Sunday, January 26, 2014

Allah yang Baik memberi yang Terbaik

Ev. Astri Sinaga

Maz 37:23-24
23  TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;
24  apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.

Pendahuluan : Mengapa Tuhan?

Pemazmur mengatakan Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepadaNya dan dengan yakin mengatakan apabila ia jatuh tidak sampai tergeletak karena Tuhan menopang tangannya. Ini ungkapan orang yang sangat yakin sekali padahal seringkali dalam hidup kita tidak seyakin itu. Saat dalam keadaan senang dan berkecukupan , kita merasa yakin sekali akan Tuhan, tetapi saat kehilangan, kesusahan atau penyakit datang bertubi-tubi, kita sulit merasa yakin. Bisakah saat menderita, kita mengatakan “Tuhan tetap menopang aku” atau “Tuhan itu baik”?. Kenyataannya saat susah, kita sulit mengatakannya. Beberapa waktu lalu, mama saya yang berusia 80 tahun mengalami sakit di bagian punggungnya (tulang belakang nomor 1 dan 2). Dia yang biasanya aktif, paham firman Tuhan  dan senang mendengar khotbah harus terbaring di tempat tidur selama 3 bulan.  Karena hal itu, ia mengajukan pertanyaan kepada saya, “Mengapa ya aku sakit?” Saya menjawab, “Kok tanya kenapa? Kan sudah 80 tahun, pasti bisa sakit”.  Dia menambahkan, “Tetapi aku kan cinta Tuhan, kenapa aku dikasih penyakit?” Kita mungkin sering mempertanyakan hal seperti itu, kalau sedang susah kita mengatakan, “mengapa Tuhan?”, “kok bisa?”, “mengapa aku sakit?”, “mengapa aku kehilangan?”, “mengapa orang jahat kepadaku?”, “mengapa aku menderita?”, “mengapa aku, kenapa tidak orang lain?” atau “mengapa Kau biarkan aku bangkrut?” Pertanyaan ini seakan-akan menyatakan bahwa bukan saya yang harus mengalaminya. Dan dalam menghadapi penderitaan, kita tidak bisa mengatakan seperti pemazmur “Tuhan tetap menopang tangannya”.

Kalau kita menyaksikan kisah orang-orang di Alkitab, hampir tidak ada yang tidak menderita. Semakin hebat Tuhan memakai seseorang, semakin hebat penderitaannya. Yusuf dipakai dengan hebat oleh Tuhan, tetapi ia juga mengalami penderitaan yang hebat. Ia dijual oleh saudara-saudaranya dan masuk ke penjara yang dalam sekali. Yeremia dipakai Tuhan luar biasa, tetapi hidupnya juga banyak penderitaan  dan ditolak orang-orangnya sendiri. Daniel dipakai Tuhan tapi juga mengalami penderitaan. Sadrakh, Mesakh dan Abednego dimasukkan ke perapian yang menyala-nyala. Tetapi walau menderita mengapa mereka punya keyakinan kepada Tuhan? Walau diancam, mereka tetap punya keyakinan. Apa yang sesungguhnya mereka pahami tentang Tuhan? Apa arti Allah bagi mereka sehingga walau menderita mereka tetap yakin kepada Tuhan? Apa yang kita pahami mempengaruhi respon kita dalam menghadapi masalah.

CS Lewis (1898-1963) seorang teolog dan sastrawan Inggris dalam bukunya A Grief Observed (1961) menulis, “Di manakah Tuhan? Sewaktu anda besuka-cita anda tidak memerlukan Dia, sewaktu datang kepadaNya Dia menyambutNya dengan tanganNya. Saat mengalami penderitaan, apa yang didapatkan? Pintu yang terkunci rapat-rapat sehingga anda berbalik dan pergi. Sebelumnya ia juga menulis buku The Problem of Pain (1940). Melalui buku ini Lewis berusaha memberikan tanggapannya sebagai intelektual Kristen dalam memandang penderitaan. Buku ini berupaya mendamaikan iman Kristen ortodoks dalam Allah yang adil, penuh kasih dan mahakuasa dengan rasa sakit dan penderitaan. Lalu dia menikah namun 3 bulan kemudian istrinya meninggal karena kanker tulang. Setelah itu CS Lewis menulis A Grief Observed. Itu suatu kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Ia mengalami penderitaan, dan kehilangan yang dalam. Waktu ia menulis buku yang kedua berbeda dengan yang pertama. Dia lebih dari sangat emosional. Meluap hatinya. Yang tidak berubah, kepercayaannya kepada Tuhan. Dalam A Grief Observed, dia akhirnya mengatakan, “Kalau mengalami hidup dan mati, kita akan menemukan pengetahuan yang dalam tentang siapa itu Allah”. CS Lewis menulis buku berdasarkan pengalaman yang berbeda namun tidak berbeda keyakinan kepada Allah. Apa yang kita pahami tentang Allah akan mempengaruhi sikap kita dalam menghadapi masalah. Kita bisa melihat orang yang percaya kepada Tuhan seperti nabi, rasul dan jemaat mula-mula. Mereka tidak punya keraguan sedikitpun terhadap siapa itu Tuhan.

Paling tidak ada 3 hal yang diyakini orang-orang dalam Alkitab tersebut

1.    Allah adalah Allah Pencipta. Fakta bahwa Allah adalah pencipta tidak bisa diganggu gugat.  Allah mencipta dan mempunyai tujuan dalam penciptaanNya. Allah menempatkan maksud hatiNya dalam ciptaanNya. Mungkin hal ini bisa digambarkan melalui ilustrasi sbb : saat punya anak, orang tua mempunyai tujuan di dalam anak-anaknya. Mungkin ada yang ingin anaknya menjadi dokter. Maka orang tua membimbing dan memperlihatkan dunia kedokteran seperti apa, sehingga suatu saat ia menjadi dokter. Allah adalah pencipta yang mempunyai tujuan atas ciptaanNya, Dia mencipta dalam kebaikanNya. Sehingga sewaktu mencipta Dia melihat dan mengatakan semuanya baik. Dia yang baik menciptakan ciptaan yang baik. Dia yang baik meletakkan tujuan yang baik dalam ciptaanNya. Sehingga rancangan yang Dia buat, juga merupakan rancangan yang baik. Sebagai lawannya, ada rancangan yang jahat. Yang jahat adalah hati manusia.

2.    Setelah mencipta, Allah tidak meninggalkan ciptaanNya melainkan Dia terus memeliharaNya. Dia bisa memelihara karena Dia berkuasa. Dia bahkan berkuasa atas hidup kita sehingga Dia bisa ikut campur tangan (intervensi) dalam hidup kita. Kalau tidak punya kuasa, Dia tidak bisa melakukan intervensi. Di STT Amanat Agung, saya bertugas sebagai pembantu ketua di bidang akademi. Kalau ada mahasiswa yang kelihatannya kurang baik belajarnya, saya bisa memanggilnya. Saya panggil dan kemudian mengajaknya berbicara, “Kenapa nilaimu turun?”, “Ada apa dengan masalah belajar?” Kau punya masalah di kelas? Di keluarga? Saya berhak mengatakan kepadanya, “Karena nilaimu turun,  semester depan kamu tidak boleh mengambil pelajaran banyak-banyak”. Saya berhak ikut campur karena saya punya kuasa. Tetapi dengan siswa di sekolah lain, saya tidak bisa karena tidak punya kuasa. Untuk intervensi harus punya kuasa. Waktu anak masih kecil, kita bisa menyuruhnya melakukan apa saja. Kalau kita minta, “Kamu tidur sekarang!” maka ia harus tidur. Ketika sudah besar, mereka menjadi kuat dan berkuasa. Bahkan ketika sudah menikah dan orang tuanya ikut campur dengan keluarganya, mereka akan mengatakan, “Papa jangan ikut campur!” Kalau kita berkuasa, kita bisa ikut campur. Allah berkuasa, maka Dia bisa ikut campur. Dia bisa berintervensi dalam hidup kita, bahkan waktu kita tidak tahu apa yang terjadi dalam kita, Dia bisa intervensi karena dia berdaulat penuh atas hidup kita. Konsep ini sebenarnya juga kita miliki sehingga tidak susah untuk mengerti hal ini. Buktinya, kita selalu berdoa meminta supaya penyakit kita disembuhkan, padahal dokter meminta kita agar tidak lagi bekerja. Kita punya pikiran Allah lebih berkuasa dari dokter. Kita juga berdoa agar anak  kita diberkati hidupnya atau kita berdoa agar punya umur panjang. Kita berdoa begitu karena Allah berkuasa. Pemahaman kita terhadap Tuhan mempengaruhi cara kita bersikap. Dalam keadaan senang kita bisa bersikap benar. Dalam keadaaan susah, apakah tetap kita bisa mempunyai sikap benar dan apakah saat itu kita tetap bisa katakan Tuhan itu baik? Saat menderita kita bertanya “mengenapa Tuhan?” seakan-akan Tuhan tidak bisa apa-apa atas penderitaan kita.
Beberapa tahun lalu ada seorang alumni STT Amanat Agung yang meninggal dunia dalam umurnya yang “baru” 30 tahun. 3 bulan sebelumnya ia baru mengetahui bahwa ia menderita kanker. Dalam waktu 3 bulan, kanker itu menyebar sedemikian rupa sehingga ia meninggal. Sebulan terakhir, kami para dosen masih terus melakukan kontak dengannya. Dia seorang hamba Tuhan yang baik, masih muda dan sungguh-sungguh dalam pelayanan. Seminggu sebelum meninggal ia sempat mengirimkan pesan bahwa ia sudah tidak minum obat, dokter sudah tidak bisa apa-apa lagi dan ia hanya menunggu di rumah. Ia berpesan bahwa, “Saya akhirnya bisa mengerti apa artinya Tuhan itu baik”. Orang yang kena kanker yang sedang menunggu kematiannya bisa mengatakan, “Tuhan itu baik”. Kalau kita menyadari betul bahwa Allah itu Pencipta dan berkuasa memelihara, kita meyakini bahwa Dia baik!

3.    Bila Allah kita mencipta dan terus bekerja memelihara ciptaanNya, maka tidak ada kebetulan dalam hidup kita. Segala yang terjadi, ada dalam rancangan Tuhan.  Allah mencipta dan merancang , memelihara supaya rancangan ini terjadi. Jadi Allah merancang hal-hal yang baik dalam hidup kita. Sehingga buat orang percaya tidak ada istilah kebetulan. Kita seringkali mengatakan kebetulan. Misalnya saat ada yang mengatakan, “Wah kamu hebat ya pekerjaannya” atau “penjualan kamu bulan ini hebat” , supaya kelihatan rendah hati kita mengatakan, “itu hanya kebetulan”. Orang  percaya tidak punya pemahaman hoki atau untung-untungan (untung yang kebetulan). Hidup kita tidak ada kebetulan. Istilah “kamu lebih beruntung daripada saya” tidak ada dalam hidup ini karena semua ada dalam rancangan Allah. Kalau Allah merancang, maka Allah tidak pernah kaget melihat kita dan mengatakan, “kok bisa ya?” Tidak ada yang kebetulan, yang ada adalah rancangan Tuhan. Sehingga suatu saat kita mengalami penderitaan, lalu kita katakan, “Tuhan, nasibku buruk amat”. Yang benar adalah Tuhan mengijinkan rancangan ini terjadi dalam hidupku. Maka aku harus belajar mencari kehendak Tuhan dan apa yang harus kulakukan.

Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepadaNya. Tidak ada yang kebetulan, karena kuasa Tuhan tidak ada yang kebetulan. Kebetulan tidak mungkin lebih besar dari kuasa Tuhan. Maz 37:23-24 mengajarkan :

1.    Walaupun hidup orang percaya di tengah kesulitan, Allah adalah Allah yang berkuasa. Ia mempunyai rancangan dan ketetapan atas kita. Karena Dia pencipta dan pemelihara ciptaanNya sehingga harusnya kita berani melangkah dan mengambil keputusan. Karena Tuhan akan menolong. Banyak yang tidak berani ambil keputusan. Padahal kalau kita salah mengambil keputusan, Tuhan bisa memperbaikinya.
2.    Allah bukan saja menetapkan langkah pada orang yang berkenan kepadaNya. He make his steps firm. Allah senang orang yang mendahulukan (mementingkan) melakukan kehendakNya. Dalam keadaan sulit tetap berpegang teguh dalam mencari dan melakukan kehendakNya. Kalau pun mengajukan pertanyaan “mengapa”, itu bukan pertanyaan yang bernada protes tetapi berkonotasi bahwa “Aku ingin mempelajari dan  mengoreksinya agar menjadi lebih baik”.

3.    Dia menyatakan berarti ada janji bahwa kalaupun  orang yang berkenan kepadaNya jatuh tidak akan sampai tergeletak karena tangan Tuhan tidak pernah lepas menopangnya. Seringkali saat jatuh, kita pikir Allah tidak sedang bersama dengan kita. Padahal Dia tidak pernah melepaskan kita, sehingga orang percaya jangan takut (paranoid) atau enggan hidup karena ada janji Tuhan.  Kalaupun susah, menderita atau salah, Tuhan akan menolong dan mengembalikan ke jalan yang benar. Berhentilah mengeluh dan bertanya, “Mengapa Tuhan tega menerbitkan penderitaan? Tuhan aku tak sanggup lagi?” Tuhan tidak mungkin tidak sanggup. Tuhan tetap sanggup karena Allah jauh lebih berkuasa dan dalam kuasaNya Dia bisa memperbaiki yang salah. Saya punya kawan yang sama-sama mengikuti kelas-kelas Sekolah Minggu sampai kuliah tahun pertama dan bersama-sama di persekutuan pemuda. Waktu tahun pertama kuliah, ia mengalami kecelakaan di tol. Umurnya baru 19 tahun dan dia mengalami gagal ginjal! Tubuhnya kurus dan harus cuci darah. Dia bertahan hidup 20 tahun kemudian dengan cuci darah. Setelah saya menjadi hamba Tuhan, saya melayani Christmas Carol dan perjamuan kudus rumahan. Saat itu saya melayani dia. Setiap datang, ia selalu berkata, “Tahun depan ketemu lagi tidak ya?” Saya beberapa kali menemani dia menjalani cuci darah. Karena sudah begitu lama cuci darah, susternya mengalami kesulitan mencari pembuluh darah yang bisa ditusuk jarum. Kalau tidak memahami, dalam peristiwa yang berat itu muncul kebaikan Tuhan di tengah hidupnya. Dia hidup dari cuci darah ke cuci darah. Namun banyak orang belajar dari dia. Papanya yang awalnya menolak kekristenan, menjadi percaya. Anggota keluarganya menjadi saling menolong. Dia menjadi berkat untuk keluarganya. Saya membuat film dokumenter tentang dia berdurasi sekitar 40 menit dan telah diputar di tengah jemaat dalam acara keluarga. Setelah itu setahun kemudian dia meninggal. 20 tahun hidupnya menjadi berkat bagi orang lain. Di mata manusia hidupnya menderita dan tidak enak. Terakhir kaki kanannya diampuntasi dan tulangnya ada yang sudah terpisah (rusak), namun di tengah penderitaan dia menerima kebaikan. Kalau kita memahami Allah pencipta dan memelihara hidup kita, maukah kita memiliki hidup yang berkualitas dan mengimani hidup kita?

Dengan memahami ketiga hal di atas, maka hidup ini tidak ada kebetulan lagi. Pemikiran ini yang ada dalam pemikiran pemazmur. Maka ia bisa mengatakan TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya (Maz 37:23) . Karena Allah berkuasa, Allah yang menetapkan langkah-langkah bagi orang percaya dan juga memeliharanya agar dapat menjalani hidup dengan baik. Allah inilah yang memelihara hidup pemazmur. Pemazmur memiliki keyakinan, apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya (Maz 37:24). Bukan berarti orang percaya tidak berani jatuh dan menderita. Bukan berarti ia tidak pernah mengalami kemalangan dan kerugian.  Tetapi ia punya keyakinan, kalau pun jatuh tidak akan tergeletak karena Tuhan yang menolong. Begitu yakin, karena Allah lebih berkuasa daripada kesulitan-kesulitannya. Ilustrasinya : Suatu kali dalam perjalanan ke Bandung , mobil saya rusak. Entah kenapa mesinnya tidak bisa menyala, “kebetulan” (coincidently) dekat mobil berhenti, ada sebuah bengkel sehingga saya pun meminta bantuan montirnya.  Montir itu kemudian membuka kap mobil lalu coba mencari penyebab rusaknya. Namun setelah beberapa saat mencoba, ternyata mobilnya tidak hidup juga. Lalu dia coba berbaring di bawah mobil dan mengutak-atik mobil, tapi tetap tidak menyala. Akhirnya ia mengatakan, “Mobilnya tidak bisa diperbaiki”. Saya katakan, “Ah, bapak tidak canggih”. Artinya ia tidak cukup pintar memperbaiki mobil saya, artinya kerusakan mobil saya lebih besar dari kemampuan dia. Kalau kita punya problem (masalah) yang besar, bisakah kita mengatakan, “Tuhan engkau tidak bisa menolong saya”? Tidak mungkin kita mengatakan demikian. Karena Dia lebih besar dari problem saya. Seberapa hebatnya masalah dalam hidup kita, Dia bisa perbaiki. Apa yang kita pahami mempengaruhi bagaimana kita bersikap dalam hidup. Kalau kita paham, Allah adalah Allah yang berkuasa dan memelihara hidup kita, sanggupkah kita hidup dan beriman kepadaNya? Dengan percaya Dia Allah yang baik dan memberikan yang terbaik bagi kita, pemahaman itu harus bekerja dengan baik. Pemahaman itu bukan hanya di kepala saja sebagai informasi (bukan hanya tahu saja), tetapi ketika penderitaan dan kesusahan itu datang, apakah pemahaman itu bisa teruji baik? Hal ini ibarat kita punya TV besar (60 inch) dan suaranya bagus, sehingga semua orang kagum dengan TV tersebut. Tetapi bila tidak pernah kita nyalakan TV nya (hanya dipajang di ruang tengah saja), maka tidak ada gunanya. Sama seperti pemahaman kita. Apakah kita tahu “Allah itu Pencipta”? Tahu. Apakah kita tahu, “Allah berkuasa memelihara hidup kita?” Tahu. “Apakah Allah merancang hidup kita?” Tahu. Tapi saat kesusahan datang, apakah kita tetap mengatakan Tuhan itu baik? Dia tahu apa yang terbaik buat kita. Tahun 2014 baru memasuki bulan Januari atau tahun ini masih panjang. Namun begitu memasuki tahun baru, terjadi banjir besar. Banyak orang tidak punya keyakinan untuk hidup Tetapi kita punya keyakinan karena Dialah Allah yang memelihara hidup kita sehingga kita punya keyakinan dalam hidup kita. Apapun yang terjadi, kita percaya Allah memberikan yang terbaik.

Sunday, January 19, 2014

Kebaikan Allah vs Kebaikan Manusia



Ev. Ria Pasaribu

Maz 103:1-5
1   Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
2  Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
3  Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,
4  Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,
5  Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.

Pendahuluan

Kitab Mazmur adalah kitab yang sangat indah. Kitab ini mengungkapkan hubungan yang sangat dekat antara pemazmur dengan Allah yang hidup. Sehingga dalam kitab ini, pemazmur menerima berkat Tuhan dalam segala situasi baik saat pemazmur sedang dikejar musuh, setelah berdosa, melalui peperangan, dia tetap memiliki hubungan dengan Allah yang hidup. Pemazmur mengungkapkannya dengan pujian kepada Allah dalam seluruh situasi sehingga diketahui siapakah Allah bagi pemazmur! Tema bulan ini adalah Allah dengan sifat-sifatNya. Dengan mengenal natur (sifat) Allah, kita sangat bergantung kepadaNya dan tidak tergantung pada situasi yang berubah-ubah, malah situasi membawa kita mengenal Allah yang luar biasa. Dia Allah bukan saja di saat keadaan sedang baik tapi juga di saat ada masalah. Saat menderita sakit atau mengalami tabrakan , banyak yang sering bertanya, “Di mana Allah di saat itu?”. Setelah mengikuti Allah, tidak benar kita hanya akan mengalami hal-hal “baik” saja tanpa ada rasa sakit. Teologi sukses dan senang bisa menghancurkan iman percaya kita. Setelah menjadi percaya,  banyak orang di Amerika Serikat, Eropa dan Korsel saat hidupnya susah mencari Allah. Setelah kehidupan mereka semakin senang, mereka akhirnya merasa sanggup dan mampu mandiri dan akhirnya meninggalkan Allah dan akhirnya banyak negara menjadi ateis luar biasa. Bagaimana supaya kita, hidup dalam keadaan baik atau tidak baik, susah atau pun senang tetap beribadah kepada Allah dan mengikut Allah?

2 Hal yang Diajarkan Pemazmur

Dari perikop di atas, terdapat 2 hal yang diajarkan oleh Daud (pemazmur)

1.     Memuji Tuhan. Ayat 1 Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!(ayat 1). Martin Luther mengatakan To know God is to worship God (mengenal Allah berarti memuji Allah). Ini adalah iman yang luar biasa. Karena pujian kepada Allah adalah ekspresi iman kita. Manusia memuji Allah karena kebaikan Allah yang keluar dari kekudusanNya (kita mengenal Allah yang kudus artinya Dia satu-satunya Allah dan hanya Dia yang patut disembah, tidak ada yang lain). Saat mengajar di STT Amanat Agung, saya mengajarkan bahwa di Amerika Serikat ada 200 kuil (kelenteng, temple). Orang-orang yang dulu mengenal kekristenan, saat tidak puas dengan logika lalu mengikuti agama orang Timur. Orang yang tidak hidup dekat Tuhan, akhirnya meninggalkanNya. Namun tanpa Tuhan, maka akan ada kekosongan. Agustinus mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat kekosongan yang hanya Allah saja yang dapat memenuhinya. Dengan kepintaran dan teknologi yang canggih, mereka mencari Allah dengan agama dari Timur sehingga berkembanglah kuil. Sedangkan penduduk Eropa mengikuti ajaran agama dari Selatan. Sekarang ada sebuah agama yang sedang berkembang yang mengatakan bahwa mereka memiliki 300.000 allah! Mereka meninggalkan kekristenan karena menganggap Allah orang Kristen hanyalah salah satu dari 300.000 allah. Tanpa mengenal kebenaran Allah, manusia mencari kebenaran itu sendiri namun dengan kekuatannya sendiri, manusia tidak akan bertemu dengan Allah yang benar. Manusia hanya bisa menemukan Allah dalam firman Allah dan Yesus Kristus (Kol 1:15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan). Maka waktu Filipus berkata Tuhan Yesus pada Yoh 14:8, "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Tuhan Yesus menjawabnya, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa. (Yoh 14:9b). Pemazmur mengalami banyak pergumulan dan berkata, “pujilah tuhan hai jiwaku” karena Dialah satu-satunya Allah, tidak ada yang lain.

2.     Janganlah melupakan segala kebaikanNya! (ayat 2).  Jadi bukan hanya mengenal Allah satu-satunya dan tidak menyembah ilah lainnya, pemazmur juga menemukan sifat Allah dan mengalaminya. Jadi kalau kita mengenal dan mengalami Allah serta kebaikanNya dalam segala situasi, maka kita akan memuji Allah. Orang yang bertumbuh imannya akan memuliakan Allah dan merendahkan diri. Sedangkan yang tidak mengenalNya akan menyombongkan diri dan berkata “segala sesuatu karena saya”.

Kebaikan Allah

Kebaikan Allah yang disampaikan pemazmur dari ayat 3-5 mencakup mengampuni segala kesalahanmu, menyembuhkan segala penyakitmu,menebus hidupmu dari lobang kubur,memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, memuaskan hasratmu dengan kebaikan sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali. Kebaikan Allah yang luar biasa bukan hanya berupa materi dan fisik tetapi di dalam seluruh aspek hidup manusia, secara khusus pengampunan dosa karena dosa memisahkan manusia dari Allah, menghilangkan sejahtera, membuat manusia tidak bisa bergaul dengan Allah dan upah dosa adalah maut! Semua manusia mencari cara pengampunan dosa dan jalan keselamatan. Dan itu disediakan karena kebaikan Allah dan sifat Allah seperti yang dikatakan pada Yoh 3:16  Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Dan pada Maz 32:1-2 dikatakan Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!   Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!

Kebaikan Allah Keluar dari KekudusanNya

Kebaikan Allah berbeda dengan kebaikan manusia. Dia berbuat baik selama-lamanya bagi orang percaya. Pada Maz 31:19 dikatakan Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia! Jadi bagi orang yang mengenal Allah dan yang ditebus menjadi anakNya, Allah akan memberikan kebaikan yang melimpah. Tapi itu bukan karena kita hebat, baik, pintar dan kaya. Tidak ada alasan dalam diri kita yang membuat Tuhan memberikan kebaikanNya,  melainkan karena keluar dari kebaikan anugerah Allah di dalam Yesus Kristus.  Yoh 1:16 Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia;  Di dalam Kristus., kita menemukan kasih karunia demi kasih karunia, anugerah demi anugerah, karena Kristus sudah bangkit dan menebus kita, sehingga kita menemukan kebaikan-kebaikanNya. Walau kita tidak baik, Dia tetap baik. Dia juga baik bukan hanya kepada orang percaya tetapi kepada semua orang. KebaikanNya disimpan. Kata ini (disimpan) seperti warisan yakni anak akan mendapat warisan dari orang tuanya. Bapa kita sangat kaya karena ia pemilik surga dan dunia yang disimpannya bagi orang yang takut akan Tuhan. Sedangkan kata “takut” bukan berarti menggigil di hadapan Tuhan tapi sungguh-sungguh menghormati Tuhan , menjadi anak yang taat kepada Allah , hidupnya bergantung kepada Allah. Kepada mereka disimpan kebaikanNya dan mengalir saat dibutuhkan yakni  bagi orang yang mau berlindung kepadaNya, kebaikan Tuhan akan terjadi dari waktu ke waktu.

Kebaikan Tuhan bagi Semua Orang (Anugerah Umum) dan Orang Percaya (Anugerah Khusus)

Tuhan baik bagi siapa saja. Mat 5:34. 34  Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah. Pada Mat 5:45  dikatakan Allah menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Tapi ada perbedaan kebaikan Allah bagi orang percaya (benar) dan tidak percaya walau sama-sama mengalami anugerah Tuhan. Bagi orang yang tidak percaya, kebaikan itu hanyalah sementara, sedangkan bagi anak Allah, kebaikan itu terus-menerus dikaruniakanNya. Setiap orang punya karunia. Ada orang tidak percaya yang mendapat nilai yang tinggi di sekolah, itu berarti anugerah yang berlaku bagi semua manusia. Jadi bagi semua manusia ada anugerah umum seperti kekayaan, kesuksesan dan kepintaran. Namun ada anugerah khusus yang diberikan kepada orang yang hidup kepada Yesus Kristus yaitu pengampunan dosa dan keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus.  Roma 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.  Jadi kebaikan Allah di dalam Yesus pada orang percaya baik pada saat sedih, senang, putus pacar, PHK, bangkrut, banjir, kena kanker dll dan kebaikan Tuhan dalam segala situasi bisa dipakai untuk kebaikan bagi orang percaya. Maka begitu mengerti hal ini, saya berkata “berhenti berpikir negatif tentang Allah”. Jadi kalau terjadi berbagai hal  termasuk hal-hal yang tidak enak, berdoa kepada Tuhan menolong saya untuk teta berjalan dengan Tuhan. Karena hal yang “tidak enak” bisa menguatkan iman kita dan membuat iman kita dewasa. Rencana Allah tidak pernah untuk menghancurkan kita. Sepanjang hidup, saya pernah mengalami banyak pikiran negatif tapi kejadiannya malah terbalik. Rahasianya adalah saat terjadi hal yang tidak baik, Allah justru sedang ingin mendemonstrasikan kasih dan kuasaNya yang lebih luar biasa. Saya sering pergi berpergian. Pada tahun 1990 saya naik bus dari pagi menuju ke Medan. Dulu tidak gampang naik bus seperti itu. Waktu saya naik dan duduk, saya mencium bau alcohol. Ternyata ada orang mabuk yang duduk di belakang saya. Hati saya takut apalagi sebentar lagi malam menjelang. Kalau mereka mengganggu, siapa bisa menolong saya?. Dalam pikiran, saya menyesal pergi seorang diri. Tapi saya belajar, itulah pentingnya kalau kita punya persekutuan dengan Tuhan tiap-tiap hari. Di saat ketakutan, saya diingatkan pada saat Maz 46:2-3 Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut. Sehingga saya berdoa, “Tuhan, saya dalam kesesakan, oleh karena itu tolong lindungi saya.” Malam harinya,  kita makan di restoran padang. Di sana  masuk lagi penumpang-penumpang baru.  Dan saya pun menemukan kebaikan Tuhan. Ternyata pemabuk itu salah nomor kursi. Penumpang yang baru naik kemudian duduk di belakang saya dan pemabuk tadi duduk di kursi belakang sekali.

Bagi anak-anak Tuhan, kalau Tuhan memberikan hal yang baik atau sepertinya tidak baik terjadi dalam kehidupan kita, ingat baik-baik Tuhan tidak pernah membiarkan hal-hal tersebut menghancurkan kita sepanjang kita bersandar penuh kepada Allah. Salah satu teman yang usianya lebih muda dari saya terkena kanker stadium 4 dan divonis dokter baik di Indonesia maupun di luar negeri bahwa ia akan meninggal 6 bulan lagi. Setelah 6 bulan ternyata hidup terus, bahkan saat ini sudah hampir 3 tahun sejak divonis dokter, dia masih hidup. Dalam sakitnya, ia mendapatkan satu firman Tuhan yang menguatkannya yakni pada Yoh 9:3 Jawab Yesus atas pertanyaan murid-muridNya atas siapa yang berbuat dosa untuk perkara orang yang buta sejak lahir, "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Di Singapore , ia menjalani kemoterapi yang paling panjang (90 kali) dan tidak ada yang lebih panjang lagi. Sekarang bagian perutnya dilobangi dan dia makan melalui lobang tersebut. Tetapi sepanjang sakitnya, ia melihat kebaikan Tuhan. Ia terus melayani Tuhan dan menjadi guru sekolah minggu. Bahkan meskipun di atas kursi roda, ia terus melayani Sekolah Minggu. Anak-anak Sekolah Minggu bisa menyaksikan orang yang menderita tetapi tetap melayani dan memuji Tuhan. Berarti Tuhan adalah Allah yan luar biasa! Itu sangat penting. Beberapa waktu lalu saya bertanya bagaimana kondisinya. Dia berkata, “Ajaib. Saat aku merasa sangat sakit sekali, tiba-tiba Tuhan mengangkat semua rasa sakitku sehingga hati saya merasa lega”. Belakangan ia mengalami penderitaan yang luar biasa dari penyakitnya dan merasa sudah tidak tahan lagi. 2 minggu lalu saya membesuknya  dan ia minta didoakan agar dipanggil Tuhan karena kesakitannya. Ia merasa sangat lemah karena penyakitnya membaik lalu kambuh lagi begitu berulang-ulang sehingga membuat perasaannya berubah-ubah. Kami semua berkumpul, menangis dan berdoa, “Kalau Tuhan mau ia hidup kiranya Tuhan berikan ia kekuatan. Namun kalau sudah waktunya, kiranya Tuhan mengambilnya karena  dia sudah tidak kuat”. Terkadang ia ingin minum semua obat di botol agar ia bisa segera pergi. Tapi saya berdoa agar sampai dia dipanggil Tuhan, ia tetap kuat. Inilah hidup orang beriman. Saat susah senang tetap mengikut Tuhan. Satu hal yang saya pelajari dari dia adalah bahwa selama hidupnya dia tidak pernah mengatakan akan meninggalkan Tuhan walaupun di tengah penderitaannya. Inilah orang yang mengenali Allah. Apapun yang terjadi, Allah tidak pernah mau menghancurkan kehidupannya, tapi untuk mendatangkan kebaikan.

Kebaikan Tuhan Jangan Disalahmengerti

Kebaikan Tuhan dialami dalam berbagai hal. Allah bisa memakai semua hal untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang percaya. Kebaikan Tuhan disebabkan karakter (sifat) Tuhan yang sempurna dan kebaikan Tuhan untuk semua orang dan bagi anak Tuhan. Namun kebaikan Tuhan jangan disalahmengerti. Yang lemah iman, sering menyamakan kebaikan Tuhan seperti kebaikan manusia. Dalam kebaikan manusia, kalau ditraktir berarti dia baik. Tapi kalau dipukul tidak baik. Dulu sewaktu kecil, saya pernah dipukul teman saya sehingga setiap bertemu dengannya saya membuang muka. Karena kita dalam dosa, kita sulit berbuat baik ke pada orang yang berbuat tidak baik. Dengan demikian kalau kita menderita sakit, apakah berarti Allah tidak baik? Demikian juga kalau sedang putus pacar? Kita sering merasa Allah seperti kita. Dalam segala keadaan jangan pikirkan Allah seperti cara kita berpikir karena Allah tetap baik. Baik dalam keadaan senang atau susah kita datang kepada Tuhan. Saat Dia belum menjawab doa, kita tetap terus kita berdoa dan menantikan jawabanNya.

Anugerah Allah tidak berarti hidup kita akan senang saja. Walaupun keadaan kita senang atau tidak, Tuhan bisa memakai semuanya untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Kalau manusia berbeda. Allah itu walau manusia baik atau tidak, Dia terus berbuat kebaikan. Berbeda dengan manusia, hari ini kita bisa baik dengan orang, besok kita bisa benci. Hari ini dia senyum, kita juga senyum, tapi kalalu ia cemberut kita juga. Kalau dia traktir kita traktir balik. Dia pelit kita juga pelit. Kalau dia berbuat jahat, kita susah ampuni. Itu manusia, karena kita tidak sempurna. Kita berdosa. Itu sebabnya, kita memikirkan kebaikan Allah seperti kita. Kalau sedang diberkati, kita berkata Allah itu baik. Tapi kalau doa belum dijawab setahun-dua tahun, apakah Tuhan masih baik? Kalau bangkrut apakah kita masih menganggap Tuhan baik? Saat berdosa, apakah Tuhan masih baik buat saya? Kenyataannya waktu berdosa, kita seharusnya dihukum dan ketakutan melanda kita. Memang Allah tidak bisa bermain dengan dosa. Saat manusia berdoa dan bertobat , ia beri pengampunan. Tetapai walau tidak berdoa, Tuhan memberikan kebaikan. Misal : kita tidak berdoa minta nafas, Dia tetap memberikan nafas. Kebaikan Allah tidak sama dengan manusia. Kebaikan Allah tidak pernah tergantung pada kebaikan manusia. Kebaikan Allah tidak pernah untuk menghancurkan manusia. Kita bisa menghancurkan manusia dengan kebaikan. Misal : ada anak kecil minta uang pada bapaknya untuk beli permen sebanyak 5 buah dan papanya memberikannya. Lalu anak tersebut minta lebih banyak lagi yakni 10 permen dan dikasih lagi. Setiap kali tiap hari dia makan permen. Itu papa yang baik atau bukan? Anak menjadi tidak sehat dan giginya cepat ompong.

Matius 18:23-35
Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.  Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.  Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.  Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.  Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!   Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.  Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.  Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.  Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.  Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?  Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.  Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Ini beda antara kebaikan Allah dan kebaikan manusia. Tema ini mengajak kita untuk belajar mengenal Allah melalui firman dalam situasi baik dan tidak baik. Supaya iman kita tidak bersandar pada perasaan dan pikiran kita tapi pada firman Tuhan. Belajar runtuk memuliakan Tuhan karena untuk itulah kita hidup sehingga kita tidak menjadi sombong. Kelimpahan kasih karunia Allah yang tersembunyi akan terus memberikan kebaikan kepada kita. Tetapi ingat setelah Tuhan memberkati, jangan hidup kita pelan-pelan beralih meninggalkan Tuhan. Tuhan tolonglah kami untuk bersandar kepadaMu. Bila tidak, seperti orang Eropa yang tidak lagi menyembah Tuhan karena mereka merasa hebat dan pintar sehingga melupakan anugerah Tuhan. Saat ini sedang terjadi perputaran balik ekonomi dunia.  Amerika Serikat dan Eropa sedang melorot ekonominya sedangkan 6 negara BRIICK (Brazil Rusia India Indonesia China dan Korea Selatan) diprediksi perekenomiannya berkembang sangat pesat. Namun biarlah saat ekonomi Indonesia semakin maju, jangan lupa pada Tuhan dan mengulang kesalahan orang Barat. Semakin sukses, pemazmur berkata “Pujilah Tuhan karena kebaikanMu” karena sumber kebaikan adalah Allah. Maka baik susah dan senang, kita memuliakan Tuhan.  Waktu makin dilimpahi berkat, kita menjadi berkat bagi orang lain, maka kita akan terus mengikuti Tuhan sampai kedatanganNya kedua kali.

Friday, January 17, 2014

Melayani dengan Rendah Hati


Sesi 3 Retreat Aktifis GKKK Mabes 14 Januari 2014
Pdt. Ridwan Hutabarat

Definisi Rendah Hati

Melayani dengan rendah hati berarti memiliki pikiran dan bertindak seperti Kristus. Seluruh agama di luar Kristen selalu memfasilitasi kepentingan untuk membela diri . Contoh : lirik lagu si Doel Anak Bertawi, kerjaannya sembahyang dan mengaji. Lirik di sini hanya sampai ke dimensi aksi, namun reaksinya nihil. Karena kalimat berikutnya  Tapi jangan bikin dia, sakit hati. Orang bisa mati. Kalau elo baik, gua baik, kalau elo jahat gua jahat dasarnya penjahat. Tapi kalao elo jahat gua baik itu rendah hati. Khotbah yang bagus itu adalah dimensi aksi bukan dimensi reaksi. Kerohanian orang bukan dilihat dari khotbahnya. Pada Mat 5:39b dikatakan “siapapun yang menampar pipi kananmu” reaksinya “berilah juga kepadanya pipi kirimu.” atau pada Rm 12:17  dikatakan “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan” reaksinya “lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!” itu reaksinya. Itu tidak terjadi kalau tidak rendah hati. Ini penting sekali. Makanya pelayanan itu lihat dari kehidupan sehari-hari.

Melayani dengan Iman

Orang yang melayani dengan rendah hati akan berbicara tentang melayani dengan iman. Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Rm 10:17). Sekarang banyak orang yang memanipulasi kata “iman”. Suatu kali saya didatangani seseorang yang berkata, “Saya mengenal anak gadis ini. Saya mau menerima dia jadi istri saya” Itu bukan iman tapi keinginan.  Ada juga seorang Bapak berkata, “Pak Pendeta, pada tahun 1998 situasi ekonomi Indonesia sedang sulit. Rumah saya di Pondok Indah  6 buah dan saya beriman rumah saja akan menjadi 7 buah”. Itu bukan iman, tapi keinginan. Kalau tahun ini ingin mendapat pekerjaan, itu bukan iman tapi keinginan.

Iman itu berarti  apa yag dikatakan Tuhan, itu yang dilakukan. Biarpun istri saya cerewet , ia tetap istri saya. Itu iman. Makin cerewet, makin sayang. Orang yang rendah hati itu orang yang beriman, karena melakukan apa kata Tuhan, walaupun bertentangan dengan keinginan kita. Tanpa menyangkal diri dan memikul salib, bagaimana melakukan iman? Dalam setiap diri kita ada mental melawan firman Tuhan. Maka kita harus terlatih untuk menyangkal diri dengan mengasihi Tuhan. Mengasihi Tuhan berarti menomorsatukan Tuhan. Dia yang terindah, teragung, termulia di dalam hati kita. Hal lain tidak menggoyahkan kita. Kita mengasihi istri, karena tertarik dengan kata Tuhan. Bagaimana pun dan apa pun yang terjadi dengan sang istri, saya mengasihi dia. Karena saya yakin , apa yang dikatakan Tuhan itu terbaik. Saya mengasihi istri bukan karena kelakuan, tapi karena tingkat pengenalan saya kepada Tuhan. Mungkin istri saya lebih cerewet, tapi cerewetnya dia tidak punya kemampuan mengurangi kasih saya ke dia. Dia lebih banyak berbuat kasih daripada cerewet. Sehingga terlalu bodoh, kalau berkata, “Gua nyesel kawin dengan loe” atau yang lebih bodoh berkata, “Elo beruntung kawin dengan gua” seharusnya “Gua beruntung kawin dengan elo”. Itu harus menundukkan diri. Jangan katakan “Kau yang terindah” tapi tidak dengan sebenarnya. Bila Alkitab tertinggal di gereja akan kembali ke pemiliknya, tapi kalau ponsel tertinggal?

Hidupku Bukannya Aku Lagi

Dalam diri kita ada perlawanan kepada nilai Kristus. Makanya harus terjadi aku makin berkurang Yesus makin bertambah. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh 3:30). Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Gal 2:20). Itu keren. Makanya orang benar itu paling cocok mendapat kejadian yang tidak cocok daripada cocok. Karena itu memfasilitasi untuk penyangkalan diri. Maka mulailah dari perkawinan. Tidak ada yang menikah, langsung cocok dengan pasangannya kecuali menikah dengan tiang listrik. Tuhan “menginginkan” pasangan kita punya sikap yang menjengkelkan. Saat istri tidur doakan, “Tuhan cocok benar istriku dengan saya. Sungguh saya tidak saya pilih. Jangan dia lebih dahulu mati”. Makin lama pernikahan, maka semakin kukagum dan hormat pada pasanganku. Sangkallah diri, pikullah salib! Agar kita setia kepada Tuhan, perlu melalui proses yang panjang. Belajarlah melihat yang Tuhan lihat. Setelah kami pulang berbelanja, pembantu kami menaruh barang belanjaan di meja, tIba-tiba minyak goreng terjatuh. Penyebabnya bukan karena anak kecil yang aktif sekali, tetapi karena barang tersebut ditaruhnya miring. Istri saya yang sedang merapikan barang di dapur, mengetahuinya. Karena mengira anak laki-laki yang lakukan , maka dia tangkap anak tersebut lalu dipukul. Saya yang mengetahui hal tersebut tidak bisa membentak istri di depan anak. Anak saya berkata, “Pak kenapa aku dipukul?” Saya sakit di hati melihat dan mendengarnya. Lalu saya tuntun dia sikat gigi, cuci kaki dan berkata,”Saya tahu kamu tidak senggol”. Setelah istri selesai bersih-bersih, lalu kami tidur. Sewaktu berbaring, saya berkata,” Bukan dia yang jatuhkan”. Istri saya langsung membalas, “Papa mau bela?”. Saat dibilang tidak, dia menambahkan,”Kalau mau bela, bilang aja”. 5 menit kemudian dia tidur. Rasanya geregetan , saya tidak bisa tidur. Pagi-pagi saya bangun dan memijat dia. Dia lalu bertanya, “Maksud papa tadi malam apa? Mama dengar, minyak goreng jatuh bukan disenggolnya”.Saya berkata,”Saya lihat sendiri, mama waktu itu kan sedang beresin barang”. Istri saya menyahut,”Kenapa tadi malam tidak kasih tahu?” Memang tidak mudah. Itulah hamba Tuhan. Sekolah “teologia di bawah kaki Tuhan” dalam kehidupan sehari-hari memerlukan waktu panjang. Bagaimana kita bisa lemah lembut dengan istri orang tapi dengan istri sendiri kasar? Maka perlu rendah hati sehingga waktu melayani pun indah sekali.

Iman Perwira Romawi

Matius 8:5-10
5  Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya:
6  "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita."
7  Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya."
8  Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.
9  Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."
10  Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel.

Kalau Tuhan Yesus  yang berkata, pasti benar dan tidak perlu ditinjau lagi. Pada ayat 10 dikatakan Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. Setelah Yesus mendengar perkataan perwira Romawi tersebut, heranlah Ia. Itu hal yang positif. Lalu Dia berkata kepada mereka yang mengikutiNya yaitu Petrus cs, “Aku berkata kepadamu”. Tanpa mengucapkan kalimat tersebut, memang kenyataannya Tuhan Yesus sedang berkata. Jadi kalau sampai mengucapkan kalimat tersebut maksudnya adalah agar hal tersebut dicamkan dan jangan dilupakan seumur hidupmu. Sesungguhnya berarti tidak relatif. Yang sejatinya , iman sebesar ini (kata “sebesar” bukan menunjukkan kuantitas, melainkan nilai) tidak pernah AKu jumpai pada seorang pun di antara orang Israel termasuk Petrus, Yakobus dan Yohanes dan murid-muridNya yang lain. Pada situasi bagaimana hal ini dikatakan? Yesus menampakkan diri sebagai manusia biasa dan sederhana. Dia layaknya jemaat biasa, bukan imam. Sedangkan yang menjumpai Dia adalah seorang perwira berarti  setingkat danrem (sekarang setara dengan pangkat letkol atau colonel) dengan umur lebih tua dari Yesus (mungkin sekitar 50). Jadi secara jabatan lebih tinggi dan secara ekonomi lebih kuat dibanding Yesus. Namun di hadapan Yesus ia memohon. Kata  “memohon”  digunakan oleh bawahan kepada atasannya (kalau sebagai atasan, ia akan digunakan kata “memerintah” dan bila “sejajar” digunakan kata “meminta”). Pada ayat 6 dia menggunakan kata panggilan  “Tuan”. Ini luar biasa, karena perwira ini seorang Romawi. Ibarat saat penjajahan lalu, orang Belanda sulit memanggil orang bumi dengan sebutan “meneer” (tuan).  Sedangkan perwira Romawi (Romawi menguasasi Israel saat itu) memanggil Yesus dengan sebuat “tuan”. Ia menempatkan dirinya sebagai bawahan Yesus. Ini luar biasa dan konsisten. Dia berkata, Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku. Si “mewah” berbicara pada orang “sederhana” seperti itu, ini luar biasa. Dilanjutkan dengan kalimat “katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh”. Penekanannya pada penundukannya bukan sembuhnya. Ayat 9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jadi dia hayati sebagai bawahan dan Yesus sebagai atasan. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang,.". Hal ini menunjukkan bahwa dia bawahan Yesus, entah akan sembuh atau tidak katakan saja. Bahkan puncaknya dikatakan, ataupun kepada hambaku, artinya aku budakmu. Lalu “Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya”. Yesus tidak bisa dibohongi. Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia.  Kristen yang setia itu keren. Ini penting sekali. Maka kita harus berani memberi nilai yang dianggap Yesus terbaik, maka kita dengan senang melakukan perintahNya bagaimanapun lingkungan yang di hadapi. Orang yang berbahagia bukanlah orang yang sakitnya sembuh, bukan setelah sekian tahun tidak punya anak akhirnya mendapat anak, mendapat pacara setelah lama tidak punya pacar atau menjadi presiden. Orang berbahagia adalah orang yang mendengar firman Tuhan  dan memeliharanya. Banyak kali kita sombong. Sehingga kita menganggap pelaku firman bukan sesuatu yang bahagia. 

Ada 3 jenis bahagia di dalam dunia ini :

1.     Kebahagian yang bobrok, hina dan bodoh. Kebahagiaan yang didapat akibat perbuatan dosa yang dilakukan  tidak ketahuan. Hal ini menyeramkan. Bisa juga kebahagiaan ini diperoleh saat melihat orang lain menderita. Contoh : saat mengantri panjang di lift, tiba-tiba ada orang yang memotong (menyelak), lalu orang tersebut tiba-tiba kepalanya terpentok. Ketika melihatnya ada yang bilang “syukurin”. Itu bobrok. Contoh lain : karena sering konflik dengan pasangan hidup, maka  begitu mengetahui pasangannya  terkena kanker, merasa senang karena bisa menikah lagi . itu bobrok. Terlalu rendah derajat kebahagian seperti itu. Kalau hal itu terjadi pada kita, kita tidak bisa melayani Tuhan sehingga tidak bisa memperoleh kebahagiaan sejati. Sayangnya masih banyak orang Kristen yang menjadi pengikut model mencari kebahagiaan seperti ini. 

2.     Kebahagian yang umum. Contoh : saat mendapat mobil baru atau sembuh dari sakit-penyakit, kita merasa bahagia. Itu umum. Tidak ada hebatnya! Tapi orang Kristen sering meletakkan kebahagian di situ. Kalau hilang yang umum itu, hilanglah kebahagiaan kita. Seharusnya kebahagiaan kita terjadi saat kita menjadi pelaku firman.  Itu tidak ada tandingannya. Ini yang harus terjadi pada kita.

3.     Kebahagiaan yang mulia yakni sebagai pelaku firman. Saya pengamat dan dosen bidang musik. Saya amati lagu yang terbaik adalah lagu gereja Joy to the World. Syair dan nadanya harmonis sekali. Kebahagian dari surga. Hal ini tercermin dari do tinggi lalu diikuti dengan do rendah. Ketika dunia mengalami “joy”, nadanya diangkat  nadanya sol la dan seterusnya.  Sayang lagu itu hanya dinyanyikan pada saat natal.  Belum habis lagunya dilanjutkan dengan lagu yang dinyanyikan Hetty Koes Endang, “Aku masih seperti yang dulu”. Jadi kalau pada tahun 2012 malas baca Alkitab, diteruskan pada tahun 2013 tetap malas juga untuk baca Alkitab. Sekarang tanggal 14 Januari 2014, ada yang sudah 5 hari (bahkan sama sekali) tidak membaca Alkitab. Kebangetan, horror, ndableg dan bebal kalau tidak membaca Alkitab. Ini menunjukkan tidak ada terima kasih dan tidak sopan. Selama 14 hari masih memaki pasangan dan melawan ortu, itu kebangetan! Apa terima kasih kita? Bahkan masih ada yang menipu. Tahu perbuatannya merupakan dosa tetapi masih dilakukan juga, kebangetan! Tahun ini berjumlah 365 hari. Kalau 14 hari tidak bisa diperaya, masa diberi waktu 351 hari lagi? Mungkin sebelah kiri anda besok meninggal.  Tuhan bukan pembantu, tapi sesembahan. Jangan bilang “dikasih karunia” tapi tidak ada penghargaan. Itu namanya lip service. Hargailah hari-hariNya! Mana bisa melayani kalau tidak menganggap Tuhan nomor satu? Kita tidak bisa melayani kalau Dia bukan yang terbaik bagi kita. Akhirnya tergantung situasi dan kondisi. Adakah aktifis yang mengundurkan diri? Menjadi aktifis merupakan sarana yang indah untuk menyatakan terima kasih. Namun seringkali paradigma ini tidak ada dalam diri para aktifis. Kita harus berani mengatakan, “Melakukan firman Tuhan itu merupakan sukacita yang indah” walau tIdak otomatis setelah ikut seminar bertema sukacita langsung berubah menjadi sukacita. Kita harus konsisten melakukannya sehingga menjadi bagian kehidupan. Ini yang harus dikerjakan dan kalau dikerjakan itu berarti kita sedang melakukan apa yang dikatakan Tuhan. Aktifis Tuhan yang mengajar sekolah minggu tetapi tidak membaca Alkitab, itu tidak melayani Tuhan! Karena tidak mau mengikuti perkataan Tuhan. Majelis yang masih memaki istrinya berarti  tidak melayani Tuhan. Karena apa yang dikatakan seseorang itu menunjukkan bobotnya. Jadilah pelaku firman, dan  untuk itu kita harus rendah hati. Kalau tidak begitu, tidak bisa melayani Tuhan. Sehingga harus tegas memegang prinsip ini. Orang yang berbahagia adalah orang yang memelihara (artinya merenungkan dan melakukan) firman Tuhan.

Memelihara Firman Tuhan

Yosua 1:8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. Itu kalimat dampak (imperative). Juga pada Mat 6:33  Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Tapi karena kita masih ego-centre, jadi tidak tertarik untuk mencari kerajaan Allah. Harusnya yang bernilai itu adalah “carilah dulu kerjaan Allah dan kebenaranNya”. Kita adalah duolos (hamba) dan Dia adalah Kurios (tuan). Yos 1:8 mengatakan,” janganlah engkau lupa” (atau “tidaklah engkau lupa” yang merupakan harga mati karena kalau ditulis “jangan” maknanya jadi “lembek”), memperkatakan kitab Taurat ini (digunakan kata memperkatakan karena dulu tidak ada catatan yang tertulis, sekarang konteksnya adalah jangan lupa baca Alkitab, atau tidak boleh lupa membaca firman Tuhan). Tetapi  renungkanlah itu siang dan  berlawanan sehingga mengakibatkan makna pada kalimat pertama bisa menjadi tidak berbobot. Contoh : bapak itu ganteng lho tetapi jorok. Sehingga berkurang nilainya. Atau “Ibu itu cantik lho tetapi maling”,  itu merusak. Kenapa yang positif pakai kata tetapi? Karena kebodohan dan kesombongan kita! Kita membaca firman Tuhan tapi mengira kita sudah men jadi pelaku firman, padahal itu belum! Apa pun yang kita dapat di seminar, masih merupakan wacana. Misalnya : kita mengikuti seminar “Bagaimana menjadi pegawai bahagia”, setelah pulang seminar, kita belum bahagia karena harus dilakukan dahulu. Maka baca firman Tuhan (Alkitab) namun tidak merenungkan dan melakukannya,  bisa lebih jahat. Maka firman Tuhan harus direnungkan dan khotbahkan untuk diri kita sehingga firman itu bisa “menembak”. Bapak rohani saya berkata, “Jangan khotbahi apa pun yang belum kau lakukan”. Karena khotbah bukan membagi firman tapi menghidupinya. Banyak pembicara yang khotbahnya biasa saja dan dingin karena tidak dilakukan. Pelaku firman punya sesuatu untuk diceritakan. Orang yang mengalami kapal pecah dapat menceritakan kejadiannya dengan lebih hidup dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mengalami yang hanya bercerita berdasarkan teori saja. Maka semua aktifis tidak boleh lupa membaca firman Tuhan dan mem-follow-up nya siang dan malam. Dari aspek waktu “merenungkan” lebih banyak mengkonsumsi waktu daripada “membaca”. Kemudian supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya. Berarti setelah merenungkan firman siang dan baru baru keluar sinerginya diawali dengan kata “supaya”. Tanpa sinergi itu kita tidak jadi orang yang rendah hati dan berbahagia (yang disimpulkan dalam pelaku firman). Tanpa melakukannya kita ibarat menjual obat. Kalau tidak ada gairah dalam membaca Alkitab berarti kita jadi pembohong.

Untuk membaca Alkitab tiap hari perlu proses. Baik lelah atau tidak, tetap baca Alkitab dan  itu perlu proses. Karena saat lelah, rasanya lebih tertarik dengan bantal guling daripada baca Alkitab. Itu perlu sangkal diri. Tapi kalau sudah melakukannya misalnya selama 8-10 tahun dampaknya lain. Ketika mengendarai mobil dan merenungkan dan mengiyakan firman Tuhan sambil berkata “ampuni aku Tuhan”. Orang yang hanya membaca harian “Pos Kota” dan merenungkannya ,maka mukanya menjadi seram akibat dari apa yang direnungkannya. Seperti kalau nonton film horror, muka kita jadi horror. Melayani Tuhan tapi tidak rendah hati, ujung-ujungnya kecewa dan suka konflik karena terbiasa melayani diri sendiri dan bila tidak dilayani akan marah. Jadi harus ada penundukan diri. Maka mulailah melayani setiap hari. Pelaku firman akan melayani. Tidak pernah kita bisa melayani dengan senang bila tidak menjadi yang terbaik bagi Tuhan. Kalau begitu kita melawan Tuhan terus. Jangan kita menjadi lembut seperti ular karena ular bila diinjak akan mematuk melainkan seperti ulat karena kalau diinjak mati. Kalau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, aktifis gereja akan menikmati melayani. Bukan masalah berubah, itu bukan tujuan pertama. Yang pertama adalah taat atau tidak karena masalah berubah Roh Kudus yang akan lakukan. Bahagia bukan saat melayani orang itu berubah. Yang bahagia, melayani persis seperti yang diperintahkan Tuhan. Maka layanilah sebaik-baiknya. Menempatkan Tuhan diatas segala-galanya baru bisa melayani dan memberikan yang terbaik. Kalau itu dilakukan, persembahan kita akan wangi di hadapan Tuhan. Sepertinya alegoris (bertentangan). Dalam Perjanjian Lama persembahan domba di hadapan Tuhan agar berbau wangi maka pertama-tama ambil domba yang tak ternoda dan bercacat (dalam kandungan dia tidak ada yang rusak, untuk itu imam akan memeriksanya dan di luar kandungan tidak boleh rusak, seperti terpelecok kakinya atau tercakar binatang buas). Belum wangi bila sampai di situ, maka dombanya harus ditusuk, dibunuh. Belum wangi bila hanya sampai di sini. Maka harus dikuliti. Belum wangi juga bila sampai disini. Jadi dipotong-potong. Belum wangi juga. Lalu dibakar. Begitu habis, maka wangi di hadapan Tuhan. Ketika domba ditusuk, wujud domba masih kelihatan. Waktu dikuliti masih tahu baunya  domba, juga waktu dipotong. Waktu dibakar, kalau tidak lihat prosesnya tidak tahu kalau itu domba. Setelah itu baru wangi. Hidupku bukan aku lagi. Aku berkurang dan aku habis. Rendah hati, ini yang harus kita kejar. Maka biarkpun kita bukan aktifis, kita tetap harus punya mental melayani. Jadi bukan karena jabatan , kita melayani. Tanpa jabatan sinergi melakukannya membuat gereja tumbuh. Sehingga harga mati untuk menjadi pelaku firman! Dalam seluruh aspek kehidupan kita, jadi surat terbuka saat bisa dibaca orang. Mengikut Tuhan bukan bisa atau tidak tapi mau atau tidak. Tidak mungkin tidak melakukan apa yang disuruhNya. Kita lakukan, maka berubahlah pembaruan budimu, apa yang baik , apa yang berkenan dan apa yang sempurna, maka Tuhan mencari bukan hamba Tuhan yang banyak khotbah, kaya, banyak mujijat, tetapi “marilah hambaKu yang setia”. Pasti perjalanan mu diberkati, berhasil dan beruntung. Rumah tangga berhasil. Beruntung dengan anak-anak takut akan Tuhan. Akhirnya jemaat semakin senang menjadi anak Tuhan. Kesembuhan dan keturunan bukan hal yang utama. Karena baik kaya miskin semuanya tetap akan mati. Karena Dia yang menilai, maka arahkan kepada nilai kekekalan. Kumpulkan harta yang tidak habis dimakan nengat. Pasti tidak habis dan kecewa hidupmu. Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.