Ev Panghulu
Kol 1:28 Dialah yang kami beritakan, apabila
tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala
hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.
Di dalam kehidupan sebagai
anak-anak Tuhan, seringkali kita menghadapi rutinitas yang membuat kita
terjebak di dalamnya. Misalnya : kita beribadah setiap minggu tanpa mengenal
arti menjadi orang Kristen. Kita hidup dalam kerohanian yang semu. John R. Falk
dalam bukunya The Radical Disciples mengatakan bahwa orang Kristen hari ini
secara kuantitas bertumbuh secara signifikan (orang Kristen banyak sekali)
tetapi kenyataannya tidak signifikan dalam pertumbuhan iman mereka. Maksudnya,
orang Kristen yang bertumbuh tanpa mengenal kebenaran Firman Tuhan (misal : tiap
minggu harus beribadah supaya orang tahu saya orang Kristen). John Bunyan dalam
bukunya Pilgrim’s Progress mengatakan kehidupan kekristenan ibarat kehidupan
musafir yang menuju kekekalan. Kehidupan hari ini bukan sekedar siklus. Contoh
: kita hidup harus makan tanpa sadari
apa yang dimakan, kalau capai lalu tidur tanpa menyadari kenapa harus tidur.
Jadi orang Kristen, merupakan kesempatan kita berelasi dengan Allah yang hidup.
Apa artinya menjadi
sempurna? Hal ini seperti apa yang Kristus perintahkan kepada kita. Pada bacaan
nats hari ini, Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat Kolose (jemaat yang
didirikan Epafras), “Yesuslah yang kami
beritakan, apabila tiap-tiap orang kami tegur dan tiap-tiap orang kami ajari
dalam segala hikmat, supaya tiap orang tersebut, menuju kepada kesempurnaan
yang Allah inginkan.” Apa itu kesempurnaan? Yesus berkata , “Hendaklah kamu
menjadi sempurna seperti Bapamu yang di surga sempurna”. Ini adalah amanah yang
harus dipikul setiap orang percaya. Kita menemukan hidup kita tidak seperti
Bapa yang sempurna. Banyak yang kurang. Suatu hari terjadi krisis ekonomi di AS
tahun 1930an. Ketika itu ada seorang tua berkulit hitam hidup dalam kemelaratan
dan perutnya menderita kelaparan. Ia mendengar bahwa di kota itu ada orang
Kristen yang katanya mengasihi Tuhan dan akan memberikan apa yang dimita orang
kepadanya. Misal : orang yang lapar diberi roti, orang yang butuh uang, diberi
pinjaman. Orang Kristen itu begitu kayanya. Orang hitam ini bergegas menuju
rumahnya. Daripada mati kelaparan dan kedinginan, ia beli roti. Ia beranikan
diri dengan segala tekad ke rumah orang kaya ini. Lalu ia dihadang penjaga
rumah. “Ada perlu apa?” kata sang penjaga. “Saya dengar tuan rumah ini baik
hati. Saya butuh roti.” Kemudian penjaga mempersilahkannya masuk. Tuan rumah yang
masih muda lalu menyambutnya. “Ada perlu apa Pak?” “Saya butuh beberapa potong
roti karena kelaparan dan saya dengar bahwa orang Kristen yang tinggal di rumah
ini begitu baik.” “Baik. Silahkan bapak ke pintu belakang. Tuan rumah yang
masih muda ini membawa beberapa roti dan secangkir kopi. “Pak ini roti, tetapi
sebelum makan kita berdoa. Bapak ikuti setiap kata yang saya ucapkan. Bapa kami
yang di surga..”. Orang tua itu berkata, “Bapak Anda di surga”. Karena kurang
yakin akan pendengarannya, anak muda ini kembali berkata dengan keras, “Bapak
kami yang di surga”. Tapi orang tua itu tetap berdoa begitu sampai ketiga
kalinya.. Akhirnya tuan rumah yang masih muda berkata : “Pak Tua! Bapak ke sini
kelaparan, diberi roti dan secangkir kopi, tetapi waktu berdoa tidak
mengucapkan apa yang saya katakan.” “Nak, saya takut dengan Bapamu di surga”. “Kenapa?”
“Karena ketika saya berkata, Bapa kami berarti kita bersaudara. Kalau kita
bersaudara, bapa kita sama, masa untuk makan beberapa potong roti harus lewat
pintu belakang?” Seringkali kita menjadi orang percaya (jadi orang Kristen)
sulit mewujudkannya. Kita sibuk menjadi pribadi dan kesibukan diri kita
sendiri. Menjadi sempurna seperti Kristus, apa yang dipikirkan, yang dilakukan,
apa yang ada di dalam Kristus merupakan tujuan yang harus dicapai setiap orang
Kristen.
Kesempurnaan adalah
proses yang harus kita lalui sebagai orang percaya. Bukan mandeg begitu saja. Bukan
hanya di mulut saja, tetapi apa yang Tuhan mau, menjadi sama seperti Kristus
itulah tujuan. Kesempurnaan adalah proses yang harus kita kerjakan.
Kesempurnaan, keinginan dibentuk senantiasa, terlihat dalam karakter dan hidup kita sehari-hari. Beberapa waktu lalu,
saya bergumul dengan dosa kemarahan dalam kehidupan saya. Emosi mudah sekali
naik. Saya berdoa, “Tuhan hari ini aku berdoa kepadaMu, berikan kepadaku
kesabaran untuk aku meyikapi kehidupan. Berikan saya hati yang penuh belas
kasihan.” Kira-kira TUhan ijnkan sesuatu yang baik terjadi? Tuhan jauhkan orang
yang membuat marah? Tidak. Pagi itu saya naik motor ke kampus. Ketika itu ada bus
Kopaja yang menyalib sembarangan. Saya kaget luar biasa. Saya spontan marah dan
memaki, namun kemudian sadar. Waduh saya ini kan hamba Tuhan. Dalam perjalanan,
saya malu. Saya baru berdoa pagi hari. Belum sampai setengah hari, saya sudah
marah dengan supir Kopaja. Dalam bergumul mengalahkan natur dosa, sulit bagi karakter
yang sudah terbentuk. Namun dibandingkan dengan kehidupan lalu, hal itu sudah
ada perubahan. Saat ikut pertama ikut Kristus, pergumulan kita : makin hari
kita makin takut dengan Allah atau makin hari kita makin bermain-main. Contoh :
ada teman yang berkerja di perusahaan mengklaim kacamata dari Optic Melawai padahal
belanja di Mangga Dua. Harga yang sebenarnya Rp 300 ribu minta di kuitansi ditulis
RP 1,8 juta. Mungkin perusahaan tidak menyadari, tapi integritasmu sebagai
orang Kristen bagaimana? Allah melihatnya. Sering bermain dengan uang taxi,
uang kesehatan, kekudusan? Dalam pikiran, yang hadir pikiran kotor atau pikiran
untuk memuliakan Allah?
Apakah kita
bertumbuh dalam kedewasaan?
Saat memutuskan
untuk terus berjalan dengan Allah, pertumbuhan signifikan terjadi. Dulu saya susah menjelaskan tentang Allah
Tritunggal.tetapi sekarang mulai mengerti walau tidak mudah. Saat ini kalau
ditanya siapa Kristus, lebih mudah menjelaskannya. Dulu sebelum bertobat,
sulit. Apakah sedang bertumbuh dalam proses menuju kesempurnaan? Penganut Budha
Suci bisa lebih baik dari orang Kristen. Gereja sibuk tidak membangun Kerajaan
Allah. Orang Kristen tutup mata terhadap orang miskin. Dibandingkan dengan
kepercayaan lain, mereka tunjukkan kasih. Orang Kristen sudah terima anugerah,
simpan erat-erat. Kita tidak terbuka jadi penyalur kasih.
West Point, sekolah
angkatan darat di AS, meghasilkan perwiara luar biasa. Saat PD II, seorang ibu
yang punya anak satu-satunya dengan suaminya yang sudah tua. Ia sekolahkan
anaknya di sana. Ketika sekolah, anak ini baik dalam segalanya. Saat lulus ia
dipercayakan memimpin pasukan. Pasukan yang akan membersihkan ranjau darat pada
perang Vietnam. Sejarah mencatat tentara AS kebanyakan balik dengan gangguan
psikologis. Saat menyeberang jalan ada klakson, mereka bereaksi luar biasa
seperti dalam keadaan perang. Anak ini diminta untuk bersihkan ranjau darat
dari tentara Vietkong yang kejam sekali. Sampai suatu waktu, saat mereka akan
pulang, mereka diberondong senapan oleh tentara Vietkong, mereka berusaha cari
tempat perilindungan. Mereka lari dan masuk parit perlindungan. Lalu perwira
ini menghitung pasukan. Didapati ada 1 orang prajurit yang tidak ada. Anak
buahnya berkata“Pak , kalau keluar akan bahayakan nyawamu” Namun ia berkata, “Saya
diberi tanggung jawab untuk pasukan ini”. Akhirnya dia menemukan prajurit itu tertembak
di kaki saat berusaha masuk perlidungan. Ketika dibawanya dan hendak masuk
parit perlindungan, ia tertembak bagian belakang sehingga meninggal. Jenasahnya
kemudian dikirim ke AS. Bapak ibunya sedih sekali tapi bangga anaknya jadi
pahlawan untuk negara. Ia dengar anaknya begitu gagah berani. Sehingga ia ingin
bertemu tentara yang diselamatkan anaknya. Disampaikan hal ini ke atasannya.
Janji dibuat. Pada hari yang dinanti-nantikan, Sang Ibu-Bapak begitu bersemangat
hendak menjamu tentara yang diselamatkan anak mereka. Tetapi tentara ini tidak
muncul juga. Waktu terus berlalu. 7, 7.15, 7.30.. lewat… akhirnya mereka merasa
putus asa menunggu, Pk 8.30 pintu ditutup. Namun setelah itu terdengar ketukan di
pintu. Sang tentara datang. Ia mengumpat-ngumpat sambil tertawa keras. Tuan
rumah tampak kecewa. Tak lama kemudian sang
tamu pamit. Sang bapak berdiri dalam keadaan diam. TIba-tiba terdengar teriakan
istrinya, “Percuma anak kita mati untuk orang yang tidak menghargai arti hidup.”
James Andrew White (?), ketika kita membaca Alkitab kita mengetahui anugerah sudah
diberikan. Anak sudah disalibkan, mati bagi kita. Kita yang harusnya
mati,beroleh hidup yang kekal. Tetapi dalam hidup kita tidak menyadari anugerah
tersebut. Anugerah adalah kesempatan untuk berbagi kepada sesama. Tapi kita
tidak lakukan. Apakah anugerah Allah membuat kita mengubah kehidupan sekitar kita. Kesempurnaan merupakan tujuan, ada
pekerjaan Allah di dalamnya.
Rev John Wesely,
kesempurnaan = mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan kita.
Tidak ada yang salah tentang pikiran, perbuatan yang dikendalikan kasih. Dengan
kemampuan kita tidak mungkin sampai pada kesempurnaan. Roh Kudus membawa kita step by step untuk sama dengan Kristus.
Apakah Roh Kudus masih berbicara pada hati nurani kita, untuk menggerakkan kita
memiliki ketergantungan pada Dia. Kesempurnaan akan dicapai pada saat Kristus
datang kedua kalinya. Kalau hari ini kita ditegur oleh orang di sekeliling
kita, tentang prilaku kita, cobalah intropeksi apakah benar. Kalau benar berubahlah.
Rasul Paulus menegur dalam suratnya, dan menasehati. Kalau ditegur harus cepat
berbalik (bertobat). Ia mengajar dengan hikmat agar kita bertumbuh dalam
kedewasaan sejati seperti yang Allah inginkan dalam kehidupan kita. Hendaklah
engkau sempurna seperti Allah sempurna. Biarlah kesempurnaan jadi tujuanl dalam
hidup kita. Kesempurnaan tidak berarti tidak ada kegagalan yang pasti terjadi,
tetapi bagaimana kita bangun ke arah Dia.
No comments:
Post a Comment