Monday, October 22, 2012

Iman di Kala Kesulitan



Ev Stephanie


Ayub 23:10-14 Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas.  Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.  Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya.  Tetapi Ia tidak pernah berubah — siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga.  Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan-Nya.
Ayub 1:20-21 Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

Ada seorang anak yang saat pulang sekolah menangis dengan kerasnya seakan-akan telah dipukuli orang. Kemudian ia menghampiri mamanya dan berteriak, “Mama, nilai ujian akhirnya jelek.” Mamanya terkejut. Bukankah anaknya pintar? Lagipula anak ini telah belajar dengannya. Mamanya bingung. Dengan terisak anaknya menambahkan, “Saya hanya mendapat nilai rata-rata 80.” “Kenapa menangis, bukankah seharusnya kamu mengucap syukur?” kata mamanya.  Anak ini bertambah kencang menangisnya, “Pokoknya saya tidak terima!” Mamanya bingung, “Ada apa? Coba cerita ke mama.” “Mama, rata-rata nilai Bejo 85. Saya tidak terima. Ia dulu selalu ranking terakhir , kenapa sekarang ia ranking pertama. Ma, Bejo punya soalnya sehingga ia bisa dapat 85! Guru sekarang memuji Bejo. Katanya ada kemajuan. Bejo pasti kasih parsel ke guru, ma!” Akhirnya sang anak berlari ke kamar dan berteriak, “Semuanya tidak adil!” Secara sadar dan tidak sadar, hidup di dunia bukan saja sulit tapi juga tidak adil. Mungkin dari kecil, kita mengalami ketidakadilan. Sewaktu di kantor kita juga mengalaminya. Ada orang yang berusaha sekuat tenaga, tetapi yang mendapat kenaikan gaji adalah temannya. Orang ini hanya dapat ucapan selamat pagi saja, tidak ada penghargaan sama sekali. Ada juga koruptor mendapat fasilitas kamar ber-AC di penjara sedangkan orang yang mencuri sandal, mangkok atau semangka, di penjara bertahun-tahun. Bagaimana kita memiliki iman walaupun dalam kondisi yang tidak adil?

Kita mungkin dibesarkan dalam kondisi di mana bila kita melakukan sesuatu yang baik dikatakan, I like it dan diberi hadiah. Kalau kita melakukan kesalahan, “Awas ya kalau lakukan sekali lagi, saya pukul kamu!” Itu yang menjadi pola pikir jaman sekarang. Seharusnya orang yang bekerja yang mendapat uang dan posisi, namun hal sebaliknya bisa terjadi. Hidup ini tidak adil. Inilah yang dialami oleh Ayub. Pada Ayub pasal 1 dikatakan Ayub adalah orang yang saleh, jujur dan takut akan Allah. Ayub orang yang benar-benar berkenan di hadapan Tuhan. Sehingga Tuhan berkata, ialah hambaKu. Tetapi meskipun demikian, Ayub tidak bebas dari kesulitan dan perlakuan tidak adil. Menjadi orang percaya, tidak menjamin kita bebas dari kesulitan dan penderitaan. Kadang Tuhan mengijinkan kesulitan terjadi dalam kehidupan orang percaya. Tetapi mari kita belajar dari Ayub, bagaimana ia menghadapi ketidakadilan dan kesulitan dalam kehidupannya walau dikatakan ia berkenan di hadapan Allah.

Prinsip hidup Ayub, semua yang dimiliki adalah titipan Tuhan. Dari lahir sampai mati semuanya adalah titipan dari Tuhan. Kalau kita dititipi (dipinjamin) barang, dan pada waktu yang menitip mengambil kembali, kita akan mengatakan terima kasih sudah dipinjami. Inilah yang menjadi prinsip hidup Ayub, semua yang dia punya kepunyaan Tuhan. Tetapi setan melihatnya secara berbeda sehingga ia berani mencobai Ayub. Setan mempunyai pikiran, “Ayub adalah orang taat karena Tuhan selalu melindunginya. Coba kalau semuanya diambil, pasti ia menutup pintu hatinya.” Ayub dikatakan sebagai orang yang terkaya, artinya benar-benar di posisi pertama dalam kekayaan yang dihitung dari jumlah hewan. Kekayaannya kemudian  diserang dan diambil iblis sehingga ia tidak punya apa-apa. Ini bukan terjadi dalam waktu lama, namun dalam sekejap dan berurutan. Waktu orang pertama belum selesai memberi laporan, orang kedua sudah datang menyampaikan berita yang lain dan seterusnya. Kalau Ayub hidup di jaman sekarang, mungkin ia sudah loncat dari gedung tinggi. Tetapi Ayub tidak begitu.

Saat Ayub mengalami kehilangan bertubi-tubi ia melakukan 5 tindakan. Pada ayat 1:20, ada 5 kata kerja. Waktu Ayub mendengar anak-anaknya meninggal, maka Ayub berdiri dan mengoyakkan pakaiannya. Ia menyatakan dirinya benar-benar berduka cita. Ia juga mencukur kepalanya. Rambut adalah lambing kemuliaan pribadi. Sehingga waktu mencukur, ia mengatakan saya tidak punya apa-apa lagi, kosong dan hampa. Sesudah itu, Ayub jatuh, bersujud. Ia tidak mengatakan, “Tuhan Engkau jahat. Awas ya!” Tetapi ia menyembah. Ayub benar-benar jatuh tersungkur di hadapan Tuhan. Ia tidak marah kepada Tuhan dan mengutuki Tuhan tetapi menyembah Tuhan dan memujiNya. Ia mengatakan, “dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku dengan telanjang pula aku kembali . Tuhan yang memberi dan mengambil. Terpujilah Tuhan.” Waktu saya dilahirkan telanjang dan nanti waktu pulang ke rumah Bapa, tidak membawa apa-apa juga. Semuanya titipan Allah. Pinjaman Allah. Kemurahan Allah. Setiap langkah hidupku adalah belas kasihan Tuhan. Sehingga waktu Tuhan ambil semua, Ayub katakan, “Terpujilah Tuhan. Tuhan terima kasih, sudah meminjami semua. HakMulah mengambil semuanya. Aku tidak bisa menahan apa-apa daripadaMu.” Prinsip Ayub, semuanya milik dan anugerah dari Tuhan. Anak saya adalah kepercayaan Tuhan. Kambing domba saya juga titipan Tuhan. Hamba-hambaku kepunyaanMu. Uang, mobil, pekerjaan, semuanya punya Tuhan. Jangan bilang itu kepunyaan saya. Yang jadi masalah bukan saat kita mengendarai mobil, tapi saat mobil mengendalikan kita. Sehingga saat kehilangan mobil, kita stress. Orang yang bunuh diri, orang yang dikendalikan segala sesuatu bukan sebaliknya.  

Ayub adalah orang yang beriman. Hal ini nyata pada pasal 23-24. Ia beriman kepada siapa? Kita suka hal yang nampak di mata, senang yang bisa dipegang dan didengar. Semua yang kita rasakan, menyukakan kita. Ada yang bilang, supaya dikatakan hebat, mengatakan bahwa ia mendengar suara Tuhan. Ini bukan dasar kepercayaan kepada Tuhan. Intinya adalah perjalanan hidup kita tidak sekedar nampak pada mata atau bisa dirasakan, namun perjalanan iman bersama Tuhan. Semua teman Ayub menjelekkan Ayub. Ia bilang Ayub berdosa sehingga dikatakan budukan seperti sekarang. Pasal 23-24 Ayub menyatakan rasa syukurnya kepada Tuhan. Pasal 23:8-10   Sesungguhnya, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia, Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia.  Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas. Di tengah ketidakadilan dan cemoohan temannya, Ia mencari Allah. Walau tidak kelihatan mata, ia percaya Tuhan ada dan Tuhan mengerti jalan hidup Ayub. Di ayat 11, waktu kita tidak lihat Tuhan, yakinlah Tuhan ada. Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang.  Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya. Tuhan tahu dan ia ingin kita tetap melakukan kebenaran firmanNya. Sekalipun ada masalah dan penderitaan, kita tetap berjalan di jalan Tuhan.

Ayub percaya pada Tuhan yang berdaulat. Iman yang tidak luntur. Saat sedang menghadapi masalah, kita senang bila ada teman di samping kita. Apalagi kalau kita tahu, orangnya punya kemampuan menyelesaikan masalah. Apapun yang terjadi dalam kehidupan manusia bukanlah suratan takdir. Kita menolak , “jangan  ini atau jangan itu yang sifatnya tahayul”. Ayat 13-14, apapun yang terjadi dalam hidup manusia sudah ditetapkan Tuhan. Tidak ada nasib, surat takdir / tangan , semua yang terjadi merupakan ketetapan Tuhan. Sekalipun itu hal buruk , bukan namanya sedang sial. Kita tidak percaya. Ayat 14 , Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan padaku. Tuhan bukan kasih ketetapan lalu mau enak-enak saja.  Tetapi Ia membantu kita menyelesaikan semuanya. Ini berita bahagia, yang luar biasa. Menghadapi kesulitan dan ketidakadilan, ada Tuhan yang menuntun dan menyelesaikan semuanya. Betapa bahagianya kita sebagai anak Tuhan. Punya Allah yang peduli dalam berbagai hal yang kecil dalam kehidupan kita. Ayub percaya Tuhan akan selesaikan semuanya. Iman Ayub membawa pada sesuatu yang menyenangkan.  Pasal 42, Ayub menemukan sesuatu yang indah dan baik, Tuhanlah yang membantu menyelesaikan semuanya yakni Ayub mendapat perkenanan Tuhan. Tuhan menyebut hambaKu sebanyak 4 kali. Di pasal 1 Tuhan menyebut Ayub, hambaKu. Kita dapat hak istimewa, mendapat gelar “hambaKu”. Sekalipun Ayub mengalami penderitaan yang panjang, ia dapat gelar hambaKu. Yang kedua, relasi Ayub dengan rekan-rekannya dipulihkan. Teman Ayub memfitnah Ayub melakukan dosa. Tetapi Tuhan menyatakan, Ayublah yang benar dan mereka lah yang salah. Mereka diminta mempersembahkan korban dan Ayub berdoa untuk mereka. Relasi mereka dipulihkan. Yang ketiga, relasi Ayub pun dipulihkan. Borok-boroknya hilang. Semua hal yang dulu hilang dikembalikan. Setelah melewati penderitaan yang panjang dan mendapat perlakuan yang tidak adil. Kita tidak tahu apa yang Tuhan sediakan dibalik sana. Kita tidak bisa melihat apa jadinya kondisi kita. Ayub tidak akan tahu akan sembuh dan dikembalikan dua kali lipat miliknya yang hilang. Ada 1 lagu yang saya ingat , Banyak yang akan terjadi dalam hidupku ini. Kutahu siapa yang berkuasa melakukan semua. Apapun yang terjadi, aku percaya Tuhanlah yang berkuasa. Tuhanlah yang memegang hari esok. Biarlah lagu ini mengingatkan kita, apa pun yang terjadi di depan sana, Tuhanlah yang memegang kita.  Yang keempat, kemenangan rohani. Di pasal 1 dan 2, setan benci pada Ayub. Di pasal 42 tidak ada cerita tentang setan. Semua pikirannya kalah. Apapun yang terjadi Tuhan ijinkan. saat berhasil ada kemenangan rohani. Maka percayalah dan berimanlah kepada Tuhan, apapun yang terjadi untuk kemenangan rohani kita. Roma 8:28. Waktu dikatakan, Allah turut bekerja, maka ada kutipan dari Yohan Chang, Allah itu turut bekerja artinya Allah yang tahu, hadir dan aktif bekerja. Kata segala sesuatu artinya tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah. Ada ajaran yang mengatakan , mengapa orang Kristen menderita? Kenapa Allah tidak tahu kita menderita? Ini ajaran yang salah, karena Alkitab mengatakan segala sesuatu (dari yang kecil sampai paling besar) Tuhan tahu. Walaupun ada hal buruk semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita. Semuanya mendatangkan yang baik bukan yang buruk. Semua orang berusaha menyingkirkan Yusuf, tetapi Kej 50 mengatakan, meskipun kamu memikirkan yang jahat tapi Tuhan merancangkan untuk kebaikan. Masalah : kita sering jadi orang yang sok sibuk. Kita menjadi orang yang tidak sabaran. Seorang anak waktu diajak jalan sangat senang. Ia tanya, berapa lama lagi kita sampai?. Mamanya bilang , kamu tidur dulu nanti sampai. Sang anak terus tidur dan bangun kembali sambil bertanya, masih lama? Anak ini tahu mamanya mulai jengkel, pertanyaannya diganti, “Ma, kalau sampai sana saya umur berapa kok lama amat.” Kita seringkali tidak sabaran. Waktu hadapi kesulitan, kita bertanya, Tuhan berapa lama lagi. Kita sadar dalam tuntutan Tuhan. Tuhan tahu dan berdaulat! Sehingga tidak perlu bertanya, berapa lama lagi. Karena semua yang terjadi untuk mendatangkan kebaikan. TUhan baik setiap waktu (all the time). Susah senang Tuhan baik.

No comments:

Post a Comment