Monday, October 22, 2012

Menginjili Keluarga



Ibu Pdt. Caleb Tong


Yosua 24:15,Mar 5:18-19

Sebelum Tuhan memusnahkan dunia dengan air bah, Tuhan berpesan kepada Nuh untuk membawa anggota keluarganya masuk ke dalam bahtera. Sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora, Tuhan berpesan kepada Lot, untuk membawa anggota keluarganya keluar. Juga orang yang kerasukan di Gerasa, setelah diusir setannya Tuhan berpesan untuk kembali ke rumahnya dan orang-orang kampungnya. Demikian juga Andreas setelah dipanggil, dia mencari Petrus, saudaranya. Sewaktu Tuhan Yesus naik ke surga, Ia meminta ke murid-muridNya untuk menungguNya di Yerusalem , setelah Roh Kudus turun mereka menerima kuasa dan menjadi saksi Tuhan Yesus sampai ujung bumi.

Terlihat bahwa Tuhan ingin kita lebih dahulu memperhatikan keluarga kita. Oleh karena itu Tuhan mau kita membawa keluarga kita kepada Tuhan. Sepanjang hidup, kita kebanyakan berkumpul bersama anggota keluarga kita. Keluarga merupakan hal yang patut kita syukuri. Tuhan menjadikan kita dalam satu keluarga, dan hal ini merupakan hubungan yang tidak bisa dibeli dengan uang, ditukar dengan barang di dunia ini. Kita harus menyelesaikan tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Sebagai suami, ayah, kita punya tanggung jawab mengasihi istri dan keluarga, menjaga mereka. Istri harus menghormati suami sebagai kepala keluarga. Harus membawa mereka kepada Tuhan. Saat Tuhan bertanya kepada Kain “Dimana adikmu Habel?”. Dijawab, “Saya tidak tahu, apakah saya penjaga adikku?” Ini bukan sikap yang baik.  

Dalam Alkitab, bila tidak menjaga keluarga maka kita jauh lebih buruk dibanding dengan orang yang belum percaya Tuhan. Kita masih ingat cerita tentang orang kaya yang masuk ke dalam alam maut (lautan api yang membuat menderita). Ia teringat akan 5 saudaranya yang masih hidup.  Dalam alam maut ia mohon Abraham untuk mengutus Lazarus memberi kabar saudara-saudaranya, supaya mereka tidak masuk ke tempat yang menderita ini. Dalam hati orang kaya tidak ada Roh Kudus. Tapi ia bisa teringat saudara-saudaranya. Sedangkan orang Kristen ada Roh Kudus di dalam diri, bila tidak mempedulikan saudara berarti lebih jahat dari orang yang tidak percaya. Suatu kali Tuhan akan minta kita mempertanggungjawabkannya. Sehingga waktu hidup, kita harus menginjili mereka. Jika semua anggota keluarga percaya Tuhan, maka jemaat di gereja akan bertambah. Kalau di gereja banyak tempat kosong, berarti jemaat belum membawa anggota keluarganya.

Dalam rumah kita, seharusnya semuanya diselamatkan, jangan membiarkan anggota keluarga tidak diselamatkan. Ada seorang jemaat mempunyai 3 anak, mereka tidak percaya, ateis. Kedua anak yang pertama bunuh diri sewaktu ada masalah. Anaknya yang ketiga pergi ke Tiongkok yang tidak ada Injil. Setelah generasi kedua, semua anggota tidak ada yang percaya Tuhan.  Kita harus punya tekad yang kuat, bersandar Tuhan membawa anggota keluarga percaya Tuhan. Pengarang Kristen, Kevin (?), di rumahnya banyak orang. Ia punya anak, mantu, cucu-cicit, semuanya berjumlah 80 jiwa. Ia sungguh memperhatikan keselamatan dari anggota keluarganya.  Sampai akhir , setiap anggota keluarganya sudah sungguh percaya. Akhirnya ia berani mengumumkan, “Keluarga saya beribadah dan melayan Tuhan.” Jangan menjadikan anggota keluarga menjadi orang yang tidak percaya. Jika seluruh anggota keluarga percaya, di keluarga baru ada sungguh-sungguh sukacita. Apa yang mereka pikirkan dan cara hidup mereka akan berbeda. Kita harus membawa keluarga kita, berjalan dalam jalan Tuhan. Baru setelah itu baru bisa membawa orang lain percaya Tuhan. Jikalau ada anggota keluarga belum percaya diinjili, akan ditanyakan mengapa engkau tidak menyampaikan kepada keluargamu sendiri. Bila ada anggota keluarga tidak percaya, maka sulit untuk menginjili. Dalam kehidupan, gunakan hati dan cara mu membawa anggota keluarga ke pada Tuhan. Mungkin mereka menolak, Ini masalah mereka kepada Tuhan. Paling tidak , kita sudah melakukannya. Kalau tidak mau, kita menginjili orang lain. Seringkali menginjili orang yang dekat dengan kita, sangat sulit. Kita sangat sulit mengatakan kepada keluarga  tentang surga dan penghakiman. Tetapi kita harus melakukan. Tidak ada satu hal yang berhasil jika tidak ada pengorbanan. Oleh sebab itu saat mau melakukan hal ini, harus membayar harga , mengorbankan ego sendiri.

Cara menginjili.
1.       Harus segera (Jangan tunda lagi). Banyak orang mengira anggota keluarganya  sehat , sehingga masih ada waktu (bisa menunggu). Ada juga sebagian orang yang tidak berani menginjili karena takut harga diri mereka tersinggung. Di Filipina ada pendeta Sua Cing Can(?, tahun lalu baru meninggal). Suatu hari waktu mau tidur siang, ada telpon berbunyi. Waktu diangkat, terdengar suara wanita menangis. “Pak pendeta datanglah ke rumah sakit karena ibu mau meninggal tapi tidak pernah mendengar Injil.” Pendeta tidak jadi tidur siang, lalu pergi ke rumah sakit. Waktu sampai di lorong depan, wanita itu sudah menunggu. Ada 4 dokter yang menjaga. Terlihat seorang ibu tua yang terbaring di tempat tidur, matanya sudah menjadi putih. Wanita ini menarik tangan dokter, “Dokter kasihani mamaku. Suntiklah agar mama saya sadar kembali, ia tidak boleh mati!” Lalu ia tarik tangan pendeta, “Tolong doakan dia.” Pendeta berbicara dekat telinga yang sakit,”Percayalah Tuhan Yesus, Dia adalah Juruselamat!”  Kepala dokter berkata, “Sudah jangan bicara, ia tidak bisa komunikasi. Biarlah ia meninggal dengan tenang.” Kemudian seperti orang yang kalah, ke 4 doker, pendeta berjalan keluar. Ternyata mamanya sudah 3 minggu masuk rumah sakit dan tidak diberitahukan karena takut mamanya sedih. Sekarang setelah tidak ada harapan lagi baru diberitahu. Saat ini banyak orang tidak segera dan menganggap masih banyak waktu. Akhirnya tidak dapat menginjili orang itu. Jangan menunda sampai tidak ada harapan lagi. Sampaikan kebenaran firman Tuhan segera! Injil adalah kekuatan Allah. Orang percaya bukan karena yang menyampaikan pandai bicara, melainkan karena mendengar Injil (firman) baru bisa percaya. Semua yang kita tahu, dengar, lihat, sampaikan ke anggota keluarga, meskipun mereka tidak mau dengar, tetap harus diberitakan kepada mereka.
2.       Sampaikan dengan serius (jangan main-main). Banyak waktu menginjili tidak sampai ke orang yang mendengarnya karena yang menyampaikan tidak serius. Orang Kristen harus tahu apa itu Injil, sampaikan apa yang dikatakan Tuhan. Menginjil bukan bersandarkan kekuatan sendiri dan bukan masalah moral (seperti tidak boleh nonton, merokok dll). Kalau sampaikan injil yang salah, Roh Kudus tidak bekerja. Sehingga setiap orang Kristen penting mengikuti pendalaman Alkitab. Ada Guru Sekolah Minggu yang menggambarkan tangan yang menulis di dinding (pada kitab Daniel) dengan tangan yang besar sekali dan banyak bulunya supaya menarik.  Akibatnya anak sekolah minggu takut setengah mati. Waktu pulang ke rumah tidak berani keluar kamar. Tidak ada di Alkitab, tangan Tuhan ada bulunya. Seringkali kita sampaikan injil yang salah akibatnya banyak orang masuk neraka.
3.       Jangan berdebat dengan orang lain. Jikalau kita katakan pendapat saya benar, kamu salah maka akan timbul perdebatan dan masing-masing mempertahankan pendapat akibatnya hatinya menjadi keras. Sampaikan kepada Tuhan dan Tuhan punya cara. Kabarkan Injil paling sulit di keluarga. Ada orang yang di gereja sabar sekali, tetapi di rumah suka emosi. Ada yang rajin ke gereja, di rumah malasnya setengah mati. Bagaimana anggota keluarga bisa percaya Tuhan? Sebagai mantu ke gereja tapi di rumah lawan mertua, mertua tidak akan percaya. Mertua tidak sayang mantu, mantu tidak percaya Tuhan. Kalau suami punya banyak wanita simpanan, istri tidak akan percaya. Perbuatan tidak baik membuat orang tidak percaya Tuhan. Kalau berkelakuan tidak baik, lebih baik jangan kabarkan Injil.
4.       Harus berdoa. Seseorang yang mau berdoa untuk anggota keluarganya baru sungguh-sungguh mengasihi mereka. Jika bukan karena gerakan Roh Kudus, kepandaian kita tidak ada gunanya. Roh Kudus bekerja sama dengan orang Kristen yang mau berdoa. Waktu berdoa, maka Roh Kudus akan memandu untuk mengerjakan bagian kita. Di bagian barat London (bagian luar kota) yang padat penduduk, ada pendeta yang mau mengabarkan Injil. Ia membuat persiapan dan membangun tenda. Di hari pertama, banyak yang datang. Roh Kudus bekerja melalui pendeta itu banyak yang percaya Tuhan . Dalam kebaktian ia berkata, “Setelah ikut Yesus bersukacita. Namun jika engkau naik ke sorga tidak  bertemu keluarga, apakah sukacita? Maka kita berdoa, sebutkan nama mereka!” Seorang anak yang umurnya 14 tahun, mengangkat tangan minta untuk mendoakan papanya yang menjual minuman keras yang dilarang. Kemudian pendeta berdoa untuk anggota keluarga yang belum percaya Tuhan. Kemudian ada tetangga anak itu yang mencari papa sang dari anak dan berkata, “Anakmu berdoa untukmu di saat kebaktian.” Papanya sangat marah,”Di depan orang banyak , memberitahu rahasia saya di depan umum menjual minuman keras?” Akibatnya sang anak dilarang pergi lagi dan kalau berani pergi kakinya akan dipatahkan. Walau takut, sang anak kemudian mencuri-curi pergi lagi. Pendeta itu sampaikan lagi, “Bila tidak lihat anggota keluarga di sruga bagaimana?” Roh Kudus menggerakan anak itu untuk mendoakan papanya. Akibatnya papanya diundang datang dan ini membuatnya sangat marah., Anaknya di pukul keras sampai pingsan di lantai. Kemudian karena pingsan disiram air.  Akhirnya rumahnya digembok dan papanya pergi sendiri karena baginya sang anak pantas mati. Bapaknya baru pulang larut malam. Anaknya sudah tidak ada lagi di lantai. Waktu lihat di kamar, anak itu sedang berdoa di samping tempat tidur. Sang bapak ingin mengetahui apakah anaknya akan mengutuknya. Namun ia mendengar doa anaknya , “Ya Tuhan kasihanilah papa saya. Saya tidak mau papa saya tidak diselamatkan. Kalau ia tidak masuk ke surga, saya ke surga juga tidak sukacita.” Anak itu menangis dan memohon. Papanya melihat anak ini sangat menyayanginya. Ia sudah pukul setengah mati tapi si anak malah mendoakan dia. Ia peluk anaknya. Keesokan harinya ia ikut KKR. Sang anak terkejut dan  takut papanya memukul pendeta. Roh Kudus bekerja dan papanya percaya. Ia persilahkan pendeta datang ke rumahnya. Anaknya ketakutan, takut papanya pukul pendeta. Saat bapaknya naik ke loteng lalu turun membawa kampak, anaknya melindungi pendeta. Rupanya papanya mau menghancurkan tempat minuman kerasnya. Guci yang besar dipukul pecah dan araknya tumpah keluar. “Dosa membelenggu saya bertahun-tahun. Sekarang saya telah bebas.” Katanya  Lalu ia kembali naik ke atas loteng dan  turun. Di tangannya ada surat. “Pak Pendeta ini surat rumah saya, saya mau persembahkan untuk gereja. Saya lihat tenda untuk kebaktian sudah robek. Jadi saya persembahkan rumah ini untuk gereja.”  Ini semua karena anaknya berdoa untuk papanya. Melalui doa, anaknya memperoleh jiwa ayahnya.

No comments:

Post a Comment