Sunday, September 28, 2014

Kobarkan Kasih yang Mula-Mula

Ev. Susana Heng

Wahyu 2:1-7
1   "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
2  Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
3  Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
4  Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
5  Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
6  Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
7  Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."

1 Kor 13:1-3
1   Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
2  Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
3  Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku.

Pendahuluan

                Sewaktu SMA, tepat di depan saya duduk seorang anak laki-laki. Sepanjang pelajaran kepalanya dimiringkan dan ia seringkali menoleh ke belakang. Karena berada di belakangnya , tingkah lakunya mengganggu saya. Ternyata hal tersebut dilakukan karena ada teman sekelas yang ditaksirnya. Hal tersebut dilakukan dari hari ke hari, walau akhirnya ia tidak melakukannya lagi. Saat jatuh cinta, orang akan melakukan hal-hal yang memerlukan pengorbanan dan dengan rela melakukannya. Ada pemuda yang baru lewat di  depan rumah pemudi yang ditaksirnya, hatinya sudah gemetaran. Padahal ia belum mengetuk pintu, bertemu bahkan belum berbicara dengan sang pemudi, tapi hatinya sudah gemetar. Saat manusia jatuh cinta, ia merasakan adanya getaran seperti arus listrik (magnit) untuk terus bisa berada bersama kekasihnya. Itulah perasaan yang manusia rasakan saat jatuh cinta dengan orang lain dan juga kepada Tuhan!

Tuhan Melihat Hati

                Saat pertama kali mengenal dan percaya, orang tidak pernah bosan berada dekat dengan Tuhan. Ada yang membaca seluruh bagian Alkitab dalam waktu beberapa bulan saja. Karena di dalam hatinya ada Kristus. Pada Wahyu 2:2-3 ada pujian kepada jemaat di Efesus yang dibangun oleh Rasul Paulus yang kemudian mengembangkan penginjilan di sana.  Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.  Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Jemaat ini dipuji di ayat 2 sebagai jemaat yang tekun, tidak mengenal lelah , tidak sabar terhadap orang jahat dan pendusta, sabar menderita karena nama Tuhan. Berbeda dengan kondisi kita saat ini.  Sedikit dari kita yang menderita karena nama Tuhan. Kita bebas datang ke gereja. Tapi pada ayat 4 dikatakan, Tuhan mencela mereka. Walaupun jemat Efesus giat melayani Tuhan dan rela menderita karena nama Tuhan tapi mereka dicela Tuhan karena telah meninggalkan kasih yang semula! Jadi walaupun mereka rela mengorbankan semuanya termasuk tubuh, namun semuanya sia-sia. Tuhan melihat hati. Berbeda dengan kita yang melihat keaktifan (kegiatan) dan menganggap apa yang dilakukan sama dengan apa yang ada di hati.
                Banyak di antara kita sudah menikah. Pada awal pernikahan, ada suami yang saat bangun pagi memberi kecupan kepada istrinya , pulang kerja dan kembali ke rumah tepat waktu dan terus melakukannya bertahun-tahun kemudian. Namun suatu kali sang istri menemukan buku harian sang suami yang mengatakan bahwa dia bosan setiap hari melakukan kegiatan rutin seperti itu dan sudah merasa hambar dalam hubungannya dengan sang istri. Dulu saat menyentuh tangan istri seperti ada getaran, tapi setelah bertahun-tahun sang suami melakukannya karena rutinitas dan takut kalau tidak melakukannya, sang istri akan mengajukan keberatan. Jadi sang suami merasa terpaksa melakukannya. Setelah sang istri membacanya, dia mungkin bertanya-tanya dalam hatinya apakah dia sudah kurang cantik sehingga tidak ada setruman lagi. Bila suami tidak sayang setelah bertahun-tahun, apakah akan dibiarkan saja? Sebagai istri, kita tentu ingin cinta suami sampai maut memisahkan. Kalau tidak seperti itu, kita akan merasa sedih dan akan terus berdoa agar suami tetap mengasihi kita. Tuhan melihat hati. Tuhan bukan sekedar melihat apakah setiap  minggu kita datang ke gereja, duduk di tempat yang sama di gereja, terus menyanyi walau suaranya sudah serak, rutin mengikuti jadwal besuk dll. Tapi kalau Tuhan melihat hal-hal tersebut sebagai suatu kegiatan dan tidak ada kasih , maka Tuhan akan mencela seperti yang disampaikannya kepada jemaat di Efesus. Tuhan tidak mau kita melayani karena tidak enak dengan pendeta, atau datang ke gereja supaya tidak dibesuk dll. Tuhan tidak menghendaki hal seperti itu. Tuhan tidak melihat kegiatan di gereja tapi melayani dengan hati yang tertuju kepadaNya karena Allah adalah kasih.

Pentingnya Kasih

                Tuhan menegur jemaat di Efesus bukan karena tidak rajin melayani tapi karena kehilangan kasih yang semula. Kasih (semula) itu sangat penting. Kebanyakan yang dibicarakan orang sekarang adalah kepentingan pribadi. Bagaimana saya berhasil walau membuat orang lain menderita? Bagaimana saya tetap baik dan membiarkan orang lain menderita? Bagaimana saya berkuasa walau menginjak orang lain? Kita melihat hal seperti ini di mana-mana. Allah mengatakan Allah adalah kasih, supaya kita mengasihi Tuhan dengan sunguh-sungguh  dan kasih itu dipancarkan ke dunia karena dunia sudah kehilangan kasih. Hari Jumat lalu, kita melihat para politikus yang hanya memikirkan kepentingan mereka. Dunia mementingkan kuasa, sehingga harus kembali kepada kasih mula-mula. Di antara kita , mungkin ada yang telah mendengar firman Tuhan ribuan kali dan bahkan sudah hapal. Tetapi apakah kasih itu masih ada dalam hati kita dan membara dalam hidup kita? Tanpa kasih, saat datang ke gereja , hanya duduk saja, banyak mencela dan merasa tidak diperhatikan. Tetapi jikalau kita mengasihi Tuhan, maka kita akan berpikir tentang apa yang akan saya berikan kepada Tuhan.
                Saat saya dulu melayani di komisi remaja GKKK Madu, setiap 2 tahun sekali diadakan retreat. Berbeda dengan retreat orang tua yang diwarnai dengan keluhan seperti kamar tidak cocok, makanan tidak enak, susah naik-turun tangga dll. Anehnya dulu waktu retreat remaja setiap kali kekurangan dana, para anak muda mencari  dana sendiri. Suatu kali ada 1 dari 2 bus yang ditumpangi saat retreat mogok di Puncak Pass, saat itu saya sudah sampai di lokasi. Komunikasi saat itu juga belum secanggih sekarang. Anak-anak muda di bus yang mogok perlu diberi makan. Setelah bus yang tidak bermasalah sampai di lokasi retreat dan pengemudinya diminta untuk menjemput penumpang bus yang mogok, ia tidak bersedia. Akhirnya setelah diberi uang, barulah ia mau menjemput. Akhirnya pk 20 penumpang bus yang mogok baru sampai. Mereka turun dari bus dan mengangkat barang-barang berat sendiri. Tidak ada satu pun yang mengeluh. Mereka melayani Tuhan dengan tulus. Ssaya merasakan persekutuan remaja  itu sebagai rumah saya. Ada sukacita saat melihat anak muda melayani dengan tulus. Hati saya tersentuh. Mereka tidak mencela walau banyak kekurangan. Menghadapi masalah dan kesulitan, kita berdoa bersama. Tidak ada yang komplain bahwa panitia mencari bus yang murahan. Saat itu, peserta memakan apa yang disediakan begitu saja tanpa protes, karena mereka dengan sukacita dan tulus hati melayani Tuhan. Bila hati merasa tidak ada kasih di gereja, kita harus introspeksi apakah kita sendiri memiliki kasih. Kalau ada kasih, kita akan menangis dan berdoa untuk tempat ini. Walaupun gereja kecil dan punya masalah , maka kita akan berdoa karena ada kasih Tuhan dan kasih persaudaraan di gereja. Jemaat tidak hanya datang ke gereja, mendengar khotbah lalu pulang dan merasa tanggungjawab sebagai orang Kristen sudah selesai. Kita mendengar firman Tuhan bukan dengan otak saja tapi dengan hati yang siap menerimanya. Mungkin pembicara yang berkhotbah bukan orang yang fasih lidah, tetapi setiap firman bisa berbicara. Kita sudah mendoakan dan mengerjakan bersama-sama , karena kita mengasihi gereja Tuhan di tempat ini. Bukan gedung gereja besar yang membuat kita bersuka cita. Ada yang pindah gereja, karena merasa kurang, padahal di gereja lain juga akan mengalami masalah. Kalau kita mengasihi gereja kita, kita adakan berdoa di dalam doa pribadi kita. Itu yang Tuhan inginkan dalam gereja. Bukan banyak acara (program) di gereja yang membuat kita bersukacita. Acara itu seperti casing telepon seluler. Kalau hanya casing saja maka tidak bisa digunakan untuk menelepon. Perkataan bahwa “Tuhan melihat kamu baik karena orang lain yang mengatakan” hanyalah  casing saja. Tuhan bilang baik kalau ada kasih di dalamnya. Hari ini Tuhan tidak minta macam-macam dari kita. Jemaat Efesus yang rela menderita memiliki satu kesalahan yakni  meninggalkan kasih yang mula-mula dan Tuhan menegurnya keras sekali dan menyuruhnya bertobat. Tuhan mau agar ada kasih dalam hati dan membuat kita merasa nyaman di gereja. Saat melayani persekutuan remaja di tempat ini, setiap minggu tanpa weker saya bisa bangun, karena ingin bertemu dengan para remaja dan ingin melayani bersama-sama. Walau kekurangan dana, tapi ada kasih yang ingin melayani Tuhan. Saat saya sharing tentang kesulitan yang dihadapi, semua mendukung. Itu yang Tuhan mau di antara kita. Kita bersatu di dalam kasih, baru bisa mengorbankan kasih yang mula-mula.

Penutup

                Pada 1 Yoh 4:10  dikatakan Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Tuhan yang terlebih dahulu mengasihi kita sehingga wajar bila kita mengasihi Tuhan. Kita telah melihat kasih Tuhan yang rela berkorban dan mati bagi kita, sehingga kita juga mengasihi gereja dan jemaatNya. Dia berkata, “kembalilah kepada kasih semula”. Kita perlu kembali kepada kasih semula. Tanpa kasih ,semua yang kita lakukan sia-sia. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu (Mat 22:37). Kita datang beribadah bukan karena hal yang lain, kita duduk di gereja karena kita mengasihi Tuhan!




Sunday, September 21, 2014

Dunia Membencimu, Jangan Takut


Ev Susan Maqdalena (Kwok)

Daniel 3 : 16-23, 27
16  Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.
17  Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;
18  tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
19 Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa.
20  Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu.
21  Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.
22  Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas.
23  Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.
27  Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka.

Pendahuluan

                Dunia tidak akan membenci kita bila kita mengikuti cara-cara dunia. Namun setiap orang percaya akan merasakan pertentangan yang mengganggu dan “menakutkan”, saat ingin melakukan kebenaran firman Tuhan. Karena ada banyak cara dunia membuat kita beralih dari iman percaya kepada Tuhan Yesus. Suatu kali di kantor imigrasi saya bertemu dan berbicang-bincang dengan seorang Kristen yang mempunyai 2 KTP. Dalam KTP yang satu agamanya tertulis Kristen sedangkan yang lain non Kristen. Hal ini dilakukan karena berdasarkan pengalaman, dia ditolak saat melamar pekerjaan karena beragama Kristen. Sehingga teman-temannya memberi nasehat agar bila pergi ke tempat yang berlatar non Kristen, ia mengeluarkan KTP yang beragama non Kristen dan sebaliknya. Dia akhirnya bisa sukses dengan cara tersebut. Hal ini membuktikan bahwa selama mengikuti cara dunia, maka ia akan sukses. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pekerjaan dan jabatan tertentu dikhususkan untuk warga yang non Kristen. Hal ini membuat orang Kristen tergoda untuk membuat 2 KTP atau lebih. Karena bila tidak demikian, maka dia sepertinya tidak akan punya karir dan uang untuk membiayai keluarganya. Bukankah kebencian dunia mengakibatkan kita yang ingin hidup dalam kebenaran menjadi “takut”? Ketakutan ini membuat kita tidak tahu bagaimana harus berbuat saat menghadapi kebutuhan hidup. Contoh : ketika anak harus membayar uang kuliah (sekolah) dan  kita tidak punya uang , membuat kita takut. 

Jangan Takut bila Dunia Membencimu, Tetaplah Setia Mengikuti Tuhan Yesus

                Sadrakh Mesakh dan Abedengo menghadapi tantangan antara hidup dan mati saat hidup dalam pembuangan di kerajaan Babel yang dipimpin oleh Raja Nebukadnezar, Hal ini disebabkan oleh keinginan raja untuk mengokohkan pemerintahannya dengan membangun patung dirinya yang tinggi besar dan mengharuskan setiap penduduk menyembah patung tersebut. Barang siapa tidak mau menyembahnya, maka orang itu akan dibunuh. Sadrakh, Mesakh dan Abednego dimasukkan ke  perapian karena mereka tidak mau sujud menyembah patung tersebut. Bahkan dalam kemarahan, raja membuat perapian itu tujuh kali lebih panas dari biasa. Apa yang harus diperbuat kalau kita menghadapi kondisi seperti itu?
                Ada video di dunia maya tentang seorang anggota Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)  yang memengggal wartawan Amerika James Foley pada bulan Agustus 2014 dengan luar biasa sadisnya. Ada banyak orang yang dihadapkan pada keputusan antara hidup dan mati (dengan pedang ditodong ke leher bila tidak melakukan hal yang dikehendaki sang pengancam). Bila kita yang menghadapinya, mungkin kita berpikir tidak ingin mati (dipenggal) karena ada anak, cucu dan keluarga yang tergantung pada kita. Sebagai orang yang tidak menghadapi kondisi tersebut secara langsung, mungkin kita berkata, tidak akan mengikuti kehendak sang pengancam untuk mengubah kepercayaan kita. Ternyata wartawan Amerika itu setelah mengikuti kehendak sang pengancam agar tetap hidup, akhirnya tetap dibunuh.  Itulah kebencian dunia yang bisa membuat kita kadangkala tidak kuat.
                Alkitab mengajarkan kita untuk tetap setia setia kepada Tuhan saat dihadapi hukuman mati, Pada ayat 16-17 dikatakan, Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: " Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja.” Dalam keadaan nyaman kita bisa mengucapkan kalimat seperti ini, tetapi saat terpuruk (menghadapi kematian, penyakit menahun) apakah kita masih sanggup mengatakannya? Mereka percaya Allah sanggup melepaskan mereka, karena mereka punya pemahaman yang jelas tentang Allah melalui penyelidikan Kitab Suci dan pengenalan kepada Allah. Firman Tuhan menguatkan hati mereka dan memunculkan iman bahwa Allah pasti sanggup menolong mereka.
                Tetapi di dalam ayat 18 dikatakan, “tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." Kalimat yang diikuti dengan kata “tetapi” menunjukkan prasyarat yang tidak dipenuhi sehingga akhirnya apa yang ingin dilakukan batal. Namun kata “tetapi” yang dimaksud oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego, tidak seperti itu malah yang dimaksud mereka memperkuat keyakinan mereka bahwa Allah sanggup tapi Allah tidak harus mengerjakannya. Hal ini seperti kalimat “Allah sanggup menyembuhkan penyakit saya tetapi tidak harus menyembuhkan” karena Allah mempunyai otoritas, Allah sanggup melepaskan Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari dapur api tetapi tidak harus melakukannya. Ini pemahaman yang luar biasa yang harus dimiliki dalam perjalanan kita dengan Tuhan. Allah yang punya hak, bukan saya. Allah bukan pembantu kita, melainkan kita yang derajatnya lebih rendah. Sehingg segala sesuatu terserah Allah. Itu sebabnya mereka sanggup mengucapkan kalimat bahwa mereka tidak akan menyembah patung sang raja walau harus mati terbakar di dapur api. Apa yang menjadi dapur api kita? Mungkin kesehatan, ekonomi atau  anak kita. Tetapi saat menghadapi dapur api, kita percaya Allah sanggup menolong walau belum jelas pertolongan Tuhan. Sadrakh, Mesakh dan Abednego dengan kerendahan hati mengatakan, “Walaupun Tuhan tidak menolong, engkaulah tetap Allah yang saya percaya.” Yang sering terjadi dalam kehidupan kita seringkali sebaliknya. Allah itu dijadikan seperti pembantu kita walau dengan “cara halus”. Misalnya dalam doa berkata, “Tuhan, tolong saya. Kalau tidak minggu depan saya tidak mau ke gereja lagi (atau tidak mau memberi perpuluhan., tidak mau melayani lagi). Sadrakh, Mesakh dan Abednego justru sebaliknya. “Kalau pun Allah tidak mau melepaskan, saya akan tetap percaya, melayani Dia dan tidak mau sujud menyembah kepada patung”. Inilah keteguhan iman. Keteguhan iman akan menghasilkan sikap rela menanggung kesusahan. Iman akan menjadi teguh saat menghadapi kesulitan, itu sebabnya orang yang diproses Tuhan, akan rela memikul kesulitan.
                Allah ingin kita konsisten (stabil) dalam mengikuti Dia. Mungkin ada pasang surut dan jatuh bangun tetapi tetap di dalam Dia. Sadrakh, Mesakh dan Abednego  percaya Tuhan dan melayani Tuhan dari kecil sampai dewasa dan selamanya. Dari orang yang tidak punya apa-apa sampai punya semuanya tetap percaya kepada Tuhan. Itulah konsisten. Sadrakh, Mesakh dan Abednego dipersulit dalam ibadah, tetapi tetap mau beribadah. Kita yang bebas beribadah, seringkali sulit beribadah. Ada 1001 alasan yang kita kemukakan untuk tidak beribadah. Mereka mengalami kesulitan namun di tengah kesulitan mereka tetap melayani. Kita yang bebas beribadah namun tidak mau melayani, perlu mengevaluasi diri kita.

Penutup


                Apa kebencian dunia yang membuat kita sebagai orang Kristen takut?  Ketika ingin melakukan usaha dengan jujur, dunia bisa membenci kita. Kita harus berhati-hati , tetapi jangan takut. Karena kesuksesan dan keberhasilan adalah berkat yang diberikan Tuhan kepada anak-anakNya sesuai takaran masing-masing. Ada orang muda yang takut karena tidak punya teman hidup setelah lama mencari sehingga sembarangan memilih. Seharusnya setiap orang muda berhati-hati dan jangan takut. Setiap orang dipanggil dengan cara berbeda-beda.  Ada orang yang dipanggil untuk menikah dan ada juga yang tidak. Sebagai karyawan di perusahaan (kantor) , kita juga harus berhati-hati, tetapi jangan takut. Selama kita menunjukkan suatu pekerjaan yang baik, dan setia, percayalah Tuhan akan menyertai. Ada artikel singkat tentang belajar dari semut. Amsal 30:25 semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,. Semut mempersiapkan hari depannya dengan mencari makanan, sehingga ketika musim dingin tiba mereka siap menyambutnya. Bagaimana dengan kita? Ketika musim kesusahan tiba, apakah kita siap? Seharusnya kita belajar seperti semut. Berusaha dengan tidak mengenal lelah untuk mencari kekayaan dan kebenaran rohani. (yang sudah Allah sediakan di dalam firman). Hidup tidak selalu rata dan terkadang kita terpuruk ke dalamnya, itulah hari kesusahan. Apakah kita siap menghadapinya? 

Sunday, September 14, 2014

Waspadalah : “Semakin Nyaman Bisa Tenggelam”


Pdt. Christhantio

1 Pet 5:8
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.

Pendahuluan

                Seabad yang lalu diluncurkan sebuah kapal penumpang Inggris yang diklaim sebagai kapal yang tidak bisa tenggelam. Namanya Titanic. Panjangnya  269   m, beratnya 52.310 ton dan dirancang oleh arsitek laut Thomas Andrews. Kapal ini mulai dibuat 31 Maret 1909. Uji coba pertama 31 Mei 1911. Ternyata kapal yang mewah, terbesar, luar biasa dan tercanggih saat itu tenggelam setahun kemudian (15 April 1912) di Samudra Atlantik Utara dalam perjalanan dari Southampton (Inggris) ke kota New York setelah menabrak gunung es! Bersamanya, sekitar 1.514 orang ikut tenggelam. Kapal ini dirancang senyaman dan semewah mungkin, dengan dilengkapi gimnasium, kolam renang, perpustakaan, restoran kelas atas dan kabin mewah. Di tengah kenyamanan, tidak ada yang menduga bahwa akhirnya kapal itu tenggelam dalam perjalanan perdananya. Oleh karena itu di masa sekarang ini kita perlu hati-hati dalam segala kondisi terutama dalam kenyamanan hidup. Waspadalah! Semakin nyaman hidup, kita bisa “tenggelam”.

Waspadalah!

                Kita diingatkan oleh firman Tuhan dan pengalaman Rasul Petus seperti yang tertuang pada 1 Petrus 5:8. Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Seekor singa yang mengaum menandakan ia sudah bersiap untuk menerkam musuhnya (tingal sekali melompat mangsanya diterkam). Kalau sudah mengaum dipastikan mangsanya tidak bisa lari lagi. Karena iblis sebagai musuh kita diibaratkan sebagai singa yang mengaum, berjalan keliling dan siap menerkam, maka kita harus waspada! Tentara Gurkha (prajurit asli Nepal) yang disewa untuk berperang, ternyata bisa tidak tidur selama beberapa bulan. Hal ini dapat dilakukan karena tangan kirinya memegang senjata sedangkan tangan kanannya memegang batu. Sewaktu tertidur, batu yang dipegangnya akan  jatuh dan menimpa kakinya sehingga ia terbangun dan tidak bisa tidur. Lawan kita , iblis, siap siaga menghancurkan kita. Bisa di tempat kerja, keluarga dan bahkan pelayanan kita! Di tengah kenyamanan kita bisa tenggelam. Seorang eksekutive muda ditanya temannya, “Kamu sudah punya berbagai fasilitas (mobil, rumah, gaji besar, kedudukan tinggi), apakah kamu punya WIL (Wanita Idaman Lain) tidak?” Sang eksekutive yang merupakan anggota gereja berkata, “Tidak punya. Karena itu dosa!” Temannya berkata, “Bodoh! Kamu kan punya semuanya.” Temannya berkata demikian karena apa yang zaman kuda gigit besi (dulu) tidak boleh dan dianggap abnormal, tetapi sekarang diperbolehkan dan dianggap normal dan sebaliknya. Ada juga seorang gadis di pojok gereja ditanya,”Mengapa termenung?” Dia rupanya menaksir seorang pemuda di gereja namun tidak berani mengatakannya. Temannya berkata, “Memang dulu seorang gadis menunggu pria datang. Namun sekarang gadis sudah umum berkata, ‘Aku cinta padamu’ kepada orang yang ditaksirnya.  Itu normal.” Ada juga hamba Tuhan yang dibekali  keris oleh pendeta terkenal agar punya keberanian berkhotbah. Maka berhati-hatilah! Sekarang zaman edan.

                Suatu kali dalam suatu even olah raga, di atas meja tersedia 5 gelas aqua. Kemudian datang 5 orang pria yang kehausan setelah lelah berolah raga. Sewaktu mau minum, ada yang mengingatkan untuk tidak meminum dari gelas aqua tersebut karena bisa gila. Namun karena terlalu haus, minumlah 4 orang di antaranya. Berapa dari kelima pria tersebut yang gila? 1 orang! Itu jawaban kalau ditanya zaman sekarang. Karena kalau tidak gila nanti dibilang gila, maka lebih baik gila sekalian. Kita ada dalam dunia yang banyak tantangan dan masalah, dunia yang bisa menjerat kita. Suatu kali anak pertama berkata, “Saya sudah 4 tahun membawa mobil Avanza dan saya ingin mengganti mobil.” Saya persilahkan karena memang ia sudah punya penghasilan sendiri. Lalu saya ke Medan untuk khotbah. Di sana, saya  dijemput oleh orang yang punya perkebunan. Setelah balik ke Jakarta, dia menelpon saya untuk mampir ke rumahnya di Kayu Putih. Saya datang dan disambut oleh menantu wanitanya. Sang menantu kemudian memberi saya BPKB, STNK dan mobilnya dan mengatakan bahwa itu dari papi mertuanya. Saya berkata,”Tidak. Kami harus berdoa terlebih dahulu.” Sekitar satu-dua minggu kemudian saya berkata, “Maaf saya tidak bisa menerimanya” padahal saat itu anak saya sedang ingin mengganti mobil. Saya khawatir karena mungkin saja hartanya berasal dari sumber yang tidak jelas dan di kemudian hari terkait dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Ini masalah dalam hidup kita. Sehingga dimana-mana ada jebakan, masalah dan tantangan yang bisa menjebloskan dan menenggelamkan kehidupan kita. Di sekitar kita sangat banyak bahaya. Kita berada dalam peperangan rohani. Kita ada dalam kehidupan yang sangat rawan. Saya punya seorang asisten pendeta yang melayani di komisi pemuda-remaja. Orangnya pandai, hebat dan luar biasa. Namun  karena tidak hati-hati, istrinya nikah siri dengan pria lain dan punya anak. Saya tidak mempercayai berita tersebut dan mencari istrinya di Surabaya. Ternyata benar dan anaknya sudah 3 bulan. Hal ini terjadi karena waktu musim banjir, sang asisten pendeta terlalu sibuk dan istrinya ditinggal. Saat banjir , istrinya harus mengurus 3 anak dan ditinggal sendirian karena sang suami harus khotbah dan mengajar. Lalu ada pesan masuk ke ponsel sang istri dari mantan pacarnya yang mengajak reuni. Sang suami tidak peduli, sedangkan mantan pacar peduli. Sewaktu banjir, sang mantan membawakan makanan, sedangkan suami tidak tahu di mana. Karena ia tidak hati-hati , iblis pun menyodorkan perselingkuhan itu dan sang suami pun tenggelam. Istri dan hamba Tuhan ini tenggelam. Siapa yang mau pakai hamba Tuhan seperti ini? Iblis berjalan seperti singa mengaum dan siap menerkam!

                Banyak orang Kristen tenggelam karena tidak mau melayani, tidak mau membaca firman Tuhan dan berdoa. Allah mau kita beribadah , setia kepadaNya dan memberi persembahan. Anak perempuan saya kuliah teologia dengan bea siswa di Amerika. Ia bercerita bahwa ada seorang pengusaha di sana yang usahanya jatuh namun ia tetap terbeban mau bangun gereja. Ia pun memberikan uangnya sebesar Rp 30 miliar! Dalam waktu 1 tahun, usahanya bangkit kembali. Ia mau tenang dan tidak tenggelam, karena ia dekat dengan Tuhan.

Bagaimana kita bisa berhati-hati (waspada) agar di tengah-tengah kenyamanan kita tetap nyaman dan tidak tenggelam?

1.     Maz 62:2 Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Kita bisa hati-hati agar di tengah berkat kita bisa menikmati berkat Tuhan, kita hidup nyaman di tengah kenyamanan karena dekat dengan Allah. Mana yang dipilih : ikut kebaktian di hari minggu atau diadakan kebaktian untukmu (karena sudah meninggal)? Mau ikut bernanyi atau dinyanyikan (di kebaktian penghiburan di rumah duka saat meninggal)? Mau beri persembahan atau mau diberi persembahan (pe-pao = amplop putih yang diberikan saat kedukaan)? Kalau setia denganNya, maka kita dekat dengan Tuhan dan jauh dari hantu.  Sebaliknya, kalau hidup jauh dari Tuhan maka kita dekat dengan hantu yang sering menggoda dan menghancurkan kehidupan kita. Kata pemazmur hanya dekat Allah saja, aku tenang (nyaman). Setiap pendeta punya banyak tantangan dan masalah. Kalau ia memakai dasi kecil, dibilang pendeta pakai dasi anaknya dan  kalau pakai besar, dibilang pinjam dari siapa?. Kalau badannya kurus, dibilang kurang iman sedangkan kalau gemuk dikatakan kurang puasa. Ketika hidup dekat dengan Tuhan, kita nyaman dan tidak akan tenggelam. Ketika tidak waspada maka kita akan terjebak. Dosen teologi sekarang terbujuk (tergoda) untuk memperoleh jabatan fungsional, akta mengajar dan sertifikat dosen. Saya seringkali ditawarkan untuk punya hal-hal itu. Saya ditawarkan untuk diuruskan agar punya jabatan fungsional dengan tingkat lektor kepala karena dengan demikian maka saya akan digaji pemerintah sebesar Rp 20 juta tanpa mengajar. Saya bilang tidak. Saya tidak perlu itu. Yang saya perlukan adalah melayani dengan hati-hati. Karena bila tidak , saya akan tenggelam. Kalau tidak hati-hati dalam hidup dan bisnis kita akan tenggelam, karena iblis selalu mengganggu kita. Sehingga Rasul Petrus mengingatkan kita untuk berjaga-jaga dan waspada!

2.     Maz 27:4-6 4  Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya. Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu. Maka sekarang tegaklah kepalaku, mengatasi musuhku sekeliling aku; dalam kemah-Nya aku mau mempersembahkan korban dengan sorak-sorai; aku mau menyanyi dan bermazmur bagi TUHAN. Yang kukehendaki adalah diam di rumah Tuhan, beribadah dan belajar dari  firman Tuhan. Kalau kita seperti itu tegaklah kepalaku mengatasi musuh di sekeliling kita. Dan kita akan mampu mengatasi musuh kita itu. Waktu final World Cup 2014, saya sedang di New York karena ada seorang jemaat yang minta didoakan untuk membeli apartemen 2 tahun lalu dan tahun lalu ia sudah mendapatkannya sehingga Juni-Juli 2014 saya ke sana dan tinggal di apartemennya.  Dekat apartemennya ada restoran “Borca Junior Steak House” milik orang Argentina. Saya perhatikan pada pk 4 pagi, banyak sekali orang Argentina berkumpul di sana. Malamnya saya ke gereja untuk khotbah. Selesai kebaktian pk 18-19 saya berjalan di pusat keramaian di sana dan melewati restoran tersebut. Saya melihat ada kelompok orang Argentina yang tertunduk kepalanya karena tim sepakbolanya kalah. Sedangkan ketika bertemu dengan anak muda Jerman, mereka bersorak-sorai dan terangkat kepalanya karena tim sepakbola negaranya menang. Orang yang kalah keluar dengan kepala tertunduk. Kalau kita menang dan beribadah dengan setia kepada Tuhan, maka kita akan mampu mengatasi musuh di sekitar kita. Bila ada telpon masuk kita harus berhati-hati karena sekarang penjahat memakai hipnotis. Dengan suara kita sudah dihipnotis. Dia menelpon kita saat dia berada di kantor / di luar rumah kita dan minta bertemu. Lalu tanpa sadar, kita diajak ke bank untuk mengambil uang dan diberikan kepadanya sampai semuanya terkuras habis. Maka itu kita harus berhati-hati dan kita harus berada di rumah Tuhan. Saat menghadapi bujukan , maka tegaklah kepalaku mengatasinya. Penipuan, hipnotis, tawaran yang membawa nikmat dan kehancuran telah terjadi. Ada seorang ibu yang sangat memanjakan anaknya. Ia membelikan anaknya ponsel yang harganya Rp 8-10 juta. Ternyata anaknya menggunakan ponsel tersebut untuk mengunggah foto dan film porno! Padahal untuk alasan agar mudah dihubungi, maka sang ibu seharusnya cukup membelikan ponsel biasa saja. Saya telah 20 tahun lebih mengajar di SMA di mana 80% dari siswanya berasal dari keluarga broken home. Ada anak yang sekolah 2 hari, namun 3 hari mamanya ke sekolah karena mengurus skorsing anaknya. Karena tidak waspada, orang tua yang kaya-raya pemilik pabrik rokok besar tersebut membiarkan anaknya seperti itu dan akhirnya mereka lebih sering ke sekolah daripada anaknya dan sekarang anaknya tersebut mengendalikan bisnis orang tuanya! Di sekitar anak kita, iblis sedang mengganggu. Di tengah kenyaman, kita digiring kepada hidup yang tenggelam. Makanan yang saya suka swike (sup kodok). Saat berbicara dengan koki yang memasaknya, saya bertanya apa resepnya sehingga swike yang dibuatnya enak sekali. Sang koki menjelaskan bahwa kalau masak swike jangan dipotong melainkan taruh saja kodoknya pada air dingin di panci sehingga sang kodok bisa bermain di air. Lalu nyalakan kompor secara perlahan sehingga suhu airnya terus meningkat. Sang kodok tidak menyadarinya sehingga akhirnya mati dalam keadaan senang. Itu yang enak katanya dan hal seperti itu yang dilakukan iblis sehingga hidup kita sepertinya nyaman, enak namun akhirnya kita binasa dalam kekekalan. Ada anak muda minta didoakan untuk mendapat pekerjaan. Setelah dapat, awalnya ia masih ke gereja walaupun sudah berkurang. Setelah 3 bulan bekerja, ia ke gereja selama sekali sebulan. Lalu setahun kemudian ia hanya sekali setahun ke gereja dan 2 tahun kemudian ia tidak lagi ke gereja! Ada juga seorang pemudi yang dulunya sangat aktif melayani, namun setelah menikah ia jarang ke gereja dan melayani. Awalnya karena ia sibuk mengurus rumah tangganya sehingga ia tidak lagi mengikuti paduan suara dan melayani Sekolah Minggu. 3 bulan kemudian ia hamil dan mengalami pendarahan sehingga tidak ke gereja karena menurut dokter ia harus istirahat total (bed-rest). Ia berjanji setelah anaknya lahir , ia akan ke gereja. Namun ternyata setelah anaknya lahir, ia hamil lagi dan kembali tidak ke gereja! Lama-lama ia tenggelam dan akhirnya tidak pernah ke gereja lagi. Apakah kita baru mau ke gereja setelah dibuat kebaktian (saat disemayamkan)? Berhati-hatilah! Lawanmu si iblis berjalan keliling ingin menenggelamkan dan menghancurkan kita.

Penutup

                Sewaktu saya, istri dan kedua anak saya masih tinggal bersama maka sepanjang malam, kita tidur dan berdoa bergantian. Pk 23 kami pertama-tama berdoa bersama-sama. Pk 24 kedua anak saya masuk ke kamarnya masing-masing. Anak kedua saya yang perempuan berdoa dari Pk 00-01.30. Lalu anak pertama saya yang lelaki menyambungnya dari pk 1.30-2.30. Setelah itu saya yang berdoa sampai pk 4 dan selanjutnya istri saya yang berdoa. Rangkaian doa ini berjalan terus dan tidak pernah terputus sehingga iblis tidak mampu mengganggu. Pk 6 pagi  kami sudah di gereja. Anak perempuan saya melayani dalam music (main piano). Pk 12 siang ia latihan lagi untuk kebaktian sore dan pelayanan ditutup pada malam hari. Dengan ikatan seperti itu, iblis tidak mampu masuk dan menghancurkan keluarga kami. Karena waspada kita tetap bisa nyaman dan tidak tenggelam, di tengah kenyamanan yang Tuhan berikan dan kita nikmati. Sewaktu anak kedua saya bekerja di Charoen Pokphand, tiap bulan ia komitmen untuk memberi makan ke panti asuhan dan dia puas. Ketika ada 20 pendeta datang ikut seminar di Jakarta, anak pertama saya mengambil uangnya untuk diberikan ke para pendeta tersebut dan ia merasa puas! Hidup kita nyaman karena dekat dengan Tuhan!
                Ada seorang eksekutif ditawarkan gaji yang mencapai Rp 250 miliar setahun! Namun kalau ia menerima pekerjaan itu, ia bisa meninggalkan Tuhan dan tidak bisa pergi ke gereja. Apakah dia akan menerimanya? Dalam kehidupan, pilihan ada di tangan kita. Apakah kita mau nyaman namun tenggelam? Mari kita dekat dengan Tuhan saja agar mengatasi gangguan dan hambatan.


Sunday, September 7, 2014

Gereja (Jemaat) yang Suam-Suam Kuku


Pdt. Hery Kwok

Kis 4:23-31
23 Sesudah dilepaskan pergilah Petrus dan Yohanes kepada teman-teman mereka, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang dikatakan imam-imam kepala dan tua-tua kepada mereka.
24  Ketika teman-teman mereka mendengar hal itu, berserulah mereka bersama-sama kepada Allah, katanya: "Ya Tuhan, Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya.
25  Dan oleh Roh Kudus dengan perantaraan hamba-Mu Daud, bapa kami, Engkau telah berfirman: Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia?
26  Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar berkumpul untuk melawan Tuhan dan Yang Diurapi-Nya.
27  Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, Hamba-Mu yang kudus, yang Engkau urapi,
28  untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu.
29  Dan sekarang, ya Tuhan, lihatlah bagaimana mereka mengancam kami dan berikanlah kepada hamba-hamba-Mu keberanian untuk memberitakan firman-Mu.
30  Ulurkanlah tangan-Mu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus."
31  Dan ketika mereka sedang berdoa, goyanglah tempat mereka berkumpul itu dan mereka semua penuh dengan Roh Kudus, lalu mereka memberitakan firman Allah dengan berani.

Pendahuluan

                Apa arti gereja yang suam-suam kuku? Atas pertanyaan ini, kita teringat Wahyu 3:16 yang bunyinya Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. Ada beberapa penafsir yang mengatakan bahwa panas itu sesuatu yang sifatnya rohani, dingin itu sesuatu yang jahat. Jadi kalau mau menjadi rohani, harus benar-benar rohani , sedangkan kalau mau jadi jahat, sekalian jahat sekali. Bahkan ada penafsir yang mencoba menggambarkannya seperti Rasul Paulus. Sewaktu ia jahat, ia jahat sekali. Setelah bertobat ia menjadi sangat rohani dan bersemangat luar biasa. Itu tafsiran yang keliru. Tuhan ingin kita menjadi orang Kristen yang sunguh-sungguh memiliki hidup yang penuh antusias.

Gambaran Gereja (Jemaat) yang Suam-Suam Kuku

Beberapa gambaran gereja (jemaat) yang suam-suam kuku.

1.     Orang-orang Kristen yang suam-suam kuku datang secara teratur (setiap minggu) ke gereja , karena mereka merasa setiap orang Kristen yang baik pasti pergi ke gereja, maka mereka pergi ke gereja juga.  Jadi dalam hal kehadiran, ia menjadi jemaat yang tidak pernah absen. Ada  gereja yang waktu beribadahnya hari Sabtu dan Minggu. Jemaat bisa memilih untuk beribadah pada hari Sabtu atau Minggu, yang penting ia datang ke gereja  setelah itu selesai. Sehingga gereja ini dihadiri oleh jemaat yang datang hari Sabtu dan hari Minggu tidak mau datang lagi karena ada kegiatan lain. Itu sesuatu yang dilakukan sebagai gambaran orang Kristen yang baik. Orang seperti ini belum tentu memberikan gambaran pertumbuhan rohani dalam hidupnya. Bisa saja ia tidak memberikan perubahan karakter yang menjadi berkat untuk istri dan anak. Ia memarahi istri dan anak dengan kasar kendati tiap minggu ke gereja. Ada juga istri yang tidak memberi dukungan ke suami dan tidak memberi rasa aman di rumah. Ada juga anak yang di sekolah tetap nyontek dan melakukan perbuatan tidak baik walau tiap minggu ke gereja.      

2.     Orang Kristen yang suam-suam kuku akan mengasihi orang lain tapi mereka tidak berusaha untuk mengasihi orang lain sama seperti mereka mengasihi diri mereka sendiri. Mereka hanya mengasihi orang lain yang mereka pikir akan mengasihi mereka juga, seperti keluarga, teman-teman, orang-orang lain yang berhubungan dengan mereka atau orang-orang yang punya konsep yang sama (satu golongan). Sepertinya ia mengasihi diri orang lain seperti dirinya sendiri tapi sebenarnya ia memberikan penekanan yang berbeda. Di Alkitab hal ini ditemukan pada orang Farisi yang hanya membantu orang-orang segolongan mereka. Orang Saduki yang sebenarnya berbeda dengan orang Farisi, tetapi karena kepentingan yang sama (untuk menjatuhkan Tuhan Yesus) mereka saling tolong.

3.     Orang Kristen yang suam-suam kuku akan melayani Tuhan dan orang lain, tapi mereka akan membatasi sampai sejauh mana mereka akan berkorban atas waktu, uang dan tenaga mereka. Kalau sudah berhubungan dengan hobi, uang dan waktu, tenaga pelayanan mungkin akan dibatasi. Jadi melayani tapi hanya sekedar melayani (tanpa sentuhan dari hati yang penuh semangat dan roh yang sedemikian kuat untuk melayani).

4.     Orang Kristen yang suam-suam kuku jarang sekali bersaksi tentang iman mereka kepada tetangga-tetangga mereka, teman-teman kerja mereka ataupun kerabat-kerabat mereka. mereka tidak ingin di tolak, dan mereka tidak ingin membuat orang lain tidak nyaman dengan membicarakan sesuatu hal yang privasi seperti agama karena tidak ingin ditolak oleh orang tersebut (ingin membuat orang lain nyaman dengan dirinya). Orang Kristen ini dalam zona nyaman dan tidak ingin dipusingkan apakah nantinya orang-orang lain akan masuk neraka atau tidak. 

5.     Orang Kristen yang suam-suam kuku mengukur moral ataupun kebaikan mereka dengan standar orang-orang dunia yang sekuler. Mereka merasa puas saat mengetahui bahwa mereka telah melakukan banyak hal untuk Tuhan Yesus seperti orang-orang lain yang mereka tahu. Orang seperti ini merasa dirinya lebih baik dan lebih rohani dari orang lain.

Kesimpulan dari  gambaran  tsb:
1.     Gereja yang “berjalan bertahan / berjalan ditempat” tidak bergerak maju, pasif, tidak bergairah/antusias walau sudah dimotivasi, didorong, dikhotbahkan.
2.     Gereja yang ikut arus, hanya secara lahiriah tampak sebagai orang Kristen. Tidak berakar kuat dengan Firman Tuhan dalam kehidupan rohaninya

Yoh 15 merupakan gambaran pokok anggur yang bila ranting-rantingnya tidak berbuah akan dipotong dan dibuang ke dalam api. Berbuah maksudnya menemukan orang yang belum berjumpa dengan Tuhan sehingga ada petobat baru. Gereja yang suam-suam kuku, tidak seperti pada Yoh 15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."yang diperem.  Gereja (jemaat) yang hanya lahiriahnya  tampak sebagai orang Kristen. Gereja tersebut tidak berakar kuat dalam firman Tuhan dalam kehidupan rohaninya. Itu sebabnya orang (jemaat) seperti ini, orang yang kena masalah lalu turun dalam iman kerohaniannya. Dalam relasi pelayanan, begitu dikritik (dinasehati) sedikit langsung ngambek dan tidak datang lagi. Ada hamba Tuhan yang antipati dengan perkembangan musik kontemporer. Jadi kalau pakai alat musik tambahan agak alergi (sulit menerima musik seperti itu). Dari tanggal 1-6 September 2014 kemarin ada 49 hamba Tuhan dari GKKK mengikuti pembinaan hamba Tuhan di Singapore. Di sini kita bisa menyaksikan gereja injili menggunakan instrument musik yang lengkap dan hampir 4.000 orang beribadah dengan penuh sukacita.  Bagi yang menyukai musik klasik, mungkin ibadah seperti itu dikatakan tidak berakar. Namun bagi orang yang tidak menyukai gereja dengan aliran music klasik, mereka mungkin akan terhilang. Sewaktu mengikuti kebaktian di sana, ada hamba Tuhan dari GKKK yang tidak tahu banyak lagu yang dinyanyikan, tapi begitu coba dinyanyikan ternyata lagunya bagus-bagus (lagu PPK tidak ada di sana). Hamba Tuhan yang berkhotbah di sana menyampaikan bahwa gereja harus membuka diri dengan perkembangan lagu-lagu rohani. Setelah berakar dengan firman Tuhan, kita tidak sekedar mengikuti arus tapi punya prinsip.

Kisah Para Rasul 4:23-31

Pada Kisah Rasul 4:31b (mereka memberitakan firman Allah dengan berani) , gereja mula-mula bukanlah gereja yang suam-suam kuku walaupun pada ayat 29, para rasul diancam agar mereka tutup mulut dan tidak menyatakan iman mereka. Sebenarnya ancaman  dan tekanan adalah sesuatu yang sangat sulit dalam kehidupan komunitas mereka. Mereka tidak hidup dalam zona nyaman (mereka harus siap hidup dalam kondisi antara hidup-mati). Pada ayat 18 mereka diperintahkan, supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam nama Yesus. Masalah gereja mula-mula sangat kompleks dalam hidup beribadah mereka. Apa yang terjadi dengan reaksi jemaat atas apa yang disampaikan Rasul Petrus dan Rasul Yohanes? Mereka berdoa kepada Allah (ayat 24-30). Mereka tidak kabur meninggalkan gereja. Mereka tidak lari dari iman percaya mereka. Mereka tidak menjadi orang-orang yang ikut arus. Saatu imam kepala dan orang Yahudi mengancam , mereka tidak pernah goyan. Gereja pada masa itu dikatakan sebagai gereja yang antusias. Semangat dan punya kehidupan rohani  yang nyata.

2 hal yang terlihat dari mereka yang menjadi jemaat yang antusias, semangat dan punya kehidupan rohani yang nyata :

1.     Mereka peduli terhadap kehidupan (kesulitan) orang lain (masalah yang tampak), khususnya Rasul Petrus dan Rasul Yohanes. Pada Wahyu 3:16, jemaat Laodikia ditegur Tuhan. Secara geografis kota ini adalah kota metropolitan. Kota Laodikia pernah mengalami gempa bumi yang menghancurkan, namun bisa dibangun lagi secara swadaya. Jemaat Laodikia secara keuangan hebat dan secara medis (kedokteran) mempunyai fasilitas kesehatan yang baik. Walau secara finansial mampu, secara rohani mereka miskin. Itu sebabnya Tuhan katakana mereka suam-suam kuku, tidak panas dan tidak dingin. Panas dan dingin merupakan dua kutub (ekstrim) dan manusia tidak tahan memegang air panas mendidih atau berendam dalam air es membeku. Maksud Tuhan kepada jemaat Laodikia, kalau panas, berikan titik didihnya yang luar biasa, kalau dingin berikan titik dingin yang luar biasa. Kedua ekstrim ini memberikan dampak yang luar biasa. Sewaktu ditanya tentang hukum yang utama oleh ahli Taurat (Mat 22:36-39), Tuhan Yesus menjawab bahwa hanya ada 2 yakni mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati (hukum pertama) dan mengasihi sesama seperti diri sendiri (hukum kedua). Hukum kedua berbicara tetang kepeduliaan yaitu bagaimana kita dengan orang lain. Orang lain bisa jadi sepaham atau tidak sepaham dengan kita. Orang lain bisa seagama atau tidak. Kepedulian seringkali dibatasi oleh diri kita sendiri dan ini yang dikecam. Dalam film Taichi Master yang dilakoni Jet Lee,  ada 2 biarawan yang ke luar dari biara. Yang satu tetap mempertahankan hidup yang baik. Yang lainnya jatuh cinta dengan dunia  dan kekuasaan serta tidak peduli dengan orang lain. Terkadang dalam kemapanan dan kecukupan, kita kehilangan kepeduliaan dengan orang lain. Mari kita merenungkan dengan baik, apakah kita punya hati yang peduli dengan sesama. 

2.     Sebagai respon rohani dalam menghadapi masalah, mereka berdoa dan  berseru kepada Tuhan. Mereka sadar membutuhkan Allah dalam hidup mereka (Allah merupakan tempat berharap). Masalah yang tampak merupakan masalah jasmani yang kemudian diimbangi dengan kerohanian.  Dalam penutupan acara pembinaan hamba Tuhan di Singapore, panitia mengatakan tahun depan adalah ulang tahun ke-50 negara Singapore yang ingin dirayakan di stadion baru di Singapore. Mereka menyampaikan dalam presentasi, biaya yang dibutuhkan sebesar 250 juta dollar Singapore (sekitar Rp 2 triliun lebih) .  Angka tersebut sangat fantastic. Apa yang dilakukan pemimpin rohani dan jemaat Tuhan di sana? Mereka awali dalam doa. Masalah rohani penting diperhatikan dalam hidup jemaat,  Kalau tidak, jemaat tidak merasa lapar dan haus secara rohani dan tidak punya antusias dengan Tuhan. Kalau hidupmu tidak baik dalam membaca firman Tuhan, dalam doa dan pelayanan akan mencerminkan siapa diri kita. Walau hidup rohani berada di “dalam” tapi dapat dilihat keluar dalam kehidupan nyata sehari-hari kita. Sehingga gereja mula-mula terus berkembang sampai ke Samaria dan seluruh dunia.

Penutup

                Bagaimana dengan GKKK Mabes? Apakah kita ingin menjadi gereja yang suam-suam kuku atau antusias nyata? Ada jemaat merasa kehidupan berjemaat sekarang seperti hentakan denyutan jantung saat kita tidur pulas. Ada juga jemaat yang berkata kehidupan berjemaat seperti soda. Saat tutup botol dibuka, maka sodanya akan menyembur tinggi namun berjalan dengan waktu akan surut kembali. Mari kita berpikir tentang gereja kita. Apakah kita mau seperti jemaat di Laodikia? Kalau hidup kita tidak berbuah, maka akan dibuang dan dicampakkan ke dalam air lalu dibakar!