karena dosa tinggal bertobat). Tetapi mengapa Tuhan ijinkan,  itulah misteri. Pertanyaan semua orang adalah,”Why me?” (mengapa aku yang mengalami?). Kemarin saya membawa anak-anak sekolah saya ke panti asuhan milik pemerintah di Tanggerang. Penghuninya adalah anak-anak yang dibuang oleh keluarga. Mereka ada yang cacat mental ,ada yang kepalanya besar, tidak bisa membaca dan lain-lain. Pertanyaan eksistensialis dari remaja, “Kalau Tuhan baik mengapa ada anak seperti ini?” “Mengapa? Keluarganya kan tidak salah?”. Pertanyaan ini cukup akrab dengan kita.

Saat ada ‘orang baik’ mengalami kesulitan hidup acapkali orang ateis menyerang kekristenan,”Kalau Dia baik kenapa ada kejahatan dan penderitaan?” Ada sebuah kisah nyata di blog dari seorang ibu yang berjudul “Saya seorang ibu yang berduka” yang ditulis di Bandung, 16 Mei 2008. Blognya didedikasikan sebagai pengingat kehidupan singkat anaknya sekaligus tempat untuk mengusir kepedihan hatinya.  Ia adalah seorang ibu yang berdukacita karena kehilangan putranya, Johan Imanuel yang hanya berusia 2,5 tahun. Johan lahir prematur dan memiliki kelainan yang disebut atresia esofagus murni (EA tipe A), di mana saluran bagian atas dan bawah kerongkongannya terputus. Johan menjalani enam operasi besar untuk memperbaiki kerongkongannya: sekali ketika ia berusia kurang dari 24 jam dan lima lainnya ketika ia berusia antara 1,5 dan 2 tahun. Ia  berhasil lolos beberapa kali dari bayang-bayang kematian karena komplikasi pada fase pasca operasi. Para dokter akhirnya berhasil menarik perutnya ke dalam diafragma (perut Johan ada di dalam dadanya). Kemajuan tampak menjanjikan ketika dia bisa makan bubur halus sampai dia mengalami penyumbatan usus (ileus) beberapa bulan kemudian yang disebabkan oleh infeksi parah. Ileus sendiri belum tentu terkait dengan EA-nya karena bisa terjadi pada siapa saja. Namun “bentuk” baru dari sistem pencernaannya dan juga kondisinya yang belum sepenuhnya pulih dari serangkaian operasi memperburuk situasi. Dia memuntahkan kotoran cair yang membanjiri paru-parunya. Putra satu-satunya yang selalu dikenang oleh orang tuanya sebagai pejuang yang baik pun menghembuskan nafas terakhirnya di depan mata orang tuanya. Berikut petikannya.

Kudekap erat anakku di tepi Kolam Betesda, di Yerusalem di dekat Pintu Gerbang Domba. Sekelilingku berbaring sejumlah besar orang sakit : ada yang buta, timpang & lumpuh. Kami menantikan malaikat Tuhan turun ke kolam dan menggoncangkan air itu sewaktu-waktu ; barangsiapa terdahulu masuk ke dalamnya menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya.
O betapa kurindukan tiba waktuku tuk membawa masuk anakku ke kolam itu, ketika bergolak-golak riuh airnya. Tetapi telah hampir dua setengah tahun kucoba tak pernah kuberhasil menjadi yang terdahulu. Ketika kumenuju, orang lain telah sampai dahulu. Pesaing-pesaingku terlalu kuat bagiku….
Tapi hai lihat siapa yang datang…!! Dari jauh kulihat lelaki muda berjenggot, berjubah putih. Dengan wajah penuh kasih Dia dekati Simon (nama ini diambil untuk mewakili tipikal nama laki-laki Ibrani) , yang lumpuh sudah tiga puluh delapan tahun. “Maukah engkau sembuh?” sayup-sayup terdengar lembut suaraNya. Kudengar Simon menggumamkan sesuatu, “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah !” kata lelaki itu berwibawa. Dan hai, tak dapat kupercaya yang kulihat !! Simon mengangkat tilamnya dan berjalan, menari, berjingkrak !! Kugosok2 mataku, Tuhan Maha Besar… ini nyata !!
“Siapa gerangan Dia ?!” tanyaku dengan mulut ternganga
“Dia Yesus !!” seseorang di kerumunan berseru. Yesus… nama itu sering kudengar. Kata orang Dia sudah buat banyak mujizat. Yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, yang tuli mendengar, bahkan yang mati dibangkitkan. Ada yang bilang Dialah Mesias, Anak Allah yang hidup.
“Nak, akhirnya Tuhan melawat kita !” seruku, penuh harap kutatap buah hati di pelukanku
“Jangan takut, hari ini kamu akan sembuh!”Terseok kugendong tubuh lemah anakku, kucoba terobos lautan manusia, meringsek tuk dekati, tuk tersungkur di kakiNya.
“Rabuni, kasihanilah kami… Rabuni, kasihanilah kami…!!” sekuat tenaga kuteriak mengiba
“Rabuni tolonglah… jamah & sembuhkan anakku !!”“Rabuni…  Rabuni… jangan lalui kami !!!”
Tetapi sia-sia jeritanku…Dia telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak tanpa menyapa, tanpa menoleh, tanpa peduli. Jatuhku terinjak-injak kerumunan yang mengejarNya. Kupandang nanar semata wayangku yang tak lagi bernafas di rengkuhanku. Nyeri dadaku… tangis pilu memecah. “Rabuni…. mengapa hanya Simon ?!!!”
  
              Saat menghadapi kesulitan demi kesulitan, kita ingin mencari painkiller karena tidak ada yang siap dan suka dengan pain (sakit). Saat menderita sedikit sakit kepala, kita tinggal mencari obatnya. Kita ingin cepat sembuh (tidak ingin sakit). Ada teman saya yang suka gymn namun selama seminggu tidak masuk karena sakit difteri. Sekarang ada obat yang lebih mahal tapi bisa mencegah dengan pain-killer nya banyak. Sejak kecil banyak yang sudah diberi pain killer. Dalam memandang kesulitan terkadang kita berkata,“Tuhan kalau bisa semua lalu”.

Bagaimaan sekarang kita memandang Allah?
              Benarkah Allah selalu menginginkan agar akhir dari hidup berupa kemenangan? Untuk Yusuf benar. Tapi apa defisini menang? Kadang saya mengakui dan menyadari hal itu sebagai misteri . Ada tokoh Alkitab yang sampai akhir hidupnya, kemenangannya tidak sesuai dengan konsep dunia. Di Perjanjian Lama ada nabi yang menangis. Karena segala nubuat Tuhan tidak membuat Israel bertobat. Apakah akhir kisah hidup Musa berupa kemenangan dan ia mewarisi tanah perjanjian? Tidak! Padahal Musa sudah dipakai secara luar biasa oleh Tuhan. Kalau kita mengharapkan kesembuhan sebagai tanda mujizat itu terkadang bukan solusi dari Tuhan. Rasul Paulus yang hidupnya dekat dengan Tuhan dan pelayanannya luar biasa, tetapi Tuhan berkata,”Paulus-Pualus, kamu tidak akan sembuh! Duri dalam dagingmu akan selalu ada, tetapi cukuplah. Kasih karuniaKu akan menyertaimu.” Kemenangan konsep Kristen adalah bagaimana Allah memandang konsep kesulitan itu? Dalam kekristenan Allah menginginkan sebuah konsep relasi. Allah mau kita bertumbuh seperti lirik lagu Serahkanlah.

Apakah kau payah mencari-cari? Dan apakah Kau payah berkeliling?
Bawalah sekarang segala susahmu pada kaki Yesus letakkanlah!
Serahkanlah... Serahkanlah! Serahkan pada Yesus, segala beban yang menindih hidupmu
Serahkanlah... Serahkanlah! Serahkan pada Yesus, Dia kan ganti segala duka menjadi suka
Tak pernah Dia janji selalu kan panas dan tak pernah Dia janji hanya ada hujan
Tapi Dia janjikan memberi kekuatan. Bila topan ganas melandamu

Melihat dari Perspektif ALLAH “RELASI”

Kekuatan yang Tuhan beri dalam relasi itulah yang akan Tuhan sediakan. Hidup kita adalah hidup yang konsep kemenangannya adalah  Allah mau saya bergantung padaNya, Allah mau  dalam kesulitan itu aku sebagaimana imanku. Haruskah kuakhiri hidup ini? Haruskah kutetap percaya Allah yang katanya baik itu?  Di dalam konsep itu, Alkitab dengan jujur dan alami mewakili semua tipe manusia. Di dalam kemahatahuan Allah, tidak ada seorang pun menjadi penasehat Allah. God is Omniscient, He Has Perfect Knowledge. Di dalam kemahatahuan Allah tidak perlu Allah dinasehati. Ia tahu kapan yang terbaik. Bagi orang tertentu ada pelangi sehabis hujan, ada kemenangan demi kemenangan. Tetapi bukankah kemenangan adalah bagaimana kita semakin mempercayai Allah, itu yang Allah inginkan dalam hidup kita.
              Grudem mengatakan bahwa Allah tidak pernah berubah dalam keberadaan, kesempurnaan, tujuan, dan janjiNya. Namun Allah benar-benar bertindak dan merasakan secara berbeda dalam menanggapi situasi yang berbeda (God is unchanging in his being, perfections, purpose, and promise, yet GOD does act and feel emotions, and he acts and feels differently in response to different situations). Allah tidak bisa berubah tujuanNya. Allah tahu mengapa kita menderita walau kita tidak tahu alasannya. Sampai nantinya kita baru mengerti begitu. Demikian pula dengan Ayub. Kesulitan bisa Allah ganti dengan kemenangan.

Saya punya alasan meragukan Allah yang hidup. Saya punya kakak yang menderita ayan (epilepsy). Saat sedang kumat, serangannya seperti kejuatan listrik dan akhirnya ia pun tumbang. Kata mama ia mengalaminya sejak usia 5 tahun. Orang dulu tidak terlalu tahu cara menanganinya dengan tepat. Sehingga seringkali sebagai adiknya, saya merasa terganggu. Misalnya kalau di kantor ada serangan mendadak dan membahayakannya, maka saya harus menjemputnya ke kantor. Saya kadang merasa malu saat ditanya,”Mengapa dengan kakakmu keluar busa-busa seperti itu. Gila ya? Kerasukan ya?” Pertanyaan yang membuat hati saya terluka. Saya bertanya,”Mengapa Tuhan?” Sebelum SMA saya tidak menerima pendapat bahwa Allah itu baik walau saya sudah bergereja. Setelah saya betobat ada KKR penyembuhan dan pendeta-pendeta ‘hebat’ datang ke kota saya di Pekan Baru. Saya bawa kakak saya yang sudah percaya tapi tidak sembuh-sembuh. Karena itu saya menghakimi kakak saya sebagai kurang beriman.  Saya bertanya,”Tuhan aku kurang iman apa?” Saya sudah bertobat, membaca Alkitab  dan percaya tapi tidak sembuh. Sampai hari ini kakak saya tidak total sembuh walau berkurang frekuensi kumatnya. Tapi kalau datang serangan (bisa dipicu oleh mens yang mempengaruhi hormon atau stress), terkadang saya berpikir,”Di mana kemenanganku?” Apakah saya harus berhenti berdoa?  Namun pengalaman hidup saya membuktikan bahwa saya percaya kepada janjiNya. Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka (Maz 147:3). Saya tetap mempercayai janjiNya walau penyakit epilepsy kakak saya tidak sembuh sampai hari ini. Dalam kemenangan saya tetap tidak mau berhenti berdoa.
Ketika belajar naik monkey-bar di TK, anak saya tidak percaya. Dia berkata,”Nanti saya jatuh, papa”. Saya berkata,”Kamu tetap saja maju, melangkah, ayunkan badanmu.  Papa kan pasti menyambutmu”. Monkey-bar adalah sarana yang Tuhan kasih untuk melawan hal yang kadang merupakan kesulitan di depan saya. Tetapi apakah engkau masih berharap kepada Allah? Kekristenan tujuannya bukan mencapai semuanya. Kekayaan, harta dan kekuasaan bukanlah tujuan dari iman Kristen tetapi apakah ada iman dibumi? Benjamin Blech mengatakan dalam bukunya, If God is Good why is the World so bad  mengatakan “Kita hanya mati sekali, tetapi kita bisa saja menderita tanpa akhir.”  Tak terhindarkan bagi saya dan orang tertentu yang masih memiliki pokok doa yang sepertinya belum terjawab tetaplah berharap karena kita tidak tahu bagaimana Tuhan melakukannya. Tetapi Tuhan menginginkan ketekunan. Ketekunan itulah  yang menolong kita perdaya bahwa di tangan Tuhan semua bisa.

Tergantung di tangan siapa?
-        Bola basket di tanganku berharga Rp. 150.000. Bola basket di tangan Michael Jordan berharga 33 juta dollar (=Rp 4.95M). Tergantung di tangan siapa.?
-        Raket tenis di tanganku mungkin tak ada gunanya (‘raket nyamuk’ mungkin justru lebih berguna) . Raket tenis di tangan Pete Sampras/ Venus Williams menghasilkan kemenangan dalam kejuaraan dunia.  Tergantung ditangan siapa?
-        Tongkat kayu di tanganku dapat menghalau binatang buas / membunuh kecoa. Tongkat kayu di tangan Musa dapat membelah lautan luas. Tergantung ada di tangan siapa?
-        Umban di tanganku hanyalah merupakan mainan anak-anak. Umban di tangan Daud merupakan senjata yang dahsyat (untuk mengalahkan Goliat). Tergantung di tangan siapa?
-        5 roti dan 2 ikan dalam tanganku adalah Fillet O' Fish McDonalds. 5 roti dan 2 ikan di tangan Yesus dapat memberi makan ribuan orang. Tergantung di tangan siapa?
-        Paku di tanganku berguna untuk memasang hiasan dinding. Paku di tangan Yesus Kristus menghasilkan keselamatan bagi manusia berdosa. Tergantung di tangan siapa?
-        Segala sesuatu tergantung di tangan siapa? Di tangan ALLAH, tidak ada masalah yang BESAR!!!

Dalam menghadapi kesulitan, Tuhan bisa menyembuhkan dan bisa memberi kemenangan demi kemenangan, tetapi tinggal kita percaya apakah Tuhan menginginkan itu. Tuhan lebih memilih hati karena Dia adalah Allah yang membutuhkan trust and obey walau Tuhan belum selesaikan namun saya memiliki hati yang berkemenangan yaitu  kemenangan untuk percaya dan beriman sampai maut datang.

Penutup

Dalam video “Hanging on (留言)” yang disutradarai oleh Chau Man Leong (drama keluarga Hong Kong) untuk  mengingatkan “Tidakkah kamu mengingat betapa besar cinta ayah padamu?’ Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Ada seorang ayah di usia senjanya merindukan putrinya sepanjang waktu, berharap putrinya tersebut tak kelelahan bekerja dan menjaga dirinya. Di waktu yang bersamaan, putrinya tak pernah mengabaikan sang ayah dan menghabiskan waktunya bersama sang ayah walaupun ia cukup sibuk. Hingga suatu hari, saat ingin pulang ke rumah untuk memenuhi janjinya kepada sang ayah kecelakaan terjadi dan semuanya berubah. Sang ayah yang ditinggalkan putrinya merasa sangat sedih. Ia berusaha terus menghubungi provider (penyedia layanan) telponnya. Berkat kegigihannya dan kebaikan dari provider teleponnya, akhirnya ia memperoleh rekaman (voice mail) dari putrinya. Perjuangannya berhasil mengingatkan operator provider telepon dan atasannya untuk cepat-cepat pulang setelah selesai bekerja untuk menjumpai ayah mereka masing-masing.
Seorang Bapak mengalami penderitaan, namun dengan penderitaannya ternyata bisa menolong kemenenangan demi kemenangan untuk orang lain. Kalau Tuhan ijinkan kesulitan terjadi untuk meraih kemenangan yakni kemenangan untuk menolong orang lain, teladan iman yang diwariskan ke anak cucu. Kemenangan adalah ketika pengalaman kesulitan Tuhan bisa pakai untuk membuat saya lebih mencintai dan lebih mengasihi orang lain. Apakah kesulitan kita Tuhan bisa pakai bukan hanya untuk kemapanan atau kesembuhan tetapi juga untuk menolong orang lain?

Monday, April 23, 2018

Iman Mampu Melihat Allah Berkarya dalam Segala Hal





Ev. Susan Kwok

Yeremia 32:16-25
16   Sesudah kuberikan surat pembelian itu kepada Barukh bin Neria, berdoalah aku kepada TUHAN, kataku:
17  Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya, Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan lengan-Mu yang terentang. Tiada suatu apapun yang mustahil untuk-Mu!
18  Engkaulah yang menunjukkan kasih setia-Mu kepada beribu-ribu orang dan yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya yang datang kemudian. Ya Allah yang besar dan perkasa, nama-Mu adalah TUHAN semesta alam,
19  besar dalam rancangan-Mu dan agung dalam perbuatan-Mu; mata-Mu terbuka terhadap segala tingkah langkah anak-anak manusia dengan mengganjar setiap orang sesuai dengan tingkah langkahnya dan sesuai dengan buah perbuatannya;
20  Engkau yang memperlihatkan tanda-tanda dan mujizat-mujizat di tanah Mesir, sampai kepada waktu ini kepada Israel dan kepada umat manusia, sehingga Engkau membuat nama bagi-Mu, seperti yang ternyata pada waktu ini.
21  Engkau telah membawa umat-Mu Israel keluar dari tanah Mesir dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung dan dengan kedahsyatan yang besar.
22  Dan Engkau telah memberikan kepada mereka negeri ini, seperti yang telah Kaujanjikan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
23  Kemudian mereka memasuki dan mendudukinya, tetapi mereka tidak mendengarkan suara-Mu dan tidak berkelakuan menurut Taurat-Mu; mereka tidak melakukan segala apa yang Kauperintahkan kepada mereka untuk dilakukan. Sebab itu Engkau melimpahkan kepada mereka segala malapetaka ini.
24  Sesungguhnya, tembok-tembok pengepungan yang dipakai untuk merebut kota telah sampai mendekatinya; oleh karena pedang, kelaparan dan penyakit sampar maka kota itu telah diserahkan kepada orang-orang Kasdim yang memeranginya. Maka apa yang Kaufirmankan itu telah terjadi; sungguh, Engkau sendiri melihatnya.
25  Namun Engkau, ya Tuhan ALLAH, telah berfirman kepadaku: Belilah ladang itu dengan perak dan panggillah saksi-saksi!  —  padahal kota itu telah diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim."

Pendahuluan

              Tema hari ini “Iman Mampu Melihat Allah Berkarya dalam Segala Hal”. Tulisannya indah, bicaranya mudah, namun dalam kehidupan ini tidak mudah melihat bahwa Allah mampu berkarya dalam segala hal. Oleh karena kita terbatas dalam hal mata, gerak, fisik, kesehatan, keuangan dan segala sesuatu. Sehingga saat menghadapi peristiwa yang tidak masuk akal akan menjadi hal yang menantang kita. Apakah kita tetap mampu belajar percaya bahwa Allah mampu (kita tidak mampu melakukannya tapi Allah mampu!)? Kita mau belajar dari iman Nabi Yeremia.

1.     Allah sedang berkarya dalam hidup kita untuk membereskan dosa yang kita lakukan

Yeremia 31:1-3, 30,33
1  Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia dalam tahun yang kesepuluh pemerintahan Zedekia, raja Yehuda; itulah tahun yang kedelapan belas pemerintahan Nebukadnezar.
2  Pada waktu itu tentara raja Babel mengepung Yerusalem, dan nabi Yeremia ditahan di pelataran penjagaan yang ada di istana raja Yehuda.
3  Sebab Zedekia, raja Yehuda, telah menahan dia di sana dengan tuduhan: "Mengapa engkau bernubuat: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku menyerahkan kota ini ke dalam tangan raja Babel, supaya ia mendudukinya;
30  Sebab orang Israel dan orang Yehuda hanyalah melakukan yang jahat di mata-Ku sejak masa mudanya; sungguh, orang Israel hanya menimbulkan sakit hati-Ku dengan perbuatan tangan mereka, demikianlah firman TUHAN.
33  Mereka membelakangi Aku dan tidak menghadap kepada-Ku, dan sekalipun Aku mengajar mereka, terus-menerus, tiada mereka mau mendengarkan atau menerima penghajaran.

Firman Tuhan ini menceritakan seorang hamba Tuhan, Yeremia, seorang nabi dalam Perjanjian Lama yang hidup dalam kerajaan yang dipimpin oleh Raja Zedekia (dari kerajaan Yehuda). Ia seorang nabi yang unik sehingga dijuluki oleh para teolog sebagai “nabi yang menangis”. Mengapa?

a.     Di dalam masa pelayanan Nabi Yeremia, Israel berada di ambang kehancuran.
Nabi Yeremia hidup dalam zaman Israel akan dibuang oleh Allah ke Babel dan dihukum menjadi tawanan selama 70 tahun (angka yang sudah Tuhan tetapkan).

b.     Nabi Yeremia sering diutus untuk melakukan tindakan-tindakan simbolis (gambaran) yang menunjukkan penghukuman-penghukuman Allah yang akan datang.
Kalau Allah memerintahkan Nabi Yeremia melakukan sesuatu, ia akan melakukannya sehingga rakyat mentertawainya. Ia dianggap seperti orang setengah gila karena melakukan hal-hal yang Allah perintahkan. Umumnya kalau kita disuruh melakukan sesuatu, kita pasti mempertimbangkannya terlebih dahulu apakah perintah itu akan memalukan kita atau tidak. Kita pasti berpikir, demikian pula dengan Yeremia. Ia berpikir,”Aduh Tuhan , perintahMu tidak logis (masuk akal)”. Tetapi Allah berkata,”Kamu lakukan karena Aku sedang menunjukkan kepada Israel seperti apa mereka sebenarnya. Itulah hukuman yang akan Kuberikan kepada mereka. Lakukanlah!” Nabi Yeremia pun melakukannya sehingga banyak orang Israel mengolok-oloknya dan mempermalukannya. Seorang nabi dianggap rendah karena ia mau taat kepada firman Tuhan. Kalau kita dianggap rendah dan dipermalukan karena melakukan firman Tuhan maka kita akan merasa susah. Di satu sisi hati kita mau melakukannya , tetapi di sisi lain pikiran mengatakan tidak. “Astaga. Masa saya seorang direktur diminta melakukan begini, bagaimana ceritanya?” Atau di rumah seorang Ibu yang berkuasa berkata kepada anaknya,”Kalau kamu tidak mau baik-baik mendengar perkataan mami, maka akan mami masukin ke perut mami lagi.” Ternyata ada yang seperti itu bila dipermalukan.  Seorang nabi ketika mau melakukan firman Tuhan dan belajar taat melakukan perintah Tuhan, banyak rakyat mencemooh dan menghinanya.

c.     Dari sekian banyak nabi yang dibunuh, Nabi Yeremia pernah ditangkap dan dimasukkan ke dalam sumur hanya karena firman Tuhan yang disampaikan.
Banyak hal tragis yang terjadi dalam hidupnya, sehingga para komentator menjulukinya “nabi yang menangis”. Karena sepanjang pelayanannya sepertinya tidak ada yang baik terjadi. Seolah-olah tidak ada sesuatu yang berarti terjadi karena rakyat (umat) tidak mengerti. Mereka tidak mengerti karena dari raja sampai rakyat semuanya membelakangi Tuhan. “Membelakangi” artinya benar-benar melakukan tindakan yang mencoreng nama Allah. Mereka berzina secara rohani. Mereka melakukan tindakan-tindakan yang membuat hati Allah sakit.

         Setelah firman Tuhan disampaikan, Raja Zedekia kemudian menahan Nabi Yeremia. Hal ini karena Nabi Yeremia menyampaikan suatu firman Tuhan yang berbeda dari nabi-nabi lainnya. Raja Zedekia memiliki banyak nabi (juru bicara rohani). Misalnya ia mempunyai 20 orang nabi. Dari 20 orang nabi tersebut, 19 orang berkata kepada Raja Zedekia  bahwa Israel akan makmur, rakyat akan sehat, ekonomi akan bangkit. Maka mendengarnya, Raja Zedekia merasa senang. Apalagi yang berkata adalah 19 orang hamba Tuhan (bukan hanya 1 orang yang berkata-kata). Namun tiba-tiba Nabi Yeremia berkata berbeda. Ia berkata,”Siap-siaplah Raja Zedekia! Tuhan sebentar lagi akan merobohkan Israel dan membuat rakyatnya dibawa ke Babel menjadi tawanan perang (budak, pembantu atau orang-orang yang tidak diperhitungkan). Israel menjadi tanah yang tandus, negeri yang tidak didiami dan hanya ditumbuhi oleh semak belukar. Ini perintah Tuhan yang berbeda dan maknanya jelek sekali. Zedekia selaku raja seharusnya mampu membawa rakyat Israel taat kepada Tuhan, namun ternyata ia tidak mampu melihat Allah berkarya . Ia tidak mampu melihat “Mengapa Allah akan menghukum (menawan) Israel?”. Sebagai orang yang berdosa, ia telah melakukan banyak perkara yang tidak menyenangkan hati Tuhan akibatnya pikirannya tidak dapat memahami hal tersebut.

         Setelah berbuat biasanya manusia sulit bertanggung jawab. Apalagi kalau sudah berbuat salah dan timbul konsekuensi yang buruk maka manusia akan mengelak dengan licinnya seperti belut dan berusaha mencari alasan untuk membenarkan diri (ini bukan salah saya! Israel mengalami hal itu bukan salah saya. Mereka menyembah dewa Molokh dan membangun dewi Asyerah bukan salah saya). Sebagai raja dan pemegang tampuk tertinggi harusnya ia bertanggung jawab. Bersama-sama dengan para hamba Tuhan (imam) yang memberikan firman yang penuh dusta, ia sudah membuat Israel jatuh ke dalam dosa. Latar belakang dari apa yang kita baca hari ini menunjukkan bahwa Allah sedang bertindak. Nabi Yeremia berani bicara berbeda  karena ia mampu melihat Allah sedang bertindak membereskan dosa itu. Kalau seseorang bicara tentang iman, ingatlah bahwa Allah sedang bertindak dan akan selalu bertindak untuk membereskan segala dosa dengan apa pun caranya. Kita bisa menyembunyikan dosa kita dan memberikan ribuan alasan untuk membenarkan diri tetapi Allah tidak bisa ditipu dan  Ia akan terus bertindak untuk membereskan dosa.

         Sebagai orang beriman , kita mampu melihat Allah sedang berkarya dalam hidup untuk membereskan dosa yang seringkali dan suka kita lakukan. Orang yang hidupnya bergelimang dosa seringkali merasa senang, apalagi tidak ada orang yang tahu. Kalau beriman, kita pasti percaya bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup dan Ia selalu bertindak untuk berkarya dalam hidup kita. Ia akan membereskan dosa kita seperti Ia membereskan dosa Israel karena Ia sayang kepada anak-anakNya. Ia tidak ingin anakNya jatuh terjerumus dalam dosa yang lebih dalam lagi.

2.  Allah sedang berkarya untuk sesuatu di masa mendatang yang Allah sendiri sudah tetapkan itu pasti terjadi

Yeremia 32:8,9, 25.
8  Kemudian, sesuai dengan firman TUHAN, datanglah Hanameel, anak pamanku, kepadaku di pelataran penjagaan, dan mengusulkan kepadaku: Belilah ladangku yang di Anatot di daerah Benyamin itu, sebab engkaulah yang mempunyai hak milik dan hak tebus; belilah itu! Maka tahulah aku, bahwa itu adalah firman TUHAN.
9  Jadi aku membeli ladang yang di Anatot itu dari Hanameel, anak pamanku, dan menimbang uang baginya: tujuh belas syikal perak.
25 Namun Engkau, ya Tuhan ALLAH, telah berfirman kepadaku: Belilah ladang itu dengan perak dan panggillah saksi-saksi!  —  padahal kota itu telah diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim."

Nabi Yeremia diberi tugas yang ‘aneh’ dari Tuhan. Sesuai dengan firman Tuhan, Nabi Yeremia membeli ladang (sepetak sawah) dengan perak padahal kota itu telah diserahkan ke tangan orang-orang Kasdim yang merupakan penduduk asli Babel. Rata-rata pekerjaan orang Babel adalah ahli mantra, sihir atau semacam kwa-mia. Kalau seorang pengusaha membeli sawah, makai a mengharapkan nantinya akan memperoleh keuntungan. Pengusaha Tionghoa tidak mau mengeluarkan uang kalau tidak mendatangkan hasil. Hal ini sudah tertanam sejak lahir seperti juga orang Padang. Maka di Tiongkok banyak orang Padang berjilbab belajar bahasa Mandarin. Karena suatu hari mereka ingin berbisnis dengan orang Tionghoa. Sedangkan teman saya yang orang Tionghoa tidak serius mempelajari bahasa Mandarin. Nabi Yeremia disuruh Tuhan utnuk membeli ladang yang akan diserahkan ke orang Kasdim dan sepertinya hal ini tidak masuk akal. Mengapa membeli karena tanahnya mau diambil oleh penjajah dan semua penduduk mau dibawa ke Babel? Tanah dan negara Israel akan ditinnggalkan porak poranda  lalu untuk apa membeli ladang? Buang -buang uang saja. Ini firman Tuhan yang aneh! Lebih baik uangnya disimpan atau digunakan untuk membeli yang lainnya. Nabi Yeremia sendiri setelah membeli akhirnya bertanya,”Kota ini akan ditinggalkan, mengapa Tuhan meminta saya membeli ladangnya?” Sudah membeli baru ia berpikir. Ia membeli dahulu dan mengeluarkan uang seharga 17 syikal perak (sekitar 200 gram) yang nilainya sangat berharga.

Setelah membeli baru Nabi Yeremia teringat bahwa kota itu akan ditinggalkan. Tetapi Tuhan berkata, “Belilah!” Dunia mungkin melihat hal itu sebagai hal yang sia-sia atau kebodohan dan tidak masuk akal. Walaupun situasi politik dan ekonomi tidak kondusif tetapi ia tetap membelinya bahkan ia membeli menurut aturan yang Tuhan berikan yakni dengan memanggil saksi. Lalu surat itu disimpan di dalam bejana tanah liat yang tahan puluhan tahun karena nanti 70 tahun mendatang, ladang yang akan menjadi tempat pertama yang menjadi milik orang Israel setelah pulang dari Babel (balik ke Yerusalem) sudah ada suratnya sehingga sah. Tuhan berjanji, setelah kamu pulang, semua orang akan membeli ladang. Jadi kamu tidak rugi kalau membelinya sekarang. Itu menjadi tanda bahwa Israel pasti kembali karena Tuhan yang menjaminnya. Tuhan akan buktikan dengan menyimpan dalam bejana yang tidak akan rusak selama 70 tahun  (hari ini kamu tanda tangan dan 70 tahun kamu akan lihat buktinya). Kalau kita menjadi Nabi Yeremia mungkin kita berpikir juga mengapa selama itu. Itu kalau ia sehat terus tetapi bagaimana kalau sudah mati di tengah jalan? Lalu bagaimana kalau tidak balik karena 70 tahun itu waktu yang lama. Kita pasti berpikir uang itu tidak akan berputar (uang mati) selama 70 tahun. Tetapi Tuhan berkata,”Simpan karena waktu hari itu tiba kamu akan melihat dan kamu akan bersuka cita.” Allah sedang berkarya untuk sesuatu di masa mendatang yang Allah sendiri sudah tetapkan pasti terjadi, buktinya surat tanahnya masih dalam keadaan bagus. Kalau bukan orang yang taat seperti Nabi Yeremia, maka sulit melakukannya. Itu membutuhkan proses (tidak bisa melakukan dengan seketika). Perlu banyak proses dan setiap proses perlu dilewati (jatuh bangun) supaya kita belajar taat untuk hal yang sangat sulit seperti ini. Suatu hari Tuhan akan mengajar kita melewati hal yang paling sulit dalam hidup kita. Supaya kita mampu belajar taat dan melihat Allah berkarya dalam hidup kita.

3.     Allah menunjukkan diriNya sebagai Allah yang berdauluat atas hidup manusia

Yeremia 32: 14, 42-43
14  Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Ambillah surat-surat ini, baik surat pembelian yang dimeteraikan itu maupun salinan yang terbuka ini, taruhlah semuanya itu dalam bejana tanah, supaya dapat tahan lama.
42  Sebab beginilah firman TUHAN: Seperti Aku mendatangkan kepada bangsa ini segenap malapetaka yang hebat ini, demikianlah Aku mendatangkan ke atas mereka keberuntungan yang Kujanjikan kepada mereka.
43  Orang akan membeli ladang lagi di negeri ini yang kamu katakan: Itu adalah tempat tandus manusia dan hewan; itu telah diserahkan ke dalam tangan orang-orang Kasdim!

Tuhan sudah berjanji bahwa Ia yang mendatangkan penghukuman atas mereka akibat dosa mereka, Ia juga akan mendatangkan keberuntungan yang dijanjikan (70 tahun mendatang). Bukan hanya keuntungan rohani tetapi khusus dalam peristiwa ini Allah berjanji bahwa “kamu akan mendapatkan keuntungan”. Kamu tidak akan ditinggalkan secara jasmani asal kamu taat. Tetapi itu prosesnya panjang (70 tahun). Hanya orang yang setia  yang bisa mendapatkannya.

         Inti dari segala pembacaan di atas bahwa Allah menunjukkan diriNya sebagai Allah yang berdaulat atas hidup manusia (umatNya), apakah engkau setia atau tidak, taat atau menyimpan dosa, belajar melakukan firman ataukah terus mencari alasan, ataukah engkau hidup dalam kesulitan atau hidup dalam suasana enak, semua Tuhan tahu. Itulah Allah kita. Apakah Dia tahu kalau kita sedang susah hari ini? Dia mendengar setiap seru doa kita selama beberapa bulan terakhir ini, Dia tahu. Dia terus berkarya karena Ia adalah Allah yang hidup. Allah kita tidak pernah berhenti untuk berkarya. Dia selalu bertindak. Oleh karena itu saya ingin mengajak kita belajar, agar saat bicara tentang iman, kita jangan melihat iman itu sebagai sesuatu yang statis (diam, tidak bergerak, bersifat magis). Jangan pernah berpikir, “Karena saya beriman, saya mampu melakukan segala sesuatu.” Jangan berpikir karena merasa beriman, maka kita akan tahu segala hal dan melewatinya. Tidak! Karena iman yang diajarkan oleh firman Allah itulah anugerah Allah yang bisa membuka mata kita terhadap hal-hal baik yang terlihat  di depan mata atau hal yang sulit dicerna oleh orang lain yang tidak percaya pada Tuhan. Hanya iman yang mampu membantu kita melihatnya. Iman adalah anugerah Allah yang menggerakkan kaki kita untuk melakukan sesuatu yang mungkin orang dunia tidak akan lakukan. Iman itu  adalah anugerah Allah yang bisa mencerahkan pikiran dan konsep kita sehingga membuat kita tidak menjadi orang yang terbelakang dan membuat orang ingin selalu melakukan yang baik dan memuliakan Tuhan. Iman itu anugerah yang membuat kita berani menerobos sesuatu yang penuh dengan kesulitan. Jadi iman itu adalah sesuatu yang hidup dan dinamis. Iman itu bukan sesuatu yang bisa diabaikan begitu saja. Iman harus terus bertumbuh. Iman harus dirawat melalui doa, membaca firman Tuhan, perenungan pribadi dan beribadah. Itu sudah pasti. Semua hal ini adalah cara yang bisa digunakan untuk merawat iman kita. Kita tidak mungkin beriman kalau berdoa saja tidak. Kita tidak mungkin melihat Allah berkarya dalam hidup, tapi tidak membaca Alkitab.

         Sewaktu kecil, saya ikut Sekolah Minggu yang dimulai sekitar pk 7-8. Saya tidak pernah absen menghadirinya dan tidak pernah datang terlambat. Mama saya tidak pernah mengantar saya datang ke Sekolah Minggu. Kalau ada koko, ia yang mengantar saya. Dari kecil kita belajar membaca Alkitab. Mulai kelas 4 SD, saya bersama teman di kelas Sekolah Minggu ikut bible study dalam bentuk kursus Alkitab tertulis. Dulu masih pakai pos, jadi kami menghemat uang jajan untuk membeli pranko. Setelah Bab 1 selesai lalu dikirim balik. Nanti saya dapat ijazah dari mereka yang memberi nilai. Setiap Minggu kami mencocokkan nilai yang didapat. Ada yang dapat nilai 6 padahal pertanyaannya mudah. Saya selalu mendapat nilai 10 karena saya suka sekali membaca Alkitab. Jadi semua pertanyaan itu bagi saya mudah. Itu yang Tuhan pupuk sejak kecil, terus sampai remaja dan pemuda. Tetapi tidak berarti hidup kita selalu mulus. Waktu remaja (SMA) setahun saya pernah tidak mau pergi ke gereja karena saya benci melihat pembina saya dan teman-teman saya. Karena suatu peristiwa membuat saya setahun tidak pergi ke gereja. Sebagai remaja saya masih mencari jati diri. Untungnya ada kakak pembina yang tetap mendekati. Akhirnya saya malu sendiri dan ternyata saya yang salah. Perjalanan hidup tidak mudah. Semakin dewasa, kesulitannya  berbeda dengan saat masih kecil. Saya mengalami kesulitan-kesulitan yang membuat saya bertanya kapan kesulitan itu selesai. Saya pernah berada dalam situasi yang sepertinya membuat saya sudah tidak tahan karena bingung Tuhan mau saya berbuat apa. Tuhan tidak seperti peramal yang saat kita datang maka tempel saja telapak tangan lalu keluar garis tangan. Hal ini akan meramal nasib kita, apakah Minggu ini bagus atau tidak (demikian juga dengan bulan depan, apakah cocok untuk pindah rumah). Tuhan kita tidak seperti itu. Dan semua kita pasti akan diproses Tuhan sesuai porsinya supaya kita mampu melihat Allah berkarya dalam hidup kita. Tetapi iman itu harus dipelihara. Tidak bisa tidak.

         Ibarat memelihara tanaman, kalau kita ke gereja hanya datang seminggu sekali , seminggu sekali baca Alkitab dan dengar khotbah serta berdoa itu seperti tanaman saya di lantai 2 yang  harus disiram sehari dua kali. Kalau sehari tidak disiram maka tanamannya  menjadi kuning. Saya pun menyiram  tanaman itu dengan bergayung-gayung air dan setelah 2 jam ia akan berubah warnanya. Bukti tidak bisa dibohongi. Buah itu kelihatan, sehingga bila kita hanya seminggu sekali ke gereja, dan di rumah kita tidak membaca Alkitab, berdoa dan bergumul dengan Tuhan itu ibarat tanaman yang disiram hanya seminggu sekali sehingga di kota Jakarta yang udaranya panas sekali akhirnya tanaman itu akan mati. Tidak cukup seminggu sekali sehingga harus tiap hari dan tiap saat. Itu sebabnya dalam Injil Yohanes, Tuhan Yesus berkata, “Kamu hanyalah ranting.” Ranting itu tidak mungkin berbuah, berbunga atau punya putik kalau ia tidak menempel pada pohon anggurnya. Tidak mungkin hidup sendiri sebagai ranting karena akan mati. Iman kita hidup kalau menempel dengan Kristus dan firmanNya. Tidak ada jalan lain. Tidak ada cara lain yang praktis dan ringan. Bacalah Alkitab sendiri dan berdoa. Itu sebabnya nanti kita baru bisa merasakan hubungan pribadi dengan Tuhan, benar-benar pribadi dan tidak bisa tebeng-tebengan dengan orang lain.

         Misalnya ada anak yang berkata,”Ma, mama saja yang ke gereja minggu ini, saya tidak. Saya nebeng saja, nanti mama ceritakan firmanNya.” Tidak bisa seperti itu. Masing-masing orang harus memelihara imannya sendiri-sendiri. Tidak bisa tebeng-tebengan, apalagi pakai jadwal ganti-gantian pergi ke gereja. Minggu ini saya pergi ke gereja, minggu depan kamu yang pergi. Hidup di dalam Tuhan tidak seperti itu. Oleh karena itu mari kita melihat situasi-situasi sulit yang dihadapi oleh Nabi Yeremia, mungkin suatu hari kita merasa putus asa (ada  tangisan) sehingga Yeremia dikatakan nabi yang menangis (meratap) apalagi saat ia melihat tembok Yerusalem diruntuhkan. Tembok yang begitu gagah dan megah (lambang kekuatan) diruntuhkan sehingga dikatakan anjing liar yang menyeberangi tembok bisa menyebabkan tembok itu runtuh karena pondasinya tidak kuat. Seperti begitu ibaratnya. Nabi Yeremia menangis dan meratap. Ada saat menangis dan putus asa, tetapi ternyata ia bisa bertahan. Bertahan itu proses. Bertahan dan berjuang, itulah hidup iman kita. Iman kita adalah iman yang berjuang dalam keseluruhan hidup dan bukan iman yang berhenti (mati). Sehingga hari ini kita kuat dan percaya, sepertinya percaya sekali namun bulan depan lain lagi.

Penutup

              Kalau ada yang berkata, “Eh jangan takabur ya.” Kamu berbicara jangan terlalu percaya diri, suatu saat kamu juga bisa jatuh. Jadi hati-hati kalau bicara. Karena kalau bicara besar, seolah-olah kuat, gagah , pintar dan berhasil , hati-hati karena bisa saja suatu kali kamu gagal. Namun firman Tuhan berkata bahwa iman itu hidup, di dalam kehidupan iman itu harus nyata. Iman bukan di mulut. Iman itu akan nyata dalam kehidupan. Saya mengenal seseorang dan menurut saya ia adalah seorang yang punya potensi. Ia seorang bapak. Usianya 2 tahun di atas saya (usia istrinya di bawah saya). Anaknya cantik dan bersekolah di Taiwan. Ia seorang artistek, tetapi dia juga ikut terlibat langsung dalam proyek-proyek yang dimilikinya. Secara finansial baik, istrinya dan anaknya juga baik. Semua baik-baik saja. Kalau orang melihatnya bisa kagum karena sepertinya mereka keluarga bahagia. Di tengah kesulitan ekonomi, mereka hanya ingin punya satu anak. Pekerjaannya lancar dan punya istri yang cantik. Istrinya pintar membuat kue roti dan akhirnya membuka usaha yang cukup maju sehingga mereka mendapat tambahan pemasukanan. Suaminya pintar melobi orang (pintar bicara). Bila ada suatu masalah lalu dia yang bicarakan maka masalah tersebut selesai. Ia sangat hebat. Secara rohani ia juga aktif. Ia langganan menjadi majelis. Setelah menjadi majelis sekian periode, istirahat satu  periode sesuai tata gereja lalu naik lagi sehingga dikatakan 4 L (Loe Lagi, Loe Lagi).

Apa yang saya dapati saat bekerjasama? Saya memperhatikan reaksi hamba Tuhan yang lain. Saat ia lewat dikatakan bahwa pasti ada yang ia kritik. Salah satau kekurangannya atau yang ditakuti yang lain adalah suka mengkritik orang lain. Semua orang jadi pada takut. Kalau ia sudah bicara, semua jadi masuk akal. Dari yang tidak masuk akal menjadi masuk akal. Suatu hari setelah keluar dari tempat itu, dua tahun lalu saya mendengar beritanya membuat saya antara percaya dan tidak percaya. Sekarang ia sudah tidak di sana lagi. Ia dalam proses bercerai dengan istrinya. Ia hidup dengan seorang wanita lainnya dan berada di kota kecil di Jawa Barat. Wanita itu janda dengan 1 anak, beragama Islam.  Perubahannya luar biasa. Pertama kali mendengar kabar tersebut seperti disambar petir. Keluarganya bertanya kepada saya,”Mengapa Tuhan tidak menjaga dia?” Saya jadi bingung mendengar pertanyaan itu. Seolah-olah enak saja. Kamu yang melakukan dan berbuat, tapi suruh Tuhan yang menjaga. Bukankah dari dulu Tuhan sudah berfirman untuk berjaga diri? Firman Tuhan itu untuk membuat kita berjaga-jaga. Namun karena yang bertanya kepada saya adalah orang tua, saya tidak enak langsung menjawab seperti itu. Tidak menjaga diri, tapi menyalahkan Tuhan lagi. Satu pertanyaan : mengapa Tuhan tidak menjaganya? Ia aktif dalam kegiatan-kegiatan gerejawi. Ia majelis. Ia tahu Alkitab, tetapi mengapa bisa begitu? Saya hanya tahu satu hal.  Iman harus hidup setiap hari. Jadi jangan berkata, “Hari ini saya berhasil dan besok saya pasti berhasil.” Tidak bisa! Iman itu adalah perjuangan setiap hari, kita seperti hidup di medan perang. Keberhasilan kita hari ini tidak pernah menjamin besok kita pasti berhasil di medan perang. Belum tentu! Karena musuh kita itu (iblis) bisa memakai berbagai macam cara dan beraneka rupa. Tidak bisa kita berkata hari ini saya berhasil taat, dan besok kita pasti berhasil taat. Belum tentu!  Iman dan ketaatan itu terus-menerus adalah suatu perjuangan. Kita butuh kekuatan. Kekuatan itulah doa, baca Alkitab, beribadah. Jangan kita main-main dalam hal ini.