Thursday, October 31, 2013

Hati-Hati Gunakan Mulutmu

(tidak diedit)

Ev Susan M.

Yak 3:7-12
7  Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia,
8  tetapi tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.
9  Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,
10  dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
11  Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?
12  Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.

Suatu hari ada seseorang yang baik meninggal dan kemudian dibawa oleh malaikat Tuhan masuk ke surga. Di sana ia melihat banyak orang yang punya mulut dan gigi tetapi tidak mempunyai lidah. Akhirnya orang ini bertanya, “Mengapa mereka tidak punya lidah?”. Malaikat menjawab, “Mata ,hidung, kaki, tangan, dompet dan semuanya bertobat kecuali lidah , mulut dan bicaranya tidak bertobat. Ilustrasi ini hanya ingin menunjukkan bahwa,”Perkataan atau lidah adalah sesuatu yang sangat sulit dikendalikan (dijinakan).” Itu sebabnya Rasul Yakobus mengingatkan tentang bahayanya lidah.

Ada 2 permasalahan penting yang disoroti oleh Rasul Yakobus.
1.     Terjadinya pertikaian, perselisihan, permusuhan karena adanya kesenjangan hidup antara kelompok yang kaya dan yang miskin (kesenjangan ekonomi)  di mana kelompok yang kaya memandang rendah yang miskin dan sebaliknya (Yak 1 dan 2).
2.     Perselisihan, pertengkaran dan permusuhan di tengah komunitas orang percaya, disebabkan banyak orang yang menganggap dirinya lebih pintar / tahu lalu mengucapkan hal-hal yang membuat terjadinya permusahan. Sehingga Rasul Yakobus mengatakan pada pasal 3 ayat 1, “Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.”. Rasul Yakobus tidak menolak dengan profesi guru yakni profesi yang memberi pelajaran kepada orang lain. Jangan mau jadi guru maksudnya jangan menganggap dirimu lebih pintar daripada yang lain sehingga sok mengkritik dan menghakimi orang lain. Banyak orang yang sering hanya omong kosong (omdo). Itu seringkali terjadi di kalangan guru agama Yahudi zaman dahulu. Mereka pintar secara teologi dan dianggap lebih pintar dari masyarakat tetapi yang diucapkan tidak sesuai dengan kelakuan. Rasul Yakabus pada ayat 2-8 memberikan beberapa analogi / contoh tentang bahayanya menganggap diri pintar dan tidak mengekang / mengendalikan / membatasi perkataan. Pada ayat 3 Rasul Yakobus mengibaratkan lidah itu seperti tali kekang yang kecil pada mulut kuda namun dapat mengendalikan kuda yang besar (mau ke kiri atau ke kanan) atau seperti kemudi kecil yang mengarahkan kapal yang besar (yang besar belum tentu mampu menguasai yang kecil). Sesuatu yang kecil ketika digunakan dengan baik, hasilnya baik dan sebaliknya. Analogi yang kedua, lidah itu ibarat api (ayat 4) dimulai dari kecil. Kerusakannya awalnya kecil (mungkin dimulai dari punting rokok) dan kemudian menjadi besar menyebabkan kerusakan. 

Manusia belum tentu menguasai dirinya sendiri atau lidah. Pada ayat 8, Rasul Yakobus mengatakan , “tidak seorangpun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan”. Kejahatan lidah adalah sesuatu yang buas dan tak terkuasai, menakutkan. Rasul Yakobus mengatakan,”Lidah adalah sesuatu yang buas (menakutkan).” Rasul Paulus pernah mengatakan,”Aku adalah orang buas.” Dalam bahasa aslinya buas identik dengan penyakit jiwa yang tidak dapat dikendalikan. Yakobus orang belum percaya tidak dapat mengendalikan sebaik-baiknya karena tidak punya kuasa Tuhan. Masalahnya , kita tidak mau menggunakan kuasa yang diberikan Tuhan. Suami memberi julukan “bodoh” kepada istrinya juga sebaliknya sehingga membuat rumah tangga mereka menjadi tidak benar karena yang kumpul orang “goblok” dan “bodoh”. Julukan-julukan sebelum percaya Tuhan tidak terkendalikan. Lidah penuh racun yang mematikan. Lidah yang bisa dikendalikan ibarat racun mematikan diri kita, hati nurani kita, kepekaan kita, kebiasaan baik dan hubungan kita dengan orang lain.
Jemaat Kristen mula-mula menghadapi kaisar Romawi (Nero) yang jahat sekali. Ia menyebarkan fitnah terhadap orang Kristen dan ingin memusnahkan orang Kristen. Gosip itu diterima dan dipercaya sehingga orang Kristen ditangkap. Lalu ada yang dalam keadaan hidup kulitnya dicabut sampai mati, ada yang dibakar hidup-hidup, ada yang diikat pada wadah berpaku tajam dan mengalami siksaan yang sangat kejam. Hal ini diawali dengan perkataan yang tidak benar (fitnah) oleh sang kaisar.

Ada seorang bapak yang menjadi suami yang setia dari seorang istri. Ia menghadapi tuduhan perselingkuhan dan berusaha membela dirinya. Dengan kepintaran pengacara dari pihak pendakwa, akhirnya sang bapak menjadi tertuduh dan kalah sehingga dihukum masuk penjara. Istrinya menjadi kecewa dan sakit hati walaupun ia mempercayai sang suami. Akhirnya sang istri menderita penyakit dan meninggal dunia. Setelah suaminya bebas, dia tetap hidup sendiri (tidak menikah lagi). Suatu kali pengacara yang membuatnya masuk penjara, datang dengan tubuh yang sudah loyo karena sakit berat. Sebelum meninggal, ia datang meminta maaf karena ia tahu sang suami sebenarnya orang yang benar (tidak berselingkuh). Bahkan ternyata sang pengacara sendiri yang selingkuh. Sang pengacara terpaksa mengajukan tuduhan itu supaya ia tetap hidup bebas. Sang suami memaafkan si pengacara, namun ia mengatakan,”Apa yang kamu lakukan tidak membuat istri saya hidup kembali, tidak membuat istri saya percaya saya lagi 100%, tidak mungkin membuat orang-orang di kota itu serta merta berbalik percaya kembali kepada saya”.

Melontarkan perkataan yang tidak bertanggung jawab ibarat bulu ayam di kemoceng yang dicabut satu per satu lalu ditiup oleh angin kencang sehingga berhamburan kemana-mana. Bulu-bulu ayam tersebut kemudian sulit dan akhirnya tidak bisa dikumpulkan semuanya. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkannya? Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki kata-kata yang dikeluarkan secara tidak bertanggung jawab?  
Suatu kali ada sepasang jemaat yang akan menikah dan sudah diumumkan di warta gereja. Lalu ada surat keberatan yang disampaikan ke majelis atas rencana pernikahan tersebut. Surat tersebut tanpa mencantumkan nomor urut dan ditulis tanpa nama sehingga seharusnya surat tersebut diabaikan. Kebetuan ada anggota majelis yang pernah memiliki masalah (bermusuhan) dengan jemaat yang akan menikah tersebut. Majelis tersebut kemudian memakai surat itu sebagai bahan untuk membesar-besarkan masalahnya.  Akhirnya keluarga calon pengantin menjadi kecewa dan sakit hati. Lalu mereka mencari gereja yang bisa menikahkan calon pengantin tersebut. Terakhir ke-25 anggota keluarga (dari sekolah minggu sampai jemaat umum) tersebut keluar dari gereja tersebut. Hal ini dimuai dari kata-kata dan perbuatan yang tidak bertanggung jawab.
Sehingga Rasul Yakobus menulis pada Yak 3:10 mengingatkan untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak bertanggung jawab. Jangan sampai dari mulut yang sama keluar berkat dan kutuk. Dengan lidah kita memuji Tuhan, jangan sampai memakai lidah untuk menghancurkan. Jangan kita ketawa sana-sini dengan seseorang namun di belakangnya menyebarkan gossip. Allah kita adalah Allah yang kudus sehingga sebagai anakNya kita juga harus kudus. Allah adalah sumber kehidupan kita. Seperti yang tertulis pada ayat 11-12 “Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.”

Tips (petunjuk) praktis bila ingin mengomentari sesuatu
1.     Ketika mendengar suatu berita, jangan cepat-cepat menyimpulkan atau memberi komentar. Dengarkan dengan jelas dan simak baik-baik.
2.     Gunakan 3 alat penyaring :
a.    Cari tahu apakah berita itu benar 100%. Karena ada berita yang setelah dikonfirmasikan kebenarannya kepada yang menyampaikannya hanya dijawab “Saya juga tidak tahu karena saya hanya mendengar saja”
b.    Apakah berita yang disampaikan itu baik dan positif? Kalau tidak baik  maka ini merupakan sinyal untuk kita berhati-hati. Biasanya kalau mendengar berita yang baik seperti khotbah , pendengarnya malah tidur, tetapi bila mendengar berita yang tidak baik atau gosip pendengarnya malah dengan semangat mendengarnya. Seharusnya disaring, apakah berita tersebut berguna atau tidak (membuat lebih baik),
c.    Biasakan diri untuk tidak menyampaikan sesuatu yang tidak kita tahu dengan jelas atau tidak berani kita sampaikan sendiri (jangan mengatasnamakan orang lain). Misalnya ada yang berkata,”Satu gereja tidak setuju.” Lalu siapa yang dimaksud dengan “satu gereja”? Padahal yang bicara hanya satu orang saja.
3.     Belajar untuk objektif. Isi pembicaraan benar-benar merupakan hal yang ingin disampaikan. Yang benar katakan benar, yang salah katakan salah. Jangan sampai kalau sudah tidak suka dengan seseorang, maka semua yang dikatakan orang tersebut dianggap salah. Itu sangat subjetif.

Demikianlah sebagian hal yang dapat dipelajari dari Kitab Yakobus yang banyak berbicara tetang hal-hal praktis dalam kehidupan. Isi surat Rasul Yakobus sederhana (tidak seperti surat-surat dari Rasul Paulus yang perlu dicerna secara mendalam) sehingga tidak perlu dipikir secara rumit.

Sunday, October 20, 2013

Dewasa di Dalam Kristus

Pdt. Djemy Andalangi S. Th

Roma 8:29 Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.

Pengertian Dewasa di Dalam Kristus
Pada Roma 8:29 dikatakan Allah memilih kita dengan kasihNya, kemurahanNya dan kebaikanNya supaya kita ditetapkan, ditentukan , diproses untuk menjadi serupa dengan Kristus. Artinya menjadi dewasa di dalam Tuhan, supaya Yesus menjadi yang sulung dan kita menjadi adik-adikNya secara rohani. Yesus yang sulung di antara banyak saudara, di hadapan Bapa di surga, malaikat dan Roh Kudus. Kita semua yang percaya dan menerima Tuhan Yesus menjadi saudara Yesus, bahkan kita menjadi adikNya. Ini luar biasa. Martin Luther mengatakan, “Orang percaya adalah Kristus kecil”. Menjadi serupa dengan Yesus dalam hal manusia batiniah, roh, karakter, pikiran, cara menjalani hidup ini harus serupa dengan Yesus. Karena Yesus ,seperti dikatakan di dalam Alkitab, adalah batu penjuru. Ketika kita mendirikan bangunan ada batu itu, yang menjadi ukuran bagi bangunan. Seluruh bangunan mengikuti standard itu. Ketika “bangunan” menjadi utuh (bangunan rumah Tuhan) Roh Allah dan jemaat Allah ada di dalamNya. Ketika kita percaya Tuhan, bertumbuh, lahir baru, melayani Tuhan dari waktu ke waktu , hidup kita harus bertumbuh. Dalam berbuat baik, ikutilah kebaikan Yesus yang luar biasa. Ia memberikan kebaikanNya kepada semua orang. Dia nyatakan kemurahanNya. Ini proses belajar dan bertumbuh setiap hari. Lakukanlah kebaikan mulai dari hal-hal yang sederhana. Saya orangnya cuek. Tapi ketika saya berjalan, saya berusaha belajar melihat , menyapa, tersenyum. Ketika perlu memberi, berilah. Ketika ada orang sungguh-sungguh minta tolong, tanyalah apa yang bisa dibantu lalu kita beri. Jangan ketika orang datang perlu bantuan dan kita bisa memberi tapi tidak member, maka ini adalah dosa. Firman Tuhan berkata, “Jika kau mampu melakukan yang baik tapi tidak dilakukan, itu dosa”. Maka kita terus belajar seperti Yesus, karena Ia batu penjuru. Hal ini tidak berarti kita tidak boleh belajar dari orang lain. Saya juga belajar dari hamba Tuhan dan jemaat yang saya layani. Namun belajar dari manusia, ada kekurangannya. Saya belajar di SAAT di mana ada hamba-hamba Tuhan terkenal seperti Pdt. Dr. Peter Wongso, Pdt. Hasan Sutanto,  Pdt. Buby Ticoalu dan banyak pendeta yang lain, mereka patut diteladani. Ketika saya pindah di Reform saya juga belajar dari Pdt. Dr. Stephen Tong dan Pdt. Yakub Susabda. Namun mereka juga memiliki kelemahan. Ada hamba Tuhan yang pemarah. Juga ada dosen yang walau sudah sekolah di luar negeri, menjadi doctor, kalau kasih ujian soal ujiannya sama seperti  5 tahun lalu. Saya pelajari soal-soalnya dan ketika ujian , soalnya sama semua sehingga saya hanya salah 1 soal. Dosen tersebut tidak selalu memberi yang terbaik. Menjadi orang Kristen seperti yang dikatakan pada Maz 84:7-8, “Orang percaya berjalan menuju ke Sion”. Hal ini berarti sepanjang jalan hidupnya, ia menuju ke rumah Tuhan. Perjalanan hidup kita. semakin hari semakin kuat. Dari kekuatan 1 menuju kekuatan yang lain. Meskipun fisik kita dengan bertambahnya usia melemah, tetapi hal rohani makin bertumbuh, makin kuat, makin serupa dengan Yesus. Itu artinya menjadi dewasa.

Ciri Orang Dewasa di Dalam Kristus
1.     Kuat di dalam Tuhan. Satu bulan lalu, Tuhan mengaruniakan kami seorang anak lagi. Waktu ia lahir, saya lihat wajahnya. Pipinya bulat seperti petinju, kuat. Tetapi ia masih bayi, masih lemah secara fisik. Perlu dirawat, makanannya harus dijaga dengan baik, diberi susu, supaya sehat. Ia masih lemah tapi tiap hari, saya lihat ia terus bertumbuh menjadi semakin kuat. Setelah 1 bulan, terus bertumbuh. Demikian juga hidup kita, terus bertumbuh , kuat di dalam Tuhan. Cirinya : tidak mudah tersinggung. Saya belajar dalam hidup ini suatu rahasia, kalau saya terus ingin maju di dalam TUhan, bertumbuh menjadi kuat, jangan gampang tersinggung. Gampang tersinggung merupakan ciri orang yang lemah secara rohani. Orang demikian tidak dipakai oleh Tuhan, tidak menjadi teladan. Kita harus menjadi kuat dalam Tuhan, di dalam kebenaran, kekudusan dan sifat-sifat Tuhan. Ini yang Tuhan inginkan. Beberapa waktu lalu, kami menghadapi masalah dengan adik saya yang seorang tentara dan mengikuti pendidikan komando pasukan khusus, orang yang biasa mengandalkan kekerasan. Waktu telpon, saya tegur dia. Dia tersinggung, telponnya tidak diangkat lagi. Saya kemudian belajar dan SMS , “Dik, abang minta maaf kalau sudah melukai hatimu. Tapi tolong angkat telpon, kita bicara baik-baik.” Dia angkat telpon saya. Juga dengan mama saya. Ia seorang pendoa. Doanya sederhana, “Tuhan berkati, lindungi anak-anak saya”. Ia rajin berdoa, sehingga saya diselamatkan dan dipakai oleh TUhan. Ini berkat mama saya. Ia orang saleh, dia jaga anaknya dengan baik. Perkataan dan perbuatannya sama. Walaupun saya sudah hamba Tuhan, ia tetap melihat saya sebagai anaknya, bukan hamba Tuhan. Saat ada masalah, saya nasehatkan dia. “Walaupun saya adalah anak mama tetapi saya hamba Tuhan , ada kata saya yang perlu mama dengar. Karena apa yang saya sampaikan itu berasal dari Tuhan karena sudah didoakan.” Mulai saat itu, ia tidak tersinggung. Demiian juga waktu menghadapi masalah besar dengan adik saya. Ketika bertumbuh, kita menjadi kuat dalam doa.

2.     Memiliki karakter serupa dengan Kristus. Mat 11:28-30, Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.  Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.  Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.". Lemah lembut dan rendah hati merupakan karakter, sifat dari hati, pikiran dan seluruh hidup kita agar menjadi serupa Yesus. Orang yang lembut, gampang menerima teguran, menerima Firman, tidak gampang tersinggung. Kalau sudah lembut, maka sifat lain berumbuh, orang itu akan sabar. Hati kita agar dilembutkan dan dikoreksi oleh Tuhan, walaupun kita sudah tua. Ketika ada kebenaran disampaikan, kita bisa menerima, untuk membuat kita semakin lembut. Orang yang lembut adalah orang yang kuat. Orang lembut itu, batinnya kuat. Lembut itu sifat Tuhan. Orang yang keras, mempertajam prinsip yang salah, memiliki sifat dan hati yang kedagingan. Ketika hidup tidak sesuai prinsip Tuhan, maka kita menjadi pemarah. Ada saatnyaTuhan mengijinkan hati kita dihancurkan, mengalami masalah dalam hidup kita. Tuhan sedang membentuk kita untuk semkain serupa dengan Kristus. Ketika orang menjadi lembut, ia menjadi rendah hati, sabar, dan sifat-sifat lain bertumbuh dalam hidupnya. Saat orang lain dan keluarga melihat , ada gambar Kristus dalam diri kita. Beberapa waktu lalu, ada seorang teman ynag mengatakan, “Djem, sifat kamu jelas” Cara hidup kita terpampang. Lemah lembut, kesabaran harus menjadi sifat kita yang paling berarti sampai Tuhan memanggil, menjadi milik kita sampai berakhir. Menjadi orang Kristen yang rendah hati, lembut, menjaga hidup yang suci, mencintai perdamaian, harus bertumbuh dalam hidup kita. Kalau tidak kita menjadi orang Kristen yang (kelakuannya) tidak jelas. Suatu hari , saya menelepon ibu yang ditelantari suaminya. Dia berkata, “Semua hamba Tuhan sama.” Saya bilang, “Tidak.” Ada hamba Tuhan yang hatinya baik, ada yang duniawi. Ada hamba Tuhan yang sungguh-sungguh melayani  di gereja dengan penuh pengorbanan. Ini yang dirindukan. Supaya jemaatnya dibangun melalui khotbah, pelayanan dan hidupnya. Saya katakan , “Lihat diri saya!.” Ada hamba Tuhan katakan, “Jangan lihat saya, saya juga manusia.” Jemaatnya berkata, “Kami lihat siapa?” karena Tuhan Yesus tidak bisa dilihat. Seperti Rasul Paulus katakan, “Ikutilah aku karena aku mengikuti Kristus!” Orang Kristen seharusnya berani berkata, “Ikut saya, pikul salib”. Kebenaran, karakter, sifat Tuhan harus terlihat jelas dalam hidup kita. Ini yang disebut orang dewasa. Beranikah kita seperti itu? Itu bukan masalah berani, ini keinginan Tuhan. Ini yang ada dalam hati Tuhan agar kita rindu untuk terus bertumbuh dan hidup kita serupa Tuhan.

Bagaimana cara kita bertumbuh di dalam Kristus?
Bertekad untuk hidup tidak bercela. Maz 84:12 Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela. Orang tidak bercela bukan berarti orang yang tidak punya cacat atau kekurangan. Orang tidak bercela maksudnya  orang yang rindu terus berutmbuh dalam sifat , karakter, pikiran seluruh hidup seturut Yesus. Ada kebaikan, kemurahan, kesucian, kebenaran yang terpancar dari hidupnya. Suatu hari saya melayani seorang Ibu. Ia punya masalah dengan suaminya dan mau cerai. Saya konseling. Saat pertama kali bertemu, dia memakai baju yang pendek. Pada pertemuan kedua, bajunya masih pendek. Saya katakan, “Ibu reflesikan iman ibu dari cara ibu berpakaian. Masa orang saleh, bajunya kependekan. Kalau duduk di gereja ditutup-tutupi karena kependekan.” Kalau punya anak demikian, tegur mereka. Saat ke gereja, hormatilah Tuhan. Pancarkan kemuliaan Tuhan. Harus sampaikan kebenaran itu. Saya terkadang sedih melihatnya. Cara hidup anak-anak muda tidak mencerminkan kehidupan Allah. Ketika bertekad untuk hidup kudus, tidak bercela, maka Allah memberkati kita. Kej 17:1 Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela. Abraham hidup tidak bercela Abraham bertekad hidup benar, suci, sesuai firman Tuhan. Tidak menyembah berhala tapi mengandalkan dan mendengar firman Tuhan. Ia berdoa, bersekutu dengan Tuhan, mendengar firman Tuhan , mentaatiNya. Dalam seluruh hdiupnya dia belajar mentaati Tuhan. Ini ciri orang dewasa dalam Kristus. Suatu hari , Tuhan berfirman, “Abraham berikan anakmu , Ishak. Korbankan ia menjadi persembahan yang berkenan kepadaKu.” Permintaan kepada Abraham tidak gampang. Kalau Tuhan minta Sarah untuk dikorbankan, maka mungkin jawabnya, “Oh tidak apa-apa Tuhan.” Karena Sarah sudah tua dan bisa cari lagi. Yang baik , mentaati Tuhan walaupun sulit. Ketika mendengarkan firman Tuhan, ia taati dengan member persembahan seperti yang Tuhan inginkan. Ia menjalani hidupnya dengan tidak bercela selama hidupnya. Walaupun Abraham juga punya kelemahan. Contoh : waktu ke Mesir, ia ditanya oleh Firaun tentang Sara, ia berbohong. Atau Tuhan tidak menyuruhnya ke Mesir, tapi ia ke Mesir. Ini menunjukkan ada kelemahan tapi terus bertumbuh, jadi kuat, diberkati Tuhan. Demikian juga hidup kita, banyak kelemahan, kita terus bertekad menjaga kekudusan kita. Kita belajar untuk tidak melakukan dosa. Bila tidak atau kurang berdoa, itu dosa. Karena kalau kurang berdoa, kita menjadi orang lemah dan gampang jatuh dalam dosa. Ketika membangun hidup, saya berdoa , menjadi kuat di dalam Tuhan, mengalami kasihnya dan terus bertumbuh. Saya belajar mengampuni dan sabar. Suatu hari , anak saya sakit. Saya bawa ke rumah sakit. Saya berdoa, “Tuhan minta taxi yang terbaik”. Setelah naik taxi, saya katakan ke supirnya, “Saya mau ke rumah sakit X” tapi  tidak ada respon. Dia jalan terus. Saya katakan, “Sudah mau kelewatan, belok kiri.” Ia dengan kecepatan tinggi berputar, sehingga hampir terbalik. Saya katakan, “Stop saya mau turun!” Saya turun dan bawa anak saya. Dia turun dengan badannya yang besar, ia mau memukul saya. Saya katakan, “Bapa yang salah. Saya bawa anak saya yang sakit. Saya haya katakan untuk balik. Saya tidak takut dengan bapak.” Banyak orang datang mengerumi kami sehingga ia tidak berani. Kemudian ia balik ke taxinya dan jalan tanpa sempat saya bayar. Kemudian, setelah dari rumah sakit saya pulang. Saya berdoa, “Tuhan, saya sudah salah. Ampuni saya”. Saya belajar member pengampunan, memiliki hati yang lembut, belajar sabar. Demikianlah dalam hidup, kita harus punya tekad untuk memiliki hidup yang tidak bercela. Ini sifatnya Tuhan. Orang yang tidak bercela diberkati oleh Tuhan. Kasih yang luar biasa yang Tuhan berikan. Kita menjadi orang yang puas, tidak perlu mengandalkan kasih dari orang lain. Saya melihat diri saya sebagai orang yang dikasihi TUhan dan saya puas. Kita harus menjadi seperti itu. Penuh kemuliaan artinya sifat Yesus terpancar dalam hdiup saya. Ketika saya berkata, “Orang tahu siapa saya dan orang lain menghormati diri saya” maka sIfat Tuhan terpancar dari hidup kita. Itulah kemuliaan. Tuhan mulai mempromosi hidup seseorang, “ini anakKu, hambaKu.” Kebaikan artinya doa kita mulai dijawab Tuhan. Ini kehidupan doa yang indah. Orang yang rajin berdoa, akan menikmati doa, senang berdoa, dan memiliki kehidupan rohani dan iman yang bertumbuh. Memiliki perlindungan (perisai). Contoh : kemarin ada seorang ibu yang naik pesawat dari Soeta menju ke Medan. Waktu mau naik pesawat, cuaca gelap gulita dan angin bertiup sangat kencang. Lalu ia telpon minta didoakan. Saat pesawat mau take-off cuacanya berubah.  Akhirnya ia bisa menikmati kemurahan dan perlindungan Tuhan daalm perjalanan itu. Tuhan menjaga orang-orang yang hidupnya berkenan kepadaNya dan hidupnya tidak bercela. Ada seorang nenek, umur 75 tahun. Ia saleh , menjaga hidup dengan baik, hidup suci, menjaga perkataan, pikiran, hidupnya sesuai dengan firman Allah. Suatu malam ia tidak bisa tidur walau sudah mau pk 3 pagi. Lalu ia berdoa. Setelah itu ia melihat dari kaca, ada 2 orang perampok bersenjata yang mau merampok rumahnya. Ia membuka pintu mempersilahkan , perampok masuk. Ini Ia berakata, “Dengar baik-baik. Kalian berdua mau merampok rumah saya. Saya tidak takut dengan senjata kalian. Karena malaikat menjaga rumah saya. Simpan senjata kalian baik-baik. Silahkan duduk, saya mau buatkan roti dan teh. Lalu ia hidangkan roti, teh dan susu. Sambil makan, ia berkata, “Dengarkan baik-baik. Pertama kalian harus bertobat, kalau tidak bertobat , maka kalian mati.” Keduanya tidak jadi merampok dan hanya mendengar firman Tuhan , makan roti, minum susu, kopi. Lalu keduanya pulang. Satu perampok itu kemudian bertobat dan menjadi hamba Tuhan. Sedangkan perampok yang tidak bertobat, beberapa tahun kemudian dalam suatu perampokan ditembak mati polisi. Saat saya membaca kesaksian ini dalam hati saya berkata, “Inilah orang Kristen. Ia memiliki kekuatan batin, iman, rohnya. Ia tidak takut. Ia tetap kuat meskipun menghadapi kesulitan.” Karena ia tahu ia hidup benar, tidak bercela, menyenangkan Tuhan. Ia tahu dalam hatinya Tuhan memberkati, menjaga, melindungi dia dalam hidupnya.


Monday, October 14, 2013

Miskin Tapi Kaya



(Belum diedit)

Pdt Hery Kwok

2 Kor 8:1-9
1   Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia.
2  Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.
3  Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.
4  Dengan kerelaan sendiri mereka meminta dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih saya
5  Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.
6  Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya.
7 Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu,  —  dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami  —  demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.
8  Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.
9  Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.

Pendahuluan
Di waktu lalu, saat mau melayani di Lampung, saya naik kapal fery ro-ro dari pelabuhan penyeberangan Merak (provinsi Banten) ke pelabuhan Bakauheni (terletak di ujung selatan dari Jalan Raya Lintas Sumatera di Kabupaten Lampung Selatan) untuk menyeberangi Selat Sunda. Saya mengunjungi Lampung secara berkala karena ada Pos Penginjilan (PI) di sana. Karena sering mabuk, saya pilih naik kapal yang besar walau tibanya lebih lama. Saya mengambil rute pelayanan di malam hari sehingga sewaktu sampai di Bakauheni pagi harinya, kemudian dilanjutkan naik kendaraan di darat.  Saat berlayar di tengah laut yang gelap pekat dan berdiri di geladak kapal menyaksikan langit, sepertinya kita sangat kecil. Waktu itu , kami pergi dalam cuaca yang tidak begitu baik dan ada orang yang meminta untuk membatalkan kepergiaan. Namun karena tidak bisa menunda pelayanan, kami tetap pergi. Awalnya cuaca bagus tapi di tengah-tengah pelayaran cuaca memburuk dan mulai ada gelombang.  Meja tempat kami minum kopi mulai bergoyang. Hari itu saya merasa takut karena membayangkan bila kapal tenggelam, maka saya bisa dimakan hiu atau gurita. Memang sangat menyeramkan bila kapal yang ditumpangi karam atau tenggelam.
Ada cerita tentang seorang Kristen yang sedang belayar dalam cuaca buruk. Gelombang besar melanda seperti pada kisah Nabi Yunus dan air mulai menerjang masuk kapal. Orang Kristen tersebut berdoa, “Tuhan, kalau Engkau menyelamatkan saya, maka sesampai di darat saya akan mempersembahkan seekor sapi. Begitu ia selesai doa, tidak lama kemudian,gelombang air laut mulai mereda (tidak terlalu besar lagi). Kapal pun terus berlayar dalam cuaca yang tidak semenyeramkan semula, namun tetap ada gelombang laut walau tidak seganas sebelumnya. Ia kembali berdoa, “Tuhan kalau benar-benar selamat, saya akan mempersembahkan seekor kambing.”  karena menurutnya gelombang tidak sebesar yang  pertama. Begitu selesai berdoa, udara membaik dan dari geladak kapal ia bisa melihat daratan sudah dekat. Lalu ia berdoa, “Tuhan kalau Engkau menyelamatkan saya ke darat , maka saya akan mempersembahkan seekor ayam.” Manusia seperti ini, sewaktu sangat ketakutan mempersembahkan seekor sapi. Saat kondisi membaik, ia menawarkan seekor kambing. Malah sesudah kondisi semkain baik, ia hanya mau memberi seekor ayam! Begitu sampai di darat, biasanya orang seperti ini lupa bahwa ia sudah pernah bernazar. Banyak manusia seperti itu.
Sebelumnya sudah dibahas tentang salah satu surat kepada jemaat Laodikia di kitab Wahyu. Jemaatnya kaya secara fisik tapi miskin secara rohani dan menjadi orang Kristen yang suam-suam kuku. Hidup rohani seperti itu sangat rendah. Itu sebabnya Tuhan berkata,”Kamu  miskin meskipun secara finansial kaya”. Kita diajar agar berharap untuk mengandalkan Allah yang hidup. Bukan mengandalkan kekayaan atau relasi kepada manusia. Hari ini tema kebalikannya yaitu : miskin tapi kaya.



Prinsip Miskin tapi Kaya
Dalam surat (tulisan)-nya Rasul Paulus menyaksikan apa yang dilihatnya dalam kehidupan jemaat. Pada 2 Kor 8:1-9 ia melihat kehidupan jemaat di Makedonia. Dalam ayat 1-4, ia menulis bahwa jemaat itu miskin penuh penderitaan tapi begitu kaya dalam kemurahan. Ternyata ayat-ayat ini memuat prinsip rohani “miskin tapi kaya”.
Prinsip pertama, kemurahan hati umat Tuhan tidak ditentukan oleh tingkat ekonomi mereka.  Jangan berpikir karena engkau makmur dan kaya maka engkau mempunyai kemurahan hati. Itu belum tentu. Kemurahan hati tidak ditentukan oleh tingkat ekonomi, tapi orang sederhana pun banyak yang suka memberi. Kemurahan tidak ditentukan oleh tingkat ekonomi, bukan orang sederhana saja tapi orang kaya pun banyak yang suka memberi. 

Foto-foto di atas diunggah dari internet. Kalau melihat spanduk tulisannya mandarin, berarti kejadiannya berlokasi di daerah yang mayoritasnya orang Tionghoa. Pendapat umum mengatakan bahwa di dunia ada 3 golongan orang yang paling pelit. Yang pertama, orang Yahudi yang pelitnya minta ampun. Sehingga ada anekdot tentang 10 Perintah Allah. Waktu mau memberikan hukum Taurat tersebut ke orang Itali, Tuhan bertanya, “Apakah mau 10 Perintah Allah?”. Orang Itali menjawab,”Apa bunyinya Tuhan?” Tuhan menjawab, “(….) Jangan kamu membunuh!” Orang Itali berkata, “Di sini banyak mafia, Tuhan. Jadi hukum Taurat ini tidak bisa kami terima.” Lalu Tuhan menawarkannya ke orang Tionghoa. Mereka bertanya, “Apa bunyinya Tuhan?”. Tuhan menjawab, “(….) Jangan kamu berdusta!” Orang Tionghoa berkata, “Wah kalau dagang dengan jujur, bisa bangkrut!” Selanjutnya Tuhan menawarkannya ke orang Yahudi, “Mau tidak hukum Taurat?” Mereka bertanya balik, “Bayar tidak hukum Taurat itu?”. Tuhan menjawab, “Gratis.” Si orang Yahudi dengan gembira berkata,”Kalau begitu saya ambil 10”. Yang kedua dan ketiga paling pelit adalah orang Arab dan orang Tiongkoa. Foto di atas adalah orang Tionghoa yang lumpuh kakinya. Pada acara pengumpulan dana, ia datang dengan merangkak menuju kotak amal, Semua mengira ia akan meminta sumbangan. Ternyata, si orang yang lumpuh ini mengeluarkan uangnya lalu memasukkannya ke dalam kotak persembahan. Bukan itu saja, ia berkata, “Saya masih punya beberapa yuan untuk dipersembahkan” sambil merogoh kantongnya kembali. Artinya kemurahan hati tidak ditentukan oleh tingkat ekonomi seseorang. Itu sebabnya, dalam surat ke jemaat Korintus, Rasul Paulus mengatakan bahwa mereka kaya (berkelimpahan) dalam segala sesuatu dan Rasul Paulus mengingatkan bahwa mereka pernah memberikan janji bagi pekerjaan Tuhan. Namun dengan berjalannya waktu mereka tidak melaksanakan apa yang mereka janjikan. Itu sebabnya Rasul Paulus mengingatkan mereka kembali dengan mengatakan “Waktu aku melayani di Makedonia, mereka sangat murah hati.”

Prinsip yang kedua, kemurahan hati itu ditentukan oleh tingkat kedewasaan rohani seseorang atau pengenalan rohani akan Tuhan. Itu sebabnya pada ayat-ayat ini Rasul Paulus mau menekankan dalam kedewasaan rohani, mereka disebut sebagai pengikut, murid, hamba Yesus. Sebagai pengikut Kristus, maka mereka mengikuti teladan Kristus. Yesus rela menjadi miskin agar kita jadi kaya. Prinsip kemurahan hati ini lahir dari murid, hamba dan pengikut Kristus yang punya kerohanian yang dewasa. Semakin mengenal Yesus, orang itu akan mempunyai hati memberi sesuai dengan keikhlasan. Jadi orang yang punya tingkat kedewasaan yang baik ia akan mengenal Kristus. Kalau ia mengenal Yesus yang baik, pasti ia akan memberi dengan keiklasan (ayat 8) dan ia akan memberi sesuai dengan kemampuannya dengan sukacita. Tingkat kedewasaan ditentukan oleh pengenalan kepada Allah dengan baik atau tidak. Semakin mengenal Kristus, maka dirimu kau berikan untuk Tuhan. Orang yang mencintai Kristus, mau memberikan apa yang ada dalam dirinya. Di Alkitab dikatakan, seseorang yang mendapatkan kerajaan Allah, menjual semuanya dan lalu mencari Kerajaan Allah. Kerohanian akan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mengenal Kristus merupakan kunci bagi jemaat Tuhan untuk punya hati yang murah. Dulu waktu saya pacaran dengan shi mu Susan, saya ingin memberikan yang terbaik. Saya percaya, waktu makin mengenal orang yang saudara kasihi, semakin tidak hitung-hitungan dengannya. Pada ayat 6-12, dikatakan saat mengenal Kristus, maka hatimu penuh dengn kelimpahan. Engkau akan sukacita memberi sesuai dengan keiklasan hatimu. Memberi sesuai dengna kemampuan yang Allah berikan kepaa kita. Prinsip kedua ini penting, bila kita mempunyai kedewasaan rohani, maka hati kita murah hati.

Pada Kis 20:35 dikatakan, Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." Perkataan Tuhan Yesus ini nyata dan benar. Ada seorang penarik becak yang dari muda menarik becak . Setiap kali mendapat penghasilan, ia akan menyisihkannya untuk membantu yayasan yatim piatu. Uang yang dikumpulkan lalu diberikan ke pengurus. Hal ini terus berjalan sepanjang hidup si tukang beca. Sampai suatu kali ia sudah merasa tua dan tidak bisa menarik beca, fisiknya sudah semakin lemah. Ia datang ke panti asuhan dengan uangnya yang terakhir. Lalu ia menyerahkannya seperti biasa dan berkata, “Ini merupakan persembahan terakhir, karena saya mulai sakit dan lemah.” Waktu ia sakit, ternyata ada orang yang tahu ia sakit dan lalu mengangkat kisahnya di media massa sehingga orang-orang  menolong si tukang beca. Prinsip lebih berbahagia memberi daripada menerima, membuat kita bahagia atas berkat Tuhan yang luar biasa.

Kesimpulan
1.   Semakin memiliki tingkat kedewasaan rohani, semakin kita kita mengenal Tuhan. Sehingga pengakuan orang bahwa “ia mengenal Tuhan tapi sulit memberi” sulit diterima. Karena semakin mengenal Kristus, ia akan memberi pada orang-orang yang membutuhkan. Ia murah hati dalam menolong orang dan punya kemurahan dalam menguatkan orang. Oleh karena “hati Kristus”, ia akan meluas dengan kebaikannya. Oleh karena itu Mahatma Gandhi, sewaktu dia membaca kitab Injil, sesungguhnya ia mau belajar mengenal Kristus. Karena Gandhi begitu terpesona dan terkagum dengan tokoh Kristus. 3,5 tahun ia membaca bagaimana Kristus memberi diriNya bagi orang lain. Yang membuat ia tidak mau menjadi Kristen karena ia melihat pengikut Kristus yang tidak sesuai ajaranNya. Ia melihat orang Kristsen, tidak sama dengan orang yang percaya sungguh-sungguh kepada Kristus. Mari kita belajar mengenal siapa Yesus Kristus. Kalau kita mengenalNya, Ia membuat kita murah hati.
2.   Semakin kaya dalam kemurahan hati, maka sesungguhnya kita semakin diberkati Tuhan. Namun hal ini berbeda dengan prinsip “untuk mendapat ikan besar harus digunakan umpan besar juga”. Itu bukan berkat, tapi berkaitan dengan sukacita, Tuhan seperti membuka tingkap-tingkap langit. Contoh : kisah janda miskin di Sarfrat (daerah di luar Negara Israel). Saat janda didatangani Nabi Elia untuk meminta makanan, sang janda berkata,”Saat kamu makan, kami akan mati.” Janda itu benar-benar miskin, kalau ia kasih makanan ke orang lain, maka ia dan anaknya akan mati. Kita tidak pernah dalam kondisi seperti itu. Tapi waktu ia memberikan makanan kepada nabi Elia, janda itu diberikati Tuhan luar biasa. Janda itu tidak mati dalam pemberiannya. Semkain kita murah hati, semakin berkat Tuhan mengalir. Itu sebabnya dalam firman Tuhan dikatakan,”Tingkap di langit dibuka untuk mencurahkan kasih.” Semalam di Meruya, Jakarta Barat dan Serpong hujan besar sekali. Hujan turun dari langit sepertinya dicurahkan besar sekali. Bahasa di Alkitab, “Tingkat di langit dicurahkan menjadi berkat bagi kita yang murah hati.” Itu karena Allah memberikati orang yang murah hati. Jangan takut,, waktu murah hati, maka berkat akan mengalir. Waktu mengalir, kita pernah jadi rugi, dan kita akan mendapatkan sukacita.