Sunday, June 23, 2013

Membangun Karakter

Pdt Karyanto

Roma 12:2 (FAYH)
Jangan kita meniru tingkah laku dan kebiasaan dunia ini, melainkan jadilah orang dengan kepribadian yang sama sekali baru dalam segala perbuatan dan pikiran, niscaya, saudara akan mengerti dari pengalaman sendiri bahwa jalan-jalan Allah itu sempurna dan sunguh-sungguh memuaskan saudara.

Kita hidup di zaman krisis dan semakin tua. Ada isu tentang global warming di mana suhu di muka bumi semakin tinggi dan terjadi banjir yang hebat di mana-mana. Ada krisis keuangan. Eropa belum pulih benar dari krisis ekonomi dan pengaruhnya sampai ke Amerika, Asia dan Indonesia. Ada krisis moral. Apa yang dulu orang sembunyikan karena orang malu diketahui orang lain, sekarang diceritakan ke orang lain dengan bangga. Ada perubahan nilai-nilai moral dalam masyarakat. Ada krisis keluarga. Waktu saya akan meninggalkan SAAT, Pdt.  Paul Gunadi memberikan pesan,”Kalau sudah masuk ladang pelayanan dan diundang untuk khotbah di gereja-gereja tertentu biasanya ada majelis jemaat yang mendampingi. Orang itu mengorbankan waktu dan uang untuk pelayanan kepada Tuhan. Yang perlu diingat, belum tentu keluarga mereka harmonis. Bahkan tidak sedikit hamba Tuhan yang mengalami masalah dalam keluarga.” Tugas pendeta yang paling berat saat ini adalah memimpin pernikahan. Pendeta sangat ingin agar pasangan pengantin hidup bersama sampai maut memisahkan mereka. Ada krisis yang jarang orang sadar, yakni krisis identitas. Kalau ada seorang siswa, lebih banyak bernyanyi di karaoke, dibandingkan dengan memegang buku dan belajar maka siswa ini sedang mengalami krisis identitas. Harusnya ia lebih banyak belajar daripada karaoke. Kalau seorang ibu lebih banyak jalan-jalan di mal atau bergosip dengan tetangga lain dibanding mengurus rumah tangganya, maka ibu ini sedang mengalami krisis identitas. Ibu Kristen tidak patut membuang waktu seperti itu. Ia bisa menggunakan waktunya untuk membesuk dan mendoakan jemaat. Kalau ada seorang ayah lebih banyak di bar dan bertingkah seakan-akan belum berkeluarga, ketimbang pulang ke rumah berkumpul dengan istri dan anak-anak, maka suami ini sedang mengalami krisis identitas. Banyak orang Kristen sedang mengalami krisis idenitas. Tingkah laku, tutur kata dan caranya berpikir mirip dengan orang dunia ini.

Friedrich Nietzsche (1844-1900) berkata, “Christians must show me they are redeemed, before I will believe in their Redeemer.” (Orang Kristen harus menunjukkan kepada saya bahwa mereka telah ditebus, baru saya percaya kepada Penebus mereka). Nietche adalah seorang profesor filologi (ilmu yang meneliti kertas kuno), anak seorang pendeta dan  ahli filsafat. Saat dewasa ia mengkritik dan mengecam gereja dan orang Kristen. Ia diberi gelar Sang Pembunuh Tuhan. Ia melihat kehidupan orang Kristen yang tidak berbeda dengan kehidupan non Kristen. Ia ingin orang Kristen menunjukkan kehidupan yang berbeda baru ia akan percaya kepada Penebusnya. Kita juga mengalami hal ini dalam kehidupan sehari-hari. Kekristenan mati bukan karena hamba Tuhan ditangkap, dipenjarakan, dan dibunuh atau karena gereja Tuhan dipalang atau disegel, Alkitab dibakar, dirobek, diinjak dan diludahi tetapi karena orang-orang Kristen hidupnya tidak berbeda dengan orang-orang dunia ini. Tuhan Yesus berkata, kamu adalah garam dunia. Kalau garam itu telah kehilangan rasa asinnya (fungsinya), tidak ada lagi gunanya.

Roma  12:2 versi bahasa Inggris, “Do not be conformed to this world, but be transformed by the renewing of your minds, so that you may discern what is the will of God – what is good and acceptable and perfect.” Ada 2 tipe orang Kristen yaitu : yang sama (serupa) dengan dunia ini. Apa yang teman dan tetangga lakukan, ia juga melakukannya. Tipe kedua, orang Kristen yang selalu mengalami transformasi, (perubahan dari waktu ke waktu) sehingga  orang bisa melihat perubahannya. Kita termasuk yang mana? Kita melakukan profesi dengan cara yang sama dengan dunia atau selalu mengalami perubahan?
Paulus berkata, “Janganlah engkau menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah (=bermetamorfose) dengan pembaruan budimu.” Kata berubah yang dipakai disini adalah metamorphosis yakni dari telur, menjadi larva lalu berubah menjadi mahluk dewasa. Perubahan yang dimaksud bukan dari yang baik menjadi jelek, tetapi perubahan yang semakin hari menuju ke kedewasaan dan keindahan. Dulu giat melayani tetapi sekarang tidak lagi melayani Tuhan. Dulu ikut Tuhan dengan setia, sekarang tidak peduli lagi dengan Tuhan. Yang dimaksud Paulus bukan seperti ini. Kalau dulu ditakuti di kampungnya (preman), pencuri, tetapi ia sekarang berubah menjadi anak Tuhan yang menjadi kesaksian. Itu yang dimaksudkan oleh Paulus dengan berubah yang menjadi mahluk yang dewasa.  Mungkin ada yang baru setahun, sudah 5 tahun, 15 tahun atau 50 tahun menjadi Kristen. Apakah orang-orang di sekitar kita  melihat hidup kita berubah? Perubahan yang dimaksudkan di sini bukan perubahan yang instan tetapi perubahan yang terjadi melalui hubungan kita dengan Yesus Kristus (lahir baru). Waktu kita mengaku percaya, menerima Tuhan Yesus Kristus, maka dikatakan kita mengalami kelahiran baru. Apa yang menjadi harapan kita saat dokter mengatakan, “Selamat ya Pak , istri bapak hamil.” Sebagai seorang suami Kristen berdoa, agar janin dapat tumbuh sehat dan normal dan pada waktunya dapat dilahirkan dengan baik. Lalu ia bertumbuh dan berguna bagi Tuhan. Tetapi bila anak kita waktu lahir beratnya 3 kg dan kemudian beratnya menurun maka sebagai orang tua kita menjadi cemas (khawatir). Atau bila anak teman yang berusia sebaya sudah bisa berjalan sedang anak saya tergeletak di ranjang, sebagai orang tua, kita sedih sekali. Demikian juga dalam kehidupan rohani kita, pada waktu kita lahir baru. Allah Bapa ingin anakNya mengalami pertumbuhan demi pertumbuhan. Sampai suatu saat kita berjumpa muka dengan muka sebagai orang dewasa. Kalau orang mengenal kita dulunya memiliki temperamen yang kasar, gampang cemas atau pelit setelah ikut Tuhan sekian tahun mendengar firman Tuhan , rajin ke gereja, membaca Alkitab, berdoa dan bergumul di hadapan Tuhan, apakah orang melihat kita berubah, memiliki ketenangan-kedamaian dalam Tuhan atau murah hati. Banyak orang Kristen yang tidak mengerti pokok keyakinan ajaran yang paling dasar dari Kristus. Salah satu perubahan yang diinginkan, kita semakin mengenal Tuhan. Kita semakin mengenal isi hatiNya. Kita semakin mengenal keyakinan yang pokok. Dulu kita tidak mengerti apa maksudnya, namun setelah menjadi Kristen sekian lama, ikut PA, membaca buku, apakah hidup kita berubah. Itu yang dimaksudkan oleh Paulus. Tetapi ada satu lagi yang paling penting yakni perubahan dari kekudusan kita. Kalau ada 1 orang Kristen dari waktu ke waktu , tidak bertumbuh dalam pengertian tentang kekudusan, maka kemungkinan ada sesuatu yang tidak beres dalam kehidupan Kristennya. Kalau ada yang melayani sekian tahun, tetapi tidak bisa membedakan mana yang Tuhan kehendaki dan mana yang tidak, ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup kekristenannya. Seorang anak Tuhan, dengan Roh Kudus yang ada dalam diri dan diperlengkapi dengan firman Tuhan, kalau pertumbuhannya normal, maka semakin hari semakin sensitif, mana yang Tuhan kehendaki.

Sebuah gedung yang terkenal di Inggris Westminster Abbey. Di sisi Utara biasanya diselenggarakan pernikahan-pernikahan kerajaan. Tetapi di gedung ini juga dimakamkan tokoh-tokoh terkenal. Misalnya : Isaac Newton (fisikawan), Charles Darwin, misionari terkenal dan sangat cinta Tuhan David Livingstone. Ia pergi melayani sebagai misionari di Afrika. David Livingstone dari kerajaan Inggris pergi ke Afrika. Karena begitu mengasihi orang Afrika, ia menulis wasiat, “Nanti kalau saya meninggal, bedah dan ambil jantung saya. Tanamkan di Afrika dan bawa jasad saya ke Inggris.” Dan ia pun dimakamkan di sana. Demikian pula dengan salah seorang teman saya dari Filipina yang melayani di UPH setelah sebelumnya menjadi dosen di SAAT dan STT Reform. Ia datang sebagai misionari dan pernah tinggal di Toraja, Pematang Siantar dan ditahbiskan sebagai pendeta di tanah Toraja. Terakhir ia koma, tetapi sebelum ia meninggal, ia sudah menyampaikan keinginan hatinya, “ Nanti kalau saya meninggal, tolong dikremasi, sebagian abunya dilarung di salah satu sungai di Toraja, dan sebagian lagi tolong bawa ke Filipina.” Di atas batu nisan seorang uskup Anglikan tertulis,”Ketika aku masih muda, bebas, dan imajinasiku tanpa batas, aku bermimpi untuk mengubah dunia. Saat aku tumbuh dewasa dan semakin bijak, aku sadari betapa sulit untuk mengubah dunia ini, lalu aku putuskan untuk mengubah negaraku. Tapi sama saja, aku juga tak dapat mengubahnya. Ketika usiaku semakin senja, dalam satu upaya terakhirku, aku berusaha untuk mengubah keluargaku, orang-orang terdekatku, tapi akupun tak dapat mengubahnya. Dan sekarang saat aku terbaring di ranjang dan menyadari mungkin untuk pertama kalinya, bahwa kalau aku dapat mengubah diriku sendiri, kemudian dengan contoh perubahan dari diriku dapat mempengaruhi perubahan di keluargaku, dan dengan dengan dorongan dan dukungan mereka mungkin dapat membuat negaraku lebih baik, dan siapa tahu, aku juga dapat mengubah dunia ini.”

Tuhan memanggil kita untuk berubah menuju kedewasaan, mari kita berubah mulai dari diri kita sendiri. Suami jangan menuntut istri berubah demikian juga istri. Orang tua jangan menuntut anak berubah terlebih dahulu , demikian pula sang anak. Mari kita berubah dari diri kita masing-masing. Jemaat tidak perlu menuntut majelis untuk berubah, mari mengubah diri masing-masing.

Sunday, June 16, 2013

Orang Tua Yang Bertanggung Jawab

Pdt. Yanvantius Tulai, M. Th

Ayub 1
1  Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.
2  Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan.
3  Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.
4  Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka.
5  Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.
6   Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis.
7  Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi."
8  Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan."
9  Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?
10  Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.
11  Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."
12  Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.
13  Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,
14  datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya,
15  datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
16  Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
17  Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
18  Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,
19  maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."
20 Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah,
21  katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"
22  Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.

Tanggung jawab orang tua sangat besar. Tidak semua orang tua bertanggung jawab. Itulah yang menyebabkan masalah sosial dalam masyarakat. Ketika bergumul menjadi orang tua yang bertanggung jawab, kita bisa bercermin pada tokoh Ayub. Ayub memiliki kualitas kehidupan rohani yang sangat ideal bagi orang tua. Ia orang yang saleh , jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Kualitas rohani dan moral dimiliki oleh Ayub yakni :

Ayub orang yang jujur dan berintegritas
Alangkah baiknya, bila seorang anak bangga karena orang tuanya beriman pada Tuhan, mempunyai moral yang sangat baik dan jujur. Allah bangga kalau mendengar ucapan itu dari anak kita. Anak akan beribadah dengan sepenuh hati. Ayub seorang yang jujur dan berintegritas. Integritas bersama antara yang dikatakan dan diperbuat tidak berbeda. Banyak orang yang pandai berbicara, bagus kata-katanya, tetapi berbeda dengan perbuatannya. Ada tokoh politik mengatakan “tidak” pada korupsi tetapi orang tersebut kemudian melakukan korupsi. Berarti tidak sama antara yang dikatakan dan yang diperbuat dan orang tersebut menjadi pasien KPK. Jujur itu penting. Jujur membuat orang percaya kepada kita.
Di Tiongkok pernah diadakan sayembara. Raja ingin merekrut pemuda yang berkualitas untuk istananya dengan syarat siapa yang menumbuhkan pohon bunga terbagus di pot bunga itulah yang akan melayani raja. Lalu benih dibagikan kepada para pemuda. Pemuda bernama Chang adalah seorang yang pintar sekali menanam bunga. Ia menaruh tanah di potnya. Bibit yang diberikan sang raja ditaruh di pot, dikasih pupuk, ditaruh di tempat yang cukup cahaya lalu disiram air. Tetapi ditunggu sampai 3 minggu ternyata tidak tumbuh. Akhirnya ia ganti tanahnya, digembur dan benihnya ditanam lagi. Ternyata tetap tidak tumbuh. Pada waktu yang ditetapkan, para pemuda menghadap raja membawa pot masing-masing. Banyak yang bawa pot dengan bunga warna warni. Chang berkata, “Saya minta maaf. Saya telah berusaha menanam tetapi tidak berhasil.” Semua orang mengira Chang pasti gagal. Namun  Raja mengatakan,”Saudara-saudara , justru pemuda Chang ini yang dipilih.” Pemuda lain protes, kenapa bukan mereka? Raja berkata,”Satu malam sebelum memberi bibit bunga, semua bibit saya rebus dalam air yang mendidih. Saya pastikan bunga itu tidak akan tumbuh. Yang lain-lain itu bohong semua karena mengganti bibitnya. Pemuda Chang seorang yang jujur. Saya senang dengan kejujurannya. Maka saya akan merekrutnya”.
Di dunia ini banyak orang pintar, trampil, tetapi yang dibutuhkan dunia adalah orang yang jujur dan benar. Pebisnis yang jujur.  Orang tua yang jujur dan  hidup dengan berintegritas. Ayub orang yang benar dan jujur di hadapan Tuhan.

Ayub berkomitmen memenuhi kebutuhan financial dalam keluarga. (Ayub 1:1-3).
Ayub dikaruniakan 10 orang anak. Keluarganya diberkati. Ia punya banyak sekali kambing, domba dan budak. Itu tidak terjadi secara kebetulan dan tiba-tiba. Tidak ada orang kaya yang mendadak. Mereka berjuang setengah mati.  Mereka bekerja keras. Itulah AYub. Ayub tidak hanya ingin berumah tangga, tetapi ia bertanggung jawab memenuhi kebutuhan finansial keluarganya. Ada orang yang gampang sekali meninggalkan keluarga dan tidak mau bertanggung jawab kepada keluarganya. Waktu pelayanan sebagai gembala, ada bertemu seorang pemuda berusia 16 tahun dan ingin kawin. Calon istrinya berumur 14 tahun.  Setelah menikah, hari-harinya diisi dengan keributan.  Mereka tetangga kami. Suatu waktu setelah pulang pelayanan, saya melihat wajah istrinya biru-biru karena gamparan suaminya yang pengangguran. Mau nikah tapi tidak mau bertanggungjawab. Sewaktu kuliah teologia di Malang, saya pernah pergi ke pasar, mencari tukang tambal sepatu. Ia seorang pria berusia 70 tahun. Saat itu di sampingnya ada anak kecil 2,5 tahun yang tidak punya baju dan celana, ingusnya meleleh, kudisan, perut buncit, dekil dan kumal. Ternyata anak tersebut adalah anak dari istrinya yang kelima. Orang ini memiliki ciri-ciri orang yang tidak bertanggung jawab. Ekonominya tidak baik tapi istrinya banyak sekali. Anaknya itu datang ke dunia tidak mau seperti itu. Ia mau supaya ada makanan dan pakaian cukup, bisa sekolah yang baik. Ayub memberi teladan dan bertanggung jawab bagi keluarga. 

Ayub seorang yang memperhatikan kebutuhan rohani anak-anaknya (ayub 1:5)
Selain bertanggungjawab memenuhi kebutuhan finansial, Ayub juga memperhatikan kebutuhan rohani anak-anaknya. Ia kuatir anak-anaknya berbuat dosa. Setiap hari ia memberi korban untuk anak-anaknya di hadapan Tuhan. Ia memberitakan Injil kepada anak-anaknya. Tidak terlalu menjadi soal bila anak tidak mengetahui tokoh terkenal dalam dunia seperti Tukul Arwana, Arya Wiguna, Eyang Subur atau SBY. Paling dianggap kurang pengetahuan. Tetapi kalau sampai anak tidak kenal Yesus Kristus, itu fatal. Karena tidak kenal Kristus, berarti tidak kenal keselamatan, binasa selama-lamanya. Jadi selain bisa memberikan fasilitas kepada anak-anak, mainan dan sekolah yang bagus, jangan lupa untuk memperhatikan kebutuhan rohani mereka. Membuat mereka beriman. Dalam diri manusia ada kehampaan dan kekosongan. Kekosongan itu hanya dapat diisi Tuhan Yesus saja. Banyak yang berhasil dan kaya, tetapi hidup tidak berpengharapan karena tidak ada Tuhan dalam hidup mereka. Di AS ada penelitian atas keturunan dari Max Jukes dan Jonatan Edward. Max Jukes adalah seorang ateis dan ia juga menikah dengan istri yang tidak percaya Tuhan. Bagi mereka Tuhan tidak perlu, yang penting sekolah dan cari duit. Ternyata keturunan dari keluarga Max Jukes : 310 orang yang mati sebagai gembel, 150 orang penjahat, 7 orang pembunuh dan 100 orang pembauk berat. Selain itu hampir separuh keturunan mereka menjadi pelacur dan 540 orang keturunan mereka menjadi beban negara. Memboroskan keuangan negara sekitar 6 juta $. Di kota yang sama hidup hamba Tuhan yang saleh, J Edwards (1703-1758) yang mendidik anaknya takut akan Tuhan. Keturunan dari keluarga Edwards : 13 orang rekor, 65 profesor. 3 senator, 30 hakim, 100 pengacara 60 dokter, 75 perwira angkatan darat dan laut, 100 penginjil dan pendeta, 60 penulis terkenal dalam disiplin ilmu masing-masing, 80 pemuka masyaratakat dan 195 alumnus universitas yang menjadi gubernur, menteri dan 1 wakil presiden. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pendidikan kerohanian terhadap keberhasilan keluarga. Ayub selain berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga memperhatikan kebutuhan rohani anak-anaknya. Ada 4 macam orang yakni kaya tapi tidak saleh, saleh tapi tidak kaya, tidak kaya juga tidak saleh dan kaya dan saleh. Ayub kaya raya dan takut akan Tuhan. Kita termasuk yang mana? Masih mending nomor 2 yakni saleh walau tidak kaya. Paling bagus, kaya raya dan cinta Tuhan luar biasa.

Ayub orang yang tegar dalam ujian iman.
Harta habis, anak meninggal. Dirinya kena sakit yang aneh. Itu penyakit borok yang melanda dari kepala sampai kaki. Penyakit Pemphigus Foliaceus. Istri Ayub tidak sayang Ayub lagi, ia minta Ayub kutuki Tuhan dan mati. Nyonya ini model “ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang”. Sudah tahu suami terpuruk , tidak dihibur. Malah disuruh kutuki Tuhan dan mati saja. Padahal saat diteguhkan dalam pernikahan, harusnya terus bersama dalam sehat sakit, seharusnya jangan suami sakit dibuang. Tetapi Ayub tetap tegar. Contoh : Ibu Susannah Wesley – A Godly Mother. Anaknya 19 orang. Setelah suaminya meninggal, ia mendidik anaknya dalam kesalehan dan ada 2 anaknya yang menjadi tokoh kekristenan yakni Charles dan John Wesley. Tiap malam ia membacakan cerita Alkitab untuk anak-anak. Pagi-pagi ia mendoakan anak-anaknya yang 19 orang. Beda dengan nyonya Ayub yang menyuruh Ayub mati. Banyak yang ketika masih muda , dunia bagai milik berdua.  Setiap hari berdua-duaan terus menerus. Tidak bisa berjauhan karena saling mencintai. Apalagi pengantin baru, istri dicium terus. Waktu kulit istri masih muda, diusap dan dicium terus. Bagi setiap calon pengantin, ingatlah bahwa perempuan di samping kamu akan menjadi jelek nanti. Yang penting hatinya. Kalau wajah berubah, kulit sudah keriput,  masih sayang tidak? Waktu suami masih ganteng, senyum menawan, gigi masih utuh, disayang. Tetapi saat sudah rontok satu per satu masih disayang? Seharusnya walau sudah jadi kungkung popo masih saling menyayangi. Masih ciuman. Sudah tua pun perlu ciuman. Dijaga kemesraan itu. Walau tIdak muda lagi, hati saling tetap menyayangi. Istri Ayub , melihat Ayub borok dan bau , harta habis maka habis pula cintanya. Ayub tidak mempersalahkan Allah. Dalam Ayub 2:10, Ayub berkata, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. Karena kesetiaan Ayub kepada Tuhan, Ayub dipulihkan Tuhan (Ayub 41:10-17). Hartanya dikembalikan 2 x lipat. Sahabat-sahabatnya datang, menghibur ,dan masing-masing memberi uang dan cincin. Ia mendapat 7 anak laki dan 3 anak perempuan sama dengan sebelumnya. Itu perlu sikap yang tegar dari orang tua.

Sikap anak terhadap orang tua
1.       Taatilah orang tua di dalam Tuhan, supaya bahagia hidupmu.
2.       Apapun kondisi ortu, hormati mereka . Kel 20:12; Ef 6:2. Apapun kondisi mereka, tetap hormat supaya hidup diberkati. Membantu mereka saat mereka sedang jatuh. Tetap hormat walau mereka bersalah. Roy Marten ditangkap karena narkoba, sikap keluarganya? Gading Martin,”Saya tetap hormat & respek kepada papa. Tetap kagum. Ada kekurangan yang dibuat, tidak mengurangi rasa hormat kepadanya.” Sikap ini membuat Roy Martin bangkit kembali. Maka anak harus hormat orang tua. Juga mama. Karena mama adalah God’s Agent yang telah bersusah payah bertarung dnegan maut. Hormati mereka.
3.       Jangan sakiti hati orang tua. Bawa mereka jalan-jalan. Ada orang yang saat orang tuanya hidup tidak dihiraukan, namun setelah meninggal bakar uang, kertas dll. Ada seorang ibu yang tinggal di rumah dan anaknya laki-laki bekerja. Ibu itu melihat tetangganya makan anggur impor dan dia ingin sekali. Lalu ia memberi tahu anaknya,  “Anakku, tetangga makan anggur rasanya enak sekali, bolehkah belikan mama sedikit? Mama ingin sekali.” Anaknya bilang, “Mama jangan pikir macam-macam. Anggur impor mahal.” Akhirnya si Ibu jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit. Pagi dan sore sebelum dan sesudah kerja ia besuk. Waktu itu ia ingat mamanya ingin anggur impor. Ia cari kemana-mana , namun tidak ketemu. Akhirnya ia berhasil juga mendapatkannya di sebuah toko buah dan ia membeli 2 kg sekaligus. Dengan  semangat ia membawanya dan berkata,”Mama ingin anggur impor kan? Mama makan ya.” Mamanya menjawab,” Anakku kenapa repot-repot, angur impor mahal.” Anaknya berkata, “Tidak apa demi mama tersayang, saya belikan.” Namun mamanya berkata,”Anakku, saat sakit, apa pun tidak enak. Anggur imporpun tidak enak!” Akhirnya ia tidak bisa mencicipi anggur impor. Maka selama orang tua hidup, perhatikanlah mereka. Jangan mendukakan hati orang tua.

Sunday, June 9, 2013

Kerukunan yang Indah

Ev Suwandi

Maz 133:1-3
1  Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.
3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.
1 Kor 13:4-6
4   Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
5  Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
6  Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.

Di suatu pulau ada seorang kepala suku yang memiliki 12 putra. Namun sayangnya mereka tidak bersatu (rukun) dan terus bertengkar. Sang kepala suku sangat sedih. Karena bila demikian mereka dengan mudah bisa diserang oleh suku lain. Dia berpikir lama dan akhirnya sakit parah. Dia tahu waktunya sudah tidak lama lagi. Lalu ke-12 anaknya dipanggil ke rumahnya. Ketika mereka datang, dengan suara lembut ia berkata, “Kalian semua pergi mencari 1 buah panah.”  Lalu anak-anaknya pergi dan masing-masing kembali dengan 1 panah. Ayahnya berkata,”Coba kamu patahkan panah ini!” Lalu kedua belas anaknya  mematahkan panah mereka masing-masing. Setelah itu sang ayah memerintah mereka untuk mencari 1 anak panah lagi. Anak-anak ini mendengar perkataan ayahnya dan kembali dengan 1 anak panah lainnya. Sang ayah minta agar semua anak panah itu diberikan kepadanya lalu diikat menjadi satu. Lalu mereka diminta untuk mematahkannya. Satu per satu mematahkannya dan tidak dapat melakukannya. Sang ayah berkata bahwa nasihat dari panah ini adalah agar semua anak-anaknya berkumpul  jadi satu. Ini sangat penting. Saat anak panah tersebut digabungkan, mereka menjadi sangat sulit dipatahkan. Kalau dapat semua anaknya bersatu, mereka dapat menjadi satu suku bangsa yang kuat. Demikian juga orang Kristen, Tuhan mau kita hidup bersatu. Untuk menjadi satu kita perlu kerukunan. Demikianlah dikatakan di Maz 133. Ketika orang Yahudi merayakan hari besar mereka kembali ke Israel, sehingga keadaannya sangat ramai sekali. Jalan-jalan raya menjadi sangat sempit. Beribu-ribu orang ada di sana. Sehingga penduduknya bisa bertengkar dan sangat cepat naik darah. Dengan demikian, Mazmur 133 ini selalu dibacakan dan dinyanyikan untuk mengingatkan bahwa setiap orang Israel adalah saudara. Mereka telah diselamatkan dari Mesir, melewati laut merah , berjalan di gurun pasir dan mendapat perintah Allah dari gunung Sinai. Demikian pula dengan orang Kristen. Latar belakang, pendidikan, cara hidup, suku bangsa, kedudukan kita tidak sama. Tetapi di dalam Kristus kita adalah saudara. Karena kita sudah diselamatkan dari dosa oleh Tuhan Yesus. Maka pemazmur mengatakan, kita harus hidup rukun. Rukun adalah damai. Tidak saling mencela. Tidak ada perdebatan. Rukun tidak ada persaingan dalam jangka waktu yang lama. Kalau mau rukun, di dalam hati tidak ada permusuhan, kebencian, cemburu. Sehingga dalam berhubungan dengan keluarga dan orang lain sangat penting sekali , jangan sampai tidak rukun (timbul pertengkaran / perselisihan).

Pemazmur mengatakan bila bisa hidup dalam kerukunan alangkah indahnya dan baik. Baik dalam kualitas hidup hidup rukun. Ketika kita hidup rukun, itu berarti kebaikan. Bila hidup rukun , kita bisa melihat perkara yang indah. Kita berharap bisa hidup rukun dengan orang lain. Tidak setiap orang bisa hidup rukun. Kita tahu, di dunia ini Tuhan menciptakan kita dengan karakter, sikap dan latar belakang yang berlainan. Maka saat berhubungan dengan orang lain, biasanya akan terjadi perselisihan. Itu adalah hal yang biasa. Apakah kita bisa dapat mengontrol agar dapat hidup rukun dengan orang lain karena kita diciptakan dengan berlainan sehingga rentan terjadi perselisihan. Tuhan menciptakan kita berlainan supaya kita berusaha bagaimana bisa hidup dengan rukun. Tetapi ternyata banyak yang tidak bisa hidup rukun dengan orang lain. Suami tidak rukun dengan istri. Banyak orang tua tidak hidup rukun dengan anaknya. Banyak keluarga tidak hidup rukun dengan tetangganya. Juga dalam gereja. Banyak hal terjadi. Ini karena banyak orang merasa dirinya sombong, merasa lebih baik dari orang lain, tidak perlu ditolong orang lain. Banyak yang egois, apa yang akan dia dapatkan dari hal-hal yang dikerjakan. Karena egois tidak dapat hidup rukun, terjadi pertengkaran selalu merasa diri orang terpenting dan terhebat.  Tetapi pemazmur mengatakan, ketika kita bersatu kita harus hidup dengan rukun. Karena kita saudara seiman, telah ditebus oleh Tuhan.

Bagaimana bisa hidup rukun?
Kita harus mengerti, setiap kita yang sudah ditebus, mempunyai kasih Tuhan. 1 Kor 13:4-6 tentang kasih. Firman Tuhan sering mengajar kita tetang kasih kepada Tuhan dan manusia. Kasih sangat penting adanya membuat kita hidup rukun dengan orang lain. Saat mengasihi orang lain, kita dapat hidup rukun damai. Betapa baik dan indahnya. Selain kasih, kita juga harus mengampuni orang lain. Dengan latar belakang, sikap, pendidikan yang berlainan, terjadi gesekan. Kita merasa orang lain menyakiti kita, dan kita tidak sadar menyakiti orang lain sehingga untuk hidup rukun, kita harus mengampuni orang. Petrus bertanya berapa kali harus mengampuni orang? Biasanya orang Yahdui mengampuni 3 kali sudah cukup. Than Yesus berkata bahwa bukan hanya 3 kali tapi 70x7 yaitu harus  terus menerus mengampuni orang lain. Kita tidak bisa mengampuni orang lain, sehingga tidak bisa hidup rukun. Kita sering menyimpan kesalahan orang lain. Kita tidak dapat hidup rukun dengan orang lain. Kita harus mempunyai hati untuk mengampuni orang lain.
Ketiga, kita tidak boleh memiliki hati yang egois. Filipi 2, kita menjadi hati kita hati Tuhan punya rupa dari Allah. Tetapi dia tidak mempertahankannya. Dia merendahkan dirii, mengambil rupa Allah, taat kehendak Tuhan. Ia sendiri Tuhan. Tetapi Tuhan Yesus mau datang ke dunia untuk mati di kayu salib. Ia bukan orang yang egois. Ia mau rendah hati. Contoh : ada jembatan sempit yang hanya dilalui 1 kambing. Di kiri dan kanan  jembatan ada jurang yang dalam. Kedua kambing berdiri di situ tidak tahu harus bagaimana. Mereka berhenti sebentar. 1 Kambing lalu tiarap duduk saja. Ia memberi kode  agar kambing lainnya melewati badannya sehingga kedua kambing ini selamat. Kalau tidak rendah hati untuk tiarap, kita akan melihat kedua kambing berkelahi dan jatuh ke jurang.
Demikian juga dengan hidup, kita harus rendah hati, menghargai orang lain. Baru bisa hidup rukun. Tuhan tidak mengharapkan kita untuk hidup tidak rukun. Pemazmur berkata, kalau hidup rukun, alangkah baik dan indahnya. Ia mengambil contoh : Harun. Menggambarkan bagaimana baik dan indahnya. Ketika Harun dinobatkan menjadi imam, ketika ia diurapi, dari kepala mengalir ke jenggotnya minyak yang baik dan mahal. Kalau kita hidup rukun, dalam persekutuan, di dalamnya pasti ada sukacita, tentram. Seperti embun di gunung Hermon, turun di gunung-gunung Sion. Gunung Hermon , gunung yang tinggi sekali. Di atasnya ada salju sepanjang tahun. Di sekelilingnya embun yang sangat tebal sekali. Embun ini meleleh, ke gunung yang lebih rendah. Gunung Sion adalah gunung yang sangat kering sekali. Dia mendapatkan air dari gunung Hermon. Gunung Sion dialiri embun dari gunung Hermon dan mengalirkan embun ke bawah lagi. Embun ini melambangkan berkat. Kalau kita bisa hidup rukun, kita bisa melihat setiap kita dapat berkat dari Tuhan.
Kita lihat gereja mula-mula. Mereka berkembang dengan cepat. Banyak gereja ingin seperti gereja mula-mula yang berkembang begitu cepat karena mereka hidup dalam kerukunan. Mereka saling mengasihi. Mereka yang kaya dan memiliki perkebunan, semua dijual dibawa ke rasul-rasul lalu dibagikan ke orang-orang yang membutuhkan. Saat itu tidak ada perselisihan. Tujuannya : mengabarkan Firman TUhan lebih luas lagi. Maka Tuhan memberkati mereka. Terkadang kita bertanya, mengapa Tuhan tidak memberkati gereja kita. Maz  133:3. Sebab kesanalah Tuhan memerintahkan berkat-berkat. Di sinilah Tuhan memberikan berkatNya. Karena mereka hidup rukun. Tuhan sering tidak memberikan berkat yang sebenarnya sudah disediakan. Kita tidak siap hati menerimanya. Di dalam kita masih terus bertengkar. Gereja mula-mula diberkati Tuhan karena mereka hidup dalam rukun dan damai. Kita tidak diberkati, karena kita belum sampai ke tahap hidup dengan rukun.
Saya suka firman Tuhan dan berharap kita semua dapat hidup rukun. Tujuan kita, menyampaikan firman Tuhan. Maz 133 mengajarkan kita agar kita hidup rukun dengan saudara lain. Alangkah baiknya dan indahnya. Tuhan akan memberkati kita.