Tuesday, September 25, 2018

“Yahwe/Yehova Tsidkenu” = Tuhan Keadilan Kita

Ev. Natanael

Yeremia 23:5-6 
Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.  Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN  —  keadilan kita.

Pendahuluan

              Setiap kali datang beribadah di gereja, saya selalu berpikir sebenarnya berapa banyak orang yang hari ini beribadah kepada Tuhan tanpa mengalami halangan sama sekali? Kalau menengok keadaan dunia di luar, kita bisa melihat ada orang-orang  yang untuk datang ke gereja saja sangat susah. Mereka datang di bawah ancaman, di dalam segala kesulitan dan berada dalam  hal-hal yang berbahaya. Bahkan ada yang harus berjalan kaki berjam-jam melewati sungai dan hutan baru sampai ke gereja. Sedangkan hari ini kita tidak mengalami hal-hal seperti itu. Kita bisa dengan nyaman datang ke gereja. Masalah dan tantangannya terletak bukan di luar, tetapi berada di dalam diri kita masing-masing. Apakah kita datang ke gereja dengan motivasi untuk mendengar firman Tuhan? Apakah saya haus dan rindu seperti rusa rindu air sungai (Mazmur 42:2)? Jiwa saya ingin dipuaskan sehingga dengan antusias bertanya,”Apakah firman Tuhan hari ini?” Kalau motivasinya seperti itu, hebat. Padahal di luar sana, ada yang untuk mendengar firman Tuhan dan datang ke gereja saja, mereka harus mempertahankan nyawa dan hidupnya. Mereka mungkin akan meninggal atau kalau datang mereka akan  dimakan bintang buas. Tetapi mereka tidak memikirkannya. Apakah saya datang ke gereja untuk mendengar suara Tuhan?

              Hari ini kita akan membahas tema “Tuhan Keadilan Kita”. Bicara tentang keadilan, apa yang ada di benak kita? Kalau berkata “adil” dan “keadilan” apa yang ada dalam pikiran kita?  Mungkin yang kita pikirkan adalah se-level, sama banyak, sama rata, seimbang. Itu baru dikatakan adil. Kita juga berkata, “yang adil dong” (adil artinya sama). Kalau dia dapat sesuatu, saya juga mendapat yang sama. Tetapi pertanyaan-nya mungkinkah dalam kenyataan hidup kita bisa berlaku adil sempurna? Tidak mungkin! Tidak mungkin adil dalam pengertian bisa memuaskan semua orang . Contoh sederhana : ada orang tua memiliki 2 anak dan 1 kue tong ciu pia (kue bulan). Kalau mau adil maka kuenya dibagi 2 potong sama besar sehingga masing-masing mendapat setengah. Tetapi ada informasi tambahannya : usia kedua anaknya berbeda 12 tahun. Kakaknya berusia 12 tahun sedangkan usia  adiknya satu bulan. Bagaimana bisa anak 1 bulan makan kue tong ciu pia? Mana bisa! Jadi apakah adil bila dibagi sama besar? Sulit sekali melakukan adil sempurna sehingga membuat semua orang merasa puas. Yang jauh lebih sulit lagi kalau kita berbicara tentang pembagian warisan. Ada yang berkata,”Wah, dia “bukan anak kami”, mengapa dia medapat bagian?” atau “Tidak adil! Saya kan kakak tertua. Saya seharusnya mendapat lebih banyak.” Lalu adiknya yang paling kecil menjawab,”Memang koko adalah anak yang paling tua, tetapi yang merawat papa adalah saya (anak paling kecil)”. Akhirnya terjadi keributan antara saudara. Bicara tentang keadilan, sungguhkah kita bisa melakukan seadil-adilnya? Kita tidak hanya bicara orang-orang di luar gereja, tetapi juga di dalam gereja sendiri yakni hamba Tuhan dan majelis. Yang satu begitu rajin dan yang lain NATO (no action talk only), ,hanya bicara saja tetapi tidak bekerja. Sehingga ada yang berkata,”Saya nih rajin!”. Bicara tentang kerajinan saja, kita dalam konsep “Iya…ya.. betul ya?”. Tidak bisa! Dalam Pengkhotbah 3:16 dikatakan Ada lagi yang kulihat di bawah matahari: di tempat pengadilan, di situpun terdapat ketidakadilan, dan di tempat keadilan, di situpun terdapat ketidakadilan. Yang benar jadi salah dan sebaliknya, yang penting ada uang. Bersyukurlah dengan ada KPK dan presiden yang baik, sehingga hal ini sedikit lebih reda.

Bagaimana Agar Bisa Mempraktekkan Sikap Adil dalam Hidup Kita?

1.     Kita harus sadar bahwa kita orang berdosa yang tidak mungkin melakukan keadilan dengan sempurna.

Rasul Paulus mengatakan dalam 2 Kor 5:16a Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Sumber keadilan itu berdasarkan bukan dari diri manusia tetapi di luar manusia. Berbicara tentang keadilan, mari kita berpikir bahwa kita manusia berdosa tidak mungkin melakukan keadilan dengan sempurna. Sehingga Rasul Paulus dalam ayat berikutnya berkata, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (ayat 17). Di dalam Kristulah kamu adalah ciptaan yang baru yang tidak lagi melihat seseorang dengan ukuran manusia, tetapi di dalam Kristus. Di dalam Kristus berarti Kristuslah yang menjadi satu-satunya standar di mana kita mengambil keputusan. Bukan lagi berdasarkan diri saya karena diri saya berdosa. Satu-satunya standar saya mengambil keputusan adalah Kristus. Selanjutnya Rasul Paulus mengatakan bahwa mereka tidak lagi hidup dengan diri sendiri, tidak lagi kepentingan diri sendiri tetapi kepentingan orang lain juga. 2 Kor 5:15  Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka. Berapa banyak kita memikirkan kepentingan orang lain dibanding kepentingan diri sendiri? Kalau untungnya lebih banyak ke saya, baiklah akan saya jalankan. Kalau coan-nya besar, saya mau (yang lain masa bodo). Berapa banyak kita pikirkan kalau orang  lain bagaimana? Adakah kita berpikir seperti itu? Tidak lagi mementingkan diri sendiri tetapi orang lain. Kalau kita berada dalam tahap seperti itu, kita sadar bahwa kita manusia yang berdosa. Manusia yang dilahirbarukan oleh Allah, menyatakan keadilan Allah di dalam diriNya. Allah senang kalau manusia bisa berbagi (share). Kita harus menyadari bahwa yang pertama adalah mintalah keadilan dari Tuhan. “Tuhan, saya tahu saya adalah orang yang berdosa dan tidak bisa bersikap adil  dengan sempurna, saya mohon Tuhan menjadi sumber keadilannya.” Di dalam Alkitab banyak contoh tentang ketidakadilan. Salah satunya adalah Yusuf.
         Kalau diperhatikan perjalanan Yusuf dan kita diberi kesempatan seperti Yusuf untuk bisa membalas kejahatan saudara-saudaranya , maka di dunia ini hal seperti itu adalah hal yang lumrah (dulu kamu membuang dan menganiaya saya, sekarang saya sudah jadi tuan dan penguasa di Mesir). Apalagi Alkitab mengatakan, “Kamu tidak tahu siapa saya sekarang.” Ia adalah adiknya yang sudah menjadi penguasa di Mesir. Dalam kemanusiaan kita, mungkin ini adalah kesempatan. Dengan posisi seperti itu, kalau saya menitahkan seseorang untuk dibunuh, maka ia akan dibunuh atau seseorang saya suruh untuk dipenjarakan, maka ia akan dimasukkan ke penjara. Kakak Yusuf sampai memohon-mohon. Tetapi Yusuf mengatakan, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar” (Kejadian 50:20). Sewaktu Yusuf menghadapi ketidakadilan, ia tidak berkata,”Tuhan engkau tidak adil!”. Dia tetap dengan rela dan tulis hati melakukan semuanya itu. Dia melihat ada campur tangan Tuhan berarti ia menyerahkan ketidakadilan ini kepada Tuhan. Ia melihat campur tangan Tuhan di dalam hal ini. “Kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar yaitu Israel!”. Berapa banyak orang yang berpikir seperti Yusuf? Kalau bukan di dalam tangan Tuhan, mustahil Yusuf bisa melakukan hal ini. Berapa banyak dari kita semua yang menyerahkan ketidakadilan pada Tuhan? Menyadari bahwa kita adalah manusia bedosa. Itu adalah hal pertama yang bisa kita pelajari. Sadarilah bahwa diri kita berdosa dan tidak mungkin melakukan keadilan yang sempurna.

2.     Keadilan Allah bersumber dari sifat Allah sendiri. 

Yeremia 23:5-6  Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.   Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: TUHAN  —  keadilan kita. Perkataan “Aku akan menumbuhkan” berarti sumbernya adalah Allah. Sifat keadilan Allah bersumber dari kebenaran dan sifat Allah itu sendiri. Kalau diperhatikan secara jujur kita sering mengeluh dalam hidup ini. Tidak terkecuali hamba Tuhan. Apa yang dikeluhkan itu pasti hal yang menyedihkan. Mengapa saya menderita sakit ini? Kenapa bukan dia? Herannya kalau mendapat keuntungan, kita tidak mengatakan hal yang sama (mengapa hoki ini datang ke saya bukan ke dia?). Itu saja menunjukkan ketidak-adilan karena manusia tidak adil. Mengapa kalau penderitaan datang kita bertanya,”Mengapa saya? Mengapa bukan musuh saya? Mengapa bukan orang yang menyebalkan saya, mengapa saya?” Yang lebih parah lagi, kita melihat musuh lebih makmur sehingga kita merasa lebih sakit hati lagi. Dongkolnya berlipat ganda (sudah sakit dan tidak punya uang tetapi musuh yang membuat kesal malah sehat dan enak-enakan. Tuhan tolong pindahkan sakit ini ke dia). Berapa banyak kita berpikir, “Tuhan , mengapa berkat ini datang ke saya?” Hari ini kita bisa makan bahkan memilih makakan. Pulang dari kebaktian, kita bisa memilih makanan laut (seafood) karena sudah bosan makan bakmi. Tetapi berapa banyak dari kita yang makan hanya sehari sekali dan itu pun apa adanya. Bisakah kita berkata, “Tuhan berapa banyak hari ini orang yang kelaparan? Berkati mereka juga seperti Tuhan memberkati saya.”?

Saya orangnya baper (bawa perasaan). Kalau saya sedang menikmati makanan yang enak, jangan ada di hadapan saya orang yang memelas. Karena kalau hal itu terjadi, maka langsung selera makan saya turun sehingga saya tidak enak makan lagi. Sekali waktu saya diajak makan oleh seorang asuk-asuk di gereja saya. Dia senang makan. Di Pasar Baru ada makanan yang enak. Sewaktu mengaduk makanan, dia berkata, “Pak Natan, sebenarnya hidup saya lagi kesepian.” Asuk-asuk usianya hampir 80 tahun. Mendengar pernyataannya, langsung selera makan saya turun. Dalam hati saya berkata, “Tuhan bisakah saya jadi penghibur baginya?”
Sumbernya dari Allah. Dia melakukan kebenaran. Apakah kita tunggu sampai terpojok dalam hidup baru mencari Dia? Apakah kita tunggu hingga datang kesulitan baru datang kepadaNya? Apakah kita terlebih dahulu berdoa kepadaNya dibandingkan dengan pengalaman bisnis dan pengalaman hidup kita? Apa yang dilakukan oleh Daniel ketika ia tahu bahwa semua orang bijaksana akan dihabiskan dan dibunuh oleh raja? Daniel tidak mengeluh. Dia tidak datang kepada raja minta tolong untuk dibatalkan seperti “Please, kami akan benar-benar mencari tahu apa yang tuanku raja inginkan.” Firman Tuhan katakan bahwa dia tetap datang kepada Tuhan dan berdoa kepada Tuhan tiga kali. Dia tidak peduli dengan keputusan raja. Dia tidak takut dengan keputusan raja. Ia datang kepada Tuhan menghadap Yerusalem. Berapa banyak di antara kita yang begitu menghadapi masalah, merasakan ketidakadilan dan terpojok, lalu kita mengajak keluarga kita (istri, suami, anak),”Tolong bantu papa-mama berdoa bersama-sama?” Berapa banyak? Ini satu hal yang harus kita sadari bahwa Allah adalah sumber keadilan dan kebenaran.

Setiap kali dalam pelayanan menemui jalan buntu, saya selalu teringat firman Tuhan. Engkau adalah penasehat yang ajaib (Yesaya 9:5). Kalimat itu selalu dalam otak saya. Engkau adalah penasehat yang ajaib. Lawyer saya yang ajaib. Kata “ajaib” yang membuat saya berkata, “Terus Tuhan”. Saya menangani komisi anak dan komisi usia indah. Kadang-kadang saya mengalami kesulitan. Usia saya jauh di bawah mereka. Tetapi saya ingat, “Tuhan engkau adalah penasehat yang ajaib”. Mari berseru kepada Tuhan, Dialah sumber keadilan. Berapa banyak dari kita yang mengarahkan hati, minta didoakan mu-shi atau cuang dao? Mungkin waktu didoakan masalah tidak langsung selesai. Tetapi Dia berjanji bersama kita di dalam masalah dan kesulitan kita. Dia berjanji untuk menghibur dan memberi kesangupan dan kekuatan dalam melewati masalah kita.

Nabi Nehemia juga sama. Ketika mendengar bahaa kota Yerusalem porak poranda dan hancur, dia datang kepada Tuhan dan berdoa ,”Tuhan tolong. Yerusalem hancur. Saya mau ke sana untuk membangunnya kembali.” Apa yang kita lakukan? Ini tantangan untuk kita. Apakah kita mengarahkan hati kita? Begitu kita mendapatkan masalah dan ketidakadilan berserulah, “Tuhan tolong saya”.

3.     Keadilan Tuhan membuat kita memiliki harapan.

Keadilan Tuhan memastikan bahwa kita berada dalam tanganNya. Keadilan Tuhan memastikan kita memiliki kekuatan karena  semua itu dilakukan oleh Kristus. 2 Kor 5:21  Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Dia – nya adalah Kristus. Jadi bicara tetang keadilan, kita mengarahkan hati kita kepada Tuhan, keadilan menjadi kepastian kita. “Tuhan, saya sudah mengarahkan hati saya. Saya sadar bahwa diri saya berdosa dan berada dalam pegangan tanganMu” karena yang melakukan semuanya adalah Kristus. Nabi Yeremia menubuatkan bahwa suatu kali Yehuda akan kembali muncul. Hal ini dilakukan oleh karena kerajaan Yehuda sudah tidak lagi menyembah kepada Tuhan, Allah yang benar sehingga hancur. Maka Tuhan menjanjikan akan menumbuhkan tunas Daud, dan Dia akan melakukan semuanya, yaitu Kristus. Kalau diperhatikan hal yang berikutnya, “Milikilah pengalaman bersama Tuhan”

         Contoh sederhana, kalau saya tidak punya kasih tidak mungkin kita bisa memberi kasih. Kalau kita tidak mengalami Tuhan, bagaimana mungkin membagikannya kepada orang lain untuk memiliki pengalaman besama Tuhan. Tetapi kalau saya memiliki kasih kepada Tuhan dan pengalaman dengan Tuhan, saya bisa membagikannya. Nama-nama dari Allah seperti Yehova Rapha, Yehova Jireh adalah nama-nama yang diberikan oleh orang-orang yang telah memiliki pengalaman bersama Tuhan. Yehova Nissi (Allah yang Perkasa, Panji keselamatan) karena Ia yang berperang bagi saya. Kalau tidak ada pengalaman seperti ini, bagaimana kita bisa melalui ketidakadilan lalu mengatakan “Tuhan itu keadilan”. Tidak mungkin karena kita tidak memiliki pengalaman. Datang ke gereja bukan sekedar untuk absensi. Tetapi saya orang Kristen. Saya datang ke gereja, saya merindukan pengalaman dengan Tuhan. Apa yang disampaikan, mau dipraktekan dalam bisnis, keluarga dan pergaulan saya. Itulah orang yang memiliki pengalaman.

         Tentukan siapa yang menguasai hidup kita. Siapakah yang menjadi raja dalam hidup kita? Uangkah? Jabatankah? Atau apa? Terlalu banyak dari kita mungkin berpatokan kepada hal-hal yang demikian. Banyak uang dapat jabatan. Kalau tidak ada  uang tidak dapat jabatan, kalau begitu sandarkan pada uang saja. Siapa yang menjadi raja dalam hidup kita? Setelah memiliki pengalaman, jadikahlah Kristus sebagai raja kita. Nabi Yeremia menegur bangsa Israel yang berubah sikap karena tidak lagi menyembah pada Allah yang benar tetapi pada ilah yang palsu. Kata “ilah” diartikan kosong atau menjaring angin, usaha yang sia-sia. Tidak bisa kita mengumpulkan angin dengan jaring. Menyembah ilah adalah usaha yang sia-sia tetapi merajakan Kristus adalah sumber keadilan.

4.     Lakukanlah seperti Kristus telah melakukan.

Jangan mengambil hal-hal yang di luar Kristus lakukan. Bagaimana Dia melakukan kepada orang-orang yang tidak adil kepadaNya bahkan sampai mati di kayu salib. Bahkan di kayu salib, Tuhan Yesus berdoa, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34). Stefanus juga sama. "Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah." (Kisah 7:56) dan "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kisah 7:58) . Sungguh luar biasa. Siapa orang yang mengatakan hal itu  kalau bukan anak Tuhan yang mencintai Tuhan, kalau bukan anak Tuhan yang merajakan Tuhan? Kalau bukan Tuhan yang bertahta dalam hidupNya, tidak mungkin kata-kata itu keluar dari mulutnya. Itulah keadilan dari Tuhan. Milikilah pengalaman dengan Tuhan. Ada lagu Sekolah Minggu berjudul Sdikit Demi Sedikit yang liriknya : S’dikit demi sedikit, tiap hari tiap sifat, Yesus mengubahku, Dia ubahku, sejak ku t’rima Dia, hidup dalam anug’rahNya. Yesus mengubahku. Ref : Dia ubahku, o.. Juruslamat, ku tidak seperti yang dulu lagi Meskipun nampak lambat, Dia mengubahku sampai aku menerima mahkota di sorga. Hari ini kita belajar apa, ya Tuhan? Bila hari ini kita belajar mengampuni maka lakukanlah. Allah telah mengampuni kita. Hari ini kita belajar apa? Misalnya hari ini saya belajar mengasihi, karena Allah sumber kasih kita. Kalau itu ada, mari kita sama-sama berjuang. Mari kita jadikan Dia sebagai  sumber kebenaran dan keadilan kita.

Thursday, September 13, 2018

“Yahweh/Yehova Rapha” = Tuhan yang Menyembuhkan

Pdt. Susanto Liau

Keluaran 15:22-27
22  Musa menyuruh orang Israel berangkat dari Laut Teberau, lalu mereka pergi ke padang gurun Syur; tiga hari lamanya mereka berjalan di padang gurun itu dengan tidak mendapat air.
23  Sampailah mereka ke Mara, tetapi mereka tidak dapat meminum air yang di Mara itu, karena pahit rasanya. Itulah sebabnya dinamai orang tempat itu Mara.
24  Lalu bersungut-sungutlah bangsa itu kepada Musa, kata mereka: "Apakah yang akan kami minum?"
25 Musa berseru-seru kepada TUHAN, dan TUHAN menunjukkan kepadanya sepotong kayu; Musa melemparkan kayu itu ke dalam air; lalu air itu menjadi manis. Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,
26  firman-Nya: "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau."
27  Sesudah itu sampailah mereka di Elim; di sana ada dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma, lalu berkemahlah mereka di sana di tepi air itu.
1 Petrus 2:24  Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

Pendahuluan

              Seorang teolog Inggris bernama J.I. Packer (1926) dalam bukunya “Knowing God” (1973) mengatakan,”Mengetahui Allah tanpa mengenal Allah adalah akar dari banyak kelemahan gereja dan orang-orang Kristen.” Mengetahui Allah dan mengenal Allah secara pribadi adalah 2 hal yang berbeda. Banyak orang tahu bahwa Yesus adalah Juruselamat , tetapi belum tentu mengenal Dia Tuhan yang sungguh-sungguh menyertai dia dalam hidup kesehariannya. Seorang penulis buku Pdt. Dr. Lukas Tjandra  (seorang dosen SAAT) dalam bukunya “Agama orang Tionghoa di Asia Tenggara” mengatakan,”Agama orang Chinese memiliki keunikan yaitu mementingkan jasa dan keuntungan.” Apa maksudnya? Di Malaysia setiap tahun saat Imlek banyak patung berhala (Kwan-Im, Kwang Kong, dewa-dewi) dibuang orang. Ketika ditelusuri penyebab mereka membuang ilah yang disembah, karena pemilik patung berhala itu berpikir sepanjang tahun mereka sudah menyembah patung itu tetapi tidak menghasilkan keuntungan. Mereka memberikan waktu dan tenaga tetapi ketika akhir tahun mereka menghitung usahanya memiliki keuntungan yang tidak banyak dan dihitung-hitung lagi dalam satu tahun beberapa kali mereka jatuh sakit. Jadi untuk apa menyembah patung dewa ini kalau tidak mendatangkan keuntungan? Pemikiran yang pragmatis ini sungguh luar biasa. Demikian juga dalam kehidupan orang Kristen pun hal serupa juga sering ditemukan. Ketika ikut Yesus ada yang hanya mengharapkan mujizat, kesembuhan dan berkat-berkat. Tetapi bagaimana kenyataan yang terjadi sebaliknya? Sehingga sebagian orang Kristen mudah bersungut-sungut dan marah kepada Tuhan ketika menghadapi kesulitan hidup. Mereka berpikir Tuhan tidak menyertai mereka lagi. Mereka mengukur penyertaan Tuhan dari sisi “bagaimana hidup saya sukses atau tidak, apakah pekerjaan saya dan bisnis saya semakin untung atau tidak”. Apakah itu yang menjadi penentu Tuhan menyertai kita atau tidak? Penyertaan Tuhan tidak pernah meniadakan tantangan, kesulitan dan pergumulan.
Bangsa Israel memiliki Allah yang hidup yaitu Allah Yahweh. Tetapi dalam perjalanan hidup di padang gurun mereka dihadapkan dengan tantangan berupa kekurangan air dan makanan, tetapi Allah tetap menyertai mereka. Apa buktinya? Pada siang hari ada tiang awan dan pada malam hari ada tiang api. Penyertaan Tuhan begitu nyata dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurung tetapi tidak meniadakan tantangan , kesulitan dan pergumulan. Mengapa ada sebagian orang Kristen mudah bersungut-sungut dan marah ketika menghadapi kesulitan hidup, seakan-akan Allah tidak menyertai mereka? Karena mereka memiliki konsep yang salah mengenai penyertaan dan pemeliharaan Allah. “Jika Allah hadir, semua masalah beres”. Konsep Allah yang salah itu terjadi karena mereka tidak mengenal siapa Allah yg dinyatakan di dalam Alkitab!
Kita atau Tuhan yang jadi pembantu? Kalau office-boy kita bisa perintah tetapi Tuhan bukan pembantu kita. Dia adalah Tuhan. Dia  yang berkuasa, berotoritas dan punya hak prerogatif. Kalau Tuhan bisa diperintah, siapa yang menjadi Tuhan dan siapa yang menjadi hamba? Berarti kita yang jadi Tuhan dan Yesus yang menjadi hamba kita. Konsep yang salah ini terjadi karena tidak mengenal siapa Allah yang dinyatakan di Alkitab. Umat Israel belajar tentang Allah di tengah-tengah pergumulan hidup di  tanah Mesir. Mereka mengamati begitu banyak dewa-dewi yang disembah di tanah Mesir, tetapi ketika Tuhan memanggil mereka keluar, mereka tidak mengenal Allah yang sejati yang dinyatakan di Alkitab. Ada beberapa nama Allah seperti Jehovah Rapha (Allah adalah penyembuh kita); Jehovah Jireh (Allah adalah penyedia kebutuhan hidup kita); Jehova Shalom (Allah adalah damai sejahtera kita). Hari ini kita fokus pada nama Jehovah Rapha.

Latar belakang Keluaran 15:22-27

              Mari kita melihat beberapa konteks Alkitab yang kita baca hari ini. Umat Israel pernah mengetahui dan mengalami kuasa Allah yang melepaskan mereka dari perbudakan. Mereka melihat Mukjizat Allah melalui 10 tulah yang terjadi di Mesir (Keluaran pasal  7-12).  Itu mereka alami dan saksikan sendiri. Seharusnya mereka mengenal siapakah Tuhan itu tetapi kenyataannya mereka tidak. Mereka melihat kuasa Allah membelah laut Teberau (Keluaran 14). Di kanan-kiri ada tembok air yang begitu tinggi sementara mereka melewati tanah yang kering.  Sementara tentara Firaun mengejar dari belakang namun akhirnya mereka semua terkubur dan mati. Dari penyelidikan terakhir ditemukan bahwa di dasar Laut Merah benar-benar ada sisa-sisa besi tua dari kereta tentara Mesir. Jadi inni bukan cerita dongeng tapi sebuah fakta sejarah. Mereka memuji Allah. Ada pesta kemenangan oleh Musa, Harun dan Miryam. Mereka memuji Allah yang sudah melepaskan mereka dari maut (Kel. 15:1-21) karena Allah hebat dan penuh kuasa. Pujian nyanyian ini begitu hebat dan luar biasa. Apakah ini tanda mereka mengenal Tuhan? Belum Tentu! Setelah pesta kemenangan itu, mereka dibawa Tuhan melewati padang gurun. 3 hari kemudian, ketika tanpa air dalam perjalanan, lalu tibalah mereka di Mara. Di sana ada air tapi tidak bisa diminum karena pahit rasanya (ay. 22-23). Apa reaksi mereka? Umat Israel mulai marah, bersungut-sungut kepada Tuhan dan mengeluh melawan Musa, “Apa yang kami minum”? (ayat 24). Bangsa itu bersungut-sungut kepada Musa karena Musa menjadi perwakilan Allah. Musa saat itu  dipanggil dan diutus oleh Allah. Dia memiliki otoritas ilahi di balik jabatannya. Ketika mereka marah kepada Musa, pada saat yang sama mereka berhadapan dengan Tuhan yang memanggil Musa itu. Mereka bersungut-sungut kepada Tuhan karena mereka hanya tahu  Allah  tetapi tidak mengenal Dia dengan benar. Sehingga pada ayat 26 muncul Yehova Rapha di mana Tuhan memperkenalkan diriNya.

Siapakah Jehovah Rapha?

Jehovah artinya Yahweh, Tuhan, Allah Israel, Allah Maha Besar, Allah pencipta semesta alam. Kata kerja “Rapha” muncul 60 kali di dalam Perjanjian Lama. Jehovah Rapha artinya Tuhan yang menyembuhkan (to heal); memulihkan-mengembalikan keadaan semula (to restore); menyehatkan (to cure) dari sakit penyakit.

HIDUP INI ADA MASALAH, KITA BUTUH YEHOVAH RAPHA

Setiap kita punya masalah dan pergumulan. Jadi saat menghadapi pergumulan, tantangan, kesulitan, penyakit dan krisis ekonomi, keamanan, ada kabar baik buat kita yaitu kita memiliki Yehova Rapha. Allah yang menyembuhkan. Persoalan : kata “Allah menyembuhkan” seringkali disalahtafsirkan. Allah menyembuhkan karena ada sakit penyakit, pergumulan, kesulitan dan sumber semuanya adalah manusia sudah jatuh dalam dosa (Kej 2:17). Melalui kejatuhan Adam ke dalam dosa mengakibatkan manusia mengalami dosa, penyakit, dan kematian secara universal (Kej. 3) maka tanah dikutuk, ular dikutuk, Hawa dihukum oleh Tuhan dan  Adam juga menanggung hukumannya (kamu akan bekerja, berkeluh-kesaih berpeluh sampai kamu akan kembali kepada debu tanah karena dari sanalah kamu diambil). Problem of evil terjadi bukan karena Tuhan tidak Maka Kuasa atau Tuhan jahat namun karena manusia sudah memberontak dan melawan Tuhan. Akibat dosa itu adalah maut. Roma 6:23. Semua manusia sudah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah dan upah dosa itu adalah maut. (kematian jasmani, rohani dan kematian yang kekal). Itu adalah suatu problem universal yang dialami semua manusia baik yang Kristen maupun yang non Kristen, baik yang Tionghoa maupun yang bukan Tionghoa, presiden maupun tukang beca, semua orang tidak ada yang kebal terhadap kematian. Tidak ada satu bangsa dan negara yang hebat yang di sana tidak ada kematian. Di Tiongkok juga ada penjara walau pun ekonomi dan militer di sana dikatakan paling hebat. Di sana ada rumah sakit karena manusia bisa sakit, di sana ada kuburan karena manusia bisa mati, ada penjara karena ada orang-orang jahat. Di seluruh dunia, inilah yang  menjadi sumber persoalan. Mengapa hidup ini ada masalah dan kesulitan?

Dalam konteks Apa Allah menyembuhkan ?

Dalam pengertian sempit yaitu penyembuhan secara fisik (jasmani). Kembali ke teks, kata Yehova Rapha muncul pertama kali ketika Allah menolong umat Israel. Dia mengubah air yang pahit menjadi manis. Dia menyehatkan air minum itu agar bisa diminum dan tidak membawa kematian. Ini pengertian konteks yang paling sempit. Yehova Rapha, Allah  menyembuhkan dan mengubah air yang tidak sehat menjadi sehat dan bisa diminum. Di Perkawinan di Kana (Yoh 2), Yesus mengubah air menjadi air anggur yang manis. Dialah Allah Yehova Rapha yang sanggup menolong, mengubah dan memulihkan, memperbarui apapun baik benda (air) maupun mahluk hidup seperti manusia dan lainnya. Ia sanggup mengubahnya karena Dia  adalah Allah. Ketika Tuhan mengubah air itu menjadi air yang manis, Tuhan meminta Musa untuk mengambil satu ranting kayu dan dibuang ke dalamnya. Apakah kayu memiliki kuasa yang bisa mengubah air menjadi manis? Jangan coba-coba  hal ini di rumah karena tidak akan mengubahnya. Yang membuat air berubah bukan karena ranting kayu tetapi otoritas ilahi. Yang bisa memakai kayu itu untuk memanifestasikan sebuah mujiat dan Dia juga bisa melakukan tanpa kayu sekalipun.

Di dalam hal apa Yehova Rapha Allah bisa menolong?

-        Secara emotional.
Kesembuhan jiwa kita. Dia sanggup mengubah penyakit mental kita. Dia sanggup mengubah semangat kita yang letih-lesu dan memberikan semangat yang baru ketika kita mengalami  pergumulan dan beban berat dan stress. Dia sanggup menolong kita.

-        Fisik, tubuh jasmani.
Di dalam Alkitab ada begitu  banyak ayat yang berbicara tentang Allah yang sanggup menyembuhkan tubuh jasmani kita. Bisa melalui obat maupun air. Di 1 Tim 5:23 jangan lagi minum air saja melainkan tambahkanlah anggur sedikit. Mat 9:12 bukan orang sehat yang memerlukan tabib tapi orang sakit. Tuhan bisa menyembuhkan tubuh jasmani kita melalui obat, dokter atau tabib. Tetapi Dia bisa menyembuhkan tanpa melalui obat.
Tahun 2016 saya mengalami pergumulan berat. Ketika itu saya merasa sakit di lambung lalu diperiksa oleh dokter. Ternyata ada kanker di usus saya. Bersyukur baru stadium 2. Ketika itu saya hanya berdoa,”Tuhan tolong!  Saya percaya Tuhan sanggup menyembuhkan saya sekalipun tanpa dokter dan tanpa memakai obat karena Engkau Allah adalah Allah yang berotoritas. Engkau sanggup menciptakan tubuh ini dari tidak ada menjadi ada. Engkau juga sanggup menyembuhkan saya.” Setelah berdoa demikian,  saya tidak pasif. Di satu sisi, saya berdoa mempercayakan penyertaan,  pimpinan dan arahan Tuhan. Tetapi di sisi yang lain, Tuhan juga memberikan hikmat kepada saya. Obat yang Tuhan anugerahkan melalui para ahli yang menemukannya. Saya ke rumah sakit di Taiwan , saya dikemo dan diradiasi sebanyak 20 kali selama sebulan. Sebulan kemudian diperiksa kankernya  mengecil. Lalu baru dijalani operasi sekitar Nov-Des 2016. Setelah operasi seminggu kemudian, saya diijinkan pulang. Diperiksa lagi dan dokter mengatakan, “Kamu sudah sembuh. Tidak ada lagi ditemukan sel kanker di dalam tubuh kamu.” Saya katakan,“Dokter, terima kasih. Tuhan sudah sembuhkan saya melalui dokter” karena dokter itu belum percaya Yesus dan sekaligus agar menjadi satu kesaksian. Saya mengalami Yehova Rapha dalam hidup saya. Ketika didiagnosa oleh dokter, saya kena kanker yang paling ganas, sehingga ada perasaan khawatir dan cemas. Itu natur manusia. Waktu didiagnosa seolah-olah dunia sudah kiamat dan merasa tidak ada harapan lagi. Tetapi saya tetap percaya hidup-mati saya di tangan Tuhan. Saya berdoa dan bertindak berdasar iman dan Tuhan mendatangkan penyembuhan secara jasmani. Tuhan sanggup memulihkan tubuh kita kalau Dia mau. Kalau pun tidak, itu pun ada anugerah Tuhan. Rasul Paulus berdoa, “Tuhan, cabutlah duri dalam dagingku.” Tetapi Tuhan menjawab,”Cukuplah kasih karuniaKu bagimu.” Rasul Paulus tidak sembuh. Banyak penafsir mengartikan duri dalam daging di tubuh Rasul Paulus adalah bicara tentang penyakit di tubuhnya yang diperkirakan sakit mata. Tuhan menjawab,”Justru dalam kelemahanmu lah kuasaKu bekerja.” Rasul Paulus  tidak sombong di tengah pelayanan kepada Tuhan. Saat berdoa, kita jangan pernah memaksa Tuhan (pokoknya harus sembuh kalau tidak saya buang Tuhan). Itu bukan praktek hidup orang beriman tetapi praktek hidup orang penyembah berhala. Ketika bergumul dari sakit penyakit, kita berobat dan , dan kembalikan hasil akhirnya kepada Tuhan. Dialah Yehova Rapha. Ia sanggup menyembuhkan dan Ia juga sanggup untuk tidak menyembuhkan. Kalau memang lewat penyakit itu, Tuhan mau menjemput kita pulang ke rumah Bapa di sorga, mengapa tidak? Pulang ke rumah Bapa di surga akan sangat menyenangkan karena kita meninggalkan penderitaan dan airmata di dunia. Di sorga tidak ada air mata dan penderitaan (daripada kita sudah sakit-sakitan dan berobat). Berdoa dan pasrahkan semuanya kepada Tuhan maka selanjutnya Tuhan yang berkarya. Tetap percaya Dia Tuhan itu baik dan sanggup menolong kita.

-        Spiritual.
Kesembuhan rohani paling penting. Manusia berbuat dosa dan akibatnya kehilangan kemuliaan Allah. Ia mengalami kematian tetapi Tuhan memberikan anugerah. Yes 1:18 Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Maz 103:12. Allah yang sanggup memulihkan kita. 1 Pet 2:24b Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Kesembuhan secara rohani, dosa kita dihapus dan kita diciptakan menjadi ciptaan dan manusia baru di dalam Kristus. Ini kesembuhan yang dianugerahkan oleh Yehova Rapha. Ketika bicara “Allah menyembuhkan” tidak berarti sekedar hal fisik yaitu penyembuhan fisik , tetapi bicara hal yang lebih besar (kesembuhan emosi, fisik dan rohani). Tuhan bisa mengubah benda mati apapun untuk mendatangkan kebaikan untuk kita. Pertanyaan bagi kita : bagaimana kita mengalami Tuhan yang menyembuhkan kita?

Bagaimana Mengalami TUHAN yang menyembuhkan?

1.     Apapun situasi dan kondisinya, tetap percaya Allah setiap saat !
-          Keluaran 14:31 “Ketika dilihat orang Israel betapa besarnya perbuatan yg dilakukan Tuhan…mereka percaya kepada Tuhan dan kepada Musa hambaNya”. Siapa itu mereka? Mereka adalah orang-orang Israel  yang melihat dengan mata sendiri bagaimana Tuhan membelah air laut Teberau menjadi dua dan mereka berjalan di tengah-tengah tanah yang kering itu dan dikatakan mereka percaya kepada Tuhan dan kepada Musa, hambaNya. Ini adalah iman karena melihat bukti.
-          Namun ketika iman diuji, mereka tidak lulus ujian. Iman mereka dikalahkan oleh krisis. Ada ujian iman jadi jangan letakkan iman di atas fondasi mujizat. Yesus hidup melayani selama 3,5 tahun di dunia melakukan begitu banyak mujizat dan karya agung. Tapi apakah membuat Yudas yang menyaksikannya beriman dan bertobat? Tidak! Walau banyak mujizat yang Yesus tampilkan disaksikan oleh orang Farisi dan ahli Taurat,  berapa banyak yang percaya padaNya? Tidak banyak ! Bahkan pada Yoh 6 Yesus memberi makan 2 roti dan 5 ikan kepada lebih dari 5000 orang. Mereka berbondong-bondong ikut Yesus dan Yesus berkata, “Kalian mengikut Aku karena kalian melihat mujizat. Kalian makan roti sampai kenyang. Bekerjalah bukan untuk soal makanan tetapi percayalah kepadaKu , roti hidup yang menghidupkan.” Yoh 6 ayat terakhir : begitu banyak murid yang meninggalkannya mulai hari itu karena meletakkan imannya di atas mujizat. Kita tidak anti mujizat. Kita percaya mujizat. Tuhan sanggup bekerja di alam natural. Mujizat adalah Allah berintervensi di tengah-tengah alam natural. Air yang pahit diubah menjadi manis. Ia adalah Allah yang super natural. Iman kita tidak diletakkan di atas mujizat tetapi diatas fondasi Yesus Kristus.
-          Tetaplah percaya bahwa Allah sanggup menolong anda. Kalau Dia telah mengubah air pahit jadi manis; air biasa menjadi anggur (Yoh. 2:1-10), Dia juga sanggup menolong kita. Mari letakkan iman kita bukan di atas sesuatu yang rapuh tetapi di atas gunung batu karang yang teguh yaitu Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Tetap percaya apapun pergumulan dan kesulitan. Saat mengalami goncangan ekonomi, keamanan, politik, sakit-penyakit, mari fokuskan iman pada Yesus Kristus. Iman adalah dasar segala sesuatu yang kita harapkan. Kalau kita harapkan sembuh, kita percaya Tuhan sanggup menyembuhkan. Kita berharap usaha kita diberkati Tuhan, apa dasarnya? Kita percaya, Dialah Allah  sumber segala berkat. Burung di udara Dia pelihara, bunga di ladang Dia dandani. Saya biji mataNya. Kalau demi saya, seorang manusia berdosa, Dia korbankan diriNya dan darahNya Dia tumpahkan di kayu salib, masa untuk kehidupan, makanan dan minuman Ia tidak sanggup berikan? Apa yang saya harapkan? Ada yang berkata,”Saya harapkan punya teman hidup tahun depan”. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Percayakan kepada Tuhan. Apa pengharapan kita? Tidak baik manusia seorang diri (Kej 2:18) Tuhan akan menyediakan yang terbaik sesuai dengan waktuNya Tuhan. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Kita belum pernah lihat sorga. Kalau sudah pernah pergi dan melihat sorga, kita tidak mau lagi kembali ke bumi. Mengapa saya percaya walau belum pernah lihat? Karena ada buktinya : Tuhan yang punya sorga turun ke dunia dalam diri Yesus. Yoh 3:13 tidak ada seorang pun turun dari sorga kecuali Yesus, anak Allah yang turun dari sorga ke bumi. Ia memperkenalkan sorga kepada saya dan saya percaya kepadaNya karena Ia tidak pernah berdusta. Sekali berkata “ya” tetap “ya”. Ia komitmen dan konsisten dengan perkataanNya maka saya percaya. Ini adalah fakta iman. Iman kita berfokus pada pribadi Allah yang baik , tidak pernah bohong, konsisten, setia dan mengasihi kita dan ingin menolong kita.

2.     Apa pun situasi dan konsinya, tetap berdoa setiap saat.

Di tengah kondisi umat Israel bersungut-sungut kepada Tuhan, Musa tetap percaya dan berdoa kepada Tuhan. Apa yang membedakan Musa dan umat Israel padahal sama-sama menyaksikan karya agung dan mujizat Tuhan? Yang lain bersungut-sungut kepada Tuhan tetapi Musa tampil beda. Karena Musa punya iman. Iman Musa mendorong dia percaya dan berdoa. Dan itu sudah dialaminya melalui sebuah proses perjalanan hidup. Musa memiliki kerohanian yang jatuh bangun. Ketika dikejar oleh tentara Firaun di pinggir Laut Merah, Musa berdoa lalu Tuhan katakan, “Pakai tongkatmu! Angkat tongkatmu!” Musa praktekkan Firman Tuhan. Maka pada saat yang sama, Tuhan menyatakan mujizatNya. Sama-sama melihat dan mengalaminya tetapi bedanya Musa memiliki iman yang dinyatakan melalui doa. Musa berseru-seru kepada Tuhan dan Tuhan menunjukkan kepadanya sepotong kayu dan Musa melemparkan kayu itu ke dalam air, lalu air itu menjadi manis” (ay. 25). Ketika kita menghadapi pergumulan, ingatlah bahwa kita punya Allah yang lebih besar dari pergumulan kita. Ialah sumber kekuatan dan solusi kita untuk mengatasi masalah kita. Matius 11:28 Yesus berkata, “Mari kepadaKu engkau yang letih lesu dan berbedan berat.” Penyebab letih lesu dan beban berat bisa karena pekerjaan, kehidupan atau sakit penyakit. Tuhan Yesus Kristus berkata,”Siapa yang meminta dia diberi, Siapa yang mencari mendapat, siapa yang mempercayai, maka semua diberikan.” Mat 7:7-10 . Itu adalah sebuah jaminan bahwa Tuhan mau kita datang kepadaNya. Ia mau dan bersedia menolong kita karena Dia adalah Tuhan di atas segala tuhan dan Raja di atas segala raja. Ketika menghadapi pergumulan, kita datang kepada Tuhan dan kita doakan kesulitan yang dihadapi. Percayalah Tuhan akan menolong kita. Doa adalah sumber kekuatan dan solusi mengatasi masalah hidup

Sebuah kesaksian dari Perang Dunia ke 2. Ada seorang tentara Amerika yang terpisah dari unitnya di sebuah pulau di Pasifik. Karena pertempuran sangat gencar penuh asap dan tembakan, dia terpisah dari rekan-rekannya. Sementara dia sendirian di dalam hutan, dia mendengar tentara musuh mulai mendekati tempat persembunyiannya. Berusaha untuk bersembunyi, dia mulai naik ke sebuah bukit dan menemukan beberapa gua di sana. Secara cepat dia merangkak masuk ke dalam salah satu gua. Dia merasa aman untuk sementara, namun dia menyadari jika tentara musuh melihatnya merayap ke atas bukit, mereka pasti akan segera memeriksa semua gua dan membunuhnya. Dalam gua itu, dia mulai berdoa kepada Tuhan,” Tuhan, jika ini kehendak-Mu, tolong lindungi aku. Apapun yang terjadi, aku tetap mencintai-Mu dan mempercayai-Mu. Amin.”  Setelah berdoa, dia bertiarap dan mulai mendengar tentara musuh mulai mendekatinya. Dia mulai berpikir,”Baiklah, aku kira Tuhan tidak akan menolongku dari situasi ini.” Kemudian dia melihat seekor laba-laba mulai membangun jaring di depan gua persembunyiannya. Sementara dia mengawasi dan mendengar tentara musuh yang sedang mencarinya, lala-laba itu terus membentangkan benang-benang jaring di pintu masuk gua.  Dia terkejut dan berpikir,” Yang aku butuhkan sekarang adalah sebuah tembok pertahanan, mengapa Tuhan malah memberi sebuah jaring laba-laba. Pasti Tuhan sedang bercanda.”Dari kegelapan gua, dia melihat musuh mulai mendekat dan memeriksa setiap gua. Dia bersiap-siap untuk melakukan perlawanan terakhirnya, namun ada yang membuatnya heran karena tentara musuh hanya melihat sekilas ke arah gua persembunyiannya setelah itu mereka pergi begitu saja. Tiba-tiba dia menyadari bahwa ternyata jaring laba-laba yang ada di pintu gua telah membuat gua itu terlihat seperti belum ada seseorang yang memasukinya. Karena kejadian itu, dia berdoa dan minta ampun kepada Tuhan karena sudah meragukan pertolongan Tuhan.” Tuhan, ampunilah aku. Aku lupa bahwa di dalam Engkau, jaring laba-laba menjadi lebih kuat dari dinding beton.”

Ketika menghadapi situasi yang sulit, sesungguhnya Tuhan bekerja dengan cara yang luar biasa. Bersama manusia mustahil tetapi bersama Allah tidak ada yang mustahil. Ketika berdoa, mungkin jawaban Tuhan bagi kita tidak masuk akal. Minta perlindungan , tetapi dikrim laba-laba kecil. Tapi justru lewat laba-laba kecil yang membuat jaring di depan goa, itu cara Tuhan melindungi prajurit itu dari kematian. Apapun kesulitan kita, jangan lupa berdoa. Tuhan akan pimpin dan bukakan jalan. Ketika saya sakit dan rencana untuk berobat dan operasi di Jakarta. Tapi ada second opini untuk operasi di luar negeri. Saya tidak bayangkan kalau operasi di Jakarta. Waktu ditemukan sakit kanker, dokter sarankan untuk cepat-cepat dioperasi di RS Dharmais.   Tetapi di luar negeri, kebalikannya. Tidak boleh cepat-cepat diganggu tetapi harus dilokalisir dulu melalui kemo dan radiasi. Setelah akar-akar kanker dilokalisir, dikecilkan maka saat tinggal sedikit baru dibuang. Metode berbeda. Saya percaya Tuhan campur tangan sehingga ada solusi yang baik untuk saya.

3.     Tetap taat pada Allah setiap saat.

Ayat 26 “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan Allahmu dan melakukan apa yang benar dimataNya….”. Maka Tuhan tidak akan menimpakan sakit-penyakit manapun , 10 tulah yang ditimpakan kepada orang-orang Mesir. Ini adalah janji bersyarat. Jika kamu taat dan dengar Firman Tuhan , maka Tuhan akan mengerjakan hasilnya. Dia tidak akan menimpakan sakit-penyakit karena Dialah Yehova Rapha. Janji ini menunjukkan bahwa Allah lebih ingin menyembuhkan umatNya daripada menimpakan penyakit dan kesusahan atas hidup kita  (Mzm. 103:3). Syarat kesembuhan: Hidup TAAT.  Ia adalah Allah Bapa yang baik  yang tidak mau menimpakan penyakit kepada kita. Justru Ia ingin menyembuhkan kita. Maka kita jangan pernah berprasangka buruk kepada Tuhan ketika ditimpa masalah dan diijinkan mengalami ujian iman (sakit-penyakit, kegagalan, kesulitan ekonomi apapun) maka tetap percaya. Faith adan prayer both are invisible but they make impossible things possible. Iman dan doa keduanya tidak kelihatan. Tetapi iman dan doa bisa membuat hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kita harus memiliki iman dan kita harus berdoa. Iman tidak cukup kalau tanpa perbuatan. Perbuatannya adalah kalau kita berdoa. Ini bagian kita.

Apakah saudara sudah MENGENAL  Allah? Apa buktinya bahwa saudara mengenal Dia dengan benar?
Sudah berapa lama kita menjadi Kristen? Apakah kita sudah mengenalNya? Apakah cukup tiap minggu kita ke gereja, memuji Tuhan dan berdoa? Apakah cukup kita di rumah ikut berdoa dan pelayanan? Pengenalan kita kepada Tuhan , bukan hal-hal itu yang menjadi faktor penentu.
Hosea 4:6, “UmatKu binasa karena tidak mengenal Allah, karena engkaulah yg menolak pengenalan itu, maka Aku menolak engkau menjadi imamKu dan karena engkau melupakan pengajaran AllahMu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu”.

Jehovah Rapha dan Implikasi Praktis
-        Mari kita hidup selalu berorientasi pada kehendak Allah, hidup memuliakan Tuhan  (1 Kor 10:31)
-        Hidup takut dan hormat kepada Allah di dalam kebenaran & kekudusan (Mat. 10:28).
-        Percaya dan libatkan Allah ketika membuat rencana (Yak. 4:13-17).
-        Selalu bersyukur kepadaNya (1Tes. 5:18).
-        Memberi kita kekuatan dan penghiburan. You’re never alone, God is always be with you (Mat. 28:20). Kita tidak pernah sendirian. Dia selalu menyertai kita.
-        Selalu berpikir dan bertindak seperti yang Tuhan mau, bukan seperti yang kita mau. Tuhan mau menguji umatNya di padang gurun, tetapi di sisi lain umatNya tidak mau. Mereka marah kepada Tuhan. Itu sebabnya kita butuh ketaatan kepada Tuhan.
-        Selalu percaya dan sandar kepada Tuhan.

Yehova Rapha adalah Allah Maha Tahu, Maha Kuasa, dan Maha Hadir setiap waktu dan tempat di manapun kita berada.
1.     Karena itu, apapun kesulitan yang dihadapi (sakit, krisis keuangan, kekecewaan, kesepian), tetap kuat tetap percaya dan andalkan Tuhan.
2.     Hidup selalu dalam ketaatan. Jangaan berbuat dosa lagi karena Allah Hakim yang adil selalu melihat apa yang kita lakukan.
Penutup

Kiranya firman menolong kita untuk sungguh-sungguh menyerahkan seluruh pergumulan hidup kita kepada Tuhan. Kita bisa mengalami Yehova Rapha melalui 3 T (tetap percaya, tetap berdoa dan tetap taat apa pun situasi yang dihadapi). Maka Tuhan Yehova Rapha, Allah Immanuel menyertai kita di mana pun kita berada dan kapanpun Dia siap menolong. Saya mengalami pertolongan itu dan saudara juga bisa mengalaminya.