Sunday, August 28, 2016

Waspadai "Perubahan"


Ev. Charlotte

1 Yoh 2:15-17
15  Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
16  Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
17  Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Pendahuluan

Pada tanggal 15 Juli 2016 saat berada di pesawat saya membaca surat kabar Kompas. Terdapat paling tidak 3 topik berita besar karena menjadi headlines news (berita di halaman pertama) yaitu :
1.     Ke manapun Pokemon pergi tetap akan kucari.
2.     Seorang anak berusia 15 tahun memutuskan mengakhiri hidupnya. Menurut berita ia frustasi karena orang tuanya tidak memberikannya kesempatan untuk bermain games. Saluran internetnya  dimatikan sehingga ia gantung diri. Mungkin kejadiannya tidak sederhana itu juga, tetapi kian hari kian banyak orang yang bunuh diri.
3.     Arya Permana , anak berusia 10 tahun, beratnya 192 kg. Tentu saja tidak tiba-tiba ia menjadi obesitas. Sewaktu usia 1 tahun beratnya masih normal. Namun saat usia 4-5 tahun beratnya 60 kg. Setiap hari ia menghabiskan 20 kotak minuman kemas dan makan dengan  porsi ganda. Kalau tidak diberi, ia akan marah sehingga papanya memberikannya.
Zaman ini betul-betul rusak dan kita gentar melihatnya. Jadi waspadailah perubahan.

Pdt. Stephen Tong, mengatakan,”Barang siapa tidak mengenal zaman akan dilibas zaman” maka kita harus melihat tanda-tanda zaman.” Hal ini berarti kita harus melihat perubahan yang terjadi. 1 Yoh 2:15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.  Jadi manusia tidak bisa mendapatkan kedua-duanya. Hal ini dikatakan karena yang ada di dunia ini adalah keinginan daging, keinginan mata serta keangkuhan hidup yang akan lenyap. Yang tidak lenyap adalah orang yang melakukan kehendak Tuhan.

3 Pintu dosa

Kej 3:4-6 menceritakan kisah manusia pertama kali jatuh dalam dosa. Tuhan Allah berkata, "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." Namun Hawa digoda iblis yang berkata,” "Sekali-kali kamu tidak akan mati. tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.” Jadi iblis memberikan informasi yang berbeda dan membingungkan. Hawa digoda untuk menjadi seperti Allah dan ini adalah keangkuhan hidup karena manusia tidak mau bergantung pada Tuhan. Bandingkan dengan Mat 4:1-11 ketika Tuhan Yesus dicobai. Percobaan pertama "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Percobaan kedua "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." Percobaan ketiga, "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." Dari kedua bagian Alkitab ini, kita melihat ada 3 pintu dosa yakni : keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup.

1.    Keinginan daging (hedonisme)

Diambil dari Bahasa Yunani hēdonismos dari akar kata hēdonē, artinya "kesenangan“. Kesenangan atau kenikmatan hidup merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia, konsumtif.
Manusia mencari kesenanganan. Kenikmatan hidup menjadi tujuan hidup manusia. Ada siswa yang bertanya kepada saya, “Bu, kuliah apa yang gampang , lulusnya cepat dan duitnya banyak?” Jadi bukan apa yang Tuhan mau saya lakukan. Sebagian besar orang Tionghoa pada saat saya kuliah mengambil jurusan ekonomi, kedokteran dan teknik karena mudah mencari uang sesudah lulus. Sedangkan saya yang Tionghoa dan Kristen mengambil jurusan keguruan (IKIP) yang jarang orang Tionghoa ambil. Teman saya ada yang mengeri saya orang Menado saat tahu saya orang Tionghoa, ada pemuda yang menggeser tempat duduknya. Ada apa dengan Tionghoa? Kalau mau menjadi guru jangan berharap untuk menjadi kaya. Tidak ada siswa yang mau mengambil jurusan antropologi, geologi, kriminologi. Mereka bertanya, “Ilmu apa itu?”, “Kamu untuk apa susah-susah kuliah?”, “Mau jadi apa nanti?”,  “Menghasilkan banyak uang tidak?” dan lain-lain.  Zaman sekarang banyak pekerjaan  yang menawarkan kepada kita, “Mau tidak setiap Selasa kamu tenang-tenang bisa pergi berenang dan berbelanja? Hari Kamis kamu tidak bekerja? Nanti uang yang bekerja untuk kamu. Jadi setelah bekerja, kamu tidak usah bekerja. Setelah itu dua tahun uang kamu akan bertambah banyak” Dunia mengejar kesenangan seperti itu.

Sekarang ini anak sedang “diasuh” oleh games. Berikut plesetan dari Maz 23:1-4 : “games adalah gembalaku, takkan kengangguran aku, remote control adalah “tongkat”ku , sekalipun aku berjalan dalam lembah online aku tidak takut sebab wifi besertaku”. Begitu sampai di tempa retreat , ada anak yang ikut bertanya ke resepsionis : “passwordnya apa?” Mereka tidak peduli minum kopi mahal atau makan di restoran mahal yang penting wifi gratis. Ini kondisinya anak sekarang. Pada surat kabar 2 minggu lalu diberitakan di Thailand adalah kuburan penjara untuk memperingati pembantaian 15.000 orang oleh Khmer Merah. Seharusnya orang yang berkunjung ke situ dengan hikmat, namun yang terjadi pemerintah di sana marah-marah karena turis mencari Pokemon. Di Taiwan ada 1.000 supir yang ditahan karena sambil menyetir mencari Pokemon. Ada juga yang sambil naik motor mencari Pokemon.  Padahal Pokemon tidak cari juga tidak apa-apa. Anak saya berkata , “Ma, ada ayah yang ikut bermain Pokemon Go sehingga hubungan anak dan ayah menjadi baik.” Pertanyaannya : “Apakah Tuhan Yesus akan turut main Pokemon Go pada zaman sekarang?” Apakah kesenangan kita menjadi kesenangan Tuhan? Santo Agustinus bertanya, “What do I like when I love my God?” (Apa yang saya suka ketika mencintai Tuhan?).
Saya bertanya kepada anak saya, “Kalau Tuhan meminta untuk melepaskan “mainan itu”, karena Aku mau bercakap-cakap saat engkau membaca Alkitab.” Anak saya berkata,”Tapi Tuhan mau kita menikmati hidup.” Saya berkata ,”Hidup seperti apa yang kita nikmati?”

Agustinus (354 – 430) dalam buku otobiografinya “Confessions” (Pengakuan-Pengakuan) yang ditulisnya antara tahun 397-398 berkata, Apa yang saya cintai ketika saya mencintai Tuhan? Bukan keindahan tubuh dan bukan kemuliaan sementara. Bukan cahaya bersinar terang. Bukan melodi manis sebuah lagu. Bukan bau lembut bunga, parfum dan rempah-rempah. Bukan manna dan madu. Bukan rangkulan. Bukan ini yang saya suka ketika aku mencintai Tuhan. Ketika dia mencintai Tuhan, lewat pendengaran, penglihatan, perabaan, pencecapan, Agustinus berkata, Namun ketika saya mengasihi Tuhan saya : Ketika jiwaku bermandikan cahaya yang tidak terikat oleh ruang , Ketika mendengar suara yang tidak pernah akan lenyap, Ketika mencium aroma yang tidak hilang ditiup angin, Ketika merasakan makanan yang tidak lagi membuat lapar. Ketika melekat berada dalam pelukan. Artinya Agustisnus mengatakan, “Tidak ada yang saya cinta lebih dari Tuhan.” Lagu “Kucinta Yesus” yang baru pertama kali saya dengar, namun waktu saya nyanyikan tanpa terasa air mata keluar. Apakah saya bisa mencinta Yesus daripada apapun dan saya membenci dosa lebih daripada apa pun? Ketika Agustinus katakan, “What does love look like?” Seperti apa cinta itu? Cinta seperti tangan yang selalu ingin menolong, seperti kaki yang bergegas untuk pergi  ke orang miskin yang membutuhkan. Mata yang mampu melihat penderitaan dan mampu melihat kebutuhan. Dan telinga yang mau mendengar keluhan dan penderitaan manusia. Itulah cinta. Seperti itulah kasih.

2.    Keinginan mata (materialisme)

Harga diri dan ukuran keberhasilan dari hal-hal yang bersifat materi, kemewahan, pencapaian yang dikejar manusia, kompetitif vs kooperatif.
Murid-murid saya sekarang ketika dijemput tidak bertanya, “Siapa yang menjemput” tetapi “Kamu dijemput mobil apa?”.  Manusia dinilai dari materi apa yang dipunyai. Harusnya kalau kita turun dari Alphard dan APV (Aphald Primitvie Version) jalannya harus sama. Jangan sampai benda itu memberi nilai pada kita. Tetapi kita bernilai karena Kristus telah mati untuk kita. Kita senilai darah Kristus di kayu salib. Kita bernilai dari apa yang dipakai. Ada teman saya yang memakai jam tangan yang mirip Rolex tetapi tulisannya Polex. Dari jauh mirip Rolex. Saya bertanya,”Mengapa harus Rolex?” Dia menjawab, “Kalau pakai Rolex jalannya lain.” Jangan sampai benda memberi nilai kepada kita seperti dunia menghargai kita kalau memakai sesuatu. Beberapa kali saya ke Mal Central Park. Saat naik Kijang, pintu mobil dibuka dan diperiksa. Suatu kali saya diantar teman naik Mercy dan pintu mobil tidak dibuka untuk diperiksa. Saya berkata kepada petugas sekuriti, “Pak, saya orangnya sama dengan yang kemarin.” Kita menghargai orang dengan apa yang dipakainya. Demikian pula dengan perlakuan pemilik toko terhadap calon pembeli yang mobil mewah berbeda dengan yang naik beca. Padahal yang naik mobil mungkin hanya betanya-tanya lalu pergi melihat ke toko sebelah, sedangkan yang naik beca tidak pergi karena merasa mahal kalau pindah-pindah toko. Ini masalah ketamakan.

Lukas 12:15,17-19. Ayat 15  Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Ini tentang orang kaya yang bodoh, padahal orang bisa menjadi kaya karena ia pintar. Ini paradox. Berarti ia bodoh bukan secara kognitif, tapi kerohaninya. Ayat 17  Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 18  Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Orang kaya ini pintar dan membuat rencana, strategi dengan membesarkan lumbung sehingga barang yang disimpan tambah banyak. 19  Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Di sini bodohnya, karena dia tidak tahu bahwa dia sewaktu-waktu bisa dipanggil Tuhan. Janganlah hidup untuk makan, minum dan bersenang-senang karena semua akan lenyap.

Andrew Jackson Whittaker Jr. Pada 26 Des 2002 menang lotere sebesar 314.960.000 dolar (sekitar Rp 4 triliun).
2003 dia menjadi pemabuk berat. 2004 bisnisnya bermasalah. September 2004 cucunya meninggal karena over dosis, 6 minggu kemudian istrinya minta cerai. Januari 2007 rekening banknya dibobol pencuri. Juli 2009, putrinya Ginger Whittaker meninggal karena overdosis. Apa yang dia katakan? “Seandainya aku robek saja (tidak saya uangkan) tiket lotere itu, mungkin semua ini tidak akan terjadi.” Itulah ketamakan! Mengerikan bukan? Tetapi mereka yang ingin kaya, terjatuh ke dalam pencobaan , jerat dan ke dalam berbagai nafsu yang hampa yang mencelakakan dan menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.
1 Tim 6:10-11 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.  Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bukan soal uang, tetapi cinta uang. Masalahnya kita harus pilih yang mana.

3.     Keangkuhan hidup (narsisme)   

Perasaan cinta terhadap diri sendiri. Orang seperti ini  egois dan haus pujian,tidak berempati , individualis. Sewaktu saya kuliah, orang yang narsis adalah orang yang dianggap mengalami gangguan kejiwaan. Namun sekarang ada tongsis (tongkat narsis). Kalau tidak narsis dianggap tidak gaul. Lalu membuat foto diri (selfie). Anggapannya “Orang sangat peduli dengan saya. Saya harus dilihat.” Manusia sangat berorientasi pada diri sendiri. Kalau perlu mengganti foto profil setiap 10 menit. Makan siomay saja difoto dan dunia harus tahu. Saya tidak apa-apa foto di Menara Eiffel. Zaman dulu kalau mau foto di Menara Eiffel tinggal pergi ke foto studio. Tetapi sekarang orang harus tahu bahwa saya sudah pergi ke Paris. Kenapa orang harus tahu? Karena di sini : Inilah Saya.. Saya... Saya.. harus menjadi pusat perhatian. Kalau sudah begitu, maka ia tidak peduli lagi dengan orang lain. Anak sekarang tidak peduli melihat mamanya mencuci piring, mengepel atau menyapu dan hanya berkata,”Ma, untuk apa susah-susah nanti juga kotor lagi”. Jadi ia tidak mau membantu.

Tenggelamnya kapal Pesiar Titanic 15 April 1912.
Titanic berasal dari kata Titan mahluk super dewa yang punya kekuatan supra natural dalam mitologi Yunani. Kapal pesiar samudra ini meninggalkan Southampton Inggris menuju New York tanggal 10 April 1912. Fasilitas yang ada di dalamnya gimnasium, kolam renang, perpustakaan, restoran super mewah, kasino, lift, kabin kelas atas. Memiliki telegraf nirkabel mutakhir.  Memiliki kompartemen kedap air dan pintu kedap air yang bisa dioperasikan dari jarak jauh.  Didisain sedemikian rupa sehingga bila terjadi tabrakan dahsyat satu bagian kapal masih bisa mengapung di atas laut. Jadi kalau kapal pecah, masih ada bagian yang masih bisa mengambang. Yang terjadi : Titanic  menabrak gunung es pk 23:40 pada tanggal 14 April 2012 (tidak sampai 1 minggu) . Tepat sebelum pk 22.20 tanggal 15 April 1912 Titanic patah dan haluannya tenggelam bersama ribuan penumpang di dalamnya. Para penumpangnya meninggal akibat hipotermia karena air samudra yang sangat dingin (-2 derajat C). 700 penumpang selamat diangkat dari sekoci beberapa jam kemduian. 1.500 orang meninggal dalam musibah. Dalam film Titanic, ada seorang Ibu itu bertanya, “Saya dengar kapal ini tidak akan bisa tenggelam.” Dijawab, “Bahkan Tuhan sendiri tidak dapat menenggelamkan Titanic.” Ini kalimat yang sombong sekali. Tidak perlu sampai ke New York , baru hari kelima sudah tengelam dengan 1.500 orang lebih meninggal.

1 Kor 1:27-29.
Tetapi apa yang :
- bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat,
- yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,
- tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,
supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah.

Saat Kaleb menyanyi dengan bagus sekali tadi, hati saya seperti dekat dengan Tuhan (pribadi yang mengenal diriMu tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan). Orang itu harus melihat Tuhan yang dinyatakan melalui suara sang penyanyi. Orang lemah dan tidak berarti, yang Tuhan pilih supaya melaluinya nama Tuhan dimuliakan. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16).

Waspadai Perubahan

Barang siapa tidak mengenal zaman ia akan dilibas oleh zaman. Apa yang menjadi ilah jaman ini? “I” (saya). Hedonisme, materialisme dan narsisme semuanya “saya”. Dari 10 hukum Allah, hukum pertama, “Jangan ada padamu Allah lain dihadapanKu”. Begitu melanggar hukum pertama ,maka ke sembilan hukum yang lain dilanggar karena Allah kita adalah Allah pencemburu. Biarlah hati kita hanya ada 1 Allah kita yaitu Yesus Kristus. 1 Yoh 2:17 17  Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Ada 2 gambar pohon. Yang pertama, sebentar lagi rubuh. Ketika membangun di atas pohon yang daunnya uang ini , sebentar lagi tinggal batangnya digergaji lalu tumbang. Berbeda dengan pohon  yang kedua. Berbahagialah orang yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil (Maz 1:2-3). Biarlah kita seperti pohon yang dikatakan itu yaitu orang yang mengandalkan Tuhan. Ketika dengan taat mengandalkan Allah maka kita akan hidup selama-lamanya. 

Sunday, August 21, 2016

Keluarga yang Berubah


Pdt. Njoo Mee Fang M.Th.

Efesus 4:1,15-17
1   Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.
15  tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
16  Dari pada-Nyalah seluruh tubuh,  —  yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota  —  menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
17  Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia

Pendahuluan

                Saat ini terdapat banyak tipe keluarga. Keluarga yang sekarang dikatakan sebagai keluarga modern memiliki nilai yang berbeda dengan Alkitab. Ada film Amerika yang berjudul Modern Family (Keluarga Modern). Film serial yang mulai ditayangkan oleh ABC tahun 2009 ini sudah dibuat banyak episode. Serial ini telah menerima beberapa nominasi penghargaan seperti Emmy Award untuk kategori Outstanding Comedy Series, Outstanding Supporting Actor in a Comedy Series, dan Outstanding Supporting Actress in a Comedy Series. Film ini sangat terkenal dan menjadi acuan tentang keluarga modern. Serial ini menceritakan kehidupan keluarga di Los Angeles yang saling terhubung. Jay Pritchett ,sang kepala keluarga, telah bercerai dengan istri pertamanya dan kemudian menikah dengan istri keduanya yang jauh lebih muda darinya yaitu Gloria, seorang janda dengan 2 anak. Jay sendiri telah memiliki dua orang anak dari pernikahan pertamanya yakni Claire (menikah dengan Phil Dunphy dan memiliki 3 orang anak) dan Mitchell (gay dan tinggal berdua dengan kekasihnya dengan seorang putri hasil adopsi). Sedangkan Gloria juga memiliki 2 anak yakni Manny dan Fulgencio dari pernikahan sebelumnya. Inilah cermin keluarga modern yang menyetujui pernikahan sesama jenis asalkan cinta (daripada berlainan jenis tapi terus bertengkar setiap hari) dan membiarkan terjadinya perceraian lalu boleh menikah kembali (asal ada kecocokan). Keluarga di Indonesia belum banyak yang seperti ini. Namun demikian orang-orang di Indonesia termasuk remaja dan pemudanya mendengar lagu-lagu dan menonton  film-film yang mengadopsi nilai-nilai seperti ini. Hal ini terjadi bukan hanya di kota besar tetapi juga melanda kota-kota kecil di Indonesia. Nilai yang coba ditanamkan melalui lagu dan film seperti itu adalah agar kita tidak boleh membedakan orang-orang sehingga cinta sejenis dan perceraian dianggap tidak bermasalah dan jangan dipersoalkan. Seringkali lagu-lagu dalam bahasa asing masuk ke dalam benak kita dan disimpan tanpa dimengerti maknanya. Keluarga modern digambarkan seperti ini, yang penting cinta, cocok dan ‘bahagia’ tanpa ada nilai yang standar dan benar. Itu yang ditawarkan film Barat namun secara perlahan tapi pasti film-film  Indonesia juga mengarah ke sana. Film Modern Family ini terkenal di seluruh dunia. Anak saya merasa film ini bagus, lucu dan menarik. Orang-orang Kristen di dunia menghadapi tantangan ini bahkan ada yang sudah mengalaminya.

Perubahan (tantangan) yang Dihadapi Keluarga

1.     Perubahan pusat keluarga.
Yang menjadi pusat yang utama dalam keluarga adalah :
-        suami / pencari nafkah
Pusat keluarga pada zaman ini  adalah suami. Karena ia yang mencari nafkah. Khususnya dalam budaya Tionghoa hal ini sangat dipegang. Suami seperti emas dalam keluarga. Di antara keluarga yang paling utama adalah ayah. Kalau makan bagian yang terbaik (misal : dada dan paha ayam) untuk ayah, setelah itu sisanya baru untuk ibu atau anak-anaknya.
-        Nyonya boss yang menjadi pusat keluarga. Anggapannya ayah adalah raja yang berkuasa di luar rumah. Ibu adalah ratu di dalam rumah tangga. Di rumah Ibu yang tentukan seperti saat rebutan saluran TV dengan anak, maka siaran TV untuk ibu, baru anak.
-        Anak yang menjadi nomor satu karena anak adalah tumpuan dan investasi masa depan.
Orang tua mengatakan, “Dulu kami menderita sehingga sekarang jangan sampai anak menderita.” Sehingga orang tua bekerja keras agar jangan sampai anaknya dihina orang lain. Anak dimanjakan seolah-olah pusat dari keluarga. Ada yang mengatakan bahwa anak adalah raja yang paling berkuasa. Raja menguasai negara, ratu menguasai raja dan anak menguasai ratu. Jadi yang menguasai negara adalah anak.
-        Mertua penyandang dana.
Yang paling parah terjadi bila yang berkuasa adalah mertua sebagai penyandang dana. Ia menentukan segala sesuatu seperti sekolah, mau pergi ke mana, makan apa? Cukup banyak perceraian yang disebabkan mertua.
-        Gawai (gadget), media sosial dan TV.
Ini yang praktis kita lihat sehari-hari. Di rumah semua bisa tenang kalau punya pegangan seperti itu sendiri. Begitu TV rusak sehingga tinggal 1 maka terjadi keributan. Yang menang adalah pemegang remote TV.

Siapa yang menjadi pusat keluarga hari ini? Pandangan masyarakat di atas mempengaruhi keluarga Kristen sehingga kita tidak tahu siapa yang menjadi pusat keluarga. Hal ini harus dipikirkan baik-baik, kalau hanya tertuju pada suami, istri, anak, mertua apalagi TV, maka keluarga rentan dijatuhkan. Di rumah ada gantungan baju dari plastik dan besi. Misalnya kita menggantung handuk pada gantungan dari plastik tidak masalah tetapi menggantung jas tidak mungkin pada gantungan dari plastik tapi dari besi yang kuat. Karena semua manusia punya keterbatasan. Menggantungkan diri pada suami, istri, anak, TV maka semuanya bersifat sementara, kita tidak bisa menggantungkan hidup pada manusia karena manusia adalah terbatas adanya.

Tuhan Yesus sumber dari tubuh , seluruh keluarga.

Firman Tuhan kembali mengajak orang Kristen untuk menempatkan Kristus sebagai kepala keluarga. Tuhan Yesus seharusnya menjadi kepala rumah tangga kita. Firman Tuhan mengatakan Kristus adalah kepala artinya Ia bisa melihat dengan lebih luas. Kepala keluarga memiliki posisi yang paling tinggi dalam keluarga kita. Ia bisa melihat lebih luas. Semakin tinggi posisi kita, maka horizon dan wasasan kita jauh lebih luas. Yang paling kita harapkan adalah Kristus karena Ia bisa memandang dari segala jurusan. Ialah kepala dari seluruh ‘tubuh’ karena Kristuslah yang membentuk lembaga pernikahan yang diciptakan sejak awal dengan diciptakannya Adam dan Hawa. Allah mencipta keluarga dan pernikahan sehingga ada Adam, Hawa, Kain dan Habel dll. Tuhanlah yang memunculkan cinta. Dari Tuhanlah buah kandungan itu ada.

Tubuh rapi tersusun diikat menjadi satu.

Surat kepada jemaat Efesus ini sering dikhotbahkan dengan aturan yang rapi. Bagaimana suami mengasihi istri, istri tunduk kepada suami, anak menghormati orang tua, orang tua dalam mendidik anak jangan membuat anak marah. Tuhan Yesus  memiliki peraturan yang rapi untuk seluruh keluarga. Bila kita mengikuti peraturan yang ditetapkan Tuhan Yesus, maka keluarga seperti bangunan yang kukuh dengan Kristus sebagai kepala. Keluarga diikat menjadi satu. Keluarga akan sukses kalau semua anggota keluarga menjalankan perannya. Ayah, ibu dan anak-anaknya bekerja-sama mengerjakan bagiannya masing-masing, bergotong royong dan bisa mewujudkan petunjuk Yesus sebagai kepala. Yesus sebagai pusat keluarga berarti Ia yang bertanggung jawab atas kelangsungan keluarga. Setiap anggota keluarga menerima pertumbuhannya. Kepala yang betanggung jawab memberi pertumbuhan. Tuhan Yesus adalah harapan dari keluarga. Istilah kepala keluarga berarti orang yang betanggung jawab mencari nafkah. Kalau Kristus kepala keluarga maka Kristuslah yang bertanggung jawab memelihara keluarga dan Ia memberi pertumbuhan pada semua anggota keluarga. Semua anggota keluarga menerima pertumbuhan artinya di dalam Kristus ada harapan dalam semua keluarga.

Kita semua adalah manusia berdosa, sehingga pasti ada kekurangan dalam keluarga. Pasti semua keluarga punya kesusahan masing-masing. Kalau Tuhan menjadi kepala keluarga Ia memberi pertumbuhan dan memperbaiki semua bagian yang tidak sempurna. Ia menanam, menyiram, dan memberi pertumbuhan. Kita tidak bisa mengubah orang lain. Suami tidak bisa mengubah istri dan sebaliknya. Orang tua sulit mengubah dan mengatur anak baik yang berusia 20 tahun tapi juga yang  5 tahun. Kita tidak berdaya mengubah orang lain. Kalau Kristus menjadi kepala mengandung janji Ia memberi pertumbuhan. Kita semua yang memerlukan pertumbuhan jadi lebih baik karena Ia kepala keluarga yang ditetapkan Tuhan bagi kita.  Maka jadikanlah Yesus sebagai pusat keluarga kita, bukan suami, istri atau anak. Dengan menjadikan Tuhan Yesus sebagai kepala keluarga, maka diharapkan keluarga kita bisa menjadi aman karena Ia tidak berubah , berkuasa dan baik. Jangan menempatkan Yesus sebagai sampingan dalam keluarga seperti yang dikatakan pepatah : ‘menangisnya sama aku, bahagianya sama dia’ ; ‘Ada perlu ya? Pantasan cari gua’. ‘Aku seperti kerupuk di warung mie ayam’. Jangan saat susah baru mencari Tuhan, sedangkan kalau bahagia cari yang lain. Kalau susah baru berdoa, kalau susah baru disapa. Keluarga nyaman kalau masing-masing punya hiburan. Kapan keluarga menyapa Tuhan? Mari jadikan Yesus sebagai kepala. Bukan hanya sekedar slogan , merek , tekad dan niat.

2.    Tujuan Keluarga

Orang berkeluarga untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan paling jauh keluarga. Anak muda kalau mencari pasangan berkata, “Tolong doakan si A karena saya naksir. Saya naksir A karena saya tidak bisa berbahasa Inggris, tidak bisa masak dan tidak rapi, sedang A bisa.” Ini mencari pasangan hidup atau pembantu? Ada juga yang mencari pasangan karena mau enak (ada pembantu), supaya saat tua ada yang merawat atau tidak kesepian. Sedangkan anak memperlakukan orang tua sebagai mesin ATM, sehingga kalau perlu sikapnya manis. Semua orang mencari kebutuhan diri sendiri, paling jauh untuk keluarganya dan ini menyedihkan sekali. Sekarang anggota keluarga semakin egois. Jadi jangan terkejut anggota keluarga saling menuntut satu dengan yang lain : mana uang belanja? kenapa tidak ada kenaikan? Kamu istri bisa apa? Yang lain bisa dandan , bisa ini-itu. Orang tua menuntut, mengapa anaknya tidak pernah menelpon atau mengirim SMS. Orang tua merasa sudah membelikan  pulsa tetapi kenapa tidak dihubungi. Anak merasa  orang tua yang harus mencari anak (yang bingung kan mereka). Ada suatu perubahan. Contoh : zaman orang tua kita orang menikah memperhatikan marga untuk melanjutkan marganya seperti marga saya ‘Njoo’. Jadi kakak laki –laki saya menikah untuk meneruskan marga ‘Njoo’.  Sekarang orang menikah tidak peduli dengan marga malah ada yang malu kalau memakai nama marga. Orang jadi egois (untuk diri sendiri). Jadi jangan harap untuk memikirkan negara dan keluarga. Ini ditentang Firman Tuhan yang memberi tujuan kepada keluarga kristen, yaitu bertumbuh di dalam kasih. Makin hari makin bisa mengasihi orang lain bukan hanya diri sendiri. Manusia sejak lahir hanya mengasihi diri sendiri karena bayi hanya bisa mengasihi diri sendiri tidak peduli orang tua yang mengantuk karena menjaganya. Jadi dari bayi, manusia mengasihi diri sendiri. Setelah punya adik ia mengiri sehingga diberitahu ‘Itu adik’. Jadi ia belajar mengasihi orang tua dan adik. Waktu masuk sekolah diajar untuk mengasihi teman dan orang lain. Saat bertumbuh, ia belajar mengasihi sahabat dan orang lain yaitu pacar. Saat berpacaran mulai berpikir bagaimana ia rela berkorban walau jauh. Setelah pacaran lalu ia menikah dan belajar sebagai suami-istri jangan mau menang sendiri. Ini petumbuhan. Lalu saat memperoleh anak, belajar bagaimana mengasihi dan berkorban walau  belum ada ‘keuntungan’ sema sekali. Setelah punya anak, belajar mengasihi saudara seiman dalam gereja. Setelah itu belajar mengasihi gereja.

Tujuan keluarga dari mengasihi diri sendiri baru keluarga, gereja dan negara. Itu  tujuan berkeluarga dan ini egois. Jadi bukan makin hari saya dipenuhi kebutuhannya dan dibantu. Keluar dari kebutuhan diri sendiri lalu mengasihi orang lain. Tujuan keluarga Kristen : semakin bisa mengasihi sesama. Bertumbuh dalam kasih berarti semakin bisa mengasihi sesama & Tuhan. Dalam pertumbuhan, firman Tuhan mengingatkan untuk teguh bepegang pada kebenaran yaitu kasih yang benar, kudus dan suci. Jadi tidak boleh atas nama kasih lalu mengasihi dengan tidak benar seperti hubungan cinta sejenis. Mengasihi dengan benar berarti setelah menikah hanya mengasihi suami sendiri bukan suami orang lain. Mengasihi dalam standar yang benar tidak ngawur. Dengan teguh berpegang pada kebenaran : Kasih yang ‘benar’. Pasal 4:1   Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu.  Kalau orang Kristen dipanggil untuk bertumbuh dalam kasih maka bertumbuhlah. Ayat 17 Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia.  Sebagai orang Kristen , tumbuhlah maju naik kelas jangan hanya mengasihi diri sendiri dan jangan menjadi orang yang tidak mengenal Tuhan. Sekeliling kita makin banyak dosa yang ngawur seperti perselingkuhan, perceraian, hamil di luar nikah di gereja mulai banyak. Cinta harus dikuduskan, jangan asal cinta dan mengasihi. Jadi marilah kita di dalam keluarga saling membangun dan menumbuhkan. Jangan saling memanjakan. Kalau ada kesalahan ditegur. Belajar memikirkan. Sebagai anak apa yang harus bisa dilakukan untuk orang tua , jangan tunggu sampai kaya. Orang tua tidak meminta uang dari anaknya, anak harus memikirkan bagaimana mencintai dengan mengirim SMS, menyapa dll. Sebagai suami bagaimana bisa bertumbuh dalam kasih dan mendukung kemajuan istri bukan dengan sekedar memberi uang. Istri mendukung suami supaya makin dewasa dan mencintai Tuhan. Mari saling mendukung secara sehat

3.     Persekutuan keluarga.

Ada pepatah, Jika ingin jalan cepat, berjalanlah sendiri Jika ingin berjalan jauh, jalanlah bersama-sama. Sebagai keluarga kita dipanggil untuk bergandengan tangan karena hidup ini panjang. Mulailah dari keluarga. Marilah kita memiliki persekutuan keluarga yang baik. Dahulu persekutuan keluarga mementingkan relasi sekarang memperhatikan kepentingan sendiri dan hobi dahulu baru memperhatikan kebutuhan yang lain. Sekarang untuk melakukan pembesukan sulit. Saat besuk, susah bertemu. Yang paling mudah pergi ke mal dan bertemu di sana. Karena di mal sering bertemu. Ada yang menonton satu keluraga minimal semingu sekali. Nonton bersama tidak salah tetapi kalau hanya melakukan persekutuan dengan jalan-jalan dan menonton, kita keliru. Semua makanan dan tontonan sifatnya sementara, tidak membuat kita saling memperhatikan karena makan dan nontonnya masing-masing. Di gereja , orang tua mau cepat-cepat pulang. Papa rapat di gereja lalu istri SMS,”Masih berapa lama lagi?” Diburu-buru karena mau ke mal. Katanya hari Minggu adalah hari keluarga. Lalu makan di mal, 2 jam masing-masing pergi sendiri lalu kumpul lagi dan pulang. Di rumah masing-masing lagi. Ada yang menonton TV dan main gawai lagi. Jangan ikut-ikutan seperti ini. Semua hiburan justru memecah relasi dalam keluarga. Di dalam kasih kita bertumbuh ke arah Kristus membangun dirinya dalam kasih.

Ulangan 6:5-7 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.  Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,  haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Musa tahu mengasihi orang tidak mudah, orang sering kali lupa sehingga Musa menasehatkan,”Ajarkanlah berulang-ulang kepada anak dalam perjalanan, berbaring dan bangun. Setiap saat berbicara apa arti mengasihi dalam keluarga. Jangan menyerahkan diri dan anak kepada falsafat dunia. Orang tua jangan merelakan anak dan diri sendiri dimasukkan konsep yang tidak sehat. Jangan keliru dalam membentuk persekutuan. Adakan persekutuan keluarga di rumah masing-masing. Agar firman Tuhan mendapatkan tempat dalam keluarga kita dan menjadi dasar dalam kehidupan.


Kalau Alkitab hanya untuk pajangan lebih baik membeli lukisan saja. Jadikan Alkitab pedoman.  Persekutuan keluarga dimulai dari dengan doa bersama, menyanyi, membaca Alkitab / renungan. Kalau tidak berani memimpin renungan, baca saja Alkitab-nya. Ini menjaga keluarga dari goncangan dan keluarga punya jalan hidup yang lebih terjaga karena Tuhan hadir dan memberikan kekuatan. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Sedangkan politik divide et impera memecah belah. Iblis memecah belah keluarga, suami –istri, orang tua-anak melalui media sosial. Mari bersatu untuk menghadapi tantangan di dunia ini. 

Friday, August 19, 2016

Gereja yang Berubah


Pdt. Jonathan Lo

2 Tim 2:1-2
1   Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.
2  Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.

Pendahuluan

                Sewaktu saya menerima undangan khotbah dengan tema “Gereja yang Berubah”, banyak hal yang berputar dalam benak saya. Mengapa gereja perlu berubah? Apa artinya? Kalau gereja berubah, bisa berarti apa yang dikerjakan gereja sudah benar namun gereja perlu berubah agar bisa berbuah. Atau dalam pengertian yang kedua, apa yang telah dilakukan gereja salah sehingga perlu diubah.  Apa yang dilakukan gereja agar jemaat berubah? Pada dasarnya sulit bagi manusia untuk berubah. Contoh : ada mahasiswa yang selalu duduk di tempat yang sama dan tidak mau pindah. Manusia sulit berubah karena perubahan adalah hal yang tidak nyaman. Dengan berubah berarti manusia mengakui bahwa apa yang telah dikerjakannya belum memadai. Mengapa gereja harus berubah? Apa yang perlu diubah dari gereja? Apakah yang sudah dikerjakan perlu diubah? Perubahan yang dilakukan bersifat  luar (eksternal) atau yang berubah merupakan sesuatu yang bersifat mendasar? Bagaimana gereja berubah? Perubahan gereja tidak semudah yang dipikirkan karena mencakup perubahan hidup dan kemampuan (skill) yang dimiliki.

Beberapa sikap manusia dalam menghadapi perubahan

1.     Anti terhadap perubahan.
Manusia tahu bahwa apa yang diperbuatnya salah, tetapi ia sulit mengakuinya. Itu jenis orang yang menyukai status quo (tidak mau berubah) karena perubahan akan membuatnya malu, merasa tidak nyaman dan merupakan pengakuan bahwa apa yang pernah dikerjakannya tidak memadai.
2.     Tidak tahu apa yang mau diubah.
Bila ada orang tua yang mendidik dan membesarkan anaknya selama sekian tahun tapi ternyata anaknya tidak bertumbuh, hal ini  berarti ada keliru. Ibu dan bapaknya tidak tahu alasan anaknya tidak bertumbuh dengan baik. Hal ini juga merupakan masalah. Jika tidak tahu apa yang harus diubah, bagaimana kita mungkin mengalami perubahan ke arah yang lebih baik?
3.     Berubah Luarnya Saja.
Orang yang mau berubah tetapi yang diubah hanya ‘jubah’-nya saja, bukan berubah dari dalam. Manusia menyadari ada hal yang tidak benar dan mau berubah, tetapi perubahannya hanya dilakukan di luar saja. Perubahannya tidak mencakup sesuatu yang mendasar (fundamental). Misal : yang berubah di gereja hanya gedungnya saja. Walau mungkin baik,  tetapi hal ini bukan perubahan yang penting (esensial).
4.     Berubah karakternya.
Manusia berubah bukan luarnya saja tapi juga bagian dalamnya (karakter). Orang dan gereja yang mau berubah harus mengetahui apa yang harus berubah dan bagaimana berubahnya? Dari tahun ke tahun perubahan semakin nyata (matang) dan persiapannya semakin baik. Perubahan akan menimbulkan air mata, tantangan dan kesulitan karena tetap ada yang anti terhadap perubahan. Perubahan bisa mendatangkan kebaikan dan juga berbahaya.

Apa yang Perlu Berubah dalam Gereja?

1.    Pemuridan yang  Diawali dengan Kasih.

Gereja harus memuridkan jemaat . Pada 2 Tim 2:1 dikatakan  Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus. Rasul Paulus mengajarkan sesuatu yang berbeda dengan gereja saat ini dan itu perlu diubah. Timotius adalah seorang pemimpin gereja. Dia tidak tahu bagaimana untuk membesuk padahal kegiatan membesuk itu penting. Maka ia diajar oleh Rasul Paulus untuk memuridkan jemaat. Rasul Paulus sudah memberikan contoh bagaimana menjadi pemimpin gereja. Seorang pemimpin adalah orang yang memperlengkapi jemaat dan memperhatikan kerohanian mereka. Jadi bukan sekedar melakukan aktivitas gereja atau kegiatan administrasi, tetapi yang penting (koridor) dari gereja adalah melakukan kegiatan pemuridan. Bagaimana hal ini bisa terjadi ? Lihat ayat 1 di atas. Apa hubungan pemuridan  dengan kuat di dalam kasih karunia? Dasar untuk melakukan pemuridan adalah kasih. Orang yang telah menerima kasih Tuhan baru bisa memahami tentang arti pemuridan. Setelah mengalami kasih Allah, ia baru bisa membantu orang lain untuk bertumbuh. Bila orang tidak pernah dibantu untuk bertumbuh maka ia juga tidak akan punya kerinduan membantu orang lain untuk bertumbuh. Seorang bapak yang sudah memiliki pengalaman rohani bersama Tuhan baru bisa memperhatikan kerohanian anaknya. Mengapa sekarang pendeta jarang berkhotbah tentang pertobatan? Karena ia perlu mengalami kasih Tuhan dan pernah mengalami pertobatan sehingga ia bisa mengkhotbahkan tentang pertobatan dengan hidupnya di mana kasih karunia yang diterima dibagikan ke orang lain. Transformasi terjadi karena kasih . Pemuridan bukan berarti gereja tidak perlu membuat program kegiatan. Hal ini menjadi persoalan dalam gereja. Pelayanan gereja banyak bersifat aktivitas gereja tetapi tidak menyentuh kerohanian seseorang.

Suatu kali saya diundang berkhotbah di sebuah gereja. Di gereja itu saya bertemu dan bercakap-cakap dengan seorang yang ibu. Ia sudah melayani selama 20 tahun di gereja itu. Ibu itu berkata, “Pelayanan apa pun yang saya bisa, akan saya lakukan. Ibu ini memang sangat giat melayani. Saya bertanya kepadanya, “Pernahkah Ibu berasksi tentang kasih karunia Tuhan?” Ibu itu pun menjawab,”Tidak. Saya tidak tahu apa yang akan saya saksikan.” Jadi selama 20 tahun, ia  tidak pernah bersaksi. Saya bertanya lagi, “Pernahkah  ada orang yang membantunya bertumbuh melalui kesaksian orang itu?” Dijawabnya,”Tidak pernah”. Saya beralih ke pertanyaan lain,”Pernahkah Ibu diajarkan untuk berdoa dan membaca Alkitab, menjadi orang saleh dalam hidup?” Lagi-lagi  dijawabnya,”Tidak pernah.” Dari jawabannya ini terlihat bahwa gereja kurang memperhatikan kehidupan rohani dan kasih yang telah mengubah hidup seseorang, sehingga gereja perlu diubah.

2.    Kesaksian Hidup Mengikut Kristus sebagai Sarana Pemuridan

          Karena saya telah dibentuk Tuhan maka saya akan memiliki kerinduan untuk mengubah orang lain. Karena saya telah diubah oleh Tuhan maka saya dipakai oleh Tuhan untuk menjadi berkat oleh orang lain. Rasul Paulus menjelaskan bahwa kasih karunia Tuhan harus berada dalam kehidupan kita. Jadi gereja menghasilkan orang menjadi murid Tuhan dan pemipin gereja seperti Timotius. Itu dikerjakan Rasul Paulus di tengah begitu banyak kesibukan pelayanannya, tetapi ia tetap menyiapkan Timotius secara intensional. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi (2 Tim 2:2a). Rasul Paulus memuridkan (mempersiapkan) Timotius secara rinci. Ternyata Timotius bertemu Rasul Paulus di Listra. Waktu itu ia masih muda. Lalu ia diajak Rasul Paulus ke manapun Sang Rasul pergi. Rasul Paulus menggunakan waktu 15 tahun (sampai waktu ia menuliskan surat ke Timotius). Rasul Paulus memuridkan Timotius bukan dengan kata-kata tetapi melalui hidup Rasul Paulus dalam kebenaran. Itu berarti 2 Tim 3:10. Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku. Rasul Paulus memberikan kebenaran melalui hidupnya sehingga menjadi contoh. Timotius belajar dari Rasul Paulus. Setiap gereja membutuhkan pemimpin gereja yang hidup dalam Tuhan yang berani berkata, “Ikutilah langkah hidupku karena aku telah mengikuti Yesus”. Itulah pemuridan. Orang yang masih asing mengenal Yesus dibantu untuk mengenal Yesus.

          Di sebuah gereja ada seorang pemuda memberi kesaksian. Ia menerima Yesus sebagai Juruselamat sewaktu SMP 3. Namun ia tidak tahu cara membaca Akitab, berdoa dan tentang kekristenan. Sampai dibaptis pun ia tidak tahu. Lalu ada seorang majelis yang datang menghampirinya dan berkata, “Mau tidak sama-sama belajar menjadi murid Tuhan Yesus?” Lalu terjadilah pertemuan di antara mereka secara rutin dan konsiten. Majelis ini usianya masih muda dan hubungannya dengan remaja tersebut murni dalam Tuhan. Ia mengajarkan bagaimana orang muda menghindari hidup yang tidak benar. Anak muda ini mencintai hidup dalam Tuhan. Selulus SMA ia kuliah. Lalu ia masuk sekolah Alkitab. Setelah lulus, ia kembali ke gereja nya dan bersaksi, “Saya kembali ke gereja ini melayani pemuda remja ,karena dulu waktu muda saya dilayani majelis selama belasan tahun. Saya bersyukur. Saya sekarang menjadi murid dan pemimpin gereja. Saya belajar mengikuti Tuhan melalui majelis ini. Saya akan melakukan hal yang sama kepada para pemuda remaja Begitu sabarnya majelis mengajar muridnya, sehingga orang ini mengajar oang lain di gereja. “Apa yang saya alami saya bagikan ke anak-anak remaja. Saya akan memuridkan pemuda remaja.” Kata sang murid. Rasul Paulus melayani dan mengajar Timotius dan Timotius kemudian mengajar orang lain.

          Siapa Timotius di gereja ini yang telah menjadi murid dan kemudian menjadi pemimpin? Timotius yang sama dan menjadi berkat bagi orang lain dan memuridkan orang lain. Di gereja, kita dipengaruhi konsep ‘dengan jumlah (angka)’. Itu bukan tidak baik, tetapi pikiran tidak boleh berhenti di situ. Adayang mengatakan bahwa gereja bertumbuh dikatakan sebagai gereja yang sehat dilihat dari berapa banyak jemaat yang datang dan memberi persembahan. Itu menyesatkan. Kalau 1.000 orang yang hadir beribadah tetapi mencari 10 orang saja susah atau mencari pemimpin saja susah maka gereja itu tidak sehat. Kalau gereja diputar hanya 11 orang, dan bukan pemimpin rohani yang dipersiapkan dan menjadi masalah, gereja tidak bertumbuh karena tidak menghasilkan Timotius di gereja. Tetapi kalau gereja memuridkan dan Tuhan memberikan angka yang sedikit, kerjakanlah pemuridan. Gereja yang besar bukan jumlah tetapi menghasilkan murid dengan menjadi pemimpin gereja. Begitu banyak pemimpin yang saleh dan takut akan Tuhan dan hidup sesuai Firman Tuhan , tidak mencari kepentingan sendiri tetapi kepentingan jemaat.

          Timotius dihasilkan Rasul Paulus melalui intentional discipleship. Gereja tidak hanya memperhatikan komisi. Komisi sering menghambat pertumbuhan gereja. Pelayanan komisi diuji melalui berapa banyak pemimpin yang dihasilkan? Hanya sedikit bahkan tidak ada pemimpin yang dihasilkan. Orang yang banyak aktivitas dan memanipulasi diri , sehingga  gereja tradisional sulit membina jemaat. Jemaat beranggapan,”Kalau saya sudah berapa kali ke gereja saya sudah merasa cukup.” Yang penting malah tidak diperhatikan.

3.    Saksi Kebenaran Firman Tuhan

Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi (2 Tim 2:2a). Seorang saksi berkaitan dengan kebenaran. Saksi yang tidak memiliki kebenaran adalah saksi palsu. Hubungan antara ‘aku dan engkau’ bukanlah pribadi belaka, tetapi saya sebagai bapa rohani dan kamu anak rohani di dalam kebenaran Tuhan. Aku memberikan kebenaran dalam memberitakan ke mana pun aku pergi. Sehingga kebenaran Kristus diberitakan dan orang mengalami transformasi hidup. Rasul Paulus mau agar Timotius menjadikan kebenaran sebagai dasar dari hidupnya.

          Gereja berubah menjunjung kebenaran Firman Tuhan dan mencari kebenaran Firman Tuhan. Hati jemaat diisi Firman Tuhan dan gereja rindu belajar Firman Tuhan. Dalam kitab Ezra dikatakan jemaat ingin kitab suci dibacakan karena perkataan Firman Tuhan menusuk hati mereka. Pada waktu Rasul Petrus berkhotbah dan menusuk hati mereka sehingga mereka bertanya, “Apa yang harus kami perbuat?” Jemaat bertekun mempelajari Firman Tuhan. Dari situ membawa jemaat bertumbuh dalam kerohanian. Pertumbuhan rohani adalah pertumbuhan Firman Tuhan. Pertumbuhan gereja adalah pertumbuhan Firman Tuhan. Itulah esensi pertumbuhan gereja. Jemaat Tiberias adalah gereja yang dikehendaki Tuhan. Mereka percaya Firman Tuhan saat diberitakan. Setiap hari mereka membaca dan menyelidiki Alkitab siang malam. Setiap selesai melakukan pekerjaan rumah tangga, mereka menyediakan waktu untuk belajar Firman Tuhan. Ada hati yang haus dan mencintai Firman Tuhan dan hati yang diubah oleh Firman Tuhan. Itulah gereja yang harus diubah. Kita tidak perlu terlalu banyak acara dan program. Tetapi lebih banyak fokus seperti Maria yang mendengarkan Firman Tuhan dan hidupnya diisi oleh Firman Tuhan dan bertumbuh dalam Kristus. Pembinaan gereja sudah tidak disukai jemaat. Jemaat lebih suka hal-hal yang bukan rohani. Ada gereja yang jemaatnya bertumbuh menjadi 1.000 orang lebih, waktu diadakan kelas pembinaan hanya ada 20 orang yang hadir. Apakah gereja itu bertumbuh? Seberapa jauh gereja mencintai Firman Tuhan? Seberapa jauh jemaat sharing Firman Tuhan? Pola kehidupan jemaat yang diharapkan adalah  jemaat yang sehat, hidup , bertumbuh dan belajar menjadi murid Yesus Kristus.

4.    Mempersiapkan Pemimpin

Rasul Paulus mengatakan, “percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.” (2 Tim 2:2b). Timotius mempersiapkan pemimpin sehingga muncul orang-orang yang siap dan cakap melayani serta menjadi contoh. Orang yang sungguh-sungguh belajar Firman Tuhan akan mengubah hidup mereka dan mereka akan terjun ke jemaat melayani. Saat mengunjungi seorang rekan hamba Tuhan di luar negeri saya menemukan hal yang luar biasa di gerejanya. Yang mengajar di sekolah Minggu adalah jemaat yang benar-benar dipersiapkan untuk mengajar, punya hidup dan doktrin yang baik serta memiliki hati yang melayani. Mereka saling mengajar satu dengan lain. Itulah pekerjaan seorang hamba Tuhan. Memperlengkapi orang untuk melayani. Seorang hamba Tuhan bukan sekedar  melakukan segala sesuatu sesuai kebutuhan dan tuntutan jemaat semata. Kebutuhan jemaat yang fundamental adalah kehadiran Kristus dalam hidup mereka. Kuncinya mempersiapkan orang . Kalau perlu mengadakan modifikasi dan gereja harus berubah : bukan gereja yang fokus pada program dan kegiatan tetapi manusia. Berarti fokus pada kualitas bukan kuantitas. Berubah mencapai apa yang Tuhan kehendaki. Itu menimbukan kesulitan , membutuhkan perjuangan rohani dan air mata kalau mau melakukan perubahan-perubahan dalam gereja. Tanpa rencana untuk mengadakan perubahan ke arah yang tepat maka dalam setahun tidak menghasilkan apa-apa. Orang yang kita persiapkan dengan  susah payah itu akan menjadi yang inti dan tiang di gereja. Gereja harus berdoa untuk pemuridan (menjadikan jemaat murid yang kemudian akan memuridkan kembali. Setelah belajar dari Kristus lalu diubah baru mengerti arti pemuridan. Kalau tidak pemuridan hanya akan menjadi slogan dan kembali dikerjakan dari minggu ke minggu dan tidak menghasilkan hal yang berkemenangan dalam kerajaan sorga. Gereja harus berubah, tetapi perubahan dari jemaat biasa  menjadi murid Tuhan dan menjadi pemipin yang setia dan hidup bagi Tuhan. 

Monday, August 8, 2016

Dunia Berubah vs Yesus Tidak Berubah


Pdt. Hery Kwok

Wahyu 4:11  "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
Kejadian 1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.
Yes 43:1-7
1  Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.
2  Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.
3  Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan Syeba sebagai gantimu.
4  Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.
5  Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau, Aku akan mendatangkan anak cucumu dari timur, dan Aku akan menghimpun engkau dari barat.
6  Aku akan berkata kepada utara: Berikanlah! dan kepada selatan: Janganlah tahan-tahan! Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi,
7  semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!"

Pendahuluan

                Saya mempunyai kebiasaan setiap pagi menemani istri pergi ke Pasar Pecah Kulit. Segala bentuk kehidupan dapat disaksikan di pasar ini. Bermacam-macam orang datang dengan berbagai kostum, kondisi, sikap dan perilakunya. Ada ibu-ibu yang datang dengan berpakaian rapi, bahkan ada ibu yang mengenakan sanggul dan make-up. Ada juga ibu-ibu yang berpakaian serampangan seperti hanya memakai tank-top. Perilaku manusia yang datang ke pasar juga bermacam-macam. Ada yang di tengah kesemrawutan lalu lintas kendaraan pribadi dan umum seperti bajaj asyik berfoto (ber-selfie). Mereka mengeskpresikan apa yang dirasakan di pasar. Di samping itu, penjaja alias penjualnya (abang-abang) dan ibu-ibu yang  berbelanja berdialog secara spontan. Abang-abang penjual menyebut calon pembelinya dengan panggilan yang akrab. Ada abang penjual yang memanggil istri saya “mama” :  “Ayo ma, beli dong”. Terkadang mendengar proses tawar menawar antara abang dan ibu-ibu bisa membuat kita tertawa. Ada seorang Ibu yang bertanya, “Bang, pepaya California berapa harganya?” Yang dijawab abang penjualnya, “Rp 10.000 /kg!”. Si Ibu calon pembeli berkata, “Wah mahal sekali. Lebih mahal dari anggur!” Si abang penjual menanggapi,”Masa begitu cara membandingkannya? Kalau saya disuruh pilih antara ayam dengan jengkol, saya akan pilih jengkol. Tapi harga jengkol sekarang Rp 60.000/kg, jadi  lebih mahal dari ayam!” Suatu kali saya makan di sebuah restoran dan melihat tukang ayam. Saya mengenali mukanya walau sudah lupa namanya. Saya menyapanya,”Kalau tidak salah Bapak yang jualan di wihara ya?”Dia pun membalas,”Oh, sekarang saya tidak lagi di sana karena sudah ke gereja. Saya mau setia, karena Tuhan Yesus yang saya kenal adalah Tuhan Yesus yang tidak berubah.” Saya merasa heran dan  bertanya, “Mengapa Bapak berkata begitu?” Ia pun menjawab lagi,”Terbukti Ia menolong saya dalam situasi yang paling sulit. Saya tidak pernah mengalami kesulitan membayar uang sekolah anak saya walau dalam keadaan sesulit apapun. Jadi saya tidak akan pernah meninggalkanNya.” Saat berbincang-bincang saya memperhatikan bahwa ia mengantongi rokok. Atas rokok itu ia berkata,”Ini yang sulit saya lepaskan. Saya sudah mengikut Tuhan Yesus tetapi masih rokok!” Saya berkata, “Kalau ikut Yesus, harus berubah dong!”

Tuhan Yesus Tidak Berubah

Bagaimana pandangan orang Kristen terhadap ‘Tuhan Yesus yang Tidak Berubah’  Kalau memandangNya dari sisi sebagai pemberi atau mencukupi kebutuhan semata, maka kita bisa kecewa saat kita mengalami apa yang tidak kita harapkan. Saat usaha macet dan istri-anak sulit dipenuhi kebutuhan ekonominya, maka pemahaman kita akan menjadi goyah.

Lalu apa yang dimaksud dengan ‘berubah’ dalam tema ‘Dunia yang Berubah’? Penampilannya? Misal : dahulu penampilannya ketinggalan zaman sekarang sudah modern. Dulu tidak canggih sekarang canggih. Dulu orang sulit berbicara dengan orang di negara lainnya, sekarang orang gampang berbicara dan berhubungan dengan orang-orang yang bahkan berada di belahan dunia lainnya. Dulu bentuk bangunan jelek, sekarang banyak bangunan yang penampilannya indah luar biasa. Apakah dunia hanya berubah dari sudut itu? Tidak! Perubahan pengajaran tentang kebenaran di dunia dapat dipelajari dari catatan sejarah. Ajaran tentang kebenaran mulai berubah dari benua Eropa tahun 1890 sewaktu para filsuf Barat memberikan dan mengajarkan filsafat-nya, bagaimana mereka memandang kebenaran dari sudut  mereka. Sehingga terjadi perubahan dalam hal :

1.     Geografis. Dari Jerman filsuf dengan ilmu fislafatnya pergi ke dunia lain seperti ke Inggris dan Amerika Serikat lalu meluas ke seluruh dunia.
2.     Manusia. Ajaran yang dikemukakan filsuf dengan filsafatnya masuk bukan saja ke golongan pelajar tetapi menembus lapisan bawah dan mencetak perilaku orang yang mendengarnya.
3.     Disiplin ilmu. Perubahan masuk ke semua disiplin ilmu. Entah teologia, seni dll, semua masuk ke pengajaran yang dikemukan para filsuf.

Ajaran yang memandang kebenaran dipandang dari kacamata mereka kemudian mengubah perilaku dunia. Contoh : di Eropa tahun 1890 orang berbicara tentang yang ‘benar’ sebagai lawan dari  yang ‘salah’. Hanya ada 2 hal yang diketahui : ‘benar’ dan ‘salah’. Setelah 1890, para filsuf mencoba menganalisa kebenaran dari sudut pandang mereka sehingga kebenaran menjadi kabur. Segala sesuatu tidak boleh dicap sebagai hal yang absolut (mutlak benar). Ini mengerikan. Dunia dibawa ke perubahan di mana kita tidak bisa melihat kebenaran secara absolut. Dahulu kalau seorang bapak berkata ke anak perempuannya untuk menjaga kesucian maka  sang anak dapat memahaminya sehingga ia menjaga kesucian hidupnya. Kalau melanggar nasehat ini berarti ia berbuat dosa. Anak-anak memahami apa yang disampaikan oleh orangtua-nya. Standar dan kebenaran tentang kesucian dipahami orang-orang saat itu. Setelah 1890 kalau orang dewasa menasehati orang muda untuk menjaga kesucian, mereka menganggapnya sebagai ‘omong besar’ dan nasehat seperti itu tidak ada maknanya. Mereka malah mempertanyakan nasehat yang diberikan, “Mengapa kamu berkata seperti itu dan melarang saya?” Artinya tidak ada lagi kebenaran yang bersifat kokoh yang menjelaskan bagaimana hidup ini. Itu yang kemudian diambil oleh dunia ini.

Berbicara tentang keadilan dilihat dari sudut pandang mereka : adil hanya berarti kalau berkaitan dengan hidup saya. Dulu dikatakan “kamu jangan hidup tidak jujur (curang) dan kalau melanggar tahu konsekuensinya”. Tapi sekarang defisini ‘jujur’ menjadi kabur. Saya tidak bisa jujur kalau terjepit, sehingga saya boleh melakukan sesuatu agar tertolong dari posisi terjepit.

Melakukan korupsi salah, tetapi mengapa orang melakukan korupsi? Tetapi mengapa saat terjepit, korupsi dilakukan? Dalam kondisi itu, saya boleh melakukannya dan tidak perlu memusingkannya. Jadi orang sekarang berubah dalam melihat kebenaran karena  hal ini berbahaya. Hal seperti itu membayangi dan mempengaruhi seluruh kehidupan dan seluruh disiplin ilmu, sehingga orang tidak lagi bisa melihat kebenaran. Zaman sekarang (zaman post- mo) orang tidak boleh mengklaim kebenaran sebagai hal yang mutlak. Keyakinan bahwa “Yesus adalah satu-satunya Jalan Keselamatan” tidak boleh dibicarakan. Tiap orang boleh mengatakan kebenarannya sendiri (tidak boleh memberikan pernyataan bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya kebenaran.

Dengan dibenarkannya perilaku LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender) kebenaran menjadi pudar. Prinsip bahwa hanya laki-laki dan wanita yang diciptakan Tuhan tidak lagi dibenarkan. Mereka berkata, “Biarlah orang mencintai sesuka mereka. Laki-laki mencintai laki-laki tidak apa, yang penting mereka tidak menimbulkan masalah di masyarakat. Pdt. Yakub Susabda mengatakan bahwa gerakan LGBT adalah gerakan kebudayaan dan membuat banyak orang menerimanya dan ini meruntuhkan perjalanan iman kita kepada Tuhan.

Saat membaca Kitab Suci, kita meyakini bahwa Alkitab memberikan kebenaran yang tidak berubah. Hal ini bisa kita baca dari Kejadian 1:1 Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi dan Wahyu 4:11  "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."  Kitab Wahyu menutupnya dengan pujian yang disampaikan orang kudus kepada Allah : Engkau yang menciptakan seluruh alam semesta dan layak menerima puji-pujian. Alllah kita adalah Allah yang berdaulat atas ciptaanNya. Dalam Yesaya 43 dikatakan sewaktu orang Israel berubah setia kepada Allah , Allah tidak berubah dalam ketetapanNya. Yesaya 43:1  Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Tuhan Yesus tidak berubah, Dia Pencipta semua ciptaan  itu dan Ia berwenang mengatur , menjaga serta memelihara dengan kasih setiaNya. Sehingga Ia memberikan kita  karakter untuk memelihara dunia dengan baik yaitu dengan kekudusan dan keadilan yang tidak berubah yang tidak boleh bergeser dari pemahaman manusia. Dengan memahami Tuhan Yesus tidak berubah akan  memberi kekuatan kepada kita untuk setia kepada Allah. Dia tidak pernah salah dalam menciptakan kita , alam semesta dan isinya walaupun  banyak penyelewengan telah dilakukan oleh manusia. Tapi Dia tidak pernah salah. Setelah menciptakan , Ia memelihara ciptaanNya dan tidak berubah dalam menjaganya dengan kasih setiaNya.


Pada Matius 28:20b (bagian dari Amanat Agung) dikatakan “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." Ayat ini menyampaikan bagaimana Ia menjaga orang-orang percaya dan orang-orang yang ditebusnya agar kita punya hati yang teguh dalam percaya kepadaNya. Ia memberi karakter dan sifat kepada orang-orang percaya untuk hidup di dalamNya. Ia membawa harapan kembali. Seringkali yang membuat kita lemah  adalah karena kita yang berubah. Ada seorang gadis yang sejak kecil rajin sekolah minggu dan kemudian giat melayani Tuhan. Suatu kali ia jatuh dalam dosa dengan melakukan hubungan seksual di luar pernikahan dan kemudian hamil. Laki-lakinya melarikan diri sehingga ia menjadi putus asa dan memutuskan untuk bunuh diri. Saat bersamaan , ada seorang hamba Tuhan yang melayaninya sehingga ia tidak jadi bunuh diri. Sebelumnya ia berniat bunuh diri karena sudah berdosa dan tidak sanggup menanggungnya. Namun kasih Allah tidak pernah gagal. Ia masuk melalui konseling sehingga gadis ini dimenangkan dan sekarang ia terus melayani Tuhan. Itu yang disampaikan dalam kitab Yesaya 43:5a  Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau. Waktu membentuk manusia, Tuhan tidak berhenti di sana dan menyertai sampai selama-lamannya. Bahkan waktu melewati badai, Tuhan tetap tidak berubah dan menyertai. Hal ini membuat  kita tidak mundur bahkan terus maju melayani Tuhan. Karena kita melihat kebenaran dari Allah yang tidak pernah berubah dalam janji, pernyataan dan keputusanNya. Kiranya kita boleh melihat kebenaran ini sungguh-sungguh boleh berjuang untuk hidup dalam komitmen dan kekudusan karena Ia yang menebus kita adalah kudus adanya. Ia membawa kita keluar dari kesulitan dan dapat menikmati bagaimana Ia tidak berubah dalam hidup kita. Kalau kita mengenalNya seperti ini, maka kita tidak akan kalah dan kecewa walau menghadapi kesulitan, pergumulan dagang atau pekerjaan dan masalah rumah tangga (keluarga). Dalam setiap permasalahan Ia tetap akan menyertai. Walau anak merasa sulit menghadapi orang tua, namun setelah memahami Yesus tidak berubah, maka Ia akan membawa kita untuk hidup dalam rencanaNya.