Astri
Sinaga MTh, Kelas Emaus Jakarta
-
Salah
satu ciri masyarakat kota adalah individualism. Orang hanya melihat dirinya
sebagai individu yang tidak punya keterkaitan dengan orang lain.
-
Padahal
hidup kekristenan kita adalah satu pakat “Aku, Tuhan dan orang lain” Artinya
hubungan kita dengan Allah adalah satu paket dengan hubungan kita dengan orang
lain. Sehingga orang Kristen tidak boeh berpikir bahwa “it’s all about me and
my God” tapi mulailah berpikir dalam paradigm “Me, God and Others.”
-
Implikasi
: orang Kristen merasa tidak perlu bersekutu. Dia pikir cukup saja ke gereja,
cukup saat teduh pribadi, cukup doa pribadi, dan orang lain punya urusannya
sendiri. Padahal, persekutuan adalah suatu ciri khas orang Kristen. Bahkan bisa
dikatakan sebuah stigma.
Kehidupan bersekutu atau berkomunitas
adalah ciri khas orang Kristen :
-
Kita
diselamatkan untuk memiliki persekutuan di dalam Kristus dan juga pada saat
yang sama memiliki persekutuan dengan orang-orang seiman.
-
“bersekutu”
itu sendiri punya makna yang luas; bersekutu bukan sekedar “besama”. Tiap hari
kita bersama-sama dengan orang lain, di bis, di sekolah, di gereja -> tapi
belum tentu bersekutu.
Kisah
Para Rasul 2:41-47 Menggambarkan mereka adalah orang-orang yang terkoneksi.
Bagaimanakah pola hidup mereka yang
terkoneksi?
1.
Berada
di dalam persekutuan dengan Kristus
-
Artinya
dikumpulkan di dalam identitas yang sama, yaitu : dipanggil oleh Kristus dan di
dalam Kristus. Sehingga kita memiliki identitas yang sama yaitu : dipanggil
Kristus, oleh Kristus dan di dalam Kristus.
-
Persekutuan
di dalam Kristus berarti meruntuhkan segala tembok-tembok yang dapat
memisahkan. Orang yang memiliki identitas Kristus akan mudah untuk bersama.
2.
Bersekutu
berarti saling berbagi (tempat praktek
untuk berbagi kasih)
-
Kata “saling” berarti mutual, tidak ada yang hanya memberi, atau
hanya menerima saja. Tapi “saling berbagi”
-
Apa yang kita “bagikan”? Apakah yang bisa kita beri? Mungkin
kita sering berpikir “saya bisa kasih apa?” jemaat mula-mula memang berbagi harta,
jadi tidak ada yang miskin sekali, tapi diberi menurut kebutuhan masing-masing.
-
1
Kor 1:5 : kita kaya dalam segala hal “perkataan, pengetahuan, kesaksian tentang
Kristus”
-
Setiap
orang Kristen pasti memiliki sesuatu yang dapat dibagi; itulah yang disebut
“karunia”
-
Kita
tidak akan kekurangan karunia. Jadi bukan hanya materi.
-
Kalau
kita tidak memiliki hubungan maka kita tidak akan memberi (talenta, perhatian,
telinga, antusias, semangat, waktu)
-
Bertumbuh
arahnya bukan kepada diri saja tetapi kepada sesama.
Prinsip Tubuh Kristus
Setiap
anggotanya memiliki peran dan kontirbusi terhadap komunitas (pola KK pasti bisa
dilakukan)
Apa
saja yang bisa kita bagi?
-
Fil
2:1-4 -> ada penghiburan kasih, persekutuan roh, kasih mesra, belas kasihan
-> ini semua sifatnya relational dan mutual.
-
Kata-kata
ini melukiskan hubungan di antara anak-anak Tuhan yang lahir dari pengenalan
akan Kristus; Kristus yang juga penuh penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih
mesra, belas kasihan.
Level komunikasi verbal :
1.
Cliché.
Contoh : apa kabar? Pasti jawabannya : baik
2.
Fakta
dan laporan : semua orang bisa katakana
3.
Pendapat
pribadi dan penilaian pribadi
4.
Perasaan
(menyangkut hati)
5.
Kebenaran
yang maksimal
-
Komunikasi
yang dalam adalah ketika anda bisa mengatakan kebenaran yang paling maksimal.
-
Kita
harus bisa menyampaikan kebenaran maksimal, bukan sebuah cliché.
-
Orang
yang di dalam Kristus harusnya mengalami saling menghibur, kasih mesra dsb
-
Tembok-tembok
kita banyak : kecurigaan, apriori, persepsi kita tentang orang lain, kesombongan
kita dsb
-
Komunitas
di dalam Kristus harusnya meruntuhkan semua itu.
7 prinsip dalam hidup komunitas Kristen
(Dietrich Boenhoeffer)
-
Menjaga
lidah, tidak membicarakan hal yang tidak patut tentang orang lain, apapun
“kemasannya” (jangan ngomongin orang yang tidak ada)
-
Kerendahan
hati, dengan melihat semua sama di hadapan Tuhan sebagai orang berdosa.
-
Mendengar
dengan panjang sabar, akan membuat kita mengerti kebutuhan orang lain. KK
latihan untuk mendengar, menghargai serta bersabar. Buletin sebisanya ada
kesaksian.
-
Selalu
siap / available untuk kebutuhan orang lain
-
Menanggung
beban orang yang lebih lemah dan sabar kalau orang itu menyalahgunakan (karena sama posisinya bukan lebih hebat)
-
Menyatakan
kebenaran firman Tuhan
-
Christian
authority dinyatakan dalam pelayanan, bukan tertuju pada orang yang melakukan
pelayanannya. Di dalam komunitas pasti ada aturan ada sistem, ada kepengurusan
, ada otoritas.
(semakin banyak otoritas harus
dinyatakan dalam bentuk pelayanan)
-
Hidup
bersekutu kita adalah sesuatu yang harus diupayakan! Harus ada kesadaran dari
tiap individu untuk memelihara persekutuan ini, tanpa kecuali. Bukan sekedar
supaya kita bisa senang bersama-sama, tapi kalaupun konflik kita bisa
menyelesaikannya dengan baik, waktu berdebat, berdebat dengan bijak, waktu
berargumentasi , berargumentasi dengan sabar. Itu sebabnya fondasi dari
persekutuan ini tidak lain dari kasih.
-
Kristus
pada masa akhir hidupnya di dunia memberi perintah “kasihlah sesamamu, seperti
aku mengasihi kamu”
-
Harus
kita akui kadang kita merasa mengasihi Tuhan itu lebih mudah daripada mengasihi
orang di samping kita. Urusan beribadah kepada Tuhan, taat padaNya, mengasihi
Dia, kita pikir lebih mudah. Kalau sudah berhubungan dengan orang lain, itu
lebih susah, kita berhadapan dengan kebohongannya, kekerasan hatinya,
ketertutupannya, keegoisannya dan lainnya.
-
Padahal
kedua hal ini tidak bisa dipisahkan , ekspresi kita mengasihi Allah terungkap
dengan bagaimana kita mengasihi orang lain.
-
Bagaimana
mungkin kita menyatakan kasih kita kalau kita tidak terlibat dalam relasi?
-
Bagaimana
mungkin kita menyatakan kasih kita kalau hubungan kita hanya sampai pada
hubungan “cliché”?
-
Persekutuan
kita bukan muncul begitu saja.
-
Harus
ada usaha. Setiap orang yang sudah mengalami kasih Kristus harusnya mengerti
konsistensinya adalah mengasihi sesama.
-
Bentuk kelompok kecil, jangan seperti
menggelindingkan bola tetapi harus ada pertumbuhan
-
Relasi
sering membuat orang enggan masuk kelompok kecil, padahal sebenarnya justru di
dalam relasi inilah terjadi hal yang sangat besar dalam pembelajaran kita.
-
Bahkan
manusia tidak didisain untuk belajar sendiri, tapi manusia sebenarnya justru
bisa belajar maksimal ketika ada di tengah atau terkait dengan orang lain.
Beberapa alasan yang sering dikemukakan
orang yang enggan masuk ke dalam kelompok kecil :
-
Saya
sibuk… ikut kelompok kecil itu buang waktu saya
-
Ah
belajar kan tidak harus di kelompok kecil, dengar khotbah dan seminar saja
sudah cukup
-
Saya
lebih senang baca buku sendiri
-
Saya
tidak tertarik yang begitu-begituan
Sementara
konsep persekutuan itu secara ALkitabiah menekankan relasi, memberi dan
perubahan, maka sebenarnya hal ini sangat bertentangan dengan kultur dunia
kita, yang menyebabkan pada dasarnya kita ini memang susah berkomunitas.
Kultur
itu adalah kultur individualism (kultur manusia berdosa).
Bagaimana kultur individualisme dalam
diri kita?
-
Pada
dasarnya kita ini dalam berelasi lebih menekankan segala sesuatu “for my
benefit”
-
Dalam
relasi kita selalu mengatakan “I’m in charge”
-
Dalam
relasi kita akan akan mengatakan:”I have a right to…”
-
Dalam
relasi sering muncul rasa persaingan.
-
Perlu
upaya yang besar untuk membangun komunitas. Komunitas tidak muncul begitu saja.
Benar Tuhan yang menambahkan , tapi kita sebagai pribadi yang hidup menjadi
bagian komunitas harus terus berupaya untuk membangunnya. Karena di dalam
komunitas inilah atau di dalam persekutuan inilah konteks belajar terjadi.
-
Apakah
yang harus kita upayakan sebagai pemimpin atau fasilitator untuk membangun
kelompok yang memiliki relasi yang sehat dan membuat orang bisa belajar?
-
Kita
harus dulu mengerti bahwa proses terjadinya sesuatu kelompok tidak begitu saja,
Ada 3 tahapan yang dilalui :
1.
Tahap pertemuan
-
Bagi
banyak orang menghadiri suatu kelompok kecil untuk pertama kali adalah
pengalaman yang tidak nyaman.
-
Dalam
tahap ini orang datang ke pertemuan KK hanya sebagai suatu pertemuan, bukan
sebagai suatu kelompok di mana dia merasa bagian di dalmnya. Jadi dalam
kelompok ini mereka bisa saja datang secara regular, diskusi, belajar bersama,
tapi kalau pemimpinnya diam-diam saja, maka kelompok itu juga diam-diam saja
dan tidak datang.
-
Ciri
khasnya kelompok seperti ini tidak tahan lama-lama, begitu selesai, semua
langsung pulang. Hampir semua kelompok akan melalui fase ini, walaupun ada yang
bertahun-tahun masih terus dalam fase yang sama.
2.
Fase Komitmen
-
Tahap ini adalah ketika kelompok ini sudah memiliki komitmen
satu dengan yang lainnya. Anggota-anggota kelompok sudah bergerak lebih dekat
dari sebelumnya dalam relasi yang lebih akrab. Setiaporang sudah mulai
menunjukkan perhatiannya pada orang lain dan dapat mengungkapkan bukan hanya
pendapat dan fakta tapi juga apa yang dirasakan.
-
Pada tahap ini orang tidak mau cepat-cepat pulang. Bahkan
setelah bahan pelajaran selesai, doa tutup, mereka masih ngobrol, bahkan
melanjutkan dengan kegiatan yang lain.
3.
Fase Memiliki
-
Kelompok
yang bisa bergerak sampai ke tahap memiliki ini sudah melihat anggota kelompok
lainnya seperti keluarga. Mereka menunjukkan perhatiannya seakan kepada keluarga
sendiri.
-
Mereka
yang sebelumnya meiburkan KK ketika liburan natal, sekarang justru pergi
jalan-jalan bersama. Dalam fase ini seseorang berani mengungkapkan pergumulan
dan dosanya secara terbuka, tanpa kuatir karena percaya anggota lainnya akan
menolong.
-
Dalam
tahap ini semua orang tau cerita masing-masing orang lain.
Apa yang bisa kita lakukan dalam tahap
pertemuan?
-
Memimpin
dengan baik. Pertemuan yang baik akan melibatkan semua orang sehingga setiap
orang tidak ada yang merasa terabaikan.
-
Berikan
setiap orang kesempatan berkontribusi. Setiap anggota berkontribusi dalam
kelompok, sebenarnya tingkat kepemilikannya terhadap kelompok itu juga
bertambah.
-
Saling
mendoakan. Doa-doa pribadi (sesuatu yang
sangat pribadi dan sedang digumulkan) akan mempererat
Apa yang dapat dilakukan dalam tahap
komitmen?
-
Lakukan
aktifitas santai di luar pertemuan rutin KK
-
Bila
groupnya lebih dari 10 orang, dalam pertemuan tertentu bagi lagi dalam group
yang lebih kecil sehingga setiap orang punya kesempatan bicara.
Apa yang dapat kita lakukan supaya
kelompok kita bergerak menuju tahap memiliki?
-
Berbagi
cerita hidup. Buat permainan ‘kursi panas’ pada pertemuan tertentu diundi siapa
yang akan duduk di kursi panas, cerita hidupnya yang anggota lain tidak tahu
sebelumnya, setiap orang boleh bertanya, tarik pelajaran. Kegiatan ini memang
bisa membuat beberapa orang tidak
nyaman, sehingga perlu cara yang lebih fleksibel, tidak memaksa, buat senyaman
mungkin.
-
Lakukan
retreat KK. Hanya kelompok anda sendiri. Di gadser kami buatkan disain retreat
spiritual untuk setiap kelompok, tanpa pembicara, hanya mereka saja, untuk 1
malam 2 hari.
Retyped by
OPH – 0312
MENUMBUHKAN KEINGINAN BERUBAH
Astri
Sinaga
-
Melaunching
sebuah gerakan KK memang bukan hal yang
mudah dan sudah pasti tidak bisa dikerjakan sendiri. Tidak cukup hanya konsep
yang bagus, kita perlu orang lain atau tim yang solid yang mengerjakan dan
mengimplementasikan konsep tersebut.
-
Orang
sulit berubah kalau dia merasa tidak ada urgency nya atau tidak ada
kepentingannya untuk berubah
-
Formulasi
terjadinya suatu perubahan adalah :
-
(A+B+C)
> D = perubahan
-
A
-> ketidakpuasan yang kuat terhadap situasi saat ini
-
B
->kesadaran akan kondisi yang lebih baik
-
C
-> pengetahuan untuk memulai suatu perubahan
-
D
-> kemungkinan kerugian yang didapat karena perubahan
-
Resistensi
sangat mungkin terjadi ketika kita ingin mengimplementasikan KK. Resistensi
orang bisa dalam bentuk aktif : mencari-cari kesalahan, membesar-besarkan
kekurangannya, bahkan menjelek-jelekkan dan menyebarkannya dalam bentuk gossip.
-
Tapi
bisa juga resistensi ini dilakukan dengan pasif; nampaknya tidak menolak bahkan
setuju, tapi tidak mau terlibat jauh, cenderung hanya melihat dan menunggu
kegagalan terjadi.
-
Untuk
menentukan bagaimana menimbulkan kebutuhan supaya orang mau berubah kita juga
harus bisa membaca dimana tingkat kebutuhan jemaat kita. Tingkat kebutuhan
jemaat bisa dilihat sebagai berikut :
·
Tidak
ada kebutuhan, puas (khotbah)
·
Sedikit
rasa butuh (berdialog dan temukan “key
person” + study banding)
·
Ada
kebutuhan, tapi tidak yakin (cari
informasi sebanyak-banyaknya)
·
Ada
kebutuhan dan siap berubah
Musuh dari rasa butuh adalah rasa puas
Semakin
kita merasa puas diri semakin kita sulit melihat perubahan. Sumber-sumber kepuasan yang
menghambat rasa butuh :
-
Tidak
ada krisis
-
Terlalu
banyak materi yang dimilki : gedung bagus, uang banyak. Kalau gedung bagus,
maka jemaat akan berpikir ‘everything is well’
-
Tuntutan
rendah
-
Tidak
ada feedback dari sumber luar
-
Masukan
yang jujur dianggap kritik dan harus dimatikan
-
Terlalu
banyak “happy talk” dari pemimpin
-
Romantika
masa lalu
No comments:
Post a Comment