Monday, December 29, 2014

“Refleksi : Apa yang Kau Beri BagiNYA?”

Pdt. Aiter

Kis 4:36-37 
36  Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus.
37  Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

Kis 6:1-5
1   Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.
2  Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.
3  Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu,
4  dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."
5  Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.


Kis 9:36  Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita  —  dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah.

Barnabas



                Barnabas awalnya bernama Yusuf dan kemudian diubah menjadi Barnabas, ia seorang kaya yang menjual hartanya dan meletakkan di depan kaki rasul-rasul (Kis 4:36-37). Barnabas adalah orang yang penuh roh , iman dan kuasa. Namun saat dilakukan pemilihan 7 orang pengurus (semacam majelis) yang bertugas untuk melayani pembagian kepada janda-janda, ia tidak terpilih (Kis 6:1-5). Zaman sekarang kalau mau jadi majelis, biasanya orang tersebut adalah orang yang dekat dengan gembala sidang. Yusuf sangat dekat dengan para rasul sehingga para rasul menyebutnya Barnabas. Zaman dulu mengubah nama seseorang memberikan otoritas pada orang yang memberinya nama baru. Seperti anak diberi nama oleh ayah, maka ia tunduk kepada ayah. Anak tidak bisa mengganti nama tanpa ijin sang ayah. Pemberian nama berarti penundukan. Rasul mengubah nama Yusuf menjadi Barnabas yang berarti anak penghiburan , hal ini menunjukkan bahwa para rasul mengkonfirmasi Barnabas sebagai penghibur orang lain. Barnabas memenuhi syarat untuk dipilih. Ia adalah orang Lewi dan status orang Lewi saat itu sangat dihargai. Sekarang ada hamba Tuhan yang mengatakan bahwa “Saya termasuk golongan Lewi” dengan pengertian bahwa karena Lewi berarti saya punya hak (wewenang) atas  perpuluhan jemaat sehingga mereka menjadi sangat kaya! Itu adalah tipuan karena tidak sesuai dengan Alkitab. Di Perjanjian Lama bila orang Lewi salah melayani Tuhan atau sembarangan hidupnya , maka mereka harus mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan dan akan dihukum! Barnabas dekat dengan para rasul tapi tidak terpilih jadi majelis.
                Ada orang kaya yang menjadi penghasut, setelah tidak terpilih jadi majelis. Sebelum pemilihan, ada yang melakukan kampanye. Melihat gedung gereja yang cat-nya buram, ia menyumbang cat sehingga jemaat lainnya melihatnya. Ia juga menyumbang kursi baru untuk mengganti kursi gereja yang sudah bolong. Piano yang sudah jelek disumbangnya jadi grand piano. Setelah tidak terpilih, ia marah dan mengambil kembali piano dan kursinya. Bahkan ada yang meminta kembali seluruh perpuluhannya sewaktu tidak terpilih jadi majelis! Barnabas seharusnya bisa jadi provokator seperti itu saat tidak terpilih, namun Barnabas tidak pernah mengeluh. Karena ia tahu bahwa ia harus melakukan pekerjaan Tuhan (pekerjaan yang dimandatkan Tuhan). Akhirnya Barnabas mendapatkan Paulus yang dalam sejarah gereja tercatat memiliki pelayanan “besar”. Pada awalnya tidak ada yang percaya bahwa orang seperti Saulus yang selama ini telah melakukan upaya untuk menangkap dan membinasakan orang Kristen bisa bertobat. Barnabas memperhatikan Saulus dan akhirnya dari Roh Kudus ia mengetahui Saulus bertobat sungguh-sungguh padahal rasul lain belum bisa menerimanya. Barnabas memiliki mata yang tajam untuk melihat orang yang berpotensi.
                Demikian pula dengan gereja seharusnya punya “mata” untuk melihat anak yang pintar dan jangan malah disingkirkan. Ada gembala sidang yang melihat mahasiswa teologi yang berkhotbah dengan berapi-api sehingga jemaat menyimaknya dengan penuh perhatian, sedangkan bila gembala sidang tersebut khotbah, jemaat yang mendengarnya malah mengantuk. Lalu setelah khotbah selesai, sang mahasiswa berdiri di samping gembala sidang untuk menyalami para jemaat. Ada seorang ayi (ibu) berkata, “Saya belum pernah mendengar khotbah seperti yang disampaikan. Saya sangat diberkati” Dalam hati gembala sidang berkata,”Kurang ajar, jadi selama itu khotbah saya…?”. Ada juga seorang Bapak berkata,”Hari ini khotbahnya luar biasa! Tidak seperti yang lain.” Sang gembala menganggap sang mahasiswa sebagai ancaman terhadap dirinya. Lalu di rapat majelis, gembala sidang mengatakan bahwa mahasiswa itu sangat bagus dan perlu diutus ke pos PI daerah terpencil untuk mengembangkan pelayanan di sana. Seharusnya anak muda yang bagus didoakan untuk mengembangkan gereja. Kalau tidak gereja akan kehilangan (kehabisan) orang-orang muda berpotensi sehingga yang tersisa adalah orang tua-orang tua saja dan akhirnya gereja mati karena tidak ada yang potensi. Hal ini sudah terjadi di AS dan Eropa di mana gereja hanya dihadiri oleh para orang tua saja. Kalau ada jemaat yang tua itu meninggal berarti jemaat berkurang 1, setelah semua jemaat tua meninggal lalu gereja dijual. Oleh pembelinya dijadikan kasino atau klub malam. Ada sebuah gereja yang gedungnya bagus di AS yang dijual ke orang India yang kemudian menjadikannya tempat meditasi. Ada juga yang bangunannya masih berbentuk gereja, tapi sudah menjadi night club dan menjual bir. Ada juga gereja yang dijadikan objek peninggalan sejarah lalu di depannya dijual patung Kwan Im dan Budha Julaihud! Gereja di sana tidak punya harapan. Di asia gereja masih ada harapan, tapi kalau tidak punya mata tajam maka akan terjadi seperti itu juga.

Stefanus dan Filipus


                Saat pemilihan “majelis” yang bertugas mengurus pembagian kepada  janda-janda, terpilih 7 orang dan 2 orang terbaik di antara ke tujuh orang tersebut adalah Stefanus dan Filipus. Memang biasanya dari banyak majelis yang terpilih, hanya 1-2 orang yang bersumbangsih.  Demikian juga dengan adik-adik Yesus Kristus yan berjumlah 4 orang laki-laki dan 2 perempuan (bisa lebih). Dari adik-adiknya itu hanya 2 orang adik laki-lakinya yang dipakai melayani yaitu Yakobus dan Yudas (sisanya tidak dipakai). Dalam kepanitiaan juga demkian. Anggota panitia banyak tapi yang sungguh-sungguh  bekerja hanya sedikit. Ada yang ikut rapat di akhir saja tapi pada waktu hari-H ia memakai jas , dasi lalu berdiri menyambut tamu dan memberi salam “Syalom”.  
                7 orang terpilih untuk melayani janda-janda yang sebenarnya dapat dilayani orang biasa karena  kebutuhan para janda seputar sembako, sakit sehingga perlu didoakan (lutut rematik) dll. Namun saat itu ditetapkan syarat untk melayani janda adalah penuh  iman, roh dan kuasa. Jadi jangan dikira untuk melayani janda-janda bisa dengan waktu yang kosong karena harus punya iman yang kuat, Iman pelayan Tuhan harus kokoh. Kalau syaratnya itu, banyak yang bisa tidak terpilih menjadi majelis. Ada yang disuruh mencari kitab Obaja saja tidak tahu lalu senggol istri bertanya, “Memang ada kitab Obaja?” Setelah jadi majelis harusnya rendah hati, tugasnya melayani. Seorang majelis seharusnya punya kuasa, iman dan roh. Uraian tugas ke-7 majelis tersebut jelas yaitu untuk melayani janda-janda. Sewaktu saya menggembalakan jemaat dan ada majelis yang bertanya apa uraian tugasnya, saya kesal. Karena kalau sudah dikasih uraian tugasnya seharusnya majelis melayani dengan baik. Bila ada 12 poin uraian tugasnya, maka setelah melayani ke-12 poin tersebut dikatakan bagus. Bandingkan dengan ke-7 orang yang terpilih hanya melayani janda-janda, maka mereka akan menjadi pengangguran. Karena setelah Stefanus dilempari batu sampai meninggal muncul penganiayaan besar-besaran dan para jemaat (termasuk janda-janda) pun melarikan diri. Dengan demikian kalau tugasnya hanya melayani janda-janda, maka tidak ada tugas majelis lagi. Kalau benar tugas majelis melayani janda-janda maka seharusnya majelis mencari janda-janda itu, mengetok pintu-pintu rumah dan bila ada janda-janda maka majelis melayani mereka. Tetapi 2 di antara 7 majelis itu melayani bukan hanya janda, mereka mati sahid untuk Tuhan dan terkenal sebagai pemberita Injil dan hal itu diluar uraian tugas mereka. Ada mahasiswa praktek di gereja, melihat semua jadwal pelayanan di gereja tersebut sudah terisi nama para petugasnya, lalu bertanya ke Pdt Stephen Tong tentang tugasnya. Pdt. Tong kemudian menjawab, “Kamu keluar gereja untuk penginjilan dan mencari jiwa!” Itu tubasnya. Itu di luar uraian tugasnya karena ada tugas lain yang lebih besar. Stefanus diincar iblis dan akhirnya dimatikan. Ia yang terbaik di antara 7 orang majelis itu. Strategi setan selalu mengincar orang terbaik. Di gereja Tuhan , gembala sidang adalah orang yang diincar iblis. Jadi Stefanus diincar. Ia majelis yang menghafal isi kitab Perjanjian Lama dan menyimpulkannya. Ia bisa bercerita dari Abraham, Ishak , Yakub lalu loncat ke Yosua dan berhenti di kisah Salomo. Ia menguasai Alkitab tanpa membaca. Sedangkan zaman sekarang ada majelis saat ditanya tentang Alkitab baru mencari Alkitabnya yang ternyata sudah hilang 3 bulan sebelumnya.         Stefanus dikenal sebagai pemberita Injil, bukan pelayan janda-janda.


                Yang kedua terbaik adalah Filipus. Ia sungguh-sungguh luar biasa. Pelayanannya menakjubkan di tanah Samaria. Tanah ini pernah diinjili oleh Tuhan Yesus (Yoh 4:7-42). Tuhan Yesus menginjili perempuan yang kemudian membawa banyak orang samaria. Mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia." (Yoh 4:42). Orang-orang Samaria percaya kepada Tuhan Yesus. Tuhan Yesus melayani pada umur 30-33,5 tahun. Diasumsikan pada waktu masuk tanah Samaria, Ia berusia 31 tahun dan 2,5 tahun kemudian Yesus Kristus mati di kayu salib. Setelah itu masuk peristiwa Pentakosta, lalu masuk peristiwa Filipus yang memberitakan Injil di Samaria (Kis 8:5-13). Sejak Tuhan Yesus masuk tanah Samaria, 5 tahun kemudian orang Samaria mengagumi Simon si tukang sihir. Mungkin mereka yang dulu bertemu Tuhan Yesus sudah mati atau hanya sekedar menerima bahwa Tuhan Yesus adalah  Juruselamat. Itu tidak cukup! Karena sekali menyimpan injil, Setan berusaha merebutnya. Satu per satu direbut setan sehingga  tanah Samaria dikuasai tukang sihir. Lalu Filipus dikirim dan terjadi pertobatan besar-besaran. Termasuk Simon si tukang sihir minta dibaptis. Tapi Filipus tidak punya kepekaan bahwa Simon bukanlah petobat asli. Demikian juga sekarang ini banyak yang mau atestasi atau dibaptis hanya untuk keperluan menikah, setelah itu hilang tidak pernah datang lagi di gereja. Nantinya baru bertemu lagi setelah meninggal. Di dalam Perjanjian Baru, sewaktu Yohanes Pembaptis berkhotbah, banyak orang Farisi dan Saduki bertobat dan dibaptis, tapi Yohanes  Pembaptis  berkata "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?” (Mat 3:7b) . Ketika rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah menerima firman Allah, mereka mengutus Rasul Petrus dan Rasul Yohanes yang kemudian menumpangkan tangan di atas mereka. Ketika Simon si tukang sihir melihat bahwa Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka. Namun Rasul Petrus berkata kepadanya: "Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang” (Kis 8:20).
                Di kampung saya , ada orang tua yang mau masuk atestasi menjadi anggota gereja. Alasannya, “Karena nanti kalau mati tidak ada yang mengurusnya.” Logika pemikirannya gereja hanya menyiapkan kuburan untuk anggotanya saja, maka ia atestasi masuk menjadi anggota gereja supaya kalau mati aman karena akan ada tempat kuburan! Ada juga yang ingin sekolah ke luar negeri tapi tidak bisa karena belum cukup umur sehingga minta surat dari gereja. Setelah diberi surat atestasi lalu orang itu tidak pernah ke gereja di luar negeri.  Ada juga yang ke gereja karena mencari pacar. Saya pernah bertemu dengan jemaat yang berprofesi dokter ada di gereja tempat saya berkhotbah lalu saya bertanya, mengapa ada di sana? Ia menjawab, “Saya datang ke persekutuan pemuda di gereja tidak ada yang cocok. Jadi sekarang saya pindah gereja dan ternyata ada yang cocok sehingga saya pindah ke sini” Jadi selama ini saat di gereja, matanya berkeliling mencari calon istri. Setelah dapat ia pindah gereja. Bagaimana nanti kalau putus?  Jadi untuk pindah gereja harus evaluasi motivasinya.
                Setelah memberitakan Injil di Samaria dan banyak orang dibaptis, Filipus seharusnya mendirikan gereja di sana karena pasti banyak yang mendukungnya. Tapi Roh Kudus bekerja dengan cari lain. Karena bila Filipus terus di Samaria, ia akan didewakan di sana. Jemaat akan menyerahkan tanah dan rumah mereka. Tetapi Tuhan tidak mengijinkan orang didewakan. Demikian pula dengan Yesus, setelah dikenal di satu tempat, Yesus pindah ke kota lain. Yesus tidak ingin didewakan. Filipus dipindahkan ke tempat yang sunyi luar biasa. Padahal sekali  khotbah ia bisa menobatkan Samaria. Ia kemudian diuji melayani sida-sida Etiopia. Zaman sekarang, ada hamba Tuhan yang berkata ,”Kalau tidak ada 2.000 orang , saya tidak mau melayani.” Hal ini berarti menghina orang. Karena bisa saja di antara 5 orang ada orang seperti Paulus.
                Filipus diutus ke tempat yang tidak dikenal untuk melayani sida-sida. Sida-sida itu sedang membaca kitab suci dalam perjalanan dari Etopia ke Yerusalem . Hal ini mengagumkan. Bandingkan dengan kondisi saat ini, ada jemaat yang sudah lupa apa yang baru saja dikhotbahkan, ada juga ynag hanya mengingatnya tapi 2-3 hari kemudian lupa atau paling tidak sampai sebulan kemudian sudah lupa. Ia membawa kitab dan beribadah, lalu keluar gereja tidak tahu isi khotbahnya. Tapi sida-sida itu dari Etiopia ke Yerusalem, bisa membaca. Dulu orang yang dianggap kafir dan orang kulit hitam dilarang pergi ke gereja. Sida-sida ini tidak diterima masuk karena sudah dikebiri. Ia tidak boleh masuk ke gereja, tapi tetap membaca Alkitab. Ia membaca kitab nabi Yesaya, “Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak membuka mulut-Nya. Dalam kehinaan-Nya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawa-Nya diambil dari bumi. Sida-sida ini tidak ada yang melayaninya, karena orang yang dikebiri dan hitam dianggap sampah masyarakat. Filipus datang dan menjawab pertanyaannya. Sida-sida itu hatinya dibukakan, minta dibaptis dan percaya kepada Yesus. Setelah bertemu dengan sida-sida, Filipus dipindah ke tempat yang lebih sunyi lagi. Ia tidak diijinkan pergi ke Etiopia karena bisa disambut dengan baik mengingat sida-sida itu punya jabatan penting dan rumah besar, sehingga ia akan mendukung Filipus. Tuhan tidak ijinkan. Kemudian sida-sida balik ke Etiopia dan mendirikan gereja. Setelah Pentakosta, wakil diutus ke Etiopia.  Filipus diutus ke daerah-daerah terpencil. Ia tidak berkata tidak bisa karena ada istri dan 4 anak. Ia tetap taat dan pergi. Jadi kalau Tuhan sudah gerakkan, maka harus pergi. Tidak bisa dihalangi urusan lain seperti urusan kantor. Siapa sangka orang yang ditemukan bisa menjadi hamba Tuhan. Atau orang-orang yang dilayani berpuluh tahun kemudian menjadi orang penting.

Dorkas


                Kita sudah melihat Barnabas, Stefanus dan Filipus , lalu dimunculkan 1 orang wanita yang paling cocok di kalangan majelis karena melayani janda. Ia sendiri tidak terpilih menjadi majelis, namanya Dorkas. Berbeda dengan banyak orang yang setelah melayani hebohnya luar biasa (seolah-olah sudah banyak yang dikerjakan), Dorkas pelayanannya diam-diam yakni dengan menjahit baju. Dulu kalau saya pesan baju baru untuk digunakan saat imlek, harus dipesan 3 bulan sebelumnya. Waktu diukur badannya dilebihkan sedikit karena khawatir berat bertambah. Sedangkan pada waktu zaman Dorkas, menjahit baju pasti lebih lama. Siang dan malam Dorkas terus menjahit. Berhari-hari, berbulan-bulan ia terus menjahit baju. Setelah selesai, kondisi Dorkas menurun, lalu sakit parah. Ia tidak pernah melapor bahwa ia sakit sehingga tidak dibesuk oleh rasul dan majelis. Tiba-tiba ia meninggal. Berbeda dengan sekarang, bila jemaat tidak dibesuk , marah-marah. Juga kalau rumah kebanjiran perlu diteleponi. Namun ada juga yang tidak mau diteleponi. Susahnya menjadi  hamba Tuhan kalau demikian. Padahal waktu pendetanya sakit tidak membesuk. Namun ada juga yang terlalu berlebihan perhatiannya. Baru sedikit pilek atau lesu langsung jemaat membawa arak obat sampai-sampai sang pendeta “kelebihan gizi”. Seharusnya waktu kebanjiran bila tidak dibesuk , coba evaluasi apakah pernah membesuk orang yang kebanjiran.
                Dulu waktu khotbah di Surabaya , saya bertanya ke supir yang mengantar saya yang sepertinya berasal dari NTT. Rupanya ia berasal dari Waingapu dan bergereja asal di GKS. Saya baru dari sana. Jadi supir itu melayani di gereja saya, sedangkan saya melayani di gerejanya. Saya berkata, “Tidak sangka saya dikirim untuk melayani kampung bapak.” Kalau hanya pikirkan denominasi, maka Tuhan akan membuang saya. Pdt Stephen Tong ditanya, “Untuk pelayanan, Bapak  terus berpergian. Bagaimana dengan keluarga Bapak?” Pdt Tong menjawab,”Kalau saya perhatikan keluarga Tuhan, masa Tuhan tidak memperhatikan keluarga saya? Tuhan akan mengirim orang untuk memperhatikannya” Dulu waktu saya memimpin KKR di Kalbar , anak perempuan saya terkena sakit Kawasaki yang  belum ada obat dan diketahui penyebabnya. Saya diberi kabar, “Anak Bapak di rumah sakit lalu dikirim fotonya.  Tinggal minta persetujuan untuk pasang peralatan dan akan disuntik 8 botol obat dengan biaya Rp 25 juta”. Saya berpikir untuk pulang atau tidak. Saya bisa saja pulang dan minta diganti dengan pembicara lain. Tapi saya percaya, Tuhan akan menjaga anak saya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas saya. Akhirnya saya setuju dan istri saya menanda-tangani formulir persetujuan dari rumah sakit. Setelah khotbah anak saya baru disuntik botol ke-7 dan sampai sekarang anak itu tidak apa-apa. Anak saya yang ke-2 dan ke-3 kembar. Waktu istri saya mau melahirkan anak kembar itu, saya sedang pelayanan di Dumai. Istri saya mengalami pendarahan. Saya bergumul dan berdoa,”Tuhan kirimlah orang yang mengurusnya.” Dan ternyata ada jemaat yang datang untuk mengurusnya ke rumah sakit. Dokternya datang malam hari. Walau dokter datangnya lambat, istri saya tetap harus menanti sampai gilirannya tiba padahal ia sedang mengalami pendarahan! Saya menyampaikan khotbah sambil dibayangi kekhawatiran apakah istri saya masih hdiup. Sekarang anak kembar saya sudah berusia 8 tahun. Jadi kalau kita perhatikan rumah Tuhan, maka Tuhan akan memperhatikan rumah Tuhan. Demikian juga dengan Dorkas yang memperhatikan Tuhan sehingga  waktu  ia meninggal, Tuhan mengirim Rasul Petrus untuk membangkitkannya. Sungguh luar biasa, Dorkas yang tidak terkenal tapi Tuhan utus rasul terbaiknya saat itu!.

Penutup

                Tuhan mengerjakan bagian Tuhan dan kita mengerjakan bagian kita.   Sebelum benar-benar bertobat Petrus berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" (Mat 19:27).  Yesus pernah menegur Petrus "Enyahlah Iblis, Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." (Mat 16:23). Petrus juga pernah berkata kepada Yesus : "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." (Matius 26:33) dan "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau." (Matius 26:35). Namun pada saat Yesus ditangkap dan diadili, Petrus menyangkal saat dikatakan ia bersama-sama Yesus, "Aku tidak kenal orang itu." (Mat 26:69-74). Setelah Petrus menyangkal tiga kali, Yesus menengok ke Petrus dan Petrus pun menangis dengan sedihnya. Setelah ia bertobat sungguh-sungguh , saat pentakosta ia berkhotbah dan 3.000 orang bertobat (Kis 2:41) dan sewaktu ada pengemis yang lumpuh meminta sedekah, Petrus menjawab, "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"(Kis 3:6).
                Di dunia cukup banyak pendeta yang korupsi. Ada pendeta di Surabaya yang disinyalir mengambil uang sebesar Rp 4,5 triliun! Demikian juga dengan di Singapore dan Korea Selaatan. Semuanya mengutip ayat-ayat Alkitab. Ada juga pendeta yang berkata, “Kami sudah melayani, di mana uang bensin dan uang makannya?” Sedangkan saat kami melayani ke daerah pedalaman tidak pernah mendapat honor, malah harus mengeluarkan uang sendiri. Bandingkan dengan Petrus yang berkata bahwa ia tidak punya emas dan perak dan ia memberitakan tentang Yesus! Seharusnya pendeta yang tidak layak menjadi pilar gereja harus dibuang. Bandingkan dengan Petrus yang menjadi pilar karena memiliki iman yang kuat sehingga menjadi pelayan Tuhan yang luar biasa. Gembala Sidang yang kuat menghasilkan majelis yang kuat. Majelis yang kuat menghasilkan aktivis yang kuat. Aktivis yang kuat menghasilkan jemaat yang kuat.
                Petrus mempunyai Yesus Kristus dan itu yang ia berikan dan beritakan. Majelis juga harus memberitakan Yesus. Yesus telah memberikan nyawaNya kepada kita, apa yang kita berikan kepadaNya? Dalam Alkitab ada prinsip, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."(Lukas 12:48). Setelah terima keselamatan yang merupakan  anugerah terbesar, melayani adalah kewajiban dan kita harus ambil bagian. Kalau sudah mendapat anugerah terbesar, maka gereja Tuhan tidak bisa santai tapi harus memberitakan Injil. Pdt Stephen Tong ditanya, “Sudah umur segini kenapa tidak beristirahat?” Pdt Tong menjawab,”Saya sekarang akan lebih giat lagi karena kelak saya akan tidur selama-lamanya. Untuk apa saya tidur banyak-banyak karena nanti saya akan tidur selama-lamanya.”  Jadi jangan kita sekarang  banyak tidur . Sudah tidur 8 jam ditambah 2 jam lagi. Tuhan pakai hidup kita, dan kelak kita akan tidur selama-lamanya. Bekerjalah selama hari masih siang! (Yoh 9:4)
                


Sunday, December 21, 2014

Respons Herodes

Ev. Maria Fenita

Mat 2:1-18
1  Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
2  dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
3  Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.
4  Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan.
5  Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
6  Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
7  Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka, bilamana bintang itu nampak.
8  Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
9  Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada.
10  Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
11  Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.
12  Dan karena diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes, maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain.
13 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."
14  Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
15  dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."
16  Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
17  Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
18  "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."
19  Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:
20  "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati."
21  Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.
22  Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea.
23  Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

Pendahuluan

                Aktivis pendidikan Pakistan Malala Yousafzai (perempuan, 17) dan aktivis HAM anak-anak India Bapak Kailash Satyarthi dianugerahi Nobel Perdamaian 2014. Komite Nobel Norwegia mengatakan hadiah itu diberikan atas “perjuangan keduanya melawan tekanan terhadap anak-anak dan remaja untuk memperoleh pendidikan”. Komite Nobel itu menambahkan “perjuangan kedua tokoh ini merupakan langkah penting, seorang warga India dan lainnya warga Pakistan, untuk bersama-sama memperjuangkan pendidikan dan melawan ekstrimisme”. Kailash Satyarthi telah berada di garis terdepan dalam kampanye memperjuangkan anak-anak yang teraniaya di India. Komite Nobel Norwegia mengatakan Satyarthi juga telah memberi kemajuan penting dalam merumuskan konvensi internasional tentang hak asasi anak-anak. Satyarthi telah menghabiskan waktu tiga dekade lebih di garis depan gerakan yang bertujuan untuk membebaskan anak-anak dari perbudakan.
                Sedangkan Malala lahir di Pakistan disebuah kampung kecil. Ia memperoleh pengharagaan nobel karena memperjuangkan hak pendidikan bagi semua anak-anak, khususnya anak-anak perempuan. Karena di Pakistan banyak anak perempuan tidak boleh sekolah. Malala bersyukur punya orang tua yang menghargai pendidikan. Papanya hanya bekerja sebagai seorang tenaga penjual (salesman). Mamanya ibu rumah tangga. Papanya mendorong Malala untuk sekolah. Dia harus menempuh perjalanan yang jauh demi sekolah di kampung lain. Dia tahu bagaimana sulitnya anak perempuan bersekolah lalu ia mulai perjuangannya pada umur 11 tahun! Malala sibuk blusukan ke desa-desa , mendatangi satu desa demi satu desa mengajak anak-anak ke sekolah. Kalau di situ tidak ada sekolah, ia menyediakan diri untuk mengajarkan anak-anak itu. Ia berjuang bagaimana supaya anak-anak itu (khususnya perempuan) bisa belajar membaca dan menulis. Pada tanggal 9 Oktober 2012 saat ia berusia 15 tahun ,ia berada di bus dalam perjalanan pulang dari sekolah. Dalam perjalanan itu, ia diserang pasukan Taliban yang sengaja menembaknya karena tidak suka dengan perjuangannya. Mereka menganggap remaja 15 tahun ini sebagai ancaman perjuangan Taliban di Pakistan. Ia ditembak di kepala, mengalami koma dan menjalani beberapa operasi. Karena pihak Rumah Sakit Pakistan menyerah, lalu ia dibawa untuk dioperasi di Inggris oleh pasukan PBB asal Inggris yang tiba bersamaan dengan kejadian itu. Bersyukur penembakan itu tidak mengenai bagian otaknya sehingga ia bisa selamat! Akhirnya ia sembuh dan perjuangannya dilanjutkan kembali. Pada Juli 2013 Malala diundang ke pertemuan PBB dan di hadapan pemimpin-pemimpin negara dia mengatakan, “Kaum pemberontak takut terhadap buku dan pena. Kekuatan pendidikan menakutkan bagi mereka. Satu anak , satu guru, satu pena dan satu buku bisa mengubah dunia.” Keberadaaan remaja Malala, dianggap ancaman oleh Taliban  karena itu mereka menembaknya. Tetapi penembakan dan ancaman Taliban justru diresponi Malala. Upayanya yang begitu gigih di bidang pendidikan didengar negara lainnya. Sehingga muncullah gerakan remaja yang menyelenggarakan pendidikan bagi perempuan.
                Kita bisa meresponi kehidupan kita dengan cara berbeda-beda. Malala hampir mati tetapi meresponinya dengan perjuangan yang gigih. Taliban melihat Malala sebagai ancaman, tetapi tidak menyurutkan semangatnya untuk berjuang.  Kita bisa meresponinya dengan berbeda-beda. Begitu pula dengan orang-orang , tokoh yang berada di sekitar kelahiran Yesus. Maria, Yusuf, gembala-gembala, orang –orang majus, Herodes meresponinya dengan cara yang berbeda terhadap kelahiran Raja baru.

Respon Herodes terhadap Kelahiran Yesus Kristus

1.     Terkejut.  Pada Mat 2:3 dikatakan , “Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem.”  Gembala terkejut dan ketakutan ketika diberitahu malaikat (Lukas 2:9). Keduanya sama-sama terkejut, tetapi terkejutnya para gembala berbeda dengan terkejutnya Herodes. Dalam bahasa Inggris digunakan kata trouble yang artinya gelisah dan khawatir. Keterjutan Herodes bukan karena mendengar berita bahagia. Keterjutannya karena merasa kedudukannya terancam oleh anak kecil (bayi)! Kalau pun bayi ini akan dinobatkan menjadi raja, sebenarnya masih lama karena baru lahir! Herodes Agung sendiri ketika Yesus lahir diperkirakan berusia 70 tahun. Ia telah lama berkuasa dan terkenal sebagai raja yang hebat dalam mendirikan bangunan yang besar. Ia membangun kembali bait Allah kedua yang dikenal sebagai Bait Allah Herodes. Ukurannya berlipat dari ukuran yang semula. Ia mampu melakukan segala sesuatu yang jahat untuk mempertahankan kedudukannya. Menurut sejarahwan  Flavius Yosefus, Herodes sangat kejam dan ia mampu menenggelamkan iparnya (adik dari istrinya). Pada tahun ke-7 kekuasaannya sebagai raja, ia membunuh kakek (80 tahun) dari istrinya, orang yang pernah menyelamatkan Herodes sendiri hanya karena berbeda pendapat! Herodes bahkan tega membunuh seorang istri (dari 10 orang), ibu mertua dan kedua anaknya sendiri yang memasuki uang muda (karena takut menggantikan ia menjadi raja). Herodes pembunuh berdarah dingin yang haus akan kekuasaan. Ia kekuturuan bangsa Edom dari garis keturunan Esau (bukan dari garis keturunan Yakub yang adalah garis keturunan Yahudi). Bagi orang Romawi model pemimpin yang haus kekuasaan seperti ini bisa setia asal ada jabatan. Bagi orang Yahudi keberadaan Herodes sebagai raja dipandang sebelah mata karena ia bukan orang Yahudi asli Maka begitu Herodes mendengar kabar bahwa ada raja baru , ia menjadi gelisah. Ia merasa terancam!

2.     Menyelidiki. Matius 2:8  Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia." Respon kedua Herodes adalah ia mulai menyediliki. Tanpa menunggu lama-lama setelah mendengar kabar itu, Herodes lalu mengambil kondisi ‘Gawat Darurat’ Semua imam kepala dan ahli Taurat ditanyakan satu per satu tentang di mana Raja itu dilahirkan. Mereka menjelaskan nubuatan Alkitab, bahwa Raja itu akan lahir di Betlehem. Herodes tidak tahu tempatnya. Ia pengasaran dan kemudian memanggil orang majus. Dengan diam-diam Herodes bertanya namun pertanyaannya bukan di mana tetapi kapan lahirnya. Lalu diutuslah orang mencari informasi. Orang-orang majus yang beradal dari negeri yang jauh menjawab dengan polos. Mungkin mereka tidak mengerti, seperti apa ulah Herodes nantinya.  Kepura-puraan Herodes begitu meyakinkan sehingga tidak satupun yang curiga. Kepura-puran adalah dosa yang mengerikan. Ada orang yang pura-pura baik dan manis menolong orang lain tetapi kemudian menusuk dari belakang, karena dilakukan oleh orang yang begitu dekat.  Saya pernah bertemu orang yang berpura-pura miskin tetapi sebenarnya tidak. Ada orang yang menolongnya. Ada juga orang berpura-pura baik untuk mendapat pujian. Saat beridah hari ini, kita tidak bisa berpura-pura di hadapan Tuhanl Namun hal itulah yang biasa dilakukan. Dalam persekutuan jemaat ada yang pura-pura senyum manis dengan seseorang, padahal benciya setengah hati. Sebagai anak Tuhan jangan kita berpura-pura. ! Lakukanlah  dengan sungguh-sungguh , jangan ada kepura-puraan di hadapan Tuhan!

3.  Mengeksekusi. Ketika Herodes tahu bahwa ia diperdaya oleh orang-orang Majus (Mat 2:16) ia sangat marah dan menyuruh membunuh anak-anak laki di Betlehem dan sekitarnya. Betlehem itu kota yang kecil. Ada sekitar 20an anak berumur 2 tahun yang dibantai atas perintah Herodes. Para orang tua sangat tertusuk hatinya melihat anak dibantai. Bagi Herodes hal ini tidak masalah. Keluarganya sendiri dibunuh apalagi anak orang lain. Demi amankan kedudukan apapun dilakukan termasuk menumpahkan darah orang lain. Ia sangat kejam, bukan saja mengeksekusi anak kecil., menurut Flavius Yosefus di detik Herodes mau mati (sekarat) dia kumpulkan para pemimpin di Yudea. Ketika semua pemimpin sudah datang, ia menutup pintunya dan berkata ke Salome, istrinya. “Salome hidupku semakin singkat. Aku tahu orang-orang Yahudi akan senang kalau aku mati. Kini nyawa para pemimpin itu ada di tanganku. Segera setelah aku mati, bunuh mereka!” Demikian seluruh Yudea akan meratapi kematiannya. Banyak pemimpin seperti itu yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Bila tidak sesuai keinginannya, maka pemimpin seperti ini tidak segan membuang orang lain bahkan mengeksekusi (membunuh) lawannya. Ironisnya di dalam mata kuliah kepemimpinan Kristen yang sedang saya ikuti dalam studi lanjut saya, pemimpin yang model seperti ini juga ada di gereja! Mungkin mereka tidak membunuh orang lain, tapi bisa menyingkirkan orang lain dan mendepak orang yang berbeda pendapat dengannya dengan alasan kehendak Tuhan. Herodes meperlihatkan kebencian dengan menolak raja itu. Ini berbeda dengan respon dari para gembala di padang saat itu. Para gembala juga terkejut dan mereka sama-sama mencari tahu. Namun hati mereka di hadapan Tuhan, sehingga hasilnya bukan pembunuhan tetapi memuji  dan memuliakan Allah.

Penutup

                Pada momen menjelang kelahiran Tuhan Yesus, bagaimana dengan persiapan hati kita? Apakah hati kita dipenuhi dengan kebencian, ambisi duniawi atau kekecewaan-kekecewaan? Sehingga hati kita begitu tertutup menyambut kedatangan bayi itu? Sudah mengeraskah hati kita terhadap Tuhan, sehingga pujian natal tidak bisa melembutkan hati kita? Sudah begitu dinginkah hati kita terhadap Tuhan, sehingga sukacita natal tidak bisa menerangi kehidupan kita? Jangan-jangan rohani kita mengering karena ikut Tuhan ada maunya? Jangan-jangan kita menjadi kering karena sudah terlalu lama menolak Tuhan? Hanya karena ia tidak menjawab apa yang kita mau. Mari kita evaluasi diri. Kita bisa berkata k, kita tidak mau seperti herodes. Tetapi mari lihat hati kita, tertutupkah hati kita sehingga Tuhan memberitakan kebenaran pun , hati kita tidak bersuka? Ataukah sebaliknya , hati kita sudah sedemikian terbuka sehingga meskipun sakit-penyakit tidak sembuh, uang di dompet begitu sedikit sekali, hati kita terluka oleh perbuatan orang lain, tetapi kita tetapi bisa memuji dan memuliakan Allah? Pada momen mendekati natal ini, mari kita mengevaluasi diri kita!

               
Ev. Maria Fenita pada tahun 2005-2010 melayani di GKKK Surabaya. Ia menikah dengan jemaat awam Surabaya setelah lulus dari SAAT dan melayani bersama-sama Pdt. Bambang Wiyanto di GKKK Surabaya. Pada tahun 2010 sang suami memiliki pergumulan untuk menjadi hamba Tuhan. Akhirnya ia menempuh studi di STT Amanat Agung dan kami pindah ke Jakarta. Di Jakarta ia melayani di GKI Jatinegara selama 2 tahun dan sekarang melayani di STT Amanat Agung sebagai staf pendidikan khususnya di pusat studi kaum muda, penterjemah buku teologia berbahasa Inggris, melayani sebagai kepala literature.  Dari pernikahannya , keluarganya dikaruniai seorang anak yang sekarang berusia 7 tahun. Sejak muda ia mempunyai passion pelayanan di kaum muda. Bersyukur sampai sekarang Tuhan memberinya pelayanan pada kaum muda.



Sunday, December 14, 2014

Respons Keluarga Zakharia-Elisabet


Pdt. Peter Samsudin

Lukas 1:36-45
36  Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37  Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
38  Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
39   Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
40  Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
41  Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,
42  lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.
43  Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
44  Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
45  Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana."

Pendahuluan

                Salah satu peristiwa dalam hidup manusia yang membuat hati gemetar, pikiran tidak tenang, perasaan tidak menentu dan khawatir adalah proses menanti kelahiran seorang bayi, terlebih lagi saat menanti kehadiran anak pertama. Bahkan orang tua yang sudah mengalaminya berkali-kali juga tidak tenang apalagi bila tidak mempunyai uang atau fasilitas kesehatan seperti BPJS. Kali ini, kita akan belajar dari respon pasangan keluarga Zakaria dan Elisabet. Elisabet saat itu sudah mandul yang artinya secara medis tidak mungkin mempunyai anak lagi, tetapi karena kasih Tuhan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Hal itu terjadi karena kuasa Allah sedang dinyatakan dalam hidup Elisabet. Bagi orang mandul seperti Elisabet tapi kemudian hamil, responnya pasti luar biasa! Di tengah kehamilan yang sudah 6 bulan, ia menerima kabar yang luar biasa dari sanak saudaranya bahwa Maria juga mengandung! Responnya juga luar biasa karena ia sendiri sudah hamil dan  ternyata  sepupunya juga hamil!

Respon Elisabet

Terdapat 3 buah respon Elisabet terkait dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus yang dapat dipelajari :

1.     Mendengar kabar Juruselamat akan lahir, responnya penuh dengan sukacita dan kegembiraannya tidak bisa sepenuhnya dilukiskan oleh penulis Alkitab. Pada Lukas 1:41-42 dikatakan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,. Anak di dalam rahimnya ikut melonjak dengan sukacita. Elisabet penuh dengan Roh Kudus artinya sukacitanya disebabkan Roh Kudus berkarya dalam hidupnya. Itulah sukacita yang sejati. Kalau hanya gembira saja, maka setelah anak lahir yang tersisa adalah pikiran pusingnya untuk mencari uang guna membeli susu dan aneka keperluan bayi. Sekarang harga susu sudah di atas Rp 200.000 ribu untuk kotak ukuran 800 gr dan habis dikonsumsi selama seminggu. Di samping itu beraneka keperluan bayi termasuk imunisasi. Kalau gaji sekitar 5 juta akan pusing karena biaya kebutuhan bayi bisa lebih dari Rp 2 juta / bulan! Jadi sukacita kelahiran diikuti kepusingan. Tetapi karena ini karya Roh Kudus , maka atas kelahiran anak pertama yang sudah dinantikan dan didoakan, responsnya khusus. Bukan saja Elisabet dan Zakaria yang senang, tapi juga sanak keluarga bersukacita! Respon ini berbeda pada banyak orang yang tidak bisa melihat orang lain senang. Ada dua orang teman saya yang memperoleh anak. Mereka bukannya sama-sama senang tapi malah saling mengkritik. Yang satu kritik dikritik bayinya terlalu kurus dan yang satu lagi dikritik bayinya terlalu besar. Yang satu rambutnya tidak banyak yang lain kritik kepalanya seperti kelapa. Mendengar kritikan-kritikan tersebut, saya memarahi mereka karena mereka tidak mensyukuri berkat Tuhan. Apapun kondisi sang bayi tetaplah bersyukur. Walaupun mendapat bayi yang matanya sipit sekalipun, tetaplah bersyukur! Bisa saja dengan kondisi matanya tersebut, nantinya sang anak tidak akan kegenitan dan main mata. Karena ada seorang ibu yang suaminya tinggi besar dan tampan. Lalu saat sang suami mengantar istrinya ke pasar, sang suami suka melirik wanita-wanita cantik sehingga ia menabrak trotoar.Ia tidak tahu istrinya terjatuh. Ibu ini bukan saja memarahi tetapi juga menonjok suaminya. Jadi apapun kondisi sang anak, hati kita merasa puas, penuh sukacita dan bersyukur kepada Tuhan! Biasa anak yang menurut pandangan manusia dianggap tidak baik, tapi kalau kita bersukacita menerimanya maka nantinya sang anakmenjadi bagus. Sebaliknya kalau anaknya bagus tapi kita tidak bersyukur malah bersungut maka akan berbahaya bagi sang anak karena secara psikologis pertumbuhannya tidak sehat. Jadi hendaknya yang punya anak dan cucu kiranya bersukacitalah sehingga mereka bisa bertumbuh dengan baik. Yang “kurang baik” akan bertumbuh menjadi lebih baik. Tugas sebagai orang tua atau kakek-nenek, kalau Tuhan karuniakan anak atau cucu, maka kita harus optimis dan sukacita telah diberikan yang baik.

2.      Berseru dengan suara nyaring.  Pada Lukas 1:42b dikatakan- lalu (Elisabet) berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. “Berseru dengan suara nyaring” merupakan ungkapan kepuasan dan kebahagiaan, bangga dan haru. Ayat 43 (Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?) merupakan ekspresi Elisabet yang begitu bangga dan puas. Ada seorang anak kecil bernama Karisa Madeline (Pang En Mei). Anak ini sangat mendatangkan kebahagian bagi kedua orang tuanya dan kakek-nenek dari kedua belah pihak. Neneknya sampai agak berlebihan dalam mengungkapkan kebahagiaannya. Ia berkata, “Waktu saya sibuk di dapur, saya berkata ke cucu saya (yang baru 4 bulan), ‘Kamu anteng-anteng ya’ dan anak itu menurut!” Padahal kalau kita analisa, anak itu menjadi tenang karena mungkin sudah makan cukup atau tidur enak, jadi bukan karena ia mengerti bahasa neneknya. Si nenek juga bercerita, “Kamu tahu tidak cucu saya? Waktu saya mandikan cucu saya dan merasa sedikit kedinginan, cucunya berkata, ‘Aduh…! Aduh…! Dingin!” Tidak masuk akal pernyataan sang nenek? Bisa ya bisa juga tidak karena nenek ini bisa menafsir bahasa bayi. Yang lebih dahsyat lagi, ada orang tua yang gara-gara punya bayi lalu menjadi  ‘setengah gila’. Saking puas dan gembiranya, orang tua itu menggunakan gaya bahasa hiperbol (melebih-lebihkan), dan sering bertanya ke bayinya,“Kamu anak siapa?” padahal anaknya sendiri. Orang tua (juga saya dan mama saya) lupa ingatan karena saking gembiranya. Elisabet saat itu juga senang luar biasa. Karena ia sendiri mengandung, lalu sanaknya Maria juga mengandung anak yang begitu spesial. Ia begitu bahagia, puas dan bangga!

3.      Berbahagia. Pada ayat 45 dikatakan “Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." Ini pernyataan iman yang luar biasa. Dalam bahasa Yunani digunakan kata makarios  yang bermakna betul-betul bahagia dan diberkati (karena percaya) sekaligus. Hal ini berlaku untuk kita semua. Kita percaya firman dan janji Tuhan. JanjiNya melebihi janji Jokowi-A Hok. Kita percaya Jakarta akan lebih baik, maka kita menjadi berbahagia. Allah kita adalah Allah Perjanjian yaitu bila Dia sudah berjanji Dia tidak akan menyangkal! Pada Mat 6:33 dikatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Dengan perkataan lain, kita percaya dengan firman Tuhan maka semua kebutuhan akan dipenuhi, terkecuali satu yaitu tidak boleh punya istri / suami lebih dari satu! Tuhan sudah tahu kebutuhan kita. Saat usia kita sudah bertambah, penyertaan Tuhan tetap sama, hanya dibantu control. Kalau olah raga banyak maka makan boleh banyak namun tetap dibatasi. Waktu saya umur 35 tahun, saya makan sate kambing 5 tusuk dan menengking dalam nama Yesus, namun setelah makan telinga saya membengkak! Untuk yang berusia di atas kepala 6, harus lebih berhati-hati. Ada pendeta yang umurnya 60 tahun dan suka makan kambing. Tiap kali makan ia menengking dalam nama Yesus, akhirnya stroke dan mati. Ada yang komplain, “Mengapa Tuhan Yesus tidak mendengar karena penyakitnya sudah ditengking dalam nama Yesus?” Mungkin istilah sehari-hari untuk jawabannya, “Saat kamu makan enak, tidak ingat saya. Tapi kalau bermasalah baru mencari saya”. Jadi kita boleh bersukacita , beriman tapi harus berhikmat. Bila suatu hari kita menghadapi orang kerasukan yang bila melompat bisa  2 meter, maka kita jangan menutup mata untuk menghadapinya. Karena bisa-bisa kita  ditendang dan di”sikat”nya. Kita harus buka mata! Kalau dilempar dengan besi dan kayu maka kita harus menghindar. Jadi kita harus berhikmat!   
               
Penutup


                Respon kelahiran Yesus Kristus dari Elisabet adalah penuh sukacita, puas dan iman. Itulah yang harus dipelajari hari ini. Kasih natal melingkupi kita sehingga kita penuh sukacita apapun yang terjadi. 

Sunday, December 7, 2014

Engkau : Orang yang Berhutang

Pdt. Hery Kwok

Roma 1:14-15
14 Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.
15 Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.

Pendahuluan

                Beberapa waktu lalu, saya mengunjungi kantor Indovision di jl. Panjang ingin komplain karena saya sudah berhenti berlangganan tapi uang saya masih dipotong. Saya sudah pernah mengurus sebelumnya, namun tidak digubris. Saya ingin menekankan agar mereka menindaklanjutinya. Saat itu ada seorang ibu juga yang ingin komplain. Ternyata ibu tersebut sangat panjang keluh kesahnya. Ia mengatakan Indovision penipu karena walau sudah tidak berlangganan, uangnya sudah dipotong beberapa kali. Pihak Indovison kemudian mengeluarkan data bahwa sang ibu memang belum membayar pada tanggal-tanggal tersebut. Sang ibu kemudian berkata, “Pokoknya saya tidak tahu bahwa saya berhutang. Yang saya tahu kalian yang berhutang kepada saya!” Kita selalu lupa jika punya hutang pada orang lain tetapi kita selalu ingat kalau orang lain berhutang pada kita.
                Pada Roma 1:14 Rasul Paulus berkata, “Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.”  Dalam bahasa aslinya (Yunani) dikatakan "orang-orang Yunani" diperlawankan dengan "yang bukan Yunani" (barbaroi), maka yang dimaksudkan ialah semua orang yang beradab, termasuk orang-orang Roma (yang sudah mengambil alih kebudayaan Yunani). Rasul Paulus berhutang baik kepada orang barbar (tidak berpendidikan) dan yang berpendidikan. Secara materi Rasul Paulus tidak berhutang, tapi ia menyampaikan bahwa ia berhutang. Hal ini menunjukkan bahwa ia punya hutang yang tidak pernah terbayarkan.

2 Konsep Hutang Rasul Paulus

1.     Aku berhutang menunjukkan bahwa ia berhutang kepada semua orang. Saat percaya kepada Tuhan Yesus, secara otomatis kita berhutang kasih kepada sesama kita.
Rasul Paulus ingin mengajarkan bahwa saat ia percaya Tuhan Yesus, waktu ia berjumpa denganNya di tengah  jalan menuju Damsyik (Damaskus, Kisah 9). Waktu Allah menyatakan diriNya dan membawa pertobatan pada diri Rasul Paulus. Rasul Paulus menyadari bahwa ia adalah orang yang jahat dan hal ini membawa dia tunduk kepada Tuhan Yesus dan membiarkan Tuhan Yesus memimpin hidupnya. Pada saat bersamaan Rasul Paulus mempunyai kesadaran bahwa sekarang saya berhutang kepada sesama. Kalimat berhutang bukan berhutang kepada Allah, karena kasih karunia Allah tidak mungkin dibayar. Kalau kita bisa membayarnya,  hal itu berarti bukan kasih karunia. Kasih Karunia Allah ialah pemberian cuma-cuma walaupun kita jahat dan tidak pernah bisa dibayar. Rasul Paulus mengatakan, kasih karunia yang diberikanNya kepadanya membawa kesadaran kepada dirinya bahwa sekarang ia berhutang.
          Pada Mat 25:34-40 (kitab penghakiman terakhir) Kristus memberi pelajaran bahwa nanti pada saat anak  Allah datang untuk kedua kalinya, Ia akan membangkitkan semua orang (yang baik dan jahat). Setelah dibangkitkan, maka Allah akan menghakimi satu persatu. Waktu itu Allah berbicara ke orang-orang di sebelah kananNya.
34  Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
35  Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
36  ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
37  Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar adan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?
38  Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
39  Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
40  Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Pada Roma 1:14, Rasul Paulus seakan-akan mengatakan,”Aku berhutang ke semua orang, Orang-orang itu adalah saudaraku yang diberikan Allah kepadaku yang aku harus beritakan kebenaran Injil.” Pemahaman Rasul Paulus sangat penting. Di jalan ke Damsyik, ia bertemu dengan Tuhan saat ingin membunuh orang Kristen awal, tapi setelah bertemu tuhan Yesus hidupnya diubahkan. Lalu ia melihat orang lain bukan sebagai musuh, tapi orang yang harus diberikan kasih karunia Allah (bukan untuk dibinasakan).
          Apakah kita memiliki kesadaran ini? Waktu melihat orang-orang, apakah hati kita tergerak? Kita harus memberitakan kabar baik Tuhan. Rasul Paulus ingin mengatakan kalau hutang yang ada padaku tidak terbayarkan, maka harus aku lakukan terus. Itu yang harus aku kerjakan.  Ini menyadarkan kita posisi akan kita di hadapan Tuhan. Kalau kita menyadari pengorbanan  Allah dan menyampaikan kebaikan Allah kepada orang lain, maka ada api (dorongan) yang membuat kita bergerak untuk menggambarkan hal ini kepada orang lain.

2.     Hutang kasih semakin dibayar maka semakin dalam hutang kita akan kebaikan Allah. Makin dibayar semakin dalam maksudnya kalau hari ini kita berbuat baik kepada seseorang, maka kebaikan yang diberikan tidak berkurang bahkan makin mendalam.
2 Kor 4:7-9
7  Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
8  Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

Apa yang Rasul Paulus sampaikan waktu ia lakukan pemberitaan Injil ke berbagai tempat untuk membayar hutangnya. Saat dalam kesulitan, Allah memberinya kekuatan sehingga ia makin punya hutang atas kebaikan Allah dalam dirinya dan ia terus bercerita kepada orang lain tentang Kristus. Semakin kita dimampukan oleh Allah, maka semakin dalam hutang kita.
          Saya pernah melayani di pedalaman Kalbar dengan jemaat independen yang mendedikasikan dirinya melayani daerah terpencil. Ia ingin agar setahun sekali ia melayani dan pergi ke daerah. Pelayanan di sana selama 5 hari 4 malam dan sempat singgah di Pontianak. Di sana, ada gereja yang meminta saya melayani mimbar di kebaktian tengah minggu. Ternyata di Kalimantan , jemaat antusias beribadah dan punya semangat untuk datang kepada Tuhan. Bukan karena mereka tidak sibuk melainkan karena mereka haus akan Firman Tuhan. Rencananya Pemimpin Pujian akan mengajak pujian selama ½ jam, namun setelah selesai  lagu pujian pertama selesai dinyanyikan dan pujian kedua mulai dinyanyikan, listriknya padam. Sang pemimpin pujian terus memimpin pujian dengan lagu “Dalam Yesus Kita Bersaudara”. Setelah selesai lagu tersebut, dalam keadaan gelap gulita ia ingin menyerahkan waktu ke pembicara. Saya berdoa dalam hati agar lampunya nyala. Karena kalau tidak ada penerangan maka proses penyampaian khotbah dan pembacaan nats Alkitab akan terhalang (karena akan membingungkan khotbah kepada siapa).Setelah lagu “Hatiku telah siap Tuhan”, lalu saya berdoa agak panjang dengan harapan lampunya sudah menyala saat selesai berdoa. Ternyata belum nyala juga. Kemudian saya ajak jemaat untuk membuka Alkitab. Waktu saya membaca ayat demi ayat , lampu menyala! Jemaat menyambut gembira. Hari itu saya belajar 1 kebenaran Firman Tuhan. Saya tidak mampu menyampaikan firman Tuhan dalam gelap gulita walaupun sudah menyiapkannya. Kalau lampu terus mati dan kondisinya gelap saya kalah. 2 Kor 4:8-9 Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;  kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Rasul Paulus mengatakan bahwa Allah selalu memberi kekuatan. Saat Allah memberi kita kekuatan , kekuatan Allah makin berlimpah dan semakin kita mengalami kebaikan Allah yang semakin mendalam.

                Sebagai majelis, pengurus, singer, anggota paduan suara (waktu bisa melayani), itu kebaikan Allah yang membuat kita bisa melakukannya. Sesungguhnya kita berhutang kebaikan Allah saat melakukan itu. Kita bisa melayani karena kita berhutang. Rasul Paulus yang mendatangi orang-orang dari desa ke desa dan dari kota ke kota punya pemahaman seperti ini “Aku punya hutang yang harus aku bayar”.  Mari pikirkan dalam memasuki perayaan natal, “Apakah kita merasa makin dalam merasakan kebaikan Allah dalam kita melakukan pelayanan dan melakukan apa yang Tuhan minta?”


Penutup

                Pertanyaan untuk diri kita : Apakah kita benar-benar memahami, menyadari, dan mengakui bahwa kita telah menerima anugrah Tuhan Yesus yang telah menebus dosa kita? Apakah kesadaran itu membuat kita melihat sesama menjadi bagian dalam hidup kita untuk melayaninya? Pada akhir pekan biasanya orang pergi ke Puncak atau Bandung. Saat saya ke sana, ada jemaat yang memberitahu restoran Mak Oneng, mie kocok di Pasir Kaliki dan tempat belanja pakaian (FO). Dia sangat tahu dan dengan semengat memberitahu tentang keberadaan restoran dan FO tersebut bahkan sampai ingat waktu bukanya yang notabene kita tidak punya utang piutang dengannya. Kita adalah umat yang sudah ditebus, tapi tidak punya semanagat dan antusias untuk memberitakannya bahwa kita sudah ditebus! Mau orang terpelajar atau bukan, kita berhutang. Jangan jadi orang Kristen selfie (orang Kristen untuk diri sendiri. Kita harus menjadi orang Kristen yang keluar dan bergerak kepada orang lain. Karena kita berhutang kepada Allah.
                Kalau kita berhutang , kita harus membayar.  Tidak ada kata lain untuk orang yang berhutang kecuali harus membayar hutang tersebut. Orang yang tidak membayar, kita sebut sebagai orang jahat karena tidak mau melakukan kewajiban. Kita akan menyebut mereka orang yang tidak tahu diri dan tidak mau membalas budi. Kalau ucapan itu ditujukan ke kita, kita tidak menerimanya, tapi itu yang kita lakukan. Oleh sebab itu kita harus membayar hutang. Sebenarnya walau kita tidak menginjili, orang lain tetap bisa mendengar firman Tuhan karena Tuhan akan menggunakan berbagai cara. Dr. Rachmiati Tanudjaja mengatakan  ada seorang pemuda asal Afghanistan. Ia marah dengan orang Kristen dan ingin menghancurkannya. Salah satu pusat orang Kristen ada di Amerika sehingga ia pergi ke Amerika dan kemudian ia masuk ke universitas. Ia ingin masuk ke dunia orang Kristen untuk merancang kejahatan. Lalu ia dengan semangat belajar apa yang dipercaya oleh orang Kristen. Ia merasa orang Kristen adalah orang bodoh yang Allahnya tiga (Allah Tritunggal). Ini adalah pemahaman yang sulit. Karena  merasa buntu dengan pikiran yang tidak masuk akal tentang Allah Tritunggal, maka dia ingin mengotak-atiknya. Kemudian ia digerakkan untuk belajar Alkitab dan mencoba mempelajarinya. Suatu saat firman Allah berbicara kepadanya dan ia bertobat. Waktu bertobat, ia berkata, “Allah orang Kristen yang dia tentang, sekarang saya pahami setelah saya percaya. Waktu saya tidak percaya saya tidak bisa memahami.” Jadi hal yang tidak masuk akal bisa masuk akal setelah kita percaya. Akhirnya ia menjadi orang yang bersemangat melayani orang lain. Orang itu percaya melalui Roh Kudus yang memberi hati untuk menyelidiki Firman Allah. Jadi Allah bisa memakai apa saja. Rasul Paulus mengatakan Allah mau memakai saya, itu sudah “kam-sia” (terima kasih). Allah membawa kita dalam rencana, dan hal itu harus disadari. Waktu membayar hutang, kita berysukur karena Allah memberi kemampuan melakukannya.

                Proyek tahun ini adalah mendoakan orang yang akan dibawa kepada Tuhan. Ini adalah momentum dan diharapkan kesempatan perayaan natal menjadi penggerak untuk membawa mereka dan kemudian menjadi kebangunan gereja. Setelah natal, kita tetap mendoakan dan membawa mereka. Jangan lupa kita berhutang dan harus membayarnya!