Sunday, October 29, 2017

Stagnasi vs Reformasi








Pdt. Jimmy Lucas

Wahyu 3:14-22
14   "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah:
15  Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
16  Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
17  Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
18  maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
19  Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
20  Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
21  Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.
22  Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."

Pendahuluan

              Tema pagi ini adalah “Stagnasi vs Reformasi”. Setiap kali mendengar kata “reformasi” beberapa dari kita memiliki gambaran mental tentang pertentangan gereja. Kata reformasi seringkali identik dengan adu argumentasi, berdebat doktrin, bersikap “saklek” (harus doktrin ini bukan doktrin itu). Kata ini menimbulkan perasaan tidak enak. Sejatinya kata “reformasi” tidak mengacu pada kekerasan. Sejatinya ia tidak mengacu pada perdebatan  atau kekerasan hati (berpegang pada doktrin tertentu), tetapi mengacu pada hati yang penuh kasih, hati yang menyala-nyala untuk melihat kebenaran Tuhan ditegakkan di gereja Tuhan, penuh kasih akan jiwa-jiwa terhilang untuk mengenal dan hidup dalam kebenaran firman Tuhan.
              Tanggal 31 Oktober adalah hari peringatan reformasi. Secara tradisi pada tanggal 31 Oktober 1517 Martin Luther (lahir 10 November 1483 di Lutherstadt Eisleben Jerman dan meninggal 18 Februari 1546) memakukan 95 tesisnya di pintu Gereja Kastil dan menerbitkan salinannya di Gereja Wittenberg. Saat itu gereja dipercaya sedang menyimpang. Paus sedang membangun Basilika Petrus di Roma yang membutuhkan dana yang sangat banyak . Dibutuhkan dana yang begitu besar sehingga  keluar surat pengampuanan dosa bersama dengan kotak persembahan-nya. Diumumkan, “Barangsiapa memasukkan uang ke dalam kotak dan membeli surat pengampunan dosa maka ia dilepaskan dari api penyucian (purgatory) di neraka”. Dengan kata lain gereja sedang jualan pengampunan. Ini membuat Martin Luther marah dan kemudian bergerak membuat 95 tesisnya dan memakukan di pintu gereja Kastil (menempelkan copi nya di gereja Wittenberg). Saat itulah di seluruh Eropa menyala api reformasi dan sejak itulah terjadi perpisahan Katholik dan Protestan. Reformasi yang memunculkan protestan bukanlah reformasi yang menimbulkan gerakan orang protes. Protestan bukan sekumpulan orang sedang protes. ‘Protestan’ berasal dari Bahasa Latin Pro Testamentum yang berarti kembali ke injil (untuk perjanjian). Semangat reformasi adalah semangat kembali pada perjanjian, perjanjian Baru, pada ajaran Tuhan, kasih karunia. Sehingga slogan reformasi adalah sola fide (hanya karena iman), sola scriptura (hanya karena Kitab Suci), sola gratia (hanya karena anugerah). Reformasi pada dasarnya bukanlah  sebuah gerakan tegar tengkuk, ‘gede’ otot, hati bebal, sejatinya ia gerakan penuh kasih untuk mengembalikan orang kepada satu-satunya kebenaran yang dinyatakan dalam Alkitab. Sejatinya reformasi adalah sebuah reaksi pada stagnasi yang dialami gereja.
              Gereja yang mengalami stagnasi mengalami kemunduran. Gereja jalan di tempat , ia kehilangan ‘intinya’, ia akan untuk mundur ke belakang. Gereja mengalami kesuaman rohani. Itu sebabnya antara stagnasi dan reformasi tidak pernah bisa berjalan beriringan di gereja. Kita harus memilih apakah harus berada dalam kondisi stagnasi atau reformasi. Tuhan Yesus memberi teguran yang sangat keras ke jemaat Laodikia yang mengalami stagnasi dan kesuaman rohani. Wahyu 3:17a Tuhan berkata tentang orang-orang di Laodikia, Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa. Tetapi di mata Allah mereka melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang (Wahyu 3:17b). Mereka mengalami stagnasi rohani namun mereka sedang merasa mengalami kenyamanan rohani.

Tanda stagnasi rohani

1.    Kesuaman rohani.

         Wahyu 3:15a Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Suam artinya tidak panas dan tidak dingin alias  anyep (hangat-hangat). Laodikia tidak punya sumber air sendiri. Air dari Laodikia berasal dari Hieropolis yang bukan saja digunakan untuk minum tapi untuk menyembuhkan penyakit. Jaraknya sekitar 10 km dari Hieropolis dialirkan ke Laodikia. Air panas yang menempuh perjalanan sepanjang 10 km saat sampai di Laodikia bukan saja menjadi suam tapi anyep. Air ini terjun sejauh 100 m dan tertampung di sebuah danau besar yang menampung air Laodikia yang sudah menjadi anyep. Masalahnya air ini menguap dan meninggalkan kaporit. Sehingga air yang seharusnya menyembuhkan penyakit malah mendatangkan penyakit. Tuhan Yesus berkata ,  Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. (Wahyu 3:16). Ia membandingkan kondisi jemaat Laodikia dengan kondisi air Laodikia bahwa ia sudah menjadi suam-suam kuku dan yang menyebabkan sakit. Suam-suam kuku terjadi saat orang merasa puas pada dirinya sendiri. Sehingga ia tidak menyadari kondisi rohaninya. Ia merasa melihat padahal ia buta. Ia merasa dirinya kaya sebenarnya miskin. Ia merasa dirinya berpakaian tetapi telanjang di mata Allah. Ia bukan orang yang kuat secara rohani tetapi  ia sakit secara rohani. Itu sebabnya gereja yang stagnasi mengalami sakit secara rohani. Ini tanda pertama dan Tuhan berkata bahwa Ia akan memuntahkannya.

2.    Tuhan Yesus berada di luar hidup gereja (jemaat).

Wahyu 3:20 Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. . Ayat ini dipakai oleh banyak pendeta saat KKR. Begitu dilakukan altar call ayat ini didengungkan. Ini salah tafsir. Ayat ini ditujukan kepada jemaat Laodikia. Yang menerima surat ini adalah orang Kristen. Mengapa orang Kristen harus membuka hati lagi untuk menerima Yesus? Tidak! Seharusnya buat orang Kristen , Kristus ada di hidup mereka. Ironisnya, jemaat Laodikira yang merasa kaya, berpakaian, melihat kebenaran rohani, justru tidak memiliki Yesus dalam hidup mereka. Mereka menjalani ritual dan tradisi kekristenan tapi tidak punya hubungan pribadi dengan Yesus. Jemaat ini bergereja tetapi Yesus berada di luar mereka dan hati mereka. Mereka orang-orang yang tidak mengasihi Yesus. Tuhan Yesus menegaskan, “Kalau hal ini dibiarkan maka kita mengalami stagnasi rohani” Yesus mengundang kita untuk membuka pintu hati dan hidupmu, membiarkan Yesus masuk kembali dan berjamu denganmu. Yesus rindu agar orang percaya memiliki hubungan intim dengan Dia. Melalui hubungan intim dan dalam inilah kita bisa mendapatkan apa yang dibutuhkan untuk kita bisa bertumbuh. Kita bisa mendapat saleb agar mata kita bisa melihat, kita mendapat pakaian rohani agar kita tidak telanjang dan memiliki kekayaan sesungguhnya. Semua kekayaan rohani yang diperoleh saat ada persekutuan yang intim dan dalam dengan Yesus. Buka hatimu dan hidupmu! Biarkan Ia masuk dan memerintah sekali lagi. Ini intinya. Stagnasi rohani adalah hal yang paling harus diwaspadai, harus dilawan sampai kita kembali kepada Bapa. Stagnasi rohani harus kita benci karena Allah membencinya. Para Rasul berjuang melawan stagnasi rohani. Jemaat Korintus  mengalami stagnasi rohani karena berselisih satu dengan lain. 1 Kor 3:1-3 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.   Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.  Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi.
Salah satu ciri jemaat mengalami stagnasi rohani sering bertengkar satu dengan lain, ribut untuk masalah yang tidak penting satu dengan lain (ribut tentang bendera dll). Orang yang sering ribut dalam gereja, selisih dan iri hati adalah  manusia duniawi. Manusia duniawi dikenakan pada jemaat Korintus yang adalah orang Kristen. Ini orang-orang yang mengalami stagnasi rohani. Ditunjukkan dengan iri hati, ribut untuk hal yang tidak signifikan (krusial). Makanannya susu. Kita yang sudah berusia dewasa, tidak mungkin makan susu terus setiap hari. Tapi kalau sakit tidak bisa makan nasi tiap hari, maka daripada terlanjur meninggal sehingga terpaksa minum susu. Kalau orang dewasa minum susu setiap hari maka itu tandanya ia sakit dan perlu berobat. Rasul Paulus memperlakukan jemaat ini seperti jemaat yang sedang sakit, “Aku beri kamu susu, kamu anak kecil, kamu manusia duniawi dan belum manusia rohani”. Saat stagnasi rohani, bukan hanya berselisih ia akan berhenti bertumbuh. Rasul Petrus juga melawan stagnasi rohani. Kalau Ia mengingatkan bahwa kalau tidak bertumbuh dalam pengenalan Yesus, maka kita akan menjadi buta dan picik.  2 Petrus 1:5-9 Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,  dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan,  dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan.
Jangan menganggap remeh stagnasi rohani. Saat mengalami itu kita menjadi buta dan picik. Buta adalah tidak mampu melihat pekerjaan Allah dan tidak mampu melakukan apa yang penting bagi kita secara rohani. Picik dalam bahasa aslinya berarti melihat dengan cara terbatas. Mertua saya orangnya tinggi besar dan dulu mempunyai hobi main bulutangkis. Karena sukanya main bulutangkis, ia pun membangun hall bulutangkis sebanyak 4 lapangan. Teman-temannya datang. Orang tua yang sudah veteran main bulutangkis saat melakukan smes berbunyi. Siapa yang terkena smes maka rasanya sakit. Mertua saya terkena smes tepat di mata sehingga terkena glukoma. Saya pun mengantarnya ke rumah sakit mata Nusantara, Kedoya. Dokter berkata, “Papamu melihat seperti lubang kunci.” Saya membantahnya,”Tidak dokter, matanya masih terbuka lebar.” Dokter itu berkata,”Tidak, matanya terbuka lebar tetapi ia melihat seperti melihat melalui lubang kecil.” Maka tidak mengherankan sewaktu ia menyetir, cat mobilnya menjadi baret karena ia tidak bisa mengukur jarak dan melihat dengan baik. Sewaktu ia bawa mobil pasti ada yang baret atau penyok karena matanya itu padahal hobinya selain bulutangkis adalah mengemudi mobil. Sewaktu matanya sehat, saat ia mengajak pulang ke Jambi dari Jakarta lalu balik kembali ke Jambi pulang pergi maunya ia mengemudi mobil sendiri. Ia tidak mau disetirkan orang lain. Ia senang mengemudi. Begitu matanya rusak maka ia tidak bisa lagi menyetir mobil, ia pun hanya duduk di mobil senyum-senyum sambil menyalahkan ini-itu. Itu yang terjadi saat orang tidak bertumbuh di dalam Tuhan. Itu yang terjadi saat kita mengalami stagnasi rohani. Rasul Petrus berkata,”Engkau seperti orang buta dan picik. Engkau akan melihat seperti orang melihat melalui lubang kunci. Engkau tidak bisa melihat kiri dan kanan. Hidupmu bertabrakan dengan banyak hal. Engkau seperti melihat dalam lubang kunci, tidak tahu tapi sok tahu (ini-itu salah) sehingga menjadi orang menyebalkan di gereja dan menjadi CTM = church trouble maker (tukang biang kerok di gereja). Gereja tidak bertumbuh gara-gara orang seperti ini. Menyalahi gereja saja karena tidak bertumbuh padahal gara-gara dia ada di gereja maka gereja tidak bertumbuh. Orang yang  mengalami stagnasi  menyebabkan tidak terjadi pertumbuhan. Banyak kekisruhan dalam gereja. Itu sebabnya kita tidak boleh membiarkan diri kita mengalami stagnasi rohani (tidak bertumbuh secara rohani).
Yesus melawan stagnasi rohani saat melihat bangsa Israel hidup dalam Taurat dan tradisi nenek moyang tanpa cinta Allah. Matius 15:1-9  Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata:  "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan."  Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:  Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." Orang yang stagnasi rohani , ia tetap beribadah dan melakukan ritual rohani. Jadi stagnasi rohani mungkin tidak bisa dikenali dari permukaan, stagnasi rohani adalah masalah sikap hati. Kita masih bisa hadir di gereja dan terlibat dalam pelayanan dan memberi untuk pekerjaan Tuhan, masalahnya kita sedang melakukan ritual, kebiasaannya, terikat tradisi tetapi sebenarnya hati kita jauh dari Allah. Bibir memuliakan tapi hati jauh dari Tuhan. Ini yang dibenci Allah . Ini yang membuat Yesus ngamuk di Bait Allah. Orang datang beribadah karena ritual (karena kami orang Israel). Orang datang ke Bait Allah memberi persembahan karena beginilah cara kami menerima pengampunan dosa. Orang datang ke Bait Allah karena ingin berdagang, mencari koneksi (relasi) dan mencari kangtau. Yesus mengambil tali, mencambuk para pedagang, menjungkir balikkan meja penukar uang, membuka sangkar burung merpati dan berkata, “Enyah kamu. Engkau menjadikan  rumah BapaKu sarang penyamun”.
Stagnasi rohani adalah hal yang dibenci Allah. Ketika Allah melihat stagnasi rohani dalam hidup kita dan kehidupan gereja kita,  percayalah bahwa Allah akan bertindak. Ketika gereja Roma Katholik mengalami stagnasi rohani, Allah mengirim para reformator dimulai dari Martin Luther untuk mereformasi gereja Roma Katholik. Ketika aliran protestan mengalami stagnasi , Allah mengutus John Wesley (lahir 3 Juni 1703 di Epworth, Lincolnshire Britania Raya dan meninggal 2 Maret 1791 di London, Britania Raya) melakukan kebangunan rohani. Ketika kekristenan mengalami stagnasi , Allah memunculkan Ch. F. Parham, ada reaksi yang memunculkan gerakan Pentakosta lalu kemudian gerakan Pentakosta mengalami stagnasi muncul gerakan karismatik , kebangkitan di Azusa Street (1906). Ini adalah sebuah reaksi. Ada perbedaan antara yang terjadi ketika Martin Luther memakukan tesisnya, itu reformasi. Ada kesadaran doctrinal atas pelanggaran doctrinal dan kesuaman rohani yang berusaha diantisipasi oleh Martin Luther. Itu reformasi. Ketika gerakan kekristenan memudar, Wesley kembali membangkitkan kerohanian dan ia berjalan ribuan km dengan menunggang kudanya. Itu reformasi. Tapi saat kekristenan pudar muncul gerakan Pantekosta, ini adalah sebuah reaksi. Ketika gerakan Pantekosta memudar lalu muncul karismatik, ini sebuah reaksi. Ketika  gerakan Karismatik memudar lalu muncul gerakan gelombang ketiga , ini adalah reaksi. Ada perbedaan antara reformasi dan reaksi , tetapi penyebabnya sama yaitu stagnasi rohani. Orang-orang yang mencintai Allah akan berusaha kembali pada Allah. Ketika mereka melihat ada sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman dan tidak baik,  mereka berusaha kembali kepada Allah. Itu reformasi. Reformasi pada dasarnya suatu gerakan kembali ke Allah.
Beberapa tahun lalu, saya sering diundang untuk khutbah di sebuah gereja suku. Gereja ini gereja tradisional tetapi bukan gereja Tionghoa, saya tidak bisa berkhotbah di kebaktian umum karena bahasanya beda. Saya berkhotbah di ibadah kontemporer. Saya khotbah seperti di BCS (Bright Community Service) GKKK CPL. Formatnya sama dengan BCS. Saya bertanya,”Pak apa alasan menggunakan format seperti BCS?”. Mereka berkata,”Tua-tua yang datang sudah dari kecil Kristen, mereka datang tidak ada semangat. Anak muda hilang dan mereka pergi ke GBI, GPdI , JPCC. Maka kami berpikir membuat ibadah seperti mereka.” Jemaat dari suku ini , batuk saja merdu. Jadi full band. Pembukaan panggil artis rohani. Pemimpin pujian dipilih yang bagus suaranya. Ibadah ini bertahan sekitar 1 tahun lalu tutup. Karena cara ibadahnya berubah tetapi spiritualitas nya dan hatinya tidak berubah. Setiap kali saya berkhotbah, saya ‘silet’ dosanya tetapi tidak ada pertobatan. Setelah keluar ruang ibadah, mereka merokok. Saya dekati, rokok disembunyikan. Tata ibadah dan gaya ibadah berubah, tetapi kerohanian tidak. Itu reaksi bukan reformasi. Reformasi pada dasarnya adalah gerakan lemah lembut kembali ke Allah, kembali lagi kepada kebenaran alkitabiah, kebenaran-kebenaran yang ortodoks. Kita kembali ke origin of our faith. Kita kembali pada hal yang paling mendasar dari kerohanian, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.   Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:37-39). Reformasi adalah upaya secara total kembali pada Allah. Kita bukan saja melakukan ritual dan aktivitas rohani , kita kembali kepada kerohanian sejati , upaya mengasihi Allah dan mempersembahan seluruh hidup kepada Allah. Kalau orang Kristen tidak mempunyai semangat ini, berhenti mengasihi Allah dan hidup secara tradisional dan hidup dalam liturgi yang kosong, hidup tanpa mengasihi Allah tetapi tetap datang ke gereja maka gereja akan mengalami stagnasi dan bila itu terjadi maka Allah akan bertindak.
Berapa lama kita pergi ke gereja? Berapa ibadah yang kita lalui? Pertanyaannya, apakah kita menjadi orang yang lebih mengasihi Allah, bergantung pada Allah, lebih berserah pada Allah? Seberapa jauh kita ‘melemparkan’ diri ke Allah saat pergumulan begitu berat menghadang, mempercayakan diri pada Allah saat di depan ada prospek yang menjanjikan, melakukan disiplin rohani untuk sekali lagi tenggelam di dalam Allah? Seberapa jauh?
Saya baru pulang di Kalbar melayani anak-anak SMP. Mereka lebih tinggi dari anak-anak SMP di Jakarta. Mungkin makanannya berbeda. Badannya besar-besar. Siswa yang berbadan kecil minoritas. Saya baru pulang melayani retreat di SKKK Kosambi Baru  kelas 11. Tinggi mereka setinggi kelas 11. Saya layani anak-anak di Jawa yang cara berpikirnya beda. Anak SMA di SKKK Kosambi Baru, kalau lulus mau lanjut kemana. Di Kalbar, manusia punya indra keenam tidak? Bisa melihat setan tidak? Kalau tidak tidur semalaman lalu badannya bergoyang karena pusing dikatakan orang kerasukan. Seolah-olah mereka tidak pegang gawai (gadget). Apa yang mereka lihat di gadget mereka kalau bicara kembali ke zaman batu. Cara pakaiannya sama seperti orang Korea, tapi cara berpikirnya seperti zaman batu. Orang sakit , orang masuk angin dianggap kerasukan. Apa yang membedakan? Yang membedakan orientasi hidup. Orang di Jakarta dan daerah mungkin orientasinya berbeda. Tetapi orientasi rohaninya sama, kalau bukan orientasi ke Allah akan mundur ke belakang. Kalau orientasi rohani mu adalah mencari berkat maka akan mundur ke belakang. Kalau apa yang diinginkan kesembuhan, kekayaan, kesuksesan maka engkau tidak menginginkan Allah. Bagi kami yang terpenting adalah di atas segala-galanya engkau mencintai, menginginkan dan merindukan Allah. Saya rindu agar setiap kita berdoa agar ada rasa lapar dan haus dalam hidup kita.
Salah satu reformasi yang saya kagumi  adalah John Calvin (lahir 10 Juli 1509 di Noyon, Perancis dan meninggal 27 Mei 1564 di Jenewa, Swiss). Ia tidak seperti Luther yang hatinya lembut, hanya orangnya meletup. Luther juga senang main musik. Calvin orangnya lebih statis . Ia orangnya tenang, stabil, yang dikerjakan itu-itu saja. Tapi justru tulisan Calvin menjadi pondasi reformasi dan menjadi pondasi pendirian gereja seperti GKKK. Tulisannya sudah bertahan selama 500 tahun dan masih dipelajari sampai sekarang. Ia punya moto yang dipegang sampai ia kembali kepada Bapa : Cor meum tibi offero, Domine, prompte et sincere (kepadaMu ya Allah kupersembahkan hatiku dengan segera dan tulus). Ketika Allah memanggil ,dia segera datang. Ketika Allah meminta, ia segera memberi. Ia berikan dengan tulus. Itu reformasi. Semoga itu yang kita miliki di hadapan Allah.

Wednesday, October 25, 2017

Penyembuhan Luka Batin (Tiranus XII 221017)


Ev. Lie Bing

Pendahuluan

Tema ini di gereja aliran protestan jarang dibahas. Padahal kalau ditanya : apakah semua pernah mengalami luka batin? Terkadang di alam bawah sadar, kita katakan bahwa  kita tidak pernah mengalami luka batin. Namun kenyataannya setiap orang pernah mengalami luka batin baik itu luka yang mendalam atau tergores sedikit saja.  Berbicara tentang luka batin, pria lebih jarang mengikuti seminarnya. Namun kali ini peserta kelas Tiranus pria-nya cukup banyak.

Efesus 4:31-32
Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Ibrani 12:14-15 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.

Dikatakan segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. Hal ini  bukan hanya terjadi di luar lingkungan gereja tetapi banyak terjadi baik di lingkungan gereja dan rumah tangga Kristen. Padahal Tuhan mau agar semua hal tersebut dibuang jauh-jauh, sayangnya semua itu justru dekat dengan kita. Untuk mengatasinya, Tuhan kasih memberi nasehat yaitu agar umat Kristen penuh kasih mesra dan saling mengampuni. Nasehat firman Tuhan banyak dikaitkan dengan kasih. Unsur yang tidak lepas dari kasih adalah mengampuni, padahal susah untuk mengampuni. Namun dikatakan ‘sebagaimana Allah di dalam Yesus Kristus telah mengampuni kamu’ maka  tanpa Yesus Kristus tidak mungkin kita mengampuni karena Tuhan memberi kuasa itu kepada kita. Tuhan minta agar kita hidup dalam damai sejahtera dengan sesama kita. Ini terkait relasi dengan sesama. Tuhan ingin kita punya kekudusan hidup. Ada penjagaan sikap yang waspada. Jangan menjauhkan diri dari kasih karunia, tanpa kasih Allah tumbuh kepahitan dan selanjutnya kerusuhan dan mencemarkan banyak orang.

Apa Luka Batin?
inner” = batin/pusat/inti. Jadi luka batin berarti keadaan batin/jiwa seseorang yang terluka / tidak sehat. Luka berarti ada goresan alias kondisinya tidak sehat. Seberapa dalam lukanya?

Istilah dalam Alkitab
Amsal 27:9 …. Tetapi penderitaan merobek jiwa. Jiwanya hancur lebur (terobek)
Yes 61:1. Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara,
Di dalam Alkitab tidak ada istilah luka batin.

Gambar diri yang sehat
Dr. Maurice Wagne. Gambar diri yang sehat memiliki 3 konsep perasaan diri :
-        perasaan dimiliki,
-        perasaan berharga (pria yang  kehilangan perasaan berharga akan mengalami ‘down’. Pria ingin ‘dipandang dan memiliki nilai),
-        perasaan mampu (bisa melakukan sesuatu yang berarti). Kehilangan ini membuat orang mengalami krisis.

Penyebab Luka Batin
Goresan yang melukai batin seseorang, karena perbuatan / peristiwa terentu yang menggoncang & menyakitkan hati mencakup :
-        kehilangan (semakin dekat hubungannya, maka sakitnya lebih dalam. Misalnya : seorang yang ditinggalkan pasangan hidup, anggota keluarga yang dikasihi)
-        ketidakadilan (ketika mengalami ketidakadilan seringkali juga menimbulkan goresan luka ini)
-        pengkhianatan (misal : diselingkuhi, rumah tangga goncang dan diambang perceraian maka muncul ledakan kemarahan di dalam dirinya semakin sulit mengampuni dan memiliki kasih yang mula-mula),  
-        kemarahan,
-        penolakan,
-        perasaan bersalah
saya pernah berada di bagian ini. Papa saya menderita sakit selama 9 tahun sebelum meninggal dan bukan saya penyebab sakitnya. Papa mengalami sakit stroke. Saat itu saya merasa seolah tidak berdaya / mampu. Waktu papa sakit, saya masih sekolah SD. Waktu saya SMP , sakit papa tidak juga sembuh-sembuh dan untuk mendapat pengobatan yang layak tidak ada. Sebagai anak, saya masuk ke dalam perasaan bersalah yang kuat apalagi mama saya
-        traumatis (peristiwa yang menyebabkan traumatis).  .
Kita perlu menyelidiki, apakah ada goresan yang kita alami di masa hidup kita.

Dosa

Di Alkitab terdapat banyak hal yang menyebabkan timbulnya dosa seperti : pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan , kebebalan, penyembahan berhala, homoseks, kikir, penipu,  pemabuk, pemfitnah, perseteruan, perselisihan, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, dusta , amarah, perkataan kotor , kepahitan, kegeraman, pertikaian, nafsu jahat, kenajisan.
(Mrk 7:20-22; 1 Kor 6:9-10; Gal. 5:19-21; Ef 4:25-31; Kol 3:5,8-9)

Lingkaran Pohon

Lingkaran pohon memperlihatkan sejarah pertumbuhan pohon itu tahun demi tahun yang merekam hidup kita. Rekaman itu mempengaruhi konsep, perasaan, relasi kita secara mendalam. Pertanyaan: Ingatlah rekaman masa lampau yang membuat anda terluka atau sedih. Contoh : Sakit ganas, tersambar halilintar, curah hujan tinggi, kebakaran, kekeringan, pertumbuhan normal.
David menulis buku penyembuhan luka batin. Perjalanan hidup kita tidak selalu berjalan lurus dan normal. Tetapi ada ada tandanya. Ini menimbulkan guratan-guratan. Apakah di masa hidup kita dari kecil sampai sekarang apakah hidup kita oke saja atau mengalami krisis yang menimbulkan goresan dalam hati kita. Saya menyadari hal tersebut banyak terjadi di masa kecil , masa di mana saya mengalami banyak luka. Tiap bagian punya kisah sendiri. Kita semua mengalami perjalanan yang tidak mudah.

Tindakan Kekerasan

1.       Kekerasan fisik.
Walaupun pemerintah sudah mengatur tindakan kekerasan dalam rumah tangga tapi tetap saja ada pelanggaran.
2.       Kekerasan emosi.
Sekarang ada banyak kata yang terucap dengan vulgar dan menyampaikannya lewat sosmed : fitnah
3.       Kekerasan seksual.
Sekarang makin hari semakin brutal. Orang makin berani melakukan kekerasan seksual.
4.       Kekerasan penelantaran.
Saya berasal dari Jawa Timur , ketika sampai Jakarta saya melihat ritme kehidupan di Jakarta di mana kebanyakan suami-istri bekerja. Hal ini menyebabkan seringkali anak-anak yang jadi korban penelantaran. Ini tidak bisa dihindari karena factor ekonomi dll.
5.       Kekerasan ringan.
Misal : tidak dihargai / dihormati.
6.       Kekerasan rohani.
Terkadang hal ini terselubung. Misal : adanya tuntutan berlebihan. Katanya disuruh hidup kudus, mengejar kekudusan lalu memberi tuntutan berlebihan terhadap hal-hal rohani atau menafsirkan firman Tuhan secara tidak benar. Misal : hai suami kasihilah istrimu . ini dipakai untuk menjatuhkan sesamanya.

Akibat Luka Batin

1.       Gangguan fisik : kepala pusing, jantung berdebar, gemetaran (ketemu orang setipe), stroke dll. Saya punya paman yang paling kecil. Walau begitu, dia keras sekali didikannya seperti militer. Saya mengalami kekerasan saat kecil. Walaupun paman saya belum ngomong , dengan melihatnya saja sepertinya kita mau ditelan. Pertama kali berhadapan dengannya saya merasa takut. Waktu kecil paman saya punya aturan tidak boleh menatap mata orang tua. Setiap kali mendengar suaranya saya ingin berlari. Ini berdampak pada diri kita.
2.       Gangguan  pikiran : sulit konsentrasi, berpikir negative, cara pandang yang salah terhadap Tuhan, diri dan sesama. Kalau peristiwa menggores batin kita mempengaruhi cara pandang kita terhadap Tuhan, diri sendiri dan orang lain. Kita negative thinking terhadap orang lain. Sepertinya orang itu tidak ada yang benar. Atau kita menghakimi diri kita. Saya dulu sempat marah dengan Tuhan (menyalahkan Tuhan). Papa saya seorang figure yang baik. Dari 13 bersaudara, papa anak tertua. Ia tulang punggung keluarga. Ketika ia stroke, ia collapse secara bertahap. Ia tidak bisa bekerja dan menjadi kurang dihargai keluarganya. Saya sempat marah ke Tuhan, ketika membawa papa berobat tetapi tidak mendapat hasil. Saya saat itu belum benar-benar menjadi orang Kristen. Dari kecil walau keluarga besar Muslim, tapi di KTP saya ditulis Kristen. Dari kecil walau tidak mengeri jadi Kristen seperti apa, dapat KTP Kristen. Ini bagian yang waktu kecil yang saya tidak mengerti . Tetapi perjalanan hidup yang berat membuat saya bertanya apakah benar Tuhan itu ada. Selama beberapa waktu hal itu mengganggu. Membuat saya terlalu mempersalahkan Tuhan. Mana buktinya Tuhan itu ada?
3.       Gangguan emosi : sedih, takut, marah belebihan.
4.       Gangguan psikologis : stress, depresi dll. Suatu kali ada orang yang saya layani. Ia punya 2 anak. Bukan saja dia stress tapi juga sisofrens. Dulu keluarga berada dan kemudian bangkrut. Peristiwa terjadi satu per satu. Hal ini pada kedua anaknya mengalami goncangan yang hebat. Itu sangat melukai. Kadang orang yang putus pacar (dikhianati), rumah tangga yang mengalami retakan hubungan membuat terjadi hal yang tidak diharapkan.
5.       Gangguan perilaku : dendam, kasar, menyakiti diri, sulit percaya pada orang lain, kecanduan dll. Kecanduan adalah bentuk pelarian diri. Contoh di dalam Alkitab : Kain membunuh Habel.
6.       Gangguan seksual : gairah menurun, sulit membangun keintiman. Contoh : suami istri yang kasihnya sudah hambar, sehingga tidak ada gairah lagi untuk menikmati pernikahan.
7.       Gangguan social : menarik diri, sulit bersosialisasi. Karena relasi nya rusak dan koyak.
8.       Gangguan rohani : relasi dengan Tuhan terganggu. Malas berdoa, bersekutu dalam Tuhan, malas bersaat teduh. Ini menggangu hubungan kita dengan Tuhan dan sesama.

Luka batin terkait dengan kehilangan seperti ditinggal mati keluarga, pasangan, dipecat dengan tidak hormat, kehilangan figure tertentu yang diidolakan dan tiba-tiba melukai kita. Kehilangan itu menjadi penyebab luka batin. Secara psikologis, kehilangan itu stress nya 100%. Apalagi bila hubungannya semakin baik dan dekat akan semakin melukai. Cara pengobatannya : ada orang yang menyangkali atau ditekan dalam alam bawah sadar. Sebetulnya ia tidak mengeluarkan. Bagian mengeluarkan ini penting.
Pengkhianatan : maka mulai memilih untuk berpisah atau memperbaiki relasi. Ketika terjadi pengkhianatan, maka hilang relasi dan tidak bisa dekat seperti itu. Ada kadarnya sendiri-sendiri.

Apakah Tuhan bisa merasakan luka batin terhadap manusia?
Bisa, namun Tuhan itu luar biasa. Hubungan dan perilaku kita terhadap Tuhan, kadarnya sangat jauh. Tuhan memberi kita kasih yang tanpa syarat walaupun kita rusak , bobrok dan jahat, Tuhan mengasihi kita apa adanya. Waktu manusia jatuh dalam dosa, Tuhan sangat bersedih dan berduka. Tuhan menangis. Ketika kita gagal dalam ketundukan kita taat pada Tuhan, Tuhan mengalami hal itu. Tuhan terluka saat anak nya tidak mengasihiNya. Namun pintu maaf Tuhan terbuka lebar-lebar.
Ilustrasi gambar Tuhan memeluk anak sangat baik. Orang banyak yang gagal, Tuhan memberikan pengampunan yang tak terbatas. Daud dikasihi Tuhan. Ia orang pilihan Tuhan. Ia punya hati yang luar biasa. Saat ia jatuh, Tuhan bersedih. Tuhan bisa marah dan Duad ditegur melalui nabi Natan. Walaupun saat ditegur ia tidak merasakan. Ada konsekuensi terhadap dosanya. Menariknya Daud mengalami pemulihan. Ia dipakai Tuhan walaupun gagal.
Tuhan tidak menginginkan anak-anaknya jatuh dalam luka batin yang jadi pusaran. Kalau akibatnya sedemikian hebat dan meruntuhkan kita, apakah kita mau dipulihkan?

Mengelola diri Ketika Mengalami Luka Batin

1.       Mengenal (I am…)
Apakah kita bisa mengenal dengan baik tentang kelebihan dan kekurangan sendiri? Apakah kita mengenal area di dalam diri kita yang sensitive?
Misal :
Ada yang area sensitif berupa suka moody dan berusaha mengontrol diri agar tidak mudah tersinggung (tidak senang dengan cara berbicara seseorang). Karena kalau gampang tersinggung maka orang lain juga bisa begitu. Yang penting bagaimana melihat orang lain.
Atau area sensitive saya : kalau mendengar kata-kata kasar dan teriak-teriak. Saat mendengarnya telinga saya tidak tahan.
Kalau kita tahu area kelemahan kita, maka kita boleh pasang rambu-rambu di area itu. Contoh : telinga tidak tahan dengan kata-kata kasar. Kalau saya mendengar itu, saya menenangkan diri, menjaga jarak sehingga lawan bicara saya berkata-kata dengan tenang daripada saya tidak tahan , bereaksi dan membalas.
Saya dengan nenek dari pihak papa, omongannya selalu tentang sekolah saya. Saat itu papa saya kurang uang dan pinjam dari nenek. Waktu saya ke rumah nenek, secara tidak langsung ia mulai menyinggungnya sehingga membuat hati saya terluka. Tetapi pada kunjungan berikutnya saya lupa, namun kalau disinggung lagi jadi teringat kembali. Jadi kita perlu benar-benar tahu area hidup kita yang rentan.

John Calvin : Knowing yourself begins with knowing God. (Kenal Allah – Kenal Diri – Tahu Diri)
Pengenalan diri kita dimulai dari pengenalan Allah. Ini menjadi bagian yang sentral. Cara mengenal diri dengan mengenal Allah. Kita tidak mampu mengenal diri dengan baik sebagaimana Allah mengenal diri kita. Sehingga kalau kita mengenal Allah menolong kita mengenal diri sendiri dari sudut pandang Allah dan kita tahu menempatkan diri kita.

Kenali :
-          Reaksi Tubuh, mengenal reaksi tubuh penting.
Contoh : suatu kali saya waktu kuliah di SAAT ada dosen bernama Ibu Vivian yang meminta siswa yang bersedia menjadi seorang volunteer pada salah satu acara tentang pendekatan konseling. Saya pun mengajukan diri. Namun waktu masuk di sesi itu, tiba-tiba ingatan saya terklik dengan area sensitive saya. Padahal beliau hanya menggunakan dua jarinya untuk membuat suara klik-klik dengan ujung jarinya. Itu mengingatkan saya pada masa lalu di mana paman saya yang mau solat selalu memakai bakiak yang berbunyi saat dipakai. Paman saya orang yang melukai saya. Waktu itu pikiran saya ke sana dan tiba-tiba saya menangis. Waktu kecil saya sering ketakutan dengan paman saya. Di suatu ruangan, ia wudu, saat berpas-pasan dengan saya ia suka berteriak, “Sana! Jangan dekat-dekat! Najis!” Rupanya bunyi jentikan jari Ibu Vivian membuat saya teringat kisah itu. Walaupun paman saya sekarang sudah meninggal, tapi sekarang kalau berhadapan dengan orang yang memiliki otoritas yang mirip, maka seolah saya bertemu dengan orang yang sama (paman saya). Maka kita perlu berhati-hati dengan area sensitive kita.
-          Perilaku. Saat mood tidak baik, maka lihat bagian diri sendiri dan orang lain. Dalam perilaku, kita perlu melihat perilaku kita dan orang lain. Misal : apakah pernah ada gesekan di rumah? Contoh lain : biasanya saat bertemu disambut hangat, tapi kemudian berubah (membuang muka). Atau di gereja , kita susah dekat dengan orang lain (malas bicara dengan saudara seiman).
-          Sikap.
-          Pikiran. Bagaimana pikiran dikontrol atau tidak larut dan tidak blunder di area sensitive itu atau kita tidak jatuh dalam pikiran menghakimi orang lain.
-          Emosi.
Apakah kita boleh marah? Kita boleh menyampaikan emosi. Tetapi kita perlu mengenali emosi . Ukur diri kita. Sampaikan ketidaksetujuan, kemarahan dengan kata-kata yang santun. Ini perlu latihan.

Tanda fisiologis

Luka batin mempengaruhi psikis. Emosi, denyutan lebih kencang. Apakah rapat nadanya slow atau nada naik turun? Pasti ada perbedaan pendapat.
Ada bos yang kalau marah akan mudah terlihat karena ekspresif. Begitu marah mukanya berubah merah seperti tomat. Walau saya tidak dimarahi, saya merasa kasihan dengannya. Terkadang ia curhat kepada saya. Kalau sedang lepas kendali, ada bagian yang membuat orang tidak tahan.
Contoh tanda fisiologis :
-          Sakit kepala
-          Kepala berputar / akan meledak
-          Otot mengencang / tegang
-          Denyut jantung meningkat

Area Kerentanan & Faktor Pemicu
-          Penglihatan.
Saat melihat orang yang tidak kita sukai, maka secara reaksi muka dipalingkan saja. Misal : saya ada konflik dengan rekan hamba Tuhan. Lalu ada konflik dan merasa tidak kenal. Mata tiba-tiba menghindar. Lebih baik tidak ketemu. Daripada buat dosa lebih baik menghindar? Apakah kita kelemahannya seperti ini? Laki-laki lemah di penglihatan.
-          Emosi. Pria spontanitas sering keluar.
-          Perasaan. Area saya sensitive di kata-kata. Perempuan lemah di perasaan.
-          Kata-kata. Perempuan juga lemah di mulut.
-          Suara. Saya tidak tahan dengan orang yang suaranya kencang-kencang. Beruntung kemarahan bos saya tidak ke saya. Saat dia marah, saya masuk ke ruangan lain agar tidak terlalu kencang kedengarannya sehingga suaranya teredam. Itu cukup menolong saya sebelum saya bisa mendinginkan suasana.
-          Bau. Kadang bau berpengaruh, khususnya di luka-luka terkait pelecehan.
-          Memori. Saya kuat mengingat. Bila ada yang mengganggu, saya doakan. Saya minta agar Tuhan membebaskan.
-          Situasi.
Apakah kita rentan terhadap pemicu tersebut? Untuk peristiwa negative sepertinya susah dihapus. Kita perlu tahu area kerentanan kita.

2.       Menerima

Mazmur 26:2 Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku,

Luka secara fisik mudah dilihat missal :di tangan, kaki, tubuh kita. Tetapi luka di hati tidak terlihat walau bisa terasa. Masalahnya : apakah kita mau jujur? Orang bisa melihat dari perilaku dengan cara mengamati. Tuhan sanggup melihat kondisi kita, karena di hadapan Tuhan tidak ada yang terselebung (terang benderang). Jadi kita harus jujur melihat diri kita di hadapan Tuhan. Pengakuan kita itu penting. Mengakui bahwa kita terpengaruh dengan goresan luka itu, misal : memori ingatan masa lalu yang menyakitkan. Kita mengakui walau sebagai anak Tuhan (orang Kristen) kita tidak kebal dengan luka batin. Kita sangat rentan.
Apakah kita boleh benar-benar mengakui dan membawanya kepada Tuhan? Kalau tidak jujur, maka konfliknya semakin besar. Semakin menyangkali maka konfliknya semakin besar. Misalnya saat ditanya , kamu marah ya? Dijawab : tidak marah dengan nada tinggi. Kita bisa memakai topeng. Walaupun topengnya semakin tidak terlihat, tetapi kita tidak bisa  menyangkal diri sendiri. Sebetulnya aku gemas dll. Kalau boleh jujur, apakah kita berani mengekspresikan marah kita dengan cara yang sehat. Misalnya : sakit waktu kamu ngomong begitu, aku tersinggung kamu ngomong seperti itu. Kamu jahat.

Kebanyakan emosi nya marah (tergantung kadar marahnya). Emosi negative lainnya : benci dan dendam. Saya termasuk orang yang suka diam kalau sedang marah. Saya susah mengekspresikan diri kalau marah dengan kata-kata. Kebanyakan saya menangis , itu tanda sedang memendam perasaan. Latar belakang waktu kecil saya adalah pola tradisional dulu. Anak menangis pasti ada sesuatu yang ingin dia komunikasikan. Apalagi bertemu dengan paman saya yang temperamen seperti itu. Apalagi gaya keraton yang berkata ‘inggih saat dimarahi. Saya sulit mengekspresikan ketidaksetujuan. Singkat cerita, untuk mengekspresikannya butuh latihan yang menguras energi. Ketika saya memutuskan masuk MK SAAT (untuk konseling). Saat marah saya ekspresikan kebanyakan dengan menangis atau berkata paman saya jahat. Suatu kali papa saya sakit. Saat itu saya menangis karena ada pesan dari papa yang sudah menerima Kristus. Paman saya melukai saya kembali dengan berulang-ulang. Digores terus menerus. Belum sembuh sudah digores lagi. Saat papa percaya Kristus  , ia tetap tinggal di rumah dengan 7 anggota keluarga lainnya yang muslim.
Papa saya waktu sakit, paman saya sholat dan berdoa di telinga papa. Saya melihatnya dengan jengkel tapi tidak bisa menerima. Saat itu saya dalam pertobatan awal. Setiap dikunjungi paman, saya malah tidak senang (marah). Tapi saya tidak frontal dengan paman saya walau saya sambut dan persilahkan dia masuk. Kondisi papa saya kemudian kritis dan paman melakukan hal-hal yang aneh. Tahun itu 1998 dan ada banyak isu SARA. Paman saya mengancam hamba Tuhan dari gereja saya yang mengunjungi papa. Tindakannya membuat hati saya hancur. Setelah papa meninggal, beberapa paman saya ingin penguburan dilakukan secara muslim yakni dengan cara dipocong. Saya dipanggil dan dikatakan, Lie Bing kamu tahu keadaannya seperti apa?” Reaksi tubuh saya sepertinya mendidih dan mau meletus. Mereka bertanya , “Menurut kamu bagaimana? Dalam keadaan tertekan, saya katakan, “Acek, kan tadi Tanya ke saya” Ada 3 paman yang ajak bicara. “Saya secara anak ingin agar papa dikuburkan secara Kristen” Langsung paman saya marah besar. “Kamu keponakan macam apa ya? Kalau lelaki, sudah saya gampar “ Hati saya antara takut dan marah. Saya tiba-tiba marah untuk pertama kali dan berseru, Tadi kan acek bertanya kepada saya!” Saya seperti kehilangan kendali. Saya menjawab apa yang saya ingin. Karena saya merasa sebelum papa anval ia sudah menerima Kristus. Paman saya tidak tahu dan pikir papa masih muslim. Saya berkata lagi,”Saya tidak peduli apakah papa saya dikubur, dipocong, dibakar lalu dihanyutkan. Saya tidak peduli. Tetapi jangan larang saya berdoa. Nanti kalau sudah selesai, saya tidak peduli. Tetapi sekarang jangan larang saya sesuai iman saya. Itu benar-benar diluar batas kemampuan saya. Saya minta Tuhan untuk mengatakan iman saya walau saya sudah marah. Buat saya mengatakan jasad mau diapakan terserah itu sudah kasar.
Waktu papa saya meninggal, dipocong. Saya menangis. Jadi awal paman saya datang berkunjung dan ingin memperhatikan kokonya, saya tetap kehilangan kemampuan untuk respek kepada paman. Waktu dibongkar, saya berusaha menekan kemarahan dan berkata dalam hati,”Tuhan saya tidak mau marah tapi mau mengasihi. Saya sulit menerima. Mengapa saya harus mengasihi? Mereka membuat ini-itu yang tidak sesuai dengan keinginan saya. Saya diperlakukan tidak adil. Kemarahan itu susah diungkapkan. Ketika saya berani dan belajar untuk lebih jujur terhadap diri sendiri, kadang kemarahan saya bentuknya tangisan dan sulit disampaikan dalam bentuk kata-kata. Ada yang diam tapi sebetulnya marah. Kita perlu ekspresikan marah dengan santun. Dalam prosesnya, saya melihat di bagian marah itu mulai menyampaikan kepada siapa saya marah. Supaya konflik di batin tidak membuat kita tertekan. Mengapa Tuhan mengajar kita boleh menerima kemarahan? Waktu saya diproses. Kita punya area kerapuhan sehingga bagaimana kita bisa membingkainya. Saat memberi perhatian pada diri kita, bukan kepada kita saja tetapi juga kepada orang lain. Kita perlu merawat diri kita yang terluka. Ada berapa kasus, pengampunan tidak selalu berakhir dengan rekonsiliasi. Terutama pada kasus di mana terjadi penganiayaan. Ada keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan melukai pasangan dengan ancaman mau membunuh dan tindakan kekerasan. Untuk melindungi diri juga penting. Tidak hanya menerima diri saja.

Kita harus menerima bahwa ,”Saya terpengaruh”, “Saya tidak kebal “, “Memberi perhatian pada diri” atau  
It’s Ok not to be OK”. Pernah kita katakan It’s OK to be angry”?. Tidak ada aku merasa sedih dan orang lain menolak aku. Bagian ini sebenarnya realitanya kita tertolak dan marah besar.
Selidikilah batinku dan hatiku. Tuhan ada konselor kita yang mampu menolong setiap kita apapun problem kita. Kita bawa sungguh-sungguh di hadapan Tuhan. Ini penting sekali.

Gambar layar ada titik hitam.

Suatu kali pernah datang konseling sebelum sekolah di SAAT. Saya dikasih kertas dengan yatitik balpoin. Ada tinta di kertas itu. Waktu ditanya lihat apa di kertas itu?  Saya menjawab, “Saya lihat ada titik hitam. Lalu ditanya kembali,”Coba lihat lagi, ada apa di situ? Saya berkata, kertas putih dengan titik hitam. Kembali saya ditanya,”Coba perhatikan lagi, apa yang kamu lihat?” Waktu itu ada yang menarik. Ada kertas putih dan titik hitam. Tetapi sebenarnya kamu bisa menggambarkan, melukiskan, kertas putih ini dengan gambar-gambar yang indah di dalamnya.
Waktu pulang, saya ditanya mama, “Dapat apa di konseling?” Saya katakan,”Dapat kertas putih dengan titik hitam!” Hamba Tuhan tersebut mengatakan, “Saya terlalu fokus pada masa lalu yang gelap , pahit dan melukai. Tetapi belum bisa melihat untuk bisa menggoreskan pena saya untuk hal-hal yang indah. Jadi pulang saya coba memaknai bagian yang tidak indah itu untuk mengisinya dengan hal yang indah.
Yang gelap itu tidak menganggu hidup saya, dan saya mulai menjalani hidup saya dengan warna-warna yang indah. Ini membawa saya ke hal yang saya kerjakan dan lakukan. Kalau kita hanya fokus ke titik hitam tersebut, kita lama-lama melihat titik tersebut makin membesar seperti lingkaran setan dan lama-lama membuat kita terperangkap. Saya sebenarnya agak penakut. Waktu masuk ke tempat taman bermain (waterboom) ada black hole. Saya ingin mencoba permainan itu. Saya waktu masuk seperti pengap. Waktu itu saya teriak. Sepertinya tidak sampai-sampai. Waktu keluar baru terasa beda. Saya mencoba dengan keponakan saya yang masih SMP. Dia berkata, “Ayo a-yi, asyik!” Jadi saya pun mencobanya. Waktu masuk gelap sekali sehingga saya berteriak dan ingin cepat keluar dan begitu keluar mulai bisa bernapas lega. Kita tidak mau terperangkap dalam black hole. Kita bebas membawa nya untuk lepas dari ikatan masa lalu kita.

3.       Mengalami Kesembuhan (recovery)

Yer 17:14 Sembuhkanlah aku, ya TUHAN, maka aku akan sembuh; selamatkanlah aku, maka aku akan selamat, sebab Engkaulah kepujianku!
Yeremia 30:17  Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN, sebab mereka telah menyebutkan engkau: orang buangan, yakni sisa yang tiada seorang pun menanyakannya.
Ini teriakan saat bangsa Israel di masa pembuangan. Yang bisa menyembuhkan dan menyelematkan adalah Tuhan. Tuhan akan mengobati luka-lukamu. Apakah kita pernah meneriakkan kata-kata ini? Siapa yang kita cari saat kita kesulitan dan tidak berdaya? Seringkali kita mencari cara-cara kita sendiri.

Maz 51:12 Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah , dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!
Maz 147:3 Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka

Prinsip Alkitabiah
David A. Seamands & Beth Funk

1.       - Hadapi masalah dengan jujur
(Yak 5:16 Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.). Ketika Tuhan mengutus nabi Natan untuk menegur Daud, awalnya Daud tidak mengerti tetapi Tuhan mengenal Daud (lihat 2 Samuel 12). Kita menyayangkan kejadian ini pada Daud yang lemah lembut. Tetapi Alkitab memberitakan dengan gambling bagian ini. Daud yang di mata kita sudah oke dalam proses perjalanan, mengapa ada bagian kegagalannya? Ia juga seorang manusia biasa. Ia tidak kebal terhadap dosa, walaupun ia orang yang dekat dan diurapi Tuhan, tetapi ia mengalami kegagalan. Alkitab memberi gambaran bagaimana Daud mau dipulihkan Tuhan dari dosa-dosanya. Kata jujur penting. Daud membutuhkan untuk disucikan dari dosa-dosanya, walaupuna ia menerima konsekuensi. Ini bagian agar kita menerima tanggung jawab kita. Kalau kita berseru dan mau jujur , apa andil kita dalam konflik? Baik dengan keluarga , saudara seiman, sahabat kita, apakah kita punya tanggung jawab kita? Nabi Natan datang ke Raja Daud dan menegur. Daud seorang Raja dan punya kuasa. Ketika dibongkar dosa-dosanya, Daud dengan jujur mau mengakui. Ia tidak marah ke Nabi Natan. Ia menyesali, berduka atas dosa-dosanya dan menerima tanggung jawabnya.
2.     -  Terimalah tanggung jawab Anda (Mat 25:21).
Kalau sulit menerima, maka kita tidak merasa butuh. Alkitab beberapa kali mencatat berapa kali Tuhan bertanya, “Apakah engkau mau sembuh? Ini undangan Tuhan. Maukah kita sembuh dari luka batin kita?
3.       Tanyakan pada diri : “Apakah Anda ingin disembuhkan” (Yoh 5:6)
4.     -  Ampuni semua orang yang terlibat dalam masalah Anda (Mat 6:12). Karena kita mengambil bagian atas kesalahan kita. Maafkan saya karena ada kesalahan. Mungkin kita ada peran di situ, apakah kita berani mengambil tanggung jawab dan meminta maaf? Meminta maaf belum tentu salah.
5.     - Ampuni diri Anda (1 Yoh 1:9)
6.     -  Mintalah Roh Kudus memperlihatkan kepada Anda problem Anda yang sesungguhnya dan bagaimana harus berdoa (Rm 8:26-27). Hanya Roh Kudus yang sanggup memulihkan hati kita.

Mengalami kesembuhan
-          - Dialog internal. Kalau ada pertikaian, kita bisa bicara dari hati ke hati. Kalau tidak sanggup baru minta orang lain untuk mediasi.
-          - Memonitor diri
-          - Mengambil tanggung jawab
-          Memulihkan rasa aman dan mampu memegang kendali atas hidup saya. Apalagi saat kita sering disakiti, ditindas, diperlakukan tidak adil, kasih diri tempat agar bisa pulih. Kalau terus perilakunya, bagaimana bisa memegang kendali? Kadang kita bisa gagal. Mungkin tidak instan. Waktu luka, dikasih obat dan dibalut, apakah sudah lebih baik? Kita butuh waktu untuk proses itu. Formula untuk menjadi menang dan aktif, bolehkah cari kesenangan yang mendukung kita? Luka batin kita hilangkan kebahagiaan. Sehingga kita mengupayakan menjadi bahagia dan aktif. Ingatan itu akan datang ketika kita bengong dan melamun, tidak ada kerjaan.
-          - Membangun kembali batasan
-          - Latihan
-         -  Memulihkan tujuan dan arah
-          - Menjadi senang dan aktif
-          - Nilai dan perhatian saya

Pendekatan spiritual

-         -  Berdoa
-         -  Baca Alkitab. Hati yang gembira adalah obat. Ini bicara saat kita mengalami kesulitan.
-          Menulis jurnal. Waktu kita mengenali dan menganalisa, dalam proses konseling waktu menggali klien, biasanya menceritakan problemnya. Waktu punya masalah seperti benang ruwet. Jurnal penting dituliskan, ini area tentang aku. Aku terpicu ketika bisa membawa orang sadar. Kita boleh menolong diri kita untuk melakukan pertumbuhan-pertumbuhan.
-         - Support group / KTB
Ini membantu pertumbuhan kita. Di film di Barat sering ada. Sekarang di sini ada kelompok untuk menolong orang yang kecanduan. Dipolakan ada support group. Ada yang kecanduan gadget, pornografi dll. Di support group, ada teman yang menjadi support . Teman ini akuntabiltas kita.
Ketika ada orang mengalami kejatuhan seks sebelum menikah, ia mengatakan ia butuh seseorang untuk menolong agar bisa terus disupport saat didesak. Ada orang yang terus mengingatkan. Saya sendiri diproses di SAAT. Ada orang yang disediakan untuk menolong kita. Alangkah baik kalau saudara seiman. Saat jatuh ada yang mendoakan dan menolong kita bangkit.
-         -  Mentoring. Sampai sekarang ada bapak , ibu (dosen) yang mentoring.
-        -  Konseling. Image nya seringkai negative. Konseling karena ada masalah. Jangan sampai sudah UGD baru mau datang. Sangat baik untuk preventif dibanding kuratif.

Lakukan Aktivitas

-          Olah raga
-          Kelola pikiran
-          Kelola emosi. Jangan sampai emosi negative ibarat ber-ton sampah yang tidak pernah dibuang jadi penuh sehingga harus dikelola emosi kita. Maukah kita membuangnya? Hingga kita punya emosi yang sehat Walaupun kita punya luka batin dan tidur nyenyak. Ada orang yang sampai tidak bisa tidur. Suatu kali ada orang yang tidak bisa tidur waktu ditanya karena teringat seseorang yang membuatnya marah dan membuatnya mimpi buruk. Kita perlu refreshing yang cukup.
Setiap orang punya kisah. Dukanya keluarga A Hok , banyak yang susah move on. Ada yang sangat dekat dengan kita, ketika keluarga kita terluka bagaimana dengan kita? Ada yang ikut terluka? Kita ikut merasa sedih. Waktu masa-masa ketegangan itu, seperti apa keluarganya (sebelum dipenjarakan). Situasi Jakarta seperti apa? Buat saya miris. Apalagi ketika tahu harus dipenjarakan. Veronica Tan dan anak-anaknya pasti terluka. Melihat sosok yang tegar menerima keputusan walau tidak adil, tapi mau menjalaninya. Tentunya kalau bisa melihat tentu Tuhan terus bekerja untuk keluarga ini bisa menjalani kehidupannya walau di tengah luka batin yang hebat.
-          Istirahat yang cukup
-          Rekreasi.

QA
1.     Apakah luka batin bisa sembuh?
Luka batin bisa sembuh. Yang bisa memulihkan adalah Tuhan dan yang memberi kesembuhan adalah Tuhan. Kita punya tanggung jawab. Kita tetap perlu memberi batasan kepada orang yang punya niatan untuk melukai kita. Ada suami istri yang istrinya mengalami KDRT dan suaminya selingkuh. Ia mengalami nya. Sulit mengasihi. Mereka masih tinggal serumah walau suami punya WIL. Istrinya mau mengampuni tapi terluka lagi. Posisi belum bercerai dan orang berusaha, kita kasih pintu dan pagar. Yang mau masuk harus minta ijin tapi ada orang yang tidak minta ijin untuk masuk. Jadi tetap kita perlu pasang boundaries. Maka perlu sikap tegas dari kita sendiri untuk menyampaikan perasaan kita untuk batasan yang dibangun. Untuk istri tersebut perlu dengan tegas menyampaikan atau membatasi agar konflik tidak meninggi. Ada hal yang harus dilindungi. Kalau istri membalas dan memicu untuk orang lain terluka. Kita ada upaya membangun batasan dan meminta orang lain menghargai itu. Kalau perlu melaporkan kepada pihak-pihak terkait seperti polisi untuk minta perlindungan. Prosesnya bisa melelahkan. Walaupun sulit. Banyak tangisan dan air mata tetapi tetap punya alasan untuk orang terluka.

2.     Janin dalam kandungan , apakah bisa terluka / tertolak?
BIsa. Karena janin sudah punya kehidupan. Maka ada seorang ibu dan orang tua yang mengajak bicara bayi dalam kandungan. Ia bisa merasakan, walau waktu lahir tidak bisa bicara tetapi menangis. Ada yang bisa kita lihat, untuk anak yang mengalami penolakan. Di salah satu pondok di Surabaya, ada anak yang akan diaborsi orang tuanya, yayasan ini menampung bayi ini. Saya melayani anak yang SMP dan SMA masih muda sudah berbadan dua. Mereka bingung antara menggugurkan kandungan , merawat sendiri atau dititipi di panti. Akhirnya anak yang dititipi di sana dan punya orang tua asuh, tempat box bayi diberi ayat Tuhan karena engkau berharga di mataKu. Waktu di gendong yang satu, yang lain menangis. Sebetulnya mereka bisa merasakan, apakah mereka dikasihi dan disayang atau tidak, sekalipun janin bisa merasakan. Ada juga anak yang terluka , anak adopsi yang baru tahu setelah ia anak SMP 3. Ia sangat marah besar padahal orang tua asuhnya sangat sayang dia. Penolakan itu menjadi area yang rentan, dia merasa tidak dikasihi, terbuang dan tertolak. 3 area yang penting dan sangat mendasar. Ini satu hal yang kosong. Ini jadi area yang sensitive. Ia merasa penolakan itu menyakitkan. Tapi perlu dibantu. Di dunia Barat, anak adopsi dari kecil dikatakan,”Kamu diadopsi tetapi papa mama sayang kamu. Dosen saya juga mengangkat anak perempuan dan ia melakukannya untuk menolong anak ini menerima kenyataannya. Ia harus tahu papa mama mengasihi sehingga konflik batinnya tidak sampai besar. Ada anak adopsi yang wajahnya Arab sedang yang mengadopsinya Chinese sehingga temannya bercanda dengan kelewatan dan mengatai anak tersebut sebagai anak pungut. Ia mendengar dari tetangganya dan ia lihat. Mengapa mama-papa sipit dan ia beda mukanya. Area sensitive itu harus dikenali dan kita belajar mengenali. Agar area itu Tuhan bisa tolong dan tidak mengganggu area hidup yang lain.

3.     Bagaimana dengan anak yang berada dalam konflik rumah tangga terus menerus antara mama dan papanya? Apakah perlu dikeluarkan dari kondisi itu?
Suami istri saat bertengkar akan lebih baik konflik tidak di hadapan anak-anak. Papa mama saya sering bertengkar gara-gara agama. Mama saya tidak mau jadi muslim dan tetap Budha. Mama saya tidak paksa anak-anaknya menjadi pengikut Budha. Jadi keluarga kita Bhineka Tunggal Ika, koko Katolik, saya Kristen, mama Budha dan papa muslim. Yang miris, papa didesak keluarga besarnya untuk menikah lagi karena muslim bisa menikah lebih dari satu. Dan itu didengar oleh anak-anak. Jadi keluarga dipenuhi pertengkaran gara-gara agama. Desakan keluarga papa kuat sekali untuk  menikah lagi. Tapi Tuhan beri anugerah kami cukup sehingga papa mama tidak bercerai. Papa akhirnya meninggal sudah jadi Kristen dan mama juga. Sehingga saya merasa ajaib dengan keluarga saya yang tidak ideal. 
Menyelamatkan hubungan suami istri seperti mustahil karena diambang perceraian. Suaminya keukeuh mau cerai. Tetapi anak-anak jangan sampai jadi korban. Pasti istrinya bergulat dengan rasa sakit hati. Penuh tangisan,  mana yang bisa diselamatkan? Jadi perlu disadarkan. Karena anak akan belajar, orang yang seringkali bertengkar akan terbawa.
Ev. Irene : saya adalah korban akibat pertengkaran dari orang tua. Orang tua menikah muda dan masalah ekonomi dan ada WIL. Dihadapi setiap hari. Anak mengalami luka batin dan trauma kepanjangan. Puji Tuhan, maka saya sebagai orang Kristen, hal ini tidak baik diperlihatkan ke anak. Kalau bisa waktu bertengkar salah satu bisa mengalah untuk pindah ruangan dan meminta anak tidur dulu. Atau ada keluarga lain yang membawa keluar sang anak seperti yang nenek saya lakukan. Sayangnya sempat terlihat ada piring terbang. Nenek saya pegang kemoceng untuk pukul papa. Jadi mama mengambil alih tugas imam. Sehingga waktu kecil saya dan adik mengenal Tuhan. Ketika papa mama bertengkar, sebagai anak paling besar saya khawatir hal ini akan berdampak ke adik yang paling kecil. Tapi sering melihat hal seperti itu, jangan sampai adik saya dengar masalah ini. Saya menutup telinga adik saya. Pernah juga saya bawa mama untuk mencari papa. Dari peristiwa itu, mama ambil keputusan tepat mengambil alih peranan imam di keluarga. Sehingga dalam pemulihan , waktu melayani saya menemukan anak seperti ini , anak yang orang tuanya bertengkar. Kedua orang tua tetap menyayangi nya. Waktu adik kuliah, saya tanya,”Kamu kenal papamu sejauh mana? Dia kecewa melihat keluarga yang suaminya selingkuh. Dia menjawab, “Papa saya baik. Saya berkata,”Kamu bersyukurlah tetap penilaian seperti itu. Sekalipun pernah jatuh dan kembali menyadari kesalahannya dan akhirnya papa kenal Tuhan. Waktu saya ceritakan sesungguhnya, dia tidak tahu Itu kuasa Tuhan.
Ada anak yang dimanfaatkan sebagai tameng oleh orang tuanya. Sengaja cari celah di hadapan anak. Anak yang masih kecil samplai berkata, “Mama pergilah supaya papa tidak marah!” Anak ini berusaha melindungi mamanya. Seringkali pola ini yang dipakai.  Pola itu digunakan oleh sang suami yang tidak sadar (gelap mata) maka yang sadar harus berhikmat untuk menolong. Iblis bisa intervensi tapi jangan jadi kambing hitam. Kita harus pelajari dengan cerdik. Pemulihan tidak pernah instan. Setiap orang punya kisah. Kadang butuh waktu  bertahun untuk  memulihkan luka batin. Sehingga pengharapan tetap ada walau pun butuh proses. Setiap kita diingatkan untuk ambil tanggung jawab untuk pemulihan.

4.     Mengapa saat bermasalah dengan orang lain dan sudah saling memaafkan, tetap ada jarak?
Sebetulnya kalau ada konflik lalu rekonsiliasi tetapi tidak bisa berharap keadaan sama dan kedekatan tidak seperti dulu. Karena perlu dua belah pihak untuk mengupayakannya. Relasi yang tidak seperti semula maka kita harus merelakan bagian itu. Butuh kesiapan.  Selain mengeluarkan emosi (marah dan kesedihan), bagian kedua mengampuni. Juga butuh kesiapan, setelah siap baru lakukan rekonsiliasi. Mengampuni orang lain tetapi kalau hasilnya tidak seperti yang diharapkan,  maka lakukan upaya yang maksimal. Undang orang lain untuk membangun relasi dan keintiman itu, bila sudah diupayakan tetapi belum bisa seperti yang dimau, maka kita perlu berikan ruang dan melepaskan.

5.     Mengampuni tapi tidak melupakan?
Mengampuni : melepaskan pengampunan tapi tidak mengingat-ingat lagi. Yang terjadi, kita sudah mengampuni, lalu disambung “tetapi…” Tuhan aku belajar mengampuni. Ada kesalahan yang disadari dan tidak disadari. Maka kita perlu agar area sensitive kita serahkan ke Tuhan. Kita sudah serahkan dan lepaskan pengampunan. Sehingga ingatan itu tidak menimbun.
Kita buang jauh-jauh ingatan itu. Kita tidak bisa melepaskan pengampunan tanpa kuasa Tuhan. Ketika Tuhan disalib, ini bagian yang penting, Tuhan ampuni mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Mereka seperti orang buta dan sedang melakukan perbuatan yang kejam, tetapi mereka tidak menyadarinya. Apakah kita bisa bicara seperti yang Tuhan katakan itu?
Tuhan mengajar contoh yang tidak mudah. Kerendahhatian, pengampunan yang limpah, merupakan hal yang Tuhan mau kasih lihat kepada manusia. Tuhan memberi kuasa untuk bisa serupa dengan kita. Kuasa itu dari Allah yang Tuhan berikan dengan limpahnya kepada kita.