Pdt Paulus Suhindro Putra
Kis 6:1-7; 1 Tes 1:9-10
Kita percaya Firman Tuhan dan menjauhi berhala. Kita
tidak cukup hanya berharap kepada Allah tetapi harus menyembah dan melayani Tuhan
yang benar dan hidup. Selagi melayani Tuhan kita juga menantikan kedatangan
Tuhan Yesus (1 Tes 1:10).
Cakupan
Pelayanan
Dalam lingkungan gereja , ada gembala, penginjil dan
majelis. Pada Kis 6, di gereja terdapat banyak pelayanan dan jemaat
bersungut-sungut karena tidak terlayani. Sehingga para rasul memilih 7 orang
majelis (diaken) dari jemaat yang memiliki nama yang baik di lingkungan gereja. Majelis diambil dari kata
diakonos yang kemudian berkembang menjadi diakonia. Hamba Tuhan dan penginjil
tugasnya menyampaikan firman Tuhan kepada jemaat, sedangkan majelis mengurus
hal-hal yang bersifat duniawi. Hamba Tuhan dan majelis harus melayani
(diakonos) dan bertugas mengatur para jemaat. Di pabrik / kantor, lebih mudah mengatur
karyawan, karena bila karyawan tidak melakukan
apa yang ditugaskan maka karyawan tersebut akan dipecat. Hal ini berbeda dengan
majelis dan hamba Tuhan yang harus menjadi
contoh dalam menggembalakan jemaat.
Pelayanan
Paling Mendasar
Tidak semua orang bisa menjadi hamba Tuhan dan
majelis. Pada Ibrani 10:25, ada pelayanan yang dapat dilakukan setiap orang
percaya yaitu beribadah. Setelah 6 hari bekerja, pada hari ke 7 beristirahat
dan beribadah. Ini pelayanan yang wajib dilayani setiap orang percaya. Orang
yang tidak beribadah, seharusnya tidak menjadi
majelis dan hamba Tuhan. Beribadah adalah pelayanan yang paling mendasar dan
penting. Ada dua perkataan penting yang harus diperhatikan :
a.
pertemuan ibadah
(Ef 5:1) yang kata aslinya episunagoge yang
berarti pertemuan perhimpunan ibadah, berkumpul bersama beribadah.
b.
ada orang yang
biasa tidak datang ke pertemuan ibadah.
Pelayanan ibadah sangat penting. Ibarat api yang
menyala melambangkan antusias, hari ini kalau kita melayani harus
berkobar-kobar. Orang yang tidak datang beribadah, bukan karena sibuk melainkan
karena tidak berkobar-kobar. Orang yang tidak datang beribadah ibarat jadi
arang kayu yang padam, menjadi hitam dan dingin. Tidak ada api yang
berkobar-kobar. Setiap minggu, jemaat datang, saling memperhatikan dan
mengasihi sehingga membuat hati berkobar-kobar seperti kayu bakar yang
dijadikan satu, lalu dibakar sampai berkobar-kobar. Kita harus memperhatikan
ibadah hari minggu. Untuk mempertahankan api yang berkobar-kobar, harus ada
kebiasaan. Kalau kebiasaan tidak datang berbahaya.dan tidak baik. Ada orang
bertanya kepada presiden Ma Ying Jiu yang rajin olahraga pagi, “Bagaimana
engkau setiap hari bisa lari pagi?” Dijawabnya, “Dipaksa menjadi biasa.
Kebiasaan menjadi otomatis dan kemudian menjadi nikmat alami yang
menyenangkan.” Jadikanlah ibadah menjadi kebiasaan sehingga otomatis / natural.
Hari sabtu kita istirahat dan minggu beribadah.
Profesor Jane Warde dari University College London
melakukan penelitian pada 64 orang. Mereka diminta setiap makan siang ditambah
makan buah-buahan dan minum 1 gelas air dan sebelum makan malam, sebelumnya lari
selama 15 menit. Ternyata setelah 66 hari, hal ini menjadi kebiasaan bagi
sukarelawan. Kita harus memaksakan diri kita sehingga menjadi kebiasaan. Datang
beribadah tidak perlu cari alasan, tetapi jadikanlah kebiasaan. Memupuk
kebiasaan yang baik sangat penting, menghilangkan kebiasaan buruk juga sangat
penting.
Datang beribadah merupakan kebiasaan yang baik. Yang
sering tidak beribadah adalah kebiasaan buruk dan harus dihilangkan. Banyak
saudara-saudari kita tidak datang beribadah dan hal ini tidak baik. Ada orang
yang punya kebiasaan buruk yakni setiap kali ia pulang ke rumah ia minum 1
botol arak. Ia tahu hal ini tidak baik dan bertekad menghilangkannya. Ia
mencari teman yang kemudian menasehatinya untuk mencari ganti arak. Sehingga ia
menggantikannya dengan coca-cola, untuk itu perlu tekad. Temannya menasehati
untuk menulis rencananya. Setelah menulis, ia menjadi rileks. Lalu ia menulis
untuk mau mengubah kebiasaan minum arak jadi coca-cola. Setiap pulang ke rumah
ia menarik catatan tersebut. Setelah berulang dilakukannya, ia berhasil. Bukan
cara tetapi tekadnya yang membuat ia berubah. Kalau kita punya kebiasaan buruk
kita bersandar pada Tuhan dan bersandar padaNya. Yang penting kita harus
bertekad supaya kegiatan beribadah menjadi kebiasaan kita dan kebudayaan orang
Kristen. Dengan demikian pelayanan kita akan diterima Tuhan.
No comments:
Post a Comment