Monday, October 22, 2012

Iman Di Tengah Badai Hidup



Pdt John Margono


Luk 8:22-25 Pada suatu hari Yesus naik ke dalam perahu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan Ia berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang danau." Lalu bertolaklah mereka.  Dan ketika mereka sedang berlayar, Yesus tertidur. Sekonyong-konyong turunlah taufan ke danau, sehingga perahu itu kemasukan air dan mereka berada dalam bahaya.  Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Guru, Guru, kita binasa!" Iapun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itupun reda dan danau itu menjadi teduh.  Lalu kata-Nya kepada mereka: "Di manakah kepercayaanmu?" Maka takutlah mereka dan heran, lalu berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga Ia memberi perintah kepada angin dan air dan mereka taat kepada-Nya?"
Rom 1:16-17 Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani.   Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."

Kita menjalani kehidupan kita sebagai orang Kristen dengan iman. Setelah kita percaya Yesus Kristus sebagai Tuhan. Kita percaya dalam iman bahwa hanya Yesus satu-satunya Juruselamat. Tuhan bukan saja menginginkan saat kita percaya , kita beriman kepadaNya tetapi Tuhan ingin kita menjalani hidup ini dalam iman. Roma 1:17 orang benar akan hidup oleh iman. Menjalani hidup dalam iman bukanlah hal yang mudah. Saat semuanya berjalan dengan lancar, kita mudah beriman kepadaNya. Tetapi dalam kenyataan, tidak selamanya hidup berjalan mudah. Ada masa kita mengalami pergumulan dan masalah. Terkadang bukan hanya 1 masalah tetapi begitu banyak masalah dan bertubi-tubi.  Ada jemaat di Gren Garden yang belum lama jadi orang Kristen. Meskipun demikian, ia mengalami pertumbuhan dalam kehidupan kekristenannya. Ia mau terlibat dalam kegiatan gerejawi. Suatu kali istrinya melahirkan. Bayi yang baru berusia 1 bulan, didiagnosa mengalami kebocoran jantung sehingga harus menjalani operasi. Ternyata anak ini juga bermasalah di pendengarannya sehingga harus dipasang alat bantu di telinganya. Ternyata anak ini juga bermasalah dalam penglihatannya karena ada katarak di matanya sehingga ia tidak bisa melihat dengan jelas. Lalu saat seorang tukang sedang bekerja menggergaji sepeda anaknya yang ketinggian dengan gurinda, ia menyaksikannya dari jarak cukup jauh. Tiba-tiba gergaji besi patah dua dan pecahannya melintir dan mengenai matanya. Bola matanya  masuk dan darah keluar dari matanya. Matanya tidak bisa disembuhkan walau berobat di Sydney dan Singapura. Ketika hal ini terjadi, kita seringkali bertanya, mengapa hal ini bisa terjadi?

Dalam kehidupan orang Kristen yang sedang bertumbuh imannya , terjadi peristiwa demi peristiwa dalam hidupnya. Walau tidak beruntun, peristiwa ini berdampak dalam peristiwa lain lagi. Misal : orang sakit berkepanjangan, mungkin ia kehilangan pekerjaan lalu alami masalah ekonomi yang berlanjut ke masalah rumah tangga. Tidak ada jaminan tidak ada badai gelombang yang menerpa. Selama hidup , kita terus menerus menghadapi masalah dalam hidup kita. Pada Luk 8 diceritakan, Yesus dan murid-muridNya sedang berlayar. Awalnya perjalanan tenang dan baik saja. Mereka berjalan dengan tenang, tidak ada angin yang kencang. Tetapi sekonyong-konyong datang badai topan yang besar. Kalau kita melihat murid itu, mereka adalah nelayan professional (berpengalaman). Mereka memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam melihat perubahan. Namun kali ini badai yang menerpa, tidak mereka duga karena datang dengan tiba-tiba. Yang mengherankan, meskipun Yesus Kristus pencipta alam semesta ada di situ, badai tetap menerpa perahu itu. Itu menunjukkan meskipun kita sudah percaya, bukan berarti hidup kita tidak ada badainya. Jangan berpikir setelah terima Tuhan Yesus, tidak ada badai hidup. Bukankah kita seringkali tidak dapat memprediksi apa yang terjadi besok? Jumat lalu ada bus masuk jurang. pk 7 malam dan 14 orang penumpangnya meninggal. Bila mereka tahu bus akan masuk jurang , mereka tidak akan naik bus itu. Mereka mungkin sedang berbincang, bercanda, sedang berpikir mau ngapain, tiba-tiba malapateka datang. Bukan saja tidak bisa memprediksi hari besok, bahkan dalam menit pun kita tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi. Pdt Daniel Lukas menceritakan tentang pendiri majalah Men’s Health. Orang ini sangat memperhatikan kesehatan. Ia makan sayur-sayuran organic saja (tidak ada zat kimianya). Ia suka olah raga teratur. Suatu hari ia diwawancara bagaimana ia menjaga kesehatan. Saat itu ia berumur 70 tahun dan ingin hidup 100 tahun dengan sehat. Ia mengatakan, “Saya jaga makanan dan berolah raga dengan baik.” Lalu saat pewawancara bertanya pada orang di sebelahnya, tiba-tiba orang ini kepalanya miring ke sebelah dan  suara dengkuran terdengar. Pewawancara berpikir, mungkin orang ini bosan.  Lalu ia bertanya, “Apakah kamu bosan?” Tetapi orang itu tetap tidak bergerak. Tidak lama kemudian, ia meninggal. Tiba-tiba!  Sebelumnya begitu sehat.

Setertib apapun kita menjaga kesehatan, sebaik apapun menjaga hidup kita, sejujur apapun kita menjalani hidup dan sesuci apapun menjalani hidup kekristenan, badai kehidupan tetap melanda hidup kita. Dan ia dapat menjadi badai yang dahsyat. Saat mengalami badai, ada 2 hal yang dapat dilakukan :
1.       Menaruh kepercayaan pada Tuhan. Pada Luk 8 , murid-muridNya seharusnya bergantung pada pemeliharaan Tuhan dan seharusnya percaya , Yesus pasti menjaga mereka. Yang menyuruh mereka menyeberang, Yesus sendiri. Apakah mungkin Yesus membiarkan mereka mati di tengah jalan? Tetapi iman mereka tidak nampak saat mengalami kesulitan. Di manakah imanmu?, pertanyaan retorik yang tidak perlu dijawab murid-muridNya. Itu teguran karena mereka tidak punya iman. Mungkin mereka merasa sanggup untuk mengatasinya. Mereka sudah pengalaman dan  mereka tahu menghadapi situasi badai, sehingga mereka tidak menaruh kepercayaan kepada Tuhan Yesus tetapi kepada diri sendiri. Kedua, mungkin saat menghadapi badai. mereka tidak berfokus pada Yesus tetapi pada ombak dan air yang menerpa mereka. Mereka melihat ombak yang besar sekali, sedang perahu mereka begitu kecil. Mereka melihat air yang masuk. Mereka ketakutan lalu berseru, Guru kita binasa! Mereka melihat masalah di depan mereka, tidak melihat Yesus di dalam perahu mereka. Memang betul ada ombak yang besar dan air yang masuk perahu. Tetapi mereka berkata mereka binasa! Padahal mereka masih hidup. Mereka memikirkan hal-hal negatif, dipenuhi ketakutan-ketakutan. Sehingga mereka tidak beriman pada Tuhan. Hal ini seperti seorang encim pergi ke tempat akupuntur. Ia pergi karena sakit. Lalu masuk bertemu sinshe ingin ditusuk jarum. Saat ditanya, apakah pernah ditusuk jarum ia menjawab tidak pernah. Sinshe lalu masuk dan membawa banyak jarum di atas satu piring. Ada yang kecil , pendek dan panjang. Si encim melihat jarum begitu banyak dan  langsung keringatan karena berpikir, ia akan ditusuk dan rasanya tentu sakit sekali. Saat alkohol dioleskan, encim berteriak “Sakit…sakit!” Sinshe bilang : ini belum ditusuk. Kenapa terjadi demikian? Karena si encim sudah ketakutan. Murid-murid dipenuhi ketakutan yang mereka bayangkan sendiri. Menunjukkan mereka tidak percaya Tuhan. “Dimanakah imanmu?” tanya Yesus. Mereka berjuang sendirian. Seolah-olah mereka melihat Yesus sedang tertidur di situ, dan tidak menaruh kepercayaan. Hal ini seperti ketika Goliat datang melihat orang Israel dalam peperangan dan menantang orang Israel berperang melawan dia. Orang Israel tidak ada yang berani menghadapinya. Tetapi Daud menghadapi Goliat yang suaranya keras, menakutkan dan pengalaman sebagai seorang prajurit. Daud berkata, “Engkau mendatangani aku dengan tongkat dan pedang tetapi aku datang di dalam nama Tuhan yang menciptakan alam semesta ini.” Daud tidak melihat besarnya Goliat seperti apa, tetapi ia menaruh kepercayaannya kepada Tuhan sehingga ia berani menghadapi Goliat.
2.       Kepercayaan kita kepada Tuhan berkaitan erat tentang pengenalan kita kepada Tuhan. Ketika Yesus menghardik angin dan air yang mengamuk, lalu angin dan air menjadi tenang. Tetapi ketika murid melihat hal itu murid bertanya satu dengan lain. Siapakah orang ini? Pertanyaan yang baik yang menunjukkan hubungan yang erat pengenalan kita kepada Tuhan dengan iman kita kepadaNya. Murid-murid sudah mengikut Yesus sekian lama dan mendengar pengajaran Yesus begitu banyak. Mereka melihat Yesus melakukan mujijat. Tetapi mengapa mereka tidak percaya Yesus bisa meredakan badai. Mungkin mereka pikir sembuhkan orang dan mengusir setan lebih mudah. Tetapi meredakan badai tidak mudah, mereka tidak pernah melihatnya. Mungkin ini masalah yang terlalu besar. Yang besar seperti ini Yesus mungkin tidak sanggup. Kita juga seperti itu. Saat sakit berat kita pikir Tuhan tidak sanggup. Maz 9:11 , orang yang mengenal namaMu percaya kepadaMu. Pengenalan yang benar akan Tuhan berdampak pada iman kita pada Tuhan. Kalau kita mengenal Tuhan dengan benar, akan membuat kita berani melangkah menghadapi apapun juga, dengan kekuatan dan keteguhan dalam situasi seperti apapun juga. Tanpa pengenalan yang benar, maka kita akan melangkah dengan penuh keraguan , kebimbangan dan ketakutan. Siapa gerangan orang ini? Apakah kita sudah mengenal Tuhan yang kita percaya secara utuh? Mungkin kita mengenal Tuhan sebagai Allah yang melakukan mujijat (Saya sakit Tuhan sembuhkan, ada masalah TUhan bereskan). Ini tidak salah karena  Yesus memang Tuhan yang melakukan begitu banyak mujijat. Apakah setiap doa kita selalu dijawab Tuhan? Dalam kehidupan kita, Tuhan selalu menolong kita atau tidak? Terkadang dikabulkan, terkadang juga tidak. Kalau percaya Yesus sebagai Allah yang melakukan mujijat dan tatkala tidak terjadi mujijat, iman biasanya menjadi lemah dan goncang. Rasul Paulus ada penyakit dalam tubuhnya dan berdoa untuk kesembuhan tapi Tuhan tidak menyembuhkan. Kalau Paulus hanya percaya Allah yang melakukan mujijat maka imannya akan menjadi lemah. Jangan percaya Allah pelaku mujijat saja, tidak mengenal Allah secara utuh, mengenal sebagai Allah yang baik, ibarat orang tua memberi yang baik kepada anaknya, apalagi Tuhan? Biarlah kita boleh percaya, Ialah yang memimpin, mengatur segala situasi. Dialah Allah yang menyertai dalam keadaan senang dan susah dan tidak pernah meninggalkan kita dan memberikan hal yang baik kepada kita. Saat mengenal Allah secara utuh , baru kita memiliki iman yang kokoh/teguh. Dulu saat melayani di GKKK Mabes, adik saya mengalami kecelakaan di Amerika 1993. Ada proyek di AS, kira-kira 2 bulan. Tetapi 2 minggu sebelum adik saya kembali, ia mengalami kecelakaan. Saat pulang dari gereja, ia terburu-buru mau pergi ke rumah mantan majikannya sewaktu kerja di IBM. Ia naik mobil di high way dan tiba-tiba terjadi blackout. Di high way itu ia mengenai mobil lain cukup kencang dan mobil menyimpang dan ditabrak dari depan. Mobil melesak masuk persis di tempat duduknya. Di pihak sana ada penumpang yang meninggal. Adik saya mengalami kondisi parah. Kaki, tangan, dan rahangnya dioperasi karena patah dan turun. Saya pergi ke sana karena di sana tidak ada keluarga. Kita berdoa agar semua bisa selesai dengan baik. Setelah menjalani operasi demi operasi, lalu menghadapi persidangan karena ada yang meninggal. Kita berdoa agar jangan sampai lama di sana. Karena setelah kecelakaan ia harus berobat dan kami berharap ia pulang agar keluarga bisa mengurusnya. Tetapi di persidangan diputuskan ia harus berada di sana 10 bulan. Memang tidak harus di penjara , tetapi sewa di kontrakan dan tinggal di sana. Waktu itu apa yang diminta tidak sesuai dengan yang Tuhan berikan. Mengapa Tuhan tidak kabulkan? Bukannya lebih baik di Indonesia agar keluarga bisa urus. Mengapa 10 bulan? Di sana tidak ada siapa-siapa dan saya tidak bisa lama-lama karena ada pelayanan. Dalam hati ada kekecewaan kepada TUhan, tetapi tidak bisa apa-apa lagi. Tetapi beberapa waktu kemudian terbukti, memang lebih baik ia tinggal dulu di sana. Karena setelah operasi yang pertama, waktu di periksa lagi :  kedudukan rahangnya tidak pas sehingga tidak bisa menggigit dengan baik.  Di antara gigi atas dan bawah ada jarak sehingga harus operasi lagi. Demikian juga dengan tangannya. Waktu diturunkan bisa, tetapi diangkat tidak bisa. Sehingga harus dioperasi lagi. Saya bayangkan kalau ia pulang ke Indonesia, bisa lebih buruk. Di sana ditanggung asuransi semuanya. Saat itu ratusan juta biayanya. Kalau dioperasi di sini, kita tidak punya uang. Setelah melihat semuanya, kita baru mengatakan semua nya itu baik. Apa yang baik menurut saya belum tentu baik menurut TUhan. Tuhan lah yang paling tahu mana yang paling baik. Saat sungguh memahami Tuhan dengan benar, barulah kita mulai memiliki iman yang teguh dan kuat. Apapun situasi yang kita alami, iman kita tidak berubah dan terguncang. Karena iman kita didasarkan hubungan kita dengan Tuhan. Kita boleh memulai hidup kita dengan iman dan mengakhirinya dengan iman pula.

No comments:

Post a Comment