Sunday, September 24, 2017

Mendengar dan Melakukan Firman


Ev. Fuk Sen

Matius 7:24-27
24  "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
25  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
26  Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.
27  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya."

Pendahuluan

                Suatu kali seorang ayah berbincang-bincang dengan putranya. Sang Putra ini berencana untuk memasuki salah satu sekolah Alkitab yang ada di benua Eropa. Sang Ayah menyadari bahwa di Eropa banyak sekolah Alkitab mengajarkan yang tidak benar kepada para siswanya. Sebelum putranya berangkat ia bertanya,”Nak, apakah kamu percaya bahwa Alkitab adalah firman Tuhan? Jangan sampai setelah belajar di sekolah Alkitab membuat kamu tidak percaya Alkitab. Termasuk kitab Yunus adalah firman Tuhan juga!” Itulah pesan Sang Ayah kepada putranya sebelum berangkat ke sekolah teologia di Eropa. 2 tahun kemudian putranya pun pulang setelah menyelesaikan studinya. Papanya merasa bahagia sekali. Lalu ia bertanya kepada anaknya mengenai pandangan anaknya terhadap Alkitab, “Nak, apakah kamu masih percaya bahwa Alkitab ini adalah firman Tuhan? Apakah kamu percaya kitab Yunus adalah firman Tuhan dan bukan dongeng?” Mendengar pertanyaan itu, anaknya pun tertawa dan berkata, “Saya tidak percaya kitab Yunus adalah firman Tuhan! Itu dongeng!” Mendengar pernyataan anaknya ini Sang Ayah pun sangat terkejut. Begitu cepat anaknya terpengaruh sehingga tidak lagi menerima kitab Yunus sebagai firman Tuhan. Anaknya terpengaruh untuk menghilangkan kitab Yunus dari Alkitab. “Memang papa percaya bahwa kitab Yunus adalah bagian dari Alkitab dan kitab Yunus ada di Alkitab?” sang anak bertanya balik kepada ayahnya. Ayahnya menjawab dengan yakin, “Pasti ada! Papa akan mencari.” Lalu sang ayah mencari kitab Yunus di Perjanjian Lama. Ia membuka Perjanjian Lama dan ia tahu posisi kitab Yunus ada di mana. Namun alangkah terkejutnya Sang Ayah saat mendapati bahwa ia tidak menemukan kitab Yunus di Alkitab miliknya. Anaknya kembali bertanya,”Ada tidak Pa? Mana kitab Yunusnya?” Papanya penasaran dan mencari lagi, namun tetap tidak bisa menemukannya. Anaknya berkata, “Betul kan Pa, tidak ada kitab Yunus?” Ayahnya penasaran, ia bolak-balik mencari dan dengan putus asa menemukan fakta bahwa kitab Yunus tidak ada di Alkitabnya. Sang ayah bingung. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Sang anak pun kemudian memberi penjelasan,”2 tahun lalu sebelum pergi, saya sudah merobek kitab Yunus dari Alkitab papa. Jadi kalau Papa mencari tidak akan menemukannya!” Ayahnya yang berkata, “Kamu harus pegang dan percaya pada Alkitab!” ternyata tidak mengetahui bahwa kitab Yunus sudah tidak ada di Alkitab nya! Hal ini sangat ironis. Orang yang belajar Alkitab malah tidak mengakui keberadaan kitab Yunus. Sang ayah yang mengajarkan anaknya kitab Yunus adalah bagian dari Alkitab juga tidak tahu kitab itu sudah dirobek dan hilang dari Alkitabnya!

Mendengar Firman Tuhan dengan Sungguh-Sungguh

Di dunia ini ada banyak orang Kristen yang secara kasat mata memegang firman Tuhan dan percaya Alkitab namun kondisinya tidak jauh berbeda dengan Sang Ayah tadi yang ternyata hanya di luarnya saja percaya Alkitab. Banyak orang Kristen yang tidak menghargai Alkitab dan hanya sekedar tahu firman Tuhan saja. Padahal Matius 7: 24  mengatakan,"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Dari ayat tersebut disimpulkan bahwa sebagai orang percaya kita harus mendengar firman Tuhan. Kita dipanggil untuk mendengar firman Tuhan. Setidaknya setiap Minggu kita mendengar firman Tuhan. Mendengar itu relatif mudah karena setiap orang yang punya telinga bisa mendengar. Tetapi apakah kita sungguh-sungguh mendengar? Apakah kita suka mendengar? Apakah saat datang ke gereja, kita sungguh-sungguh rindu mendengar firman Tuhan? Sebagai orang Kristen , setiap Minggu kita datang ke gereja, namun tidak semua orang Kristen punya sikap mau mendengar firman Tuhan. Ada jemaat yang datang ke gereja lalu ikut menyanyi puji-pujian, namun begitu sampai ke sesi khotbah , ia membuka tasnya dan mengeluarkan majalah. Jadi saat pendeta menyampaikan khotbah ia malah membaca majalah dari satu artikel ke artikel lain. Memang ada orang  seperti ini di gereja yang secara sengaja membawa majalah (atau bacaan lainnya). Ini suatu hal yang tidak baik. Saat datang ke gereja kita harus siap mendengar firman Tuhan.
Banyak orang Kristen yang menggunakan dan membaca Alkitab di perangkat telepon selulernya. Hal ini sebenarnya tidak masalah. Namun perlu waspada agar saat membuka ayat Alkitab di handphone jangan sampai keterusan membaca pesan-pesan lain yang masuk ke handphone. Ada yang saat membaca Alkitab, melihat ada pesan Whatsapp masuk lalu ia pun membuka dan membalas pesannya. Tak lama kemudian ia pun balas-balasan menerima dan mengirim pesan dan tidak lagi mendengarkan khotbah yang diberitakan. Ada juga orang yang saat firman Tuhan disampaikan asyik membuka laman Facebook.

Mendengar dan Melakukan Firman

Mendengar berarti sungguh-sungguh memperhatikan firman Tuhan yang disampaikan. Padahal iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17). Bagaimana firman Tuhan berbicara kepada diri sendiri kalau kita hanya fokus membaca pesan Whatsapp, status di Facebook atau artikel-artikel majalah alias  tidak mendengar firman Tuhan? Kalau hal ini terjadi maka tidak heran bila anak-anak Tuhan sepulang dari gereja merasa kerohaniannya kering, kosong dan tidak dapat apa-apa. Hal ini jelas bahwa kalau sibuk membaca Whatsapp dan Facebook mengakibatkan firman Tuhan tidak berbicara kepada saya. Ketika Tuhan Yesus berkhotbah di bukit, Ia berkata bahwa setiap orang harus mendengarkan. Sungguh-sungguh mendengarkan bukan sekedar mendengarkan saja. Selain mendengar juga melakukannya. Bila diminta untuk memilih mana yang lebih mudah antara “mendengar” dan “melakukan” Firman, maka akan lebih mudah untuk “mendengar”. Namun kalau “mendengar” saja kita sudah tidak bisa, bagaimana bisa “melakukan”? Karena kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan. Orang yang mendengar dengan sungguh-sungguh saja ada yang tidak bisa melakukannya, apalagi yang sekedar mendengarkan. Untuk mendengar juga tidak mudah. Saat mendengarkan khotbah, ada  jemaat yang mengantuk dan berusaha agar matanya tetap terbuka sehingga dibantu dengan senggolan oleh istrinya. Tetapi selain mendengar kita mau melakukan firman Tuhan. Kita percaya melakukan firman itu sama pentingnya dengan mendengar. Banyak orang tidak mau mendengar maupun melakukan firman Tuhan. Melakukan firman itu begitu penting. Orang yang bijaksana adalah orang yang bukan hanya mendengar tetapi juga melakukannya. Orang yang bodoh mendengar tetapi tidak melakukan. Seringkali kita menjadi orang yang sulit melakukan. Kita merasa dan bertanya-tanya apa yang kita dapatkan dengan mendengar dan melakukan firman Tuhan. Banyak orang melakukan sesuatu karena ingin mendapat imbalan.
Ada kisah tentang seorang pengantar makanan rantangan. Suatu kali saat mengantar makanan, dia mendengar di  televisi akan  ada perlombaan untuk mencari bakat penyanyi. Banyak orang berkata bahwa suaranya merdu sekali dan memuji suaranya. Ia pun merasa tertarik dengan pengumuman itu dan segera ia mendaftar. Lalu ia dipanggil dan diwawancarai. Saat mengikuti audisi, seorang juri bertanya,”Mengapa kamu sebagai pengantar makanan rantangan ingin ikut perlombaan ini?” Ia menjawab,”Karena saya mau terkenal dan mendapat uang yang banyak. Itu yang mendorong saya.” Ia pun berhenti dari profesinya sebagai pengantar makanan rantangan dan mengikuti kursus vocal. Melalui pesan singkat ke teman-teman dan orang yang dikenalnya, ia meminta dukungan mereka untuk memilihnya. Saat mengikut audisi, ia dinyatakan lulus! Ia kemudian ikut perlombaan , namun sayangnya saat di babak semifinal ia kalah. Setelah itu ia kembali lagi sebagai pengantar makanan rantangan. Mengapa? Ketika ia ikut lomba pencarian penyanyi berbakat, ia ingin menjadi terkenal dan mendapat banyak uang.
Percaya tidak dengan melakukan firman Tuhan, kita akan menjadi orang yang bijaksana, yang ketika menghadapi badai percobaan kita akan berdiri kokoh? Kita tidak menjadi orang yang bodoh dan kalah saat menghadapi masalah dan kesulitan. Itu yang akan kita dapatkan. Kita harus percaya, saat melakukan Firman Tuhan, ada faedah (manfaat) yang akan kita dapatkan. Jikalau kita tidak percaya maka  kita tidak akan pernah mendapatkan apa-apa. Kalau kita meragukan apa yang dilakukan maka kita tidak akan dapat apa-apa.

Melakukan Firman Tuhan Besar Manfaatnya

Suatu kali ada seorang Ibu datang ke dokter dan bertanya,”Dok, bisa bantu saya?” Rupanya ukuran badan Ibu ini cukup besar. “Ada tidak obat yang bisa membuat saya menjadi langsing?” ia bertanya lagi. Dokter menjawab, “Tidak ada! Tetapi saya punya satu resep agar ibu bisa langsing.” Pernyataan sang dokter membuat sang Ibu penasaran dan bertanya, “Apa resepnya?” Sang dokter menjawab,”Ibu hanya cukup melakukan satu latihan saja.” “Apa itu?” dengan cepat Sang Ibu bertanya. Sang dokter melanjutkan,”Ibu cukup geleng-geleng kepala saja!” Mendengar hal ini, Sang Ibu merasa heran. Apakah geleng-geleng kepala benar bisa membuat orang jadi kurus? Ibu ini jadi bertanya-tanya,”Yang benar Dok? Masa dengan geleng-geleng kepala saja bisa membuat langsing?” Dokter pun dengan yakin menjawab,”Benar!  Banyak pasien saya yang berhasil.” Ibu ini kemudian meminta penjelasan lebih lanjut,”Maksudnya bagaimana dok?” Dokter pun menguraikan ,”Maksudnya Ibu harus melakukannya setiap hari dan di manapun. Saat di pesta saat melihat banyak makananan yang enak, Ibu harus geleng-geleng kepala menolak mengambil makanan tersebut. Saat diajak teman makan di restoran dan melihat banyak makanan, Ibu harus geleng-geleng kepala. Dengan cara ini, Ibu baru bisa langsing.” 3 bulan kemudian Sang Ibu datang lagi. Dokter pun terkejut melihatnya,”Lho Bu, kok badannya masih besar? Ibu tidak melakukan apa yang saya minta?” Ibu ini memberi penjelasan,”Aduh Dok, memang benar kalau saya geleng kepala badan saya bisa kurus? Jangan-jangan malah tidak bisa buang air.”
Kalau kita tidak percaya firman Tuhan maka kita tidak akan mendapat apa-apa. Kalau firman itu dipercaya maka ia bisa mengubah dan memberkati kita. Pasti kita akan mendapatkan manfaatnya. Misalnya kita akan mendapat damai sejahtera. Kalau percaya maka pasti kita akan melakukannya. Kalau akan mendapat berkat Tuhan, kita pasti melakukannya. Tidak ada seorang pun yang rugi ketika melakukan firman Tuhan. Justru orang yang tidak melakukan firman yang menderita kerugian. Firman yang kita lakukan hidup dan berkuasa. Dengan firmanNya, Allah berkata, “jadilah Terang” maka terang pun jadi. “Jadilah cakrawala!” maka cakrawala pun jadi. Dengan firman Ia menciptakan dunia dan dunia pun jadi. Dengan firmanNya Ia berkata kepada orang lumpuh maka orang lumpuh berjalan. Dengan firmanNya, orang buta menjadi celik. Dengan firmanNya, orang yang sudah mati dibangkitkan. Kita percaya firman itu adalah firman yang punya kuasa. Kita seharusnya percaya bahwa firman itu berkuasa dan bukan sekedar perkataan manusia dan omong kosong belaka namun ada suatu kuasa di balik firman yang dilakukan . Kalau kita percaya saat melakukan firman , maka kuasa Firman luar biasa.

Mengabaikan Firman akan Kehilangan Berkat

Suatu kali ada seorang jemaat yang mengalami kesulitan untuk datang beribadah di gereja. Bosnya mengharuskannya bekerja di hari Minggu. Ia berdoa agar bisa datang beribadah di hari Minggu. Berkali-kali ia tidak bisa datang ke gereja sehingga ia memiliki kerinduan. Ia pun menghadap bosnya untuk meminta ijin agar bisa ke gereja. Ia diijinkan namun dengan banyak potongan terhadap gajinya. Ia pun kembali berdoa kepada Tuhan. Ternyata bosnya melihat usahanya di hari Minggu sepi sehingga tidak menguntungkan. Kalau usahanya tetap dibuka, maka kerugian akan membesar. Maka ia pun menutup toko di hari Minggu.  Mengapa jemaat ini  merasa senang sekali? Dimulai dari saat ia mau melakukan firman Tuhan, ada suatu kuasa. Ada suatu kuasa yang akan menjadi berkat bagi setiap orang yang melakukan Firman. Seringkali kita kehilangan berkat karena mengabaikan firman Tuhan. Kalau kita percaya, ada kuasa dan berkat yang jauh lebih besar.
Ada seorang jemaat yang diterima bekerja di bagian pembukuan. Suatu kali ia dipanggil bosnya yang memintanya,”Tolong kamu mengubah pembukuannya.” Sebagai anak Tuhan , ia tahu itu salah. Bosnya menegaskan, “Bisa tidak kamu melakukannya?” Ia pun menjawab,”Maaf Pak, saya tidak bisa melakukannya!” Bosnya terkejut. “Kamu berani menolak? Sekarang kamu pulang dan 3 hari lagi saya akan membicarakan pekerjaan kamu.”, Bosnya memberi perintah. Jemaat yang masih muda ini merasa pusing dan berpikir, “Jangan-jangan Bos mau memecatnya.” Tetapi sebagai anak Tuhan ia menyerahkan masalahnya dalam doa kepada Tuhan. 3 hari kemudian ia datang ke bosnya yang bertanya, “Apa benar kamu tidak mau melakukannya?” Ia berkata, “Maaf Bos, saya tidak bisa!” Ia sudah siap menerima konsekuensi apa pun. Namun Bosnya berkata kepada dia, “Kamulah orang yang saya cari selama ini. Orang yang jujur dan dapat dipercaya.” Seorang yang mengandalkan firman Tuhan tidak akan ditinggalkan Tuhan. Ada kuasa firman Tuhan yang berbicara. Adanya Firman itu tidak hanya berdampak pada diri sendiri tetapi juga pada orang lain. Ketika gereja dipenuhi para jemaat namun masalahnya adalah bukan berapa jumlah jemaat yang mendengar firman Tuhan tetapi berapa jemaat yang melakukan firmanNya. Karena yang melakukan firman akan berdampak bagi orang lain. Kalau ada jemaat yang rindu melayani maka pelayanannya berdampak. Walau sekecil apapun ada dampaknya pada orang lain (tidak pernah sia-sia). Orang yang melakukan firman Tuhan akan berdampak bagi orang lain. Kalau menyadari hal ini, kita akan melakukannya.

Melakukan Firman akan Berdampak pada Orang Lain

Pada suatu sore hari setelah selesai ibadah saya mengajak putra saya makan di sebuah restoran di daerah Kelapa Gading. Saya pun kemudian memesan makanan. Saat menunggu pesanan tidak lama kemudian datang seorang hamba Tuhan yang lain padahal kami tidak janjian sebelumnya. Di Kelapa Gading terdapat banyak tempat makan, tetapi hari itu ia memilih tempat yang sama dengan saya. Mengapa bisa sama? Sewaktu melihat kami ia berkata,”Lho kok kamu makan di sini?” Karena kami sudah mulaimakan, ia pun beranjak ke meja lain. Selesai makan dan saat saya mau bayar, ternyata sudah ada yang membayarkan makanan saya. Siapa  yang bayar? Kasir mengatakan bahwa tadi ada seorang ibu yang menyumbangkan uangnya untuk Bapak. Saya pun teringat waktu tiba di restoran tadi, ada seorang jemaat yang pesan makanan untuk dibawa pulang. Ia melihat saya dan hanya melambaikan tangan saja. Saya baru tahu, ibu itulah yang membayarkan pesanan saya. Saya pun kemudian membayarkan pesanan di meja hamba Tuhan yang lain itu. Besok paginya,  ia mengirim pesan Whatsapp ke saya, “Zhuang dau xie xie. Zhuang dau sudah membayarkan makanan saya.” Sebenarnya ia mau membayarkan pesanan saya, tetapi dia terkejut karena sewaktu mau bayar, ada yang sudah membayarkan. Saat ia mau bayar makanan dia ternyata juga sudah ada yang membayari. Kasir restoran itu berkata, “Gereja ini apa-apaan ya? Saling membayarkan tetapi tidak memberi tahu.” Saat melakukan firman Tuhan maka akan berdampak dan akan saling mempengaruhi. Firman yang dilakukan tidak akan sia-sia. Kalau di gereja, ada orang yang melakukan Firman sekecil apapun yang dia percaya, akan berdampak ke orang lain. Kita bisa melihat di gereja, “Apa yang bisa saya lakukan untuk melakukan firman Tuhan?” Percayalah saat dilakukan, tidak sia-sia dan akan berdampak bagi orang lain. Maka gereja akan dipenuhi dengan orang-orang yang melakukan Firman dan itu dimulai dari kita masing-masing.

Sunday, September 17, 2017

Memuji Allah dengan Penuh Semangat


Pdt. Hery Kwok

Maz 42:5  Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.
Maz 34:9 Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
2 Taw 5:13 Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan,
Ezra 3:11 Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!" Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan.

Pendahuluan

                “Memuji Allah dengan Penuh Semangat” adalah perkara yang penting karena di Alkitab bisa dilihat contoh-contoh di mana umatNya memuji dengan penuh semangat. Contoh : Korah melalui nyanyian pengajarannya pada Mazmur 42, Raja Daud memuji Allah pada Maz 34 , para peniup nafiri dan penyanyi pada 2 Tawarikh 5.  Suatu kali saya berbicara dengan seorang anak Tuhan yang yang hobinya bermain golf. Kalau di akhir pekan (Sabtu) ia bisa pergi dari rumahnya pk 5 pagi (atau pk 4 kalau jarak tempuhnya jauh). Mengapa ia rajin bermain golf dan mau berangkat pada pagi hari? Hal ini sudah dilakukannya selama puluhan tahun berarti ada sesuatu yang berarti yang dialaminya melalui kegiatan tersebut dalam hidupnya. Ia berkata,”Saya merasa senang dan bersemangat karena di sana saya menemukan kesenangan bisa berkumpul dengan teman-teman. Selain berolah-raga juga bisa ketemu teman dan kolega bisnis sehingga saya suka ke sana.”

Semangat dalam Memuji Allah

Di dalam kata “semangat” ada beberapa unsur yang terkandung di dalamnya yakni :

a.     kesenanganan.
Bagaimana orang berkata ia sedang bersemangat namun tidak ada kesenangannya? Ada seorang Bapak yang rajin mencari uang sehingga bekerja penuh dari Senin-Minggu. Ia berkata,”Mencari uang itu adalah perkara penting! Kalau tidak cari uang maka saya tidak bisa menghidupi keluarga saya” Karena menganggap penting sekali mencari uang maka ia pun berkonsentrasi dan bersemangat melakukannya.
b.     gairah (passion)
Kalau orang tidak memiliki semangat maka ia punya kekuatan untuk menjalini hidupnya. Bahkan bila menjalani hidup berumah tangga tanpa semangat ibarat kita menjalaninya seperti di neraka. Tanpa semangat, kehidupan berumah tangga akan dijalani sebagai rutinitas belaka dan suatu saat akan mengalami titik jenuh sehingga akhirnya pasangan suami istri akan bercerai. Kalaupun tidak bercerai, maka kehidupannya dijalani dalam bentuk tanpa makna.

                Bila didefinisikan bersemangat berarti giat , bergairah, hati dan batinnya dipenuhi semangat. Dalam kata semangat terkandung kekuatan dan tenaga. Kalau orang sudah putus asa (tanpa semangat) berarti orang itu sudah mati. Kalau berbisnis tanpa semangat maka berarti usahanya sudah tamat. Ada juga pasangan yang mengalami putus cinta dan tidak diberi semangat bisa melakukan usaha bunuh diri seperti minum racun dan lain-lain.
Pada film Korea berlatar belakang kerajaan biasanya mengadung pesan-pesan yang dalam. Ada suatu film yang mengisahkan seorang perempuan yang diperebutkan oleh 2 orang raja dan beberapa lelaki lainnya. Hal ini berarti sang perempuan memiliki kelebihan karena ia bisa membuat beberapa laki-laki jatuh cinta kepadanya. Namun sayangnya Sang Perempuan ini mati dipanah musuh sehingga membuat kedua raja tersebut patah hati. Satu raja mewakili kerajaan Tiongkok sampai tidak bisa berbicara (gagap) dan merasa putus asa. Sedangkan yang satu lagi raja Korea yang kemudian menjadi frustasi dan tidak semangat lagi memimpin rakyatnya. Sutradara film tersebut coba memberikan gambaran cinta yang luar biasa yang mengakibatkan orang-orang yang  putus cinta jadi collapse.
                Memuji Allah tanpa semangat membuat ibadah seperti hanya berupa legalitas atau fomalitas belaka di mana orang-orang datang ke gereja tanpa merasakan kepuasan dari Allah karena di dalamnya mungkin tidak menikmati puji-pujian yang dinyanyikan dengan penuh semangat. Bila ibadah dilakukan tanpa semangat maka ibadah akan menjadi kering, kaku dam tidak menyentuh jiwa. Bulan ini temanya tentang ibadah. Pada minggu pertama diingatkan betapa pentingnya beribadah. Allah sendiri yang membawa umatNya keluar dari Mesir untuk beribadah di padang gurun. Begitu pentingnya ibadah sehingga Firaun yang berusaha mencegahnya dijatuhi 10 tulah. Di mana pada tulah terakhir yang menjadi puncak tulah terjadi kematian anak sulung baik dari manusia maupun dari hewan. Ibadah penting karena Allah ingin berbicara dan bertemu umatNya karena Ia mencintai umatNya. Itulah sebabnya kita diingatkan untuk sungguh-sungguh beribadah bukan karena sekedar aturan dari gereja.
                Selanjutnya saat datang beribadah juga diingatkan agar kita mempersiapkan hati dan penampilan kita. Mempersiapkan ibadah itu bagian yang penting karena kita akan berjumpa Allah yang hidup, bila sembarang maka kita sendiri yang susah. Beberapa suku khususnya di Timur memiliki kebiasaan di mana tidak boleh berpakaian asal saja seperti mau pergi ke pasar (seperti mengenakan T-shirt, jean bahkan pakai celana selutut).

Alasan Memuji Allah dengan Penuh Semangat

                Waktu menemui Allah apakah kita melakukannya dengan penuh semangat? Ada 2 alasan mengapa kita memuji Allah dengan semangat :

1.    Sudah mengalami dan menikmati kebaikan Allah.

Pada Maz 42 ditulis Korah bahwa bani Israel mengalami kesulitan untuk  beribadah di negara asing. Kerinduan dia datang beribadah digambarkan seperti rusa yang haus air di mana bila tidak mendapat air maka sang rusa akan mati. Seperti rusa yang haus air, maka kita juga haus beribadah. Di negeri orang lain, penduduk asli mengejak, “Di mana Allahmu?” Makanya ia menulis,”Mengapa saat sedang gundang gulana, waktu di Israel aku merayakan puji-pujian di rumah Tuhan” Kalau kita sedih maka untuk datang kepada Tuhan, kita seringkali merasa malas. Saat melakukan pembesukan, saya sering bertanya,Mengapa tidak ke gereja?” dan ada yang menjawab,”Karena sedang susah sehingga malas datang beribadah.” Hal ini ibarat sudah miskin tapi sombong tidak mau cari Tuhan. Seharusnya saat sedang gundah gulana, kita datang ke rumah Tuhan untuk beribadah dan memuji dengan luar biasa.
Pemazmur punya semangat memuji Tuhan karena pada kitab Mazmur 34 ia mengatakan,”Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan!” Kita memuji dengan semangat karena kita telah mengalami dan menikmati sendiri kebaikan Allah. Hanya orang-orang yang telah menikmati kebaikan Allah,  mulutnya tidak akan pernah bungkam untuk memujiNya dengan penuh semangat. Seperti orang Israel yang telah mengalami pertolongan Tuhan dengan nyata. Bagi Allahlah mereka hidup sehingga mereka menyembahNya. Seluruh pekerjaan Allah baik, sehingga patut dirayakan.
          Bila segala sesuatu hari lepas hari berjalan dengan baik, apakah hal itu baik tidak? Kebaikan Allah kita rasakan setiap hari. Waktu orang Israel keluar dari Mesir ke tanah Kanaan , mujizat yang dilakukan Allah dengan membelah laut hanya terjadi sekali. Selebihnya Tuhan dengan segala kesabaran dan kesetiaanNya memelihara dengan memberi makan selama 40 tahun. Allah yang membuat baju dan sepatu mereka tidak rusak selama 40 tahun mengembara di padang gurun. Bukankah mujizat spektakuler terjadi sekali-kali dan itupun dalam bentuk berlainan? Tetapi penyertaan Allah dengan kebaikan Allah setiap hari seringkali dilupakan manusia  karena manusia menganggapnya biasa. Bahkan ada yang sering menganggapnya sebagai hukum alam. Waktu Allah memberi terang dan hujan, maka itu dianggap sebagai fenomena alam (dianggap biasa). Padahal di Kitab Suci dikatakan Alah membuat hujan berhenti, bahkan di Perjanjian Lama dikatakan bahwa matahari bisa mundur karena Tuhan.
Kemarin kami melakukan pembesukan ke RS Hermina. Dokter di sana berkata, “Pak Hery orang sakit di bangsal perawatan tidak ada, adanya di bangsal anak. Itu pun hanya satu orang anak saja” Tetapi biar bagaimana pun 1 orang anak pun penting. Jadi kami hanya mendoakan 1 orang anak sekolah Minggu.  Ia begitu memiliki kerinduan untuk bernyanyi. Waktu mau pulang saya bertanya, “Dok kami mau pulang, ada lagi yang ingin didoakan?” Dia berkata, “Tunggu ya. Moga-moga ada orang dewasa yang ingin didoakan.” Jadi kami menunggu sehingga kami tidak masuk ke dalam lift yang sudah terbuka. Satpam mungkin mengira untuk apa kami menunggu di depan lift. Tetapi ternyata ada seorang ibu yang punya penyakit kekurangan Kalium sehingga jari-jarinya tidak bisa ditekuk (tegang). Ibu Lince yang ikut pembesukan berkata ,”Kurang makan pisang hijau.” Waktu saya perhatikan tangannya kaku tidak bisa ditekuk membuat saya tertegun. Waktu berdoa saya pegang tangannya yang diberi kutek merah, benar-benar terasa kaku. Terkadang saya berpikir, kita bisa menekuk tangan namun kita seringkali tidak mengerti kebaikan Allah.
          Kita anggap kebaikan Allahkah kalau kita bisa bertepuk tangan? Maka kita tidak lagi menikmati dan mengecap betapa baiknya Allah. Apakah kita berpikir kebaikan Allah hanya dalam bentuk mujizat? Itukah kebaikan Allah? Dengan bertambah usia, stamina tubuh banyak berkurang. Beberapa waktu lalu saya mengalami kesulitan untuk buang air besar. Itu bukan sekedar pangilan alam. Selama ini lancar buang air besar dianggap biasa. Walau pun saya sudah banyak makan pepaya, tetapi tetap tidak bisa ke belakang. Jadi apakah kita bisa ke WC bukan karena kebaikan Allah? Maka pemazmur berkata, “Coba kecaplah dan nikmati Allah” di situ hati kita akan memuji Allah.
Bernyanyi bukan milik orang-orang karismatik semata. Walau pun mereka menyanyi dengan hati mereka karena mereka menikmati Allah itu baik. Beberapa kali saya khotbah di gereja Pantekosta dan bertanya,”Bapak-Ibu mengapa menyanyi dengan penuh semangat?” Mereka menjawab ,”Karena Allah itu baik.” Saya 3 kali menangis menyanyikan puji-pujian saat beribadah. Terkahir saat firman Tuhan mau disampaikan saya menangis. Padahal Wewe dan Ervina memimpin puji-pujian. Yang kedua, waktu seorang liturgos sebuah gereja Pantekosta memimpin pujian saya menangis. Ada juga di kejadian pada persekutuan remaja di GKI saya menangis saat diajak menyanyi oleh MC-nya,”Ya Tuhan setiap jam aku perlu Engkau.” Saya nangis waktu mendengar syair itu,”Apakah benar setiap jam saya perlu Tuhan?” Pujian itu sepertinya mengingatkan saya ,”Apakah betul kamu merasakan bahwa Tuhan itu baik?” Biasanya engkau mencari Aku kalau ada perlu. Saat sakit engkau berteriak minta pertolonganKu. Engkau mencari aku saat susah mencari sekolah untuk anakmu atau saat pasangan hidup bermasalah dalam kehidupan  rumah tangga. Saya menangis karena tidak tiap jam tidak mencariNya. Saya disentuh Tuhan. Sehingga waktu menyanyi saya merasa salah. Saya menangis padahal harus memimpin doa. Ingus sudah saya lap namun terus turun. Saya berdoa dengan terpatah-patah. Sulit bagi saya untuk berdoa dengan lancar. Herannya waktu persekutuan selesai dan jemaat remaja pulang, mereka berkata, “Ko doanya dahsyat.” Bagi remaja dahsyat karena mungkin mereka melihat bagaimana saya mengecap kebaikan Allah. Kita duduk di sini apakah mengecap bahwa Allah itu baik?
Beberapa minggu lalu saya khotbah di sebuah kantor. Pemilknya menyampaikan pernyataan yang bagus sekali. Hidupnya dulu susah. Ia ditaruh di rumah yatim piatu Vinsensius, Kramat. Dari sana ia berkembang menjadi orang hebat. Ia bertanya,”Pak Hery bagaimana Bapak tahu kalau gula itu manis?” Saya menjawab,”Harus dicicip.” Ia berkata, “Betul! Lalu bagaimana Pak Hery tahu garam itu rasanya asin?” Saya menjawab lagi,”Harus ada di lidah saya baru saya tahu garam itu asin.” Bagaimana engkau tahu Allah itu baik kalau tidak menikmati Dia? Waktu Tuhan menciptakan manusia ada 2 tujuannya yaitu kita harus menyembah , meninggikan Dia dalam seluruh hidup kita dan agar kita menikmati Dia dan mengalami hidup bersama Dia. Hidup seperti itulah yang membuat kita duduk di sini dan mau memuji Dia dengan penuh semangat. Setiap pujian rohani mengatakan Allah baik. Pada 2 Taw dan Ezra dikatakan mengapa mereka memuji dengan nyaring karena bahwasanya Dia baik. Konteks latar belakang 2 Taw 5 adalah saat Salomo menahbiskan bait Allah yang dibangun dengan megah dan Salomo mengatakan di Maz 127 kalau bukan Tuhan yang melakukannya, maka sia-sialah usaha manusia. Salomo merasakan kebaikan Allah sehingga ia minta penyanyi menyanyi untuk meninggikan Allah karena Dia baik. Kitab Ezra dilatar belakangi saat umat Israel dibuang ke Babel lalu dikembalikan lagi untuk meletakkan batu pertama pendirian bait Allah. Di situ mereka menyanyikan bahwa Allah itu baik. Bagaimana mungkin musuh memberi ijin untuk mendirikan bait Allah bahkan memasok dana yang dibutuhkannya? Di situ mereka merasakan Allah itu baik.
          Waktu kita tidur dan kemudian membuka kelopak mata , itu karena kebaikan Allah. Kemarin kami membesuk ayi Sari yang jatuh dari bangku dan tulang belakangnya ada yang retak. Sepanjang hari ia tidur. Waktu dibangunkan ia merasa pusing. Lalu ia tidur lagi supaya tidak pusing. Kalau kita tidur terus maka kita akan pusing. Allah mengijinkan kita bangun supaya kita tidak pusing. Jangan pikir kita bisa bangun karena hukum alam, karena kalau bukan Allah yang ijinkan, kita tidak akan bangun. Kita juga melihat kebaikan Allah saat membesuk. Kalau kita tidak menikmati kebaikan Allah maka kita sulit memujiNya dengan semangat. Saya termasuk orang yang fals kalau bernyanyi. Nadanya bisa tidak sesuai. Tapi hati saya senang memuji Tuhan dan berusaha mengikuti lagu pujiannya. Karena saya memang menikmati bahwa Allah itu baik. Beberapa hari lalu, saat shi mu kuliah Mandarin, saya berada di rumah sendiri , maka berdoa dan memuji Tuhan karena kebutuhan dana sebesar  Rp 100 juta untuk misi di NTT dicukupi Tuhan dari nol. Di situ saya bersyukur. Kebaikan Tuhan dimulai dari saat kita membuka mata sampai tidur kembali. Masakan kebaikan Dia yang hebat tidak membuat kita menyanyi dan mengagungkanNya dengan hebat dan bersemangat?

2.    Mendapat kelegaan, kelepasan dan kepuasan saat memuji

Kalau orang yang mengalami pergumulan datang ke psikolog, maka psikolog akan berkata,”Ceritakanlah apa yang menjadi masalahmu. Jangan ditutup-tutupi. Silahkan, kalau mau menangis.” Maka orang tersebut akan bercerita, bahkan mungkin sampai menangis. Terapi itu dilakukan agar hati orang itu menjadi lega. Beban yang ada di dalam hatinya terbongkar. Maka di ruang konseling saya hanya menyiapkan 2 macam benda yaitu air minum dan tisue. Karena kadang saat menangis tisue terus diambil. Setelah pakai tisue, saya sodorkan segelas air yang langsung dihabiskan. Lalu certa lagi dan saya sodorkan air lagi yang dihabiskannya kembali. Terkadang sekali pertemuan bisa menghabiskan 4 gelas. Setelah itu selesai. Saya bertanya, “Apa ibu puas?” atau  “Apakah Bapak sudah lega?” Dan biasanya mereka  berkata, “Sudah enakan.” Lalu saya katakan,”Sekarang pulang dan banyak berdoa.” Mengapa terapi itu dilakukan? Karena waktu mengungkapkan sesuatu maka hati kita tidak lagi tertindih beban. Waktu memuji Tuhan, maka hatimu keluar. Tenaga dan suaramu keluar untuk memuji Tuhan. Jiwa dan roh kita memberikan ungkapan dari hati kita untuk Tuhan. Kita akan dipuaskan Allah di dalam puji-pujian. Mengapa waktu kita melihat orang karismatik setelah pulang sangat riang sedang orang protestan tidak? Karena kita tidak menikmati kelepasan yang Allah berikan dalam pujian. Maka coba lihat sikap kita dalam menyampaikan pujian. Jangan berkata, “Kalau tidak dipuji maka Allah kehilangan kemegahan dan keagunganNya.” Itu keliru. Dia agung di dalam diriNya. Dia mulia di dalam namaNya. Dia tidak pernah kehilangan kemuliaanNya kalau ciptaanNya tidak memuji Dia.
Saat menyembah kita diberi kesempatan untuk memuji Allah dengan kata-kata yang luar biasa. Itu sebabnya , orang yang memuji dengan segenap hati maka ia akan mendapatkan kelegaan saat pulang.  Guo shi mu mau mengumpulkan seluruh petugas bidang ibadah (singer dan liturgos) dan ingin mengemas kembali pujian dan penyembahan. Kita ingin agar yang memimpin menikmatinya dan memuji Tuhan dengan luar biasa. Karena kalau kita memuji Tuhan dengan luar biasa, maka hati kita sudah disiapkan untuk mendengar firman Tuhan. Kesalahan kita saat kita berpikir bahwa beribadah adalah sekedar mendengar firman Tuhan. Sehingga walau datangnya terlambat namun setelah mendengar firman Tuhan merasa cukup. Memang intinya ibadah adalah firman Tuhan, namun ibadah tidak lepas dari pujian. Maka 10 menit sebelum ibadah, MC akan mengajak jemaat beryanyi untuk mempersiapkan hati. Kalau konsep memuji Tuhan benar, saat mendengar pujian sudah dimulai maka orang yang berada di kantin akan segera berlari masuk ke ruang ibadah untuk ikut memuji Dia dengan benar. Itulah sebabnya mengapa pemzamur berkata, “Aku berlari dengan sorak sorai karena jiwaku dipuaskan oleh Allah.” Itu sebabnya gereja kita akan memperbarui dan mencoba melihat kekuatan pujian ini. Bukan hanya suku tertentu yang bisa menyanyi. Orang Tionghoa juga bisa. Hal ini bisa dilihat dari ada banyaknya buku pujian Mandarin. Kalau kita senang memuji maka raut wajah kita akan lentur dan bagus ditinjau dari sisi kesehatan. Kalau pekerjaan kita hanya ‘menghitung uang’ saja, maka bentuk mulut kita hanya datar. Tapi saat memuji maka mulut kita akan bergerak mengikuti lagu yang dinyanyikan dan hal itu menjadi ‘terapi kesehatan’ untuk wajah kita. 

          Orang yang pian sui sangat sulit untuk berbicara sehingga perlu diterapi agar urat syarafnya menjadi sedikit lentur. Penderita stroke (pian sui) sangat tersiksa untuk mengeluarkan suara. Yang membuat sengsara orang yang menderita stroke adalah ia mau melakukan sesuatu tetapi tidak bisa. Misalnya : ia mau berbicara, tetapi tidak bisa dilakukannya. Kalau saat ini kita masih bisa berbicara dan memuji Tuhan tapi tidak melakukannya dengan baik, maka kita akan menyesal. Mari mulai hari ini kita datang beribadah untuk memuji Dia dengan penuh semangat. Karena di sanalah kita akan menikmati Allah dan mendapatkan kelegaan daripadaNya.

Monday, September 11, 2017

Beribadah dengan Penuh Kesiapan


Ev. Lili Suwandi

Ibrani 10:19-25
19   Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
20  karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
21  dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
22  Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
23  Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
24  Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
25  Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.

Pendahuluan

                Kita harus mempersiapkan hati dengan baik untuk datang beribadah kepada Tuhan. Sayangnya seringkali saat datang beribadah kita tidak melakukannya (secara fisik tubuh berada di gereja tapi hati kita di luar). Satu hari sebelum beribadah (Sabtu) kita begitu sibuk. Kita menganggap hari Sabtu sebagai akhir pekan sehingga kita memforsir tenaga kita untuk bekerja dengan sekuatnya pada hari Sabtu. Jadi pada hari Sabtu kita lembur sehingga esok harinya pada waktu beribadah kita merasa lelah dan mengantuk. Ini adalah pekerjaan iblis. Iblis tidak takut kita datang beribadah. Dia hanya takut kita hadir dengan tenang beribadah. Ada yang berkata,  “Di rumah saya tidak bisa tidur, namun di gereja saya bisa tidur dengan nyenyak.” Mengapa? “Kalau kamu mau datang ke gereja tidak masalah, yang penting kamu tidak mendengarkan firman Tuhan”, kata iblis. Sehingga ada yang waktu datang merasa mengantuk kemudian tertidur, sehingga ia tidak mendengar dan tidak memperoleh apa-apa dari firman Tuhan. Mengapa hari ini iman kita tidak teguh? Karena tidak mendengar firman Tuhan dengan baik! Mengapa kita tidak bisa melakukan firman Tuhan ? Karena firman Tuhan tidak tersimpan dalam hati untuk memberi respon dengan baik. Jadi kita perlu mempersiapkan hati dengan baik!

Jagalah Sikap dalam Beribadah

                Pada waktu berbicara tentang ibadah berarti kita bicara tentang datang ke hadapan (hadirat) Tuhan dan uniknya setiap kita datang dengan sikap yang berbeda-beda. Ada yang mau datang ke gereja setelah mengetahui hamba Tuhan yang akan berkhotbah. Ada hamba Tuhan tertentu yang kalau berkhotbah, cara penyampaian khotbahnya membuatnya merasa ngantuk sehingga ia pun malas datang. Di samping itu ada juga pengkhotbah yang disukai karena cara membawakan khotbahnya mudah dimengerti dan disampaikan dengan ‘menarik’ sehingga hati merasa gembira. Ada juga yang saat beribadah dan mendengarkan firman Tuhan , membuka telpon selulernya sehingga orang lain mengira dia sedang membaca Alkitab, namun begitu diperhatikan ternyata sedang membaca dan mengirim pesan singkat (SMS)  atau membuka gambar (laman internet). Bahkan ada seorang jemaat yang berkata,”Orang yang  duduk di samping saya adalah seorang majelis. Ia biasanya memimpin ibadah. Tapi saat duduk di sebelah saya, majelis ini dari awal sampai akhir ibadah memainkan telepon selulernya. Saat saya mengintipnya , rupanya ia sedang bermain game.” Untuk kebaktian yang dihadiri oleh orang-orang lansia (lanjut usia) banyak yang gaptek (gagap teknologi) alias tidak cekatan memainkan telpon seluler karena  orang tua merasa susah mengikuti kemajuan zaman. Pada waktu telepon selulernya berdering, ada yang tidak tahu cara meniadakan suaranya atau mematikannya sehingga nada deringnya terus berbunyi. Walau gaptek , sebagai orang lansia kita seharusnya terus berada dekat dengan Tuhan. Sedangkan sebagai orang muda  walaupun teknologi berkembang dengan sangat pesat, namun jangan mengabaikan hubungan dengan Tuhan. Kita harus menguduskan hari sabat (Sabtu). Hari Minggu adalah hari Tuhan. Kita menguduskannya. Kita harus beribadah kepada Tuhan. Persiapkanlah hati, kondisi fisik dan jangan terlambat. Puji syukur kepada Tuhan, hari ini tidak banyak jemaat yang datang terlambat. Waktu pergi ke gereja pagi ini, saya mengingatkan diri sendiri jangan sampai terlambat. Saya terkadang khotbah di tempat yang berjarak jauh, sehingga kalau macet bisa terlambat.
Pernah sekali waktu saya diundang menghadiri perayaan ulang tahun pernikahan yang ke-60 (berlian). Pasangan yang menikah tersebut dikaruniai 5 orang anak (4 perempuan, 1 laki-laki yang menjadi dokter). Yang semua anak perempuan jadi profesor dan pengajar di universitas. Dia datang ke gereja. Lalu saya tanya,”Apakah ibu mengalami kepikunan atau tidak?” Dijawabnya tidak.  Kalau ia ditanya ada berapa miliar saldonya di bank, dia pasti mengingatnya. Saya katakan,”Sangat bagus”. Sekarang ini banyak yang tidak pikun karena punya dan dapat banyak uang. Kalau tidak punya uang, malah jadi pikun. Betul kah? Bagaimana untuk orang tua yang tidak bekerja? Anaknya yang kasih uang  dan pekerjaan orang tua menghitung uangnya. Setelah saya sudah tua dan memimpin Pendalaman Alkitab (PA), ada orang tua perempuan yang berkata,”Apa yang dikatakanmu semua benar. Tante saya sekarang sudah hampir berusia 90 tahun. Setiap kali duduk di toko palawija, ia yang menjadi kasir dan tidak pikun!” Bila ada uang maka dapat menghitung dengan baik. Percaya atau tidak terserah. Saat pergi ke perayaan ulang tahun ke-60 tersebut, dari rumah ke tempat resepsi memerlukan waktu 4,5 jam karena macet sana-sini. Sehingga berangkat dari pk 17, tiba sekitar pk 21.30, namun mereka masih pada menunggu karena saya katakan ,”Pulang saja, tetapi saya pasti datang!” Di Bandung yang paling macet adalah daerah Kopo Permai dan Taman Kopo Permai. Kalau mau khotbah di sana, maka dari siang saya sudah harus berangkat. Usahakan kita jangan terlambat, jangan pulang ibadah lebih dulu dan jangan mengantuk di ruang kebaktian saat mendengar khotbah. Kita harus semangat beribadah. Kalau ada yang mengantuk maka yang duduk di sebelahnya bisa menepuk bahunya untuk membangunkannya.

Mengapa harus mempersiapkan hati dengan baik untuk beribadah?

Ada 3 poin terkait dengan kesiapan kita dalam beribadah.

1.       Saat beribadah merupakan anugerah (berkat) untuk setiap orang percaya.

Waktu beribadah kita merasakan bahwa kita orang berdosa namun Tuhan telah melayakan dan mengangkat kita. Dia telah menumpahkan darahNya untuk menyelamatkan kita, sehingga kita tidak takut untuk datang kepadaNya. Anugerah Tuhan diberikan kepada kita dengan percuma. Karena Tuhan telah mencurahkan darahnya untuk menghapus dosa manusia yang mau menerimaNya dan menggenapi penebusannya.
          Ia membuka jalan yang baru sehingga kita bisa hidup di dalamnya (ini jalan baru dan hidup). Ada tabir yang memisahkan ruang kudus dan ruang maha kudus. Waktu Yesus disalibkan di atas kayu salib, tabir  yang memisahkan kedua ruang tersebut terbelah. Artinya orang biasa bisa masuk ruang maha kudus, padahal sebelumnya hanya imam besar yang dipilih yang bisa masuk ke sana dan itupun dilakukan setahun sekali. Imam besar tersebut mewakili seluruh orang dunia untuk datang kepada Tuhan, meminta pengampunan kepada Tuhan dan Tuhan pun mengampuninya. Waktu imam besar ini masuk ruang maha kudus maka kakinya diikat degan tali. Karena kalau waktu ia tidak kudus dan masuk ruang maha kudus sehingga mati dihukum Tuhan maka orang akan menariknya dari luar ruang maha kudus. Tetapi hari ini Tuhan Yesus telah membukanya , suatu jalan yang baru dan hidup di hadapanNya sehingga kita bisa datang beribadah kepada Tuhan.
          Apa yang telah Tuhan Yesus perbuat bagi kita? Bukan hanya mencurahkan darahNya dan Dia juga  membukakan pintu baru tetapi juga membasuh hati nurani kita. Setiap orang berbicara dengan aksen (logat) daerahnya. Misalnya : saya orang Bandung memakai bahasa sunda, tetapi sebenarnya saya orang Tiongkok  (toto) karena lahir di Amoi. Petugas pembuat paspor bertanya di mana daerah itu? Saya jelaskan Amoi terletak di Xia Men. Dia bertanya mengapa bahasa Indonesia saya lancar. Saya berkata, karena setelah minum air Indonesia maka bahasa Indonesia saya lancar. Apakah percaya? Ini adalah benar dan sangat penting. Air yang diminum akan menjadi orang di sana. Kakek saya lahir di Tiongkok. Waktu datang ke Indonesia ia tidak bisa berbahasa Indonesia. Telur dibilang tulul. Sekarang ia bisa bicara bahasa daerah dengan lancar lancar. Seperti Ev. Suwandi minum air Jakarta, maka bahasa Betawinya lancar.

2.       Datang beribadah dengan sikap hati yang menyembah.

          Tuhan membersihkan (menyucikan) dosa kita sehingga kita menjadi orang kudus (suci). Pada waktu ada objek yang kita sembah, maka bagaimana sikap hati kita menyembah? Sesuai Ibrani 10:22-23 (Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.  Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia),  ada 2 macam sikap menyembah:

a.     Datang dengan hati penuh iklas (tulus hati), tidak berpura-pura. Ini adalah sikap hati yang sangat berharga. Tuhan kita memeriksa hati kita. Dengan demikian kita saat beribadah dengan hati yang tulus.
b.     Kita punya iman yang teguh. Artinya, Tuhan Yesus adalah Juruselamat kita satu-satunya  dan Dia mengasihi kita sampai akhir. Ini adalah janji dari Tuhan. Tuhan Yesus mengasihi kita dan iman kita teguh. Tuhan mengasihi semua orang di dunia ini apa pun warna kulit kita.

Suatu kali anak sulung perempuan bertanya,”Apakah mama percaya bahwa Tuhan Yesus mengasihi semua orang di dunia?” Saya membenarkannya. Lalu ia bertanya lagi,”Benar? Mama yakin?” Saya heran mengapa ia bertanya demikian. Saya memandang dia., lalu ia mengatakan“Ma pacar saya orang India. Badannya hitam semua kecuali giginya,” Saya hanya menjawab,” Hanya kalau ia percaya Tuhan dan berdua saling mengasihi tidak masalah” Tahun 2005 mereka menikah dan dikaruniai 2 anak laki-laki yang sangat tampan. Bulu mata mereka lentik. Orang India ini sangat tahu tentang pergaulan dan tegur sapa. Hari ini tangal 10 September 2017. Pada waktu tanggal 7 September, dari USA ia terbang ke Eropa dan Afrika (Etiopia). Etiopia adalah negara yang sangat berkembang di Afrika. Banyak orang Tiongkok yang datang ke sana. Ada perusahaan yang menyuruh 600 orang Etiopia untuk datang belajar lalu setelah itu perusahaan ini pindah ke Etiopia. Negara Etiopia menjadi negara yang sangat berkembang sekali. Menantu saya akan tiba ke Kuala Lumpur dan ia sampaikan keinginannya mau datang ke Bandung walau hanya satu hari. Paginya dari Kuala Lumpur, ia terbang ke Bandung. Lalu sorenya pk 16 dari Bandung dengan maskapai penerbangan Air Asia ia melanjutkan terbang ke Singapore. Lalu tanggal 8 September ia terbang kembali ke USA (Texas). Saya katakan, orang ini naik pesawat seperti naik angkot. Terhitung dari tiba di Bandung sampai berangkat lagi dari Bandung hanya makan waktu 6 jam. Ia katakan, “Karena mama tanggal 20 September mau berangkat ke Kanada dan Amerika sedangkan papa tidak mau pergi” sehingga ia datang ke Bandung. Suami saya takut berada di pesawat begitu lama karena ia tidak bisa tidur. Saya katakan kepada suami, “Engkau tidak mau pergi , tidak apa. Saya sendiri yang akan berangkat.” Menantu saya berkata, “Saya datang mau besuk papa.” Ini hati dari seorang anak. Sebagai anak apakah ada yang datang membesuk orang tua? Apakah kita mau pulang ke rumah menengok mereka?

Apakah kita mau datang kepada Tuhan dan kita punya iman yang teguh dan percaya Tuhan? Waktu punya iman yang teguh, kita terus memegang pengharapan kita. Pengharapan yang teguh karena  Tuhan kita tidak pernah berubah setia dan meninggalkan janji walau manusia bisa lupa akan janjinya sendiri. Tetapi Tuhan kita tetap teguh di dalam iman. Inilah iman pengharapan orang percaya. Oleh sebab itu di dalam diri kita, ada hati yang tulus ikhlas dan iman.

c.     Pada waktu datang beribadah kita menjaga ‘penampilan’ kita

Waktu kita beribadah, kita datang dengan penuh iman. Kita datang dengan penuh hati ke ibadah. Apakah kita punya hati dan ada perbuatan? Ada yang punya perbuatan tetapi belum tentu ada hatinya. Pada waktu orang ada hati pada saat ibadah, maka ia akan menampilkannya dalam perbuatan. Ada 3 hal :

a.     Ada hati yang mengasihi. Ini hal yang penting.
b.     Rajin melakukan hal-hal yang baik
Bukan hanya saling mengasihi tetapi kita juga dengan rajin melakukan hal-hal baik. Kasih kita dinyatakan dalam perbuatan. Perbuatan baik kita menunjukkan iman kita. Iman tanpa perbuatan akan mati. Kalau seseorang benar-benar beriman maka akan tampak pada  perbuatannya. Ini menunjukkan bahwa ia punya kasih.
c.     Jangan meninggalkan ibadah.
Selain saling mengasihi dan semakin giat melakukan kebaikan, kita juga jangan sampai meninggalkan ibadah. Ada yang suka terbiasa datang terlambat untuk beribadah dan mengantuk saat mendengar firman Tuhan, mengapa? Karena sudah sekian lama ia melakukannya, sehingga menjadi kebiasaan sehingga bila dinasehati pun ia tidak mau mendengarnya. Ini adalah sikap hati kita kepada Tuhan. Tuhan telah mengasihi kita, namun berapa besar kasih kita kepada Tuhan? Saat kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, kita harus menyatakannya melalui perbuatan yang baik karena hari Tuhan sudah dekat. Jadi kita mempersiapkan hati dengan baik untuk datang beribadah, punya hati yang saling menasehati dan menghormati.

Penutup

Di New York ada 2 lapangan terbang yaitu bandara John F Kennedy dan bandara LaGuardia. John F. Kennedy adalah presiden Amerika yang muda, cerdas dan tampan. Orang tampan dan pintar jarang jadi satu . Orang tampan biasanya hanya bersolek sehingga tidak belajar. Tetapi John F Kennedy, ia cakap dan pintar luar bisa. Waktu ia diangkat jadi presiden dan saat dilantik ia katakan, “Saya tidak menuntut negara berbuat sesuatu bagi saya, tetapi aku menuntut  bagiku berbuat sesuatu untuk negara.”
                Sedangkan bandara domestik LaGuardia namanya diambil dari nama mantan walikota New York yang bernama Florello LaGuardia yang berprofesi sebagai hakim. Postur tubuhnya tidak tinggi (150 cm). Sebagai warga negara Amerika, ia harus mau menjadi hakim yang baik. Dikisahkan peristiwa yang terjadi di kota New York, Amerika Serikat pada pertengahan 1930-an. Saat itu hampir seluruh negara di dunia, termasuk AS mengalami depresi ekonomi. Cuaca di sana juga digambarkan tengah mengalami cuaca ekstrem. Bahkan di hampir seluruh penjuru kota New York, orang-orang yang hidup miskin nyaris mati kelaparan. Suatu kali sebagai hakim ia harus mengadili seorang nenek di pengadilan karena dituduh mencuri sepotong roti. Nenek tua itu berdalih Ia mencuri karena empat cucu perempuan kelaparan. Orang tua mereka adalah putranya dan istrinya telah meninggal dunia dalam suatu kecelakaan meninggalkan anak-anaknya menjadi yatim piatu. Pada waktu hakim mendengar hal itu, ia menganggukan kepalanya dan merasa sangat kasihan, tetapi mencuri adalah melanggar hukum. “Apakah engkau mengerti?” tanya hakim. Nenek ini menjawab, “Mengerti!’ Hakim melanjutkan,”Engkau mau tidak mau harus diadili. Engkau hanya punya 2 jalan. Yang pertama engkau membayar denda 10 dolar AS dan yang kedua engkau masuk ke penjara selama 40 hari.” Nenek ini menghela nafasnya karena untuk roti saja ia tidak sanggup beli apalagi membayar denda sebesar itu.  Akhirnya ia pun berkata,”Hakim, saya pilih masuk penjara.” Hakim mendengar keputusan Sang Nenek dan berdiri. Ia tidak ingin memasukkannya dalam penjara, karena kalau nenek itu masuk penjara maka cucu-cucunya juga akan mati. Maka bagaimana? Lalu hakim mengeluarkan dompet dari sakunya dan memberikan 10 dolar AS kepada sang nenek untuk membayar denda. Jadi semuanya beres. Mengapa LaGuardia bisa melakukan ini? Karena ia punya hati yang penuh simpati. Seringkali kita mengatakan bahwa kita merasa kasihan tetapi tidak mau mengulurkan tangan langsung untuk menolong. Kemudian LaGuardia mengatakan kepada semua orang yang duduk di situ dan  telah menyaksikan semua proses pengadilan, “Kalian semua sudah mendengar dan melihatnya. Maka setiap orang agar berbelas kasihan untuk menyumbangkan sedikitnya 50 sen.” Lalu uang dikumpulkan sehingga berjumlah 40 dolar AS dan diberikan kepada sang nenek. Kemudian pada hari berikutnya, berita ini menjadi berita utama di surat kabar. Semua mengatakan, “Betapa mulianya La Guardia.” Bukan saja ia seorang Kristen tetapi ia juga melakukan perbuatan baik.
Hari ini kita mempersiapkan hati dengan baik kepada Tuhan. Kita bersyukur kepada Tuhan dan memohon kepada Tuhan agar kita bisa beribadah dengan baik , memuliakan nama Tuhan dan menyaksikan kemuliaan Tuhan sehingga orang dapat memperoleh berkat saat melihatnya.

                

Sunday, September 3, 2017

Beribadah = Panggilan Berharga dari Allah yang Kudus


Ev. Susan Maqdalena

1 Petrus 1:18-19
18  Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
19  melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Filipi 2:2-4
2  karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
3  dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
4  dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.

Ulangan 23:1-8
1   "Orang yang hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk jemaah TUHAN.
2  Seorang anak haram janganlah masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah TUHAN.
3  Seorang Amon atau seorang Moab janganlah masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah TUHAN sampai selama-lamanya,
4  karena mereka tidak menyongsong kamu dengan roti dan air pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir, dan karena mereka mengupah Bileam bin Beor dari Petor di Aram-Mesopotamia melawan engkau, supaya dikutukinya engkau.
5  Tetapi TUHAN, Allahmu, tidak mau mendengarkan Bileam dan TUHAN, Allahmu, telah mengubah kutuk itu menjadi berkat bagimu, karena TUHAN, Allahmu, mengasihi engkau.
6  Selama engkau hidup, janganlah engkau mengikhtiarkan kesejahteraan dan kebahagiaan mereka sampai selama-lamanya.
7  Janganlah engkau menganggap keji orang Edom, sebab dia saudaramu. Janganlah engkau menganggap keji orang Mesir, sebab engkaupun dahulu adalah orang asing di negerinya.
8  Anak-anak yang lahir bagi mereka dalam keturunan yang ketiga, boleh masuk jemaah TUHAN."

Pendahuluan

                Sejauh mana kita mampu menghidupi ibadah sebagai sebuah panggilan yang berharga dari Allah yang kudus? Bila kita mampu memahami, melihat, mengalami, mengakuinya maka kita akan mengenal kasih Kristus. Karena melalui pengorbanan Yesus di kayu saliblah ,Allah melayakkan kita. Seandainya kita masih hidup seperti pada zaman Perjanjian Lama di mana Allah memberikan syarat-syarat untuk masuk menjadi jemaat Tuhan untuk membedakan bangsa Israel dari bangsa lainnya, sehingga Israel harus hidup dalam keadaan yang sangat sulit. "Orang yang hancur buah pelirnya atau yang terpotong kemaluannya, janganlah masuk jemaah TUHAN. Seorang anak haram janganlah masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah TUHAN. Seorang Amon atau seorang Moab janganlah masuk jemaah TUHAN, bahkan keturunannya yang kesepuluhpun tidak boleh masuk jemaah TUHAN sampai selama-lamanya, karena mereka tidak menyongsong kamu dengan roti dan air pada waktu perjalananmu keluar dari Mesir, dan karena mereka mengupah Bileam bin Beor dari Petor di Aram-Mesopotamia melawan engkau, supaya dikutukinya engkau. (Ulangan 23:1-4). Kalau hukum ini secara harafiah (tulisan) kata demi kata (termasuk koma dan titik) masih berlaku maka pada hari ini mungkin tidak ada jemaat GKKK Mabes yang masuk. Tidak ada yang berani mengatakan bahwa saya layak masuk ke jemaah Tuhan. Sangat mungkin sekali gereja ini akan kosong karena kita termasuk di antara ayat-ayat  yang ditulis dalam Ulangan 23. Orang seperti yang diutarakan dalam Ulangan 23 itu tidak boleh masuk ke dalam jemaah Tuhan dan beribadah kepadaNya. Kalau ditarik dalam lingkup yang luas  maka tidak ada yang bisa masuk beribadah di gereja. Namun kita bersyukur seberapa besar dosa kita, kita masih boleh beribadah. Setiap minggu dalam votum disampaikan bahwa sesungguhnya ibadah ini  terjadi karena Allah yang memanggil. Kalau bukan karena Allah yang memindahkan kita dari gelap ke dalam terang maka kita tidak bisa datang ke rumah ibadah.

Mengapa Beribadah = Panggilan Berharga dari Allah yang Kudus?

1.    Allah bersedia ditemui umatNya.

Ibadah menunjukkan Allah yang kudus, pencipta, secara kualitatif berbeda jauh dari kita, tidak ada titik temu dengan ciptaanNya, tetapi Allah bersedia diajak bicara, ditemui, melihat penyembahan kita, sekalipun penyembahan kita tidak sempurna. Allah bersedia ditemui, dijangkau, bersedia mendengar dan didekati. Yesaya 55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat! Ada saatnya tidak ada lagi kesempatan untuk berjumpa dengannya.
Suatu kali ada seorang ayah membuatkan mainan perahu layar untuk anaknya. Sang Anak kemudian bermain dengan perahu tersebut. Saat bermain, tiba-tiba perahu tersebut terbawa arus sungai. Karena sosoknya masih kecil maka ia tidak bisa mengejar perahu tersebut. Perahu buatan ayahnya sangat bagus baik bahannya maupun warnanya sehingga ia sangat menyenanginya. Akhirnya perahu tersebut hanyut dan hilang. Sang anak merasa sedih sekali. Seminggu kemudian sewaktu berjalan di pasar bersama ayahnya, ia melihat perahu tersebut dipajang di sebuah toko. Sambil menunjuk ke mainan perahu ia berkata, “Ayah itu perahu saya!”. Kemudian ia melanjutkan, “Ayo  kita mengambilnya! Itu kan ayah yang buat.” Namun ayahnya menjawab,”Perahumu sudah hilang dan ditemui oleh orang lain. Perahu itu sudah menjadi milik orang lain.” Lalu mereka pun pergi ke toko itu dan tawar-menawar dengan si pemilik toko. Pemilik toko akhirnya menetapkan suatu harga dan ayahnya pun membayarnya sehingga sang anak pun bisa mendapatkan kembali perahunya. Memang ilustrasi ini tidak bisa sepenuhnya menggambarkan doktrin penebusan.
Manusia merupakan milikNya karena diciptaNya namun suatu kali manusia memberontak dan terhilang. Tetapi Allah menebusnya kembali, bukan dengan uang. 1 Petrus 1:18-19  Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,  melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
Allah menebus dengan harga yang sangat luar biasa, yaitu diriNya sendiri menjadi manusia. Sehingga panggilan untuk beribadah adalah panggilan yang berharga. Pribadi Allah sendiri yang menciptakan , menebus dan memanggil maka tidak ada harga yang lebih tinggi dari harga diri Allah itu sendiri. Ketika mendengar kalimat “pergi ke gereja” dan “lakukan itu untuk Tuhan” itu bukan kalimat yang omong kosong tanpa dasar, tetapi sesungguhnya Allah yang bertindak. Kalau kita mampu memahami hal ini, maka kita akan menghargai setiap panggilan Allah dalam hidup kita. Panggilan itu ibadah dalam konteks yang sangat besar dari waktu kita buka mata sampai dipanggil kedua kalinya maka hidup ini adalah ibadah. Identitas dan hidup kita telah ditebus dan lunas dibayar. Status kita adalah orang tebusan. Kita adalah anak Allah, umat Allah , utusan Allah dan penyembah Allah. Itulah sebabnya kita adalah pelaku dalam ibadah. Dalam hidup sehari-hari kita pelaku (dalam konteks sempit). Kita bukan penonton atau penikmat ibadah tetapi pelaku ibadah. Penikmat atau penonton ibadah berbeda sekali dengan pelaku ibadah. Pelaku ibadah bersifat aktif sedangkan  penikmat ibadah bersifat pasif. Penonton hanya melihat dan setelah itu tidak punya tanggung jawab lagi. Sebagai pelaku maka dalam hidup setiap hari memberi respon. Orang yang tahu berterima kasih pasti berespon yang baik dan sebaliknya.
Dikisahkan ada dua orang anak muda yang main judi dan kalah. Karena tidak mampu langsung membayar hutang dari orang yang meminjamkannya, maka kedua pemuda ini dimasukkan ke dalam penjara. Tetapi tidak sampai 2 jam kemudian, salah satu ayah dari anak yang berjudi sudah membayar lunas uang jaminan karena ia orang kaya. Tetapi ibu dari anak muda yang satu lagi hanyalah seorang ibu yang bekerja sebagai buruh cuci baju dari rumah ke rumah. Untuk mengumpulkan uang sebesar Rp 50 juta untuk menebus hutang anaknya, sang ibu tidak tahu sampai kapan harus bekerja. Ternyata 5 tahun kemudian, dari hasil kerjanya selama ini dan dengan meminjam dari tetangga, akhirnya sang Ibu bisa mengumpulkan uang sejumlah Rp 50 juta sehingga ia bisa menebus dan mengeluarkan anaknya dari penjara. Kemudian seminggu setelah keluar dari penjara, anak ini bertemu temannya yang bersama-sama masuk sel penjara dan telah bebas lebih dahulu. Rupanya anak orang kaya tersebut tetap berjudi setelah keluar dari penjara. Dia tahu tempat yang mana yang bagus untuk berjudi dan kembali mengajak temannya yang baru keluar dari penjara ini. Namun Si Pemuda Miskin berkata, “5 tahun ibuku membanting tulang untuk mengeluarkan saya. Seumur hidup saya tidak akan pernah berjudi lagi!” Hal ini dikatakannya karena ia tahu berterima kasih ke orang tuanya. Orang yang tahu berterima kasih akan apa yang telah diperbuat Kristus dalam hidupnya memiliki respon yang berbeda. Respon kita selama ini kualitasnya seberapa? Itu urusan pribadi kita dengan Tuhan, walaupun bisa terlihat dalam hidup dan buah sehari-hari.
Seekor singa yang sedang enak-enak tidur tiba-tiba terbangun. Ia merasa  marah karena ada yang gatal di lehernya. Karena marah ia menangkap apa saja yang melintas di depannya termasuk seekor tikus. Sang tikus pun berkata,”Ampun Raja! Jangan bunuh saya, Raja.” Sang Raja menegurnya, “Mengapa kamu membuat leher saya jadi gatal?” Sang tikus berkata, “Maaf Raja, saya pikir itu tumpukan jerami untuk menutupi lubang di sarang saya.” Namun Singa berkata,”Tidak bisa, saya mau membunuhmu.” Dia berkata, “Jangan raja. Jangan makan saya. Bebaskan saya maka di kemudian hari saya akan menolong raja.” Suatu kali ada seorang pemburu yang membuat perangkap untuk menangkap singa dan ternyata singa ini masuk perangkap itu sehingga ia mengaum-ngaum ingin membebaskan diri. Tikus mendengar auman singa dan mencarinya. Akhirnya ia melihat Singa sedang terperangkap. Ia berkata, “Tenang raja. Aku akan membebaskanmu.” Ia pun menggigiti  tali yang menjerat Singa. Tepat saat pemburu datang, singa sudah terbebas dan masuk hutan. Fabel ini ingin mengajarkan bahwa tikus saja bisa membalas budi , masa manusia tidak bisa melakukannya? Sebenarnya dengan cara apapun kita tidak bisa membalas dan melunasi hutang kita, tetapi respon kita yang terus diperbarui dan makin berkualitas , hubungan intim dengan Tuhan yang semakin baik adalah respon yang disukai Allah. Tikus saja bisa membalas budi, mengapa manusia tidak bisa melakukannya? Yang lebih parah lagi adalah kalau kita tidak punya niat untuk berespon terhadap apa yang Allah telah perbuat.

2.    Ibadah adalah panggilan Allah agar umatNya bisa hidup “saling”

Filipi 2:2-3 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; Pada Filipi 2 Rasul Paulus menasehati untuk hidup saling mengasihi, menasehati, menguatkan satu dengan lain. Hidup “saling” berarti bukan hidup untuk diri sendiri dan tidak peduli. Untuk melakukan hidup “saling” itu tidak mudah karena perlu satu kekuatan yang mendorong dari dalam diri kita. Kita harus betul-betul punya niat dan tekad untuk hidup seperti itu. Hidup saling ini bisa dibangun kalau dilatih, diinginkan dan sedikit demi sedikit dilakukan, tanpa menunggu siapa yang melakukan terlebih dahulu.
Dalam salah satu bukunya Pdt Dr Andar Ismail, S.Th (penulis buku seri “Selamat”) menulis budaya furusato di Jepang. Furusato adalah budaya saling seperti saling tenggang rasa, respek, bekerja keras, disiplin, berjiwa amal, bersama-sama dalam komunitas dll. Zaman dahulu saat Jepang masih menjadi masyarakat agararis, budaya Furusato membuat mereka memelihara hubungan dengan kuat sekali. Kalau ada panen, mereka kerjakan bersama-sama. Kalau ada yang pindah mereka kerjakan bersama-sama. Semua dikerjakan bersama-sama. Kalau ada yang senior (petani yang lebih tua) datang ke sawah saat matahari sudah tinggi (pk 9) sementara yang junior sedang mencangkul sawah, demi menjaga tenggang rasa dan hormat, maka yang muda akan mengatakan ke yang tua, “Waduh hari masih pagi sekali  Bapak sudah datang” walaupun sebenarnya hari sudah siang. Apakah petani yang tua tidak tahu bahwa hari sudah siang? Tahu, tetapi pernyataan itu disampaikan demi menjaga hubungan harmonis di masyarakat mereka. Itu menjaga budaya mereka. Kalau orang sekarang mungkin mengatakannya sebagai munafik (kalau telat ya katakan telat, kalau datang pagi ya katakan pagi). Budaya furusato itu ternyata bukan hanya dilakukan di masayarakat agraris, tetapi waktu Jepang berubah menjadi negara maju (masyarakat agraris tinggal 12%), mereka menerapkan furusato di perusahaan-perusahaan mereka. Antara karyawan senior dan junior saling menghormati. Komitmen  dan loyalitas betul-betul dijaga. Kerja keras dan lembur atas prakarsa sendiri (tidak dipaksa, dibangun sendiri). Mereka pekerja keras dan membuat Jepang bisa maju. Di Indonesia, kalau diminta lembur, karyawan akan bertanya berapa uang lemburnya sehingga kita sendiri tidak bisa menikmati kemajuan. Tetapi para pemimpin perusahaan Jepang membalasnya dengan memberikan hasil yang optimal. Mereka tidak mencuri dan membayar dengan pantas pegawai yang bekerja keras. Maka karyawan Jepang merasa malu kalau harus berpindah-pindah pekerjaan. Mereka punya idealisme untuk bekerja di perusahaan dengan membangun loyalitas.
Dalam hidup berkomunitas , orang Kristen Jepang juga menerapkan budaya ini dalam gereja, khususnya di gereja yang ada di pinggiran kota. Umumnya gereja di Jepang, gedungnya kecil. Biasanya paling banyak memuat 200 kursi untuk 200 orang. Mereka tidak pakai alat yang canggih. Lalu setelah ibadah, mereka menyapu gedung gereja dan menyikat toilet. Karena mereka punya budaya seperti itu. Sedangkan di Jakarta, apa relevansinya? Kita tidak punya budaya yang sedemikian. Ibadah adalah panggilan Allah untuk saling kenal. Jangan sampai sudah 20 tahun di gereja, namun nama-nama jemaat yang lain tidak tahu. Seharusnya antar jemaat saling kenal dan tahu namanya. Itu baru hal kecil belum lagi tahu hobi, pekerjaannya dll walau tidak perlu tahu sampai terlalu rinci karena akan dianggap kepo. Kalau kita “saling” , baru kita berdampak untuk orang-orang di sekitar kita. Kita bisa berdampak kalau kita peduli. Jangan bubar ibadah langsung hilang dan cuek satu dengan lain. Komunitas ini dibuat oleh Allah sangat berharga untuk mendewasakan kita. Di dalam ibadah di gereja sangat berharga komunitas (kita tidak bisa kita hidup sendiri). Kita tidak tahu kelemahan kita tanpa disampaikan oleh orang lain. Untuk mengenal talenta kita perlu orang lain melihatnya.

3.    Ibadah berharga oleh karena Allah yang kudus mengijinkan kita untuk berjumpa di tempat yang ditetapkan yaitu gereja.

Gereja adalah tempat khusus yang Allah tunjuk walau bukan berarti Allah tidak bisa memakai tempat dan sarana yang lain. Namun gereja adalah tempat yang ditunjuk Allah yang kudus untuk menyatakan diri secara khusus. Kalau melihat ketetapan Allah dalam kitab Ulangan 23:1-8 kita bisa pesimis bila kita tidak melihat bahwa Allah yang kudus dipermainkan oleh umat yang tidak kudus. Jadi bukan tanpa sebab (ada latar belakang dan tujuannya). Kekudusan Allah tidak bisa dipermainkan. Maka dengan detil Allah mengatakan, “Kamu yang begini atau begitu tidak boleh jadi jemaah Tuhan”. Contoh : yang hancur buah pelirnya atau terpotong kemaluan tidak bisa masuk dalam jemaah Tuhan karena pada masa itu ada ritual yang sedemikian untuk umat laki dan ada perempuan yang melacur, maka Allah merasa tidak senang.  Saat itu ada campuran (sinkretis) di mana orang mengikut Tuhan tapi masih melakukan hal yang tidak disukai Tuhan. Maka jangan mengotori diri dengan hal yang lain. Karena hidup pribadi dengan Tuhan tidak bisa (boleh) mendua hati. Pada ayat 2-6 Allah berbicara tentang bayi haram, namun tidak serta merta Allah tidak sayang dengan anak yang dilahirkan dalam kondisi apapun melainkan agar kita jangan hidup seenaknya, jangan mengambil keputusan sembarangan yang akan membuat menyesal. Contoh : keturunan Lot terjadi dari hasil hubungan antara Lot dengan anak-anaknya sendiri. Allah marah seakan-akan Allah tidak sanggup memberikan Lot keturuan. Anak-anaknya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka. Itu yang Allah sangat marah kepada mereka, sehingga Allah mengatakan, “Jangan anggap rendah keturuan Esau, yang selalu ingin konfrontasi keturunan Yakub. Belajarlah untuk mengampuni karena pernah diperbudak di Mesir.” Di tengah kota Jakarta, di mana dunia kehilangan kasih, hal ini tidak mudah dilakukan.

Penutup


Beribadah mencakup orang-orang, aktivitas, konsentrasi (fokus), persiapan dan segala sesuatunya. Sehingga ketika bicara tentang hidup beribadah, jangan menggeser nilai ibadah menjadi sesuatu yang rendah. Misal : gedung gereja bahkan lebih jelek daripada gedung pertunjukkan. Datang ke gereja dilakukan dengan lebih jelek daripada datang ke bioskop. Datang ke gereja , beribadah ke pada Tuhan bahkan lebih jelek daripada datang ke catatan sipil, rumah duka, kantor administrasi lainnya. Ketika datang ke gedung konser yang ingin mempertontonkan seni yang indah , kita tahu dress code apa yang digunakan, minimal pakaian semi formal, minimal  tidak terlambat , karena kalau telat merasa rugi (sudah bayar tiket). Yang ingin dikatakan, gereja umatnya harus aktif bukan seperti orang yang datang ke gedung pertunjukkan. Kalau di gedung konser orang datang untuk melihat pertunjukkan tetapi di gereja bukan seperti itu. Kita harus aktif dalam ibadah. Kita bukan lagi datang untuk melihat pemusiknya Gereja bukan gedung konser. Kalau konser dilihat dulu siapa yang memberi pertunjukkan, siapa yang menjadi singer-nya. Kalau penyanyinya cantik mau datang, sedangkan kalau jelek tidak mau datang. Bila begitu, akan menjadi apa gereja ini? Itu hanya contoh saja. Mari kita memeriksa hati kita sendiri. Jangan malah terjadi kebalikannya di mana di gedung pertunjukkan acara dilakukan dengan sangat profesional, sedangkan di gereja ibadah diadakan secara tidak profesional (asal-asalan). Kalau di gedung bioskop orang mencari penghiburan tetapi di gereja kita belajar menjadi penghibur buat yang lain. Di gedung bioskop kita mencari sesuatu yang membuat kita menjadi sebagaimana kita mau, di gereja kita bagaimana terhadap yang lain? Kantor catatan sipil, rumah duka, kantor catatan administrasi dll, hanya didatangi saat ada kepentingan. Tetapi bila di gereja orang hanya datang untuk kepentingan sesaat lalu sesudahnya tidak datang lagi, itu menjadi lain cerita. Kita di jakarta dan tinggal dekat gereja, tetapi kalau datang hanya saat mau saja, bagaimana kita menikmati apa yang Allah  berikan? Yang membangun gereja ini adalah kita.