Ev Suwani
Efesus 6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan
amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan
nasihat Tuhan.
Hari ini adalah hari
papa internasional. Timbulnya ide hari papa dari seorang konglomerat. 1909 saat
ia sedang mendengarkan khotbah di hari mama, maka timbul di pikirannya untuk
mengadakan hari papa. Karena ia sangat menghormati papanya. Karena baginya
papanya seorang tokoh yang unik. Karena papanya yang pelihara ia dan ke5
adiknya. Maka ia berpikir suatu hari ia akan merayakan hari raya papa dan ia
pun mencari hari yang tepat untuk merayakan hari papa. Ia ingat hari ulang
tahun papanya 16 Juni dan menetapkan hari ini menjadi hari papa. Banyak orang
mendukungnya dan pikirannya dengan cepat beredar. Maka tahun 1966, presiden AS
menetapkan minggu ketiga sebagai hari papa. Inilah awalnya hari raya papa.
Dalam keluarga,
sering suami istri bertengkar. Ada banyak sebabnya. Salah satu sebabnya,
sebagai suami atau istri kita tidak dapat berperan dengan baik. TIdak dapat
melaksanakan tanggung jawab dengan baik. Hari ini hari papa. Peranan tanggung
jawab papa, 1 Tim 3:8, Paulus membicarakan syarat-syarat bagi diaken. Seorang
diaken adalah seorang suami dari 1 istri dan mengurus anak dan keluarganya
dengan baik. Maka dari ayat ini kita mengetahui bahwa tanggung jawab bapak
bukan saja bekerja cari uang, tapi harus dapat mengurus keluarganya dengan
baik. Saat kita membaca Alkitab, ada tokoh Samuel. Ia mengurapi Saul sebagai
raja Israel pertama, dan Raja Daud sebagai raja Israel ke dua. Pelayanannya
sangat sukses dan dipakai secara besar. Namun keluarga dan anaknya, saat Samuel
sudah berusia lanjut, ia mengangkat anaknya sebagai hakim Israel. Tetapi sifat
anaknya jauh berbeda dengan sifat Samuel. Anak-anaknya tidak menjalankan apa
yang dilakukan Samuel. Anaknya lebih mementingkan keuntungan uang, menerima
suap. Samuel seolah-olah tidak tahu akan sifat anaknya ini, maka ia mengangkat
anak-anaknya sebagai hakim bangsa Israel. Samuel sepertinya tidak tahu, bahwa
anaknya akan menjadi sedemikian jahat. Mengapa sifat mereka bisa jauh
berbeda. Salah satu sebabnya adalah
karena Samuel terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu dengan keluarga dan
anak-anaknya. Ia tidak mengajar anak-anaknya dengan baik. Ia tidak menjadi
teladan bagi anak-anaknya. Maka anak-anaknya berbeda dengan ayahnya. Tanggung
jawab ayah mendidik anak sangat penting. Seorang ayah yang seharusnya jadi
pemimpin dalam keluarga, tetapi banyak keluarga pemimpinnya adalah sang ibu.
Semua urusan di dalam keluarga di putuskan oleh si ibu. Sang ayah seolah tidak
peduli dengan anaknya laki-laki dan perempuan. Sang ayah seakan tidak tahu
urusan anaknya. Kemana anaknya sekolah ditentukan mamanya. Bagaimana pelajaran
anaknya di sekolah, perlu tidak les ditentukan mama. Anaknya sakit atau sehat,
ia sendiri tidak tahu. Bagaimana kelakuan anaknya dia juga tidak tahu. Maka
kita melihat anak-anak berdosa, bagaimana sang ayah. Bagaimana anak-anaknya
salah bergaul. Ketika anaknya menggunakan narkoba bagaimana sikapnya? Biasanya
istri disalahkan, anak dimarahi. TIdak mengintrospeksi diri sendiri. Ia mengira
mencukupi kebutuhan anak-anaknya sudah cukup, tidak cukup waktu mengajar
anaknya. Sehingga anak-anaknya banyak kehilangan citra diri terhadap ayah.
Tidak bisameneladani ayahnya. Maka ia berbeda dengan sang ayah dan menjadi anak
yang nakal. Kita juga melihat anak-anak tidak menghormati sang ayah. Jikalau
sebagai ayah, anak tidak hormati ia, menjadi ayah yang kasihan. Bagaimana bisa
jadi ayah yang dihormati anak? Melalui Efesus 6:4 kita melihat 3 point :
1.
Kita harus bisa
menjadi imam dalam keluarga. Imam adalah seorang yang melayani di dalam bait
Allah. Ia harus mengajar orang Israel dan membawa orang Israel ke hadapan
Tuhan. Kita menjadi ayah mempunyai pengertian yang sama. Kita harus mengajar
anak kita dengan baik. Kita harus membawa anak kita ke hadapan Tuhan. Tetapi
kita lihat banyak ayah tidak tahu tanggung jawabnya. Maka kita juga melihat di
gereja, wanita lebih banyak dari pria. Banyak laki-laki mencari alas an untuk
tidak datang ke gereja. Sebenarnya sebagai seorang ayah, kita harus banyak
belajar Firman Tuhan karena ia harus ajar anaknya menentukan kesalahan. Tapi
banyak ayah tidak melakukan hal ini. Banyak ayah tidak bisa membawa anaknya ke
hadapan Tuhan. Seringkali anak menanyakan tentang Alkitab, dijawab papa tidak
tahu, kamu Tanya mama saja. Jawaban ini membuat anak tidak menghormati ayah.
Sebagai ayah, kita bukan saja menghidupi anak-istri. Kita bukan hanya
menyekolahkan anak sampai selesai, tetapi sebagai ayah kita harus bisa membawa
anak kehadapan Tuhan sampai mereka memperoleh anugerah keselamatan. Bisa saja
ia sukses, tapi tidak percaya TUhan, maka sebagai orang tua kasihan. Maka
sebagai imam, kita harus berdoa untuk mereka, mengajar firman TUhan kepada anak
kita. Di antara kita banyak yang jadi ayah, apakah kita jadi imam di keluarga.
Apakah kita mengerti Firman Tuhan dan mengajarkan kepada anak. Maka kita harus
belajar Firman Tuhan dengan baik. Dengan demikian kita baru bisa dihormati
anak. Tahun 1900, ada orang yang melakukan penelitian terhadap keturunan 2 buah
keluarga. Keluarga ini dimulai dari abad 18, yang 1 keluarga dimulai dari
seorang pendeta. 1 lagi orang yang tidak percaya Tuhan. Lalu mereka mulai
melakukan penelitian terhadap keturunan pendeta. Mereka mendapati, pendeta ini
mempunyai keturunan sebanyak 1.400 orang. 13 orang jadi rector perguruan
tinggi, 65 orang jadi prof, 160 orang jadi SH, 30 orang sebagai hakim, 66
sebagai dokter, 80 sebagai pegawai negeri. Mereka meneliti keturunan orang yang
tidak percaya, ada 1.700 orang. 100 orang di antaranya adalah anak di luar
nikah, 100 pelacur, 142 orang jadi pengemis, 46 orang pernah masuk penjara.
Mengapa berbeda? Karena cara mereka mengajar anak berbeda. Keluarga pendeta ini mengajar keturunan dengan firman Tuhan. Orang
yang tidak percaya dengan Firman Tuhan.
2.
Didiklah mereka
dalam ajaran dan Firman Tuhan. Kita juga harus mengajar mereka dengan tindak
tanduk perbuatan kita. Maka seorang ayah harus punya hidup yang kudus dan bisa
menjadi teladan. Kita melihat anak-anak tidak bisa menghormati orang tua.
Mengapa? Ayah mereka tidak bisa jadi teladan mereka. Banyak ayah tidak bisa
bersama-sama anak-anaknya. Banyak ayah menghendaki waktu makan berdoa, baca
Alkitab dank ke gereja. Tapi sebagaian anak tidak mau. Karena mereka tidak
melihat ayah berdoa, baca Alkitab dan ke gereja. Maka teladan orang tua sangat
penting. Di iklan ada seorang ayah dan anak. Mereka bersama nonton TV. Di
iklan, ada tayangan sepak bola. Saat terjadi gol, sang ayah bangkit berdiri dan
berteriak-teriak. Lalu saat ayah ke toilet dan sang anak ikut, kita melihat
anak mengikuti kelakuan sang ayah. Suatu kali saat sedang makan, anak saya
menggoyang-goyangkan kakinya. Lalu saya menegurnya. Istri saya , itu dia
mencontoh kamu. Kadang sedang makan, kita menggoyangkan kaki. ANak bisa meniru
ayah. Kadang saya ke dapur, ada lauk pauk yang masih panas ambil sedikit dan
mencoba. Anakpun begitu. Saya waktu minum sop juga begitu. Kadang waktu minum ,
ambil sesendok lama, maka saya ambil mangkuk langsung minum. Kita melihat
anak-anak suka meniru ayah. Maka kita harus hati-hati. Kita harus bisa memberi
teladan yang baik untuk anak-anak. Tetapi banyak anak tidak bisa menghormati
ayah. Karena apa yang dikatakan ayah dan yang dilakukannya berbeda. Ada seorang
ayah mengajar anaknya tidak boleh berbohong dan menipu orang. Lalu ia
menyampaikan banyak kebenaran. Setelah selesai, ia mengatakan papa mau tidur.
Jika ada orang yang telepon, bilang papa tidak di rumah. Tadi papa sudah
mengajar saya tidak boleh berbohong. Baru saja omong, ia sendiri sudah menipu.
Ia sudah di rumah, tapi saat di rumah ia sendiri bilang sebaliknya. Apa yang
diajarkan dan dilakukan sang ayah berbeda. Banyak ayah marah ke anak kenapa
tidak ke gereja. Mungkin anak tidak berani melawan. Mungkin dalam hati ia berkata, papa saja
tidak ke gereja kenapa suruh kami ke gereja. Kalau minta anak baca ALkitab dan
berdoa, tetapi dalam hati sang anak, papa sendiri tidak melakukannya. Ini
teladan tidak baik. ANak tidak bisa menghormati ayah. Maka kita harus bisa
memberi teladan yang baik.
3.
Seorang ayah yang
ingin dihormati harus bisa mendidik anaknya dengan kasih. Saya nonton film yang
diperankan Jacky Chen tentang polisi baru. Ceritanya tentang sekelompok anak
muda. Anak muda dari orang kaya. Tapi kesukaan mereka adalah merampok bank. Mereka
memang kaya, karena mereka benci kepada orang tua mereka. Salah satu pemimpin
mereka, sangat benci polisi karena papanya polisi. Sang ayah sejak kecil
mendidik ia dengan cara keras. Jika ia bersalah, maka papanya suruh ia buka
baju dan memukulnya. Mereka tidak bisa menghormati ayahnya. Janganlah
bangkitkan amarah dalam hati anak-anak. Ketika mendidik anak kita , jangan
bangkitkan dalamhati mereka tapi harus mendidik mereka dalam kasih. Ada suatu
tulisan mengatakan, seorang anak yang dibesarkan dalam teguran maka ia akan
belajar memarahi orang. Jika seroang anak dibesarkan dalam kebencian, maka
setelah besar ia belajar berkelahi. ANak yang dibesarkan dalam sindirian, ia
akan menjadi orang yang rendah diri. Tetapi anak yang dibesarkan dalam
pengampunan, ia akan belajar untuk menguasai diri. Anak yang dibesarkan dalam
kasih, maka di dalam hidupnya ia menyakan kasihnya. Bagaimana kita sebagai ayah
mendidik anak. Mari kita koreksi diri. Apakah kita seorang ayah yang baik?
Mungkin kita belum jadi ayah yang baik, tetapi melalui Firman Tuhan kita
mengintrospeksi diri. Mari kita menjadi ayah yang dipakai TUhan supaya anak
menghormati kita sebagai seorang ayah.
Setiap merayakan hari papa, sebagai ayah kita harus
mengoreksi diri. Bagaimana kita memperlakukan anak? APakah kita sudah
membawanya percaya kepada TUhan? Apakah ada yang tidak percaya untuk balas
perlakuan ayahnya. Ada anak muda yang ortunya percaya Tuhan tetapi ia tidak mau
percaya. Ia mengatakan karena ortunya. Ortunya jadi batu sandungan. Ia melihat
ayahnya yang percaya Tuhan seperti apa, maka ia putuskan untuk tidak seperti
ayahnya. Jangan sampai anak tidak percaya TUhan gara-gara kita. Kita harus ajar
mereka dengan Firman Tuhan. Jika kita tidak mengerti Firman Tuhan, bagaimana
bisa mengajar mereka? Maka kita yang menjadi ayah, kita belajar Firman Tuhan
dengan baik. Sebagai ayah kita harus punya teladan, supaya anak meneladani
kita. Ketika mendidik anak, kita harus mendidiknya dengan kasih.
Kita bersyukur bukan saja mendengar Firman Tuhan ,
menaruhnya dalam hati dan melakukannya dalam hidup
No comments:
Post a Comment