Friday, October 19, 2012

Kelompok Sel


Ev. Jeffrie Lie

Kis 2:41-47
41  Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
42   Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
43  Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
44  Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45  dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
46  Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
47  sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Pengkh 4:7-11

Komunitas yang dipunya dalam gereja berupa line community (komunitas baris) atau berbentuk lingkaran (circle community) ?
Carl Owen (?) memikirkan topic ini.  Gereja biasanya membentuk garis lurus atau lingkaran. Berbentuk garis berarti kita duduk bersebelahan tapi hanya melihat punggung orang itu , kita tidak bergaul dengan orang itu. Tetapi kita seharusnya menciptakan komunitas berbentuk lingkaran, sehingga bisa saling melihat.  Sehingga saat saya sedang bicara dengan remaja yang dibina saya memintanya untuk melihat mata saya. Karena  hal itu berarti ia sedang memperhatikan saya. Komunitas yang berbentuk lingkaran adalah komunitas yang saling memperhatikan. Yang berbentuk garis , komunitas orang asing, hanya menunggu kapan giliran maju ke depan. Yang berbentuk lingkaran, komunitas terdiri dari teman yang kenal serta aktif bergaul. Ini yang banyak terjadi di gereja.

Gerakan komsel merupakan cikal bakal gereja Tanpanya gereja bukanlah gereja. Orang hanya datang hari  minggu lalu duduk di tempat nyaman yang ia sukai. Lalu menyanyi, mendengarkan firman Tuhan, berdoa sungguh-sungguh, setelah ‘amin’ lalu pulang tanpa mengenal orang yang ada di kiri, kanan, depan dan belakang. Itu bukanlah komunitas. Itu adalah komunitas semu. Komunitas yang benar, bukan saja dibangun atas dasar hubungan dengan Tuhan tetapi juga dengan sesama. Sebagian gereja menolak program kelompok kecil. Sebagian lagi mengadakan komsel tapi kurang peminat. Ada yang bilang karena bosan (lebih baik pergi dengan keluarga). Alasan lain, tidak nyaman kalau ada yang tanya hal pribadi kita (gua aja tidak tanya elu ngapain elu tanya gua, jangan tanya dong!) karena kita takut, detil hidup kita diketahui orang lain. Ketiga, alasannya kita berbeda satu dengan yang lain. Saya punya karakter, latar belakang yang berbeda dengan yang lain. Saya merasa tidak cocok dengan kelompok kecil dan mengundurkan diri dari kelompok kecil. Ada lagi yang berkata, apa untungnya ikut kelompok kecil? Bukannya cukup ibadah hari minggu? Masalahnya : bukan bagaimana kelompok kecil dirancang atau bagaimana bahannya karena bisa saja dicari-cari celah untuk katakan kelompok kecil di gereja tidak asik.

Persoalannya : Pada Kis 2:42. ada istilah persekutuan yang berkumpul. Istilah berkumpul (koinonia) artinya sekumpulan orang yang percaya Kristus. Dalam Yunani lawan katanya adalah pleonexia (sikap mau menang sendiri). Orang segan berkumpul karena kita egois (mementingkan diri sendiri). Jemaat mula-mula mampu mengalahkan keegoisan mereka. Sekarang hidup kita demikian. Saat buka Facebook, ada banyak teman. Saya punya teman 1.500 tapi sebagian tidak saya kenal. Anak muda banyak mencari koneksi dengan yang lain.  Tetapi mereka mencari komunitas semu. Mereka tidak suka komunitas yang nyata  (face to face). Beberapa kasus remaja yang fasih bicara waktu menggunakan media sosial.  Setiap kali mau berhubungan atau bertanya saya ajak untuk bertemu. Saya ingin mengajarkan, yang penting bukan yang maya tapi yang nyata. Jangan-jangan kita tidak mengikuti komsel karena kepentingan diri sendiri.

Dalam gereja mula-mula , ada kebangunan rohani yang terbesar dalam sejarah. Bagaimana 3.000 orang menerima Yesus lalu dibaptis, tapi tidak berhenti dan berkembang jadi 5.000 orang? (Kis 2:41; 4:4) Bersekutu – bertumbuh – bermultiplikasi. Caranya : tiap-tiap hari berkumpul dalam Bait Allah / Sinagoge. Mereka berkumpul bersama menyembah Tuhan juga selau berkumpul bersama di rumah-rumah (kelompok kecil). Mereka menyembah Tuhan selain di Bait Allah juga di rumah-rumah secara bergiliran. Inilah rahasia terbesar, mengapa dari 3.000 orang menjadi 5.000 orang. Karena mereka mau menanggalkan keegoisan mereka.

Dalam sejarah ada seorang tokoh gereja yang dipakai Tuhan untuk mengadakan kebangunan rohani di Inggris, namanya John Wesley (bapak munculnya gereja Metodis namun ia berasal dari gereja Anglikan). Ia merasa perlu sharing firman Tuhan dengan orang lain walau ia dilarang berkhotbah. Lalu ia berpikir bagaimana ia bisa berkhotbah. Satu-satunya tempat yang paling aman adalah berkhotbah di atas kuburan kakeknya. Karena siapa yang akan tangkap dia saat itu? Ternyata banyak yang datang memperhatikan dia dan mendengarkannya. Sewaktu meninggal di usia 87 tahun, ia telah berkhotbah 40.000 kali! Selama 60 tahun khotbah maka setiap tahunnya ia berkhotbah 667 kali artinya hampir 2 kali setiap hari ia berkhotbah. Warisan yang bermanfaat bagi gereja yaitu prinsip pemuridan dalam kelompok kecil (class meeting). Wesley bisa memiliki pandangan demikian karena ia dipengaruhi ibunya, Susannah Wesley yang mengajarinya disiplin yang artinya sikap yang selalu memberi tempat bagi segala sesuatu dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Ia juga dipengaruhi Pietisme (gerakan kesalehan dan kekudusan hidup dari Jerman). Baginya disiplin adalah kunci kesalehan dan kekudusan hidup. Tanpa disiplin rohani , seseorang tidak mungkin memiliki kekudusan. Orang yang baru bertobat (ibarat bayi) perlu dibimbing. Tanpa pemuridan maka 9 dari 10 petobat baru akan jatuh lagi pada dosa-dosa lamanya dalam waktu yang singkat. Di semintari tempat saya sekolah, kami membuat camp se-Sumatra (Jambi-Lampung) yang diikuti sekitar 350 anak muda. Saya memperhatikan fenomena yang terjadi. Ada banyak anak yang biasanya maju saat altar call untuk bertobat lalu dilayani secara rohani. Tahun depan ia ikut dan maju lagi saat altar call. Setiap KKR saya lihat anak yang sama. Saya dekati dan tanya masalahnya. Dia bertobat kepada Kristus , kembali ke gereja tapi tidak dibimbing dengan baik. Ia tidak punya komunitas untuk menolong dia menjaga komitmen. 9 dari 10 petobat yang enggan ikut komsel kembali kepada dosa yang lama.

Isi kelas muridan (class meeting) :
-          Mengusahakan kesalehan bersama
-          Berdoa dan membaca firman Tuhan bersama
-          Saling memperhatikan satu sama lain (berbagi cerita). Ada pengajaran Alkitab dan saling berbagi kehidupan (cerita kehidupan masing-masing).
-          Menguji keselamatan masing-masing dengan pertanyaan : adakah dosa yang telah anda perbuat 1 minggu yang lalu? Adakah pencobaan? Bagaimana mengatasinya? Adakah pemikiran, perkataan atau perbuatan yang menyimpang? Tanpa pertanyaan rinci ini, kita tidak akan mengalami pertumbuhan. Kita butuh orang lain menjaga kita. Pada youth ministry  yang saya layani sedang membangun kelompok kecil, dengan pertanyaan yang sampai ke masalah kecil. Disiplin rohani ini yang dibutuhkan dalam gereja. Bagaimana kalau bocor? Apa yang diceritakan bukan untuk dibicarakan tetapi menjadi pokok doa bersama dan saling mendukung. Mari memperhatikan kelompok kecil masing-masing.

Ada yang merasa, saya tidak cocok atau berbeda dengan yang lain. Seperti permainan catur dan dam (checkers). Permainan dam, semua pion memiliki peran yang sama, fungsi yang sama. Sedangkan permainan catur , masing-masing berbeda. Dalam kelompok kecil, kita saling memperlengkapi. Orang yang tetap tidak mau berkelompok kecil ibarat kanker. Sel kanker adalah sel yang berontak kepada otak. Sel yang memisahkan diri dari keutuhan tubuh kita. Jika kita tidak mau berkomunitas dalam kelompok kecil jangan-jangan kita menjadi kanker dalam gereja. Sel yang tidak ingin bersatu dan berontak terhadap gereja. Sel ini bahaya karena dapat mengancam keutuhan. Prioritas dalam hidup kita : disiplin rohani, usaha menyediakan ruang di mana di dalamnya Allah bekerja. Kita siapkan space, Tuhan yang bekerja dalam diri kita. Bukan berarti Tuhan tidak bekerja kalau tidak sedikan space tetapi makin berusaha membuat space , kita akan melihat Tuhan bekerja dalam hidup kita. Ada tahap pengudusan yang harus kita kerjakan setiap hari, disinilah peran disiplin rohani.

No comments:

Post a Comment