Sunday, September 29, 2013

Rindu akan Tuhan

Ev Helen Sung

Maz 42:1-4
Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. (42-2) Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?"
Maz 137:1-4
Di tepi sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.  Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita: "Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!" Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing?

Suatu saat ada seseorang jatuh ke laut. Ia dikelilingi oleh air laut. Di mana-mana air laut. Namun ia berseru-seru,”Saya perlu air. Saya perlu air.” Berkali-kali ia berseru. Sungguh ironis, orang yang dikelilingi air namun masih terus berteriak perlu air karena air laut memang tidak bisa dimunum langsung karena mengandung kadar garam yang tinggi. Air memang merupakan kebutuhan utama manusia. Tanpa air, manusia tidak bisa hidup. Pemazmur mengatakan, “Bila tidak ada Tuhan ibaratnya seperti tidak ada air.” Maka pemazmur mengatakan, “Hatiku rindu akan Engkau. Seperti rusa yang rindu sungai yang berair.”

Waktunya Menyembah Tuhan
Saat itu orang-orang Israel sedang ditawan oleh bangsa Babel sehingga tidak bebas menyembah Tuhan. Sewaktu mengigat negara sendiri, bangsa Israel sangat sedih karena saat itu mereka sangat bebas menyembah Tuhan. Semuanya bersukacita datang ke bait Allah menyembah Allah. Setelah ditawan di Negara Babel, mereka tidak bisa bebas menyembah Allah lagi. Karena bangsa Babel adalah bangsa yang menyembah berhala, Tuhan kita sangat humoris.  Ia tahu orang Israel sangat suka menyembah berhala sehingga Ia biarkan mereka ditawan di negara Babel yang menyembah berhala. Contoh : mereka menyembah sapi emas yang mereka kira membawa mereka keluar dari Mesir. Sehingga setelah meninggal, jasad Musa disembunyikan karena dikhawatirkan orang Israel akan menyembahnya bila mengetahui tempat jasadnya dikuburkan. Tuhan membiarkan mereka ditawan di Babel selama 70 tahun supaya mereka jera (takut) dan tidak berani lagi menyembah berhala, Mazmur 137 mengatakan bahwa orang Israel pernah duduk-duduk di tepi sungai Babel. Ketika duduk, mereka menangis memikirkan Sion yang menggambarkan Yerusalem. Ketika mengingat Sion mereka meratap karena di Babel mereka tidak bebas menyembah Tuhan. Orang Babel terus menertawakan mereka, “Di manakah Tuhanmu?” atau “Kalau Tuhan ada, mengapa engkau ditawan di Babel?” dan mereka tidak bisa menjawabnya. Mereka ingin menyanyikan lagu penyembahan kepada Tuhan di Babel tetapi penulis Mazmur berkata, “Bagaimana kami menyanyi tentang Yehova di negari asing?” sehingga mereka merasa kesepian. Mereka tidak merasakan kehadiran Tuhan. Musuh dibiarkan menertawakan mereka supaya mereka mengetahui apa yang mereka hadapi bila hidup jauh dari Tuhan.

Sekarang ini kita hidup dalam zaman mas dan Tuhan menaruh kita di negara Indonesia, negara yang  penduduknya bebas menyembah Dia. Maka kita jangan menganggap bisa beribadah atau tidak, bukan merupakan masalah. Kita jangan menganggap ibadah sebagai sesuatu yang suka-suka saja (kalau suka datang, tidak suka tidak datang).  Ada juga yang datang ke rumah Tuhan untuk beribadah tapi tanpa memiliki kerinduan kepada Tuhan bahkan ada yang sampai tertidur. Bagaimana jikalau misalnya pemerintah melarang kita beribadah? Maka kita harus menghargai kesempatan beribadah saat ini. Tanpa menilai apakah cara membawakan khotbah enak atau tidak, kita dengan hati rindu datang beribadah kepadaNya. Melalui kebersamaan dalam rangkaian ibadah termasuk puji-pujian, doa, pembacaan Alkitab, kita akan bertemu dengan Tuhan. Umat Kristen Tiongkok mengalami kesulitan beribadah selama puluhan bahkan ratusan tahun lalu. Ketika aliran komunis datang, semua kepercayaan dan agama harus dimusnahkan. Mereka menganggap tidak ada Tuhan sehingga tidak perlu beribadah, maka semua gereja dan  wihara berubah menjadi tempat peternakan sapi. Hal ini menakutkan. Umat Kristen yang mengasihi Tuhan rindu untuk datang beribadah kepada Tuhan. Mereka beribadah dengan cara satu per satu datang ke rumah jemaat. Karena bila datang serombongan, keberadaan mereka akan diketahui sehingga mereka akan ditangkap polisi. Saat beribadah mereka bernyanyi tanpa mengeluarkan suara. Mereka bergandengan tangan dan hanya membuka mulut bernyanyi dengan hati memuji Tuhan. Melihat keadaan demikian sungguh tergerak hati kita. Hari ini, kita bebas memuji Tuhan dengan suara keras, boleh bertepuk tangan bahkan menari. Kita sangat bebas beribadah, tetapi kenapa kita tidak menghargai waktu ini? Sekarang pintu Injil di Negara Tiongkok sudah terbuka, yang percaya Tuhan semakin hari semkain banyak, Kita harus rindu mendekat dan mengenal Tuhan kita. Jangan asal sempat baru datang beribadah. Kalau kita memiliki hati yang rindu, walaupun bagaimana sibuknya, kita datang beribadah menyembah Tuhan kita. Sekali tidak beribadah ada rasa kehilangan.

Pada tahun 1986, saya bersama Pdt Paulus Sung pergi ke Tiongkok. Waktu itu kehidupan bergereja belum sebebas sekarang, walaupun sekarang pun masih dikendalikan pemerintah. Pada hari  Minggu, kami mencari gereja mau beribadah namun tidak tahu di mana tempatnya. Saat bertanya dimana gereja, bahkan ada yang tidak tahu apa itu gereja.. Setelah mencari-cari akhirnya ketemu. Karena saat itu taxi tidak sebanyak sekarang, maka kami menunggu lama sekali sehingga sewaktu tiba di gereja sudah terlambat. Ibadah sudah selesai dan jemaat sudah pulang. Kami pun mencari pendetanya dan mengobrol. Sewaktu bertanya umur sang pendeta, ia menjawab, “Saya berumur 60 tahun. Saya pendeta termuda di tempat ini.” Waktu mendengar hal ini, saya merasa beruntung karena usia 21 tahun saya sudah menjadi penginjil.

Kita harus datang ke gereja untuk beribadah dengan kerinduan kepada Tuhan. Bukan saja di gereja, di rumah juga harus menyembah Tuhan. Demikian pula di tempat kerja. Setiap saat mendekat pada Tuhan. Karena Tuhan suka saat kita dekat denganNya. Hari ini, mungkin kita tidak dapat bekerja bagi Tuhan mengerjakan pelayanan yang besar-besar. Hal ini tidak apa-apa karena Tuhan mau kita tidak henti-hentinya berdekat kepadaNya. Ibarat sepasang  muda-mudi yang sedang berpacaran. Mereka tiap hari ingin bertemu. Tiap hari berharap mendengar suaranya. Hal ini sekarang dapat dilakukan dengan mudah karena ada ponsel (HP). Dulu saat saya pacaran tidak ada HP bahkan tIdak punya telpon. Seminggu kami bertemu sekali yaitu hari Senin, hari di mana kami beristirahat. Siang hari Pdt Sung datang dan sore hari sudah pulang. Mengapa kita rindu berdekat? Karena kita mengasihi dia. Kalau engkau berpacaran tanpa rasa cinta, maka tidak usah lagi pacaran. Karena kita mencintainya kita rindu bertemu dan mendengar suaranya. Mengapa kita terhadap Tuhan tidak demikian? Karena kita tidak sungguh-sungguh atau cukup mencintaiNya. Hati kita tidak sungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan. Kalau kita sungguh-sungguh, kita pasti setiap saat rindu kepada Tuhan, berdekat kepadaNya, senang mendengar suaraNya, karena suara Tuhan sangat lemah lembut. Berdekat kepada Tuhan bukan hanya berdoa meminta Tuhan memberikan ini-itu atau saat kita mengalami begitu banyak masalah. Mari kita berdekat pada Tuhan, hati berpaling padaNya dan merenungkan cinta Tuhan.



Sunday, September 22, 2013

Umat Tuhan yang Bersatu Hati

(Jemaat yang Bersehati)

Pdt. Matius Farianto

Fil 2:1-11
1  Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2  karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
3  dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
4  dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
6  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
7  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
8  Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
9  Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama,
10  supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi,
11  dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!

Fil 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus atau dalam Bahasa Indonesia sehari-hari dikatakan, “Jadikanlah hati Kristus hatimu”. Surat ini ditulis setelah Rasul Paulus melayani dan mengamati selama 27 tahun. Ia mempunyai pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang menakutkan. Dalam pelayanannya Rasul Paulus menghadapi bermacam-macam manusia baik yang kaya ataupun miskin, terpelajar ataupun tidak dan Yahudi juga non Yahudi. Sepanjang 27 tahun, ia pernah menangis juga tertawa. Sehingga apa yang dikemukan, merupakan bagian dari kesimpulan bagaimana supaya jemaat bisa bersatu dalam pelayanan. Apa yang dikatakan bukan merupakan teori tetapi hasil pelayanan bersama-sama dengan Tuhan. Ia berbagi apa yang dialami dan ia ingin supaya jemaat Tuhan bersatu dan tidak terpecah belah.

Ada 3 pertanyaan penting yang perlu dijawab sebelum mengetahui cara jemaat bisa bersatu :
1.     Siapa aku di sini? Ini penting untuk dijawab dengan jelas. Aku bukan majikan atau penguasa. Pertanyaan ini bicara tentang status kita, ternyata aku di sini bukan siapa-siapa. Aku orang berdosa yang mendapat kasih karunia dan pertolongan Tuhan. Ia merangkul Aku menjadi jemaat di GKKK Mabes. Status aku disini orang bedosa dan diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan. Sehingga di hadapan Tuhan aku bukan siapa-siapa.
2.     Mengapa aku di sini? Pertanyaan ini berbicara tentang peran. Apa perananku di sini ? Apa yang aku lakukan di sini? Peran di sini bukan aku yang tentukan karena aku hadir diutus oleh Tuhan. Setelah kita diselamatkan lalu diutus oleh Tuhan. Peran kita di sini merupakan misi kita yakni apa yang kita lakukan. Tanyakan pada Tuhan apa yang harus aku lakukan. Bukan sekedar kita hadir di gereja saja. Setiap orang punya peran yang Tuhan berikan dan tidak boleh dikurangi satu pun.
3.     Bagaimana aku di sini? Ini berbicara tentang sikap. Bagaimana aku bersikap? Apakah kita tidak mau tahu karena menganggap itu urusan pendeta atau majelis? Pokoknya aku hanya datang ke gereja dan setelah itu pulang?

Setelah selesai menjawab ketiga pertanyaan ini, ada 4 kata kunci yang penting di dalam pelayanan Tuhan. Keempatnya untuk melaksanakan misi Tuhan dan dengannya kita bisa menjadi saksi Kristus, dipakai Tuhan dan menyebabkan jemaat Tuhan menjadi satu. Tanpa keempatnya, kita akan susah bersatu dan melaksanakan misi Tuhan. Itu yang Rasul Paulus lihat sepanjang 27 tahun pelayanannya.
1.     Rendah hati. Ayat 3. dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri ; Ini sangat penting. Mengucapkan ayat  ini tidak sampai 1 menit tetapi untuk melaksanakan nya perlu seumur hidup. Kata kuncinya : rendah hati. Gampang mengatakan tetapi susah melaksanakannya. Kita tidak bisa besatu dan bersama-sama karena kita tidak bisa rendah hati. Rendah hati artinya tidak menganggap diri lebih tinggi dari orang lain. Menganggap “saya lebih pintar, lebih banyak gelar atau lebih tinggi jabatannya dari kamu” bisa menjadi batu kerikil bagi orang lain. Menganggap lebih pengalaman (lebih banyak makan garam) atau punya banyak talenta sehingga tidak bisa kerjasama. 1 Kor 15:10   Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.  Rasul Paulus mengatakan hal ini, padahal Rasul Paulus adalah seorang ahli teologia (ahli taurat). Itu yang menyebabkan ia bisa datang merendahkan diri di hadapan Tuhan. Rasul Paulus mengatakan,”Tuhan aku tidak tahu-tahu apa, tidak punya apa-apa, tidak bisa apa-apa , aku tidak ada apa-apanya.” Aku tidak bedanya seperti sarung tangan yang tanpa tangan tidak ada gunanya. Tuhan memakai orang yang rendah hati. Seperti sarung tangan yang kosong, apapun tidak bisa aku lakukan. Kalau tangan bisa terbuka, kita bisa merangkul sesama kita.
2.     Mengosongkan diri. Ayat 5-7. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,  yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,  melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Mengosongkan diri sama dengan menyangkal diri yakni meletakkan latar belakangnya dan memindahkan fokus pada Yesus. Bukan apa yang aku lakukan tetapi apa yang Engkau mau aku lakukan. Menyangkal diri tidak mudah karena harus menanggalkan keberhasilan dan segala kemewahannya. Tuhan Yesus menyangkal diri dan memakai rupa seorang hamba. Ini tidak mudah. Ibarat main sandiwara, orang tidak suka  jadi pembantu, tapi  senang kalau jadi raja. Sandiwara saja begitu, padahal itu bukan sungguh-sungguh. Di sebuah gereja setelah selesai khotbah kantong kolekte diedarkan. Sesampainya kolektan di barisan belakang, seorang jemaat tiba-tiba berdiri tegak dan member hormat kepada sang petugas kolektan. Saat ditanya alasannya, ia menjawab, “Kamu tidak tahu ya, itu wakil gubernur!” Sang wakil menerima persembahan dari karyawannya. Ketika aku menjalankan kantong kolekte, aku bukan melaksanakan tugas gereja, tetapi menjalankan peran sebagai wakil Tuhan dalam menerima persembahan dari jemaat sehingga ia menanggalkan jabatan wakil gubernurnya. Janganlah mengandalkan latar belakang kita tetapi bertanya,”Tuhan apa yang harus aku perbuat” seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus.
3.     Taat. Ayat 8. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Ketaatan itu penting, bukan taat ke gereja tapi ke Tuhan yang memanggil kita. Sehingga perkataan baik atau tidak baik, lancar atau tidak lancar, dekat atau jauh, bagi saya tidak penting. Yang penting baik di mata Tuhan, bisa melaksanakan kehendak Tuhan dan menyenangkan hatiNya. Yang penting agar “orang lain bisa mengenal Kristus” maka aku siap melaksanakannya. Selagi melakukan tanggung jawab sebagai umat Tuhan, kita tidak mencari-cari alasan. Seperti yang Rasul Paulus katakan “tidak menghiraukan nyawa sedikitpun untuk memberitakan Injil kasih karunia Allah”. Ketika kita taat maka bisa bersama-sama. Kalau setiap orang mentaati Kristus, maka kita akan bersama-sama, sejalan, searah, dan satu beban.
4.     Kasih. 1 Kor 16:14. Lakukankanlah segala pekerjaanmu dalam kasih. Dengan kasih baru kita bisa memeluk orang dan tidak memperhitungkan untung rugi, tidak bicara apa yang bisa aku peroleh tetapi apa yang bisa aku berikan. Itu yang Yesus Kristus lakukan dalam kehidupanNya. Ia bekerja keras memberitakan Injil supaya ada keselamatan, pertolongan dan kasih karunia. Mati-matian Ia bekerja. Bukan saja berkeringat untuk kita, tetapi tetesan air mataNya pun untuk kita. Ia menangis bila orang tidak mengenal kasih karunia Allah. Ia menangisi setiap langkah menuju kenamaan, atau saat umatNya bersedih atau mundur. Setiap tetes air mataNya untuk kita. Setiap darahNya pun untuk kita, supaya kita terlepas dari dosa yang membuat kita tidak mengenal Tuhan, supaya kita berdamai dengan Tuhan, keluar dari kematian dan masuk dalam hidup kekal, menjadi anak dan keluarga Allah. Ini sesuatu yang indah dan baik. Ia mengasihi kita bukan dengan perhitungan kalkulator, bukan karena kita kaya dan pintar. Ia mengasihi kita karena kita diciptakan seturut gambar dan rupa Allah. Kasih ini yang mendorong Rasul Paulus bekerja untuk Tuhan habis-habisan. Sehingga jemaat Tuhan bersama-sama mengasihi Tuhan, gerejaNya , orang-orang percaya dan jiwa-jiwa yang tersesat. Kasih yang menggerakkan jemaat Tuhan, berbakti kepada Tuhan, menggerakkan mereka memuji Tuhan, menggerakkan mereka bersatu dan bersaksi bagi Tuhan.

Kemiskinan yang paling besar di dunia bukan karena tidak punya uang, tetapi tidak punya Tuhan. Pemborosan ayng paling besar di dunia, kalau orang tidak melayani Tuhan. Bencana yang paling besar di dunia bukan Tsunami tetapi tidak mempunyai hidup yang kekal. Penyesalan terbesar dalam dunia, ketika kita tidak membawa satu jiwapun kepada Tuhan. Kegagalan terbesar ketika tidak meneladani hidup Kristus. Mari kita menjadikan hati kita seperti hati Kristus. Rendah hati, menyangkal diri, taat dan mengasihi.

Ada seorang anak TK setiap kali ke sekolah menangis. Dari TK sampai SMP, ia  menangis. Dia bukan anak bodoh namun karena ia tidak mempunyai kedua daun telinga. Teman-temannya di TK , SD dan SMP mengejek dan menganggapnya orang aneh serta tidak mau berkawan dengannya. Mamanya juga menangis saat melihat anaknya menangis. Suatu hari, waktu ada pemilihan ketua kelas, wali kelas mengusulkannya menjadi ketua kelas namun teman-teman sekelasnya tidak mau karena mereka tidak ingin mempunyai ketua kelas seperti momo yang tidak punya telinga. Itu pukulan yang hebat sekali . Ia menangis. Setiap kali ia menyisir rambut , ia menangis. Suatu kali mamanya berkata, “Nak, nanti engkau akan dioperasi. Ada orang yang mendonorkan sepasang daun telinga kepadamu.” Setelah dioperasi ia punya daun telinga sehingga tidak malu. Teman-temannya sekarang mendekat, karena ia pintar. Kemudian setelah lulus dari perguruan tinggi, ia  bekerja di kementrian luar negeri urusan Eropa Timur. Sekarang setiap kali menyisir, ia menangis. Ia terharu, siapa yang memberikan kedua daun telinga kepadanya. Beberapa lama berlalu lalu papanya berkata, “Mama sudah meninggal 5 tahun, mari kita menabur bunga.” Sampai di sana, papanya berkata, “Nak, tiba waktunya papa memberitahu kepadamu. Sewaktu kecil, setiap kali kamu menangis, mamamu juga  menangis sehingga ia pun memberikan kedua telinganya kepadamu. Sejak itu ia memakai topi menutupinya.” Ketika sang anak mendengarnya ia menangis. “Mama, engkau sudah sampai di sana. Aku berterima kasih di hadapan papa untukmu dan aku bernazar untuk meberitahukan hal ini kemanapun aku pergi”. Mulai hari itu, ia berkata, “Dulu aku tidak punya telinga , namun mamaku mengasih telinganya. Ini telinganya”.

Setiap tetes keringat dan darah Tuhan Yesus diberikan kepada kita. Ketika mama memberikan telinganya kita bisa bersaksi, mengapa kita tidak bisa bersaksi untukNya? Tuhan Yesus mati bukan untuk pendeta atau majelis tetapi untuk setiap kita. Sebab itu mari kita bergandengan tangan, beritakan kasih Kristus agar semua mengalaminya dengan kerendahan hati, penyangkalan diri, taat dan kasih.

Monday, September 16, 2013

Persembahan Persepuluhan

Pdt. Hery Kwok

Maleakhi 3:6-12
6    Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.
7    Sejak zaman nenek moyangmu kamu telah menyimpang dari ketetapan-Ku dan tidak memeliharanya. Kembalilah kepada-Ku, maka Aku akan kembali kepadamu, firman TUHAN semesta alam. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami harus kembali?"
8 olehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!
9    Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa!
10  Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
11 Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.
12 Maka segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.

Tema ini berkaitan dengan uang. Untuk itu kita perlu mengetahui tentang konsep memberi. Terdapat 2 konsep yang ekstrim dan salah tentang memberi :
1.  Dulu ada lagu rohani yang salah satu kalimat syairnya berbunyi “ ... persembahan kami sedikit sekali”. Pengarang lagu ini sebenarnya ingin mengatakan dengan rendah hati tentang nilai persembahan yang diberikan di hadapan Tuhan. Tetapi ada orang Kristen yang memang memberi seenaknya dan jumlahnya benar-benar sedikit sehingga lirik lagu itu sesuai sekali secara harafiah. Namun saat berdoa ia berkata, “Kiranya Tuhan terimalah dengan segenap hati.” Jadi dengan memberi sedikit kita memaksa Tuhan untuk menerimanya. Itu berarti sewaktu memberi persembahan, kita hitung-hitungan dengan Tuhan karena terbiasa memberi dengan konsep sedikit.
2.  Waktu kecil saya suka memancing, karena kawan-kawan papa suka mengajak saya. Namun setelah besar, saya mudah mabuk laut dan muntah, saat diombang-ambing air laut terutama bila digunakan perahu kecil. Itu sebabnya saya jarang ikut memancing. Kawan papa saya mengajari kiat memancing,”Kalau mau dapat ikan “kakap” (besar), umpannya jangan kecil. Apalagi digunakan umpan “bohongan” (umpan berbentuk palet), ikan besar tidak mau. Jadi gunakan umpan yang besar juga”. Ada orang Kristen memberi persembahan dengan konsep mancing seperti itu. Saya memberi dalam jumlah besar supaya Tuhan memberi lebih besar lagi. Itu mental pedagang.

Latar Belakang Maleakhi 3
Kitab Maleakhi ditulis saat Israel berada dalam pembuangan dan hidup susah, padahal dulu Israel merupakan negara yang penuh susu madu. Kalau kita baca ada belalang pelahap (ayat 11) yang memakan hasil tanah. Mereka meragukan Tuhan yang sepertinya tidak memperhatikan dan tidak berbelas kasihan pada hidup mereka. Pada zaman Perjanjian Lama, ada pandangan bahwa dewa yang memberkati adalah dewa yang benar. Itu sebabnya orang Israel bersungut-sungut waktu keluar dari Mesir. Karena mereka pikir dewa Mesir yang membuat mereka mendapat makanan. Justru di padang pasir Tuhan memberi mereka makanan yang secukupnya. Tuhan berkata,”Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah.” Yang membuat dirimu susah adalah  dirimu sendiri. Pada ayat 7 dikatakan, dari zaman nenek moyang mereka menyimpang dan tidak memelihara ketetapanNya. Rupanya mereka selama ini tidak melakukan apa yang ditetapkan Tuhan.
Pada ayat 8 dikatakan, Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Mereka hidup susah karena mereka tidak melakukan apa yang Tuhan ajarkan. Mereka melakukan protes, “Tuhan tidak sayang mereka”. Tuhan berkata, “Tidak, saya tetap Tuhan yang sama, justru kamulah tidak mengikuti apa yang Aku ajarkan.”

Ada 3 hal yang bisa dipelajari tentang persepuluhan
1.     Persepuluhan adalah milik Tuhan. Imamat 27:30 Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN. Kalau persepuluhan tidak diberikan berarti kita mencuri milikNya. Bukankah dunia dan seisinya milikNya namun mengapa hanya dikatakan 10% milkiNya? Angka 1/10 adalah angka yang paling kecil. Dulu tarif pajak mengikuti Alkitab yakni 10% sehingga pajak orang dihitung 1/10 dari pendapatannya. Karena pembuat peraturan pajak menganggap 10% angka yang masuk akal dan bisa disetor warga negara. Jadi kalau Tuhan mendapat 10% dari milikNya itu sangat kecil. Kalau tidak diberikan berarti yang 10% itu diambil dan dirampas. Jangan berpikir, kalau nanti ingat dan tidak ada lagi kesulitan, baru kita berikan persepuluhan. Ini sesuatu yang serius. Milik Tuhan jangan dirampok. Kalau kita ambil milik Tuhan, berarti kita pencuri. Selama ini, keluarga saya punya pembantu yang beberapa kali ganti, karena saat pulang kampung waktu lebaran, sang pembantu dikawinkan oleh orang tuanya. Setiap kali mencari pengganti, saya dan istri hanya berkata, “Syarat kami hanya rajin dan jujur.” Rajin menyangkut pekerjaan yang dilakukan dengan baik, jujur menyangkut keberadaan sang pembantu waktu di tempat kerjanya. Kalau dia melihat ada duit di atas meja dan mengambilnya berarti dia pencuri. Kalau punya pembantu seperti ini kita akan marah sekali dan berkata, “Kurang ajar sekali. Akan saya pecat kamu!” Tuhan tidak berbicara seperti itu. Tetapi kalau tidak suka barang dicuri, maka kita seharusnya tidak mau mencuri uang. 10% itu bukan milik saya tetapi Tuhan! Sehingga waktu memberi, kita memberikan apa yang menjadi milik Tuhan. Pada kitab Malaekhi, orang Israel diajarkan bahwa mereka tidak berkelimpahan karena mereka telah mencuri milik Allah.
2.     Persepuluhan adalah ucapan syukur dalam ibadah kepada Tuhan (Ul 22:6, 14:22-29).  Orang Israel saat beribadah tidak boleh di tempat yang sembarang. Berbeda dengan orang kafir yang menyembah pohon, matahari, atau batu besar. Konsep ibadah diluruskan Tuhan , “Aku tetapkan tempatnya.” Saat beribadah, bawalah persembahan kepada Tuhan. Itu ucapan syukur karena sudah diberkati oleh Tuhan. Waktu member persepuluhan, ucapkan terima kasih dan berikan dengan tulus kepada Tuhan. Bukan seperti konsep orang mancing tetapi dari hati yang tulus karena Tuhan telah memelihara saya. Engkau tidak membuat saya mati kedinginan karena kekurangan. Engkau tidak membuat saya tidak tidur karena tidak ada ranjang, Engkau tidak membuat saya 2-3 hari tidak makan, tetapi Engkau cukupkan aku sehingga aku ucapkan terima kasih. Saya dan istri punya pikiran untuk memberi uang kepada orang tua, ini berkat Tuhan bagi mereka. Mereka menolaknya, “Anak tidak usah kasih, apalagi kamu masih kerja.” Saya bilang,”Ini ucapan terima kasih saya karena sudah dipelihara dengan baik.” Saya dan istri berpikir tidak sebanding dengan apa yang sudah diberikan buat kita. Bayangkan mereka membesarkan kita dan tidak memiliki apa-apa saat kita besar. Kita sampaikan ke orang tua ucapan terima kasih. Waktu kita berikan persembahan persepuluhan , kita ucapkan syukur karena Tuhan sudah pelihara. Kalau pergi ke rumah sakit bagian ICU, kita bisa melihat orang membeli oksigen dengan harga mahal sekali. 1 tabung kecil harganya sudah beberapa juta, apalagi tabung besar. Saya senang membesuk karena bisa melihat Tuhan bekerja dengan hebat. Saya bisa mensyukuri orang menghirup oksigen dengan bebas. Kalau Tuhan menahan udara sebentar, kita bisa pingsan. Itu kebaikan Tuhan. Jadi orang Israel diajar bersyukur dari persembahan.
3.     Memelihara orang Lewi (hamba Tuhan). Di dalam konsep orang Israel, dari 12 suku 11 suku boleh mendapat tanah dan boleh bekerja. Hanya 1 suku yaitu suku Lewi yang tidak boleh bekerja. Pekerjaan / tugas orang Lewi hanya mengatur tempat ibadah. Dia mempersiapkan persembahan pagi dan sore. Dia membawa kemah suci saat kemah suci akan dipindahkan. Dengan kata lain, ia tidak seperti 11 suku lain yang bisa mencari uang sebebas-bebasnya. Berikan persepuluhan supaya ada persediaan untuk memelihara suku Lewi (hamba-hamba Tuhan). Sebelum saya melayani full-time, saya pernah bekerja sebagai lawyer (penasehat hukum). Sebenarnya seorang lawyer hebat luar biasa. Kalau dia menangani kasus , ia bisa kasih nilai berapa duit kasusnya. Klien yang datang konsultasi bisa memilih cara pembayaran. Bisa dihitung dengan tariff 100$/jam (Rp 1,2 juta bila kursnya Rp 12.000/$ AS). Bisa juga dibayar lump sum (sejumlah angka tertentu) lalu kalau menang maka 10% dari nilai kemenangan dikasih ke lawyer. Berarti bisa bebas cari uang. Tetapi di gereja protestan , hamba Tuhan mendedikasikan diri untuk melayani Tuhan (tidak bekerja dalam konteks duniawi). Jemaat akan marah kalau hamba Tuhan tiap hari jual ikan lele di pasar misalnya karena hamba Tuhan tidak mempersiapkan khotbah dengan baik. Sehingga jemaat yang mendukung para hamba Tuhan dari sisi finansial. Itulah system yang gereja protestan ambil. Jadi memang Tuhan sendiri yang berbicara agar hamba-hambaKu dipelihara.

Waktu bawa persembahan siapa yang untung? Kita atau Tuhan? Kenapa ada berkat bagi umat Tuhan yang setia membawa Perpuluhan?
1.  Tuhan menguji hati manusia terhadap diriNya dengan persembahan persepuluhan. Di mana hartamu berada disitu hatimu berada. Jadi waktu membawa persepuluhan secara rutin, kita berada dalam kesetiaan. Tuhan menguji kita dari harta kita. Waktu kita punya mobil dan hilang, mungkin kita dikuasai kehilangan itu. Makan dan tidur jadi susah karena memikirkan mobil yang hilang saja. Sebelum ketemu, hati tidak enak sekali. Karena sesungguhnya hati kita berada di harta kita. Itulah sebenarnya manusia. Contoh lain : waktu pulang dari gereja, ponsel BlackBerry tidak ada. Maka kita akan terburu-buru putar kembali ke gereja. Tetapi kalau Alkitab ketinggalan, umumnya tidak akan kembali. Kalau dompet hilang pasti balik, apalagi banyak kartu kreditnya. Itulah yang menjadi ujian kita. Waktu pacaran, pria berkata ke wanita, “Sudah saya yang akan bayar”. Tidak tahu zaman sekarang, perempuan yang bayar? Dulu laki-laki harus bayar. Maka kalau ajak pacar harus hitung-hitung dulu, jangan sampai waktu traktir kurang uang. Sebenarnya itu salah satu bentuk pernyataan bahwa sang pria mengasihi pacarnya. (Saya bayar karena tidak mau kamu yang susah. Jadi agar tahu, saya benar-benar sayang. Itu ujian dalam percintaan.) Lain kalau sudah menikah, istri disuruh bayar. Jadi waktu kita kasih, itulah ujian. Apakah engkau mencintai Tuhan? Tuhan tidak pernah kekurangan dan menghendaki uang kita, tetapi Dia menginginkan kita. Waktu hatimu memberi, disitulah kita berkata,”Engkaulah Tuhanku, Engkau Tuhan yang memeliharaku selama-lamanya.”
2. Tuhan memberikan jaminan kepada umatNya bahwa Dia akan memberkati umatNya yang setia dalam membawa persepuluhan karena Tuhan senang memberi berkat. Dia tidak pernah mengambil berkatNya dari kita. Saya sekolah Alkitab tidak disponsori papa, karena ia tidak suka saya jadi hamba Tuhan. Waktu itu dia belum percaya Tuhan. Agamanya 5 yakni Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik alasannya kalau Tuhan yang satu tidak menerimanya, masih ada 4 Tuhan lain yang menerimanya. Ini konsep papa saya. Makanya waktu saya mau jadi hamba Tuhan, saya dikatakan bodoh karena akan melarat. Padahal waktu saya jadi pengacara dia senang. Waktu sekolah Alkitab, saya dibiayai oleh gereja yang kecil. Gerejanya 1/3 dari luas tanah GKKK Mabes. Tetapi sang pendeta bilang, “Kami mau mensponsori kamu.” Karena saat itu saya berkata mau mundur tapi dicegah. Jadi waktu saya dapat kepastian sponsor yang akan membiayai setiap bulan lalu saya ikut test dan akhirnya belajar di sekolah Alkitab itu. Saya dengan se mu satu sekolah Alkitab. Saat itu, waktu makan siang, diumumkan kiriman wesel dari sponsor. Saya juga menantikan kiriman wesel tersebut. Hanya sekretariat gereja lupa sehingga tidak kirim wesel beberapa bulan. Waktu bulan pertama saya masih tenang. Bulan kedua, tiap dibacakan saya berdoa, “Dalam nama Yesus wesel saya datang.” Sampai bulan keempat wesel saya tidak datang. Padahal sudah berdoa dalam nama Yesus. Saya jadi malu. Berarti 4 bulan saya makan dan tidur gratis. Kalau saya dikasih sponsor uang untuk kuliah, maka uang untuk jajan dan beli buku hanya Rp 20.000. Jadi seharinya tidak sampai Rp 1.000. Saya gunakan uang itu untuk beli sabun dan alat tulis. Atau kadang makan kecil di kantin atau bila tidak ada saya makan indomie. Lama-lama habis total uangnya. Yang susah waktu saya kehabisan odol. Itu tabung odol sudah saya belah dengan pisau sampai tak tersisa odolnya. Saya jadi kepikiran sehingga sepanjang hari, kuliah yang diberikan dosen tidak bisa saya tangkap. Meskipun dosen sedang mengajar eskatologi (pelajaran tentang akhir zaman) saya tidak pusingkan. Yang saya pusingkan odol. Sepanjang hari pelajaran saya tidak konsentrasi. Mengapa? Kalau saya tidak sikat gigi, begitu nyanyi persembahan maka orang-orang di sekitar akan rebah. Bukan karena kuasa Tuhan tapi karena baunya. Saya sebenarnya sudah takut sekali. Hati saya sedih. Tidur tidak konsentrasi. Yang dipikirkan hanya odol saja. Waktu saya belajar mandiri, sore hari waktu mau taruh pulpen di laci, saya lihat ada amplop putih di laci saya. Saya tanya kakak tingkat, karena di kamar ada 3-4 orang. Saya tanya, ini amplop siapa di laci saya? Mereka bilang, saya tidak tahu. Memang ada sendirinya. Waktu saya buka, isinya uang Rp 20.000. Saya bisa beli odol lagi. Saya mau menceritakan keajaiban yang memberi berkat. Jangan pernah takut memberi persembahan, bukan Tuhan yang diuntungkan. Bukan gereja yang diuntungkan tetapi kita yang diberkati Tuhan.