Pdt John Margono
Luk 8:22-25 Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu
bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka:
"Marilah kita bertolak ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka. Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus
tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu
kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya. Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan
Dia, katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Iapun bangun, lalu
menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan
danau itu menjadi teduh. Lalu kata-Nya
kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan
heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini,
sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat
kepada-Nya?"
Rom 1:16-17 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh
dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah,
yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis:
"Orang benar akan hidup oleh iman."
Kita menjalani
kehidupan kita sebagai orang Kristen dengan iman. Setelah kita percaya Yesus
Kristus sebagai Tuhan. Kita percaya dalam iman bahwa hanya Yesus satu-satunya
Juruselamat. Tuhan bukan saja menginginkan saat kita percaya , kita beriman
kepadaNya tetapi Tuhan ingin kita menjalani hidup ini dalam iman. Roma 1:17 orang benar akan hidup oleh iman.
Menjalani hidup dalam iman bukanlah hal yang mudah. Saat semuanya berjalan
dengan lancar, kita mudah beriman kepadaNya. Tetapi dalam kenyataan, tidak
selamanya hidup berjalan mudah. Ada masa kita mengalami pergumulan dan masalah.
Terkadang bukan hanya 1 masalah tetapi begitu banyak masalah dan bertubi-tubi. Ada jemaat di Gren Garden yang belum lama jadi
orang Kristen. Meskipun demikian, ia mengalami pertumbuhan dalam kehidupan
kekristenannya. Ia mau terlibat dalam kegiatan gerejawi. Suatu kali istrinya melahirkan.
Bayi yang baru berusia 1 bulan, didiagnosa mengalami kebocoran jantung sehingga
harus menjalani operasi. Ternyata anak ini juga bermasalah di pendengarannya
sehingga harus dipasang alat bantu di telinganya. Ternyata anak ini juga
bermasalah dalam penglihatannya karena ada katarak di matanya sehingga ia tidak
bisa melihat dengan jelas. Lalu saat seorang tukang sedang bekerja menggergaji
sepeda anaknya yang ketinggian dengan gurinda, ia menyaksikannya dari jarak cukup
jauh. Tiba-tiba gergaji besi patah dua dan pecahannya melintir dan mengenai
matanya. Bola matanya masuk dan darah
keluar dari matanya. Matanya tidak bisa disembuhkan walau berobat di Sydney dan
Singapura. Ketika hal ini terjadi, kita seringkali bertanya, mengapa hal ini
bisa terjadi?
Dalam kehidupan
orang Kristen yang sedang bertumbuh imannya , terjadi peristiwa demi peristiwa
dalam hidupnya. Walau tidak beruntun, peristiwa ini berdampak dalam peristiwa
lain lagi. Misal : orang sakit berkepanjangan, mungkin ia kehilangan pekerjaan
lalu alami masalah ekonomi yang berlanjut ke masalah rumah tangga. Tidak ada
jaminan tidak ada badai gelombang yang menerpa. Selama hidup , kita terus
menerus menghadapi masalah dalam hidup kita. Pada Luk 8 diceritakan, Yesus dan
murid-muridNya sedang berlayar. Awalnya perjalanan tenang dan baik saja. Mereka
berjalan dengan tenang, tidak ada angin yang kencang. Tetapi sekonyong-konyong
datang badai topan yang besar. Kalau kita melihat murid itu, mereka adalah
nelayan professional (berpengalaman). Mereka memiliki tingkat akurasi yang
tinggi dalam melihat perubahan. Namun kali ini badai yang menerpa, tidak mereka
duga karena datang dengan tiba-tiba. Yang mengherankan, meskipun Yesus Kristus
pencipta alam semesta ada di situ, badai tetap menerpa perahu itu. Itu
menunjukkan meskipun kita sudah percaya, bukan berarti hidup kita tidak ada
badainya. Jangan berpikir setelah terima Tuhan Yesus, tidak ada badai hidup.
Bukankah kita seringkali tidak dapat memprediksi apa yang terjadi besok? Jumat
lalu ada bus masuk jurang. pk 7 malam dan 14 orang penumpangnya meninggal. Bila
mereka tahu bus akan masuk jurang , mereka tidak akan naik bus itu. Mereka
mungkin sedang berbincang, bercanda, sedang berpikir mau ngapain, tiba-tiba malapateka
datang. Bukan saja tidak bisa memprediksi hari besok, bahkan dalam menit pun
kita tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi. Pdt Daniel Lukas
menceritakan tentang pendiri majalah Men’s Health. Orang ini sangat
memperhatikan kesehatan. Ia makan sayur-sayuran organic saja (tidak ada zat
kimianya). Ia suka olah raga teratur. Suatu hari ia diwawancara bagaimana ia
menjaga kesehatan. Saat itu ia berumur 70 tahun dan ingin hidup 100 tahun
dengan sehat. Ia mengatakan, “Saya jaga makanan dan berolah raga dengan baik.”
Lalu saat pewawancara bertanya pada orang di sebelahnya, tiba-tiba orang ini
kepalanya miring ke sebelah dan suara
dengkuran terdengar. Pewawancara berpikir, mungkin orang ini bosan. Lalu ia bertanya, “Apakah kamu bosan?” Tetapi
orang itu tetap tidak bergerak. Tidak lama kemudian, ia meninggal. Tiba-tiba! Sebelumnya begitu sehat.
Setertib apapun kita
menjaga kesehatan, sebaik apapun menjaga hidup kita, sejujur apapun kita
menjalani hidup dan sesuci apapun menjalani hidup kekristenan, badai kehidupan
tetap melanda hidup kita. Dan ia dapat menjadi badai yang dahsyat. Saat
mengalami badai, ada 2 hal yang dapat dilakukan :
1.
Menaruh kepercayaan pada Tuhan. Pada Luk 8 , murid-muridNya seharusnya bergantung
pada pemeliharaan Tuhan dan seharusnya percaya , Yesus pasti menjaga mereka.
Yang menyuruh mereka menyeberang, Yesus sendiri. Apakah mungkin Yesus
membiarkan mereka mati di tengah jalan? Tetapi iman mereka tidak nampak saat
mengalami kesulitan. Di manakah imanmu?,
pertanyaan retorik yang tidak perlu dijawab murid-muridNya. Itu teguran karena
mereka tidak punya iman. Mungkin mereka merasa sanggup untuk mengatasinya.
Mereka sudah pengalaman dan mereka tahu
menghadapi situasi badai, sehingga mereka tidak menaruh kepercayaan kepada Tuhan
Yesus tetapi kepada diri sendiri. Kedua, mungkin saat menghadapi badai. mereka
tidak berfokus pada Yesus tetapi pada ombak dan air yang menerpa mereka. Mereka
melihat ombak yang besar sekali, sedang perahu mereka begitu kecil. Mereka
melihat air yang masuk. Mereka ketakutan lalu berseru, Guru kita binasa! Mereka melihat masalah di depan mereka, tidak
melihat Yesus di dalam perahu mereka. Memang betul ada ombak yang besar dan air
yang masuk perahu. Tetapi mereka berkata mereka binasa! Padahal mereka masih
hidup. Mereka memikirkan hal-hal negatif, dipenuhi ketakutan-ketakutan.
Sehingga mereka tidak beriman pada Tuhan. Hal ini seperti seorang encim pergi
ke tempat akupuntur. Ia pergi karena sakit. Lalu masuk bertemu sinshe ingin ditusuk jarum. Saat
ditanya, apakah pernah ditusuk jarum ia menjawab tidak pernah. Sinshe lalu masuk
dan membawa banyak jarum di atas satu piring. Ada yang kecil , pendek dan panjang.
Si encim melihat jarum begitu banyak dan langsung keringatan karena berpikir, ia akan
ditusuk dan rasanya tentu sakit sekali. Saat alkohol dioleskan, encim berteriak
“Sakit…sakit!” Sinshe bilang : ini belum ditusuk. Kenapa terjadi demikian?
Karena si encim sudah ketakutan. Murid-murid dipenuhi ketakutan yang mereka
bayangkan sendiri. Menunjukkan mereka tidak percaya Tuhan. “Dimanakah imanmu?” tanya
Yesus. Mereka berjuang sendirian. Seolah-olah mereka melihat Yesus sedang
tertidur di situ, dan tidak menaruh kepercayaan. Hal ini seperti ketika Goliat
datang melihat orang Israel dalam peperangan dan menantang orang Israel
berperang melawan dia. Orang Israel tidak ada yang berani menghadapinya. Tetapi
Daud menghadapi Goliat yang suaranya keras, menakutkan dan pengalaman sebagai seorang
prajurit. Daud berkata, “Engkau mendatangani aku dengan tongkat dan pedang
tetapi aku datang di dalam nama Tuhan yang menciptakan alam semesta ini.” Daud
tidak melihat besarnya Goliat seperti apa, tetapi ia menaruh kepercayaannya
kepada Tuhan sehingga ia berani menghadapi Goliat.
2.
Kepercayaan kita kepada Tuhan berkaitan erat tentang
pengenalan kita kepada Tuhan. Ketika
Yesus menghardik angin dan air yang mengamuk, lalu angin dan air menjadi
tenang. Tetapi ketika murid melihat hal itu murid bertanya satu dengan lain.
Siapakah orang ini? Pertanyaan yang baik yang menunjukkan hubungan yang erat
pengenalan kita kepada Tuhan dengan iman kita kepadaNya. Murid-murid sudah
mengikut Yesus sekian lama dan mendengar pengajaran Yesus begitu banyak. Mereka
melihat Yesus melakukan mujijat. Tetapi mengapa mereka tidak percaya Yesus bisa
meredakan badai. Mungkin mereka pikir sembuhkan orang dan mengusir setan lebih
mudah. Tetapi meredakan badai tidak mudah, mereka tidak pernah melihatnya. Mungkin
ini masalah yang terlalu besar. Yang besar seperti ini Yesus mungkin tidak
sanggup. Kita juga seperti itu. Saat sakit berat kita pikir Tuhan tidak
sanggup. Maz 9:11 , orang yang mengenal
namaMu percaya kepadaMu. Pengenalan yang benar akan Tuhan berdampak pada
iman kita pada Tuhan. Kalau kita mengenal Tuhan dengan benar, akan membuat kita
berani melangkah menghadapi apapun juga, dengan kekuatan dan keteguhan dalam
situasi seperti apapun juga. Tanpa pengenalan yang benar, maka kita akan
melangkah dengan penuh keraguan , kebimbangan dan ketakutan. Siapa gerangan
orang ini? Apakah kita sudah mengenal Tuhan yang kita percaya secara utuh?
Mungkin kita mengenal Tuhan sebagai Allah yang melakukan mujijat (Saya sakit
Tuhan sembuhkan, ada masalah TUhan bereskan). Ini tidak salah karena Yesus memang Tuhan yang melakukan begitu
banyak mujijat. Apakah setiap doa kita selalu dijawab Tuhan? Dalam kehidupan
kita, Tuhan selalu menolong kita atau tidak? Terkadang dikabulkan, terkadang
juga tidak. Kalau percaya Yesus sebagai Allah yang melakukan mujijat dan
tatkala tidak terjadi mujijat, iman biasanya menjadi lemah dan goncang. Rasul Paulus
ada penyakit dalam tubuhnya dan berdoa untuk kesembuhan tapi Tuhan tidak
menyembuhkan. Kalau Paulus hanya percaya Allah yang melakukan mujijat maka
imannya akan menjadi lemah. Jangan percaya Allah pelaku mujijat saja, tidak
mengenal Allah secara utuh, mengenal sebagai Allah yang baik, ibarat orang tua
memberi yang baik kepada anaknya, apalagi Tuhan? Biarlah kita boleh percaya,
Ialah yang memimpin, mengatur segala situasi. Dialah Allah yang menyertai dalam
keadaan senang dan susah dan tidak pernah meninggalkan kita dan memberikan hal
yang baik kepada kita. Saat mengenal Allah secara utuh , baru kita memiliki
iman yang kokoh/teguh. Dulu saat melayani di GKKK Mabes, adik saya mengalami
kecelakaan di Amerika 1993. Ada proyek di AS, kira-kira 2 bulan. Tetapi 2
minggu sebelum adik saya kembali, ia mengalami kecelakaan. Saat pulang dari
gereja, ia terburu-buru mau pergi ke rumah mantan majikannya sewaktu kerja di
IBM. Ia naik mobil di high way dan
tiba-tiba terjadi blackout. Di high
way itu ia mengenai mobil lain cukup kencang dan mobil menyimpang dan ditabrak
dari depan. Mobil melesak masuk persis di tempat duduknya. Di pihak sana ada
penumpang yang meninggal. Adik saya mengalami kondisi parah. Kaki, tangan, dan rahangnya
dioperasi karena patah dan turun. Saya pergi ke sana karena di sana tidak ada
keluarga. Kita berdoa agar semua bisa selesai dengan baik. Setelah menjalani
operasi demi operasi, lalu menghadapi persidangan karena ada yang meninggal.
Kita berdoa agar jangan sampai lama di sana. Karena setelah kecelakaan ia harus
berobat dan kami berharap ia pulang agar keluarga bisa mengurusnya. Tetapi di
persidangan diputuskan ia harus berada di sana 10 bulan. Memang tidak harus di
penjara , tetapi sewa di kontrakan dan tinggal di sana. Waktu itu apa yang
diminta tidak sesuai dengan yang Tuhan berikan. Mengapa Tuhan tidak kabulkan? Bukannya
lebih baik di Indonesia agar keluarga bisa urus. Mengapa 10 bulan? Di sana
tidak ada siapa-siapa dan saya tidak bisa lama-lama karena ada pelayanan. Dalam
hati ada kekecewaan kepada TUhan, tetapi tidak bisa apa-apa lagi. Tetapi
beberapa waktu kemudian terbukti, memang lebih baik ia tinggal dulu di sana.
Karena setelah operasi yang pertama, waktu di periksa lagi : kedudukan rahangnya tidak pas sehingga tidak
bisa menggigit dengan baik. Di antara
gigi atas dan bawah ada jarak sehingga harus operasi lagi. Demikian juga dengan
tangannya. Waktu diturunkan bisa, tetapi diangkat tidak bisa. Sehingga harus
dioperasi lagi. Saya bayangkan kalau ia pulang ke Indonesia, bisa lebih buruk.
Di sana ditanggung asuransi semuanya. Saat itu ratusan juta biayanya. Kalau
dioperasi di sini, kita tidak punya uang. Setelah melihat semuanya, kita baru
mengatakan semua nya itu baik. Apa yang baik menurut saya belum tentu baik
menurut TUhan. Tuhan lah yang paling tahu mana yang paling baik. Saat sungguh
memahami Tuhan dengan benar, barulah kita mulai memiliki iman yang teguh dan
kuat. Apapun situasi yang kita alami, iman kita tidak berubah dan terguncang.
Karena iman kita didasarkan hubungan kita dengan Tuhan. Kita boleh memulai
hidup kita dengan iman dan mengakhirinya dengan iman pula.
No comments:
Post a Comment