Monday, October 22, 2012

Menuju Kesempurnaan



Ev Panghulu


Kol 1:28 Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

Di dalam kehidupan sebagai anak-anak Tuhan, seringkali kita menghadapi rutinitas yang membuat kita terjebak di dalamnya. Misalnya : kita beribadah setiap minggu tanpa mengenal arti menjadi orang Kristen. Kita hidup dalam kerohanian yang semu. John R. Falk dalam bukunya The Radical Disciples mengatakan bahwa orang Kristen hari ini secara kuantitas bertumbuh secara signifikan (orang Kristen banyak sekali) tetapi kenyataannya tidak signifikan dalam pertumbuhan iman mereka. Maksudnya, orang Kristen yang bertumbuh tanpa mengenal kebenaran Firman Tuhan (misal : tiap minggu harus beribadah supaya orang tahu saya orang Kristen). John Bunyan dalam bukunya Pilgrim’s Progress mengatakan kehidupan kekristenan ibarat kehidupan musafir yang menuju kekekalan. Kehidupan hari ini bukan sekedar siklus. Contoh :  kita hidup harus makan tanpa sadari apa yang dimakan, kalau capai lalu tidur tanpa menyadari kenapa harus tidur. Jadi orang Kristen, merupakan kesempatan kita berelasi dengan Allah yang hidup.

Apa artinya menjadi sempurna? Hal ini seperti apa yang Kristus perintahkan kepada kita. Pada bacaan nats hari ini, Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat Kolose (jemaat yang didirikan Epafras),  “Yesuslah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami tegur dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, supaya tiap orang tersebut, menuju kepada kesempurnaan yang Allah inginkan.” Apa itu kesempurnaan? Yesus berkata , “Hendaklah kamu menjadi sempurna seperti Bapamu yang di surga sempurna”. Ini adalah amanah yang harus dipikul setiap orang percaya. Kita menemukan hidup kita tidak seperti Bapa yang sempurna. Banyak yang kurang. Suatu hari terjadi krisis ekonomi di AS tahun 1930an. Ketika itu ada seorang tua berkulit hitam hidup dalam kemelaratan dan perutnya menderita kelaparan. Ia mendengar bahwa di kota itu ada orang Kristen yang katanya mengasihi Tuhan dan akan memberikan apa yang dimita orang kepadanya. Misal : orang yang lapar diberi roti, orang yang butuh uang, diberi pinjaman. Orang Kristen itu begitu kayanya. Orang hitam ini bergegas menuju rumahnya. Daripada mati kelaparan dan kedinginan, ia beli roti. Ia beranikan diri dengan segala tekad ke rumah orang kaya ini. Lalu ia dihadang penjaga rumah. “Ada perlu apa?” kata sang penjaga. “Saya dengar tuan rumah ini baik hati. Saya butuh roti.” Kemudian penjaga mempersilahkannya masuk. Tuan rumah yang masih muda lalu menyambutnya. “Ada perlu apa Pak?” “Saya butuh beberapa potong roti karena kelaparan dan saya dengar bahwa orang Kristen yang tinggal di rumah ini begitu baik.” “Baik. Silahkan bapak ke pintu belakang. Tuan rumah yang masih muda ini membawa beberapa roti dan secangkir kopi. “Pak ini roti, tetapi sebelum makan kita berdoa. Bapak ikuti setiap kata yang saya ucapkan. Bapa kami yang di surga..”. Orang tua itu berkata, “Bapak Anda di surga”. Karena kurang yakin akan pendengarannya, anak muda ini kembali berkata dengan keras, “Bapak kami yang di surga”. Tapi orang tua itu tetap berdoa begitu sampai ketiga kalinya.. Akhirnya tuan rumah yang masih muda berkata : “Pak Tua! Bapak ke sini kelaparan, diberi roti dan secangkir kopi, tetapi waktu berdoa tidak mengucapkan apa yang saya katakan.” “Nak, saya takut dengan Bapamu di surga”. “Kenapa?” “Karena ketika saya berkata, Bapa kami berarti kita bersaudara. Kalau kita bersaudara, bapa kita sama, masa untuk makan beberapa potong roti harus lewat pintu belakang?” Seringkali kita menjadi orang percaya (jadi orang Kristen) sulit mewujudkannya. Kita sibuk menjadi pribadi dan kesibukan diri kita sendiri. Menjadi sempurna seperti Kristus, apa yang dipikirkan, yang dilakukan, apa yang ada di dalam Kristus merupakan tujuan yang harus dicapai setiap orang Kristen.

Kesempurnaan adalah proses yang harus kita lalui sebagai orang percaya. Bukan mandeg begitu saja. Bukan hanya di mulut saja, tetapi apa yang Tuhan mau, menjadi sama seperti Kristus itulah tujuan. Kesempurnaan adalah proses yang harus kita kerjakan. Kesempurnaan, keinginan dibentuk senantiasa, terlihat dalam karakter dan  hidup kita sehari-hari. Beberapa waktu lalu, saya bergumul dengan dosa kemarahan dalam kehidupan saya. Emosi mudah sekali naik. Saya berdoa, “Tuhan hari ini aku berdoa kepadaMu, berikan kepadaku kesabaran untuk aku meyikapi kehidupan. Berikan saya hati yang penuh belas kasihan.” Kira-kira TUhan ijnkan sesuatu yang baik terjadi? Tuhan jauhkan orang yang membuat marah? Tidak. Pagi itu saya naik motor ke kampus. Ketika itu ada bus Kopaja yang menyalib sembarangan. Saya kaget luar biasa. Saya spontan marah dan memaki, namun kemudian sadar. Waduh saya ini kan hamba Tuhan. Dalam perjalanan, saya malu. Saya baru berdoa pagi hari. Belum sampai setengah hari, saya sudah marah dengan supir Kopaja. Dalam bergumul mengalahkan natur dosa, sulit bagi karakter yang sudah terbentuk. Namun dibandingkan dengan kehidupan lalu, hal itu sudah ada perubahan. Saat ikut pertama ikut Kristus, pergumulan kita : makin hari kita makin takut dengan Allah atau makin hari kita makin bermain-main. Contoh : ada teman yang berkerja di perusahaan mengklaim kacamata dari Optic Melawai padahal belanja di Mangga Dua. Harga yang sebenarnya Rp 300 ribu minta di kuitansi ditulis RP 1,8 juta. Mungkin perusahaan tidak menyadari, tapi integritasmu sebagai orang Kristen bagaimana? Allah melihatnya. Sering bermain dengan uang taxi, uang kesehatan, kekudusan? Dalam pikiran, yang hadir pikiran kotor atau pikiran untuk memuliakan Allah?

Apakah kita bertumbuh dalam kedewasaan?
Saat memutuskan untuk terus berjalan dengan Allah, pertumbuhan signifikan terjadi.  Dulu saya susah menjelaskan tentang Allah Tritunggal.tetapi sekarang mulai mengerti walau tidak mudah. Saat ini kalau ditanya siapa Kristus, lebih mudah menjelaskannya. Dulu sebelum bertobat, sulit. Apakah sedang bertumbuh dalam proses menuju kesempurnaan? Penganut Budha Suci bisa lebih baik dari orang Kristen. Gereja sibuk tidak membangun Kerajaan Allah. Orang Kristen tutup mata terhadap orang miskin. Dibandingkan dengan kepercayaan lain, mereka tunjukkan kasih. Orang Kristen sudah terima anugerah, simpan erat-erat. Kita tidak terbuka jadi penyalur kasih.

West Point, sekolah angkatan darat di AS, meghasilkan perwiara luar biasa. Saat PD II, seorang ibu yang punya anak satu-satunya dengan suaminya yang sudah tua. Ia sekolahkan anaknya di sana. Ketika sekolah, anak ini baik dalam segalanya. Saat lulus ia dipercayakan memimpin pasukan. Pasukan yang akan membersihkan ranjau darat pada perang Vietnam. Sejarah mencatat tentara AS kebanyakan balik dengan gangguan psikologis. Saat menyeberang jalan ada klakson, mereka bereaksi luar biasa seperti dalam keadaan perang. Anak ini diminta untuk bersihkan ranjau darat dari tentara Vietkong yang kejam sekali. Sampai suatu waktu, saat mereka akan pulang, mereka diberondong senapan oleh tentara Vietkong, mereka berusaha cari tempat perilindungan. Mereka lari dan masuk parit perlindungan. Lalu perwira ini menghitung pasukan. Didapati ada 1 orang prajurit yang tidak ada. Anak buahnya berkata“Pak , kalau keluar akan bahayakan nyawamu” Namun ia berkata, “Saya diberi tanggung jawab untuk pasukan ini”. Akhirnya dia menemukan prajurit itu tertembak di kaki saat berusaha masuk perlidungan. Ketika dibawanya dan hendak masuk parit perlindungan, ia tertembak bagian belakang sehingga meninggal. Jenasahnya kemudian dikirim ke AS. Bapak ibunya sedih sekali tapi bangga anaknya jadi pahlawan untuk negara. Ia dengar anaknya begitu gagah berani. Sehingga ia ingin bertemu tentara yang diselamatkan anaknya. Disampaikan hal ini ke atasannya. Janji dibuat. Pada hari yang dinanti-nantikan, Sang Ibu-Bapak begitu bersemangat hendak menjamu tentara yang diselamatkan anak mereka. Tetapi tentara ini tidak muncul juga. Waktu terus berlalu. 7, 7.15, 7.30.. lewat… akhirnya mereka merasa putus asa menunggu, Pk 8.30 pintu ditutup. Namun setelah itu terdengar ketukan di pintu. Sang tentara datang. Ia mengumpat-ngumpat sambil tertawa keras. Tuan rumah tampak kecewa. Tak lama kemudian  sang tamu pamit. Sang bapak berdiri dalam keadaan diam. TIba-tiba terdengar teriakan istrinya, “Percuma anak kita mati untuk orang yang tidak menghargai arti hidup.” James Andrew White (?), ketika kita membaca Alkitab kita mengetahui anugerah sudah diberikan. Anak sudah disalibkan, mati bagi kita. Kita yang harusnya mati,beroleh hidup yang kekal. Tetapi dalam hidup kita tidak menyadari anugerah tersebut. Anugerah adalah kesempatan untuk berbagi kepada sesama. Tapi kita tidak lakukan. Apakah anugerah Allah membuat kita mengubah kehidupan  sekitar kita. Kesempurnaan merupakan tujuan, ada pekerjaan Allah di dalamnya.

Rev John Wesely, kesempurnaan = mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan kita. Tidak ada yang salah tentang pikiran, perbuatan yang dikendalikan kasih. Dengan kemampuan kita tidak mungkin sampai pada kesempurnaan. Roh Kudus membawa kita step by step untuk sama dengan Kristus. Apakah Roh Kudus masih berbicara pada hati nurani kita, untuk menggerakkan kita memiliki ketergantungan pada Dia. Kesempurnaan akan dicapai pada saat Kristus datang kedua kalinya. Kalau hari ini kita ditegur oleh orang di sekeliling kita, tentang prilaku kita, cobalah intropeksi apakah benar. Kalau benar berubahlah. Rasul Paulus menegur dalam suratnya, dan menasehati. Kalau ditegur harus cepat berbalik (bertobat). Ia mengajar dengan hikmat agar kita bertumbuh dalam kedewasaan sejati seperti yang Allah inginkan dalam kehidupan kita. Hendaklah engkau sempurna seperti Allah sempurna. Biarlah kesempurnaan jadi tujuanl dalam hidup kita. Kesempurnaan tidak berarti tidak ada kegagalan yang pasti terjadi, tetapi bagaimana kita bangun ke arah Dia.

No comments:

Post a Comment