Monday, July 30, 2018

Melakukan Firman-Nya, Hidup dalam Kedaulatan-Nya

Pdt. Ronny Mandang

2 Samuel 15:23-26
23  Seluruh negeri menangis dengan suara keras, ketika seluruh rakyat berjalan lewat. Raja menyeberangi sungai Kidron dan seluruh rakyat berjalan ke arah padang gurun.
24 Dan lihat, juga Zadok ada di sana beserta semua orang Lewi pengangkat tabut perjanjian Allah. Mereka meletakkan tabut Allah itu  —  juga Abyatar ikut datang  —  sampai seluruh rakyat dari kota selesai menyeberang.
25  Lalu berkatalah raja kepada Zadok: "Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya.
26  Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya."

Pendahuluan

              Ada seorang pendeta berdiri di mimbar untuk menyampaikan Firman Tuhan. Ketika akan mulai berkhotbah, ia menghendaki agar jemaat menyanyikan satu lagu berjudul “FirmanMu Pelita bagi Kakiku”. Sayangnya Organis yang bertugas belum mengenal lagu tersebut dan ia mengalami kesulitan saat mengiringinya hingga Sang Pendeta merasa terganggu dan  menoleh kepadanya. Lalu Sang Pendeta meminta Sang Organis untuk memakai irama ketukan nyanyian Waltz. Namun Sang Organis salah menangkap permintaan dari Sang Pendeta dan mengira Sang Pendeta memintanya untuk mengiringi lagu tersebut dengan nada seperti pada lagu es krim Wall’s. Kalau nada lagu es krim tersebut ia tahu dan bisa memainkannya karena penjajanya setiap hari lewat di depan rumahnya. Kemudian terdengar Sang Organis mulai memainkan nada lagu es krim tersebut sehingga Sang Pendeta walau merasa kesal, mau tidak mau mulai menyanyikan lirik lagu mengikuti irama dan nada pada lagu es krim tersebut! Usai ibadah, Sang Pendeta mencari Sang Organis di belakang gereja karena kesal dan ingin mencekiknya. Terkadang suara bisa terdengar sama, namun sebenarnya memiliki makna yang tidak sama.

Melakukan FirmanNya Memperkuat Iman

              Tema “Melakukan Firman-Nya, Hidup dalam Kedaulatan-Nya” ini sangat penting hari-hari ini dalam kehidupan bergereja dan khususnya orang-orang Kristen. Raja Saul sebelum diganti Raja Daud memerintah dengan sangat baik. Saul diangkat menjadi raja berdasarkan permintaan bangsa Israel kepada Tuhan melalui Nabi Samuel agar bangsa Israel juga memiliki seorang raja seperti bangsa-bangsa lain. Tuhan mengabulkan permintaan mereka sehingga tampillah Raja Saul yang memerintah selama 40 tahun. Tetapi kemudian timbul masalah karena dalam pemerintahannya, Saul tidak mendengarkan Firman Tuhan. Ini hal yang paling tidak mengenakkan karena ditulis dalam Kitab Samuel bahwa “maka undurlah Roh Tuhan dari Raja Saul”. Ketika ia tidak memiliki Roh Tuhan, maka segala sesuatu yang dijalankannya dalam hidupnya adalah kegagalan dan kesia-siaan. Melalui Nabi Samuel (nabi pertama yang ada di Israel), maka Tuhan berkata bahwa Ia tidak lagi berkenan kepada Raja Saul dan Ia akan menyiapkan penggantinya (Raja Daud).
              Baik Saul maupun Daud memerintah selama 40 tahun. Kedua raja ini memiliki kekurangan, tetapi Raja Daud lebih peka terhadap Firman Tuhan dan sungguh-sungguh berkomitmen terhadap apa yang dikatakan oleh Tuhan baik melalui Imam Besar Abyatar, Imam Zadok mau pun melalui Panglima Yoab. Hal yang terberat bagi Raja Daud adalah ketika anak kandungnya sendiri memberontak terhadap dirinya. Namanya Absalom.
              Pada 2 Samuel 15 dikisahkan Raja Daud sedang bersiap-siap melarikan diri dari Yerusalem yang menjadi tempat pusat pemerintahannya dan tempat seharusnya Raja Daud bermukim. Pada ayat 23 kita membaca bagaimana seluruh rakyat Israel ketika Raja Daud akan keluar dari Yerusalem. Mereka menangis beramai-ramai karena Raja Daud bukan menghadapi musuh dari bangsa lain (seperti bangsa Filistin dan Moab) tetapi Daud merasa begitu susah karena menghadapi anaknya sendiri. Absalom ini bahkan berusaha mengejar ayahnya dan ingin membunuhnya. Persoalan hidup Raja Daud sebenarnya potret dari kehidupan krisis di dalam keluarga kita. Di mana suami dan istri saling mengancam. Orang tua dan anak saling mengancam. Sama seperti Absalom yang menghimpun kekuatan untuk mengejar ayah kandungnya sendiri untuk membunuhnya.
              Pada ayat 23 dikatakan seluruh negeri menangis dengan suara keras ketika Raja Daud dan pengikutnya menyeberang sungai Kidron dan naik ke Bukit Zaitun. Dalam tangisan yang begitu kuat dan berjalan bersama rakyat ke padang gurun. Padang gurun menggambarkan suatu daerah yang tanpa tuan dan sebuah daerah tanpa mengetahui mana sisi kanan dan sisi kini , Utara-Selatan dst-nya, padang gurun penuh binatang buas. Tetapi apa yang kita baca pada ayat yang ke-25 ketika tabut perjanjian dibawa serta dengan imam-imam keluar Yerusalem, Lalu berkatalah raja kepada Zadok: "Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota; jika aku mendapat kasih karunia di mata TUHAN, maka Ia akan mengizinkan aku kembali, sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya.  Maksudnya yang pertama Daud meyakini akan kebenaran Firman Tuhan di mana sebenarnya Yerusalem adalah rumahNya. Hal seperti ini tidaklah mudah. Ketika Raja Daud memahami tentang masa depannya, maka yang menjadi pertaruhan bagi Raja Daud adalah “Bawalah tabut Allah itu kembali ke kota (Yerusalem)”. Lalu Raja Daud berkata,”Jika aku mendapat kasih karuania di mata Tuhan maka Ia akan mengijinkan aku kembali. Sehingga aku akan melihatnya lagi, juga tempat kediamannya.” Hal ini menunjukkan sebuah pemahaman bahwa Raja Daud begitu kokoh terhadap Firman Tuhan dan janji-janji Tuhan dan terhadap apa yang Allah lakukan bahwa Allah tidak pernah diam. Dalam Maz 121:1-2 dikatakan , Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ketika manusia yang percaya kepada Tuhan mengalami berbagai masalah, maka ini sebenarnya merupakan sebuah ujian apakah ia tetap setia pada Tuhan atau tidak.
              Sebagai seorang gembala sidang, saya seringkali menekankan hal-hal yang paling penting dalam beribadah yaitu firman Tuhan. Ketika kita memiliki buku Alkitab dengan ketebalan misalnya 10 cm. Bacalah Alkitab ini setiap hari , minggu, bulan dan tahun. Kita bisa tercengang karena Alkitab menjadi bertambah tebal karena berkali-kali dibaca. Berkali-kali saya mengatakan “Kotorkanlah Alkitab maksudnya bacalah Alkitab sampai ia menjadi lusuh” karena  ketika Alkitab yang kita punya kita baca dan kotorkan karena kita baca , maka hidup kita menjadi lebih bersih. Sebaliknya ketika orang Kristen tidak lagi membaca Alkitab dan menyimpannya saja di laci di rumahnya,maka sebenarnya imannya tidak pernah kuat dan bertumbuh menjadi lebih kokoh dan tebal.
              Raja Daud sebenarnya sedang memperagakan sebuah gaya kehidupan yang beriman bahwa betapa pun ia  terluka karena anaknya Absalom mencari dan ingin membunuhnya dan mengharuskan ia melarikan diri dari Yerusalem. Ini merupakan sebuah hal yang paling berat dalam hidup Daud. Ia lebih baik menghadapi musuhnya sekelas apa pun seperti bangsa Filistin dengan pasukan raksasanya (Goliat) , Daud mampu mengalahkannya. Saat ia menggembalakan kawanan dombanya, ia menghadapi singa-singa dan ia mampu mengalahkannya. Tetapi bagaimana menghadapi anaknya sendiri? Maka ketika kita membaca seluruh negeri itu menangis kita tahu bahwa ini kepedihan yang harus diatasi. Ini persoalan yang harus diatasi dengan benar.
              Ada sebuah ilustrasi jemaat Tuhan yang terjadi sesungguhnya. Satu keluarga yang berbisnis baik di Jakarta dan hidup dengan berkelimpahan harta. Suatu kali karena bisnis runtuh menyebabkan keluarga ini tidak punya apa-apa lagi dan mereka bangkrut. Rumah yang banyak menjadi habis dan akhirnya mereka tinggal di rumah kontrakan yang sedikit kumuh di gang kecil. Pemberi kontrak sudah mengultimatum keluarga ini bahwa bila dalam 3 bulan tidak membayar uang kontrakan agar angkat kaki dan pergi. Dari kondisi serba mewah punya segalanya dalam waktu tertentu hilang semuanya, dalam kondisi tidak punya lemari, kulkas, AC dan mereka tidur beralaskan kasur yang tipis. Suatu malam, Bapak ini berkata ke istri-nya, “Mama kita masih punya apa ya?” Istrinya menjawab dengan raut wajah sedih,”Kita sudah tidak punya apa-apa, semua sudah dijual” Hari itu mereka punya masalah terkait dengan kedua anak perempuan. Yang pertama masuk ke rumah sakit mau dioperasi dengan biaya yang tinggi. Orang tua diminta memberi persetujuan sesegera mungkin untuk melakukan operasi dan bila sudah setuju berarti harus menyediakan uang banyak. Lalu anaknya yang kedua telah  berkali-kali diminta untuk membayar uang sekolah karena sudah beberapa bulan belum membayar uang sekolah. Dalam kondisi itulah papanya bertanya dan dijawab bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi. Tiba-tiba anak yang kecil keluar dari kamarnya dan berkata keluar dari kamar,”Papa kita masih punya Alkitab.” Hari itu Sang Papa disadarkan tentang betapa pentingnya Firman Tuhan. Dengan hati sedih dan terpukul ia datang ke istrinya dan berkata,”Mama, selama kita punya segala-galanya, tetapi tidak punya Firman Tuhan” Malam itu mereka duduk bersama dengan anak terkecilnya di lantai berdoa dan menyerahkan masalah uang kontrak, uang operasi di rumah sakit dan uang sekolah anaknya. Problem yang berat.
Keesokan hari saat anaknya mau berangkat sekolah, Ibunya berkata kepada Sang Anak-nya,”Mama minta maaf tidak bisa menyediakan sarapan karena tidak punya uang”. Dengan luar biasa, Si Anak berkata,”Tidak jadi soal, mama. Mama ambil piring lalu taruh Alkitab di atasnya, saya akan membaca Alkitab. Sarapan saya adalah Alkitab”. Anak kecil ini  membaca Alkitab dengan begitu keras dan khusuknya.  Setelah membaca Alkitab, ia lalu pergi sekolah. Mata mama melihat anaknya dengan penuh air mata. Lalu mamanya berkata, “Nak kamu tidak mungkin kenyang dengan  hanya membaca Alkitab lalu pergi ke sekolah.” Namun Sang Anak membantahnya dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Saya sudah baca Alkitab. Saya kuat untuk berangkat ke sekolah. Saat pulang sekolah ia membawa sepucuk surat. Hati kedua orang tuanya merasa kecil karena khawatir anaknya dikeluarkan dari sekolah. Ketika sang suami meminta istrinya untuk membaca isinya, dan mereka terkejut denga nisi suratnya. ”Dewan sekolah sudah rapat, ditetapkan anak perempuan kecil ini diberi bea siswa penuh. Bahkan anak ini diberi predikat yang tidak pernah bisa disangkal sebelumnya. ” Kepala sekolah mengatakan bahwa anak ini seperti malaikat di kelas,Sekolah kemudian memberikan beasiswa. . Membaca surat itu, papanya menangis karena ia punya anak seperti itu. Lusanya datang surat dari rumah sakit. Dengan gemetar Sang Ibu membuka dan membaca surat dari rumah sakit. Isinya,”Kami para dokter telah sepakat untuk mengambil keputusan untuk mengoperasi anak Bapak-Ibu tanpa biaya asal diberi persetujuan” Mereka tidak mengeluarkan uang dan anak itu dioperasi tanpa membayar. Yang punya rumah itu sedang naik haji, dan saat itu yang terkena kasus Tragedi Terowongan Mina yang roboh pada tanggal 24 September 2015 di mana banyak Jemaah haji banyak yang meninggal, dan tidak pernah kembali. Sang Pemilik Rumah ikut terkubur dalam terowongan Mina. Sehingga tidak ada yang menagih-nagih lagi kepada keluarga ini. Mereka sekeluarga bisa menempati rumah itu sampai 7 tahun berikutnya karena tidak pernah diminta oleh pemiliknya dan pemiliknya tidak pernah kembali ke Indonesia.
              Kesaksian ini menarik karena firman Tuhan keluarga ini boleh diselamatkan. Seperti Daud berkata, “Sekiranya aku memperoleh kasih karunia daripada Tuhan” Maksudnya  kalau Tuhan sayang kepada saya, maka saya akan mendapatkan kembali tabut perjanjian itu. Ia akan memperoleh kembali tabut perjanjian itu dengan tempatnya. Daud percaya bahwa suatu kali ia akan kembali ke Yerusalem. Firman Tuhan yang dipercaya akan selalu menimbulkan iman dalam hidup kita. Dalam kitab Roma Paulus berkata, “Siapa yang mau mendengar firman Tuhan ia memiliki iman, karena iman timbul dari pendengaran akan Firman Yesus. Ini menjadi sebuah pelajaran yang sangat penting ketika kita mendapatkan  kebenaran ini, bahwa bagi Daud, soal hubungan dengan Tuhan bukanlah pilihan tetapi adalah kehidupan.  Maka mati-hidupnya adalah firman Tuhan. Sayang nya gereja-gereja khususnya di Eropa (negara-negara kuat Kristennya) meninggalkan Alkitab yang seharusnya menjadi kekuatan dalam kehidupan. Keluarga yang saya saksikan di atas, mereka dibangkitkan seperti kisah Ayub mereka dipulihkan berkali lipat ganda sehingga mereka dapat memiliki kembali rumah yang tadinya dijual.
              Ketika kita punya masalah, maka jalan terbaik bagi kita untuk mengatasinya adalah Firman Tuhan yang bukanlah berupa kata atau teks mati semata. Tetapi sebenarnya apa yang ditunjukkan oleh Tuhan dan kita percaya. Itulah yang kemudian kita baca di mana Daud dengan imannya berkata,”Saya memperoleh kasih karunia dari Tuhan. Kalau Tuhan mau saya kembali ke Yerusalem maka saya akan kembali ke Yerusalem. Dan akan menemukan kembali hidup bersama dengan tabut perjanjian dan tempat kediamannya.” Kekristenan mengajarkan sebagai orang percaya harus tetap setia terhadap firmanNya.
              Perhatikan Alkitab ini. Darimana kita memiliki kebenaran dalam kehidupan kekristenan kita, kalau kita tidak berelasi dengan Alkitab. Daud sadar sekali bahwa pada waktu zaman Daud Alkitab belum ada. Firman Tuhan direpresentasikan (digambarkan) seperti tabut perjanjian. Di mana suara Allah boleh dinyatakan dalam tabut perjanjian (tabut Allah) itu. Dalam kehidupan kita hari ini di mana kita punya Alkitab, maka kita patut membangun dan menjadi kokoh dalam keyakinan, ini bukan pilihan tapi merupakan kehidupan sebagai orang percaya. Ketika saya kemudian menyusun deklarasi iman, setiap kali kita mau membaca Alkitab di gereja maka setiap orang mengangkat tangan dengan Alkitab dan mendeklarasikan Firman Tuhan. Kami sebagi umat tebusanMu dengan iman kami percaya bahwa firman Tuhan adalah firman yang berasal dari Tuhan. Pada kalimat terakhir deklarasi ini mengatakan bahwa bahwa tanpa firman Tuhan kami tidak bisa berbuat apa-apa.

Tanpa Firman Tuhan Kita akan Salah Mengerti dengan Apa yang Dikatakan Tuhan.

Yang kedua, kalau firman Tuhan tidak ada , maka yang terjadi adalah seperti Sang Organis yang selalu salah mengerti saat diminta mengiringi lagu FimanMu Pelita bagi Kakiku dengan irama Waltz. Tuhan bicara banyak hal kepada kita. Tetapi karena kita tidak bergaul erat dengan Tuhan (tidak tahu Firman Tuhan), maka kita salah mengerti apa yang Tuhan katakana dalam kehidupan sehari-hari hidup kita. Ini sebenarnya merupakan tantangan kolektif berjemaat bergereja bahwa Alkitab pusat sentralitas dalam hidup bergereja. Tetapi tidak saja hari Minggu ia menjadi pusat , melainkan Alkitab harus dibaca setiap saat.
              Saya baru kembali dari Alor. Ada terminal penginjilan satu bulan di sana. Saya mengisi minggu pertama di bulan Juli. Saya sudah beberapa kali berada di Bukit Pekabaran  Injil Ayalon di pulau Alor. Hari Jumat kemarin, saya juga baru kembali dari pedalaman Kalimantan dan saya bertemu dengan banyak orang Kristen Kaharingan yang berada di Tumbal Kawe, Tumbal Tarani dan berada desa-desa Tumbal Kaman. Saya berkumpul dengan anak-anak kecil yang begitu banyak. Tetapi seorang pelayan Tuhan berkata kepada saya, “Pak Pendeta Ronny, semua anak yang berkumpul sejumlah hampir 100 orang yang Kristen hanya 6-7 orang.” Saya bertanya,”Mereka agamanya apa?” Dijawab,”Mereka agamanya Kaharingan, kepercayaan suku Dayak terhadap hal-hal yang selalu mereka (orang tua) lakukan. Ada orang-orang Dayak, ada waktu tertentu kepala rumah tangga mengoleskan minyak di kepalanya. Kepalanya berjalan dengan isi perutnya (dikenal sebagai uyeng). Saya bertanya ke beberapa orang suku Dayak Kaharingan, di mana sebagian sudah menjadi orang Kristen. Mereka mengatakan bahwa  sebenarnya ilmu-ilmu mistik itu adalah hal-hal yang keliru dan mereka tahu itu keliru tetapi mereka membutuhkan kehidupan yang lebih baik. Saya kemudian berkata, “Untuk membangun kehidupan yang lebih baik tidak ada yang lain tetapi adalah Firman Tuhan. Tapi firman Tuhan yang saya maksudkan bukanlah teks. Melainkan bagaimana kita berelasi dengan Tuhan ketika Tuhan ijinkan Daud harus berhadapan dengan anaknya. Daud menurut ketika harus meninggalkan dahulu Yerusalem. Seluruh rakyat menangis sedemikian rupa , tetapi Daud berpegang pada firman Tuhan. Sehingga tema hari ini yang kita pegang dan bangun bersama merupakan hal yang penting. Bagaimana Firman Tuhan berlaku dalam hidup kita. Pada ayat 26 dengan jelas tertulis Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya."
Daud sadar atas kedaulatan Tuhan. Seringkali keluarga kita diuji. Kekristenan kita diuji untuk belajar memahami apa itu kedaulatan Tuhan dalam hidup kita. Ada pengusaha Bapak pengusaha elektronik yang begitu maju dan berdagang di daerah Glodok. Bapak ini kemudian menjadi orang Kristen dan dibaptis bersama istrinya. Tetapi ketika keduanya dibaptis yang terjadi Glodok dibakar. Ia pergi ke tempat makan di Hayam Wuruk. Ia bertanya,”Tuhan mengapa setelah menjadi pengikutMu dan saya percaya kepada Tuhan Yesus, seluruh usaha saya di Globok habis terbakar?” Hatinya begitu susah. Ia kemudian bertanya kepada pendetanya,”Saya baru percaya Yesus dan belum sebulan dibaptis, dan sekarang usaha saya di Glodok terbakar semua” Tentu saja pendeta tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan terhadap situasi seperti itu dan ia tidak bisa berkata kepada mereka,”Sabar ya” sementara seluruh usahanya habis. Tetapi Pendeta berkata, “Bapak dan Ibu mari memahami apa yang sedang Tuhan ijinkan terjadi. Kita tidak tahu apa yang Tuhan mau lakukan tetapi dalam situasi seperti ini, bersandarlah terus kepada Tuhan!” Suami-istri ini berhasil melalui hari-hari yang terberat. Istrinya tidak mau melihat Glodok yang telah terbakar. Lalu datang seseorang dari Hong Kong  yang kemudian mengajak Bapak itu untuk membangun bisnis bersama. Hanya dalam waktu 4 bulan, maka semua yang hilang diganti Tuhan dengan yang baru. Ini semua belajar tentang kedaulatan Tuhan.
              Sore ini saya akan pergi ke salah satu rumah sakit di Jakarta di mana ada satu Bapak baru percaya kepada Tuhan Yesus. Tetapi Sang Bapak sudah berada di ICU hampir selama 2 bulan. Setiap hari pihak rumah sakit meminta uang Rp 25 juta. Mereka sudah jual ini-itu. Tetapi yang menarik, saya diundang keluarga ini sore ini untuk datang beribadah bersama. Sekalipun mengalami kesulitan, kita tahu Tuhan Yesus tidak membiarkan papa. Dan kita semua yakin papa suatu kali akan keluar dari ICU dan disembuhkan oleh Tuhan.” Dari mana keluarga ini mereka punya kepercayaan seperti itu? Saya percaya karena mereka bergantung pada kedaulatan Allah. Kalau Tuhan sungguh-sungguh “sayang” kepada mereka , maka di sana selalu ada harapan.
              Tahun 2016, berat badan saya naik 20 kg. Ketika berada di tempat Billy Graham di Amerika , selama 10 hari masih ada salju . Saya tidak ingin makan 10 hari . Waktu mau pulang teman saya berkata, pipi saya kempot. Lalu balik ke Jakarta Feb 2016, saya jatuh di depan rumah. Teman yang menjemput saya di bandara tidak tahu saya sudah terkapar di jalan. Hari ini hari Sabtu. Hari Minggu nya saya berkhotbah dengan situasi yang tidak karuan (tidak makan selama 10 hari) . Saya lebih suka hanya minum air es dengan es batu. Saya merasa ada yang salah dengan tubuh saya saat berkhotbah. Lalu hari Senin saya ke rumah sakit dan akhirnya berkali-kali pergi ke rumah sakit. Saya divonis terkena kanker stadium 4. Yang terjadi adalah di leher saya ada kelenjar getah bening yang membengkak, di batang otak ada 2, di paru-paru ada 1, di oseopagus ada 1 yang benar, di anak ginjal  adrenal juga terkena kanker stadium 4. Rumah Sakit Siloam Semanggi, dr. Mulawarman mengatakan kepada saya, “Kami belum pernah melihat penyakit kanker merata dalam tubuh. Biasanya satu saja nanti menyebar.” Tetapi saya muncul sekaligus di beberapa tempat di tubuh. Saya dibawa ke Singapore, tidak sampai 3 bulan saya kehilangan berat sebanyak 30  kg. Dari pk 6 pagi sampai pk 9 pagi setiap hari dari Februari sampai April, saya muntah darah dan keluarnya tidak turun ke keranjang sampah yang ditaruh istri setiap hari tetapi ia terbang sampai ke lemari dan sakit sekali. 7 kali saya dibawa ke UGD dalam keadaan tidak sadar. Dokter Singapore berkata bahwa saya harus dikemo 52 kali karena terlalu banyak kankernya. Saya ditanya oleh dokter di Jakarta dan Singapore apakah keluarga ada yang punya riwayat sakit kanker. Saya menjawab 1 adik perempuan meninggal karena kanker, baru-baru 1 adik saya kehilangan payudara karena kanker, kakak mama saya meninggal karena kanker dan 1 sepupu saya meninggal kanker. Hingga ada dokter di Jakarta berkata bahwa keluarga bapak adalah keluarga kanker.
              Ketika 6 orang dokter tanpa berkonsulitasi satu dengan lain berkata, “Umur saya kalau sekarang Feb 2016 maka umur saya tidak sampai Juni 2016”. Saya tidak menolak semua itu. Saya lebih banyak tinggal di rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Saya minta agar sampai kapan pun saya tidak mau dikemo, sekalipun harus selesai biarlah. Pada bulan Juni 2016 ada beberapa teman dokter dari Gereja Kristus yang pernah dengar khotbah saya, dr. Titos Ahimsa membuat team. Ia berkata,”Pastor Ron, tidak ada orang sakit kanker seperti Pastor yang tumbuh sedemikian rupa di seluruh tubuh.” Ada yang mengatakan saya disantet dan penuh dosa dan macam-cama. Seringkali dalam 3 bulan itu, saya tidak sadarkan diri dan terkadang sasya tidak mengenal orang. Tetapi menjelang masuk bulan Juli 2016, saya minta tolong istri untuk membawakan gitar ke Rumah Sakit. Istri berkata, “Kamu, tidak mungkin bisa main gitar.” Tangan saya sudah tidak berdaya  karena banyak jarum infus yang meluluhlantakan tangan saya hingga tinggal tulang. Sudah  harus dibolongi  di leher tapi saya tidak mau dibolongi. Lebih baik saya dipanggil Tuhan tetapi utuh seperti ini. Saya tidak bisa ke kamar mandi karena tidak pernah makan. Berbulan-bulan saya di rumah sakit Jakarta, saya terkenal sebagai pasien yang tidak pernah makan. Jadi kalau teman-teman saya mau membesuk saya jadi mudah, tinggal bertanya ke perawat / petugas di sana “Di mana tempat pendeta yang tidak suka makan?” dan akan ditunjukkan. 99,99% saya harus mati. Tetapi 1 minggu sebelum masuk bulan Juli, vonis 6 dokter berkata bahwa saya tidak mungkin hidup. Saya minta dibawakan gitar. Istri saya berkata, “Kamu tidak mungkin bisa bernyanyi.” Memang saya tidak bisa bernyanyi bahkan memegang gitar pun yang tadinya ringan menjadi sulit. Usia gitarnya lebih tua dari usia pernikahan kami. Tetapi saya tetap dibawakan gitar. Saat semua sedang tidur malam, saya jarang bisa tidur dan tidak pernah minta obat untuk tidur. Lalu saya ambil gitar yang terasa berat sekali gitar itu karena saya tidak ada tenaga. Lalu saya menyanyikan lagu “Kupercaya Mujizat” (I Believe in Miracles oleh Carlton C. Buck, John W. Peterson) bait yang kedua. Bunga bakung yang berkembang Dipadang yang gersang. Kupercaya mujizat. S’bab percaya Yesus.  Dan kadang saya menangis kala menyanyikan lagu itu. Saya ketua umum Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) dan sudah siapkan ganti (baru selesai tugas 2019). Saya sudah panggil keluarga untuk minta bisa dikubur di mana saja. Itu saja. Mau kubur di mana saya tidak soal. Saya sudah serahkan jabatan gembala sidang kepada siapa saja. Namun saat saya menyanyi lagu tersebut saya punya pengharapan. Saya percaya dengan kedaulatan Tuhan. Kalau Tuhan mau ambil saya silahkan. Adik-adik saya orang beriman. Adik saya Inneke berkata, “Ron, mengapa saya harus pergi dengan cara seperti ini?” Terakhir dia sulit bicara karena kanker getah beningnya sudah menguasai seluruh jaringan suara. Saya berkata, “Sampai akhir hidup ini, jangan kita bergeser dari kepercayaan kita dan iman kita.” Adik saya tidak sembuh dan  dia meninggal di Belford, AS. Saya pun juga sama seperti itu. Kalau Tuhan mau ambil saya, silahkan Tuhan ambil saya. Tapi ketika saya bernyanyi, “Kupercaya mujizat.” Saya merenungkan kalimat  itu lalu kalau saya sembuh apa yang akan saya lakukan. Saya seorang pendeta dan saya berkata,”Kalau Tuhan memang sembuhkan saya dalam sayangnya, kalau tidak saya tetap setia dan kalaupun Tuhan sembuhkan saya, maka saya mau pergi ke tempat orang yang orang lain tidak mau pergi.” Bulan Juli saya bicara dengan dr. Sie di Sangpore,”Dok, saya sembuh.” Dia tidak percaya. Saya di CT-scan, PET-Scan, endoskopi, biopsi  dan hasilnya dibawa ke patologi anatomi UI. Hasilnya dibawa ke dr Asisa yang terbaik di Indonesia untuk membaca hasil-hasil lab dan hasil-hasil dari rumah sakit-rumah sakit. Dr. Asisa mengatakan bahwa  pasien ini tidak ditemukan sama sekali adanya kanker. Hilang semua. Sehingga saya bisa pergi pelayanan ke mana-mana.
              Daud pada akhirnya kembali ke Yerusalem. Di atas kertas, tidak pernah akan mungkin. Karena pasukan dan rakyat menyertai Absalom dijanjikan banyak hal. Daud tidak pernah menjanjikannya. Pada ayat 26 Tetapi jika Ia berfirman, begini: Aku tidak berkenan kepadamu, maka aku bersedia, biarlah dilakukan-Nya kepadaku apa yang baik di mata-Nya." Ketika aku berkenan kepadamu, Daud tetap menerimanya. Kalau Tuhan berkenan, makai a akan kembali lagi ke Yerusalem. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil tetapi bagi orang percaya juga tidak ada yang mustahil. Perpaduan antara kita sungguh-sungguh percaya kepada firman Tuhan dan kedaulatanNya dalam hidup kita bukan meruapakan 2 bagian terpisah tetapi menjadi 1. Percaya kepada Tuhan Yesus tidak selalu berjalan dalam jalan mulus. Tetapi selalu ada kebaikan-kebaikan  yang tidak bisa kita ceritakan. Ketika dr Sie dari Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapore bertanya,”Bagaimana mungkin Pdt. Ronny bisa sembuh? Karena di kertas yang dia tulis kepada saya : minimal 52 kali harus dikemoterapi di Singapore. Saya tidak punya uang. Sekali saya datang ke Singapore saya tidak bisa sendiri. Sekali datang tidak bisa datang langsung karena itu harus menginap. 2 malam x 52 kali.  Saya tidak punya uang. Tetapi Tuhan Yesus memberi jalan yang luar biasa. Iman kita dibangkitkan karena kita percaya.
              Markus 7:37 tertulis Mereka takjub dan tercengang dan berkata: "Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikan-Nya mendengar, yang bisu dijadikan-Nya berkata-kata." Ini menjadi kekuatan bagi saya. Apapun masalah saya, tiap pagi saya muntah darah. 3 jam sebanyak 15 kali. Tidak pernah kurang atau lebih dari 15 kali. Sehingga anak perempuan saya (Kezia) berkata, “Pi sudah 7 kali muntah, masih 8 kali lagi.” Saya tidak berdaya. Kalau bangun tidur, saya tidak berdaya. Kalau diberi jus, saya muntahkan kembali. Saya bertanya kepada Tuhan, mengapa harus 15 kali? Di dalam kedaulatanNya, Allah bisa mengubah segala sesuatu. Allah bisa mengubah orang yang begitu sombong di hadapannya menjadi rendah hati. Dan Allah bisa mengubah orang yang rendah hati ditinggikanNya. Jadi itu yang terjadi pada Daud, pada akhirnya Absalom mati. Daud memang berduka cita mendengar anaknya mati.   Hingga Yoab berkata,”Raja, kami berjalan pulang tidak ada sorak sorai di Yerusalem.” Daud berkata, Tuhan selalu bekerja dengan cara yang tidak kita pahami”. Setelah lewat masa dukacita, baru Daud tampil  di hadapan rakyatnya dan mereka bersuka cita secara luar biasa.

Penutup

Pelajaran yang penting hari ini :

1.     Betapa pentingnya firman Tuhan dalam hidup kita. Tanpa firman Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Gereja , keluarga dan pribadi harus kokoh dalam firman. Dalam Yohanes 15:7 Yesus berkata,”AKu akan memberikan apa saja yang kamu minta” tapi jangan lupa ada kriterianya “Tinggallah di dalam Akudan firmanKu di dalam kamu maka mintalah apa saja.” Maka kita tidak punya pilihan bahwa Alkitab adalah sukacita cita kita , dengan Alkitab kita merayakan hidup kita.
2.     Mempraktekkan firman Tuhan dalam kehidupan. Seringkali kita menghadapi kesulitan. Saat mau menjadi baik toko terbakar. Mau menjadi baik papa masuk ICU. Tetapi bukankah ini ujian untuk kita. Di mana Yesus berkata,”Kalau mau ikut Aku, iring Aku pikul salib.” Setiap malam saya bernyanyi dengan istri, “Hendaklah kau iring Yesus. Pikul salib, jangan takut dan gelisah.” Pada waktu saya susah dan mengalami masalah sama seperti Daud yang kemudian menulisnya dalam Mazmur 121, aku melayangkan pandanganku ke gunung-gungung dari mana kah akan datangnya pertolongan? Pertolonganku datangnya dari Tuhan yang  menciptakan langit dan bumi.
3.     Kedaulatan Allah selalu mendatangkan hal yang baik buat kita. Allah tidak pernah merancangkan hal kejahatan dan kecelakaan. Saat menghadapi kesulitan seperti kasus Raja Daud sedang sulit dan air bertumpahan, Tuhan berjanji suatu kali Daud akan kembali ke Yerusalem.

Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita sekalian. Mari jangan goyah, bangun hidup kita dengan iman melalui firmanNya. Dan kita percaya atas kedaulatanNya bahwa kedaulatanNya selalu mendatangkan hal baik dalam hidup kita.


Monday, July 23, 2018

Melakukan Firman-Nya, Mengagungkan Kedaulatan-Nya

Ev. Putra Waruwu

33 O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
34  Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
35  Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
36  Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

Pendahuluan

              Tema-tema ibadah Kebaktian Umum selama bulan Juli 2018 bagi saya sangat menarik. Karena hanya ada satu kata atau frase yang membedakan setiap minggunya dan semuanya terkait dengan Kedaulatan Allah. Hari ini tema-nya “Melakukan Firman-Nya, Mengagungkan KedaulatanNya”. Sebagai orang-orang yang sudah percaya kepada Allah tentu kita adalah orang-orang yang tidak asing dengan FirmanNya. Kita seringkali disuguhi (diberikan) dan mendengar Firman Tuhan. Entah itu dengan membaca buku (artikel) renungan harian, mendengar khotbah dalam ibadah atau persekutuan dan lain-lainnya. Banyak media dan cara untuk kita bisa membaca atau mendengarkan firman Tuhan. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah apakah kita berani berkata,”Saya adalah pribadi yang telah melakukan firmanNya”. Belajar Firman itu sepertinya mudah tetapi untuk melakukan dan mempraktekkannya, kita dituntut untuk mau tidak mau “HARUS” melakukannya. Melakukan berarti ada tindakan dan gerakan untuk menjalankan. Ada inisiatif, passion (hasrat) untuk kita melakukan apa yang telah kita dengar. FirmanNya adalah “ya” , “amin”,Alkitab  merupakan suara Allah bagi kita dan Allah sendiri yang dinyatakan bagi kita. Setiap khotbah pasti dasarnya adalah firman Tuhan, tidak ada yang lain. Bacaan bisa jadi referensi dan artikel bisa jadi tambahan tetapi dasarnya adalah Alkitab. Kalau berkhotbah di luar Alkitab maka pengkhotbanya harus bertobat karena yang kita renungkan adalah FirmanNya, bukan dari sudut pandang pengkhotbah. Mengagungkan berarti ada sikap untuk memuliakan, meninggikan dan meluhurkan Tuhan. Kata “mengagungkan” pada KBBI merupakan kata yang merujuk kepada satu pribadi yaitu Tuhan. Kata “mengagungkan” berarti kita sedang belajar bahwa segala sesuatu didasarkan pada kebesaran Tuhan. Kedaulatan Allah adalah kebebasan dan kemahakuasaan Allah atas hidup kita. Artinya melakukan firman dan mengagungkannya, menunjukkan kepada kita sebagai orang yang telah diselamatkan harus melakukan firman Tuhan untuk memuliakan Dia melalui kedaulatanNya.

Melakukan Firman-Nya, Mengagungkan Kedaulatan-Nya

Apa arti mengagungkan KedaulatanNya?

1.     Tingkah Laku dan Pola Pikir Berubah Setelah Diselamatkan

         Firman yang kita baca hari ini (Roma 11:33-36) adalah tulisan dari Rasul Paulus yang ditujukan kepada orang-orang (jemaat)  di Roma. Orang-orang  di sana adalah orang-orang  yang secara intelektual tergolong pintar, jenius dan bisa. Secara budaya-sosial, mereka orang maju dari daerah yang merupakan pusat kehidupan saat itu. Dalam tugasnya, Rasul Paulus datang memberikan suratnya. Rasul Paulus pribadi yang istimewa, intelektual tinggi dan kapasitas yang luar biasa karena ia belajar di bawah bimbingan orang-orang hebat saat itu. Itulah Saulus sebelum namanya diganti menjadi Paulus. Ia memahami dan mengerti semua ajaran saat itu. Ia merasa lebih baik dan hebat. Apa yang dilakukan dalam kebisaannya? Sebelum bertobat ia menjadi penganiaya orang-orang Kristen. Semua yang telah dimiliki Rasul Paulus dalam kemampuannya menjadi tidak berarti ketika ia bertemu dengan Tuhan. Perjalanannya ke kota Damsyik menjadi titik-balik kehidupan seorang Paulus. Ia tidak hanya mengalami perubahan perilaku (sikap) tetapi juga paradigma, pola pikir dan sudut pandangnya diubahkan. Kita juga bisa menunjukkan , kalau dulu kita pukul teman tetapi sekarang tidak berarti kita berubah. Orang bisa melihat dan mengamati secara sikap ia sudah berubah, tetapi secara pola pikir (sudut pandang) siapa yang tahu bahwa kita sudah berubah? Rasul Paulus sudah berubah tingkah laku dan pola pikir-nya. Pasal 1-11 kitab Roma merupakan ajaran Rasul Paulus tentang Allah berkuasa yang menyelamatkan. Ia mengajak kita berpikir apa itu dosa, akibat dosa, hukuman dosa, bagaimana kita mati dalam dosa dan diangkat dalam Kristus lalu mengalami lahir baru di dalam Kristus. Rasul Paulus menjelaskan bagaimana anugerah bekerja dalam kehidupan kita. Pada pasal 11, Rasul Paulus menulis, “Bagaimana Tuhan menentukan dan memilih umat-umatNya”. Siapakah orang-orang pilihan dan umat yang telah ditentukan? Yaitu mereka yang disebut umat Israel. Tapi di pasal 11, Tuhan dalam kemahakuasaannya, memutarbalikkan semuanya itu. Dengan car Tuhan menyatakan keselamatan bagi bangsa-bangsa lain (selain Israel) termasuk kita. Ini jadi masalah bagi orang-orang Israel saat itu. “Kok bisa-bisanya  Tuhan berbuat seperti itu?” Kita juga kafir, tetapi di dalam Kristus kita telah diselamatkan. Itu yang Rasul Paulus ingin tekankan ,”Ketika melakukan firmanNya kita harus mengagungkan kedaulatanNya dalam arti kita harus setuju dengan cara kerjanya Tuhan.” Orang Israel yang disebut Yahudi tidak sepenuhnya sejalan dengan cara kerjanya Tuhan. Ibarat ada makanan khusus untuk penata layan tetapi karena belas kasihan maka makanannya dibagi ke umat lain. Penata layan lain bertanya,”Kenapa dibagikan karena itu hak kami?” Itu yang terjadi dan menjadi soal. Mereka bertanya tapi tidak sepenuhnya mengerti.
         Maka dari itu Rasul Paulus menjawab persoalan itu dan berkata,(ayat 33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!  Pada bagian pertama Paulus menekankan akan kebijakan ilahi. Oh alangkah dalamnya rancangan ilahi yang bertindak terhadap bangsa Yahudi dan non Yahudi. Israel dibuang sedangkan bangsa lain dirangkul dan diselamatkan. Orang yang sudah ditentukan dibuang dulu , nanti waktu tepat mereka akan kembali. Sehingga wajar mereka ada rasa kecewa, putus asa, iri hati. Kok bisa-bisanya Tuhan berbuat demikian. Tetapi itulah cara kerja Tuhan. Tidak ada yang membatasi Tuhan dalam cara kerjanya. Tidak semua cara kerja Tuhan bisa kita pahami. Ada bagian tertentu yang perlu perenungan yang dalam.
         Kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah menunjukkan bahwa dalamnya pengetahuan Allah tidak dapat diselami sepenuhnya oleh manusia apalagi kita disebutsebagai manusia yang berdosa. Rasul Paulus paham dan mengerti tetapi ia kehilangan segalanya dalam hidupnya. Apa yang dianggapnya benar yaitu memusnahkan kekristenan malah berbalik menjadi mengasihi orang-orang Kristen. Kepandaian jangan sammpai menghilangkan arah hidup kita tetap ingat bahwa semua yang kita miliki adalah karena Tuhan yang menganugerahkannya pada kita. Sungguh tidak terselami jalan-jalannya.
         Roma 11:33 sepadan dengan ayat Yesaya 55:8. Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Apa yang dirancangNya tidak membutuhkan persetujuan kita. Kita tidak ditanya oleh Tuhan, “Apa masukanmu?”. Tuhan menentukan dan menetapkan apa yang terjadi. KetikaTuhan menyelamatkan kita, Tuhan  tidak berkompromi (tawar menawar) dulu dengan kita. Ada sebuah lagu rohani yang dinyanyikan oleh trio Alfa Omega didasari ayat ini liriknya : Rancangan Tuhan adalah rancanganNya. Bukan seperti rancangan manusia. Rencana Tuhan adalah rencanaNya. Bukan seperti rencana manusia, tiada yang mustahil bagi Allah. Semua yang tertulis pasti digenapi. Artinya bagian kita ketika kita mengagungkan Allah, Rasul Paulus mengajari kita,”Ketika segala sesuatu tidak dapat dijelaskan dengan akal pikiran manusia, maka engkau hanya bisa berkat, oh alangkah dalamnya.
         Kita dibawa ke renungan yang lebih dalam, untuk mengenal Tuhan dengan lebih baik. Itulah kebijakan ilahi . di dalam hidup orang-orang percaya. Kebijakan ilahi kita tahu dari firman yang didengar dan dibacakan (disampaikan). Pemeliharaan Tuhan selalu nyata dalam kehidupan kita. Sekalipun banyak kesulitan mengikuti Tuhan dan tantangan untuk mempertahankan iman tetapi ingatlah bahwa semua ada untuk menunjukkan bahwa keputusan-keputusan Tuhan tidak sepenuhnya diselami oleh manusia. Tadi malam ada pemilihan Miss Grand Indonesia 2018. 3 besar pemenangnya berasal dari daerah Bengkulu, Sumut dan Jakarta. Untuk menjadi pemenangnya peserta diberi pertanyaan. Giliran wakil DKI maju yakni Stephanie Cecilia Munthe lalu ditanya, “Jika engkau diberi satu kekuatan super maka siapa yang akan diselamatkan?” Dijawab,”Hal pertama yang akan saya selamatkan adalah My Bible (Alkitab), karena Alkitab telah membawa saya mengenal Tuhan yang saya percayai. Dengan Alkitab saya bisa membagikan cinta dan pengharapan bagi semua orang. Saya memilih untuk menyelamatkan Alkitab karena dengannya saya bisa berbagi anugerah yang telah saya dapatkan dari Tuhan yang saya percayai.” Kalau kita jadi juri sebagai orang Kristen kita bisa pilih dia. Tetapi akhirnya dia jadi runner-up kedua (juara ketiga). etapi keyakinan iman ketika ia berkata demikian bagi saya itu bukan sesuatu yang mudah. Di tengah-tengah dan desakan isu kristenisasi ia menjawab seperti itu sedangkan yang lain menjawab anak dan pendidikan. Inilah bukti bagaimana ketika seseorang melakukan firman dan mengagungkan kedaulatanNya, setelah  mendengar dan berbagi apa yang sudah dirasakan bersama Tuhan. Dia sudah merasakan cinta Tuhan dan dia bagikan. Itulah kebijaksanaan ilahi yang memampukan kita melakukan apa yang dimau.

2.  Kedaulatan itu dinyatakan lagi bagi kita

         Ayat 34-35  adalah pesan Rasul Paulus dalam bentuk pertanyaan,  Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?  Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Susah untuk mengetahui pikiran orang lain apalagi Tuhan. Anak dan pasangan kita saja tidak sepenuhnya kita paham pikirannya apa apalagi Tuhan yang menciptakan kita. Siapakah yang pernah menjadi penasehatNya? Adakah Tuhan mengangkat dewan penasehat untukNya? Di dalam organisasi mungkin ada dewan penasehat, dalam gereja ada hamba Tuhan konsulen yang mengarahkan. Allah tidak pernah mengangkat penasehat karena Dia sanggup memberitahukan rancangan-rancanganNya dan menyatakan pemeliharaanNya kepada kita. Kalau Tuhan memberi kita berkat atau sakit, Tuhan tidak perlu bicara dahulu missal :  ijinkan kita sakit. Juga saat sakit jadi diminta untuk check-up. Di dalam Tuhan tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Ketika kita mau mengagungkan kedaulatanNya maka jangan ngotot-ngototan dengan Tuhan. Siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepadaNya? Kalau kita diberi sesuatu oleh seseorang, berarti kita harus mengasihi. Artinya kita harus berbuat dahulu, nanti kita tabur apa yang kita perbuat. Bagaimana dengan Tuhan? Kita memberi Tuhan dulu? Kita goda dan rayu Tuhan dulu untuk disayang Tuhan? No! Tuhan yang lebih dahulu mengasihi kita. Sehingga Dia harus menggantikannya. Rasul Paulus mengatakan hal ini karena Rasul Paulus ingin membungkam orang-orang Yahudi yang menghitung-hitung segala sesuatu dengan Allah yang meyelamatkan (Tuhan aku sudah buat ini-itu, lalu aku dapat apa?). Sikap demikian juga masih ada sampai hari ini. Misal : Tuhan aku sudah melayani lho. Tuhan saya sudah ikut apa yang Engkau mau, tetapi kenapa sampai sekarang doaku tidak dijawab-jawab? Apa sih maunya Tuhan? Jangan main-main lha Tuhan. Kadang -kadang dalam keberdosaan seperti itu dengan Tuhan, berarti hal itu kita menagihNya. Apakah kita sudah memberi pinjam kepada Tuhan sehingga menagih? Tidak! Jadi sabar saja. Ketika kita mengagungkan kedaulatan Tuhan, itu tidak mengajari kita untuk melakukan hal-hal yang super power (besar). Dari hal-hal yang sederhana, kita bisa mengagungkan Tuhan. Pengertian mengagungkan  artinya meluhurkan atau memuliakan melalui sikap hidup. Itulah yang Tuhan mau untuk kembali kita memahami kedaulatan ilahi dalam kehidupan.

3. Soli Deo Gloria

         Yang ketiga dalam mengagungkan kedaulatan Allah : Soli Deo Gloria. Artinya sebab segala sesuatu dari Dia oleh Dia dan kepada Dia. Segala sesuatu kita kembalikan sebagai hormat dan pujian syukur kepada Dia. Alalh itu segala-galanya di dalam segala sesuatu . Tidak ada yang lebih tinggi, kuat dan hebat dari Allah. Tidak ada dan tidak dapat digantikan dengan siapa pun dan apa pun. Entah itu kepintaran , kekayaan dan kelebihan. Semua tidak akan pernah menggantikan posisi Tuhan di dalam hidup kita. Maka Rasul Paulus berani berkata, “Solid Deo Gloria”. Karena ia tahu kehidupan orang-orang yang ada di Roma saat itu adalah kehidupan yang tidak sepenuhnya ikut Tuhan dengan setia. Dengan pengetahuan mereka, rasio atau logika lebih sering diandalkan dan dipercaya daripada Tuhan. Segala sesuatu di sorga dan  bumi yang terjadi di dalamnya adalah oleh karena Tuhan, oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Di Efesus Rasul Paulus berkata,”Oleh karena itu jangan ada yang membanggakan diri dan sombong dengan apa yang sudah diterima dari Tuhan”. Di dalam segala sesuatu yang dianugerahkan Tuhan bagi kita, adakah kita pernah berpikir bahwa kita harus mengembalikan itu untuk Tuhan? Maka mau tidak mau kalau Tuhan yang mau maka harus mau. Maka ego harus ditundukkan. Kerendahan hati itu perlu untuk bisa memahami apa yang Tuhan mau di dalam kehidupan kita. Ketika kita tahu bahwa Tuhan itu bijaksana dan berdaulat, maka dengan iman dan rasa syukur mudah bagi kita berkata Soli Deo Gloria. Tetapi bila Tuhan tidak menjadi yang utama dalam hidup kita, maka akan terasa sulit bagi kita untuk berkata Soli Deo Gloria. Apalagi kalau kita bisa mendapatkan segala sesuatu yang kita mau. Tanpa Tuhan pun kita bisa, kenapa sekarang harus dengan Tuhan. Ada anugerah umum dan anugerah khusus. Anugerah umum artinya Tuhan berkenan pada semua orang, maka Tuhan memberi berkat-berkat  kehidupan seperti alam, pekerjaan dll.  Itu semua Tuhan berikan untuk dinikmati. Peranan Allah dalam kehidupan kita sangat besar. Jangan seorang pun pernah mengabaikan Tuhan. Biar bagai mana pun kondisi kita, Tuhan tetap bersama kita. Inilah pengalaman iman Rasul Paulus ketika Ia mau mengagungkan kedaulatan Allah.

Apa yang bisa kerjakan dalam kehidupan sehari-hari?
1.       Kita harus kenal diri
2.       Kita harus kenal Tuhan.
                                        
Kenal diri menuntut kita untuk bisa memiliki kerendahan hati dan mengajari kita agar tahu siapa kita di hadapan Tuhan dan siapa Tuhan dalam kehidupan saya. Kalau kita kenal diri kita dengan baik maka kita tidak akan semena-mena kepada Tuhan. Kita datang kepada Tuhan tidak juga dengan semena-mena dan sembarangan. Artinya kita hormat kepada Tuhan. Saat anak menghadap orang tua, ada sikap hormat. Demikian juga saat menghadap pimpinan pasti kita ada sikap hormat. Terlebih ini kepada Tuhan kita harus lebih hormat kepadaNya. Kenal diri menuntut kita untuk rendah hati. Pengamsal berkata bahwa takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan . Ini membawa kita sungguh-sungguh melihat Tuhan sebagai pribadi yang besar dan berkuasa. Dengan cara apa? Mulai dari hal-hal yang sederhana. Kalau datang saat ibadah, alangkah baiknya kita  datang lebih awal. Juga ke persekutuan, lebih hindah bila kita datang lebih awal. Jangan sampai ada satu momen dalam urutan ibadah kita ketinggalan. Jangan sampai momen untuk kita bersalaman dan bertumbuh dengan jemaat hilang. Tuhan mau merangkul kita dengan hal-hal yang sederhana dan Tuhan mau kita menghadap Dia dengan hal-hal sederhana. Muliakan Tuhan dalam seluruh kehidupan kita. Ketika firman diberitakan, pujian dinyanyikan, doa dipanjatkan, apakah hati kita mau menerima atau menolak apa yang Tuhan mau? Kenal diri lewat kerendahan hati. Yang kedua, Kenal Tuhan! Iman yang Tuhan anugerahkan bagi kita membawa kita untuk semakin melihat hal-hal yang Tuhan ingin nyatakan bagi kita. Ketika kita sudah diselamatkan maka kita punya percaya dan ketika kita sudah punya percaya maka kita ditolong untuk memahami iman kita. Melalui apa? Maka kita ada kelas katekitasi. Itulah cara untuk semakin memantapkan pengenalan kita akan Tuhan. Kita belajar bukan saja tentang Tuhan tetapi belajar dari Tuhan.

Seberapa jauh kita membangun hidup kita semakin dekat dengan Tuhan? Adakah Tuhan selalu ada bagi kita di dalam setiap langkah kita. Atau seringkali Tuhan terlupakan karena kesibukan, tanggung jawab, pekerjaan atau pelayanan yang menumpuk? Seorang kakak tingkat saya pernah kesaksian ketika khotbah saat morning chapel di Kampus. Ia berkata, “Sebelum saya masuk sekolah teologi, kehidupan rohani saya teratur. Baca firman dan renungan. Namun sewaktu awal masuk sekolah teologia, saya rasanya seperti semakin jauh dari Tuhan. Ini kesaksian hidup. Ketika kita semakin dekat dengan Tuhan, apakah kita sungguh makin dekat dengan Tuhan? Ketika kita setia beribadah dan pelayanan apakah kita sungguh semakin dekat atau jauh dengan Tuhan? Fisik boleh dekat dengan Tuhan tetapi hati, pikiran dan passion (hasrat) kita jauh dari Tuhan. Kalau kenal Tuhan , maka taati Tuhan!. Tuhan minta kita TAAT. Hanya itu saja yang Tuhan kehendaki. Tetapi terkadang kita harus berjuang untuk taat. Banyak tantangan yang harus kita hadapi. Mulailah dari hal-hal sederhana untuk bisa mengagungkan kedaulatan Tuhan.

Seorang teman saya bulan lalu sharing bagaimana dia berjuang mencari pekerjaan dan tak kunjung dapat. Berkali-kali diinterview tapi tidak ada panggilan. Suatu kali ia berniat pindah ke suatu kota dan akhirnya pindah ke kota itu. Lalu ia melamar dan dapat jadwal interview tetapi tidak kunjung diterima. Iya bertanya kepada saya,”Put, saya sudah melakukan semua, berdoa , buat lamaran, ikut interview. Semua sudah lakukan. Apa sih yang masih kurang? Mengapa teman-teman saya mudah mendapat pekerjaan? Mengapa saya susah sekali?” Ketika saya mendengar hal itu, saya bingung menjawabnya. Akhirnya saya katakan, “Mungkin saat ini Tuhan tidak menuntun kamu untuk dapat kerja tetapi Tuhan menuntut kamu untuk memperbaiki kerohaniaan kamu.” Ia segera memberi respon,”Kerohanian yang seperti apa lagi?” Saya langsung membalas lagi,”Ini lho , dari jawaban kamu saya saja tidak enak mendengarnya. Bagaimana saya bisa apresiasi masalah kamu? Saya paham kamu bergumul tetapi cobalah renungkan dahulu.” Setelah cerita banyak hal, akhirnya dia jawab “Ok, saya coba melakukannya”. Saat persiapan khotbah hari ini, saya teringat dia. Saya bertanya apakah dia sudah mendapat pekerjaan belum. Dia menjawab,”Puji Tuhan!  Tuhan itu lucu ya. SkenarioNya menarik buat saya.” Ia bekerja di salah satu tempat di Bali dan di dalam perjalanan untuk mendapat pekerjaan banyak sekali Tuhan mempertemukan dia dengan kesulitan-kesulitan. Dalam satu hari yang sama ia mendapat panggilan interview di 6 tempat yang berbeda. Setelah 2 tempat selesai, masih ada 4 tempat lagi. Saat pergi ke tempat yang lain , hujan turun, tidak ada gojek yang mau padahal ini kesempatan emas. Akhirnya ia berdoa, “Terserah Tuhan, maunya Tuhan apa.” Akhirnya ia putuskan kembali ke kosnya. Jarak dari tempat kos dan tempat interview sejauh 10 km. Hari sudah mulai gelap, di tengah jalan hujan turun deras. Ia singgah dan berteduh di pos satpam. Ketika berteduh seorang pria keluar dari rumah itu dan bertanya, “Mau kemana mbak?” Setelah dijelaskan lalu pria itu berkata,”Saya mau ke sana. Kalau begitu bareng saya saja” Ternyata Bapak itu sebenarnya sedang menggoda nya. Banyak hal yang disinggung dalam perjalanan tetapi dia diam saja. Dia pulang ke kos dan beristirahat dan bergumul. Hanya 2 panggilan interview yang bisa dipenuhi dan 4 gagal. Ia bergumul dengan kebutuhan hidup dan segala sesuatu yang diperlukan. 3 hari kemudian dia ditelpon dan diterima dan dapat posisi yang cukup baik. Dari situ ia membuat artikel dan mengirim ke saya. Lalu saya bertanya, “Bolehkah saya menggunakan nya dalam menyampaikan kesaksian hidup?” Ia mengijinkan. Skenario Tuhan dalam kehidupan kita tidak ada yang tahu. Kita harus berani harga untuk mengikut Tuhan.
Tadi di persekutuan remaja, tema yang diusung di bulan ini adalah “Bagaimana Tuhan dalam keindahan alam”. Hari ini berbicara “Allah dalam keindahan alam." Bagaimana kita bisa melihat dan menikmati kebesaran Tuhan melalui alam  yang ada? Satu hal yang pasti, rencana Tuhan tidak pernah gagal dalam hidup kita. Itu harus menjadi iman dan keyakinan kita. Mulailah dari hal-hal yang sederhana.

Penutup
             
              Sebuah lagu himne yang cukup saya senangi berjudul It Is Well with My Soul yang liriknya ditulis oleh Horatio Spafford sementara musiknya dibuat oleh sahabatnya, Philips Paul Bliss.  Horatio G. Spafford lahir pada 20 Oktober 1828 di Lansungburgh, New York. Dia adalah seorang pengacara sekaligus pengusaha sukses di Chicago.  Horatio mempunyai seorang istri (Anna Spafford) dan 5 orang anak (1 laki-laki dan 4 perempuan). Pada tahun 1860-an keluarga Spafford merupakan salah satu keluarga yang terpandang di Chicago. Horatio mendapatkan keuntungan besar dari investasinya dalam real-estat di sepanjang tepi danau Michigan. Walau serba berkelimpahan keluarga Spafford sangat aktif dan setia dalam kegiatan gereja Presbysterian.
Namun, kehidupan tidak selamanya membahagiakan keluarga Spafford. Tragedi pertama terjadi pada tahun 1870 ketika putra satu-satunya, yang waktu itu berusia 4 tahun, meninggal akibat demam berdarah.  Kemudian pada tahun 1871 terjadi kebakaran besar di Chicago (Great Chicago Fire) yang menyapu habis semua aset real-estat sehingga perusahaannya pun akhirnya bangkrut. Tidak berdiam diri dan jatuh dalam depresi, Horatio kembali usahanya sambil membantu sesama warga Chicago lainnya yang kehilangan tempat tinggal.
Ketika keadaan agak mulai membaik, Horatio berencana membawa keluarganya berlibur ke Eropa untuk menenangkan diri. Pada tahun 1873, sahababatnya sekaligus seorang penginjil besar Amerika bernama D.L. Moddy berencana untuk mengadakan pertemuan penginjilan di Inggris sehingga Horatio membawa istri serta keempat anak perempuannya untuk mengikuti pertemuan tersebut. Keluarga Spafford bersiap untuk berlayar ke Inggris menaiki kapal uap Perancis bernama Vile du Havre dari pelabuhan New York dengan melintasi samudera Atlantik. Akan tetapi, sesaat sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, Horatio terpaksa harus menunda keberangkatannya karena ada urusan bisnis yang sangat penting dan tidak bisa ditunda. Istri dan keempat anaknya tetap berangkat dan Horatio berjanji akan segera menyusul setelah urusan bisnisnya selesai. Pada malam tanggal 22 November 1873, tragedi kembali menerpa keluarga Spafford, kapal Vile du Havre yang mereka tumpangi bertabrakan dengan kapal besi Inggris (The Loch Earn). Hanya dalam tempo 12 menit Vile du Havre tenggelam dan menewaskan 226 penumpang, termasuk keempat putri Horatio : Annie, Maggie, Bessie dan Taneta. Anna Spafford termasuk salah satu dari 47 orang yang selamat.
Anna mengisahkan saat-saat terakhir ketika tragedi itu merengut nyawa keempat putrinya : "Aku merasa seperti tersedot dengan keras ke bawah. Bayi Taneta terlepas dari tanganku karena benturan dengan beberapa puing kapal. Benturan itu begitu keras sehingga lenganku memar parah. Aku mencoba menggapai untuk menangkap bayiku dan berhasil menangkap gaunnya, namun sesaat kemudian ombak menghantam dan merobek baju yang kugenggam dan menghempaskan bayiku dari tanganku selamanya."  Kedua putrinya yang lain (Maggie dan Annie) ditolong seorang pemuda yang berhasil mengapung dengan sepotong kayu. Ia berenang mendekati kedua gadis itu dan menyuruh mereka menggenggam kedua sisi bajunya sambil mencoba mencari papan yang cukup besar untuk mereka bertiga. Setelah berjuang sekitar 30-40 menit di laut, mereka berhasil mendapatkan papan yang cukup besar dan pemuda itu berusaha membantu kedua gadis Spafford untuk naik ke papan. Tetapi ia melihat tangan mereka yang menggenggam bajunya mulai melemah dan mata mereka tertutup. Tubuh kedua gadis yang sudah tidak bernyawa lagi itu perlahan menjauh dari tubuh si pemuda yang juga lumpuh akibat kecelakaan tersebut. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada putri Stafford yang bernama Bessie.
Dengan tubuh penuh memar dan luka, Anna Spafford berhasil diselamatkan, namun semua rasa sakit yang dideritanya tidak sepanding dengan kepedihan hati akibat kehilangan keempat putrinya. Pastor Nathaniel Weiss, salah seorang penumpang yang juga selamat dari kecelakaan kapal tersebut mendengar Anna berkata, "Tuhan memberiku empat anak perempuan. Sekarang mereka diambil dariku. Suatu hari nanti aku akan mengerti mengapa ..." Anna benar-benar hancur, namun dalam kesedihan dan keputusasaannya, ia mendengar suara lembut berbicara kepadanya, "Engkau diselamatkan untuk suatu tujuan." Anna teringat seorang teman pernah berkata, "Sangat mudah untuk bersyukur ketika engkau memiliki segala sesuatu, tetapi melupakan Tuhan dan hanya mengingatNya saat berada dalam masalah."
Sembilan hari setelah diselamatkan dan tiba di Cardiff, Wales, Anna mengirimkan telegram kepada suaminya. Telegram itu berisi kalimat : "Saved alone. What shall I do?" (aku sendiri yang selamat, apa yang harus kulakukan?)  Horatio bergegas menuju Inggris untuk menemani Anna dalam masa-masa berat tersebut.
Dalam perjalanan menuju Inggris, kapten kapal menunjukkan lokasi dimana kapal Vile du Havre tenggelam. Malam itu Horatio tidak dapat tidur. Berjam-jam lamanya ia merenungkan dan mengingat semua tragedi yang terjadi pada keluarganya dan keempat putrinya yang meninggal di tengah-tengah samudera Atlantik itu. Dalam keadaan hati yang hancur, Horatio menulis pada secarik kertas, "It is well, the will of God be done." (Hal ini baik, kehendak Tuhan terjadilah). Dia atas kapal inilah Horatio kemudian menulis hymne "It is well with my soul" yang jika diterjemahkan berarti “Jiwaku baik-baik saja (walau didera penderitaan)”. Ketika bertemu kembali dengan istrinya, ia berkata, "Kita tidak kehilangan anak-anak kita. Kita hanya berpisah dengan mereka untuk sementara."
Horatio membawa Anna kembali ke Chicago untuk memulai kembali kehidupan mereka. Tuhan mengaruniai mereka dengan tiga orang anak. Putra mereka yang lahir pada tahun 1876 diberi nama Horatio untuk mengenang putra mereka yang telah meninggal.  Pada tahun 1878 Horatio dan Anna dikaruniai seorang putri yang diberi nama Bertha dan dua tahun kemudian, 1880, lahirlah Grace. Tragisnya, ketika Horatio kecil berusia 4 tahun, ia juga meninggal karena penyakit demam seperti kakak lelakinya. Belum hilang kepedihan akibat wafatnya Horatio kecil, jemaat gereja mengucilkan mereka dengan alasan, "Pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan keluarga Spafford sehingga banyak tragedi menimpa mereka."
Karena tidak lagi diterima jemaat di gerejanya, pada bulan September 1881, Horatio membawa keluarganya menuju Yerusalem untuk menetap di sana. Bersama beberapa kawan yang juga ikut pindah bersamanya, Horatio memulai sebuah kelompok pelayanan yang kemudian dikenal sebagai "American Colony." Mereka melayani orang-orang yang kekurangan, membantu orang miskin, merawat orang sakit dan menampung anak-anak tunawisma. Tujuan mereka hanyalah untuk menunjukkan kasih Yesus kepada sesama yang menderita. Novelis Swedia, Selma Ottiliana Lovisa Lagerlof, menulis tentang pelayanan yang dilakukan kelompok ini dalam novelnya berjudul "Yerusalem." Novel tersebut berhasil memenangkan hadiah Nobel. Horation Spaffor meninggal karena malaria pada 16 Oktober 1888 di Yerusalem. Anna Spafford terus bekerja di daerah sekitar Yerusalem sampai kematiannya pada tahun 1923.
Putri Horatio, Bertha Spafford Vester, menulis kisah ini dalam bukunya "Our Yerusalem" : "Di Chicago, ayah mencari penjelasan tentang hidupnya. Hingga saat ini, semuanya mengalir dengan lembut seperti sungai. Kedamaian rohani dan keamanan telah menopang awal hidupnya, kehidupan keluarganya, tempat tinggalnya ... orang di sekelilingnya bertanya-tanya, 'kesalahan apa yang menyebabkan terjadinya tragedi beruntun pada Horatio dan Anna Spafford?' ... tapi ayah yakin bahwa Allah baik dan ia akan melihat anak-anaknya lagi di surga nanti. Hal ini menenangkan hatinya. Bagi ayah, keadaan itu seperti melewati 'lembah bayang-bayang maut', tapi imannya bangkit dan kuat. Di laut lepas, dekat tempat dimana anak-anaknya tewas, ayah menulis hymne yang menenangkan banyak orang."  Ini adalah sebuah lagu yang penuh kekuatan, kedamaian dan pengharapan.

When peace, like a river, attendeth my way, When sorrows like sea billows roll, Whatever my lot,
Thou has taught me to say, It is well, it is well, with my soul.
It is well, with my soul.It is well, with my soul. It is well, it is well,with my soul.
Though Satan should buffet, though trials should come, Let this best assurance control
That Christ has regarded my helpless estate, And hath shed His own blood for my soul.
My sin, oh, the bliss of this glorious thought! My sin, not in part but the whole
Is nailed to the cross, and I bear it no more, Praise the Lord, praise the Lord, oh my soul.
And Lord haste the day when my faith shall be sight, The clouds be rolled back as a scroll,
The trump shall resound, and the Lord shall descend,Even so, it is well with my soul.
It is well, with my soul. It is well, with my soul. It is well, it is well, with my soul.

              Masihkah kita sanggup mengagungkan dan melayani Tuhan saat kita berada di posisi terpuruk? It is well with my soul (Nyamanlah jiwaku). Oh alangkah dalamnya. Itulah yang menjadi respon kita ketika kita mungkin berada di posisi dan keadaan hidup yang sangat menyedihkan. Tangan Tuhan selalu memegang kita. Mari kita berserah kepada Tuhan, apapun yang Tuhan perbuat pastilah itu  yang terbaik. Amin.