Sunday, October 21, 2012

Perang Dingin Dalam Keluarga



Ev Susana Heng,


1 Kor 13:4-8
4   Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
6  Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
8  Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

Kolose 3
14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
15  Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.
16  Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
17  Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
18  Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
19  Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
20  Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
21  Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.

Ada sepasang suami istri mereka bertengkar dengan hebat sekali. Setelah itu mereka tidak saling bicara. Suami tidak mau menegur istri dan sebaliknya. Sepanjang hari itu mereka tidak bicara. TIba-tiba suami ingat bahwa besok pagi harus rapat dan ia ingat , kalau sudah tidur susah dibangunin. Kalau pasang weker, bunyi 1, 2 dan 3 akan dimatikan. Sehingga tidak bangungkan dia. Yang bisa bangunkan dia adalah istrinya. Tapi gengsi, kalau tegur dulu dipikir istrinya ia yang benar. Nanti kepalanya semakin besar. Setiap bertengkar saya yang harus mengalah. Tidak bisa begitu. Lalu bagaimana supaya istrinya ingat bangunkan dia? Mereka belum punya anak, kalau sudah punya bisa titip anak. Kalau suami istri bertengkar, anaknya yang jadi penghubung. Akhirnya ia terpikir satu ide brilian. Ia temple kertas, “Ma, bangunkan saya besok pagi pk 7 ada meeting penting supaya dapur kita tetap ngebul.” Maksudnya kalau ia tidak bangun, keluarga tidak ada uang. Lalu ia temple di kaca rias istrinya supaya mudah dilihat istrinya. Malam itu , ia tidur dengan tenang karena istrinya bisa bangunkan. Besok , ia bangun dan kaget sudah pk 8 dan ia marah ke istrinya. Waktu ia keluar mau marah, ia lihat di ujung di tempat tidur, “pa bangun sudah pk  pa, cepat bangun.” Kalau perang dingin dalam keluarga, apa untungnya? Yang menang jadi arang dan yang kalah jadi debu. Di dalam keluarga, suami istri , anak mertua dan menantu bisa terjadi konflik. Hari pertama menikah, suami istri masih semanis madu. Nanti kalau sudah seminggu, kekesalan masih dipendam. Sampai beberapa bulan, punya anak. Keluarga perlu lebih saling mengenal. Pada saat itu bisa ada lebih banyak konflik. Di dalam menyelesaikan konflik tidak terlalu mudah dan orang bisa selesaikan. Kalau orang di luar negeri, mereka menikah sendiri saja. Tapi di Asia, ada keluarga yang ikut. Waktu menikah ada keluarga suami dan keluarga istri. Di dalam pernikahan suami-istri pasti bisa bertengkar. Kalau puluhan tahun tidak pernah bertengkar pasti berbohong. Misalkan waktu menikah suami istri bertengkar, istri menelpon mamanya , ma suami joroknya bukan main. Pulang, kaos kaki buang sembarangan. Kan bau sekali. Ditegur, malah saya dimarahin. Dia bilang saya kurang didikan.” Sehingga yang lebih panas mamanya. Karena tidak saling ngerti, banyak dikaitkan sana sini sehingga semakin ramai. Bagi yang pernah mengikuti bimbingan pernikahan, kalau suami istri bertengkar jangan lapor ke mana-mana. Kalau sampai parah, maka ke konselor.

Perang dingin bisa terjadi karena banyak factor. Mungkin komunikasi tidak lancer (karena tidak komunikasi lagi). Karena ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik. Setelah rebut tidak tahu bagaimana menyelesaikan dan menyimpan dalam hati. Kemudian sakit hati (marah tidak bisa dipendam). Setelah itu kita tidak lagi mempercayai pasangan kita. Lalu siapa yang bisa kita percaya lagi? Setelah itu kita tidak lagi mendengar. Saya senang dengan mandarin : ada telinga dan hati. Mendengar itu bukan dengan telinga saja tapi dengan hati kita. Itu sebabnya banyak pasangan suami istri tidak banyak dengar. Suatu anak bicara terkadang kita tidak dengar. Kalau tidak terdengar, bagaimana bisa mengerti? Lama-lama kita jadi cuek. Kita bisa punya 1.000 alasan kita bisa perang dingin. Sehingga waktu sadari kita gengsi untuk minta maaf dan berdamai. Sehingga kita melihat semuanya karena kasih sudah semakin hambar.

Apa itu perang dingin?
Ada sepasang suami istri aktif di gereja. Mereka dating berduaan ke gereja dan pelayanan. Tetapi rupanya di dalam mereka tidak berbicara berbulan-bulan tidak ada orang yang tahu. Duduk di satu bangku pikiran dan duduknya masing-masing. Ada pepatah mandarin : 1 tempat tidur tapi tempat tidurnya lain-lain, mimpinya beda-beda. Walau begitu dekat, hati tidak konek.
Masing-masing punya kehidupan masing-masing. Bapaknya ke kantor, mamanya arisan / belanja, anaknya nangis sendiri. Kalau keluarga seperti ini akan terjadi apa? Ada 1 pasangan istri yang pelayanan aktif , sama-sama mengasihi Tuhan. Setiap kali , kalau tidak ngomong tidak semua orang tahu. Mereka dating, sepertinya tidak apa-apa. Suatu hari istrinya bicara, Se Mu tidak akan percaya. Saya dan suami saya ½ tahun 3 minggu tidak bicara.” Mereka tinggal dengan mertuanya. Saat bertengkar tidak bicara takut mertuanya dengar, sehingga kemarahan akhirnya dipendam, tidak dikatakan dan tidak bicara. Ia mengatakan, bagaimana saya bicara, nanti mertua dengar. Sehingga mereka kelihatan baik tapi di dalamnya tidak ada hubungan sama sekali. Di dalam kamar, masing-masing tidur . TIdak ada kemesraan, bicara saja tidak. Itu terjadi berlarut-larut. Suatu hari, mereka sama-sama berdoa dan digerakkan Tuhan akhirnya mereka berbaikan. Itu keluarga masih beruntung ,karena sama-sama bisa berbaikan kembali. Karena mereka masih sama-sama mengasihi dan takut Tuhan. Ada 1 pasangan lagi, sejak istri melahirkan anak pertama, ia tidak pernah hubungan dengan suaminya. Suaminya tidak banyak bicara, mereka bicara hanya yang penting-penting. Bicara dari hati ke hati tidak ada sama sekali. Kalau suami tidak curhat ke istri lalu ke siapa? Ternyata suaminya punya simpanan. Suaminya tidak pernah pegang tangan istri, tapi orang lain. Akhirnya ia punya anak dengan orang lain dan keluarga ini tercerai berai.

Perang dingin bisa berdampak buruk dalam keluarga. Kehancuran dan melukai anak dan keluarga besar masing-masing. Itu melukai hati setiap orang. Apa yang Alkitab katakana, di dalam Kol 3:14, di atas emuanya itu harus mengenakan kasih. Kasih tidak boleh ditinggalkan karena itu yang mengikat dan menyempurnakannya keluarga. Kalau setiap keluarga tetap ada kasih dan menerapkan kasih 1 Kor 13, semua keluarga akan hidup bahagia dan harmonis. Lalu kita melihat seringkali, apa yang menyebabkan seringkali peperangan ini? Awal mula terjadi konflik dan ketidak mampuan menyelesaikan konflik. Alkitab berkata apa? Setiap keluarga pasti mulai bertengkar. Tetapi bagaimana perbedaan pendapat sampai konflik itu harus diselesaikan? Di dalam Alkitab Ef 4:26, apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu yat 27…
Seringkali amarah kita bangkit. ALkitab : harus selesaikan semua itu sebelum matahari terbenam. Beda pendapat biasa, tapi harus diselesaikan malam itu juga, jangan biarkan berlarut-larut, berhari-hari , berbulan-bulan. Karena tidak boleh cerai, jadi bertahun-tahun. Karena itu ALkitab mengatakan, jangan berikan kesempatan pada iblis, karena iblis bisa menggunakan kemarahan itu untuk menghancurkan keluarga. Kalau kita membiarkan kemarahan jadi luka, lalu iblis diberi kesempatan untuk menghancurkannya. Tuhan mau kita hidup seperti yang dikatakan Kolose.  Waktu sudah punya anak 1 setelah menikah, anak saya berumur beberapa bulan. Kalau marah, saya diamkan suami saya, saya tidak mau bicara satu pun. Tapi bisa keceplosan keluar. Karena tinggal sama-sama. Tapi karena saya marah, saya bertekad. Saya menjaga mulut saya tidak keluar satu kata pun, Tidak bicara lebih sengsara disbanding dengan bicara, tapi karena saya marah sekali, saya diamkan. Sampai malam, saya tidak bicara. Saya hafal Efesus ini, matahari terbenam, hati belum damai, tapi saya keraskan hati. Beberapa hari kemudian, waktu saya pulang, suami berdiri dan memberikan saya sebuah hadiah. Saya senang parfum kecil. Lagi marah juga tidak dibuang. Lalu ia bilang, buka deh. Saya lagi marah kenapa kasih hadiah tapi saya buka. Hadiah itu sebenarnya tidak terlalu cocok dengan hati saya. Tapi waktu saya buka, saya tahu ia berusaha. Ia berkata, saya minta maaf karena membuat kamu marah. Saat itu hati saya luruh dan dia peluk saya dan sebaliknya. Saya minta maaf karena saya lebih marah hanya gengsi lebih besar. Seringkali pertengkaran terjadi karena urusan yang sepele. Tapi emosi dan kemarahan besar, sehingga marah tidak selesai. Hanya kemarahan dan gengsi.  Sekarang hubungan saya tambah baik dan tidak perlu marah lagi. Suami saya sangat baik sekali. Tapi kenapa suami gengsi istri yang mengalah? Dan sebaliknya? Istri bicara dulu, karena tidak buat rambut tambah rontok atau tambah pendek. Saudara tidak akan lebih jelek atau cantik. Tuhan mengajar bagaimana hubungan dalam keluarga dalam Kolose 3, bagaimana kita mendengar firman dan melakukannya?

Saya membawa tanaman melati. Wangi sekali. Waktu malam saya lewat , saya mencium melati. Bagaimana tanaman melati keluar dan begitu indah. Tentu saha, karena ia disiram, dikasih pupuk dan dirawat. Sehingga ia bisa menjadi tanaman yang indah dan wangi. Begitu indah karena dirawat dengan baik. Demikian juga dengan kasih dalam keluarga perlu dirawat. Jangan mengira , setelah menikah dibiarkan begitu saja. Kalau tanaman tidak dirawat setelah seminggu disiram seember, maka tanaman akan mati. Kalau saya lewat lalu dipetik sembarangan dahannya , maka tanaman (kaktus) bentuknya jelek. Mungkin akan mati. Demikian juga dengan rumah tangga. Kalau kata maki-maki, akan menghancurkan rumah tangga sendiri. Tanaman perlu dirawat apalagi rumah tangga kita. Setiap orang membutuhkan kata-kata yang membutuhkan dorongan. Itu namanya, kita memberikan pupuk bagi keluarga. Bukan dengan siram sekaligus. Rumah tangga dibangun di hadapan TUhan. Kasih Allah ada di tengah kita. Tapi semua tergantung dari kita sendiri. Bila kita menutup hati terhadap firman Tuhan, maka keluarga bisa hancur. Keluarga hancur bukan kesalahan 1 pihak tapi keduanya. Hari ini sudah dengar 1 Kor, Kol, Efesus. Bila semua baik-baik, apabila ada salah maukah minta maaf dan jangan gengsi. Keduanya akan memelihara keluarga.

Biarlah Tuhan berkati setiap keluarga, supaya keluarga harmonis. Bisa menjadi saksi dan indah bagi orang lain. Seperti bunga yang wangi dan begitu indah. Biarlah keluarga kita harmonis dan indah. Biarlah kita mau biarkan hati kita Roh Kudus bekerja. Rawatlah keluarga kita. Sehingga sampai tua dan menjadi saksi bagi banyak orang. Amin.

No comments:

Post a Comment