Tuesday, October 16, 2012

Bibliologi (2) 
Ibu Inawaty
Komsel Pemuridan 14 Oktober 2012  

Inspirasi secara Organik
Diinspirasikan Tuhan bukan berarti didikte (inspirasi secara mekanik) oleh Tuhan. Bisa saja Tuhan mendikte tetapi bukan itu pengertian inspirasi. Pengertian inspirasi secara organik, TUHAN memakai seluruh aspek penulis Alkitab termasuk kemampuan bahasa, logika dll (Paulus lebih terdidik dari Petrus) sehingga nuansa penulisnya penting. Penulis menghadapi jemaat yang berbeda, bisa membicarakan suatu kisah dengan perspekstif berbeda. Matius, Markus dan Lukas merupakan Injil sinoptik tetapi setiap penulisnya bisa menambahkan hal yang penting bagi dia walau tidak penting bagi yang lain. Contoh : Kebangkitan Tuhan Yesus secara verba tidak sama antara Mark 16:7 (Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-murid-Nya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia, seperti yang sudah dikatakan-Nya kepada kamu.") dengan Mat 28:7 (Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu."). Pada Markus 16:7 tertulis “kepada murid-muridNya dan kepada Petrus” walau Petrus juga termasuk murid-muridNya. Hal ini penting ditambahkan karena penulisnya ,Markus, mendapat kisah Injil dari Petrus. Perkataan itu penting bagi Petrus, walau bagi Matius tidak penting. Matius dan penulis Injil lain tidak menambahkan kata “Petrus”. Sebelum Tuhan Yesus disalibkan , Petrus menyangkal Yesus tiga kali. Apakah Tuhan masih mau memakai dia? Penulis bisa menambahkan hal-hal yang penting bagi mereka. Tuhan menginspirasikan secara organic artinya memakai siapa diri mereka, hal-hal yang penting bagi mereka, teologi yang penting bagi mereka. Sehingga mereka bisa menuliskan secara berbeda. 

Seringkali Alkitab dilihat tidak konsisten karena ada perubahan-perubahan. Contoh : Perjanjian Tuhan dengan Daud. 2 Samuel 7:16 (Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya.") dengan I Taw 17:14 (Dan Aku akan menegakkan dia dalam rumah-Ku dan dalam kerajaan-Ku untuk selama-lamanya dan takhtanya akan kokoh untuk selama-lamanya."). Ada kata penting yang diubah oleh penulis Tawarikh walau konteksnya sama yakni Tuhan mengadakan perjanjian dengan Daud. Pada 2 Sam 7 tertulis “keluarga dan kerajaanmu” (=keluarga dan kerajaan Daud) sedangkan pada 1 Taw 17:14 tertulis “kerajaanKu” (=kerajaan Allah). Penulis Tawarikh melihat Kerajaan Daud adalah Kerajaan Allah. Ia menggantikan apa yang dikatakan Tuhan supaya orang Israel mengerti bahwa mereka menantikan kerajaan Allah atau Mesias yang merupakan Raja keturunan Daud. Hal seperti ini mengakibatkan orang melihat Alkitab tidak konsisten. 

Inerrancy and infallibility
Inerrancy (err = salah) berarti fakta yang diberikan Alkitab tidak ada salahnya sedangkan Infallibility berarti Alkitab bisa dipercaya untuk apa yang hendak dinyatakannya. Keduanya berlaku untuk manuskrip asli. Tetapi kita percaya. walau manuskrip asli sudah tidak ada, ahli Taurat menyalinnya sangat hati-hati sehingga terjaga dengan baik.

Ada orang-orang yang menuduh adanya ketidakkonsistenan dalam Alkitab. Beberapa hal mengenai masalah yang dituduh dalam Alkitab.

- Masalah moral. Masalah ini lebih ke arah masalah teologi. Misalnya : • Kenapa Allah yang kasih bertindak dengan kejam menyuruh Israel membunuh orang Kanaan atau Allah yang kasih dan maha kuasa membiarkan orang benar menderita. Hal ini seperti menunjukkan ketidakkonsistenan dalam hal moral. Sepertinya : Allah menganakemaskan Israel. Allah menyuruh Israel mengambil tanah Kanaan dengan jalan membunuh orang Kanaan. Sekarang bila terjadi hal itu, PBB akan berteriak. Cara menjelaskannya : lihat Kej 15:16 (Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap."). Tuhan berkata kepada Abraham bahwa keturunannya akan ke mesir, dianiaya lalu keturunan yang keempat akan kembali penyebabnya kedurjanaan orang Amori belum genap. Orang Amori adalah salah satu orang Kanaan yang telah durjana. Tuhan menunggu 600 tahun sejak zaman Abraham sampai kedurjaan orang Amori genap, sebagai alat penghakiman Tuhan untuk menghukum orang Kanaan. Ini bukan tidak adil, ini menunjukkan Tuhan panjang sabar dengan menunggu 600 tahun. • Kenapa Tuhan memberikan hal-hal yang buruk? Contoh : 1Sam 16:14 (Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN). Ada tertulis roh jahat dari Tuhan datang ke Saul. Alkitab menganggap penyebab utama segala sesuatu adalah Tuhan. Yang lain penyebab yang kedua seperti iblis, musuh kita, diri sendiri ataupun penyebab yang lain . Sehingga dengan amblangnya penulis mengatakan roh jahat dari Tuhan yang tidak bisa apa-apa kalau Tuhan tidak mengijinkan. Contoh lain : sensus pada 2 Sam 24:1 (Bangkitlah pula murka TUHAN terhadap orang Israel; Ia menghasut Daud melawan mereka, firman-Nya: "Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda.") dan 1 Taw 21:1 (Iblis bangkit melawan orang Israel dan ia membujuk Daud untuk menghitung orang Israel.) Pada 2 Sam 24:1 tertulis Ia menghasut Daud melawan mereka. Ia adalah Tuhan dan digunakan kata “menghasut” untuk Tuhan. Sedangkan pada 1 Taw 21:1 Iblis yang membujuk orang Israel menghitung orang banyak. Secara harafiah tidak konsisten. Namun dengan menggunakan dalil : iblis adalah penyebab kedua sedangkan Tuhan penyebab pertama maka bila iblis melakukan sama saja Tuhan melakukan. Tetapi Iblis hanya bisa melakukan yang Tuhan kehendaki. Bukan berarti Tuhan jahat seperti iblis. Iblis melakukan dengan motivasi yang jahat , Tuhan melakukan dengan motivasi yang baik untuk menghukum atau menguatkan umatNya. Tuhan bisa memberikan yang buruk karena banyak hal yang buruk terjadi. Tuhan memberikan hal yang buruk dalam kebaikan. Karena kita percaya Allah maha kuasa, menggunakan kejahatan iblis untuk menggenapi rencanaNya. Motivasi yang jahat dari iblis, manusia dipakai untuk menggenapi rencananya. Pada kejadian 50:20, ada rencana jahat dari saudara Yusuf namun rencana saudara-saudara Yusuf yang jahat, dipakai Allah untuk rencanaNya yang baik. Ketidakkonsistenan karena tidak mengerti doktrin dengan baik.

- Masalah sains. Contoh : perkataan “matahari terbit” dan “matahari terbenam” seharusnya bumi . Padahal dulu saat Galileo mengatakan “bumi mengelilingi matahari” dianggap sesat walaupun terbukti belakangan perkataannya benar. Namun istilah matahari terbit dan terbenam masih digunakan. Kenapa orang yang sudah mengetahui kebenaran masih menggunakan bahasa seperti itu. Ini dikatakan sebagai bahasa fenomena yakni bahasa dengan melihat apa yang kelihatan secara kasat mata. Orang yang tahu tetap ngomong matahari terbit dan matahari terbenam. Ini bukan masalah Tuhan tidak tahu, tetapi bahasa yang dipakai fenomena. Bahasa memiliki keterbatasan ungkapan dan bahasa ada genrenya seperti metaphore dll, Hal ini tidak masalah. Juga mengenai biji sesawi dikatakan sebagai biji yang paling kecil (Mat 13:31). Ternyata ada yang lebih kecil dari biji sesawi (bukan biji sesawi yang paling kecil). Ini yang disebut sebagai common experience (pengalaman yang umum). Ini merupakan bahasa yang kita pakai. Contoh : sewaktu melihat anak yang kecil, ada yang berkata, “Aduh ini anak yang paling kecil”, pernyataan ini bukan karena sudah melihat di seluruh dunia dia anak yang paling kecil. Hanya berdasarkan pengalaman dia, ini anak yang paling kecil. Juga perkataan kamu “paling cantik”. Kita suka menggunakan standar ganda. Sesuatu yang bisa dipakai dalam bahasa sehari-hari tidak dikatakan Alkitab tidak memakainya. Karena kalau tidak dipakai, sulit mengungkapkan sesuatu. Itu seharusnya tidak jadi masalah. Kemudian, Alkitab sering memakai angka pembulatan. Tuhan mengatakan keturunan Abraham akan dianiaya 400 tahun (Kej 15:13) tapi ada bagian Alkitab lain yang mengatakan 430 tahun (Kel 12:40), ini dibulatkan jadi 400 tahun. Alkitab bukan buku sains yang mendetilkan semua, sehingga tidak menjadi masalah.

- Masalah sejarah (historis). Puluhan tahun lalu orang mengatakan, nama raja yang dituliskan dalam Alkitab salah (tidak pernah ada), Tetapi galian arkeologi menunjukkan betapa data yang dalam ALkitab luar biasa akuratnya. Hal ini menunjukkan penulis Alkitab mengerti konteks sejarah saat itu. Contoh : Daniel 5 mengenai tulisan di dinding. Raja Belsyazar menawarkan kepada Daniel kalau ia dapat membaca dan mengartikan tulisan di dinding, Daniel diberikan kekuasaan sebagai orang ketiga (Daniel 5:15). Pengkritik Alkitab mengatakan tidak ada nama Raja Belsyazar dalam Babel. Ternyata Belsyazar bukan raja yang memerintah sendirian tetapi bersama-sama dengan ayahnya Nabonidus memerintah. Jadi Belsyazar orang nomor 2. Anaknya naik takta bersama dengan ayahnya. Sehingga Daniel orang nomor 3. Di samping itu dikatakan negeri Babel begitu cepat runtuhnya (Hari itu juga terbunuhlah Belsyazar). Kerajaan yang begitu hebat, rajanya terbunuh malam itu juga. Sejarah membuktikan Raja Babel kalah tanpa perlawanan. Kerajaannya terkenal karena benteng yang kuat sehingga walau sudah dikepung Persia, tetap diadakan pesta. Tanpa sadar, orang Persia menggali dan bisa masuk dalam kota tanpa orang Babel tahu sehingga kota itu bisa ditaklukkan dalam 1 hari. Kelihatannya tidak masuk akal, tapi itu yang terjadi. Persia menahklukkan Babel tanpa perlawanan. TIdak ada masalah dalam sejarah. Galian arkelologi menunjukkan Alkitab sangat akurat. Seringkali kita tidak mengerti tetapi sebenarnya apa yang dicatat itu benar.

- Ketidakkonsistenan. Contoh : silsilah Tuhan Yesus dalam Matius 1:1-17 dan Lukas 3:23-38 berbeda mulai dari Daud. Setelah itu Lukas mencatatnya Natan sedangkan Matius mencatatnya Salomo. Ada yang mengatakan yang satu sisilah Yusuf (Matius) yang lain Maria (Lukas). Lukas memberikan silsilah secara biologis. Matius menunjukkan silsilah dari Raja sedangkan Lukas tidak (dari Daud langsung Natan). Jadi Yesus punya legal claim sebagai keturunan raja. Raja secara biologis dan hukum berbeda. Matius menunjukkan legal claim kepada tahta Daud, Lukas menunjukkan secara biologis. Kita tidak tahu secara persis. Tidak mungkin terjadi ketidakkonsistenan. Penulis bisa menekankan hal yang beda. Kerajaan Allah penting terutama dalam Injil Matius. Sedangkan silsilah menurut Lukas 3:38 anak enos, anak set, anak adam, anak Allah, mengarahkan Yesus kepada Anak Allah. Matius 1:1 menekankan hanya pada 2 keturunan yakni anak Daud dan anak Abraham. Sedangkan Lukas membawanya kepada anak Adam dan anak Allah. Perspektifnya berbeda. Matius menekankan legal claim ke raja Daud (klaim ke tahta). Hal ini dapat dilihat pada Mat 1:6 Isai memperanakan raja Daud. Yang aneh kata ‘raja’. Walau Salomo, Rehabeam dll adalah raja, namun hanya di depan nama Daud ada kata raja. Yesus yang lahir adalah anak Raja Daud yang ditunggu-tunggu. Penekanan Matius ke anak Daud. Hal ini dapat dilihat pada Matius 1:17 (Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus), Angka 14 sengaja ditekankan. Matius mencatat silsilah supaya masuk angka 14 (ada nama raja-raja yang tidak disebut). Angka 14 penting karena itu adalah angka Daud. Daud bahasa Yunaninya dvd dalam karakter ibraninya d-4 v-6 d-4 bila dijumlahkan 14. Sehingga 14 adalah angka yang penting. Jadi bukan tidak konsisten, namun setiap penulis menekankan perspektifnya (bisa menceritakan sesuatu dari perspektif yang berbeda bukan tidak konsisten). Kita harus mengerti inspirasi organik. Setiap penulis ada jemaatnya masing-masing , yang secara khusus perlu penekanan yang berbeda. Injil Matius ditujukan ke orang Yahudi. Sedangkan Injil Markus dan Lukas diberikan ke orang Yunani. Matius lebih menekankan Mesias yang ditunggu adalah anak Daud, sehingga Matius menulis “digenapilah apa yang dikatakan Kitab Suci”. Mesias menggenapi apa yang ditulis di PL. Penekanan beda karena jemaat beda. Lukas menekankan sekali orang-orang yang marginal sehingga ada hal-hal yang hanya ada di Lukas (misal : wanita pendarahan dll). Lukas tertarik pada orang-orang yang secara sosial tidak masuk perhitungan (dikesampingkan). Itu bukan soal Alkitab salah. Contoh lain : bagaimana Saul mati. 1 Sam 31 mencatat Saul menjatuhkan diri di atas pedang, sedangkan 2 Sam 1 mencatat bahwa orang Amalek membawa kabar kepada Daud bahwa Saul telah dibunuh oleh orang Amalek ini. Tidak mungkin mati dengan 2 cara yang berbeda. Apa ada yang salah karena kedua cerita yang tidak konsisten? Penjelasannya : orang Amalek berbohong karena ingin dianggap berjasa ke Daud yang dibenci Saul. Jadi bisa saja mereka mengatakan sesuatu yang tidak benar namun hal ini tidak berarti Alkitab salah, melainkan Alkitab mencatat apa yang dikatakan orang itu. Hal ini bisa juga dilihat pada Maz 14:1 (Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." Busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat baik). “Tidak ada Allah” adalah pernyataan yang salah. Tetapi orang bebal mengatakan begitu. Alkitab tidak salah. Kita harus percaya apa yang diceritakan oleh penulis. Penulis yang bercerita, diinspirsikan untuk menulis yang benar, bisa berkata dalam ketidaktahuan mereka. Apa yang dikatakan orang yang ditulis dalam Alkitab bisa salah. Contoh : Harun bisa berbohong. Pada Kel 32:22 dikatakan “Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini.". ia kumpulkan emas, lempar dan keluar lembu emas. Ini tidak benar. Narator mengatakan “dengan pahat dibuatnya anak lembu tuangan” (dibuat dengan pahat) tidak muncul dengan ajaib. Karakter (orang yang diceritakan) bisa berbohong dan hal ini bukan berarti Alkitab yang salah. Ketika membaca Alkitab, kita bertanya siapa yang berfirman? Kalau Allah yang berfirman pasti betul. Tapi bila karakter yang berbicara kita harus memilah-milah, apakah yang dikatakan betul. Alkitab hanya mencatat apa yang dikatakan mereka. Kita hanya tidak tahu cara membaca Alkitab, bukan berarti Alkitab tidak konsisten. Contoh lain : ketika TUhan Yesus disalibkan ada 2 orang penyamun. Yang satu kemudian bertobat. Pada Mat 27:44 kedua penyamun mencelanya demikian juga. Ini berbeda dengan apa yang Lukas katakan. Luk 23:39 seorang penjahat menghujat tetapi yang lain menegurnya. Yang satu dua-duanya mencela, yang satu lain penyamun yang satunya bertobat. Bisa saja keduanya mencela lalu kemudian yang satu bertobat. Lukas mementingkan orang marginal sehingga menceritakan pertobatan penyamun. Penekanan yang berbeda. Koran-koran menceritakan hal yang sama tulisannya berbeda. Ada penekanan yang berbeda. Bisa diceritakan dari titik dan perspektif berbeda dan hal ini bukan berarti tidak konsisten.

- Masalah tata bahasa
. Ini tidak masalah. Tata bahasa itu buatan manusia. Bisa berubah dari 1 periode ke periode yang lain. Bahasa Yunaninya Paulus lebih baik dari Petrus. Bahasa Yunaninya Petrus seperti bahasa sehari-hari. Paulus seperti bahasa akademis. Tapi tidak berarti Petrus salah. Ini buatan manusia. Kita tidak boleh menilai penulis ALkitab mencatat seperti sekarang membuat paper. Kalau standar yang kita gunakan, penulis Alkitab seperti plagiat menulis tanpa mencantumkan sumber. Ini tidak masalah. Dulu tidak harus mencantumkan footnote. Peraturannya tidak seperti itu. Peraturan saat ini tidak bisa digunakan untuk menilai penulis Alkitab. Mereka menggunakan aturan di zamannya.

Tuduhan-tuduhan di atas sebenarnya tidak masalah. Ketika percaya Alktiab adalah firman Tuhan, yang penting bagaimana kita melihat Alkitab. Kalau kita melihat Alkitab “tidak ada salahnya”, kita bisa melihat tidak ada ketidakkonsistenan. Ada subjektifitas (tidak bisa orang membaca secara objektif, tapi subjektif). Bagaimana pemikiran kita secara subjektif sangat menentukan. Ada orang yang dikatakan salah hanya karena sudah tidak dipercaya.

No comments:

Post a Comment