Sunday, October 21, 2012

Playboy = Play with the Boy (Sodom Gomora Modern?)



Kej 19:1-29
1   Kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom dan ketika melihat mereka, bangunlah ia menyongsong mereka, lalu sujud dengan mukanya sampai ke tanah,
2  serta berkata: "Tuan-tuan, silakanlah singgah ke rumah hambamu ini, bermalamlah di sini dan basuhlah kakimu, maka besok pagi tuan-tuan boleh melanjutkan perjalanannya." Jawab mereka: "Tidak, kami akan bermalam di tanah lapang."
3  Tetapi karena ia sangat mendesak mereka, singgahlah mereka dan masuk ke dalam rumahnya, kemudian ia menyediakan hidangan bagi mereka, ia membakar roti yang tidak beragi, lalu mereka makan.
4  Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota, tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu.
5  Mereka berseru kepada Lot: "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka."
6  Lalu keluarlah Lot menemui mereka, ke depan pintu, tetapi pintu ditutupnya di belakangnya,
7  dan ia berkata: "Saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat.
8  Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki, baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik; hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di dalam rumahku."
9  Tetapi mereka berkata: "Enyahlah!" Lagi kata mereka: "Orang ini datang ke sini sebagai orang asing dan dia mau menjadi hakim atas kita! Sekarang kami akan menganiaya engkau lebih dari pada kedua orang itu!" Lalu mereka mendesak orang itu, yaitu Lot, dengan keras, dan mereka mendekat untuk mendobrak pintu.
10  Tetapi kedua orang itu mengulurkan tangannya, menarik Lot masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintu.
11  Dan mereka membutakan mata orang-orang yang di depan pintu rumah itu, dari yang kecil sampai yang besar, sehingga percumalah orang-orang itu mencari-cari pintu.
12   Lalu kedua orang itu berkata kepada Lot: "Siapakah kaummu yang ada di sini lagi? Menantu atau anakmu laki-laki, anakmu perempuan, atau siapa saja kaummu di kota ini, bawalah mereka keluar dari tempat ini,
13  sebab kami akan memusnahkan tempat ini, karena banyak keluh kesah orang tentang kota ini di hadapan TUHAN; sebab itulah TUHAN mengutus kami untuk memusnahkannya."
14  Keluarlah Lot, lalu berbicara dengan kedua bakal menantunya, yang akan kawin dengan kedua anaknya perempuan, katanya: "Bangunlah, keluarlah dari tempat ini, sebab TUHAN akan memusnahkan kota ini." Tetapi ia dipandang oleh kedua bakal menantunya itu sebagai orang yang berolok-olok saja.
15 Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: "Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini."
16  Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana.
17  Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap."
18  Kata Lot kepada mereka: "Janganlah kiranya demikian, tuanku.
19  Sungguhlah hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanmu, dan tuanku telah berbuat kemurahan besar kepadaku dengan memelihara hidupku, tetapi jika aku harus lari ke pegunungan, pastilah aku akan tersusul oleh bencana itu, sehingga matilah aku.
20  Sungguhlah kota yang di sana itu cukup dekat kiranya untuk lari ke sana; kota itu kecil; izinkanlah kiranya aku lari ke sana. Bukankah kota itu kecil? Jika demikian, nyawaku akan terpelihara."
21  Sahut malaikat itu kepadanya: "Baiklah, dalam hal inipun permintaanmu akan kuterima dengan baik; yakni kota yang telah kau sebut itu tidak akan kutunggangbalikkan.
22  Cepatlah, larilah ke sana, sebab aku tidak dapat berbuat apa-apa, sebelum engkau sampai ke sana." Itulah sebabnya nama kota itu disebut Zoar.
23  Matahari telah terbit menyinari bumi, ketika Lot tiba di Zoar.
24   Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit;
25  dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.
26   Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.
27   Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan TUHAN itu,
28  dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan.
29  Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu.

Playboy di sini bukan bermakna pria yang suka mempermainkan wanita, namun istilah yang dipakai di Afghanistan sebagai terjemahan dari kata bachabazi. Bachabazi berasal dari kata bacha yang artinya bocah laki-laki dan bazi yang artinya bermain. Bermain bocah adalah hubungan seksual antara dua pria, biasanya konotasinya adalah lelaki yang lebih tua bermain dengan bocah yang masih muda. Kalau diterjemahkan kata per kata ke bahasa Inggris, maka jadinya playboy. Karena itu hati-hatilah dengan istilah ini di Afghanistan.  Dan jika Anda pemuda berkulit mulus tanpa bulu, tak berjenggot, dan bercambang, lalu mendengr pria Afghan berkata, Saya adalah playboy. Awas, Anda dalam bahaya! Bahkan ada di daerah tertentu hanya ada 2 tipe laki-laki yakni sebagian bacha dan sisanya adalah pemain bocah. Kadang pemain bocah member uang pada bachanya, kadang tidak. Di negeri ini harga bocah terlalu murah, nyaris tak ada nilainya sama sekali.

Dalam kultur Afghan, bachabazi relative masih lebih termaafkan daripada zina. Bachabazi, Khoda razi, demikian kata pameo bersajak yang popular. Bachabazi, Tuhan pun razi – senang, seolah-olah aktivitas ini mendapat maaf dari Yang Kuasa. Taliban jelas melarang bachabazi. Pelakunya akan dihukum dengan diambruki tembok, sedangkan pelaku zina dipendam di tanah dan dirajam sampai mati. Tetapi bachabazi adalah rahasia umum. Dimana-mana ada, semua orang  tahu, tetapi tidak banyak yang terang-terangan membicarakannya.

Apakah bachabazi adalah hubungan gay versi Afghanistan? Belum tentu. Kultur mereka menjunjung tinggi kemachoan. Sejak jatuhnya Taliban, klub binaraga menjamur dimana-mana, mulai dari ibu kota hingga pelosok pedalaman. Kontes daerah dan nasional Mister Afghanistan, di mana puluhan pria kekar berotot memamerkan keindahan tubuh di panggung, menjadi hiburan yang mendapat sambutan hangat ratusan penonton lelaki. Para pria di negeri ini umumnya membanggakan postur tubuh yang prima atau kekuatan fisik yang tak terkalahkan. Poste actor Bollywood yang berotot menonjol dan licin mengkilap bersimbah keringat bahkan menghiasi dinding kios kumuh di tengah pasar. Permainan yang digemari di negeri ini pun tak jauh-jauh dari kejantanan, misalnya ketangkasan berkuda, adu anjing dan gulat.

Dalam pandangan super-machoisme, mereka yang bermain bocah masih dianggap lelaki tangguh, bukan penderita kelainan orientasi seksual. Sedangkan mereka yang dijadikan mainan atau dimasuki sangat dipandang rendah – laki-laki tak berdaya yang bisa dipakai oleh siapa pun yang berminat. Tetapi dalam kultur machoisme ini terselip pula aspek feminism. Pria Afghan, betapapun sangar dan lebat jenggotnya, suka sekali dengan bunga. Truk dihiasi bunga. Sepeda dihias bunga. Bahkan bedil pun dipasangi kalungan mawar kecil – Guns n’ Roses versi Afghan Kecintaan terhadap bunga pun tertanam kuat dalam kultur. Gul, yang berarti bunga adalah nama yang lazim dipakai lelaki Afghan.

Bacha, lebih identik dengan feminism. Karakter bacha idaman adalah yang tubuhnya mungil, tidak berbulu, tidak berjenggot. Tipe bacha seperti ini yang paling banyak digemari. Dlaam dunia perbachabazian di Afghanistan, mereka dikenal sebagai bacha berish – bocah tanpa jenggot. AKtivitas bacha yang paling mendapat sambutan adalah menari. Deskripsi bacahabazi yang sering adalah sekelompok pria duduk membentuk lingkaran. Di tengahnya seorang bacha berish berjubah, dengan pergelangan kaki yang dipasangi kerincingan, menari berputar-putar. Para pria di sekitarnya akan bersorak, bersuit-suit, mengiringinya dengan tepuk tangan, membangkitkan nafsu mereka sendiri.

Kegiatan tari-menari inilah yang dilarang oleh Taliban. Suatu ketika di tengah carut-marutnya perang saudara, sekelompok pelajar agama turun tangan membantu seorang bocah yang diperebutkan oleh dua orang jangsalar (warlord) yang berkuasa di selatan. Jangsalar tak segan menculik, memerkosa dan membunuh bocah-bocah. Kengerian selalu melanda, bocah-bocah kecil tak berani keluar rumah bahkan untuk pergi ke pasar sekalipun. Para pelajar agama kemudian memburu kedua jangsalar dan membunuhnya untuk membebaskan seorang bocah berwajah mulus yang diculik. Inilah cikal bakal gerakan Taliban , menurut versi mereka sendiri, yang kemudian mendapat sambutn hangat di kalangan penduduk Kandahar.

Adakah cinta di antara kedua lelaki? Kebanyakan tidak, atau kalau pun ada, hanyalah cinta satu arah. Pemain membutuhkan lubang, tak jarang mereka adalah pria yang sudah beristri. Para pemain ini mempunyai criteria tipe bacha seperti apa yang pilihana, mungkin kalah secara fisik atau terimpit tekanan ekonomi. Bocah penari ada pemilknya, yang member uang setiap bulan. Di kalangan masyarakat tertentu, memiliki banyak baha berish akan mengangkat status social sebagai lelaki tangguh dan makmur. Bacha yang cantik adalah lambing kebanggaan.

Sebaliknya, interaksi antara lelaki dan perempuan sangat jarang. Tak ada acara bertatap wajah, mengobrol, apalagi pacaran. Yang menjadi istri umumnya adalah perempuan tak dikenal hasil pilihan orangtua. Itu pun tak semua orang bisa menikmati, karena maskawin di Afghanistan sangat mahal sehingga banyak lelaki tak sanggup menikah. Prostitusi pun susah. Perempuannya langka, tempat untuk melakukannya pun tak ada. Di Afghanistan tak ada hotel melati tempat sepasang lelaki dan perempuan dewasa bisa menginap dengan mudah. Membawa perempuan ke rumah, di tengah masyarakat yang konservatif dan keluarga yang selalu mengawasi , cari mati namanya.

Di banding perempuan , bacha relative lebih mudah didapat, murah dan aman. Mereka bisa menjadi pemuas nafsu tanpa didasari kasih saying, walaupun tak menutup kemungkinan, kebiasaan ini perlahan-lahan akan menumbuhkan cinta. Kalau sudah lewat umurnya, atau lebat jenggotnya, bacah berish habis masa tugasnya. Perannya berganti. Ia menjadi lelaki sungguhan – menikah dengan perempuan. Bisa saja ia menjadi suami yang setia dengan istrinya, namun terkadang ia juga menyambi menjadi “pemain bocah” yang mencari bacha berish yang masih muda beli.

Memiliki bacha peliharaan bukanlah hal yang memalukan, terkadang justru merupakan kebanggaan. Di dalam kultur bangsa Pashtun, terselip budaya halikan saatii – memelihara bacha. Ini bukan kegiatan social memelihara anak jalanan, tetapi lebih dikhususkan kepada bocah berparas jelita. Sekarang, kebudayaan ini sudah semakin langka dijumpai, walaupun masih hidup di pedalaman. Dalam bahasa Pashto , secara harfiah halikan berarti bocah-bocah lelaki. Mengenai kultur memelihara halikan, Abid Jan Razarwal, jurnalis Pashtun dari Peshawar berkomentar, “Konsep ini tidak sama dengan gay. Halikan belum selalu untuk hubungan seksual, walaupun seringkali memang berakhir ke sana. Lelaki yang mampu memelihara bocah tampan, terangkat derajatnya. CIntanya biasanya hanya satu arah, dari pemilik bocah kepada peliharaannya. Kalau hubungan ini berlanjut sampai hubungan ranjang, maka bisa dibilang hachabazi. Posisi mereka di ranjang pun tidak berubah, pemilik sebagai yang aktif, dan peliharaan sebagai yang pasif”

Dalam kesusastraan Pashtun, banyak sekali puisi dari pujangga terkenal yang memuja keindahan bocah. Sang jurnalis menambahkan, kultur ini sudah mengakar berabad-abad, peninggalan dari bangsa Yunani. Tiga ratus tahun sebelum Masehi , sang penakluk dari Eropa, Iskandar Agung dari Makedonia, menjajah tanah Persia, hingga ke daerah yang sekarang kita kenal sebagai Afghanistan dan Asia Tengah. Sang raja besar, terlepas dari usianya yang masih muda belia, sudah punya daerah kekuasaan terluas di dunia. Dan bukan rahasia lagi, kalau ia punya kekasih seorang pria, Hephaiston yang gagah rupawan. Apakah Iskandar gay? Butuh argumen panjang untuk memberikan jawaban. Tetapi konsep seksualitas kala itu yang terpenting bukan dengan siapa seseorang berhubungan, tetapi apa posisinya. Seorang lelaki, yang tetap berperan sebagai lelaki, tak peduli apakah ia berhubungan dengan perempuan, lelaki, atau pun bocah, tetap dihormati sebagai pria. Sebaliknya, pihak yang didominasi dicemooh.

Betapa miripnya konsep ini dengan konteks bachabazi di Afghanistan sekarang ini. Bahkan kultur halikan pun dapat ditemukan dalam sejarah Yunani kuno, yang disebut paiderastia, dari kata pais yang berarti bocah dan eran yang berarti cinta.  Dua ribu tahun lebih telah berlalu semenjak Afghanistan menjadi bagian Imperium Yunani, namun jejak Iskandar masih tertera hingga hari ini.

Dikutip dari buku Selimut Debu, Agustinus Wibowo, GM, hal 299-305

No comments:

Post a Comment