Ev. Jeffrie Lie
Kis 2:41-47
41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu
memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga
ribu jiwa.
42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul
dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan
berdoa.
43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang
rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya
tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta
miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan
masing-masing.
46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka
berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah
masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan
tulus hati,
47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua
orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan.
Pengkh 4:7-11
Komunitas yang
dipunya dalam gereja berupa line
community (komunitas baris) atau berbentuk lingkaran (circle community) ?
Carl Owen (?)
memikirkan topic ini. Gereja biasanya
membentuk garis lurus atau lingkaran. Berbentuk garis berarti kita duduk
bersebelahan tapi hanya melihat punggung orang itu , kita tidak bergaul dengan
orang itu. Tetapi kita seharusnya menciptakan komunitas berbentuk lingkaran, sehingga
bisa saling melihat. Sehingga saat saya
sedang bicara dengan remaja yang dibina saya memintanya untuk melihat mata
saya. Karena hal itu berarti ia sedang
memperhatikan saya. Komunitas yang berbentuk lingkaran adalah komunitas yang
saling memperhatikan. Yang berbentuk garis , komunitas orang asing, hanya
menunggu kapan giliran maju ke depan. Yang berbentuk lingkaran, komunitas
terdiri dari teman yang kenal serta aktif bergaul. Ini yang banyak terjadi di
gereja.
Gerakan komsel
merupakan cikal bakal gereja Tanpanya gereja bukanlah gereja. Orang hanya
datang hari minggu lalu duduk di tempat
nyaman yang ia sukai. Lalu menyanyi, mendengarkan firman Tuhan, berdoa
sungguh-sungguh, setelah ‘amin’ lalu pulang tanpa mengenal orang yang ada di
kiri, kanan, depan dan belakang. Itu bukanlah komunitas. Itu adalah komunitas
semu. Komunitas yang benar, bukan saja dibangun atas dasar hubungan dengan
Tuhan tetapi juga dengan sesama. Sebagian gereja menolak program kelompok
kecil. Sebagian lagi mengadakan komsel tapi kurang peminat. Ada yang bilang
karena bosan (lebih baik pergi dengan keluarga). Alasan lain, tidak nyaman
kalau ada yang tanya hal pribadi kita (gua aja tidak tanya elu ngapain elu
tanya gua, jangan tanya dong!) karena kita takut, detil hidup kita diketahui
orang lain. Ketiga, alasannya kita berbeda satu dengan yang lain. Saya punya
karakter, latar belakang yang berbeda dengan yang lain. Saya merasa tidak cocok
dengan kelompok kecil dan mengundurkan diri dari kelompok kecil. Ada lagi yang
berkata, apa untungnya ikut kelompok kecil? Bukannya cukup ibadah hari minggu?
Masalahnya : bukan bagaimana kelompok kecil dirancang atau bagaimana bahannya
karena bisa saja dicari-cari celah untuk katakan kelompok kecil di gereja tidak
asik.
Persoalannya : Pada
Kis 2:42. ada istilah persekutuan yang berkumpul. Istilah berkumpul (koinonia)
artinya sekumpulan orang yang percaya Kristus. Dalam Yunani lawan katanya
adalah pleonexia (sikap mau menang sendiri). Orang segan berkumpul karena kita
egois (mementingkan diri sendiri). Jemaat mula-mula mampu mengalahkan keegoisan
mereka. Sekarang hidup kita demikian. Saat buka Facebook, ada banyak teman.
Saya punya teman 1.500 tapi sebagian tidak saya kenal. Anak muda banyak mencari
koneksi dengan yang lain. Tetapi mereka
mencari komunitas semu. Mereka tidak suka komunitas yang nyata (face to
face). Beberapa kasus remaja yang fasih bicara waktu menggunakan media
sosial. Setiap kali mau berhubungan atau
bertanya saya ajak untuk bertemu. Saya ingin mengajarkan, yang penting bukan
yang maya tapi yang nyata. Jangan-jangan kita tidak mengikuti komsel karena
kepentingan diri sendiri.
Dalam gereja
mula-mula , ada kebangunan rohani yang terbesar dalam sejarah. Bagaimana 3.000
orang menerima Yesus lalu dibaptis, tapi tidak berhenti dan berkembang jadi
5.000 orang? (Kis 2:41; 4:4) Bersekutu – bertumbuh – bermultiplikasi. Caranya :
tiap-tiap hari berkumpul dalam Bait Allah / Sinagoge. Mereka berkumpul bersama
menyembah Tuhan juga selau berkumpul bersama di rumah-rumah (kelompok kecil).
Mereka menyembah Tuhan selain di Bait Allah juga di rumah-rumah secara
bergiliran. Inilah rahasia terbesar, mengapa dari 3.000 orang menjadi 5.000
orang. Karena mereka mau menanggalkan keegoisan mereka.
Dalam sejarah ada
seorang tokoh gereja yang dipakai Tuhan untuk mengadakan kebangunan rohani di
Inggris, namanya John Wesley (bapak munculnya gereja Metodis namun ia berasal
dari gereja Anglikan). Ia merasa perlu sharing
firman Tuhan dengan orang lain walau ia dilarang berkhotbah. Lalu ia berpikir
bagaimana ia bisa berkhotbah. Satu-satunya tempat yang paling aman adalah
berkhotbah di atas kuburan kakeknya. Karena siapa yang akan tangkap dia saat
itu? Ternyata banyak yang datang memperhatikan dia dan mendengarkannya. Sewaktu
meninggal di usia 87 tahun, ia telah berkhotbah 40.000 kali! Selama 60 tahun
khotbah maka setiap tahunnya ia berkhotbah 667 kali artinya hampir 2 kali setiap
hari ia berkhotbah. Warisan yang bermanfaat bagi gereja yaitu prinsip pemuridan
dalam kelompok kecil (class meeting).
Wesley bisa memiliki pandangan demikian karena ia dipengaruhi ibunya, Susannah
Wesley yang mengajarinya disiplin yang artinya sikap yang selalu memberi tempat
bagi segala sesuatu dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Ia juga
dipengaruhi Pietisme (gerakan kesalehan dan kekudusan hidup dari Jerman).
Baginya disiplin adalah kunci kesalehan dan kekudusan hidup. Tanpa disiplin
rohani , seseorang tidak mungkin memiliki kekudusan. Orang yang baru bertobat (ibarat
bayi) perlu dibimbing. Tanpa pemuridan maka 9 dari 10 petobat baru akan jatuh
lagi pada dosa-dosa lamanya dalam waktu yang singkat. Di semintari tempat saya sekolah,
kami membuat camp se-Sumatra (Jambi-Lampung) yang diikuti sekitar 350 anak
muda. Saya memperhatikan fenomena yang terjadi. Ada banyak anak yang biasanya
maju saat altar call untuk bertobat
lalu dilayani secara rohani. Tahun depan ia ikut dan maju lagi saat altar call. Setiap KKR saya lihat anak
yang sama. Saya dekati dan tanya masalahnya. Dia bertobat kepada Kristus ,
kembali ke gereja tapi tidak dibimbing dengan baik. Ia tidak punya komunitas
untuk menolong dia menjaga komitmen. 9 dari 10 petobat yang enggan ikut komsel
kembali kepada dosa yang lama.
Isi kelas muridan (class meeting) :
-
Mengusahakan
kesalehan bersama
-
Berdoa dan
membaca firman Tuhan bersama
-
Saling
memperhatikan satu sama lain (berbagi cerita). Ada pengajaran Alkitab dan
saling berbagi kehidupan (cerita kehidupan masing-masing).
-
Menguji
keselamatan masing-masing dengan pertanyaan : adakah dosa yang telah anda
perbuat 1 minggu yang lalu? Adakah pencobaan? Bagaimana mengatasinya? Adakah
pemikiran, perkataan atau perbuatan yang menyimpang? Tanpa pertanyaan rinci ini,
kita tidak akan mengalami pertumbuhan. Kita butuh orang lain menjaga kita. Pada
youth ministry yang saya layani sedang membangun kelompok
kecil, dengan pertanyaan yang sampai ke masalah kecil. Disiplin rohani ini yang
dibutuhkan dalam gereja. Bagaimana kalau bocor? Apa yang diceritakan bukan
untuk dibicarakan tetapi menjadi pokok doa bersama dan saling mendukung. Mari
memperhatikan kelompok kecil masing-masing.
Ada yang merasa,
saya tidak cocok atau berbeda dengan yang lain. Seperti permainan catur dan dam
(checkers). Permainan dam, semua pion memiliki peran yang sama, fungsi yang
sama. Sedangkan permainan catur , masing-masing berbeda. Dalam kelompok kecil,
kita saling memperlengkapi. Orang yang tetap tidak mau berkelompok kecil ibarat
kanker. Sel kanker adalah sel yang berontak kepada otak. Sel yang memisahkan
diri dari keutuhan tubuh kita. Jika kita tidak mau berkomunitas dalam kelompok
kecil jangan-jangan kita menjadi kanker dalam gereja. Sel yang tidak ingin
bersatu dan berontak terhadap gereja. Sel ini bahaya karena dapat mengancam keutuhan.
Prioritas dalam hidup kita : disiplin rohani, usaha menyediakan ruang di mana
di dalamnya Allah bekerja. Kita siapkan space,
Tuhan yang bekerja dalam diri kita. Bukan berarti Tuhan tidak bekerja kalau
tidak sedikan space tetapi makin
berusaha membuat space , kita akan
melihat Tuhan bekerja dalam hidup kita. Ada tahap pengudusan yang harus kita
kerjakan setiap hari, disinilah peran disiplin rohani.
No comments:
Post a Comment