Monday, October 22, 2012

Arti Pelayanan



Pdt Paulus Suhindro Putra

Kis 6:1-7; 1 Tes 1:9-10

Kita percaya Firman Tuhan dan menjauhi berhala. Kita tidak cukup hanya berharap kepada Allah tetapi harus menyembah dan melayani Tuhan yang benar dan hidup. Selagi melayani Tuhan kita juga menantikan kedatangan Tuhan Yesus (1 Tes 1:10).

Cakupan Pelayanan
Dalam lingkungan gereja , ada gembala, penginjil dan majelis. Pada Kis 6, di gereja terdapat banyak pelayanan dan jemaat bersungut-sungut karena tidak terlayani. Sehingga para rasul memilih 7 orang majelis (diaken) dari jemaat yang memiliki nama yang baik di  lingkungan gereja. Majelis diambil dari kata diakonos yang kemudian berkembang menjadi diakonia. Hamba Tuhan dan penginjil tugasnya menyampaikan firman Tuhan kepada jemaat, sedangkan majelis mengurus hal-hal yang bersifat duniawi. Hamba Tuhan dan majelis harus melayani (diakonos) dan bertugas mengatur para jemaat. Di pabrik / kantor, lebih mudah mengatur karyawan, karena  bila karyawan tidak melakukan apa yang ditugaskan maka karyawan tersebut akan dipecat. Hal ini berbeda dengan majelis dan hamba Tuhan  yang harus menjadi contoh dalam menggembalakan jemaat.

Pelayanan Paling Mendasar
Tidak semua orang bisa menjadi hamba Tuhan dan majelis. Pada Ibrani 10:25, ada pelayanan yang dapat dilakukan setiap orang percaya yaitu beribadah. Setelah 6 hari bekerja, pada hari ke 7 beristirahat dan beribadah. Ini pelayanan yang wajib dilayani setiap orang percaya. Orang yang tidak beribadah, seharusnya  tidak menjadi majelis dan hamba Tuhan. Beribadah adalah pelayanan yang paling mendasar dan penting. Ada dua perkataan penting yang harus diperhatikan :
a.        pertemuan ibadah (Ef 5:1)  yang kata aslinya episunagoge yang berarti pertemuan perhimpunan ibadah, berkumpul bersama beribadah.
b.       ada orang yang biasa tidak datang ke pertemuan ibadah.
Pelayanan ibadah sangat penting. Ibarat api yang menyala melambangkan antusias, hari ini kalau kita melayani harus berkobar-kobar. Orang yang tidak datang beribadah, bukan karena sibuk melainkan karena tidak berkobar-kobar. Orang yang tidak datang beribadah ibarat jadi arang kayu yang padam, menjadi hitam dan dingin. Tidak ada api yang berkobar-kobar. Setiap minggu, jemaat datang, saling memperhatikan dan mengasihi sehingga membuat hati berkobar-kobar seperti kayu bakar yang dijadikan satu, lalu dibakar sampai berkobar-kobar. Kita harus memperhatikan ibadah hari minggu. Untuk mempertahankan api yang berkobar-kobar, harus ada kebiasaan. Kalau kebiasaan tidak datang berbahaya.dan tidak baik. Ada orang bertanya kepada presiden Ma Ying Jiu yang rajin olahraga pagi, “Bagaimana engkau setiap hari bisa lari pagi?” Dijawabnya, “Dipaksa menjadi biasa. Kebiasaan menjadi otomatis dan kemudian menjadi nikmat alami yang menyenangkan.” Jadikanlah ibadah menjadi kebiasaan sehingga otomatis / natural. Hari sabtu kita istirahat dan minggu beribadah.
Profesor Jane Warde dari University College London melakukan penelitian pada 64 orang. Mereka diminta setiap makan siang ditambah makan buah-buahan dan minum 1 gelas air dan sebelum makan malam, sebelumnya lari selama 15 menit. Ternyata setelah 66 hari, hal ini menjadi kebiasaan bagi sukarelawan. Kita harus memaksakan diri kita sehingga menjadi kebiasaan. Datang beribadah tidak perlu cari alasan, tetapi jadikanlah kebiasaan. Memupuk kebiasaan yang baik sangat penting, menghilangkan kebiasaan buruk juga sangat penting.

Datang beribadah merupakan kebiasaan yang baik. Yang sering tidak beribadah adalah kebiasaan buruk dan harus dihilangkan. Banyak saudara-saudari kita tidak datang beribadah dan hal ini tidak baik. Ada orang yang punya kebiasaan buruk yakni setiap kali ia pulang ke rumah ia minum 1 botol arak. Ia tahu hal ini tidak baik dan bertekad menghilangkannya. Ia mencari teman yang kemudian menasehatinya untuk mencari ganti arak. Sehingga ia menggantikannya dengan coca-cola, untuk itu perlu tekad. Temannya menasehati untuk menulis rencananya. Setelah menulis, ia menjadi rileks. Lalu ia menulis untuk mau mengubah kebiasaan minum arak jadi coca-cola. Setiap pulang ke rumah ia menarik catatan tersebut. Setelah berulang dilakukannya, ia berhasil. Bukan cara tetapi tekadnya yang membuat ia berubah. Kalau kita punya kebiasaan buruk kita bersandar pada Tuhan dan bersandar padaNya. Yang penting kita harus bertekad supaya kegiatan beribadah menjadi kebiasaan kita dan kebudayaan orang Kristen. Dengan demikian pelayanan kita akan diterima Tuhan.

No comments:

Post a Comment