Astri
SInaga Mth, Emaus Center – STT Amanat Agung
Belajar dalam Kelompok
-
Belajar
dalam kelompok tidak pernah dimaksudkan untuk menggantikan pola belajar
individu, melainkan sebagai alternative.
-
Tapi
banyak penelitian telah membuktikan bahwa belajar kelompok memberikan dampak
yang besar dalam proses pembelajaran individu dan memiliki sejumlah keuntungan
dibanding belajar individu.
-
Keuntungan
yang utama adalah pada aspek kooperatif yang dapat terbantu pengembangannya
lewat belajar kelompok
-
Setiap
peserta akan memperkaya proses belajar dalam kelompok , baik dalam aspek
kognisi, afeksi maupun kehidupan komunalnya.
-
Belajar
dalam kelompok akan memberikan kesempatan setiap orang melakukan apa yang
dipelajarinya sehingga pembelajaran bukan hanya sekedar menambah ilmu, tapi
membangun kehidupan spritualitas jemaat yang sehat.
Mengembangkan Efektifitas dalam Kelompok
Ada
beberapa hal yang harus ada untuk terciptanya sebuah kelompok yang efektif :
·
Peserta
harus dapat bekerja sama
·
Kerjasama
bukanlah sesuatu yang “given” melainkan sesuatu yang harus diupayakan
·
Ada
beberapa ketrampilan yang perlu dimiliki seseorang untuk bisa belajar dalam
kelompok
1.
Ketrampilan
berbagi dan berpartisipasi
-
Seringkali
orang dewasa pun susah dan miskin dalam hal ketrampilan berbagi. Ketrampilan
berbagi harus dimulai dengan kesadaran bahwa ada orang lain yang sama
pentingnya.
-
Seringkali
ditemui bahwa ada peserta yang sulit untuk berpartisipasi di dalam kelompok
karena merasa malu dan tidak kooperatif.
-
Pada
kenyataannya memang ada tipe pembelajar
yang introvert dan cenderung ‘avoidant’ dan tidak suka berpikir bersama.
-
Seorang
fasilitator harus dapat menciptakan suasana yang aman dan nyaman untuk seorang
yang kurang trampil dalam berbagi menjadi lebih baik dalam bergai dan
berpartisipasi.
2.
Ketrampilan
komunikasi
Ketrampilang komunikasi penting sekali
untuk mengemukakan ide-ide dalam kelompok. Sering ditemui bahwa peserta sulit
mengemukakan idenya kepada orang lain secara efektif.
3.
Ketrampilan
mendengar yang aktif
Kita sering menemui ada peserta dalam kelompok yang hanya
menunggu gilirannya bicara tanpa mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang
lain. Targetnya hanyalah untuk menyampaikan apa yang ingin ia katakan tanpa
lebih dulu mendengarkan.
-
Penting
sekali untuk seorang fasilitator mengenal pesertanya : siapa yang pemalu, siapa
yang pemberani, siapa yang talkative, siapa yang sering berpikir berbeda, siapa
yang berpikir sangat logic, siapa yang emosional, siapa yang selalu ingin
berbagi cerita hidupnya.
-
Tugas
fasilitator adalah mengelola kelompok menjadi kondusif untuk setiap peserta
bicara dengan aman, mengemukakan pendapat, bertanya, menjelaskan, sehingga
setiap peserta bisa saling membelajarkan. Fasilitator
tidak menjadi center.
-
Fasilitator
perlu memperhatikan struktur kelompok. Berbeda
tapi tidak terlalu jauh mis : tinggi + rendah. Tinggi + sedang ->
memberi dan menerima. Sedang + rendah -> memberi dan menerima.
-
Struktur
kelompok yang salah pada umumnya : tinggi + tinggi -> merasa tidak perlu,
rendah + rendah -> tidak mampu.
-
Meskipun
metode kelompok ini dapat menjadi kekuatan dalam proses belajar, tapi metode
ini juga memiliki sejumlah ketidakuntungan.
-
Ketidakuntungan
metode ini justru terletak pada sifat kooperatifnya kerja kelompok itu.Sering
ditemukan bahwa peserta tidak mengembankan belajar mandiri malah dapat
menimbulkan ketergantungan pada anggota-anggota yang dominan. Atau di lain
pihak ada anggota-anggota tertentu yang tidak mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan dirinya dalam kerja kelompok.
Hal yang harus dikembangkan oleh seorang
fasilitator dalam kelompok :
-
Mental
model : we all are learners as well as teachers.
-
Mengenali
dan mengelola kelompok dengan berbagai pola pikir yang berbeda sehingga
perbedaan itu justru akan memperkaya.
-
Suasana
belajar yang kondusif : rasa aman, nyaman, tidak takut salah, saling menghargai
dan bebas.
Salah satu kekuatan dalam belajar
berkelompok adalah “diskusi”
-
Diskusi
adalah model belajar yang sifatnya persuasive, bukan sekedar meletakkan pikiran
pada orang lain yang sering dilakukan dalam pembelajaran satu arah. Di dalamnya
ada banyak upaya persuasive setiap orang dalam berpendapat untuk belajar. Mengarahkan jawaban dengan
pertanyaan-pertanyaan, tahan diri untuk memberi jawaban.
-
Sebenarnya
sebagai orang Kristen, kita juga harus menjadi orang yang punya influence dalam hidup orang. Demikian juga dalam
diskusi kita memberikan influence bukan pemaksaan.
-
Diskusi
dalam group dapat menjadi tempat yang baik untuk orang bertanya, meragukan
pemahaman lama, dan mengaduk kembali menjadi pemikiran baru. Itulah yang
disebut oleh EM Griffith sebagai “melting”, melting ini adalah pra-kondisi
seserang untuk bisa berubah.
-
Diskusi
mungkin tempat yang sulit untuk orang dibentuk baik opininya maupun karakternya.
Orang bisa merasa “kalah, merasa
terpojokkan , merasa tersingkir, bila kita tidak peka terhadap setting dan
anggota kita.
Ketrampilan memimpin diskusi
-
Ketrampilan
yang paling utama dalam memimpin diskusi adalah ‘mengajukan pertanyaan’
-
Pertanyaan
yang tepat akan membuat diskusi dapat dimulai dan tetap berjalan
-
Pertanyaan-pertanyaan
yang berbeda akan menghasilkan tanggapan dengan pikiran yang berbeda-beda juga.
Jadi kita harus tahu bagaimana membuat pertanyaan dankapan pertanyaan itu
diberikan.
Ada 4 jenis pertanyaan
:
1.
Pertanyaan
Fakta
-
Pertanyaan
ini menuntut jawaban yang bersifat informasi, yang seringkali informasi itu sebenarnya
adalah sesuatu yang sudah diketahui oleh peserta.
-
Pertanyaan
factual adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang benar dan mutlak.
Biasanya pertanyaan factual tidak menolong banyak untuk membuat diskusi
berjalan, karena sifat jawabannya yang hanya satu yang benar. Tapi bukannya
tidak berguna.
-
Bacalah
Kisah Para Rasul 13-14. Identifikasi kota-kota yang dikunjungi Paulus secara
kronologis, siapakah karakter yang muncul di setiap kota, dan apa peran
karakter tersebut dalam perjalanan misi Paulus
-
Lihat
2 Kor 8:1-15. Apakah yang Paulus katakana tentang jemaat Makedonia dalam usaha
mereka membantu gereja Yerusalem ? (1-5).
2.
Pertanyaan
Analisis
-
Pertanyaan ini terkait
dengan informasi tertentu untuk dianalisa dan diambil kesimpulan
-
Pemimpin mengajak peserta melangkah lebih jauh dari sekedar
pertanyaan factual, untuk memikirkannya lebih lanjut apa arti fakta tersebut
-
Peserta akan diajak untuk berpikir aktif dengan melihat bahwa
melihat fakta saja tidak cukup. Mereka harus mengambil kesimpulan berdasarkan
fakta yang mereka peroleh.
-
Pertanyaan analisis umumna lebih sulit dijawab daripada
pertanyaan fakta. Waktu yang dibutuhkan untuk menjawab juga perlu lebih
panjang. Kadang kita harus menunggu peserta untuk mengumpulkan (loading) data
yang dimilikinya, jangan diputus proses berpikir mereka.
-
Apakah yang Paulus katakana tentang jemaat Makedonia dalam usaha
mereka membantu gereja Yerusalem? (1-5)
-
Apa kesimpulan anda tentang orang Makedonia dari sebutan Paulus
kepada mereka sebagai orang yang sangat “miskin tapi kaya dalam kemurahan”?
3.
Pertanyaan
Produktif
·
Pertanyaan ini tidak mencari satu jawaban yang paling benar
melainkan sesuatu yang terbuka. Peserta akan dituntut menjawab dengan
masing-masing jawaban berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Jadi mereka diminta
untuk mengahasilkan jawaban-jawaban yang unik dan original. Tidak ada jaaban
benar dan salah dalam pertanyaan ini. Contoh : dalam hal apakah gereja saat ini
juga seperti orang-orang yang Paulus ungkapkan kepada Korintus Apakah peran
Gereja di Indonesia dalam mendidik bangsa?
4.
Pertanyaan
Evaluatif (bisa teringat masa lalu. Bersifat personal
dan menyatakan nilai seseorang. Harus hati2)
-
Pertanyaan evaluative akan memberikan kesempatan kepada peserta
untuk menjawab berdasarkan nilai yang dia miliki. Jadi inipun tidak membutuhkan
satu jawaban yang pasti benar, karena sifatnya yang open-ended questions. Untuk
menjawab pertanyaan ini, diperlukan suatu nilai / standard untuk menilai apakah
sesuatu baik atau tidak. Contoh : menurut anda, apakah yang harus kita lakukan
supaya pemulihan Tuhan dapat kita alami?
-
Pertanyaan evaluative sebenarnya pertanyaan yang tidak mudah
untuk dijawab , kita harus memberikan waktu yang cukup untuk peserta didik
menjawab pertanyaan ini.
-
Dari jawaban-jawaban yang muncul akan memperlihatkan standard
atau nilai yang bekerja dalam diri seseorang, yang bahkan tidak disadari. Tapi
diskusi dengan pertanyaan ini akan memberikan kesempatan untuk mengevaluasi
kembali nilai yang dimiliki seseorang.
Beberapa Teknik Memimpin Diskusi
-
Memimpin
diskusi nampaknya mudah, bahkan sering orang beranggapan lebih mudah dari
menyajikan materi atau lecturing.
-
Anggapan
ini karena adanya dimensi spontanitas yang kuat di dalam suatu diskusi. Tapi
sebenarnya spontanitas itu bisa terjadi karena pemimpinnya memiliki alur
diskusi yang sudah dipersiapkan dengan ketat.
Memulai diskusi :
-
Diskusi
dapat dimulai dengan beberapa metode atau cara. Yang paling umum adalah
memulainya dengan pertanyaan factual.
-
Pertanyaan
factual resikonya kecil, biasanya orang nyaman-nyaman saja dengan pertanyaan
factual. Tapi bisa juga dengan pertanyaan yang lebih provokatif. Dibuka dengan
pertanyaan evaluative, misalnya : menurut anda apa problem terbesar yang
dihadapi gereja saat ini berkaitan dengan kepemimpinan?
-
Bisa diberi opsi jika semuanya diam.
Mempertahankan
intensitas diskusi :
Diam
<-> bertanya <->
menyimpulkan <-> Diam
Melakukan prompting questions (ketika
peserta tidak bisa jawab)
-
Ketika
peserta diam dan tidak bisa menjawab pertanyaan anda, maka anda perlu melakukan
prompting question yaitu pertanyaan yang akan memberikan petunjuk atau clue
terhadap pertanyaan sebelumnya.
-
Contoh
: apakah yang Allah lakukan kepada orang Israel untuk memulihkan bangsa ini?
Mengapa ia mau melakukan hal tersebut (ay 2,3 dan 6). Petunjuk : ada berapa
kata kerja dalam ayat 2-3 yang dilakukan oleh Allah dalam upaya memulihkan
umatNya? Disusul pertanyaan : menurut anda apa arti dari masing-masing kata
tersebut?
-
Probing
questions adalah pertanyaan yang sifatnya menyelidiki lebih jauh. Ketika peserta bisa jawab, kita harus
menggali lebihdalam.
-
Pertanyaan
ini diberikan ketika pemimpin ingin membawa peserta berpikir lebih mendalam
tentang hal yang dibahas atau tentang pertanyaan sebelumnya.
-
Contoh
: apakah artinya “menyembuhkan orang-orang yang patah hati?” (ayat 3). Apakah
yang menyebabkan bangsa Israel menjadi patah hati? APa yang terjadi pada orang
Israel yang patah hati itu (untuk gali
lebih dalam)?
-
Hal yang harus diberikan adalah
pertanyaan prompting dan probing bagi fasilitator. Intinya ibarat peluru bagi
fasilitator. Disini dituntut menyediakan tool yang lengkap.
Membuat konklusi
Dari
waktu ke waktu penting bagi pemimpin diskusi untuk membuat konklusi atau
kejelasan untuk membuat peserta selalu terjaga dengan alur diskusi. Kadnag pada
akhir diskusi, tidak ada kesepakatan, dan orang-orang masih berbeda pendapat
dan issue yang dibahas mungkin belum selesai. Bagaimanapun juga penting sekali
membawa peserta diskusi memiliki sense bahwa diskusi itu akan segera berakhir.
-
Kita
sering kuatir kalau jemaat bertanya yang “aneh-aneh”, padahal itu adalah resiko
belajar.
-
Belajar
berkelompok akan mengundang pertanyaan. Tidak bertanya tidak belajar
-
Membendung
pertanyaan-pertanyaan sama juga menggembok proses belajar. Pertanyaan aneh
adalah konsekuensi pembelajaran.
Memang
ada berbaga motivasi orang bertanya yakni supaya orang tahu dia tahu, ingin
menguji, tidak tahu dan ingin tahu.
Urutan
porsi terbesar dalam :
Bible
Study Group : Studi ALkitab, diskusi aplikasi, fellowship-worship
Care
group : Diskusi aplikasi, Studi Alkitab , fellowship-worship
Ministry
group aplikasi untuk pelayanan, studi
ALkitab, fellowship-worship
Discipleship
Group : porsi hampir sama diskusi aplikasi-studi ALkitab – fellowship-worship
Belajar kelompok dengan life expedition
-
Jalannya
pembelajaran dalam kelompok seperti yang terlihat dalam buku Life Expedition
adalah terdiri dari 4 tahap : kompas, jelajah, teropong dan lentera
-
Buku
panduan akan memperkaya fasilitator dalam memimpin kelompoknya sehingga
interaksi antar anggota kelompok dan dengan multimedia yang ada dapat berjalan
maksimal setiap tahapannya.
-
Di
dalam buku panduan, sudah disediakan promting question dan probing question
untuk menolong fasilitator dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Jadi mungkin
dalam KK ini, yang perlu anda lakukan adalah “how to keep the ball rolling”.
-
Sebagai
fasilitator anda harus menjaga supaya bola itu bergulir dan akhirnya anda
membawa kelompok sesuai dengan peta life expedition dalam tiap topicnya.
-
Bahkan
berguirnya tetap dengan energy, dinamika dan excitenment yang tetap terjaga.
How to keep the ball rolling
1.
Jangan
memberikan penilaian (judgment)
Selalu ingat bahwa setiap orang punya potensi untuk
berkontribusi dalam jawaban dan pertanyaan bagi proses belajar. Kalau ada
pertanyaan yang menurut anda sudah keluar topic, maka dengan lembut anda harus
bisa mengalihkan pertanyaan orang itu kepada hal yang lain.
2.
Jangan
berkhotbah
Khotbah-khotbah yang dilakukan dalam kelompok kecil biasanya
terjadi karena fasilitator ingin mengemukakan pemikirannya sendiri, dan tidak
terbuka.
3.
Selalu
siap dengan persiapan yang terdepan
Kalau anda tidak siap anda akan mudah tersesat oleh berbagai
diskusi. Atau tidak bisa mendengar dengan baik, karena anda sibuk dalam pikiran
anda bagaimana menjawab pertanyaan yang berikutnya.
4.
Ciptakan
suasana selalu gembira
Suasana gembira akan memperlancar proses belajar. Gembira tidak
berarti selau tertawa, tapi sukacita: ada kerelaan mendengar, tidak takut
dinilai, dan tidak kuatir terlihat bodoh.
5.
Ciptakan
partisipasi yang imbang
Pastikan semua orang punya kesempatan untuk berkontribusi.
-
Progresi
pidato : A -> B->C
-
Progresi
Diksusi : A -> B , C
dan D. B -> E, F. C -> G, H, D -> I , J.
-
Usahakan
1 topik selesai. Ciptakan kurikulum yang menjemaat.
Mempertahankan kelompok kecil
-
Semua
harus terkoneksi
-
Tugas
tim kerja adalah “membakar”
-
Ibarat
api unggun
-
Tim
kerja terlibat menjadi fasilitator termasuk pendeta (gembala sidang)
Rencana
Kerja Pengembangan Kelompok Kecil
Life
Expedition :
Goal :
menemukan hidup lebih bermakna, peserta dapat memaknai setiap tahap hidup,
peristiwa hidup, dirinya dan komunitasnya
Natur kelompok :
-
Terbuka
, tapi mengupayakan komitmen
-
Intergenerasi
dengan range usia 20-25 tahun
-
Khusus
remaja akan melakukan KK sendiri dengan usia kelompoknya
-
Pertemuan
dilakukan 1 x seminggu atau 2x seminggu
-
Kelompok
kecil yang menekankan fellowship, belajar dan latihan melayani (discipleship)
-
Jangan berani melangkah jika belum
matang karena melibatkan banyak orang.
-
Dibutuhkan flesibilitas tingkat tinggi
untuk jemaat yang bervariasi. Standar : karakter baik, keluarga baik, pelayanan
makin baik.
-
Harus dibuat berjenjang karena hidup
kita terus berjenjang
-
Tim fasilitator harus memikirkan bahan
selanjutnya
-
Harus dipikirkan setiap minggu harus ada
yang baru berkaitan dengan kelompok kecil – dibutuhkan tim kreatif / tim acara.
-
Harus melibatkan gembala sidang.
Natur fasilitator
-
Direkrut
oleh tim kerja yang mengenal jemaat
-
Sudah
melayani minimal 5 tahun
-
Memiliki
kedewasaan dan kepemimpinan rohani
-
Mau
belajar
-
rela
1.
Controlling
system.
-
Wilayah
KK : pemetaan wilayah (apa siapa saja dan siapa pemimpinnya), networking
wilayah
-
Peserta
KK : form evaluasi untuk mengetahui perkembangan KK (paham/semangat tidak)
-
Fasilitator
KK : surat gembala , apresiasi (card, gift)
2.
Spiritual
Enrichment and Empowering
-
Konsultasi
(YM, email, website)
-
Pertemuan
fasilitator untuk pengayaan rohani
-
Pertemuan
fasilitator untuk pengembangan skill (hermeneutic sederhana, pimpin diskusi)
3.
Ibadah
Ray
-
Untuk menyatukan visi
-
Membangun
komunitas yang sehat
-
Melibatkan
kk sebagai pelayan
-
Mengajak
orang baru yang belum masuk KK
-
3x
dalam setahun
-
Setiap anggota komsel terlibat, bukan berpusat
pada sesuatu yang central. Untuk menunjukkan bahwa mereka bagian dari jemaat
besar. Masuk bidang pembinaan.
4.
Literatur
-
News
Letter : 2 bulan sekali, updating KK/berita KK
-
Dokumentasi
: pengelolaan data/filing, distribusi bahan
5.
Alat
Bantu Belajar
-
Buku
life expedition 52 pelajaran dibagi dalam 4 bab : untuk peserta KK dan
fasilitator KK
-
Multimedia
: untuk fasilitator dan peserta KK
-
Buku
panduan fasilitator : untuk fasilitator
Rancangan multimedia untuk fasilitator
Contoh
: 34. Komitmen seorang pelayan. Dalam konteks Paulus, arti prajurit dijelaskan
dengan pengertian “Herald”. Herald adalah seorang yang hanya mendengarkan kata
komandannya. Dan dialah yang akan menjadi utusan yang menyampaikan keputusan
atau perintah. Tentu ini adalah sebuah kepercayaan besar dan menuntut ketaatan
yang total untuk dapat menyampaikan sesuai dengan apa yang diperintahkan.
Berita itu pastilah sangat penting karena berkenaan dengan strategi untuk
mencapai kemenangan. Maka tidak heran jika Paulus mengatakan bahwa dia adalah
orang yang berjuang dan tidak memusingkan diri soal-soal penghidupannya. Hal
ini tidak berarti Paulus mengajarkan bahwa kita tidak perlu memikirkan
hal0halyang berkaitan dengan penghiduapn seperti rumah, makan, keluarga dan
kebutuhan lainnya. Tapi fokus Paulus dalam ajaran ii adlah bagaimana sebuah
pelayanan menuntut keseriusan, totalitas dan komitmen yang tinggi dalam
menjalankannya.
Rancangan multimedia untuk peserta KK
Contoh:
kejujuran : menampilkan gelas dengan air enggan berbagai kondisi untuk menggambarkan
pergumulan kejujuran seseorang. A. gelas dengan air beriak. B. gelas dengan air
kotor. C. gelas retak.
Kejujuran
adlah hal sudah semakin langka di jaman ini. Hati manusia terlalu gelap untuk
bisa bersikap jujur. Jujur itu membutuhkan kemurnian hati dan kejernihan
pikiran. Kejujuran itu mahal harganya. Ada kejujuran yang diupayakan dengan
keras namun dibalas dengan pengkhianatan. Pernahkah anda memiliki pengalaman
seperti ini?
No comments:
Post a Comment