Sunday, October 23, 2016

Hancurkan Hati yang Keras

Pdt. Arthur Lim

1 Samuel 15:13-21
13  Ketika Samuel sampai kepada Saul, berkatalah Saul kepadanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN; aku telah melaksanakan firman TUHAN."
14  Tetapi kata Samuel: "Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang sampai ke telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?"
15  Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas."
16  Lalu berkatalah Samuel kepada Saul: "Sudahlah! Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang difirmankan TUHAN kepadaku tadi malam." Kata Saul kepadanya: "Katakanlah."
17  Sesudah itu berkatalah Samuel: "Bukankah engkau, walaupun engkau kecil pada pemandanganmu sendiri, telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Dan bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel?
18  TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka.
19  Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?"
20  Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas.
21  Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal."
22  Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.
23  Sebab pendurhakaan adalah sama seperti dosa bertenung dan kedegilan adalah sama seperti menyembah berhala dan terafim. Karena engkau telah menolak firman TUHAN, maka Ia telah menolak engkau sebagai raja."
24  Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka.
25  Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN."
26  Tetapi jawab Samuel kepada Saul: "Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak firman TUHAN; sebab itu TUHAN telah menolak engkau, sebagai raja atas Israel."
27  Ketika Samuel berpaling hendak pergi, maka Saul memegang punca jubah Samuel, tetapi terkoyak.
28  Kemudian berkatalah Samuel kepadanya: "TUHAN telah mengoyakkan dari padamu jabatan raja atas Israel pada hari ini dan telah memberikannya kepada orang lain yang lebih baik dari padamu.
29  Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus menyesal."
30  Tetapi kata Saul: "Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN, Allahmu."
31  Sesudah itu kembalilah Samuel mengikuti Saul. Dan Saul sujud menyembah kepada TUHAN.

2 Samuel 12:1-14
1   TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: "Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin.
2  Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi;
3  si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya.
4  Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu."
5  Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
6  Dan anak domba betina itu harus dibayar gantinya empat kali lipat, karena ia telah melakukan hal itu dan oleh karena ia tidak kenal belas kasihan."
7  Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul.
8  Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.
9  Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
10  Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.
11  Beginilah firman TUHAN: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil isteri-isterimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan isteri-isterimu di siang hari.
12  Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan."
13  Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.
14  Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati."

Pendahuluan

                Saat diundang menjadi pembicara, saya diinfomasikan kemudian bahwa tema yang diberikan kepada saya adalah “Hancurkan Hati yang Keras”. Setelah mengetahui temanya, saya jadi banyak berpikir dan merenung. Bagaimana caranya menghancurkan hati yang keras? Pakai apa menghancurkannya? Mengapa seseorang mempunya hati yang keras? Setiap ada waktu luang atau saat mengemudi, saya memikirkan hal-hal tersebut. Alkisah, bulan lalu saya berkesempatan membeli mesin pembuat roti. Awalnya ada seorang teman dalam KTB (Kelompok Tumbuh Bersama) yang bercerita bahwa ia memiliki mesin pembuat roti. Cara membuatnya sederhana. Hanya perlu memasukkan saja bahan-bahannya, tekan tombol di mesin itu lalu biarkan saja mesinnya bekerja saat tidur dan paginya roti sudah jadi. Saya tertarik dan bertanya, “Berapa harganya?” Dia menyebutkan suatu angka. Setelah mengetahui harganya, saya mengatakan,”Tidak mau beli.” Dia berkata, “Kamu tahu tidak kalau pakai mesin ini tidak perlu pengental, pengawet, pemutih , dan ini-itu?” Mendengar hal tersebut, saya berkata dalam hati,”Wah perlu nih.” Saya pun mencarinya di internet. Akhirnya dapat juga barangnya dengan harga termurah yakni  sepertiga dari harga teman saya. Saya pun memesannya. Setelah mesinnya datang, saya dan istri bergegas ingin membuat roti. Kami pun memasukan tepung, gula dan bahan-bahan lainnya,  kemudian menutupnya dan menekan tombolnya lalu tidur. Keesokan pagi rotinya sudah jadi! Tapi teksturnya sangat keras seperti tongkat satpam (seperti french toast yang kerasnya seperti tongkat pemukul maling. Bedanya hanya bentuknya yang seperti roti). Saya berkata ke istri, “Segera datangi rumah teman KTB. Tanyakan bagaimana caranya membuat roti yang teksturnya lembut, tanpa pemanis. Mengapa roti yang kita buat keras seperti tongkat satpam?” Singkat cerita, istri saya belajar dari pembantu dari teman KTB. Sorenya, kami membuat roti lagi. Saya ingin melihat proses pembuatannya dan bermaksud tidak tidur. Namun istri saya berkata, “Tenang. Kali ini rotinya tidak seperti tongkat satpam. Karena tadi pagi saya sudah membuatnya di rumah teman kita dengan memakai bahan-bahannya sehingga saya tahu letak kesalahannya.” Lalu kami memasukan bahan-bahan ke mesin dan menekan tombol pemrosesnya lalu tidur. Keesokan paginya saya bangun lebih awal dan memeriksa hasilnya. Puji Tuhan teksturnya lembut. Saya pun bertanya ke istri saya, “Apa yang membuat roti yang kemarin keras dan sekarang bisa menjadi lembut seperti ini?” Istri saya menjawab, “Ada beberapa perbedaan. Yang pertama tergantung dari bahannya. Kedua : tergantung cara kita menaruh bahan-bahan tersebut. Ketiga : tergantung dari cara kita menyetel mesinnya. Kalau kita sudah melakukannya dengan benar, pasti berhasil.” Saya berkata dalam hati, “Kalau roti dari keras bisa menjadi lembut, bagaimana dengan hati yang keras?” Saya pun bertekad memakai metode yang sama dengan cara yang dipakai istri saya yakni dengan cara membandingkan dan melihat bagaimana perbedaan antara hati yang keras dan yang lembut. Untuk itu kita bisa membandingkan 2 bagian Alkitab. Mengapa yang satu keras sedangkan yang lain bisa lembut?

Saul dan Daud

                Tuhan menyuruh kaum Israel membasmi bangsa Amalek karena mereka pernah menghalangi bangsa Israel waktu mau memasuki tanah Kanaan dan ‘menyikat’ bangsa Israel dari belakang serta menghalangi bangsa Israel memasuki tanah Kanaan. Tuhan ingin membasmi orang Amalek dari yang paling besar sampai yang paling kecil, dari yang paling tua sampai yang yang paling muda, bahkan ternak pun dibasmi. Tetapi Saul tidak mendengarkan firman Tuhan. Saul memang membasmi semua orang Amalek tetapi dia menyisakan raja Agag (raja orang Amalek) yang dibiarkan  hidup dan semua kambing, domba dan lembu yang bagus dan besar disimpannya. Sehingga Tuhan marah dan menyuruh nabi Samuel untuk datang kepada Saul. Begitulah kisah nyata-nya pada  1 Samuel 15 (Saul) dan 2 Samuel 12:1-14 (Daud). Saya menyebut cerita-cerita  ini sebagai ‘roti yang keras’. Kita melihat baik Saul maupun Daud sama-sama raja Israel, sama-sama berdosa kepada Tuhan , sama-sama menista Tuhan dan sama-sama diangkat from nothing to someone. Kisah Daud terjadi setelah ia mengambil istri Uria, perwiranya sendiri (orang Het). Ia berzina dengan Batsyeba dan membunuh Uria dengan menempatkannya di medan peperangan paling depan hingga mati terbunuh kemudian mengambil Batsyeba sebagai istrinya. Ini menista Tuhan dan Tuhan pun memanggil nabinya untuk menegur Daud. Apa perbedaan hati yang keras dengan yang lembut? Daud dan Saul sama-sama raja dan awalnya tidak ada artinya. Tetapi kemudian diangkat Allah menjadi raja orang Israel. Keduanya sama-sama melakukan dosa yang menista Tuhan. 2 cerita yang hampir sama. Tetapi perbedaannya : yang satu (Saul) hatinya keras dan yang satu lagi (Daud) hatinya lembut dan bertobat.

                Pada 1 Samuel 15, kita melihat bagaimana cara Saul menjawab Samuel. Ayat 20-21 Lalu kata Saul kepada Samuel: "Aku memang mendengarkan suara TUHAN dan mengikuti jalan yang telah disuruh TUHAN kepadaku dan aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek itu sendiri telah kutumpas. 21  Tetapi rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu, di Gilgal." 24  Berkatalah Saul kepada Samuel: "Aku telah berdosa, sebab telah kulangkahi titah TUHAN dan perkataanmu; tetapi aku takut kepada rakyat, karena itu aku mengabulkan permintaan mereka. Saul selalu berdalih. Banyak orang yang ketika ditawarkan keselamatan melalui  pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib sebenarnya mau menerima namun ada kata “tetapi” nya. Ketika kita ditegur oleh Tuhan lalu memberi respon, “Tuhan, saya mau bertobat tetapi... (akhirnya tidak jadi bertobat)”. Banyak yang mengatakan , “Tuhan itu Allah yang baik dan setia.” Tetapi Tuhan telah menebus dosa manusia, dimulai dari hati yang mau bertobat. Kita tidak bisa datang kepada Tuhan Yesus dengan mengatakan, “Tuhan hari ini saya telah berzina dan telah berdosa. Besok kalau saya berzina lagi, tolong ampuni saya lagi ya..” atau  “Hari ini saya sudah korupsi sekian ratus ribu. Besok kemungkinan akan korupsi sekian juta. Tolong ampuni saya ya”. Semua pengampunan dosa dimulai dari pertobatan yang sejati. Yaitu ketika dulu kita mengakui dosa lalu bertobat dan berbalik kepada Yesus Kristus. Banyak orang tidak menyadari bahwa ketika kita menerima anugerah Tuhan Yesus, kita pertama-tama sungguh-sungguh bertobat.

Hati yang Keras (Saul)

Tadi saya datang ke GKKK Mabes naik grab-bike dari Cengkareng. Namun saya terlambat pada kebaktian pertama karena keasyikan ngobrol dengan pengemudinya. Saya memang paling senang kalau mengabarkan Injil kepada tukang ojeg. Karena kalau mengabarkan Injil kepada tukang bajaj susah karena harus berteriak-teriak akibat mesinnya yang ribut. Kalau dengan tukang ojeg mudah karena telinganya di depan mulut saya. Jadi saya sampaikan,”Kita ini orang berdosa.” Setelah itu kita melakukan diskusi dalam perjalanan hingga ke topik dosa. Dia berkata,”Saya sebenarnya mau bertobat Pak. Tetapi saya seringnya  bertobat ‘sambal’. Maksudnya hari ini makan sambal sampai tidak tahan kepedasan dan kapok tidak mau lagi. Tetapi ternyata besoknya makan sambal lagi. Itulah pertobatan saya.” Saya menanggapi, “Di dunia ini banyak orang seperti bapak yang tidak mau bertobat sungguh-sungguh.” Kenapa bisa begini ? Karena hatinya keras dan tidak mau menerima anugerah Tuhan yang cuma-cuma. Hatinya tidak mau berbalik kepada Tuhan sehingga banyak mengajukan dalih dan alasan. “Saya mau bertobat, tetapi...” Banyak sekali orang seperti ini. Yang kedua membuat hati orang keras ada di ayat 25. Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN." Apakah ini sikap orang yang mau bertobat? Bukan! Ini orang yang mengajukan syarat (kalau mau A maka harus B). Banyak orang tidak mau bertobat karena kebanyakan syaratnya. Misalnya : kalau Tuhan mengubah dulu istri saya agar tidak cerewet lagi. Kalau istri saya tidak bawel, saya mau mengasuh dan merawat istri saya. Saya akan mengasihi istri saya. Saya akan mengasuh dan merawatnya seperti Kristus mengasuh dan merawat jemaat.” Banyak orang yang ingin bertobat namun masih dibumbui dengan perkataan “tetapi” (banyak syarat). Ini bukan hati orang yang mau bertobat. Banyak juga orang yang merasa bisa menutupi dosa dengan kegiatan keagamaan seperti Saul mengatakannya  pada ayat 15. 15  Jawab Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami tumpas." Banyak orang yang merasa kalau sudah masuk ke gereja berarti dosanya telah  diampuni tetapi tidak mau mengubah hatinya dan tidak mau menerima Tuhan dalam hatinya. Ayat 30. Tetapi kata Saul: "Aku telah berdosa; tetapi tunjukkanlah juga hormatmu kepadaku sekarang di depan para tua-tua bangsaku dan di depan orang Israel. Kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada TUHAN, Allahmu." Hidupnya tidak memikirkan kerajaan Allah melainkan hidupnya sendiri dan keegoisannya. Maka orang berdosa seperti ini akan terus berdosa.

Secara umum sebuah dosa yang dilakukan  saat kita mengeraskan hati akan membimbing kita ke dosa yang lain. Dosa yang satu membimbing kita ke dosa yang lain. Contoh : korupsi. Kalau kita korupsi dan keraskan hati tidak mau ditegur, maka akan masuk ke dosa berbohong. Demikian juga dosa selingkuh. Selingkuh kalau tidak mau bertobat saat ditegur akan masuk dosa berbohong dan memimpin dosa yang lain untuk menutupi dosa ini. Misalnya istri bertanya ,”Papa di mana?” Sang suami menjawab,”Sedang di kantor”. “Kenapa sudah malam tidak pulang?” istrinya bertanya lagi. “Sedang rapat.” Jawab sang suami.  Istri yang penasaran kembali bertanya, “Sedang rapat dengan siapa?” Sang suami menjawab tanpa berpikir,”Dengan bos!” Istrinya bingung, “Bukannya kamu bos-nya?” Barulah sang suami menyadari,”Oh iya... saya bosnya!” Sebuah dosa bila kita tidak mau bertobat, maka kita dibimbing ke dosa lain. Sampai kita benar-benar bertobat dan menerima Tuhan Yesus, baru dosa itu bisa dipatahkan. Sehingga kita bisa mengatakan ‘no (tidak)’ pada dosa itu. Bapak gereja (Agustinus) mengatakan bahwa terdapat 4 kondisi (status) manusia yang disampaikannya dalam bahasa Itali yang terdiri dari 3 kata saja yaitu  pose (artinya bisa), peccare (berdosa) dan non (artinya tidak). Kondisi pertama waktu manusia diciptakan Allah (sebelum jatuh dalam dosa) : bisa berdosa (posse peccare), tidak dapat tidak berdosa (non posse non peccare). Manusia kemudian memilih untuk berdosa dan manusia masuk ke kondisi yang kedua yaitu non posse non peccare (tidak dapat tidak berdosa) sehingga semakin tidak mau berbohong nyatanya semakin banyak berbohong, semakin tidak mau korupsi/selingkuh malahan semakin korupsi /selingkuh. Manusia tidak bisa bebas dari dosanya, sampai manusia menerima Yesus Kristus dalam hati. Ketika Yesus masuk dalam hati kita maka kita punya kondisi yang ketiga : bisa berdosa (posse peccare) dan dapat tidak berdosa (posse non peccare). Kita  bisa mengatakan tidak pada yang berdosa dan yang jahat. Ada kondisi yang keempat saat kita diangkat Kristus selama-salamanya yaitu non posse peccare (tidak bisa berdosa). Sebelum bersama-sama Tuhan Yesus, kita masih bisa berdosa. Hanya saat memiliki hati Kristus, kita bisa mengatakan “no” kepada dosa. Bagaimana dengan orang yang keras hatinya? Dia akan selalu mengatakan dan punya alasan untuk tidak bertobat. Selalu ada kata “tetapi”. Orang yang keras hatinya berkata,”Sebenarnya saya begini, tetapi...” lalu ia menutupi dosanya dengan kegiatan keagamaan. Sayangnya tujuannya bukan untuk menyukakan hati Tuhan namun untuk memberangus hati nuraninya agar tidak terus bicara dan agar bisa hidup dalam dosa.

Hati yang Lembut (Daud)

2 Samuel 12:7  Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. 9  Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon. 13  Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.   Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati."
Bagaiamana dengan Saul dan Daud? Bagaimana dengan hati yang keras dan lembut? Hati yang keras selalu berkata dengan kata “tetapi”. Sedangkan hati yang lembut mengatakan,”Aku telah berdosa kepada Tuhan”. Hanya sesingkat itu, tidak berdalih (bersyarat) dan tidak mau lagi hidup dalam dosa itu terus menerus. Itulah pertobatan sejati. Allah tidak pernah kompromi terhadap dosa. Tetapi Tuhan memberi akomodasi. Ketika Saul berdosa, Tuhan menghukum Saul . Ketika Daud berdosa, sekalipun Daud sudah bertobat , ia tetap menerima akibatnya. 2 Samuel 12:13b-14  Lalu berkatalah Daud kepada Natan: "Aku sudah berdosa kepada TUHAN." Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.  Walaupun demikian, karena engkau dengan perbuatan ini telah sangat menista TUHAN, pastilah anak yang lahir bagimu itu akan mati." Daud sungguh-sungguh puasa supaya anak yang akan dilahirkan dari perzinahan dengan Batsyeba tidak mati. Tetapi akhirnya anak itu tetap mati karena Allah tidak pernah kompromi terhadap dosa. Ia juga tidak memberi kesempatan kita untuk berdosa. Salib Kristus bukanlah kesempatan kita untuk hidup dalam dosa. Tetapi kesempatan untuk mengatakan “tidak “ pada dosa. Kita punya kekuatan dan kemampuan yang menyalibkan dosa. Allah tidak pernah kompromi pada dosa.

Yang Tuhan kehendaki bukan harta tetapi hati kita, bukan korban sembelihan atau korban bakaran tetapi hati kita. Semua harta kekayaan kita berasal dari Tuhan. Ada yang beranggapan kalau sudah ke gereja, sudah cukup untuk menghapus dosa kita. Saya katakan jika belum ada Yesus Kristus dalam hatiamu, maka belum ada keselamatan dan belum benar-benar betobat. Yang Tuhan kejar adalah hati manusia. Kalau hatinya sudah diberikan maka Tuhan akan memakainya. Ketika engkau memberikan hatimu maka engkau pasti akan memberikan hartamu, waktumu, gelarmu, familimu dan seluruh keberadaanmu untuk Tuhan pakai menjadi kemulaan bagi nama Tuhan. Hidup menjadi sangat berarti, kalau kita mempersembahkan hati kita. Kalau kita terus mengeraskan hati kita, maka yang terjadi seperti akhir cerita dari Saul.

Akhir hidup Saul dan Daud sama seperti roti yang keras dan lembut. 1 Samuel pasal terakhir (pasal 31) merupakan akhir cerita dari Saul. Saul mati di arena peperangan dengan panah di tubuhnya dan luka-luka yang parah. Tetapi ia belum mati. Akhirnya ia bunuh diri dengan menggunakan pedangnya sendiri. Pedang di taruh di bawah dan menjatuhkan dirinya sendiri di atas pedangnya. Kemudian kepalanya dipancung oleh musuhnya (orang-orang Filistin). Mayatnya dipakukan mereka di tembok kota Bet-Sean bersama dengan mayat anak-anaknya (termasuk Yonatan, Abinadab dan Malkisua). Tetapi orang Israel (penduduk Yabesh-Gilead) yang gagah perkasa mengambil mayat Saul yang sudah tidak berkepala , membawanya ke Israel dan membakar mayat-mayat mereka di Yabesh. Mereka mengambil tulang-tulangnya lalu menguburkannya di bawah pohon tamariska di Yabesh. Sedangkan kematian Daud dicatat pada 1 Raja-raja.  Bagaimana  matinya Daud? Dia memberikan pesan terakhir pada anaknya Salomo, anak hasil hubungannya dengan Batsyeba. Artinya Tuhan benar-benar mengasihi Daud. Saya ingin sekali meninggalkan pesan seperti itu. Daud mati dengan tenang sebagai raja yang besar dan dikenal namanya sampai sekarang.  Sampai sekarang orang masih menyebut Kota Daud yakni nama yang diberikan oleh orang Israel untuk daerah pemukiman tertua di Yerusalem. Pada Kisah Para Rasul 13:22 dikatakan: “Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku. Ibrani 11:32-33 Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, yang karena iman telah menaklukkan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang dijanjikan, menutup mulut singa-singa.

Penutup

                Saul menghina Tuhan dan ditegurNya. Tetapi ia mengeraskan hati dan tidak mau ditegur sehingga hidupnya sia-sia. Sedangkan Daud hidupnya dikenal sepanjang masa. Bagaimana dengan hidup kita? Apakah ada dosa yang disembunyikan dalam hidup kita? Apakah hari ini roh Allah diganti dengan allah lain? Saatnya hari ini untuk datang kepada Tuhan. Tidak dengan kata kalau saya mau hidup terus dalam dosa tetapi mau menerima anugerah Tuhan. Kita datang kembali seperti Daud saat berdosa. Kita beroda, “Tuhan, saya memang lemah tetapi engkau Tuhan akan menjadi Juruselamat dalam hidupku dan Engkau akan mengarahkan hidupku sehingga  ada anugerah Allah”.



Hatimu Sumber Hidupmu

Ev. Susan Kwok

Markus 10:17-22
17  Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
18  Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.
19  Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!"
20  Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
21  Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
22  Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.

1 Raja-Raja 11:1-4;11
1  Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het,
2  padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta.
3  Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada TUHAN.
4  Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.
11  Lalu berfirmanlah TUHAN kepada Salomo: "Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu.

Pendahuluan

                Tema hari ini “Hatimu Sumber Hidupmu”.  Hati yang benar membuat kita disenangi oleh Tuhan sedangkan hati yang tidak benar di hadapan Tuhan berujung maut. Hati yang benar dan terpaut pada Tuhan menuntun hidup kita pada Tuhan dan dalam menikmati hidup di dunia ini. Untuk itu kita akan belajar dari 2 orang yang ada di Alkitab (1 orang ada di Perjanjian Lama yaitu Raja Salomo dan 1 orang lagi di Perjanjian Baru yaitu orang muda yang kaya).

Raja Salomo

Di dalam 1 Raja 11:4 dikatakan  Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud, ayahnya. Minggu lalu kita mendengar khotbah tentang hati yang keras (hati Raja Saul) dan hati yang lembut (hati Raja Daud). Hati Daud yang sangat lembut adalah hati yang mau mendengar ketika Allah menegur setelah ia melakukan dosa. Itu sebabnya lagu yang kita nyanyikan di ambil dari kitab Mazmur 26:2  Ujilah aku Tuhan, Cobalah aku Tuhan, selidiki batinku dan hatiku, mataku tertuju padaMu. Siapa orang yang berani berkata kepada Tuhan :”Selidiki hatiku”? Siapa yang berani berkata “Cobalah aku!”? Hal ini menunjukkan bahwa kerinduanku dan tekadku diuji supaya nyata hasilnya seperti apa. Itu sebabnya saat Tuhan mau membenahi hidup seseorang, Dia akan membenahi hatinya. Tuhan tahu hati Salomo yang tampan, kaya , raja yang sukses dan disenangi banyak orang. Di dalam kedudukan yang tinggi sebagai raja, dia memiliki banyak kemudahan yang bisa didapat dalam hidupnya. Ada yang berkata,”Dulu sewaktu Presiden Soekarno melihat perempuan cantik maka bila ia berkata “Bawa ke istana!” tidak ada yang berani menolak sehingga dibawalah perempuan itu ke istana. Demikian pula dengan Raja Salomo yang dalam kedudukannya sebagai raja, ia bisa berkata,”Eh kamu yang cantik datang ke dalam kerajaanku!”.

Raja Salomo memilik 700 istri dan 300 gundik. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het,   padaperhal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta. Tuhan sudah mengingatkan Salomo untuk menjaga hatinya. Tuhan tahu kelemahan Salomo dan mengingatkan agar jangan dekat dengan wanita asing yang akan menjauhkan hatinya dari Tuhan. Tuhan tidak mengingatkannya untuk menjauhi harta benda karena ia tidak condong ke sana tetapi hatinya condong ke lawan jenis. Pada masa tua setelah ia mengalami banyak hal, Raja Salomo menulis 2 buah kitab yakni Amsal dan Pengkhotbah. Di dalam Amsal 4:23 Salomo mengatakan, Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Di masa tuanya Raja Salomo baru menyadari kekeliruannya di mana ia tidak menjaga hatinya saat ia muda dan sukses. Ia tidak ingin generasi di bawahnya (termasuk kita sekarang) mengikuti kesalahannya. Satu lagi yang ditulis pada kitab Pengkhotbah 12:13-14 Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.   Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat. Salomo mengingatkan bahwa di akhir segalanya kamu harus mempertanggungjawabkan semua kelakuanmu di hadapan Tuhan. Di masa tuanya Salomo baru menyadari, segala perilaku foya-foya dan wanita asing harus ia pertanggungjawabkan di hadapan Allah. Bukankah menyesal itu selalu datangnya belakangan? Jadi apa yang menjadi pengalaman Raja Salomo harus menjadi pelajaran bagi kita agar kita tidak menyesal nantinya.

Orang Muda yang Kaya

Tuhan tahu hati orang yang kedua yaitu orang muda yang kaya yang datang kepada Yesus pada Markus 10. Di dalam ayat 17, orang muda ini bertanya pada Tuhan Yesus, "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Mengapa ia menyebut Yesus sebagai guru yang baik? (ayat 18). Apakah dia tidak tahu Yesus adalah guru yang baik? Atau apakah ia pernah mendengar di luaran bahwa Yesus bukan guru yang baik? Bukan! Tetapi karena orang muda ini melihat Yesus sebagai orang yang mengajarkan kebaikan-kebaikan yang akan menghasilkan keselamatan. Dia tidak melihat dan tidak mampu mengenal Yesus lebih dari seorang guru. Mengapa ia tidak mampu mengenal Yesus lebih dari sekedar guru  yang baik? Itu ada di dalam ayat selanjutnya. Yesus berkata, “Kalau kamu katakan Aku baik tentu kamu tahu perintah Tuhan. Buatlah yang ini, jangan membuat yang itu.” Lalu orang muda itu berkata, "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." (ayat 20) Tetapi Yesus memandang dan menaruh kasih kepadanya. Kalau kita membaca ayat Alkitab ini, rasanya aneh. Bukankah seharusnya Yesus tidak merasa sedih? Anak muda ini mengaku telah melakukan perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu! Anak muda ini telah melakukan semua kebaikan. Waktu mendengar pengakuan orang muda tersebut, Yesus menjadi sedih. Aneh bukan? Apa maksudnya? Seharusnya Yesus bergembira mendengar pengakuannya. Tetapi sebaliknya Yesus merasa sedih dan berbelaskasihan pada orang itu. Mengapa ? Karena dalam di lubuk hati orang muda ini ada 1 hal yang harus diungkap oleh Tuhan karena itulah yang menjeratnya. "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Perintah Yesus ini seakan-akan tidak masuk akal. Seolah-olah Tuhan ingin membuat orang muda ini bangkrut. Seolah-olah Tuhan tidak suka ada anak Tuhan yang kaya, yang selalu berbuat baik dalam hidupnya. Seolah-olah Tuhan tidak suka ada orang percaya yang sukses. Itu tidak benar! Bukan demikian yang dimaksudkan Tuhan Yesus. Tuhan ingin anak Tuhan sukses. Tuhan tidak melarang kita kaya. Tuhan tidak marah kalau kita berhasil. Tetapi dibalik semua keberhasilan itu, hati kita terikat pada apa? Itu yang menjadi masalah. Hati anak muda ini ternyata terikat kepada keberhasilan dan uangnya. Kalau Salomo hatinya terikat pada wanita-wanita, anak muda yang kaya ini terikat pada harta dan keberhasilannya. Untuk sejenak Tuhan ingin mengambil hati yang terikat itu agar ia punya hidup yang merdeka. Kalau hatinya sudah diubah Tuhan, maka dalam bekerja atau apa pun akan dilakukan dengan cara dan pandangan yang berbeda. Tuhan tidak suka orang Kristen yang malas bekerja. Tuhan tidak suka orang Kristen yang malas belajar. Orang Kristen harus berjuang sampai titik darah penghabisan. Tetapi masalahnya, di mana hati kita terikat? Tuhan tidak suka kalau kerja keras kita , membuat kita tidak lagi terpaut pada Tuhan. Tuhan tidak suka kalau kekayaan membuat hati kita tidak terpaut pada Tuhan. Itu masalahnya. Itu sebabnya orang muda ini pergi dengan sedih dan kecewa karena banyak hartanya. Berarti jelas, hatinya terikat ke mana.

Martin Luther pernah berkata dalam bukunya, dosa itu membuat manusia menjadi bodoh dan tidak bisa diajar. Bagaimana dengan kita? Ketika Yesus mengajar kita, apakah kita mau mendengar? Apakah kita mau percaya? Kita perlu teapaut pada Dia? Atau kita masih terpaut pada hal-hal yang lain? Tadi pujian di awal ibadah kita yang diambil dari  buku PPK 33 Muliakanlah Namanya. Siapa Yesus itu? Juruselamat telah disalib, menghapuskan segala dosaku. Darahnya sucikan hatiku , puji namaNya. Siapa yang bisa menyucikan hati kita? Tuhan Yesus. Itu sebabnya ia berbelaskasihan, sekalipun orang muda itu kaya ia akan binasa. Dia terhilang di dalam kesuksesannya. Namun jangan salah tafsir. Tuhan mau kita sukses, Tuhan tidak masalah kalau kita kaya. Tetapi kalau kesuksesan dan harta membuat kita terhilang dari Kristus, kita akan binasa. Itu sebabnya mari kita mengevaluasi diri dan hati kita. Hal apa yang bisa menjerat kita? Kalau Salomo yang mengikat adalah wanita, kita juga tidak kebal dari hal itu. Kita bisa terjatuh dalam hal dosa seks. Mungkin kita bisa terjerat atau terikat oleh harta seperti anak muda tadi.

Bagaimana agar kita kita tidak terjerat pada hal-hal di luar Kristus?

1.     Setiap hari kita harus menyelidiki hati kita. Setiap hari kita harus mengevaluasi hati kita. Seperti yang dimazmurkan oleh Daud, “Ujilah aku Tuhan, cobalah hatiku Tuhan, selidiki batinku dan hatiku supaya mataku tertuju padaMu”.

2.     Kita belajar hidup sesuai dengan prinsip-prinsip rohani yang jelas. Karena prinsip rohani yang jelas itu yang akan mewarnai hidup kita. Nats pembimbing kita mengatakan “Seperti air mencerminkan wajah,demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu”(Amsal 27:19). Seperti air mencerminkan wajah kita. Air yang jernih, tenang dan tidak bergelombang sehingga kita bisa melihat wajah kita di baskom. Saat air tidak terganggu, kita bisa melihat wajah kita. Maka kalau prinsip rohani jelas dalam hidup kita itu akan mewarnai hidup kita sehari-hari. Apa prinsip rohani itu? Membaca firman Tuhan harus rutin setiap hari. Kalau membaca firman hanya Senin dan Kamis, atau seminggu sekali atau sebulan sekali bagaimana mungkin firman Tuhan mewarnai hidup kita? Tidak mungkin! Di warta jemaat sejak tahun lalu sudah dituliskan ayat Alkitab yang dapat dibaca hingga selesai dalam waktu setahun. Berapa banyak jemaat yang membacanya? Di samping itu kita juga bisa mendengarkan khotbah dan membaca buku-buku rohani. Kita juga berani mengeluarkan dana untuk pergi ke seminar dan pembinaan rohani yang baik. Investasi-investasi rohani membuat hidup rohani kita agar berjalan sesuai firman Tuhan.

3.     Kita waspada terhadap segala hal di sekitar hidup kita karena bisa mempengaruhi secara buruk hidup kita. Apa yang bisa mempengaruhi kita sangat banyak. Gadget (gawai) dan alat elektronik mengambil waktu kita sehingga kita tidak bisa punya waktu untuk datang ke gereja dan ikut dalam pelayaan. Waktu bekerja digunakan untuk main game sehingga waktu pulang kerja harus mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kantor. Banyak pengaruh-pengaruh lainnya sekitar kita. Oleh karena itu biarlah kita seperti firman Tuhan yang mengatakan, hendaklah kita menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Jemaat GKKK bisa menjadi jemaat yang dewasa kalau firman itu ada di dalam hati. Tetapi kalau tidak maka jemaat GKKK tidak lebih dari air yang suam-suam kuku. Dingin tidak, panas juga tidak. Bila ada yang berbicara lain, ia ikut terpengaruh. Ada pengajaran di luar Kristus, juga ikut. Tidak jelas. Mari kita memelihara hati kita dengan firman Tuhan.


Tunaikan Tugas Pelayananmu

Pdt. Karyanto Gunawan

2 Kor 5:14-15
14  Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati.
15  Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

Pendahuluan

                Ada satu istilah yang sangat populer khususnya di kalangan aktifis gereja yaitu pelayanan. Ada istri majelis yang bertanya kepada suaminya,”Mau ke mana Pak?” Dijawab,”Mau pelayanan”. Ada juga teman kerja yang bertanya, “Mau apa ke Pontianak?” Yang kemudian dijawab,  “Mau pelayanan.” Bermain piano dan pergi membesuk merupakan salah satu bentuk pelayanan. Pelayanan merupakan kata yang indah sekali dan memiliki konotasi yang baik dilihat secara kerohanian. Seperti juga kata “kebaktian” yang sekarang seringkali digantikan dengan kata ibadah raya. Padahal asal kata “kebaktian” adalah “bakti” dan berarti setiap minggu kita berbakti pada Tuhan kita. Dalam bahasa Inggrisnya , kebaktian pagi disebut morning service. Istilah service berarti melayani. Jadi kalau mau datang kebaktian jangan berpikir kita mau dilayani dan disambut melainkan sebaliknya kita melayani khususnya melayani Tuhan.

Terdapat beberapa kata terkait dengan melayani dalam Alkitab yakni :
-        Kis 6:1-7 terdapat beberapa ayat yang mencatat tentang melayani “meja”, doa dan firman. Perikop ini dimulai dari timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.
-        Lukas 8:3b dikatakan Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.
-        Kisah 9:36 Dorkas (Tabita) melayani dengan memberi perhatian kepada sesama. Saat ini mungkin ada orang-orang yang walaupun bukan pengurus tetapi memperhatikan sesamanya. Misalnya : dia memperhatikan ada jemaat yang pada minggu pertama, kedua dan ketiga tidak hadir lalu tanpa diperintah , ia pergi membesuk dan menemukan bahwa ternyata orang tersebut sakit. 
-        1 Taw 25:1-7. Jumlah mereka bersama-sama saudara-saudara mereka yang telah dilatih bernyanyi untuk TUHAN  —  mereka sekalian adalah ahli seni  —  ada dua ratus delapan puluh delapan orang (ayat 7). Jadi terdapat 288 orang dipilih unuk menyanyi dan bermain musik di bait Allah. Di Perjanjian Lama fokus ibadah adalah di bait Allah.
-        Bilangan 3:1-8 Tuhan memilih dari suku Lewi untuk melayani di bait Allah.
-        1 Tes 2:1-12 Rasul Paulus melayani pemberitaan Injil.
Dari data di Alkitab yang hanya sebagian dikutip, pelayanan itu sangat luas konteksnya. Apalagi di zaman modern ini, ada yang melayani di paduan suara, usher, pelawatan, berkhotbah, sound system, bidang IT dll. Ada gereja yang maju IT-nya dan sound system-nya luar biasa sekali.

Pengertian Pelayanan

Sebagai anak Tuhan kita harus memahami bahwa :

1.     Pelayanan bukan sekedar aktivitas. Orang yang sibuk dalam kegiatan gerejawi belum tentu dia sudah melayani Tuhan, mungkin dia sedang melayani dirinya sendiri atau orang-orang tertentu. Tetapi orang yang mau melayani maka mau tidak mau ia terlibat dalam kegiatan. Ada bentuk dan ekspresinya bagi orang yang melayani. Misal : sebagai pendoa syafaat di kamar, maka ia akan berdoa bagi hamba Tuhan dan apa saja untuk Allah.

2.     Pelayanan bukan untuk mengisi waktu kosong. Ada seorang ibu yang mengisi waktu kosongnya dengan mengikuti tim perkunjungan daripada tidak ada kegiatan apapun. Di sini ia bisa mendengar gosip. Berarti motifnya keliru dari awal yakni daripada saya nganggur. Hal ini berbeda dengan Musa , Gideon dan para rasul. Musa dipanggil Tuhan untuk bertemu dengan Firaun dan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Saat dipanggil, apakah Musa sedang malas-malasan? Tidak! Waktu itu Musa sedang menggembalakan kawanan domba dan ternak yang  berarti ia sedang bekerja. Gideon dipilih dan dipanggil saat ia berada di kebun (ladangnya). Para rasul dipanggil untuk menjadi rasul Tuhan saat mereka sedang bekerja. Mereka semua tidak sedang menganggur. Tuhan tidak memakai orang yang menganggur melainkan orang-orang yang  masih aktif. Ini prinsip yang perlu dipahami. Kalau sudah lama menjadi jemaat dan diminta menjadi majelis di gereja, jangan berkata tidak bisa karena sedang sibuk. Alkitab berkata bahwa orang yang dipakai Tuhan adalah orang yang sedang giat bekerja di bidang masing-masing (bukan sedang menganggur). Prinsip firman Tuhan, Tuhan memilih orang yang sedang giat bekerja dengan sungguh-sungguh.

Apa beda Tuhan dengan Iblis? Iblis mencari orang yang sedang menganggur atau kerjanya hanya bermain SMS lalu ia masuk ke dalam pikirannya sehingga orang ini mulai melihat, berpikir dan melakukan macam-macam yang jahat. Sasaran iblis adalah orang yang menganggur. Sedangkan Tuhan mencari orang-orang yang sedang giat. Apa yang membedakan pelayanan orang Kristen dengan pelayanan yang lain? Saat Tsunami di Aceh, yang datang  ke Aceh untuk memberi bantuan bukan hanya orang Kristen, tetapi juga dari agama dan lembaga lainnya. Juga saat Tsunami di Jepang, musibah banjir bandang di Garut, yang datang bukan saja orang gereja tapi juga orang non gereja. Apa yang membedakan pelayanan orang Kristen dan non Kristen? Yang membedakan adalah motivasi yaitu alasan untuk melakukan sesuatu (apa yang menjadi penggerak / penyebab saat melakukan sesuatu). Ini yang membedakan pelayanan anak-anak Tuhan dengan orang tidak percaya. Perselisihan Tuhan Yesus dengan ahli Taurat menyangkut motivasi. Tuhan Yesus mengkritik orang Farisi karena mereka melayani , memberi sedekah dan berpuasa ‘supaya....’ (ini motivasinya). Itu yang membedakan kita dengan orang yang belum percaya.

Prinsip Pelayanan bagi Orang Kristen

1.     Kita melayani sebagai ungkapan rasa syukur, karena hidup kita sekarang milik Tuhan dan untuk Tuhan.

Jangan melayani untuk diberkati dan menganggap kalau saya melayani Tuhan dan memberi persembahan, maka Tuhan akan membekati saya. Seharusnya kita melayaniNya karena Tuhan sudah memberkati kita. Jadi bukan supaya Tuhan memberkati kita lagi. Dia sudah memberkati secara penuh, kontan dan lunas. Berkat yang paling istimewa untuk orang Kristen adalah berkat keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Apa beda orang Kristen dengan non Kristen? Baik orang non Kristen maupun Kristen sama-sama bisa terkena sakit kanker.  Banyak anak Tuhan yang menderita sakit kanker dan mengalami stroke. Baik orang Kristen dan non Kristen ada yang sukses dan mencapai pendidikan tertinggi, dan ada juga yang gagal dan bangkrut. Satu-satunya keunikan adalah berkat Allah dalam Yesus Kristus (Yoh 3:16). Yang lain sama. Yang unik dari iman Kristen adalah kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus. Orang Kristen dan non Kristen sama-sama beribadah. Bedanya motivasi dan alasan. Roma 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Kita beribadah bukan untuk mendapatkan berkat Allah tetapi demi kemurahan Allah kita dipanggil untuk melayani Allah. Dasarnya : 1 Kor 6:20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! Apakah kita yakin bahwa kita sudah dibayar lunas? Kalau yakin, maka gunakanlah tubuh kita untuk melayani Tuhan dan sesama. Rasul Paulus mengatakan bahwa dulu kamu menggunakan senjata tubuhmu (tangan , kaki, mata dll) untuk melakukan kelaliman dan sekarang gunakanlah anggota tubuh untuk melayani Tuhan. Apakah pelayanan hanya ikut paduan suara? Bukan! Kita melayani dalam profesi kita sehari-hari. Sebagai dokter , jadi hamba Tuhan yang dokter. Demikian juga yang berprofesi sebagai dosen, petani, ibu rumah tangga, bankir, insinyur. Kita dipanggil untuk melayani Tuhan. Saya lebih suka menggunakan istilah rohaniawan, karena kita semua adalah hamba Tuhan.
Charles Spurgeon (19 Juni 1834 - 31 Januari 1892, pengkhotbah) berkata,”Hidupku, nafasku, detak jantungku, aliran darahku, talentaku , cita-citaku semuanya kepunyaan Tuhan, berasal dari Tuhan dan aku kembalikan bagi kemuliaan Tuhan.” Kita harus menyadari bahwa dahulu hidup kita ada di lembah dosa dan nista, tetapi karena anugerah Tuhan, maka saya sekarang hidup sebagai anak-anak Allah. Kalau kita hayati maka hidup dan orientasi kita berubah. Kita mengerti hidup kita yang berbeda dengan orang yang tidak mengerti dirinya sendiri.
2 Kor 5:15 Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.

2.     Kita melayani sebagai ungkapan kasih sebagai ungkapan kasih kepada Tuhan dan sesama, karena digerakkan / dikuasai kasih Kristus.

Tidak mungkin bila seseorang ingin menyumbang beras kalau dia tidak mempunyai stok beras. Demikian juga dengan kasih. Tidak mungkin seseorang mengasihi orang lain kalau ia tidak mempunyai ‘stok’ kasih dalam dirinya. Saya rindu, agar kita jangan mengerti secara teori saja bahwa Allah mengasihi kita tetapi kita benar-benar orang yang mengalami kasih Tuhan secara pribadi. Dengan kasih itulah kita melayani Tuhan dan sesama kita. Dahulu di lampu merah dekat Puri ada pengemis yang memakai anting bermacam-amcam (sekarang sudah tidak ada lagi). Orangnya masih muda dan raut wajahnya mengerikan sekali. Membayangkan orang ini datang dan mengetuk mobil , saya takut juga karena ia bisa mencungkil  kaca spion atau menggores badan mobil. Kadang-kadang saya mengasih uang sekitar Rp 500-1.000 agar dia bisa segera pergi. Dengan demikian kita bisa memberi kepada orang lain, tetapi motifnya bukan kasih melainkan agar jangan mengganggu saya. Tetapi kalau mempunyai kasih, kita akan mencari berbagai cara untuk memberi dan menolong. Saya bukan orang kaya raya namun berkecukupan. Saya sering menjadi saluran berkat antara yang membutuhkan dengan orang yang mempunyai. Bila saya mempunyai beban dan kasih, maka saya akan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan seseorang walau bukan dari pribadi.
Kita bisa memberi tanpa kasih, tetapi orang yang mempunyai kasih tidak mungkin tidak memberi. Bagi seorang ibu kasih terhadap anaknya itu merupakan motivasi yang kuat sekali. Saya dan istri memiliki 2 orang anak. Setelah anak kami lahir, irama hidup mereka berbeda dengan kami. Waktu kami mau tidur, malah sang anak bangun. Terkadang saya berkata ke istri bahwa  saya tidak mampu bangun karena kepala saya berat. Istri saya walau juga capai, ia bisa bangun walau pk 2 malam atau 4 subuh. Ia bisa bangun karena cinta kasihnya (anak adalah darah daging saya yang saya kandung selama 9 bulan). Itulah kasih yang mendorong seseorang walaupun letih untuk melakukan sesuatu. Kita melayani Tuhan dan sesama kita sebagai ungkapan kasih kita kepada Tuhan yang terlebih dahulu mengasihi kita. Kita mengasihi sebagai pribadi yang dikasihi Tuhan terlebih dahulu, karena tanpa itu motivasi kita lain. Banyak orang yang setelah menghayati bahwa dia adalah pribadi yang dikasihi Tuhan , baru ia bisa melayani Tuhan dan sesama dengan kasih.
Yoh 21:15-19 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."  Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."
2 Kor 5:14 14  Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Kasih Kristus yang menggerakan kami sehingga kami tidak mempunyai pilihan lain kecuali melayani. Dalam terjemahan lama dikatakan Karena kasih Kristus itu menggerakkan hati kami, sebab kami yakin, bahwa Seorang telah mati karena orang sekalian, itulah sebabnya sekaliannya telah mati. Berarti keegoisan kita telah mati. Sehingga yang menjadi dokter atau pengacara melayani Tuhan Yesus  sebagai dokter atau pengacara Kristen. Demikian pula dengan profesi lainnya termasuk ibu rumah tangga. Banyak yang beranggapan peranan ibu rumah tangga tidak ada artinya. Siapa bilang? Mereka bangun pk 5 pagi untuk mengurus anak dan suami. Mau diberi gaji berapa kepada mereka? Ibu-ibu rumah tangga juga harus diberi pengertian bahwa mereka juga hamba-hamba Tuhan, mereka melayani rumah tangga sama artinya dengan melayani Tuhan.

3.     Sadar dan mengerti bahwa manusia membutuhkan Injil Kristus.

Pada Roma 1:16a dikatakan Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil. Kalau saya tidak mempunyai keyakinan terhadap Injil, saya tidak perlu berkhotbah lagi karena sia-sia. Kalau saya yakin Injil itu adalah buatan manusia semata (tidak diilhami Allah) maka percuma. Kalau melayani sebagai pianis, pemimpin liturgi, penyambut dll, kita harus punya keyaknian bahwa manusia membutuhkan Injil. Itulah yang memotivasi kita (menjadi penggerak kita saat kita melayani).
Saya punya kenalan seorang dokter anak lulusan Universitas Airlangga. Waktu ia menjalani PTT (praktek), ia tinggal di sebuah desa yang terpencil. Selesai tugas dan akan kembali, penduduk satu desa yang dilayaninya menangis. Padahal ia seorang Tionghoa Kristen. Saat mengantarkan sang dokter, mereka harus melintasi sebuah sungai. Penduduk di desa itu tidak mengizinkan dokter menginjak air sungai tetapi ditandu. Mereka menangis. Dokter itu memang seorang dokter teladan sehingga orang Kristen menjadi berkat bagi orang lain.
Ilustrasi lain : sebagai dokter satu-satunya di sebuah desa terpencil, pada pk 3 subuh saat hampir tertidur kelelahan, tiba-tiba terdengar pintu rumah diketuk. Sayu-sayup terdengar suara anak kecil menangis seraya memanggil-manggil. “Dokter tolong mama saya sakit perutnya”.  Mendengar hal ini, apa yang akan dilakukan dokter tersebut? Apakah ia akan berteriak dari kamar, “Nak pulang dulu! Besok pagi pk 6 baru saya ke rumahmu.”? Walau dokter ini ateis ia pasti bangun lalu mengikuti anak itu dan melayani mamanya, apalagi kalau dokternya Kristen.  Seorang dokter hanya menangani hal yang sementara. Mungkin pasiennya sembuh dari sakitnya, tetapi suatu saat ia akan meninggal juga. Dari hidup yang sementara sekitar 70-80 tahun kita akan meninggalkan dunia sementara dan memasuki hidup yang kekal. Firman Tuhan berkata,”Orang-orang di luar Kristus akan mati binasa.” Kalau di dunia ini, ada orang yang berusaha mengangkat ekonomi masyarakat, memberi beasiswa, membantu secara medis, tetapi panggilan gereja bukan sekedar untuk hidup sementara di dunia, melainkan kehidupan yang kekal. Sehingga Rasul Paulus berkata Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil.


Alkitab Tidak Pernah Keliru


Ev. Vera Agnes

2 Tim 3:14-17
14  Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
15  Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
16  Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
17  Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

Pendahuluan

                Tema hari ini adalah “Alkitab Tidak Mungkin Keliru”. Ketika berkata bahwa “Alkitab tidak mungkin keliru” berarti kita sedang berbicara tentang esensi, manfaat dan nilai dari Alkitab itu.  Jadi di sini kita tidak berbicara tentang kata per kata, huruf atau kalimat, karena mungkin saja terjemahan manusia bisa meleset. Tapi kita mau merenungkan bahwa Alkitab sungguh-sunguh tidak pernah salah karena manfaat dan nilainya sangat penting. Alkitab menjadi syarat mutlak bagi orang percaya. Alkitab dalam ketepatan penulisannya sudah terukur dalam kurun waktu yang panjang termasuk melalui nubuatan para nabi yang sudah digenapi. Dari sekitar 40 orang yang menulis buku-buku dalam Alkitab, dalam ilham Roh Kudus mereka telah melalui perjalanan panjang dalam menuliskannya. Dengan pertolongan Roh Kudus kitab-kitab ini bisa dirangkai dalam Alkitab yang mempunyai kuasa di dalamnya. Jadi Alkitab ini tidak tergantung dari manusia yang berkata bahwa Alkitab ini sungguh-sungguh benar. Tetapi otoritas Alkitab itu sendiri mengatakan bahwa ia adalah firman Allah. Itulah sebabnya kita patut bersyukur pada Tuhan karena kita mengalami Roh Kudus bekerja dalam diri kita sehingga kita menerima Alkitab ini sebagai firman Tuhan. Melalui Alkitab ini kita bisa mengenal kasih Allah yang begitu besar dalam diri kita. Kita mempercayai bahwa Alkitab adalah firman Allah. Maka nenek Lois dan  mama Eunike mempercayai Alkitab ini warisan paling berharga bagi cucu dan anaknya. Nenek (Lois) mengajarkan pada mama (Eunike) yang mengajarkannya pada anak (Timotius). Baik nenek maupun mama merasakan pentingnya Alkitab bahwa kitab suci itu harus diajarkan kepada anak-anak sejak kecil. Keluarga ini percaya bahwa Alkitab tidak pernah keliru. Luar biasa sampai saat ini Alkitab sudah diterjemahkan dalam  2.500 lebih  bahasa di dunia. Hari ini kita akan merenungkan manfaat dan kuasa dari Alkitab.

Hikmat dan Kuasa dari Alkitab (Firman Tuhan)

                Pada ayat 15 dikatakan Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Nilai tidak hanya memberi hikmat, tetapi melalui hikmat tersebut, orang dituntun supaya mengenal Kristus. Dengan kata lain, kuasa firman Tuhan itu dapat menuntun orang untuk bertobat. Maka kalau kita sudah berulang kali membaca Alkitab dari kitab Kejadian sampai kitab Wahyu, intinya adalah agar manusia yang berdosa mau bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Roh Kudus memakai para penulis Alkitab untuk menuliskan Allah yang mengasihi manusia dan tidak ingin manusia binasa. Allah bekerja begitu nyata pada manusia dari masa penciptaan manusia sampai dengan perlawanan manusia kepada Allah namun tetap dikasihiNya. Dalam kesabaranNya, Allah menuntun manusia bahwa nanti akan datang Juruselamat yang akan menyelamatkan manusia. Alkitab bekerja nyata. Kebenarannya mengubah hati manusia. Kebenarannya menobatkan semua orang percaya, mulai dari anak-anak sampai orang tua, orang sederhana sampai yang berpendidikan tinggi, mereka yang berada di pinggir jalan dan di gedung mewah, mereka yang pintar dan yang bodoh. Bahkan orang yang tadinya berkata bahwa ia tidak percaya Tuhan , namun firman Tuhan dapat menyentuh hatinya hingga menjadi percaya. Rasul Paulus pernah mengalami kuasa Allah ini. Sekalipun ia pintar dan menguasai hukum Taurat namun hatinya masih dibutakan. Tapi karena kuasa Firman Tuhan bekerja Saulus (nama sebelumnya) pun bertobat. Sehingga Rasul Paulus mengingatkan,”Hai Timotius engkau sudah punya hal yang terpenting dalam hidupmu. Itulah kitab suci yang diawariskan nenek dan mamamu! Jangan lupa melayani Tuhan. Peganglah firman Tuhan. Ketika mengalami kesuitan dalam pelayanan ingatlah ada firman Tuhan!” Firman yang berkuasa inilah yang terus meneguhkan iman orang percaya dari masa ke masa. Begitu pentingnya firman Tuhan ini hingga ada orang yang mau mati untuknya.

Kesaksian kuasa firman Tuhan bekerja di tengah orang-orang Korea.

Banyak orang sering bertanya mengapa orang Kristen di Korea Selatan begitu luar biasa? Kemajuannya begitu nampak. Bukan hanya 1 gereja tapi banyak gereja yang bertumbuh pesat. Awalnya jumlah jemaatnya puluhan orang lalu bisa berkembang sehingga berjumlah ratusan ribu orang. Mengapa bisa seperti itu? Masyarakat Kristen Korea tidak akan melupakan sejarah bagaimana seorang misionaris membawa Alkitab ke Korea. Dialah Robert Jermain  Thomas (1839-1866). Dia misionaris dari Inggris namun melayani di Tiongkok di penghujung dinasti Qing. Melalui pelayanannya di Tiongkok akhirnya banyak Alkitab dicetak di Tiongkok. Selama melayani di Tiongkok ia mendengar suara panggilan yang begitu kuat, “Korea...Korea....”. Pada waktu itu Korea termasuk negara yang paling miskin. Untuk apa ia harus pergi ke Korea? Tidak menarik bukan? Tetapi Robert J. Thomas ini selalu mengingat panggilan itu “Korea..Korea..”. Sehingga pada tahun 1865 ia berangkat ke Korea. Ia ingin mengenal Korea sehingga ia belajar bahasa Korea. Dia menemukan bahwa masyarakat Korea sangat membutuhkan Alkitab. Mereka sangat membutuhkan firman Tuhan. Maka ia berpikir, “Saya akan pulang dan membagi Alkitab di negeri Korea ini.”

Waktu ia pulang ke Tiongkok pada tahun 1864, istrinya (Caroline Thomas) meninggal. Namun ia tidak mengalami hambatan untuk berangkat lagi ke Korea. Pada tahun 1866 , Thomas bersama sebuah kapal dagang Amerika (General Sherman) berangkat menuju Korea. Ia mendapat informasi bahwa awak kapal ini ingin membangun hubungan bisnis dengan Korea. Karena bisa berbahasa Korea ia menawarkan diri menjadi penterjemah. Maka ia berangkat bersama kapal itu menyusuri sungai sampai ke sungai Taedong dekat Pyongyang. Misionaris ini membawa banyak traktat. Niatnya untuk membagikan firman ke rakyat Korea begitu besar. Ketika kapal menepi sungai , ia melempar traktat itu. Tentara Korea berjaga-jaga di sekitarnya. Pemerintah Korea sangat marah bila ada orang asing masuk ke Korea. Mereka tidak ingin rakyat Korea dirusak oleh orang asing. Tentara Korea mengatakan kapal ini harus pergi dari Korea. Tetapi kapal ini tidak memperdulikannya dan terus berlayar. Sampai akhirnya kapal ini kandas. Tentara pun langsung menyerbu mereka dan membakar kapal itu. Awak-awak kapal berlarian ke darat termasuk Thomas. Ia melompat dari kapal yang terbakar dan saat itu tidak mungkin membawa semua Alkitab.

Di darat, ia bertemu dengan seorang prajurit yang ingin membunuhnya . Ia pun berteriak “Yesus..Yesus.” Prajurit itu berhenti sejenak dan Thomas berkata, “Saya ingin memberikan Alkitab ini kepadamu. Sebelum kamu membunuh saya, ijinkan saya berdoa.” Ia pun berdoa, “Tuhan tolonglah supaya semua orang Korea yang meminum air sungai ini ,karena darahku akan mengalir di sungai ini, menjadi percaya pada Tuhan.” Setelah berdoa kemudian prajurit itu membunuhnya. Darahnya mengalir ke sungai. Prajurit itu mengambil. Namun ia merobek Alkitab itu dan menempelnya  di dinding rumahnya. Sewaktu mau tidur , satu per satu halaman Alkitab itu dibacanya sampai pada ayat Yoh 3:16. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Dia terkejut. Firman itu berbicara padanya. Dia kaget dan merasa ada kuasa yang mengalir dalam dirinya. Ia memanggil orang untuk melihat dan membacanya juga dan saat itulah Injil diberitakan ke negeri Korea ini. Thomas kemudian menjadi misionaris yang dihormati di Korea dan diabadikan di sebuah museum martir. Ada orang membuat sebuah lukisan besar tentang penderitaan Thomas saat akan dibunuh dan memberikan Alkitab pada prajurit. Sehingga setiap orang datang ke museum itu akan mendengar cerita tentang Thomas yang rela mati . Namun lewat Alkitab itu banyak jiwa dimenangkan dan banyak orang Korea bertobat. Sejak itu pertumbuhan Injil begitu hebat. Setiap anak Kristen akan dibawa ke museum itu untuk mendengar kisahnya. Apa artinya? Supaya dari generasi ke generasi menyaksikan bahwa Tuhan mengasihi orang Korea dan mengutus Thomas yang rela mati membawa Alkitab ke Korea. Sehingga suasana ibadah gereja di Korea sangat bersemangat sekali. Mulai dari anak-anak sekolah minggu sampai para orang dewasa setiap hari berbondong-bondong berdoa. Firman Allah selalu mereka rindukan. Mereka selalu haus mendengar firman Tuhan dan membacanya setiap hari. Mereka membentuk kelompok kecil-kelompok kecil sehingga diketahui siapa yang belum mengenal firman Tuhan dan kemudian orang itu akan dibimbing. Berbeda dengan di Indonesia yang maunya ada banyak orang dalam satu kelompok dan merasa kalau sedikit tidak enak. Itu sebabnya, pembahasan Alkitab sangat singkat sehingga tidak bisa menyentuh anggota kelompok satu demi satu. 

                Saya rindu melalui kesaksian ini kita menyadari bahwa firman Allah itu berkuasa menobatkan dan mengembalikan kita pada kehidupan kekal. Terlalu banyak orang Kristen saat ini yang meremehkan firman Tuhan dan membiarkan Alkitab tergeletak tanpa disentuh. Bahkan saat mendengar firman Tuhan merasa biasa saja dan tidak berdampak. Suatu kali seorang dokter datang ke sebuah kebaktian. Ia merasa statusnya sebagai dokter adalah hebat karena prestasi akademisnya luar biasa. Ia tahu pembicaranya adalah seorang yang sangat sederhana dan tidak bergelar sarjana. Dia adalah seorang penginjl terkenal yaitu Dwight L Moody (1837-1899). Saat Moody berkhotbah , dokter ini melihat Moody memegang Alkitab di tangannya dan mengkhotbahkan firman Tuhan yang hidup dan berkuasa. Ia memperkenalkan Kristus yang rela mati bagi manusia yang berdosa , selalu melawan Allah,  terlalu sombong karena ilmu pengetahuan yang dimiliki dan merasa terlalu banyak pengalaman dalam hidupnya. Firman Tuhan yang disampaikan Moody menusuk hati sang dokter. Ia merasakan seperti ada peluru yang menembus hatinya. Saat itu ia bertobat dan berterima kasih pada firman Tuhan. Firman Tuhan sungguh-sungguh berkuasa. DL Moody tidak berhenti berkhotbah sampai ada sekitar 4.000 khotbahnya tentang firman Tuhan yang berkuasa sehingga banyak orang bertobat.

Alkitab adalah buku yang menyatukan kita dengan Allah.

Alkitab adalah buku yang menyatakan hikmat kebenaran Allah yang membawa kita menyatu dengan Allah. Artinya kalau melihat Alkitab, kita selalu ingin menyaksikan bahwa itulah kuasa firman Tuhan. Jika kita melihat Alkitab sebagai buku lain yang tidak punya pengaruh bagi kita, maka bisa saja kita meremehkannya. Tapi saya percaya bagi jemaat GKKK Mabes yang sudah sekian tahun selalu suka firman Tuhan, kita sudah mengalami betapa Alkitab itu sungguh kita rindukan. Alkitab adalah firman yang hidup di mana di dalamnya terdapat firman Allah. Oleh sebab itu sebagai orang percaya , saya rindu akan firman Allah supaya kita semua hidup sesuai firman Allah. Kehidupan Allah ada di dalam firmanNya. Firman yang hidup dan berkuasa. Firman menjadi cermin setiap hari dalam kehidupan kita di hadapan Allah. Karena firman ini dapat berkata tentang siapa kita. Darimana kita mengetahui bahwa kita orang berdosa? Dari firman Tuhan. Firman inilah yang harus ditanamkan dalam diri kita. Dan firman itu akan semakin hidup dan bertumbuh menjadi sesuatu yang semakin bernilai dalam diri kita. Hidup yang diberikan kepada kita adalah hidup yang penuh berkat.

Penutup

                Berikut kesaksian dari seorang pria yang berusia cukup tua saat datang mengikuti kebaktian untuk pertama kalinya. Sayangnya ia agak ‘terlambat’ baru ikut ke gereja. Istrinya seorang anak Tuhan yang baik, selalu mengikuti kegiatan ibadah dan rindu membaca firman Tuhan. Sang istri selalu mendoakan suaminya dan akhirnya suaminya datang ke gereja. Saat mengikuti kebaktian, ia mengalami kuasa firman Tuhan sehingga ia bertobat. Ia menyadari dirinya yang berdosa. Ia menyesali masa hidupnya yang telah disia-siakannya. Kesadaran itulah yang membuatnya semakin rajin beribadah. Dia ingin menebus waktu yang sudah lama terbuang. Ia semakin rajin datang kepada Tuhan. Ia rajin membaca Alkitab. Ia begitu mencintai Alkitab yang sungguh-sungguh berkuasa dalam hidupnya  memberi pengharapan dan kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan. Melihat hal itu, istrinya berbahagia sekali. Ia seorang suami yang rajin membaca Alkitab, bahkan saat pergi ke kantor pun ia membaca Alkitab. Begitu besar pengaruh Alkitab dalam dirinya. Suatu saat , ia sakit dan meninggal. Pendeta dan istrinya tidak terkejut , malah mereka bersyukur Bapak ini sudah percaya pada Tuhan. Ketika pada malam penghiburan, sang  Pendeta datang dan melihat di dalam peti terbaring seorang bapak yang tidur nyenyak dan penuh damai. Di tangannya memegang sebuah Alkitab yang diletakkan di atas dada. Sang Pendeta kagum dan berkata,”Saya belum pernah melihat mayat yang memegang Alkitab seperti ini.” Kemudian istrinya menjawab,”Saya rindu sampai akhir hidupnya Alkitab menjadi firman yang berkuasa dan tidak pernah salah (keliru) ini sudah mengubah hidupnya. Itulah yang membuat ia dengan tenang pulang ke sorga.


                Bagaimana sikap kita terhadap Alkitab? Apakah Alkitab masih menjadi buku yang penting dalam hidup kita? Masih adakah rasa rindu dalam diri kita untuk secara rutin membaca Alkitab atau kita sering melewatkan waktu tanpa firman Tuhan dalam hidup kita? Jangan sampai kesibukan pekerjaan dan urusan rumah tangga merampas waktu kita untuk membaca Alkitab. Ingatlah dan selalu memperhatikan bahwa firman Tuhan yang hidup ini selalu mau menyatu dengan kita melalui cara kita membaca dan merenungkannya dalam hidup kita sehari-hari. Kiranya anak-anak selalu melihat orang tua yang selalu setia membaca Alkitab baik saat pagi, siang dan malam hari. Sekarang aplikasi Alkitab ada di handphone. Kemana saja pergi kita bisa membaca Alkitab, tetapi sayangnya hanya saat kebaktian saja kita membukanya setelah itu banyak yang tergoda membuka aplikasi-aplikasi yang lain. Kalau khotbah dianggap tidak menarik, maka banyak yang berprinsip lebih baik mencari hal yang lain dalam handphone-nya. Baik Alkitab dalam bentuk buku ataupun handphone, mari kita menghargainya sebagai firman Tuhan yang tidak pernah keliru agar hidup kita terpelihara sampai Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya. Banyak pertanyaan-pertanyaan iman  yang begitu berat dan banyak yang tidak sanggup mencari jawabannya, maka melalui firman Tuhan kita mendapatkan jawabannya. Kiranya Tuhan menolong kita untuk semakin mencintai firman Tuhan. Amin.