Monday, October 22, 2012

Menjadi Saksi Kasih



Ev. Stephanie

1 Pet 2:11-17

Ada 2 orang sahabat . Otong dan Oyong, yang bersahabat dari kecil dan berasal dari Indonesia. Mereka melanjutkan pendidikan ke Amerika. Oyong bisa bahasa Inggris sedangkan Otong tidak bisa-bisa belajar sehingga Oyong merasa cape menjadi penterjemah Otong. Otong tidak mau kalah, “Saya tidak mau belajar Inggris, karena bisa kena penyakit jantung.” Oyong bingung apa hubungannya. Otong berargumentasi, ”Saya melakukan 5 penelitian. Pertama saya meneliti orang Jepang yang paling sedikit makanan berlemak dan paling sedikit terkena penyakit jantung. Kedua, saya meneliti orang Meksiko yang senang makanan berlemak, tapi jumlah yang terkena sakit jantung lebih sedikit dibanding orang AS yang kena. Ketiga, orang Afrika yang suka minum alkohol, namun lebih sedikit yang kena sakit jantung. Keempat orang Italia yang juga sedikit minum alkohol dan sedikit yang kena jantung. Kelima, orang Jerman, paling banyak makan berlemak dan minum alkohol tetapi jumlah yang terkena penyakit jantung jumlahnya lebih sedikit dari orang AS yang kena. Karena orang AS tiap hari ngomong pakai bahasa Inggris sehingga kena penyakit jantung!” Oyong kesal,”Dasar saja malas belajar bahasa Inggris!” Otong kembali menyanggah,”AS kan negara bebas, boleh belajar Inggris atau tidak.” Oyong malas berdebat lagi. Otong adalah perantau dari Indonesia. Seandainya, ia belajar bahasa Inggris dan ikut peraturan di AS, tetapi ia tidak mau belajar. Ia malas.

Orang percaya (Kristen) adalah pendatang / perantau di dunia ini. Rasul Petrus mengatakan mereka tinggal di dunia tapi tidak boleh hidup dengan kedagingan mereka yang dahulu. Kita memang orang-orang bebas. Ayat 16 mengatakan, kita orang merdeka. Tetapi tidak sekedar merdeka saja (tidak ada yang mau jadi budak), bertindak apa yang mau dan tidak bertindak apa yang tidak mau. Mereka punya kebebasan ikut aturan atau tidak. Indonesia adalah bangsa merdeka sehingga banyak orang Indonesia yang merasa bebas dan sering melanggar peraturan. Banyak orang yang berani melawan arus lalu lintas, lampu merah diterobos, naik di trotoar. Itu bebas menurut dunia. Orang Kristen memang sudah bebas merdeka, tetapi tetap menjadi hamba Allah. Ayat 16 dimulai dari orang merdeka dan diakhiri dengan hamba Allah. Walau bebas merdeka, tetapi tetap hamba Allah. Sekalipun bebas dosa, tetapi bukan berarti bebas berbuat dosa lagi. Kita memang bebas jadi orang berdosa tapi nantinya harus pertanggungjawabkan hidup kepada Allah. Jangan gunakan anggota tubuh untuk diri sendiri tapi untuk kemuliaan Allah. Sebagai perantau di dunia, kita hidup harus tetap memuliakan Allah.

Saya senang melihat film kekaisaran Tiongkok jaman dulu karena saya senang belajar bahasa dan budayanya. Permaisuri dulu punya banyak dayang. 1 orang punya minimal 4 orang dayang di antaranya ada 1 yang jadi kepercayaannya. Meskipun ia dijahati majikan tetap melakukan apa yang majikannya mau. Kalau punya majikan yang baik, ia penuh suka cita melakukannya. Walau majikan jahat, si dayang tetap harus melakukan kemauan si majikan. Itu ketaatan dari seorang dayang (budak) terhadap majikannya. Disuruh bunuh diripun harus mau. Orang Kristen adalah hamba Allah. Tetapi ketaatan yang diminta Allah bukan karena sekedar kita takut kepada Allah, tetapi karena ucapan syukur kita kepada Allah. Ayat 13, tunduklah karena Allah. Artinya, kita diminta taat, hormat kepada Allah dengan ucapan syukur karena kita orang berdosa yang telah ditebus dengan darahNya yang mahal. Kalau budak menyerahkan diri karena takut, tetapi kita sudah merasakan penebusan. Bukankah kita harus melakukannya dengan lebih sungguh dan semangat karena kita sudah melaksanakan anugerah Tuhan.

Ada 4 cara praktis yang diajarkan Rasul Petrus tentang bagaimana menjadi saksi di tengah orang yang tidak percaya, sebagai orang merdeka tetapi tetap melakukan kehendak Allah, cara melakukan kehendak Allah dalam hidup :
1.       Hormatilah semua orang. Kita sangat mudah menghormati orang yang punya otoritas atau orang yang menguntungkan kita. Tetapi Rasul Petrus berkata, “Hormati semua orang.” artinya sebagai anak Tuhan kita menghormati orang tanpa kecuali termasuk bawahan kita, orang tidak percaya, orang yang menyebalkan. Kita mudah memberi julukan pada orang-orang yang menyebalkan padahal itu dilarang Tuhan karena akan merendahkan orang tersebut padahal semua orang ciptaan Tuhan. Kita tidak boleh merendahkannya.

2.       Mengasihi saudara-saudari di dalam Tuhan. Dalam jemaat di gereja dengan jumlah jemaat besar atau kecil belum tentu bisa saling mengasihi. Tetapi Petrus minta kita untuk saling mengasihi. Kasih ibarat semen yang merekatkan bata satu dengan yang lain membentuk dinding yang kokoh. Hal ini berarti jemaat Tuhan saling menolong.

3.       Takutlah akan Allah dan
4.       Hormatilah raja.
PL sering mengkaitkan Allah dengan raja. Kel 22:28 bagaimana Allah dikaitkan dengan raja, Juga 1 Raj 21:10, Ams 24:21. Allah memberi otoritas kepada raja-raja untuk membuat peraturan (juga untuk pemimpin di kantor). Petrus ingin menegaskan setiap orang percaya bukanlah hamba raja. Kita dari sekarang adalah hamba Allah sehingga tidak boleh korbankan iman kita mengikuti kebijakan yang bertentangan dengan iman. Misal : jangan ikuti kebijakan untuk buka toko hari minggu karena kita harus ibadah kepada Tuhan. Kis 5:29, Petrus mengatakan kita harus taat kepada Allah daripada kepada manusia. Tuhan Yesus mengatakan, janganlah takut kepada orang yang bisa membinasakan tubuh tapi tidak bisa membinasakan jiwa. Baik Petrus maupun Tuhan Yesus tegas mengatakan ketaatan kepada raja jangan mengurangi (mengorbankan) iman kita kepada Tuhan. Kita dipanggil untuk menjadi saksi Tuhan. Kita dipanggil menjadi anak Tuhan bukan menikmati kemerdekaan dari dosa saja, tetapi dipanggil menjadi saksi Tuhan untuk membawa orang yang belum percaya. Ayat 12, orang-orang itu melihat kita dan memuliakan Tuhan. Ada seorang wartawan yang mewawancarai alm. Gus Dur, “Perkembangan politik Indonesia sudah sejauh mana?” Gus Dur menjawab, “wakil rakyat kita sekarang hebat karena mereka anti hidup mewah. Mereka sekarang anti makan di restoran” Wartawan berpikir, ini kemajuan besar, semoga seluruh wakil rakyat anti hidup mewah. Tetapi Gus Dur bilang,” mereka anti makan di restoran karena anti menyuap diri sendiri. Karena mereka senang disuap pakai uang.” Hari ini tidak ada lembaga pemerintahan yang bersih dari tindakan dosa. Bukan saja di Indonesia, tapi juga di AS. Kita tidak sekedar baca berita / koran, ‘ngomel’ sendiri, karena menjadi saksi Tuhan berarti taat kepada apa yang digariskan pemerintah sepanjang tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Kita menjadi saksi sehingga yang melihat diri kita memuliakan Allah. Kalau kelakuan kita sebagai anak Tuhan menunjukkan hal yang sebaliknya, bagaimana pertanggungjawaban di hadapan TUhan? Ada mobil bahkan motor yang menempel gambar gereja tertentu besar-besar, tetapi mereka melanggar peraturan. Ada yang lempar bungkus makanan sembarangan, tabrak lampu merah dll. Ini tidak menjadi kesaksian, malah jadi sindiran. Di sekolah , peraturan dikatakan diadakan untuk dilanggar. Kita taat bukan saja karena sekedar otoritas Allah tetapi karena sungguh sayang mau jadi saksi Tuhan. Kita lakukan hal kecil, jangan buang sampah sembarangan, jangan menyeberang sembarangan sehingga sindiran itu hilang. Biarlah kita bisa jadi saksi TUhan dimanapun kita berada.

No comments:

Post a Comment