Wednesday, October 24, 2012

Bapak Yang Dihormati



Ev Suwani


Efesus 6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

Hari ini adalah hari papa internasional. Timbulnya ide hari papa dari seorang konglomerat. 1909 saat ia sedang mendengarkan khotbah di hari mama, maka timbul di pikirannya untuk mengadakan hari papa. Karena ia sangat menghormati papanya. Karena baginya papanya seorang tokoh yang unik. Karena papanya yang pelihara ia dan ke5 adiknya. Maka ia berpikir suatu hari ia akan merayakan hari raya papa dan ia pun mencari hari yang tepat untuk merayakan hari papa. Ia ingat hari ulang tahun papanya 16 Juni dan menetapkan hari ini menjadi hari papa. Banyak orang mendukungnya dan pikirannya dengan cepat beredar. Maka tahun 1966, presiden AS menetapkan minggu ketiga sebagai hari papa. Inilah awalnya hari raya papa.

Dalam keluarga, sering suami istri bertengkar. Ada banyak sebabnya. Salah satu sebabnya, sebagai suami atau istri kita tidak dapat berperan dengan baik. TIdak dapat melaksanakan tanggung jawab dengan baik. Hari ini hari papa. Peranan tanggung jawab papa, 1 Tim 3:8, Paulus membicarakan syarat-syarat bagi diaken. Seorang diaken adalah seorang suami dari 1 istri dan mengurus anak dan keluarganya dengan baik. Maka dari ayat ini kita mengetahui bahwa tanggung jawab bapak bukan saja bekerja cari uang, tapi harus dapat mengurus keluarganya dengan baik. Saat kita membaca Alkitab, ada tokoh Samuel. Ia mengurapi Saul sebagai raja Israel pertama, dan Raja Daud sebagai raja Israel ke dua. Pelayanannya sangat sukses dan dipakai secara besar. Namun keluarga dan anaknya, saat Samuel sudah berusia lanjut, ia mengangkat anaknya sebagai hakim Israel. Tetapi sifat anaknya jauh berbeda dengan sifat Samuel. Anak-anaknya tidak menjalankan apa yang dilakukan Samuel. Anaknya lebih mementingkan keuntungan uang, menerima suap. Samuel seolah-olah tidak tahu akan sifat anaknya ini, maka ia mengangkat anak-anaknya sebagai hakim bangsa Israel. Samuel sepertinya tidak tahu, bahwa anaknya akan menjadi sedemikian jahat. Mengapa sifat mereka bisa jauh berbeda.  Salah satu sebabnya adalah karena Samuel terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu dengan keluarga dan anak-anaknya. Ia tidak mengajar anak-anaknya dengan baik. Ia tidak menjadi teladan bagi anak-anaknya. Maka anak-anaknya berbeda dengan ayahnya. Tanggung jawab ayah mendidik anak sangat penting. Seorang ayah yang seharusnya jadi pemimpin dalam keluarga, tetapi banyak keluarga pemimpinnya adalah sang ibu. Semua urusan di dalam keluarga di putuskan oleh si ibu. Sang ayah seolah tidak peduli dengan anaknya laki-laki dan perempuan. Sang ayah seakan tidak tahu urusan anaknya. Kemana anaknya sekolah ditentukan mamanya. Bagaimana pelajaran anaknya di sekolah, perlu tidak les ditentukan mama. Anaknya sakit atau sehat, ia sendiri tidak tahu. Bagaimana kelakuan anaknya dia juga tidak tahu. Maka kita melihat anak-anak berdosa, bagaimana sang ayah. Bagaimana anak-anaknya salah bergaul. Ketika anaknya menggunakan narkoba bagaimana sikapnya? Biasanya istri disalahkan, anak dimarahi. TIdak mengintrospeksi diri sendiri. Ia mengira mencukupi kebutuhan anak-anaknya sudah cukup, tidak cukup waktu mengajar anaknya. Sehingga anak-anaknya banyak kehilangan citra diri terhadap ayah. Tidak bisameneladani ayahnya. Maka ia berbeda dengan sang ayah dan menjadi anak yang nakal. Kita juga melihat anak-anak tidak menghormati sang ayah. Jikalau sebagai ayah, anak tidak hormati ia, menjadi ayah yang kasihan. Bagaimana bisa jadi ayah yang dihormati anak? Melalui Efesus 6:4 kita melihat 3 point :
1.       Kita harus bisa menjadi imam dalam keluarga. Imam adalah seorang yang melayani di dalam bait Allah. Ia harus mengajar orang Israel dan membawa orang Israel ke hadapan Tuhan. Kita menjadi ayah mempunyai pengertian yang sama. Kita harus mengajar anak kita dengan baik. Kita harus membawa anak kita ke hadapan Tuhan. Tetapi kita lihat banyak ayah tidak tahu tanggung jawabnya. Maka kita juga melihat di gereja, wanita lebih banyak dari pria. Banyak laki-laki mencari alas an untuk tidak datang ke gereja. Sebenarnya sebagai seorang ayah, kita harus banyak belajar Firman Tuhan karena ia harus ajar anaknya menentukan kesalahan. Tapi banyak ayah tidak melakukan hal ini. Banyak ayah tidak bisa membawa anaknya ke hadapan Tuhan. Seringkali anak menanyakan tentang Alkitab, dijawab papa tidak tahu, kamu Tanya mama saja. Jawaban ini membuat anak tidak menghormati ayah. Sebagai ayah, kita bukan saja menghidupi anak-istri. Kita bukan hanya menyekolahkan anak sampai selesai, tetapi sebagai ayah kita harus bisa membawa anak kehadapan Tuhan sampai mereka memperoleh anugerah keselamatan. Bisa saja ia sukses, tapi tidak percaya TUhan, maka sebagai orang tua kasihan. Maka sebagai imam, kita harus berdoa untuk mereka, mengajar firman TUhan kepada anak kita. Di antara kita banyak yang jadi ayah, apakah kita jadi imam di keluarga. Apakah kita mengerti Firman Tuhan dan mengajarkan kepada anak. Maka kita harus belajar Firman Tuhan dengan baik. Dengan demikian kita baru bisa dihormati anak. Tahun 1900, ada orang yang melakukan penelitian terhadap keturunan 2 buah keluarga. Keluarga ini dimulai dari abad 18, yang 1 keluarga dimulai dari seorang pendeta. 1 lagi orang yang tidak percaya Tuhan. Lalu mereka mulai melakukan penelitian terhadap keturunan pendeta. Mereka mendapati, pendeta ini mempunyai keturunan sebanyak 1.400 orang. 13 orang jadi rector perguruan tinggi, 65 orang jadi prof, 160 orang jadi SH, 30 orang sebagai hakim, 66 sebagai dokter, 80 sebagai pegawai negeri. Mereka meneliti keturunan orang yang tidak percaya, ada 1.700 orang. 100 orang di antaranya adalah anak di luar nikah, 100 pelacur, 142 orang jadi pengemis, 46 orang pernah masuk penjara. Mengapa berbeda? Karena cara mereka mengajar anak berbeda. Keluarga pendeta ini  mengajar keturunan dengan firman Tuhan. Orang yang tidak percaya dengan Firman Tuhan.
2.       Didiklah mereka dalam ajaran dan Firman Tuhan. Kita juga harus mengajar mereka dengan tindak tanduk perbuatan kita. Maka seorang ayah harus punya hidup yang kudus dan bisa menjadi teladan. Kita melihat anak-anak tidak bisa menghormati orang tua. Mengapa? Ayah mereka tidak bisa jadi teladan mereka. Banyak ayah tidak bisa bersama-sama anak-anaknya. Banyak ayah menghendaki waktu makan berdoa, baca Alkitab dank ke gereja. Tapi sebagaian anak tidak mau. Karena mereka tidak melihat ayah berdoa, baca Alkitab dan ke gereja. Maka teladan orang tua sangat penting. Di iklan ada seorang ayah dan anak. Mereka bersama nonton TV. Di iklan, ada tayangan sepak bola. Saat terjadi gol, sang ayah bangkit berdiri dan berteriak-teriak. Lalu saat ayah ke toilet dan sang anak ikut, kita melihat anak mengikuti kelakuan sang ayah. Suatu kali saat sedang makan, anak saya menggoyang-goyangkan kakinya. Lalu saya menegurnya. Istri saya , itu dia mencontoh kamu. Kadang sedang makan, kita menggoyangkan kaki. ANak bisa meniru ayah. Kadang saya ke dapur, ada lauk pauk yang masih panas ambil sedikit dan mencoba. Anakpun begitu. Saya waktu minum sop juga begitu. Kadang waktu minum , ambil sesendok lama, maka saya ambil mangkuk langsung minum. Kita melihat anak-anak suka meniru ayah. Maka kita harus hati-hati. Kita harus bisa memberi teladan yang baik untuk anak-anak. Tetapi banyak anak tidak bisa menghormati ayah. Karena apa yang dikatakan ayah dan yang dilakukannya berbeda. Ada seorang ayah mengajar anaknya tidak boleh berbohong dan menipu orang. Lalu ia menyampaikan banyak kebenaran. Setelah selesai, ia mengatakan papa mau tidur. Jika ada orang yang telepon, bilang papa tidak di rumah. Tadi papa sudah mengajar saya tidak boleh berbohong. Baru saja omong, ia sendiri sudah menipu. Ia sudah di rumah, tapi saat di rumah ia sendiri bilang sebaliknya. Apa yang diajarkan dan dilakukan sang ayah berbeda. Banyak ayah marah ke anak kenapa tidak ke gereja. Mungkin anak tidak berani melawan.  Mungkin dalam hati ia berkata, papa saja tidak ke gereja kenapa suruh kami ke gereja. Kalau minta anak baca ALkitab dan berdoa, tetapi dalam hati sang anak, papa sendiri tidak melakukannya. Ini teladan tidak baik. ANak tidak bisa menghormati ayah. Maka kita harus bisa memberi teladan yang baik.
3.       Seorang ayah yang ingin dihormati harus bisa mendidik anaknya dengan kasih. Saya nonton film yang diperankan Jacky Chen tentang polisi baru. Ceritanya tentang sekelompok anak muda. Anak muda dari orang kaya. Tapi kesukaan mereka adalah merampok bank. Mereka memang kaya, karena mereka benci kepada orang tua mereka. Salah satu pemimpin mereka, sangat benci polisi karena papanya polisi. Sang ayah sejak kecil mendidik ia dengan cara keras. Jika ia bersalah, maka papanya suruh ia buka baju dan memukulnya. Mereka tidak bisa menghormati ayahnya. Janganlah bangkitkan amarah dalam hati anak-anak. Ketika mendidik anak kita , jangan bangkitkan dalamhati mereka tapi harus mendidik mereka dalam kasih. Ada suatu tulisan mengatakan, seorang anak yang dibesarkan dalam teguran maka ia akan belajar memarahi orang. Jika seroang anak dibesarkan dalam kebencian, maka setelah besar ia belajar berkelahi. ANak yang dibesarkan dalam sindirian, ia akan menjadi orang yang rendah diri. Tetapi anak yang dibesarkan dalam pengampunan, ia akan belajar untuk menguasai diri. Anak yang dibesarkan dalam kasih, maka di dalam hidupnya ia menyakan kasihnya. Bagaimana kita sebagai ayah mendidik anak. Mari kita koreksi diri. Apakah kita seorang ayah yang baik? Mungkin kita belum jadi ayah yang baik, tetapi melalui Firman Tuhan kita mengintrospeksi diri. Mari kita menjadi ayah yang dipakai TUhan supaya anak menghormati kita sebagai seorang ayah.

Setiap merayakan hari papa, sebagai ayah kita harus mengoreksi diri. Bagaimana kita memperlakukan anak? APakah kita sudah membawanya percaya kepada TUhan? Apakah ada yang tidak percaya untuk balas perlakuan ayahnya. Ada anak muda yang ortunya percaya Tuhan tetapi ia tidak mau percaya. Ia mengatakan karena ortunya. Ortunya jadi batu sandungan. Ia melihat ayahnya yang percaya Tuhan seperti apa, maka ia putuskan untuk tidak seperti ayahnya. Jangan sampai anak tidak percaya TUhan gara-gara kita. Kita harus ajar mereka dengan Firman Tuhan. Jika kita tidak mengerti Firman Tuhan, bagaimana bisa mengajar mereka? Maka kita yang menjadi ayah, kita belajar Firman Tuhan dengan baik. Sebagai ayah kita harus punya teladan, supaya anak meneladani kita. Ketika mendidik anak, kita harus mendidiknya dengan kasih.

Kita bersyukur bukan saja mendengar Firman Tuhan , menaruhnya dalam hati dan melakukannya dalam hidup

No comments:

Post a Comment