Ibu Pdt. Caleb Tong
Yosua 24:15,Mar 5:18-19
Sebelum Tuhan memusnahkan dunia dengan air bah, Tuhan
berpesan kepada Nuh untuk membawa anggota keluarganya masuk ke dalam bahtera.
Sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora, Tuhan berpesan kepada Lot, untuk
membawa anggota keluarganya keluar. Juga orang yang kerasukan di Gerasa,
setelah diusir setannya Tuhan berpesan untuk kembali ke rumahnya dan
orang-orang kampungnya. Demikian juga Andreas setelah dipanggil, dia mencari
Petrus, saudaranya. Sewaktu Tuhan Yesus naik ke surga, Ia meminta ke
murid-muridNya untuk menungguNya di Yerusalem , setelah Roh Kudus turun mereka
menerima kuasa dan menjadi saksi Tuhan Yesus sampai ujung bumi.
Terlihat bahwa Tuhan ingin kita lebih dahulu
memperhatikan keluarga kita. Oleh karena itu Tuhan mau kita membawa keluarga
kita kepada Tuhan. Sepanjang hidup, kita kebanyakan berkumpul bersama anggota
keluarga kita. Keluarga merupakan hal yang patut kita syukuri. Tuhan menjadikan
kita dalam satu keluarga, dan hal ini merupakan hubungan yang tidak bisa dibeli
dengan uang, ditukar dengan barang di dunia ini. Kita harus menyelesaikan
tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Sebagai suami, ayah, kita punya
tanggung jawab mengasihi istri dan keluarga, menjaga mereka. Istri harus
menghormati suami sebagai kepala keluarga. Harus membawa mereka kepada Tuhan. Saat
Tuhan bertanya kepada Kain “Dimana adikmu Habel?”. Dijawab, “Saya tidak tahu,
apakah saya penjaga adikku?” Ini bukan sikap yang baik.
Dalam Alkitab, bila tidak menjaga keluarga maka kita
jauh lebih buruk dibanding dengan orang yang belum percaya Tuhan. Kita masih
ingat cerita tentang orang kaya yang masuk ke dalam alam maut (lautan api yang membuat
menderita). Ia teringat akan 5 saudaranya yang masih hidup. Dalam alam maut ia mohon Abraham untuk
mengutus Lazarus memberi kabar saudara-saudaranya, supaya mereka tidak masuk ke
tempat yang menderita ini. Dalam hati orang kaya tidak ada Roh Kudus. Tapi ia
bisa teringat saudara-saudaranya. Sedangkan orang Kristen ada Roh Kudus di dalam
diri, bila tidak mempedulikan saudara berarti lebih jahat dari orang yang tidak
percaya. Suatu kali Tuhan akan minta kita mempertanggungjawabkannya. Sehingga
waktu hidup, kita harus menginjili mereka. Jika semua anggota keluarga percaya
Tuhan, maka jemaat di gereja akan bertambah. Kalau di gereja banyak tempat kosong, berarti jemaat belum membawa
anggota keluarganya.
Dalam rumah kita, seharusnya semuanya diselamatkan,
jangan membiarkan anggota keluarga tidak diselamatkan. Ada seorang jemaat mempunyai
3 anak, mereka tidak percaya, ateis. Kedua anak yang pertama bunuh diri sewaktu
ada masalah. Anaknya yang ketiga pergi ke Tiongkok yang tidak ada Injil.
Setelah generasi kedua, semua anggota tidak ada yang percaya Tuhan. Kita harus punya tekad yang kuat, bersandar
Tuhan membawa anggota keluarga percaya Tuhan. Pengarang Kristen, Kevin (?), di
rumahnya banyak orang. Ia punya anak, mantu, cucu-cicit, semuanya berjumlah 80
jiwa. Ia sungguh memperhatikan keselamatan dari anggota keluarganya. Sampai akhir , setiap anggota keluarganya
sudah sungguh percaya. Akhirnya ia berani mengumumkan, “Keluarga saya beribadah
dan melayan Tuhan.” Jangan menjadikan anggota keluarga menjadi orang yang tidak
percaya. Jika seluruh anggota keluarga percaya, di keluarga baru ada
sungguh-sungguh sukacita. Apa yang mereka pikirkan dan cara hidup mereka akan
berbeda. Kita harus membawa keluarga
kita, berjalan dalam jalan Tuhan. Baru setelah itu baru bisa membawa orang lain
percaya Tuhan. Jikalau ada anggota keluarga belum percaya diinjili, akan
ditanyakan mengapa engkau tidak menyampaikan kepada keluargamu sendiri. Bila
ada anggota keluarga tidak percaya, maka sulit untuk menginjili. Dalam
kehidupan, gunakan hati dan cara mu membawa anggota keluarga ke pada Tuhan.
Mungkin mereka menolak, Ini masalah mereka kepada Tuhan. Paling tidak , kita
sudah melakukannya. Kalau tidak mau, kita menginjili orang lain. Seringkali menginjili
orang yang dekat dengan kita, sangat sulit. Kita sangat sulit mengatakan kepada
keluarga tentang surga dan penghakiman.
Tetapi kita harus melakukan. Tidak ada satu hal yang berhasil jika tidak ada
pengorbanan. Oleh sebab itu saat mau melakukan hal ini, harus membayar harga ,
mengorbankan ego sendiri.
Cara menginjili.
1.
Harus segera (Jangan tunda lagi). Banyak orang mengira anggota keluarganya sehat , sehingga masih ada waktu (bisa menunggu).
Ada juga sebagian orang yang tidak berani menginjili karena takut harga diri
mereka tersinggung. Di Filipina ada pendeta Sua Cing Can(?, tahun lalu baru
meninggal). Suatu hari waktu mau tidur siang, ada telpon berbunyi. Waktu
diangkat, terdengar suara wanita menangis. “Pak pendeta datanglah ke rumah
sakit karena ibu mau meninggal tapi tidak pernah mendengar Injil.” Pendeta
tidak jadi tidur siang, lalu pergi ke rumah sakit. Waktu sampai di lorong
depan, wanita itu sudah menunggu. Ada 4 dokter yang menjaga. Terlihat seorang ibu
tua yang terbaring di tempat tidur, matanya sudah menjadi putih. Wanita ini
menarik tangan dokter, “Dokter kasihani mamaku. Suntiklah agar mama saya sadar
kembali, ia tidak boleh mati!” Lalu ia tarik tangan pendeta, “Tolong doakan
dia.” Pendeta berbicara dekat telinga yang sakit,”Percayalah Tuhan Yesus, Dia
adalah Juruselamat!” Kepala dokter
berkata, “Sudah jangan bicara, ia tidak bisa komunikasi. Biarlah ia meninggal
dengan tenang.” Kemudian seperti orang yang kalah, ke 4 doker, pendeta berjalan
keluar. Ternyata mamanya sudah 3 minggu masuk rumah sakit dan tidak diberitahukan
karena takut mamanya sedih. Sekarang setelah tidak ada harapan lagi baru diberitahu.
Saat ini banyak orang tidak segera dan menganggap masih banyak waktu. Akhirnya
tidak dapat menginjili orang itu. Jangan menunda sampai tidak ada harapan lagi.
Sampaikan kebenaran firman Tuhan segera! Injil adalah kekuatan Allah. Orang
percaya bukan karena yang menyampaikan pandai bicara, melainkan karena
mendengar Injil (firman) baru bisa percaya. Semua yang kita tahu, dengar,
lihat, sampaikan ke anggota keluarga, meskipun mereka tidak mau dengar, tetap harus
diberitakan kepada mereka.
2.
Sampaikan dengan serius (jangan main-main). Banyak waktu menginjili tidak sampai ke orang yang
mendengarnya karena yang menyampaikan tidak serius. Orang Kristen harus tahu
apa itu Injil, sampaikan apa yang dikatakan Tuhan. Menginjil bukan bersandarkan
kekuatan sendiri dan bukan masalah moral (seperti tidak boleh nonton, merokok dll).
Kalau sampaikan injil yang salah, Roh Kudus tidak bekerja. Sehingga setiap
orang Kristen penting mengikuti pendalaman Alkitab. Ada Guru Sekolah Minggu yang
menggambarkan tangan yang menulis di dinding (pada kitab Daniel) dengan tangan
yang besar sekali dan banyak bulunya supaya menarik. Akibatnya anak sekolah minggu takut setengah
mati. Waktu pulang ke rumah tidak berani keluar kamar. Tidak ada di Alkitab,
tangan Tuhan ada bulunya. Seringkali kita sampaikan injil yang salah akibatnya
banyak orang masuk neraka.
3.
Jangan berdebat dengan orang lain. Jikalau kita katakan pendapat saya benar, kamu salah
maka akan timbul perdebatan dan masing-masing mempertahankan pendapat akibatnya
hatinya menjadi keras. Sampaikan kepada Tuhan dan Tuhan punya cara. Kabarkan Injil
paling sulit di keluarga. Ada orang yang di gereja sabar sekali, tetapi di
rumah suka emosi. Ada yang rajin ke gereja, di rumah malasnya setengah mati.
Bagaimana anggota keluarga bisa percaya Tuhan? Sebagai mantu ke gereja tapi di
rumah lawan mertua, mertua tidak akan percaya. Mertua tidak sayang mantu, mantu
tidak percaya Tuhan. Kalau suami punya banyak wanita simpanan, istri tidak akan
percaya. Perbuatan tidak baik membuat orang tidak percaya Tuhan. Kalau berkelakuan
tidak baik, lebih baik jangan kabarkan Injil.
4.
Harus berdoa.
Seseorang yang mau berdoa untuk anggota keluarganya baru sungguh-sungguh
mengasihi mereka. Jika bukan karena gerakan Roh Kudus, kepandaian kita tidak
ada gunanya. Roh Kudus bekerja sama dengan orang Kristen yang mau berdoa. Waktu
berdoa, maka Roh Kudus akan memandu untuk mengerjakan bagian kita. Di bagian
barat London (bagian luar kota) yang padat penduduk, ada pendeta yang mau mengabarkan
Injil. Ia membuat persiapan dan membangun tenda. Di hari pertama, banyak yang
datang. Roh Kudus bekerja melalui pendeta itu banyak yang percaya Tuhan . Dalam
kebaktian ia berkata, “Setelah ikut Yesus bersukacita. Namun jika engkau naik
ke sorga tidak bertemu keluarga, apakah
sukacita? Maka kita berdoa, sebutkan nama mereka!” Seorang anak yang umurnya 14
tahun, mengangkat tangan minta untuk mendoakan papanya yang menjual minuman
keras yang dilarang. Kemudian pendeta berdoa untuk anggota keluarga yang belum
percaya Tuhan. Kemudian ada tetangga anak itu yang mencari papa sang dari anak dan
berkata, “Anakmu berdoa untukmu di saat kebaktian.” Papanya sangat marah,”Di
depan orang banyak , memberitahu rahasia saya di depan umum menjual minuman
keras?” Akibatnya sang anak dilarang pergi lagi dan kalau berani pergi kakinya
akan dipatahkan. Walau takut, sang anak kemudian mencuri-curi pergi lagi.
Pendeta itu sampaikan lagi, “Bila tidak lihat anggota keluarga di sruga
bagaimana?” Roh Kudus menggerakan anak itu untuk mendoakan papanya. Akibatnya papanya
diundang datang dan ini membuatnya sangat marah., Anaknya di pukul keras sampai
pingsan di lantai. Kemudian karena pingsan disiram air. Akhirnya rumahnya digembok dan papanya pergi
sendiri karena baginya sang anak pantas mati. Bapaknya baru pulang larut malam.
Anaknya sudah tidak ada lagi di lantai. Waktu lihat di kamar, anak itu sedang
berdoa di samping tempat tidur. Sang bapak ingin mengetahui apakah anaknya akan
mengutuknya. Namun ia mendengar doa anaknya , “Ya Tuhan kasihanilah papa saya.
Saya tidak mau papa saya tidak diselamatkan. Kalau ia tidak masuk ke surga,
saya ke surga juga tidak sukacita.” Anak itu menangis dan memohon. Papanya
melihat anak ini sangat menyayanginya. Ia sudah pukul setengah mati tapi si
anak malah mendoakan dia. Ia peluk anaknya. Keesokan harinya ia ikut KKR. Sang
anak terkejut dan takut papanya memukul
pendeta. Roh Kudus bekerja dan papanya percaya. Ia persilahkan pendeta datang
ke rumahnya. Anaknya ketakutan, takut papanya pukul pendeta. Saat bapaknya naik
ke loteng lalu turun membawa kampak, anaknya melindungi pendeta. Rupanya
papanya mau menghancurkan tempat minuman kerasnya. Guci yang besar dipukul
pecah dan araknya tumpah keluar. “Dosa membelenggu saya bertahun-tahun.
Sekarang saya telah bebas.” Katanya Lalu
ia kembali naik ke atas loteng dan turun. Di tangannya ada surat. “Pak Pendeta
ini surat rumah saya, saya mau persembahkan untuk gereja. Saya lihat tenda
untuk kebaktian sudah robek. Jadi saya persembahkan rumah ini untuk gereja.” Ini semua karena anaknya berdoa untuk
papanya. Melalui doa, anaknya memperoleh jiwa ayahnya.
No comments:
Post a Comment