Ev. Tatang Mulyadi
Ef 5:15-21
Ketika pindah ke Jakarta 2009 dari Malang yang
ritmenya lebih lambat, saya melihat persamaan di antara kedua kota. Awalnya saya
pikir Jakarta lebih cepat dan penduduknya akan berpacu terus dengan waktu,
ternyata ada juga orang-orang yang duduk
santai saat orang lain bekerja dan bahkan membuang-buang waktu. Di sisi lain ada
orang lain yang sebelum pk 6 sudah berangkat kerja dan baru pulang pk 9 malam.
Mereka dikejar dan merasa kekurangan waktu. Ada yang kebanyakan dan ada yang
kekurangan waktu. Tuhan menganugerahkan setiap manusia waktu yang sama. Sebagai
anak Tuhan kita perlu memahami konsep waktu dan mempergunakan waktu dengan
tepat sesuai kehendak Tuhan.
Setiap orang punya prioritas dalam menggunakan waktu. Sebagai
anak Tuhan , kita harus tahu prioritas yaitu melihat kebenaran firman Tuhan. Pada
Ef 5:15 Rasul Paulus menulis “perhatikanlah dengan seksama”. Seksama artinya
teliti, cermat, jangan sampai salah. Sebagai anak Tuhan , kita harus memperhatikan
dengan benar bagaimana seharusnya kita hidup. Jangan seperti orang bodoh, melainkan
seperti orang bijak. Sehingga Rasul Paulus mengatakan, “pergunakanlah waktu
yang ada karena hari-hari ini adalah jahat.” Rasul Paulus membawa kita untuk memahami pentingnya menggunakan waktu
dengan tepat yang membawa kita mengalami berkat-berkat Tuhan. Kata “pergunakan”
dalam bahasa Yunani artinya menebus. Sedangkna kata “waktu” dalam bahasa Yunani
bukan waktu yang sedang berjalan (kronologis), melainkan kairos (kesempatan) .
Dalam rentang waktu yang dimiliki, ada kesempatan-kesempatan yang harus
digunakan. Kesempatan itulah yang sebenarnya membawa kehidupan kita mengerti
kehendak Tuhan. Bagaimana kita bisa menggunakan kesempatan itu, kita perlu
tuntunan Tuhan. Setiap kita punya kesempatan yang berbeda. Sebagai anak Tuhan,
kita menggunakan setiap kesempatan, tahu secara pasti waktu yang Tuhan berikan
sebagai kesempatan. Perkataan “pergunakanlah waktu yang ada” artinya
pergunakanlah kesempatan-kesempatan yang diberikan sehingga kita menjadi orang
bijak.
Untuk
menjadi bijak, kita harus mengerti kehendak Tuhan. Itulah yang paling penting. Kehendak Tuhan ada yang
umum dan ada yang khusus. Yang umum ada di dalam Alkitab. Tetapi kehendak Tuhan
yang khusus misalnya seorang yang mencari pasangan hidup, pekerjaan, belum
tentu jawabannya ada di Alkitab. Untuk itu kita perlu berdoa, bergumul,
bertanya pada orang yang bisa mengarahkan kita. Kalau kita tahu kehendak Tuhan,
kita menjadi orang yang bijak.
Seringkali kita memiliki konsep “ada waktu berarti
kita harus produktif”. Kita dibentuk konsep dunia yang mengatakan bahwa waktu
adalah uang. Waktu yang ada harus menghasilkan. Seringkali kita terjebak oleh
hal itu. Bahkan dalam dunia pelayanan, saya seringkali terjebak sehingga mengejar
pelayanan ini-itu dan melupakan hal yang penting dalam hidup saya. Sehingga waktu intim saya dengan Tuhan berkurang.
Seringkali kita ingin produktif, mencapai sesuatu tetapi melupakan apakah Tuhan
menghendaki demikian. Musa seorang nabi yang unik sekali. 40 tahun pertama,
dihabiskan sebagai pangeran di Mesir. Hidup dalam kemewahan, mendapat
pengetahuan dan hikmat. Tetapi hidupnya berubah drastis ketika lari dari Mesir.
40 tahun kedua, masa-masa dia seharusnya produktif digunakan sebagai gembala.
Lalu ia dipercaya sebagai pemimpin Israel ketika berusia 80-120 tahun. Tuhan memberikan kepercayaan kepada Musa
memimpin Israel , bangsa yang tegar tengkuk, walau Musa sudah tua. Tuhan mengijinkan
Musa belajar selama periode 40 tahun kedua sebagai gembala di padang gurun. Di
sini, ia belajar rendah hati, sabar dan menyangkal diri. Ini modal penting bagi
Musa untuk menjadi pemimpin Israel nantinya. Tanpa belajar , tak mungkin ia
berhasil menjadi pemimpin yang berhasil.
Ternyata kamus Tuhan berbeda dengan kamus manusia. Cara pandang TUhan
berbeda dengan cara pandang manusia. Bagi
manusia yang penting produktif sedang bagi Allah yang penting efektif.
Banyak contoh dalam firman Tuhan. Teman saya masuk sekolah Alkitab saat berusia
45 tahun. Saya dan teman lainnya seringkali bercanda,”Pak nanti kalau selesai
kuliah umur 50 tahun, baru sebentar melayani terus emeritus.” Saya pakai
pandangan dunia, sebagai ciptaan mencoba menerka apa rencana Pencipta saya.
Tapi mata saya terbuka, ketika melihat beliau menjadi berkat di Kalimantan di
usia 50 tahun lebih. Tuhan luar biasa. Ada perempuan menikah saat karirnya sedang
bagus. Tetapi karena ia hamil, ditinggalkannya karirnya untuk mengurus anak.
Menurut pandangan dunia, “Ngapain? Kamu direktur kan tinggal panggil suster.”
Tetapi ia ingin mendidik anak dengan benar. Bukan tangan orang lain yang
mendidik. Ini suatu investasi. Dengan memberikan waktunya, suatu hari
ia mengharap anak ini menjadi orang yang benar. Bukan menjadi anak
suster dengan nilai suster.
Pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini
adalah jahat. Kita melihat kesempatan
yang diberikan dalam kehidupan kita. Waktu itu cepat berlalu. Alkitab
mengatakan seperti embun, uap. Sebentar kelihatan setelah itu tiada. Saya
sering melayani dalam kedukaan. Di nisan orang yang meninggal tertulis misalnya
1940 (lahir) -2000 (mati). Sekian tahun berlalu hanya “-“ (strip). Kita tidak
tahu sampai kapan hidup, tetapi Rasul Paulus mengatakan gunakan waktu yang ada.
Kita harus menggunakan waktu dengan bijak. Kalau Tuhan masih memberikan kita
kesempatan, gunakan kesempatan itu. Kalau kita masih kuat dan segar, berikan
yang terbaik untuk Tuhan, bagi keluarga, bagi pekerjaan. Jangan hitung waktu
dari jam, menit , hari, tetapi apa yang bisa dilakukan untuk membuat hidup
berarti buat Tuhan, diri kita dan orang lain. Dalam waktu yang diberikan yang
hanya strip itu, apa yang bisa dikenang dalam kehidupan kita? Karena dalam tanda strip itu, tidak ada
catatan tentang harta. Tetapi yang diingat, orang ini baik, melakukan banyak
hal yang berarti bagi banyak orang. Itulah tanggung jawab kita sebagai
anak-anak Tuhan. Hari-hari ini adalah jahat. Dunia membentuk kita menjadi
dunia. Dunia ini saling sikut, saling menjatuhkan. Kalau kita lihat , dalam
usaha, kompetisinya sangat kuat. Tetapi saat diberikan waktu dan kesempatan
untuk memikirkan, apa yang bisa dilakukan dalam rentang waktu itu. Apakah kita
ikut dalam dunia ke arah yang bertentangan dengan Tuhan? Apakah kita mau menggunakan
waktu mengenal kehendak Tuhan?
Kitab Efesus ditulis Paulus dari dalam penjara. Saya
sering mengunjungi penjara untuk memimpin persekutuan Orang di penjara banyak
yang tiduran, melamun dan stress atau mencari kutu busuk. Tetapi Paulus tidak
diam melamun. Di penjara ia tetap aktif , jadi berkat bagi yang lainnya
termasuk kepala penjara. Ia menulis kepada jemaat yang dilayani. Bagaimana ia
bisa menggunakan waktu dengan tepat? Walau di penjara suasananya bisa membuat stress,
tetapi Paulus tetap sukacita. Ia tidak menggunakan waktu untuk
termenung-menung. Tujuannya satu untuk melayani Tuhan. Bagi kita , anak Tuhan,
tidak ada istilah buang-buang waktu. 1 Tes 3:11-12, yang tidak kerja jangan
makan. Yang artinya Tuhan tidak senang dengan orang yang diam-diam tidak ada
juntrungan. Kita harus tanggung jawab atas waktu yang diberikan. Yang
terpenting, bukan apa yang dihasilkan tetapi apa yang dilakukan bermakna bagi
Tuhan dan sesama kita. Bagi kita yang saat ini punya waktu yang banyak, mari
gunakan untuk sesuatu yang bersifat kekal. Kita bisa membangun keluarga kita.
Luangkan waktu bersama anak-anak, keluarga. Biar terus membangun kasih di
antara keluarga. Bila ada waktu lagi , gunakan untuk pelayanan di gereja.
Gereja sangat butuh pelayan-pelayan. Gunakan kesempatan itu. Karena harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Sesuatu yang penting bagi kita,
seringkali kita gunakan waktu yang banyak untuk itu. Ada yang pagi pergi kerja
sampai pagi lagi. Ia kejar karir dan abaikan keluarga. Diajak pelayanan, nanti
dulu. Ada juga yang sering ke gereja untuk pelayanan namun istrinya protes.
Jangan terlalu ekstrim. Gunakan dengan
seimbang waktu kita. Ada waktu untuk keluarga gunakan. Untuk pekerjaan
gunakan. Tahun 30-40an, datang Pdt John
Sung. Teman dari pendiri Gereja Kristen Kalam Kudus, Pdt Andrew Gih. Saya waktu
baca biografinya luar biasa. Ia semangat sekali melayani Tuhan. Ia khotbah di
sana-sini , seringkali kurang istirahat. Sehari bisa beberapa kali pimpin KKR
sehingga pingsan. Pingsan didoakan, lalu pimpin KKR lagi. Tetapi ketika suatu
ia ingin pimpin KKR, istrinya berkata anaknya sakit dan bukan sakit biasa,
namun Pdt John Sung berkata,”Tenang, Tuhan pasti tolong.” Ia pergi beberapa
hari pelayanan. Ketika kembali anaknya sudah meninggal. Jangan sampai karena
pelayanan keluarga terbengkalai. Pdt Lukas Lukito. Sebagai rektor banyak sekali
menerima undangan khotbah tapi ia hanya bersedia memenuhi undangan 1 bulan
sekali karena waktunya ingin digunakan bersama keluarga sehingga anak-anaknya
menjadi anak yang baik. Perlu ada keseimbangan. Jangan karena perlu uang, tidak
pelayanan. Itu juga tidak baik. Kita rindu mengenal kehendak Tuhan. Jangan
bodoh. Gunakan kesempatan dengan baik. Kita rindu menjadi anak Tuhan yang
berhikmat, diberkati sehingga pemahaman kita tentang waktu benar-benar tepat.
Untuk apa kita hidup? Bukan untuk diri, tetapi untuk kemuliaanNya. Berikan yang
terbaik untuk Tuhan, karena suatu kali kita harus mempertanggungjawabkannya.
Apabila ada kesempatan untuk melayani, berikan yang terbaik untuk Tuhan,
gunakan kesempatan itu.
Beberapa hari yang lalu, saya ingin ketemu dengan
seseorang, tetapi saya menunda.
Sebenarnya saya sudah ketemu. Kondisinya semakin kritis. Akhirnya saya ketemu
lagi setelah ia meninggal. Saya lewatkan suatu kesempatan yang berharga. Jangan
sampai kita mengalami hal yang sama. Apabila di depan kita ada kesempatan,
gunakan, pegang dan raih. Waktu berlalu dengan cepat. Jangan sampai kita
menyesali. Jangan sampai kita dimakan oleh waktu. Sampai kita tidak mengerti
tujuan dan target hidup kita. Seringkali kita katakan bagaimana nanti, tetapi
harusnya berpikir nanti bagaimana. Sehingga kita punya konsep waktu dengan
benar. Gunakan waktu yang ada.
No comments:
Post a Comment